BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Karakter Rasa ...repository.ump.ac.id/2713/3/ARMI...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Karakter Rasa ...repository.ump.ac.id/2713/3/ARMI...
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Karakter Rasa Ingin Tahu
a. Pengertian Karakter
Menurut Kemendiknas (wibowo,2012:35) karakter adalah
watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari
hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan
digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, dan
bertindak. Sementara pendidikan karakter adalah pendidikan yang
mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa pada diri peserta didik,
sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya,
menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai
anggota masyarakat, dan warga yang religius, nasionalis, produktif dan
kreatif.
Menurut Pusat Bahasa Depdiknas (Zubaedi, 2011:8) karakter
adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku,
personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter
adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”.
Dalam grand desain pendidikan karakter, pendidikan karakter
merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan nilai-nilai luhur
dalam lingkungan satuan pendidikan (sekolah), lingkungan keluarga,
6
Upaya Meningkatkan Rasa..., Armi Afriyani, FKIP UMP, 2013
7
dan lingkungan masyarakat. Nilai-nilai luhur ini berasal dari teori-teori
pendidikan, psikologi pendidikan, nilai-nilai social budaya, ajaran
agama, Pancasila dan UUD 1945, dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, serta pengalaman terbaik dan praktik
nyata dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembudayaan dan
pemberdayaan nilai-nilai luhur ini juga perlu didukung oleh komitmen
dan kebijakan pemangku kepentingan serta pihak-pihak terkait lainnya
termasuk dukungan sarana dan prasarana yang diperlukan.
Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang
mengembangkan nilai-nilai karakter pada peserta didik sehingga
mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya,
menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai
anggota masyarakat dan warga Negara yang religius, nasionalis,
produktif, dan kreatif. Zubaedi, (2011:17-18). Menurut Fraenkel,
(1977:6) nilai dapat diartikan sebagai berikut.
“A value is an idea-a concept- about what someone thinks is
important in life. When a person values something, he or she
deems it worthwhile-worth having, worth doing, or worth trying
to obtain. The studi of values usually is divided into the areas of
aesthetics and ethics. Aesthetics refers to the study and
justification of what human beings considers beautiful-what the
enjoy. Ethics refers to the study and justification of conduct-how
people behave. At the base of study of ethics is the question of
morals-the reflective consideration of what is rigt and wrong.
Though some comments will be made about the teaching of
aesthetic values in this book, our primary concern will be the
teaching of ethics”.
Nilai menurut Fraenkel dapat disimpulkan bahwa suatu ide konsep
tentang cara berpikir seseorang mengenai sesuatu hal yang penting
Upaya Meningkatkan Rasa..., Armi Afriyani, FKIP UMP, 2013
8
dalam kehidupannyan. Seseorang menganggap nilai sesuatu itu
berharga dan layak dilakukan maka pastas pula untuk
mendapatkannya. Nilai terbagi menjadi dua yaitu ada estetika dan
etika. Estetika mengacu pada justifikasi dari apa yang dianggap
manusia memunculkan keindahan. Etika mengacu pada justifikasi
perilaku dan berperilaku.
Menurut pemikiran Benninga (1991:264) berpendapat bahwa:
“Advocates of moral education have relied on these
developmental theories to provide the basis for pedagogical
programs, arguing that an understanding of how individuals
develop over time has direct bearing on the processes
implemented in those programs. The advocates of character
education, on the other hand, have not relied on these findings,
arguing that the purposes of moral education are well
established historically and in need only of consistent
implementation”.
Benninga menjabarkan bahwa pendidikan moral mengandalkan teori-
teori perkembangan sebagai dasar pada program pedagogis.
Pemahaman yang dimunculkan tersebut diharapkan tiap individu dapat
mengembangkannya dari waktu ke waktu melalui proses
implementasi. Pada dasarnya yang dibutuhkan dari pendidikan moral
adalah adanya implementasi yang berkelanjutan dan konsisten.
Berdasarkan pengertian beberapa ahli, tentang pendidikan
karakter dapat disimpulkan bahwa suatu karakter terbentuk dari nilai,
norma, moral, dan karakter. Moral dapat mehasilkan suatu mental daan
watak yang nantinya akan membentuk suatu karakter.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Armi Afriyani, FKIP UMP, 2013
9
Pendidikan masih dilakukan secara sporadis dan terpisah-pisah.
Hasil riset menunjukkan bahwa hanya di beberapa sekolah saja yang
telah mengembangkan pendidikan karakter. Hal tersebut terjadi bukan
karena adanya program ini, melainkan merupakan kultur yang sudah
terbangun sejak lama. Walaupun demikian, dari 18 yang
disosialisasikan untuk dikembangkan di sekolah, hanya terdapat 5
sampai 7 nilai yang benar-benar diajarkan dan terinternalisasi pada
siswa di Sekolah Dasar.
b. Pengertian Rasa InginTahu
Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya
untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dipelajari, dilihat, dan didengar (Wibowo 2012:102). Lingkup rasa
ingin tahu lebih luas dalam mempelajari suatu ilmu yang baru atau
pengalaman baru. Rasa ingin tahu adalah emosi yang dihubungkan
dengan perilaku mengorek secara alamiah seperti eksplorasi,
investigasi, dan belajar (Mustari, 2011:104-105). Rasa ingin tahu juga
dapat dideskripsikan sebagai suatu eksplorasi dalam menerima
pengetahuan baru.
Rasa ingin tahu terdapat pada pengalaman mausia dan hewan.
Istilah itu juga dapat digunakan untuk menunjukkan perilaku itu
sendiri yang disebabkan oleh emosi ingin tahu. Walaupun manusia itu
seringkali bersifat ingin tahu, namun tetap saja ada yang terlewati dari
perhatian mereka. Apa yang dapat dicatat adalah rasa ingin tahu
Upaya Meningkatkan Rasa..., Armi Afriyani, FKIP UMP, 2013
10
manusia tentang rasa ingin tahu itu sendiri (di balik-rasa ingin tahu),
digabungkan dengan kemampuan untuk berpikir abstrak, membawa
pada peniruan (mimesis), fantasi dan imajinasi – yang akhirnya
membawa pada cara manusia berpikir (menalar), yaitu abstrak, sadar-
diri atau secara sadar.
Menurut Berlyne (Gulten 2011:249) mengemukakan :
“…Perceptive curiosity contains (seeing, hearing) directed
sensual conceptions which are used for getting information
about complex or undetermined objects in kind a ways such
visual inspection with awakening of curiosity. Epistemic
curiosity examines the questions and proposition to get true
information that is activated by conceptual undetermined or
complex ideas such as (theories of knowledge, mental cross
words (Berlyne, 1957 cited in Ünal, 2005)… They defend an
appetitive account of curiosity, viewing curiosity as a
motivationally original desire to know that arises from having
one's attention drawn to the object and that in turn sustains
one's attention to it. Distinguishing curiosity from wonder, they
explore several sources of the epistemic value of curiosity. First,
curiosity is tenacious: Curiosity whether a proposition is true
leads to curiosity about related issues. Second, it is related to
our field of interest. Last, and most important, curiosity is
largely independent of our interests. It fixes our attention on
objects in which we have no antecedent interest, thereby
broadening our knowledge on it…”
Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa perspektif rasa ingin tahu
berupa melihat dan mendengar yang diarahkan kepada suatu konsep
yang digunakan dalam rangka memperoleh informasi melalui
timbulnya rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu yang dieksplorasikan akan
membentuk beberapa sumber nilai yaitu rasa ingin tahu yang ulet dari
beberapa hal terkait dengan bidang yang diminatinya. Rasa ingin tahu
Upaya Meningkatkan Rasa..., Armi Afriyani, FKIP UMP, 2013
11
sebagian besar independen dari kepentingan kita sehingga akan
mendapatkan pengetahuan yang luas dari yang telah kita dapatkan.
Pengertian rasa ingin tahu dari beberapa definisi para ahli,
dapat disimpulkan bahwa rasa ingin tahu merupakan suatu sikap,
perilaku, dan tindakan dalam mencari pengetahuan baru yang meluas
dari apa yang dilihat, didengar, maupun yang akan dipelajari.
c. Sejarah ingin tahu
Manusia yang mempunyai rasa ingin tahu terhadap rahasia
alam mencoba menjawab dengan menggunakan pengamatan dan
penggunaan pengalaman, tetapi sering upaya itu tidak terjawab secara
memuaskan Mustari, (2011:106). Rasa ingin tahu makhluk lain selain
manusia lebih didasarkan oleh naluri (instinct) atau idle curiosity.
Naluri ini didasarkan pada upaya mempertahankan kelestarian hidup
dan sifatnya tetap sepanjang zaman.
Panca indera akan memberikan tanggapan terhadap semua
rangsangan dimana tanggapan itu menjadi suatu pengalaman.
Pengalaman yang diperoleh terakumulasi oleh karena adanya
kuriositas manusia. Pengalaman merupakan salah satu cara
terbentuknya pengetahuan, yakni kumpulan fakta-fakta. Pengalaman
akan bertambah terus seiring berkembangnya manusia dan hal itu
diwariskan kepada generasi-generasi berikutnya. Pada dasarnya,
pertambahan pengetahuan didorong oleh:
Upaya Meningkatkan Rasa..., Armi Afriyani, FKIP UMP, 2013
12
1) Hasrat untuk memuaskan diri, yang bersifat non praktis atau
teoritis guna memenuhi kuriositas dan memahami hakekat alam
dan isinya. Dorongan ini melahirkan Ilmu Pengetahuan Murni
(Pure Science).
2) Dorongan praktis yang memanfaatkan pengetahuan itu untuk
meningkatkan taraf hidup yang lebih tinggi. Dorongan kedua ini
menimbulkan Ilmu Pengetahuan Terapan (Applied Science).
d. Indikator Rasa Ingin Tahu
Menurut Hasan dkk (Fitri, 2012:39), ada dua jenis indikator
yang dikembangkan dalam pedoman ini. Pertama, indikator untuk
sekolah dan kelas. Kedua, indikator untuk mata pelajaran. Indikator
sekolah dan kelas adalah penanda yang digunakan oleh kepala sekolah,
guru, dan personalia sekolah dalam merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi sekolah sebagai lembaga pelaksana pendidikan budaya
dan karakter bangsa. Indikator ini berkenaan juga dengan kegiatan
sekolah yang diprogramkan dan kegiatan sekolah sehari-hari. Indikator
mata pelajaran mengambarkan perilaku afektif seorang peserta didik
berkenaan dengan mata pelajaran tertentu. Indikator rasa ingin tahu
menurut Fitri (2012: 41) meliputi :
1) Sistem pembelajaran diarahkan untuk mengeksplorasi
keingintahuan siswa.
2) Sekolah memberikan fasilitas, baik melalui media cetak maupun
elektronik, agar siswa dapat mencari informasi yang baru.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Armi Afriyani, FKIP UMP, 2013
13
e. Pendidikan Rasa Ingin Tahu
Dalam mengembangkan rasa ingin tahu pada anak, kebebasan
anak itu sendiri harus ada untuk melakukan dan melayani rasa ingin
tahunya. Menurut Jean Piaget (Mustari, 2011:110), belajar merupakan
kegiatan bebas untuk memuaskan rasa ingin tahu, tidak heran jika
setiap anak pun mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang
berbeda-beda. Tidak ada dua anak yang menjalani jalan yang sama.
Adalah sedikit yang hampir sama. Setiap anak itu begitu unik, begitu
berbeda.
Belajar bisa dilakukan di bangku sekolah, ada juga yang
dilakukan di lapangan. Bagi orang-orang yang cocok untuk mengamati
dan praktek di lapangan, belajar yang berhubungan dengan buku
mungkin tidak cocok. Tetapi bisa jadi orang tersebutlah yang membuat
inovasi, yaitu penemuan baru.
2. Hakekat Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak
akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan.
(Hamdani, 2011:137-138). Purwadaminta berpendapat bahwa prestasi
adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan
sebagainya). Merujuk pada beberapa pernyataan di atas, maka prestasi
dapat dimaknai sebagai hasil yang diperoleh dari suatu aktifitas.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Armi Afriyani, FKIP UMP, 2013
14
Menurut Harahap (Hamdani, 2011:138) bahwa ia memberikan
penilaian pendidikan temtang perkembangan dan kemajuan siswa yang
berkenan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada
mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.
b. Pengertian Belajar
Menurut Slameto (2010:2), belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar tidak hanya
mempelajari mata pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan,
persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian social, bermacam-
macam keterampilan lain, dan cita-cita. Dengan demikian, seseorang
dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada dirinya akibat adanya
latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan.
Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan,
yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut
pendapat Cronbach, dkk (Hamdani, 2011:20-21) mengungkapkan
bahwa definisi belajar yaitu sebagai berikut :
1) Cronbach memberikan definisi, “Learning is shown by a change in
behavior as a result of experience”. (belajar adalah
memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari
pengalaman).
Upaya Meningkatkan Rasa..., Armi Afriyani, FKIP UMP, 2013
15
2) Harold Spears memberikan batasan, “Learning is to observe, to
read, to initiate, to try something themselves, to listen, to follow
direction”. (belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi,
mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk).
3) Geoch mengatakan, “Learning is a change in performance as a
result of practice”. (belajar adalah perubahan dalam penampilan
sebagai hasil praktik).
Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah
adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya, yang menyangkut
perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan
(psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).
Belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar,
maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar
maka responnya akan menurun.
Dari berbagai pernyataan di atas, belajar merupakan perubahan
tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan. Belajar
dapat diwujudkan melalui membaca, mengamati, mendengarkan,
meniru, dll. Belajar akan lebih baik jika subyek belajarnya itu
mengalami sendiri atau melakukannya sendiri, sehingga belajar
sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan suatu rangsangan-
rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Armi Afriyani, FKIP UMP, 2013
16
c. Ciri dan Prinsip Belajar
Darsono (Hamdani, 2011:22) mengemukakan ciri belajar yaitu
sebagai berikut:
1) Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan. Tujuan ini
digunakan sebagai arah kegiatan, sekaligus tolok ukur keberhasilan
belajar.
2) Belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak dapat diwakilkan
kepada orang lain. Jadi, belajar bersifat individual.
3) Belajar merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungan.
Hal ini berarti individu harus aktif apabila dihadapkan pada
lingkungan tertentu. Keaktifan ini dapat terwujud karena individu
memiliki berbagai potensi untuk belajar.
4) Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang
belajar. Perubahan tersebut bersifat integral, artinya perubahan
dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang terpisahkan
satu dengan yang lain.
Adapun prinsip-prinsip belajar dalam pembelajaran adalah :
a) Kesiapan belajar
b) Perhatian
c) Motivasi
d) Keaktifan siswa
e) Mengalami sendiri
f) Pengulangan
Upaya Meningkatkan Rasa..., Armi Afriyani, FKIP UMP, 2013
17
g) Meteri pelajaran yang menantang
h) Balikan dan penguatan
i) Perbedaan individu
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk
meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan
instruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatakan prestasi belajar
siswa, guru harus memerhatikan kondisi internal dan eksternal siswa.
d. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang akan dicapai oleh seorang individu,
merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhinya
baik faktor internal maupun eksternal (Ahmadi dan Supriyono,
1991:130). Faktor internal terdiri atas faktor jasmaniah, psikologis,
kematangan fisik maupun psikis. Prestasi belajar dapat diartikan pula
sebagai suatu kepemahaman terhadap suatu konsep pengetahuan yang
dikembangankan dengan melihat dari hasil tes atau nilai tes yang
didapatkan.
Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari usaha
belajar siswa pada suatu pelajaran tertentu dan dapat diukur
menggunakan tes. Prestasi belajar dapat diperoleh seseorang setelah
mengalami proses belajar. Pestasi belajar itu berupa pengetahuan atau
keterampilan yang sifatnya tetap dan dapat digunakan dalam situasi
tertentu dapat diukur dengan tes.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Armi Afriyani, FKIP UMP, 2013
18
Menurut Gagne (Hamdani, 2011:136) menyatakan bahwa
prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu kemampuan
intelektual, strategi kognitif, informasi herbal, sikap, dan ketrampilan.
Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran
terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotorik
setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan
menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari
penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf
maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh
setiap anak pada periode tertentu.
3. Pendidikan Kewarganegaraan
a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi
yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis
dan bertindak demokratis, melalui aktifitas menanamkan kesadaran
kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan
masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat.
Demokrasi adalah suatu learning process yang tidak dapat begitu saja
meniru dan mentransformasikan nilai-nilai demokrasi. Pendidikan
Kewarganegaraan adalah suatu proses yang dilakukan oleh lembaga
pendidikan dimana seseorang mempelajari orientasi, sikap dan
perilaku politik sehingga yang bersangkutan memiliki political
Upaya Meningkatkan Rasa..., Armi Afriyani, FKIP UMP, 2013
19
knowledge, awarenes, attitude, political efficacy, dan political
participation, serta kemampuan mengambil keputusan politik secara
rasional dan menguntungkan bagi dirinya juga bagi masyarakat dan
bangsa Zamroni (Taniredja, 2009:3).
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk
membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar
berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta
pendidikan pendahuluan bela negara menjadi warga negara yang dapat
diandalkan oleh bangsa dan negara (Pasal 39 Undang-Undang No 2
Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional).
b. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Secara umum ketika Pendidikan Kewarganegaraan dikaitkan
dengan pendidikan demokrasi mempunyai tujuan untuk
mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia.
Winataputra (Taniredja, 2009:17). Oleh karena itu, diharapkan setiap
individu memiliki wawasan, watak, serta ketrampilan intelektual dan
sosial yang memadai sebagai warga negara.
Keputusan Ditjen Dikti Depdiknas RI Pasal 3 No.
267/DIKTI/2000 tentang penyempurnaan garis besar proses
pembelajaran mata kuliah pengembangan kepribadian (MKPK)
pendidikan kewarganegaraan pada perguruan tinggi di Indonesia,
bahwa PKn dirancang dengan maksud untuk memberikan pengertian
kepada mahasiswa tentang pengetahuan dan kemampuan dasar
Upaya Meningkatkan Rasa..., Armi Afriyani, FKIP UMP, 2013
20
berkenaan dengan hubungan antara warga Negara dengan Negara serta
pendidikan pendahuluan bela Negara sebagai bekal agar menjadi
warga Negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara.
Sedangkan pasal 4 menyebutkan bahwa PKn di perguruan tinggi
bertujuan untuk:
1) Dapat memahami dan mampu melaksanakan hak dan kewajiban
secara santun, jujur dan demokratis serta ikhlas sebagai warga
Negara terdidik dalam kehidupannya selaku warga Negara
Republik Indonesia yang bertanggung jawab.
2) Menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang beragam masalah
dasar kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang
hendak diatasi dengan penerapan pemikiran yang berlandaskan
Pancasila, wawasan nusantara dan ketahanan nasional secara kritis
dan tanggung jawab.
3) Memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
kejuangan serta pratiotisme yang cinta tanah air, rela berkorban
bagi nusa dan bangsa.
Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan yaitu untuk membekali
dan memantapkan siswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar
hubungan warga negara Indonesia yang Pancasilais dengan Negara
dan sesama warga negara (Dwiyatmi dkk, 2012:5). Setiap warga
negara dapat berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab
dalam berbagai dimensi kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara
Upaya Meningkatkan Rasa..., Armi Afriyani, FKIP UMP, 2013
21
Indonesia serta dunia. Oleh karena itu, bahwa dalam setiap jenjang
pendidikan diperlukan Pendidikan Kewarganegaraan yang akan
mengembangkan kecerdasan peserta didik melalui pemahaman dan
pelatihan ketrampilan intelektual.
4. Metode Diskusi
a. Pengertian Metode Diskusi
Diskusi merupakan bentuk tukar pikiran antara dua orang atau
lebih tentang suatu masalah untuk mencapai tujuan tertentu. Metode
diskusi merupakan interaksi antara siswa dan siswa atau siswa dengan
guru untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali, atau
memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu. Hardini (2012:19).
Dari pengertian tersebut maka metode diskusi di dalamnya terdapat
suatu pembicaraan ataupun pembahasan terhadap sesuatu, sehingga
dalam pelaksanaannya diskusi dapat berlangsung secara aktif. Metode
diskusi dapat digunakan sebagai suatu cara mengelola pembelajaran
denganpenyajian materimelalui pemecahan masalah, atauanalisis Suatu
diskusi dinilai menunjang keaktifan siswa bila diskusi itu melibatkan
semua anggota diskusi dan menghasilkan suatu pemecahan masalah,
maka dari itu diskusi akan berpengaruh untuk menggali potensi siswa
dalam menyampaikan pendapatnya masing-masing.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Armi Afriyani, FKIP UMP, 2013
22
b. Kelebihan dan Kekurangan
Menurut Hardini (2012:20) menyatakan bahwa metode
pembelajaran diskusi memiliki beberapa manfaat, yaitu sebagai
berikut:
a. Peserta didik memperoleh kesempatan untuk berpikir
b. Peserta didik mendapat pelatihan mengeluarkan pendapat,
sikap, dan aspirasinya secara bebas
c. Peserta didik belajar bersikap toleran terhadap teman-temannya
d. Diskusi dapat mengubah perilaku efektif siswa secara konkret
e. Diskusi dapat menumbuhkan partisipasi aktif di kalangan
peserta didik
f. Diskusi dapat mengembangkan sikap demokratis dan dapat
menghargai pendapat orang lain
Kelemahan-kelemahan dalam metode diskusi adalah sebagai
berikut:
a. Diskusi membutuhkan waktu yang lama
b. Siswa disyaratkan untuk memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai topik atau masalah yang didiskusikan
c. Kadang-kadang guru tidak memahami cara-cara melaksanakan
diskusi, maka kecenderungannya diskusi menjadi tanya jawab
d. Metode ini tidak tepat digunakan pada tahap awal proses
belajar saat siswa diperkenalkan bahan pembelajaran baru
Upaya Meningkatkan Rasa..., Armi Afriyani, FKIP UMP, 2013
23
Kelemahan yang ada pada metode ini dapat diminimalisir
dengan cara memberi waktu pengerjaan tugas dalam diskusi
kelompok. Siswa dalam pelaksanaan diskusi ini harus dituntut
mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai materi, maka sebelum
guru memberikan instruksi untuk berdiskusi siswa diberikan
penjelasan terkait materi yang akan didiskusikan terlebih dahulu.
Siswa akan mendapatkan bekal dalam diskusi kelompok setelah guru
memberikan topik dalam materi.
c. Langkah-langkah Metode Diskusi
Menurut Hamdani (2011:159) langkah-langkah dalam
pelaksanaan metode diskusi adalah sebagai berikut:
a. Menyediakan bahan, topik, atau masalah yang akan
didiskusikan
b. Menyebutkan pokok-pokok masalah yang akan dibahas atau
memberikan penugasan studi khusus kepada siswa sebelum
menyelenggarakan diskusi
c. Menugaskan siswa untuk menjelaskan, menganalisis, dan
meringkas
d. Membimbing diskusi, tidak memberi ceramah
e. Sabar terhadap kelompok yang lamban dalam
mendiskusikannya
f. Waspada terhadap kelompok yang tampak kebingungan atau
berjalan dengan tidak menentu
Upaya Meningkatkan Rasa..., Armi Afriyani, FKIP UMP, 2013
24
g. Melatih siswa dalam menghargai pendapat orang lain
Metode diskusi ini akan dapat menunjang pembelajaran dalam
kelas serta cocok digunakan untuk memancing keatifan siswa dalam
menanggapi sesuatu. Melalui diskusi maka anak akan lebih mudah
mengeksplor wawasan atau pengetahuan siswa terhadap kegiatan
sehari-hari.
5. Media Audio Visual
a. Pengertian Media Audio Visual
Media Audio adalah media yang hanya mengandalkan
kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam.
Media Visual adalah media yang hanya mngendalkan indra
penglihatan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau
simbol yang bergerak seperti film bisu, dan film kartu Djamarah
(2010:124).
Media audio visual yaitu media yang merupakan kombinasi
audio dan visual atau bias disebut media pandang-dengar. Contoh dari
media audio visual adalah program video/televisi pendidikan,
video/televise instruksional, dan program slide suara (sound slide)
Rusman dkk (2011:63). Menurut Arsyad (2007:148-152) Media audio
dan audio visual merupakan bentuk media pembelajaran yang murah
dan terjangkau. Sekali membeli tape dan peralatan seperti tape
recorder, hampir tidak diperlukan lagi biaya tambahan karena tape
dapat dihapus setelah digunakan dan pesan baru dapat direkam
Upaya Meningkatkan Rasa..., Armi Afriyani, FKIP UMP, 2013
25
kembali. Audio dapat menampilkan pesan yang memotivasi. Selain
dapat menarik dan memotivasi siswa untuk mempelajari materi lebih
banyak, materi audio dapat digunakan untuk mengembangkan
ketrampilan mendengar dan mengevaluasi yang telah didengar,
mengatur dan mempersiapkan diskusi atau debat dengan
mengungkapkan pendapat-pendapat para ahli yang berada jauh dari
lokasi, menjadikan model yang akan ditiru oleh siswa, dan
menyiapkan variasi yang menarik dan perubahan-perubahan tingkat
kecepatan belajar mengenai suatu pokok bahasan atau sesuatu
masalah.
Menurut Rusman dkk (Arsyad, 2007:36) mengemukakan video
merupakan serangkaian gambar gerak yang disertai suara yang
membentuk satu kesatuan yang dirangkai menjadi sebuah alur, dengan
pesan-pesan di dalamnya untuk ketercapaian tujuan pembelajaran yang
disimpan dengan proses penyimpanan pada media pita atau disk.
Media video pembelajaran dapat digolongkan ke dalam jenis media
audio visual aids (AVA), yaitu jenis media yang selain mengandung
unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat.
Media menurut Heinich, Molena, Russel (1993:188) video
diartikan sebagai berikut :
“The primary meaning of video is the display of picture on a
television type screen (the latin word literally means “I see” any
media format that employs a chatode-ray to present the picture
portion of the message can be reffered to as video”.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Armi Afriyani, FKIP UMP, 2013
26
Apabila diterjemahkan dapat diartikan sebagai tampilan dari berbagai
gambar dalam sebuah televisi atau sejenis layar. Setiap format media
yang menggunakan sinar katoda untuk menampilkan bagian gambar
dan sebuah pesan dapat dikategorikan sebagai video.
Media video pembelajaran termasuk ke dalam media video
cassette recorder (VCR) yaitu media audio visual gerak yang
perekamannya dilakukan dengan menggunakan kaset video, dan
penayangannya melalui pesawat televisi. Jadi dapat disimpulkan
bahwa media audio visual merupakan suatu media yang lebih
cenderung pada penggunaan teknologi dengan memadukan antara
audio dan juga visual atau dapat diartikan sebagai media yang dapat
didengar dan dilihat.
b. Kelebihan Kekurangan
Pembelajaran dengan menggunakan media audio visual dapat
memotivasi serta menarik perhatian siswa terhadap materi yang akan
diajarkan. Kelebihan media tersebut, yaitu sebagai berikut :
1) Memberi pesan yang dapat diterima secara lebih merata oleh siswa.
2) Sangat bagus untuk menerangkan suatu proses.
3) Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.
4) Lebih realistis, dapat diulang dan dihentikan sesuai dengan
kebutuhan.
5) Memberikan kesan yang mendalam, yang dapat memengaruhi
sikap siswa
Upaya Meningkatkan Rasa..., Armi Afriyani, FKIP UMP, 2013
27
Kelemahan media video dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu
sebagai berikut :
1) Jangkauannya terbatas
2) Sifat komunikasinya satu arah
3) Gambarnya relative kecil
4) Kadangkala terjadi distorsi gambar dan warna akibat kerusakan
atau gangguan magnetik.
Merujuk pada kelemahan di atas maka pada pelaksanaannya,
kelemahan tersebut akan diminimalisir melalui penyempurnaan.
Usaha meminimalisir dapat dilakukan dengan menciptakan
pembelajaran menjadi berbagai arah dengan mengadakan diskusi,
sehingga tercipta pembelajaran yang aktif dan terjadi komunikasi
kesegala arah. Pada saat tayangan materi, maka ukuran yang
ditampilkan lebih dimaksimalkan, sehingga siswa yang duduk di
belakang dapat melihat dengan jelas. Siswa dalam mendapatkan
pembelajaran akan lebih maksimal dengan cara tersebut.
c. Langkah-Langkah Media Audio Visual
Langkah-langkah dalam penyajian materi melalui media audio
maupun audio visual tidak terpaku pada satu prosedur, namun hal
tersebut dapat dirancang sesuai pada kebutuhan materi yang akan
disajikan. Menurut Arsyad, (2007:150-152) mengemukakan bahwa
langkah-langkahnya yaitu mempersiapkan diri. Guru merencanakan
dan menyiapkan diri sebelum penyajian materi; Membangkitkan
Upaya Meningkatkan Rasa..., Armi Afriyani, FKIP UMP, 2013
28
kesiapan siswa. Siswa dituntun agar memiliki kesiapan untuk
mendengar, misalnya dengan cara memberikan komentar awal dan
pertanyaan-pertanyaan; Mendengarkan materi audio. Tuntun siswa
untuk menjalani pengalaman mendengar dengan waktu yang tepat atau
dengan sedikit penundaan antara pengantar dan mulainya proses
mendengar; Diskusi (membahas) materi program audio. Sebaiknya
setelah mendengar program itu, diskusi dimulai secara informal
dengan mengajukan pertanyaan yang bersifat umum; Menindaklanjuti
program. Pada umumnya, diskusi dan evaluasi setelah mendengarkan
program mengakhiri kegiatan mendengar.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Suwarto WA mahasiswa Universitas
Sebelas Maret Surakarta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar dengan judul Penggunaan Media Audio
Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pkn menghasilkan data pada siklus
I diperoleh jumlah rata-rata sebesar 72,42, pada siklus II meningkat menjadi
85,93. Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal 46,51%,
tes siklus pertama 86,95%, dan pada tes siklus kedua siswa belajar tuntas
mencapai 100%. Penelitian ini telah membuktikan bahwa pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan melalui penggunaan media audio-visual dapat
meningkatkan pemahaman siswa khususnya pada materi aturan-aturan yang
berlaku di masyarakat.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Armi Afriyani, FKIP UMP, 2013
29
C. Kerangka Berfikir
Rasa ingin tahu merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya
untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari,
dilihat, dan didengar. Rasa ingin tahu yang patut ditumbuhkan kepada siswa
adalah agar siswa mampu merespon positif segala ilmu yang didapat untuk
lebih peka terhadap wawasan-wawasan baru dalam kehidupan sehari-harinya.
Dalam kehidupan nyata, banyak siswa yang masih kurang tanggap dalam
menerima ilmu ataupun pengetahuan baru, hal itu dikarena kurangya
ketertarikan siswa terhadap pengetahuan tersebut. Permasalahan ini harus
segera ditanggapi oleh guru dengan cara mencari alternative tindakan untuk
segera memaksimalkan dan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa. Sehingga
esensi dari pengetahuan yang diberikan dapat tersampaikan dengan maksimal
kepada siswa, maka tujuan dari suatu pembelajaran dalam pemberian
pengetahuan pun dapat tersampaikan.
Prestasi belajar merupakan sebuah pembuktian keberhasilan yang telah
dicapai dalam melaksanakan suatu usaha-usaha belajar. Memahami atau
tidaknya sebuah materi dapat dilihat melalui hasil prestasi belajarnya,
sehingga prestasi juga dapat digunakan sebagai tolok ukur dalam pencapaian
ketuntasan dalam sebuah pembelajaran. Prestasi belajar di bidang pendidikan
merupakan suatu hasil pengukuran terhadap siswa yang meliputi factor
kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat diberikan melalui
penerapan pada kehidupan sehari-hari, karena pendidikan kewarganegaraan
Upaya Meningkatkan Rasa..., Armi Afriyani, FKIP UMP, 2013
30
adalah pendidikan yang lebih mengarah pada pembiasaan sikap yang
mengarah pada suatu nilai dalam kehidupan sehari-hari. Merujuk pada
pernyataan bahwa pendidikan kewarganegaraan menitik beratkan pada sikap
dan nilai yang cenderung kurang mudah dipahami oleh siswa secara konkret
maka dalam pembelajarannya pun harus dapat lebih menarik agar siswa
tertarik dan termotivasi untuk merespon positif terhadap materi yang
disajikan.
Cara untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan ketertarikan siswa
terhadap materi dan pembelajaran ini maka dapat melalui metode diskusi
dengan menggunakan media pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu dengan
menggunakan media audio visual. Diskusi akan memancing siswa untuk lebih
aktif dan kritis pemberian pengetahuan baru. Diskusi juga akan memberikan
pengaruh kepada siswa untuk dapat berbagi pengalaman baru. Penggunaan
media audio visual diharapkan dapat lebih memicu rasa ingin tahu siswa
sehingga siswa akan lebih termotivasi dan tertarik dalam penyajian materi,
khususnya materi mengenai memahami sistem pemerintahan desa dan
pemerintah kecamatan.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan perumusan masalah di atas dapat dirumuskan hipotesis
tindakan, meliputi:
1. Melalui metode diskusi menggunakan media Audio Visual dapat
meningkatkan rasa ingin tahu siswa mata pelajaran Pendidikan
Upaya Meningkatkan Rasa..., Armi Afriyani, FKIP UMP, 2013
31
Kewarganegaraan pada materi . Mengenal lembaga lembaga dalam
pemerintahan desa dan Pemerintahan Kecamatan kelas IV SD Negeri 2
Grendeng.
2. Melalui metode diskusi menggunakan media Audio Visual dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan pada materi . Mengenal lembaga lembaga dalam
pemerintahan desa dan Pemerintahan Kecamatan kelas IV SD Negeri 2
Grendeng.
Upaya Meningkatkan Rasa..., Armi Afriyani, FKIP UMP, 2013