BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Pamsimaseprints.ung.ac.id/5780/9/2012-1-86205-121409051-bab2... ·...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Pamsimaseprints.ung.ac.id/5780/9/2012-1-86205-121409051-bab2... ·...
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Teori Pamsimas
Sektor air minum dan sanitasi merupakan pelayanan publik yang
mempunyai kaitan erat dengan pengentasan kemiskinan. Tidak memadainya
prasarana dan sarana air minum dan sanitasi, khususnya di perdesaan dan daerah
pinggiran kota (peri-urban) berpengaruh buruk pada kondisi kesehatan dan
lingkungan yang memiliki dampak lanjutan terhadap tingkat perekonomian
keluarga.
Penyediaan prasarana dan sarana air minum dan sanitasi yang baik akan
memberi dampak pada peningkatan kualitas lingkungan dan kesehatan
masyarakat, serta waktu yang dapat dihemat dari usaha untuk mendapatkan air
minum dan sanitasi yang baik. Ketiga dampak tersebut akan memberikan dampak
lanjutan berupa peningkatan produktivitas masyarakat.
Pamsimas adalah kegiatan penyediaan air minum dan sanitasi berbasis
masyarakat yang dananya berasal dari kontribusi masyarakat, pemerintah daerah,
pemerintah pusat dan Bank Dunia. Kegiatan ini didukung oleh Departemen
Pekerjaan Umum sebagai executing agency bersama dengan Departemen Dalam
Negeri dan Departemen Kesehatan.
Tujuan Pamsimas secara umum adalah meningkatkan akses pelayanan air
minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin perdesaan dan daerah pinggiran kota
(periurban) serta menerapkan praktik hidup bersih dan sehat dengan membangun
model penyediaan prasarana dan sarana air minum dan sanitasi berbasis
7
masyarakat yang berkelanjutan dan mampu diadaptasi oleh masyarakat. Program
ini akan menjadi model untuk direplikasi, diperluas (scalling up) dan
diarusutamakan (mainstreaming) di daerah lain, dalam upaya mencapai target
MDGs.
Pamsimas merupakan kelanjutan dari kegiatan sebelumnya, yaitu Water
Supply and Sanitation for Low Income Communities Project (WSLIC). Lokasi
kegiatan ditetapkan berdasarkan empat kriteria, yaitu termasuk desa miskin,
rendahnya ketersediaan air minum dan sanitasi, tingginya kejadian penyakit
terkait air, dan belum menerima bantuan sejenis dalam dua tahun terakhir.
Pemerintah menargetkan 15 provinsi, 110 kabupaten/kota, dan 4466
desa/kelurahan untuk proyek ini termasuk program replikasi 506 desa. Dengan
demikian Pamsimas diharapkan mampu mencakup 4466 desa dari 36000 desa
tertinggal yang memiliki keterbatasan terhadap sarana air minum dan sanitasi.
2.2. Hakikat Pengelolaan Pamsimas
Pengelolaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengoptimalkan
pelaksanaan fungsi-fungsi manajamen sehingga dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Encylpedia of the social science (dalam Manullang, 1996:1) dijelaskan
bahwa pengelolaan atau manajemen adalah suatu proses denngan proses mana
pelaksanaan suatu tujuan tertentuk diselenggarakan dan diawasi. Handoko
mendefinisikan manajemen (pengelolaan) sebagai usaha untuk bekerja dengan
orang-orang untuk menentukan, menginterprestasikan, dan mencapai tujuan-
tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan personalia dan kepegawaian.
Definisi pengelolaan oleh para ahli terdapat perbedaan-perbedaan hal ini
disebabkan karena para ahli meninjau pengertian dari sudut yang berbeda-beda.
Ada yang meninjau pengelolaan dari segi fungsi, benda, kelembagaan dan yang
meninjau pengelolaan sebagai suatu kesatuan. Namun jika dipelajari pada
prinsipnya definisi-definisi tersebut mengandung pengertian dan tujuan yang
sama. Berikut ini adalah pendapat dari beberapa ahli yakni menurut Wardoyo
(2011:41) memberikan definisi sebagai berikut pengelolaan adalah suatu rangkai
kegiatan yang berintikan perencanaan, pengorganisasian pengerakan dan
pengawasan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya .
Menurut Harsoyo (1977:121) pengelolaan adalah suatu istilah yang berasal
dari kata “kelola” mengandung arti serangkaian usaha yang bertujuan untuk
mengali dan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki secara efektif dan efisien
guna mencapai tujuan tertentu yang telah direncanakan sebelumnya. Dari uraian
diatas dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pengelolaan adalah
suatu rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengawasan yang bertujuan menggali dan memanfaatkan
sumber daya alam yang dimiliki secara efektif untuk mencapai tujuan organisasi
yang telah ditentukan.
Pengelolaan merupakan suatu proses yang digunakan untuk menyesuaikan
strategi pengelola supaya mereka dapat mengatasi perubahan dalam interaksi
antara manusia. Ditinjau dari segi etimologi, istilah pengelolaan berasal dari
kata”kelola” dan kata kerjanya mengelola atau mengandalkan. Mengelola (kan)
berarti mengurus, melakukan, penyelenggarakan. Sedangkan ditinjau dari
terminologi atau pengertiannya, Drs Winarno Hamiseno sebagaimana dikutip oleh
Drs. Suharsim Arikunto menjelaskan pengelolaan adalah subtansi dan mengelola
berarti suatu tindakan yang dimulai dar penyusunan data, merencana,
mengorganisasikan, melaksanakan, sampai dengan pengawasan dan penilaian.
2.2.1. Fungsi-Fungsi Pengelolaan
Fungsi pengelolaan antara lain menentukan tujuan dan kerangka tindakan
yang diperlukan untuk pencapaian tujuan tertentuk. Ini dliakukan dengan
mengkaji kekuatan dan kelemahan organisasi, menetukan kesempatan dan
ancaman, menentukan strategi kebijakan, taktik, dan program. Semua itu
dilakukan berdasarkan proeses pengambilan keputusan secara ilmiah.
Pengelolaan Pamsimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat) adalah pengelola bertanggung jawab untuk mengelola dari
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, pengawasan dan penilaian.
2.2.2. Perencanaan
Perencanaan adalah kegitan yang dilakukan proses manajemen.
Perencanaan untuk merupakan unsur yang sangat esensial dalam kegiatan
manajemen. Mengingat bahwa perencanaan mempersiapkan seperangkat
keputusan demi efektif dan efisiennya pencapaian tujuan organisasi. Siagian
(1997:108) mendefinisikan perencanaan sebagai keseluruhan proses pemikiran
dan penentuan secara matang dari hal-hal yang akan dikerjakan dari masa yang
akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Pendapatan
tersebut mengisyaratkan bahwa kegiatan perencanaan dilakukan untuk
mengantisipasi berbagai ketidaksiapan yang akan dihadapi pada masa yang aan
datang, akibat ketidakpastian.
Oleh karena itu, kegiatan perencanaan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Berbasis masyarakat (PAMSIMAS) meliputi:
1. Merencanakan jangka menengah program air minum, kesehatan dan sanitasi
adalah dokumen perencanaan jangka menengah Program air minum,
kesehatan dan sanitasi dirumuskan dari kajian/anlisa hasil identifikasi masalah
dan analisis situasi
2. Diskusi perencanaan jangkah menengah program air minum kesehatan dan
sanitasi dilakukan berjenjang mulai dari rembug warga tingkat dusun/RW
hingga pertemuan desa dan kelurahan.
3. Perumusan kegiatan-kegiatan yang direncanakan dilakukan pada tahun
pertama ditentukan dengan mempertimbangkan skala prioritas dan kebutuhan,
terutama akses masyarakat miskin terhadap pelayanan air minum, sanitasi dan
kesehatan.
4. Rencana kegiatan tahun pertama merupakan rencana kerja masyarakat yang
akan dibiayai oleh program Pamsimas.
5. Pada akhir periode program Pamsimas diharapka perencanaan jangka
menengah program air minu kesehatan dan sanitasi akan menjadi masukan/
bagian dari rencana pembangunan jangka menengah desa/kelurahan.
6. Bahan untuk perumusan perencanaan jangka menengah program air minum
kesehatan dan sinitasi adalah peta sosial dan kajian/analisa hasil identifikasi
masalah dan anlisis situasi.
7. Peserta rembug warga dan pertemuan perencanaan jangka menengah program
air minum kesehatan dan sinitasi mewakili semua elemen/kelompok yang ada
di masyarakat, terutam masyarakat miskin, kaum perempuan dan masyarakat
adat.
8. Peserta pertemuan desa/kelurahan terdiri dari perwakialan semua kelompok
masyarakat dari setiap dusun/RW.
2.2.3. Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan aktifitas yang dilakukan untuk mengatur atau
mengelompokan pekerjaan serta perangkat-perangkatnya untuk mendukung
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Pengorganisasian merupakan kegiatan
kedua yang telah dilakukan setelah kegiatan perencanaan berhasil dilakukan.
Siagian (2002:81) mengemukakan bahwa penempatan fungsi pengorganisasian
segera setelah perencanaan menjadi hal yang sangat logis, karena suatu rencana
yang telah tersusun dengan rapi dan ditetapkan berdasarkan berbagai macam
perhitungan tidak terlaksana dengan sendirinya. Artinya, ada rencana tidak dengan
sendirinya mendekatkan organisasi pada tujuan yang hendak dicapai. Diperlukan
berbagai pengaturan yang menetapkan bukan saja wadah berbagai kegiatan
diselenggarakan, tetapi juga tatakrama yang harus ditaati oleh setiap orang dalam
satu-satuan kerja terbentuk maupun antar kelompok yang ada
Badan pengelola sarana penyediaan air minum dan sanitasi merupakan
unit otonom ”mempuyai kewenangan untuk mengatur dan mengelola organisasi
secara intern” namun tetap dibawah koordinasi pemerintah desa/kelurahan.
Adapun tugas dan fungsi Badan Pengelola Sarana dan Penyediaan Air
Minum dan Sanitasi adalah:
1. Fungsi
a. Merealisasikan kegiatan yang tertuang dalam rencana kerja masyarakat yang
berkaitan dengan tahap pascakonstruksi dan perencanaan jangka menengah
program air minum kesehatan dan sanitasi.
b. Bersama masyarakat menetapkan tarif/iuran pemanfaatan sarana air minum
dan sanitasi untuk pengoperasian dan pemeliharaan.
c. Mengelola pelayanan air minum dan sanitasi sesuai kesepakatan masyarakat.
d. Mngorganisasi masyarakat untuk melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan
jika dalam jumlah volume yang besar.
e. Mengkoordinasi kegiatan pelestarian sumber daya air, termasuk pengetahuan
masyarakat tentang kelestarian sumber air.
f. Mengidentifikasi cara-cara untuk meningkatkan pendanaan atau
pengembangan sarana.
g. Mengorganisasi kegiatan peningkatan praktek hidup bersih sehat dimasyarakat
dan sekolah.
h. Mengembangkan jaringan kerja dengan pihak-pihak lain.
2. Tugas
a. Melaksanakan anggaran dasar dan angaran rumah tangga termasuk hal-hal lain
yang telah ditetapkan oleh rapat anggota.
b. Menghimpun, mengadministrasikan dan mengelola keuangan yang berasal
dari iuran bulanan masyrakat atas pemanfaatan sarana air minum dan sanitasi
atau dana APBD kabupaten maupun dana lain yang tidak mengikat.
c. Menyelenggarakan rapat pengurus dan rapat anggota masyarakat pengguna
manfaat sarana dan pra sarana air minum dan sanitasi secara berkala,
menyusun pelaporan dan pertanggung jawaban pengurus Badan Pengelola
Sarana Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
d. Memberikan laporan pelaksanaan laporan pertanggung jawaban kepada
Lembaga Kewasdayaan Masyarakat dan pemerintah desa secara berkala (1
kali 6 bulan)
e. Mengelola pemakaian air sesuai pemakaian masyarakat.
f. Mengelola pengembangan sanitasi dan sesuai kesepakatan masyarakat.
g. Mengorganisasi masyarakat untuk pemeliharaan dan perbaikan sarana.
h. Mengiventarisasi permasalahan dan menyelesaikan permasalahan.
i. Mengidentifikasi sumber potensi kerusakan sarana air minum dan sanitasi,
antara lain:
1. Menginventarisasi sarana dan prasarana sarana air minum dan sanitasi
desa.
2. Menyusun rencana kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan sarana air
minum dan sanitasi.
3. Mengeporasikan dan memelihara sarana air minum dan sanitasi
j. Mengorganisasi kegiatan : pelestarian sumber air minum, peningkatan
perilaku hidup bersih dan sehat (di masyarakat dan sekolah), kegiatan
kesehatan lingkungan (di masyarakat dan sekolah) termasuk meningkatkan
penggunaan jamban.
2.2.4. Pelaksanaan
Pelaksanaan (Actuating) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar
semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan
perencanaan manejerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya
menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau dengan
kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan dikehendaki secara efektif.
Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah pengelolaan. Actuating adalah pelaksanaan
untuk bekerja. Untuk melaksanakan secara fisik kegiatan dari aktivitas tesebut,
maka manajer mengambil tindakan-tindakannya ke arah itu. Seperti : Leadership (
pengelolaan ), perintah, komunikasi dan conseling (nasehat). Actuating disebut
juga “gerakan aksi“ mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manager untuk
mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur-unsur
perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai. Dari seluruh
rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi
manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian
lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen,
sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang
berhubungan lansung dengan orang-orang dalam organisasi. Dalam hal ini,
George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha
menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa sehingga mereka
berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran
anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin
mencapai sasaran tersebut. Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak
lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan
melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap masyarakat dapat
melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung
jawabnya.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini
adalah bahwa masyarakat akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika
merasa yakin akan mampu mengerjakan.
Fungsi dari Pelaksanaan (actuating) adalah sebagai berikut (1)
Mengimplementasikan proses pengelolaan, pembimbingan, dan pemberian
motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan. (2) Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai
pekerjaan. (3) Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan. (4) memotivasi agar semua
pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran
dan produktifitas yang tinggi.
2.2.5. Pengawasan
Pengawasan bertujuan untuk melihat kesesuaian antara rencana kegiatan
masyarakat dengan kenyataan pelaksanaan kegiatan di masyarakat. Secara umum
tahap ini adalah membandingkan antara apa yang direncanakan di Rencana Kerja
Masyarakat (RKM) dengan kondisi setelah konstrusi (kegiatan) selesai kaitannya
dengan kualitas dan potensi akses di masyarakat. Tahap ini membantu masyarakat
untuk melihat kemungkinan untuk meningkatkan pengelolaan, keuangan,
operasional dan pemeliharaan praktis agar pelayanan dapat berkelanjutan dan
pemanfaatannya lebih merata.
Herujito (2001:242) mengemukakan bahwa pengawasan memiliki prinsip:
(1)Mencerminkan sifat dari apa yang diawasi, (2) Dapat diketahui dengan cara
penyimpangan yang terjadi, (3) Luwes, (4) Mencerminkan pola organisasi, (5)
Ekonomis, (6) Dapat mudah dipahami, dan (7) Dapat sejalan diadakan perbaikan.
Soetepo (2002:261) mengemukakan bahwa aktifitas pengentrolan terdiri dari: (1).
Penentuan standar atau ukuran baku, (2). Mengadakan pengukuran dan atau
penilaian terhadap pekerjaan yang telah dan sedang berlangsung, (3).
Membandingkan pelaksanaan pekerjaan dengan ukuran baku untuk mengetahui
kesesuaian (keberhasilan), (4). Mengadakan perbaikan terhadap penyimpangan
yang terjaidi.
Sedangkan Sutisna (2000:240-241) berpandangan bahwa dalam proses
tindakan pengawasan, terhadap empat langkah utama: (1). Ukuran sesuatu kritera
atau standar pengukuran/penilaian, (2). Pengukur/penilaian perbuatan
(perpormance) yang sedang atau sudah dilakukan, (3). Membandingkan perbuatan
dengan standar yanag ditetapkan dan menetapkan perbedaanya jika ada, (4).
Memperbaiki penyimpangan dari standar (jika ada) dengan tindakan perbaikan.
2.2.6. Penilaian
Penilaian merupakan fungsi organik manajemen terakhir. Siagian
(1997:141) membatasi penilaian sebagai proses pengukuran dan perbandingan
dari pada hasil-hasil pekerjaan yang nyata dicapai dengan hasil-hasil yang
seharusnya dicapai. Sedangakan Purwanto (1997-22) mengemukakan bahwa
penilaian adalah aktifitas untuk meneliti dan mengetahui pelaksanan yang
dilakukan dalam proses keseluruhan organisasi mencapai hasil sesuai rencana/
program yang telah ditetapkan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
Jika dicermati, hakikat penilain terarah pada tiga aspek pokok yaitu: (1).
Penilaian di tujukan kepada satu pase tertentu dalam satu proses setelah itu
seluruhnya selesai di kerjakan, (2). Penilaian bersifat korektif terhadap fase yang
telah sesui dikerjakan, (3). Penilaian bersifat perspektif atau mengobati.
Penilaian dilaksanakan minimal 1 tahun konstruksi selesai, penilaian
kembali dilakukan untuk mengetahui bagaimana dampak kegiatan yang dilakukan
Lembaga Keswadayaan Masyarakat dan masyrakat melalui Rencana Kerja
Masyarakat terhadap sarana yang dibangun melalui program PAMSIMAS. Tahap
penilaian ini juga membantu masyarakat untuk melakukan identifikasi
kemungkinan yang akan terjadi jika sistem yang terbangun mereka bermasalah
dan dapat membuat keputusan untuk langkah-langkah pengamanan agar hasil
Pamsimas dapat terus berkelanjutan.
2.3. Tujuan Pamsimas
Tujuan Pamsimas secara umum adalah meningkatkan akses pelayanan air
minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin pedesaan dan daerah pinggiran kota
(peri-urban) serta menerapkan praktik hidup bersih dan sehat dengan membangun
model penyediaan prasarana dan sarana air minum dan sanitasi berbasis
masyarakat yang yang berkelanjutan dan mampu diadaptasi oleh masyarakat.
Program ini akan menjadi model untuk direplikasi, diperluas, dan diarusutamakan
Malalui program Pamsimas yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan
diharapkan kemandirian masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air minum dan
sanitasi yang layak dapat terpenuhi sehingga pada akhirnya mampu
meningkatakan kesehatan dan tingkat ekonomi sosial masyarakat secara
berkalanjutan.
2.4. Manfaat Pamsimas
Untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat
berpenghasilan rendah, menjadikan masyarakat desa/pinggiran kota dapat
berperilaku hidup bersih dan sehat sehingga dapat meningkatkan produktifitas
kerja, meningkatkan pendapatan keluarga serta dapat meningkatkan kualitas hidup
masyarakat, meningkatkan akses pelayanan air minum dan sanitasi bagi
masyarakat dan menciptakan perilaku hidup bersih melalui promosi kesehatan
lingkungan dan penyediaan sarana dan prasarana air minum serta sanitasi berbasis
masyarakat yang berkelanjutan.
2.5. Pemeliharaan Pamsimas
2.5.1. Penangkapan Mata Air (PMA)
Melakukan pengecekan rutin ke lokasi mata air untuk upaya pemeliharaan
(pembersihan, pencucian, dan lain-lain) lestarikan lingkunan di sekitar sumber air
(penghijauan dan penanaman pohon-pohon baru yang berguna)
2.5.2. Sumur Gali
Perawatan Saringan Penampung Air Limbah secara teratur Pengecekan
sambungan antar buis beton atau dinding sumur yang berpotensi bocor
2.6. Perbaikan Kerusakan Lantai Sumur
2.6.1. Penampung Air Hujan
Bersihkan talang dari kotoran yanga ada, agar talang tidak tersumbat.
Bersihkan lantai dasar resevoir dari tanah dan kotoran. Bersihkan saluran drainase
dari daun-daun dan kotoran agar saluran sekitar penampung air hujan tidak
tersumbat. Periksa apakah ada kebocoran pada talang, sambungan talang, saringan
dan kran pengambilan.
2.6.2. Saringan Pasir Lambat/Sarigan Kasar
Lakukan pencucian media,bila air yang keluar mengecil atau air keluar
dari saluran pelimpah bak saringan, ganti media saringan jika dirasa sudah tidak
efektif melakukan penyaringan.
2.6.3. Sumur Bor dan Pompa
Perbaikan sumur dalam diperlukan bila kemampuan sumur untuk
mengeluarkan air mengecil, bahkan kering sama sekali, hal ini disebabkan karena
pada konstruksi sumur saringannya tersumbat kotoran atau lempung, atau sumur
tertutup oleh pasir halus. Melakukan perawatan dengan cara mengengkat pompa
untuk mengecek dan mengganti beberapa segel.
2.6.4. Pompa
Memelihara sekeliling pompa agar tetap bersih, sumber listrik tetap stabil,
perhatikan jadwal penggantian pelumas, ikuti petunjuk dar pabrik, pastikan
dudukan pompa kokoh dan kuat sehingga tidak menyebabkan terjadnya getaran.
Getaran pompa akan mempercepat terjadinya kerusakan.
2.6.5. Motor Diesel
Membersihkan mesin setiap hari, mengganti saringan dan minyak
pelumas, mengencangkan baut-baut dan mur.
2.6.6. Perpipaan
Bersihkan rumput-rumput penghalang, periksa dan beri tanda bila terjadi
kelongsoran tanah dan kebocoran pipa, untuk mempermudah perbaikan.
2.6.7. Kran Umum
Jika terjadi kerusakan segera lakukan perbaikan, lantai kran umum harus
selalu dibersihkan agar tdak licin dan berlumut.
2.6.8. Hidran Umum
Periksa dan bersihkan keadaan sekeliling hidran umum seperi saluran air
bak HU, lantai HU, periksa keadaan air dalam bak HU apabila kualitas air
menunjukan perubahan dari keadaan yang biasanya terjadi.
2.6.9. Jamban Komunai
1. Lubang jongkok/kloset. Bersihkan lubang jongkok setiap hari/kloset,
menggunakan sikat kloset
2. Lantai/dinding Jamban. Setiap hari bersihkan lantai dan dinding menggunakan
sikat (gunakan bahan pembersih) setiap hari bersihkan saringan dilantai
jamban dari kotoran/sampah.
3. Bak Air. Setiap hari kuras bak dengan menggunakan sikat (penggunaan bahan
pembersih).
2.7. Cara penyaluran PAMSIMAS
Pengelola menjelaskan kepada masyarakat, bahwa dalam penyusunan
Rencana Kerja Masyarakat menyangkut pembangunan sarana air minum
berdasarkan kepada prinsip tanggap terhadp kebutuhan masyarakat, hurus
melibatkan keterwakilan kaum perempuan sama dengan laki-laki dan
perlindungan terhadap kelompok miskin untuk mendapat hak yang sama dengan
kelompok kaya. Kepada masyarakat perlu dijelaskan bahwa sesuai dengan
keadaan daerah dan masyarakat pedesaan maka dalam memilih bentuk sarana
penyediaan air minum adalah sederhana dalam teknologi sehingga murah biaya
pembangunanya dan mudah pengoprasian serta pemeliharaanya sehingga sedikit
biaya iurannya.
Setelah masyarakat memahami penjelasan yang disampaikan pada langkah
sebelumnya, saatnya pengelola mendampingi menayakan dan menjelaskan
kepada masyarakat mengenai sumber-sumber air apa yang ada atau yang
dipergunakan masyarakat sampai saat ini, selanjutnya dijelaskan sifat air dari
masing-masing sumber air tersebut terutama menyangkut jumlah keberadaannya
atau kuantitas dan kualitasnya serta faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas
dan kualitas. Diharapkan dengan mengetahui jenis sumber air kuantitas dan
kualitaasnya air dari masing-masing sumber,masyarakat mulai mengetahui,
memahami bila mana akan menentukan sumber air untuk sarana air minum yang
menjadi pilihan.
2.8. Sumber Air Yang Baku
2.8.1. Mata Air
Mata air adalah sumber air yang mengalir air secara alami dari tanah
kepermukaan tanah. Kuantitas dan kualitasnya dipengaruhi oleh keadaan vegetasi
sekeliling sumber mata air dan juaga aktifitas masyarakat, kadang debit air sangat
terbatas sehingga diperlukan pengukuran akurat saat musim kemarau, yang ketika
itu debit air cenderung mengecil hal ini untuk menghindari kesalahan perencanaan
antisipasi perhitungan kebutuhan air pada saat musim kemarau agar masyarakat
tetap mendapat air.
a. Pemanfaatan
Dalam pemanfaatannya, diperlukan sistem dipanisasi untuk mengalirkan
air dengan cara gravitasi atau dengan sistem pemompaan. Pemompaan
membutuhkan biaya relatif besar dibandingkan gravitasi.
b. Keuntungan
Kualitas air pada umumnya lebih baik dibandingkan sumber air yang lain,
resiko terjadi pencemaran lebih kecil, dan tidak memerlukan banyak pengelolaan
c. Kerugian
Debit air sangat dipengaruhi oleh musim “fluktuasi debit besar”
eksploitasi memerlukan biaya yang lebih besar bila jauh dari pelayanan,
tergantung kelastarian daerah resapan
2.8.2. Air Permukaan
Air pemukaan adalah semua air yang terdapat di permukaan tanah, seperti
sungai, danau, waduk, embung, dan saluran irigasi. Air permukaan kurang baik
jika dikonsumsi langsung oleh manusia karena sering mengalami pencemaran
cukup tinggi, terutama di daera aliran sungai yang dikawasan padat penduduk.
a. Pemanfaatan
Pemanfaatan untuk pelayanan air minum memerlukan biaya cukup besar
untuk untuk konstruksi. Sebagai sumber air baku, lokasi penyadapan dan
bangunan pengelahan sebaiknya dipertimbangkan. Kualitas air permukaan harus
selalu dijaga dengan uji laboratorim terhadap air olahan.
b. Keuntungan
Debit air yang tersdia cukup banyak, air cukup jernih (danau/dam) fluktasi
debit pada musim kemarau dan hujan tidak begitu tinggi dan air yang mengalir
memungkinkan terjadinya pergantian setiap saat.
c. Kerugian
Kerugian air permukaan terletak di daerah yang rendah dan harus dengan
sistem pemompaan, mudah tercemar oleh limbah, kotoran, kekeruhan, dan lain-
lain membutuhkan proses pengelolaan.
2.8.3. Air Tanah
Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan
dibawa permukaan tanah air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang
keberadaanya terbatas. Keberadaan air tanah tergantung pada lingkungan vegetasi
di sekitar lokasi yang mempengaruhi adanya resert poir (tampungan) di dalam
tanah. Pada musim kemarau, suatu lokasi yang terdapat sumber air tanah dapat
mengalami kekurangan air, tetapi pada musim hujan terkena banjir. Salah satu
masalah yang mungkin timbul adalah apakah air yang disimpan tersebut masih
berada dalam reser poir yang kita inginkan atau barang kali sudah berpindah
ketempat lain.
a. Keuntungan
Kualitas air lebih baik dibandingkan dengan air dari sumber air yang lain,
resiko terjadi pencemaran lebih kecil tidak memerlukan banyak pengelolaan
pengambilan bisa dilakukan di dearah pelayanan.
b. Kerugian
Berada dibawa tempat pelayanan sehingga pengambilan menggunakan alat
(timba dan pompa), debit tergantung pada musim dan struktur tanah yang ada.
2.8.4. Air Hujan
Air Hujan adalah air yang berasal dari uap air yang naik ke udara menjadi
awan dan dengan proses kondensasi (perubahan uap air menjadi tetes air yang
sangat kecil), membentuk tetes air yang lebih besar, kemudian jatuh kepermukaan
bumi. Kualitas air hujan banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, air hujan
juga mengandung lebih banyak macam-macam gas dari pada air tanah, terutama
CO2 dan O
2. Air hujan biasanya tidak mengandung garam-garam mineral, zat-zat
racun, atau zat yang mengganggu kesehatan. Air hujan yang bersih dapat
digunakan sebagai sumber air bersih. Air hujan termasuk air lunak batas nilai rata-
rata. Air hujan merupakan nilai yang dianggap normal air hujan bersifat asam.
a. Keuntungan
Tersedia banyak di wilayah bercurah hujan tinggi dan mudah didapat dan
dikumpulkan
b. Kerugian
Kandungan mineral rendah perlu wadah penampung untuk
mengumpulkannya.
2.9. Tugas Pengelola
Tugas pengelola PAMSIMAS adalah dapat menyediakan data dengan
baik. Telah diupayakan kerjasama dengan Menteri Koordinator Kesejahteraan
Rakyat (Menko Kesra) untuk membuat website khusus informasi pelayanan air
minum untuk masyarakat miskin. Pengelolaan merupakan perencanaan kebutuhan
pembangunan, terhadap sarana air minum dan sanitasi yang dibutuhkan tanpa
melihat besaran dari dana yang disalurkan oleh PAMSIMAS.
Tugas utama pengelola adalah mendorong masyarakat lebih aktif. Selain
itu, kurangnya keterlibatan perempuan dalam program PAMSIMAS, juga menjadi
perhatian. Alasannya, karena perempuan adalah pengelola air rumah tangga yang
baik, untuk itu keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan dan
pelibatan dalam pembangunan dan pengelolaan sarana air minum dan sanitasi
perlu ditingkatkan.
2.10 Kesehatan Masyarakat
Berbicara kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh metologi
Yunani yaitu Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita Mitos Yunani tersebut
Asclepius disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai
meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya,
tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat mengobati penyakit dan bahkan melakukan
bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu dengan baik. Hegeia, seorang
asistenya yang juga istrinya juga telah melakukan upaya kesehatan. Bedanya
antara Asclepius dengan Higeia dalam pendekatan/penanganan masalah kesehatan
adalah;
a. Asclepius melakukan pendekatan (pengobatan penyakit), setelah penyakit
tersebut terjadi pada seseorang.
b. Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan masalah kesehatan
melalui “hidup seimbang”, seperti mengindari makanan/minuman yang
beracun, makan makanan yang bergizi (baik) cukup istirahat dan melakukan
olahraga. Apabila orang sudah jatuh sakit Higeia lebih menganjurkan
melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya
tersebut, anatara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan
yang baik, daripada dengan pengobatan/pembedahan.
Dari cerita dua tokoh di atas, berkembanglah 2 aliran/pendekatan dalam
menangani masalah kesehatan. Kelompok pertama cenderung menunggu
terjadinya penyakit (setelah sakit), yang selanjutnya disebut pendekatan
kuratif/pengobatan. Kelompok ini pada umumnya terdiri terdiri dari dokter, dokter
gigi, psikiater dan praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan fisik, mental
maupun sosial. Sedangkan kelompok kedua, seperti halnya pendekatan Higeia,
cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit dan meningkatkan
kesehatan (promosi) sebelum terjadi penyakit. Ke dalam kelompok ini termasuk
para petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan sekolah/institusi kesehatan
masyarakat dari berbagai jenjang.
Dalam perkembangan selanjutnya, seolah-olah terjadi dikotomi antara
kelompok kedua profesi, yaitu pelayanan kesehatan kuratif (curative health care),
dan pelayanan pencegahan/preventif (preventive health care). Kedua kelompok
ini dapat dilihat perbedaan pendekatan : a) Pendekatan kuratif: 1) Dilakukan
terhadap sasaran secara individual; 2) Cenderung bersifat reaktif (menunggu
masalah datang, misal dokter menunggu pasien datang di Puskesmas/tempat
praktek); 3) Melihat dan menangani klien/pasien lebih kepada sistem biologis
manusia/pasien hanya dilihat secara parsial (padahal manusia terdiri dari bio-
psiko-sosial yang terlihat antara aspek satu dengan lainnya. b) Pendekatan
preventif: 1) Sasaran/pasien adalah masyarakat (bukan perorangan). 2)
Menggunakan pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu masalah datang,
tetapi mencari masalah. Petugas turun di lapangan/masyarakat mencari dan
mengidentifikasi masalah dan melakukan tindakan. 3) Melihat klien sebagai
makhluk yang utuh, dengan pendekatan holistik. Terjadiya penyakit tidak semata
karena terganggunya sistem biologis tapi aspek bio-psiko-sosial.
Menurut Winslow (1920) bahwa Kesehatan Masyarakat (Public Health)
adalah Ilmu dan Seni: mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan
meningkatkan kesehatan, melalui “Usaha-usaha Pengorganisasian masyarakat“
untuk : a) Perbaikan sanitasi lingkungan; b) Pemberantasan penyakit-penyakit
menular; c) Pendidikan untuk kebersihan perorangan; d) Pengorganisasian
pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan;
e) Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi
kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.
Menurut Ikatan Dokter Amerika (1948) Kesehatan Masyarakat adalah
ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat
melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat.
Dari batasan kedua di atas, dapat disimpulkan bahwa kesehatan
masyarakat itu meluas dari hanya berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu
kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu sosial, dan
itulah cakupan ilmu kesehatan masyarakat.
Disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara lain,
mencakup : a) Ilmu biologi; b) Ilmu kedokteran; c) Ilmu kimia; d) Fisika; e) Ilmu
Lingkungan; f) Sosiologi; g) Antropologi (ilmu yang mempelajari budaya pada
masyarakat); h) Psikologi; i) Ilmu pendidikan
Masalah Kesehatan Masyarakat adalah multikausal, maka pemecahanya
harus secara multidisiplin. Oleh karena itu, kesehatan masyarakat sebagai seni
atau prakteknya mempunyai bentangan yang luas. Semua kegiatan baik langsung
maupun tidak untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan
(promotif), terapi (terapi fisik, mental, dan sosial) atau kuratif, maupun pemulihan
(rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat.
Secara garis besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau
penerapan ilmu kesehatan masyarakat antara lain sebagai berikut: a)
Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular; b) Perbaikan
sanitasi lingkungan; c) Perbaikan lingkungan pemukiman; d) Pemberantasan
Vektor; e) Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat; f) Pelayanan
Kesehatan Ibu dan Anak; g) Pembinaan gizi masyarakat; h) Pengawasan Sanitasi
Tempat-Tempat Umum; i) Pengawasan Obat dan Minuman; j) Pembinaan Peran
Serta Masyarakat