BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pembelajaran IPA 2.1.1...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pembelajaran IPA 2.1.1...
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hakikat Pembelajaran IPA
2.1.1 Pengertian Pembelajaran
Berbagai definisi mengenai pembelajaran dikemukakan oleh para ahli.
Salah satunya yaitu Dimyati dan Mudjiono (2009: 7) yang mengemukakan
bahwa pembelajaran adalah suatu persiapan yang dipersiapkan oleh guru
guna menarik dan memberi informasi kepada siswa, sehingga dengan
persiapan yang dirancang oleh guru dapat membantu siswa dalam
menghadapi tujuan.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa Pembelajaran adalah Proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik
agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar
dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia
serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.
Definisi di atas, pembelajaran adalah sutu proses interaksi yang terjadi
antara pendidik dan peserta didik dalam suatu lingkungan belajar untuk
mencapai tujuan belajar. Pembelajaran harus didukung dengan baik oleh semua
11
unsur dalam pembelajaran yang meliputi pendidik, peserta didik dan juga
lingkungan belajar.
2.1.2 Pengertian IPA
Dalam KTSP (2006) ditegaskan bahwa IPA merupakan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-
konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan
IPA di sekolah dasar bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan
alam sekitar (Depdiknas, 2003: 15). Sehingga Ilmu pengetahuan alam (IPA)
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatau proses penemuan.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan
lebih lanjut dalam menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami sehingga siswa
dapat memahami alam sekitar secara ilmiah.
Dari pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa IPA merupakan
suatu proses kegiatan untuk mempelajari alam melalui kerja ilmiah untuk
menghasilkan pemahaman konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum serta
sikap ilmiah sehingga bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.
12
2.1.3 Pengertian Pembelajaran IPA
Pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah. Pada hakikatnya menurut Mohammad Surya (2003 : 11) menjelaskan
bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh suatau perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
2.1.4 Fungsi & Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Menurut Muslichah (2006:23) fungsi dan tujuan pembelajaran IPA di
SD/MI adalah Untuk menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap
sains, teknologi dan masyarakat, mengembangkan keterampilan proses untuk
menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan,
mengembangkan gejala alam, sehingga siswa dapat berfikir kritis dan objektif.
Menurut BNSP (2006:484) mata pelajaran IPA bertujuan agar siswa memiliki
kemampuan sebagai berikut :
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaban, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahamankonsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat di tetrapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi
dan masyarakat.
13
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga
dan melestarikan lingkungan alam
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs
2.1.5 Karakteristik Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) di SD/MI setiap satuan pendidikan didasarkan pada pemberdayaan
siswa untuk membangun kemampuan, bekerja ilmia, dan pengetahuan sendiri
yang difasilitasi oleh guru.
Pendekatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dilaksanakan melalui
pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan diskusi untuk
menghasilkan suatu penjelasan tentang gejala yang dapat dipercaya”. Kemampuan
yang ingin dicapai dalam pemlajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu (1)
kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk menguji
tindak lanjut hasil eksperimen, (3) dikembangkan sikap ilmiah (Ibid, 170).
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
pembelajaran IPA di SD/MI lebih ditekankan pada pendekatan konsep dan ilmia
dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan yaitu; (1) kemampuan untuk
mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi apa yang
14
belum diamati, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut eksperimen, (3)
dikembangkannya sikap ilmiah.
2.1.6 Prinsip-prinsip Pembelajaran IPA
Pembelajaran di SD/MI akan efektif bila siswa aktif berpartisipasi dalam
proses pembelajaran. Oleh sebab itu guru SD/MI perlu menerapkan prinsip-
prinsip pembelajaran di SD/MI. Prinsip-prinsip pembelajaran di SD/MI menurut
Depdiknas (2006) adalah “ Prinsip motivasi, prinsip latar, prinsip menemukan,
prinsip belajar melakukan (learning to doing), prinsip belajar sambil bermain,
prinsip hubungan liriter”. Prinsip pembelajaran di atas dapat di uraikan sebagai
berikut :
Prinsip motivasi, merupakan daya dorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Jadi motivasi siswa perlu di tumbuhkan, guru harus berperan sebagai
motivator sehingga muncul rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran.
Prinsip latar, pada hakikatnya siswa telah memiliki pengetahuan awal.
Oleh karena itu dalam pembelajaran sebaiknya guru perlu menggali pengetahuan,
keterampilan, pengalaman apa yang telah di miliki siswa sehingga kegiatan
pembelajaran tidak berawal dari kekosongan terhadap materi.
Prinsip menemukan, pada dasarnya siswa sudah memiliki rasa ingin tahu
yang besar sehingga berpotensi untuk mencari tahu guna menemukan sesuatu.
Prinsip belajar sambil melakukan, pengalaman yang di peroleh melalui bekerja
merupakan hasil belajar yang tidak mudah di lupakan. Oleh karena itu dalam
proses pembelajaran hendaknya siswa di arahkan untuk berkegiatan. Prinsip
belajar sambil bermain, bermain merupakan kegiatan yang di sukai pada usia SD,
15
dengan bermaian akan menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga akan
mendorong siswa untuk melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Oleh karena
itu dalam setiap pembelajaran perlu diciptakan suasana yang menyenangkan
melalui kegiatan bermain sehingga memunculkan daya kreatifan siswa.
Prinsip hubungan/relevansi, dalam beberapa hal kegiatan belajar akan
lebih berhasil jika di kerjakan secara berkelompok. Dengan kegiatan berkelompok
siswa tahu kelebihan dan kekurangannya sehingga tumbuh kesadaran perlunya
interaksi dan kerjasama dengan orang lain.
2.2 Materi Energi Listrik
Materi Energi Listrik tidak hanya dibelajarkan pada Sekolah Dasar tetapi
juga diajarkan di jenjang SMP dan SMA. Ini berarti pemahaman siswa terhadap
materi Energi Listrik pada jenjang Sekolah Dasar merupakan syarat bagi siswa
untuk mempelajari materi di jenjang SMP dan SMA. Untuk itu para guru harus
mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang dapat memahamkan
siswa pada materi Energi Listrik.
Sesuai dengan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) untuk kelas VI pada materi Energi Listrik dapat dilihat
pada Tabel 2.1
16
Tabel 2.1 Standart Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SD Kelas VI Semester 2
dalam permendiknas No. 22 Tahun 2006.
Standart Kompetensi Kompetensi Dasar
8. Memahami pentingnya penghematan
energi 8.1 Mengidentifikasi kegunaan Energi
Listrik dan berpartisipasi dalam
penghematannya dalam kehidupan
sehari-hari
1. Gejala kelistrikan
Energi Listrik biasa digunakan untuk penerangan atau menggerakkan
mesin dan menyalakan peralatan rumah tangga. Suatu benda
mengandung ribuan muatan listrik yang sangat kecil. Ada dua jenis
muatan listrik, yaitu muatan positif (+) dan muatan negatif (–). Jumlah
muatan listrik pada setiap benda sama. Gejala kelistrikan muncul ketika
kedua muatan tersebut tidak sama. Benda bermuatan listrik mempunyai
gaya listrik sehingga dapat menarik benda ringan disekitarnya.
a. Listrik statis
Listrik statis adalah listrik yang tidak mengalir atau yang muatan-
muatan listriknya berada dalam keadaan diam. Listrik statis
merupakan bentuk listrik yang dihasilkan bila beberapa benda
digosokan satu sama lain. Untuk mengetahui kita bisa melakukan
pecobaan dengan menggunakan penggaris dan sobek-sobekan kertas
kecil. Gosokkan penggaris kepada rambut yang kering, kemudian
letakkan pada sobekan kertas kecil maka secara otomatis kertas akan
terangkat atau tertarik pada penggaris plastik tersebut. Kenapa ini
bisa terjadi ? hal ini dikarnakan penggaris plastik yang digosok
17
gosokan pada rambut menjadi bermuatan listrik, muatan listrik itulah
yang menyebabkan sobekan kertas kecil dapat tertarik oleh penggaris.
b. Listrik dinamis
Listrik dinamis ini adalah suatu gejala listrik yang diakibatkan oleh
muatan listrik yang bergerak atau mengalir dalam suatu rangkaian
listrik. Ketika kabel dihubungkan ke dalam sebuah batrai dan lampu
maka lampu tersebut akan menyala. Kenapa lampu tersebut bisa
menyala ? lampu tersebut bisa menyala karna adanya arus listrik.
Arus listrik adalah suatu muatan listrik pada rangkaian tertutup yang
mengalir dari tempat yang berpotensial tinggi ke tempat yang
berpotensial rendah. Tempat yang berpotensial tinggi tersebut
dinamakan kutub positif dan tempat yang berpotensial rendah
dinamakan kutub negatif.
2. Sumber Energi Listrik
Sumber Energi Listrik adalah benda yang dapat menghasilkan arus
listrik. Sumber energi yang terbatas dan tidak dapat diperbarui adalah
sumber energy yang mudah habis jika digunakan secara terus menerus.
Sedangkan sumber energi yang tidak terbatas dan dapat diperbarui adalah
sumber energi yang tidak akan habis meskipun digunakan secara terus
menerus. Listrik yang umumnya kita kenal adalah listrik yang mengalir.
Listrik yang mengalir disebut arus listrik. Benda yang dapat
menghasilkan arus listrik dinamakan sumber Energi Listrik.
18
Berikut adalah macam-macam sumber listrik :
a. Aki
Aki biasa disebut sebagai elemen basah karena aki berisi zat kimia
yang berupa cairan. Jika energi aki habis, aki bisa diberi energi lagi
yaitu dengan cara dicas atau disetrum agar bisa digunakan kembali.
Penggunaan energi pada aki dilakukan dengan cara menghubungkan
kutib positif dengan negatifnya
b. Baterai
Merupakan sumber Energi Listrik yang paling mudah diperoleh.
Baterai berisi zat-zat kimia yang dapat berubah menjadi Energi
Listrik apabila kutub positif (+) dihubungkan dengan kutub negatif (-
). Bagian-bagian yang terdapat pada baterai antara lain :
1) Lapisan seng => berfungsi sebagai kutub negatif (-)
2) Lapisan zat-zat kimia
3) Batang arang yang ujung luarnya dihubungkan dengan tembaga
=> berfungsi sebagai kutub positif (+)
c. Dinamo Sepeda
Dynamo sepeda terdiri dari magnet berbentuk tabung dan sebuah
kumparan (kawat yang digulung secara teratur) dan dipasang
disekitar tabung yang berputar. Pada saat sepeda dijalankan kepala
dynamo yang berhubungan dengan magnet akan berputar karena
bergesekan dengan sepeda. Dinamo dapat mengubah energi mekanik
menjadi Energi Listrik.
19
d. Generator
Adalah sumber Energi Listrik yang paling besar dan banyak terdapat
pada pusat pembangkit Energi Listrik.
3. Perubahan Energi Listrik
a. Energi cahaya
Lampu pijar dan lampu neon merupakan alat listrik yang dapat
mengubah energi lisutrik menjadi energi cahaya dan energi kalor.
b. Energi bunyi
Radio, televisi, handpone merupakan penghasil bunyi, namun alat
tersebut tidak berfungsi jika tidak ada listrik. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa alat-alat tersebut mengubah energi listrik
menjadi energi bunyi. Demikian juga dengan bel listrik yang ada
disekolah. Bel tersebut dapat berbunyi karena adanya energi listrik
yang di ubah menjadi energi bunyi.
c. Energi panas,
Alat pemanas seperti setrika listrik, solder, kompor listrik dan teko
listrik jika dihubungkan pada arus listrik akan mengubah energi
listrik menjadi energi kalor (panas). Bagian dalam alat pemanas
terdapat elemen pemanas yang terbuat dari bahan konduktor.
d. Energi gerak.
Kipas angin jika dihubungkan dengan arus listrik akan mengubah
energi listrik menjadi energi gerak. Kipas angin dapat berputar
karena adanya energi listrik yang diubah oleh komponen-komponen
magnet di dalam kipas tersebut menjadi energi gerak.
20
4. Konduktor dan isolator
Pada rangkaian tertentu bola lampu dapat menyala jika dihubungkan
dengan kutub-kutub sumber listrik oleh kawat/benda penghantar listrik
yang baik. Konduktor listrik adalah benda yang dapat menghantarkan
arus listrik dengan baik, umunya terbuat dari benda dari logam seperti
besi, aluminium, seng dan sebagainya. Adapun isolator listrik adalah
benda yang tidak dapat menghantar arus listrik, umumnya benda ini
terbuat dari bahan non logam misalnya plastik, kayu, udara dan karet.
5. Rangkaian Listrik
Rangkain listrik terjadi ketika bola kutib positif dihubungkan dengan
sepotong kabel yang akan menimbulkan arus listrik. Arus listrik mengalir
dari kutub positif menuju kutub negatif. Rangkaian listrik dapat kita
temukan pada baterai yang disusun sedemikian rupa. Berikut adalah
susunan baterai yang akan menghasilkan rangkaian listrik :
a. Rangkaian seri => bila baterai dan sumber listrik yang lain disusun
berderet.
b. Rangkaian paralel => bila baterai atau sumber listrik yang lain
disusun sejajar.
c. Rangkain campuran => gabungan dari susunan seri dan paralel.
Berikut pula rangkain listrik yang memengaruhi nyala lampu :
a. Rangkaian paralel menghasilkan nyala lampu yang terang, tetapi
rangkaian ini menyebabkan baterai lebih cepat habis.
b. Rangkaian seri menghasilkan nyala lampu kurang terang, tetapi
dengan begitu baterai akan lebih tahan lama.
21
Rangkaian yang biasa digunakan di rumah-rumah adalah rangkaian
paralel karena tidak akan menyebabkan lampu padam, meskipun salah
satu lampu putus. Berbeda dengan rangkaian seri, maka jika ada salah
satu saja lampu yang mati, maka semua lampu akan ikut mati.
Secara umum, benda-benda di sekitar kita dapat dibagi menjadi
dua kelompok yaitu isolator dan konduktor. Konduktor adalah benda
yang bisa menghantarkan panas sedangkan isolator tidak dapat. Jika
dikaitkan dengan listrik, maka dapat disebut dengan konduktor listrik dan
isolator listrik.
6. Pembangkit listrik
a. PLTA
Pembangkit listrik tenaga air atau yang disebut dengan PLTA adalah
pembangkit yang mengandalkan energi potensial dan kinestetik dari
air untuk menghasilkan energi listrik. Energi listrik yang dibagikan
ini biasanya sebagai hidroelektrik. Bentuk utama dari pembangkit
listrik jenis ini adalah generator yang dihubungkan ke turbin yang
digerakan oleh kinestetik dari air. Namun secara luas tidak hanya
terbatas pada air dari waduk atau air terjun. Melainkan juga meliputi
pembangkit listrik yang menggunakan tenaga listrik dalam bentuk
lain seperti tenaga ombak.
b. PLTN
PLTN atau yang disebut dengan pembangkit listrik tenaga nuklir
adalah stasiun pembangkit listrik termal dimana panas yang
dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembagkit
22
listrik. Dari reaktor tersebut uap panas yang dihasilkan akan
menggerakan turbin, turbin-turbin tersebut akan menggerakn
generator dimana generator akan menghasilkan listrik yang
disalurkan kerumah-rumah sebagai alat penerangan untuk kegiatan
sehari-hari dan lain-lain.
c. PLTS
Pembangkit listrik tenaga surya atau yang disebut dengan PLTS
banyak digunakan untuk memenehui kebutuhan listrik didaerah
pedesaan dan daerah terpencil yang belum terjangkau listrik dari
PLN. PLTS ini dapat digunakan untuk segala kebutuhan lsitrik.
Misalnya untuk kebutuhan rumah tangga yaitu penerangan, pompa air
dan telekomunikasi.
d. PLTU
Pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU adalah pembangkit yang
mengandalkan energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi
listrik. Bentuk utama dari pembangkit listrik jenis ini energi listrik ini
adalah generator. Pembangkit listrik tenaga uap menggunakan
berbagai macam bahan bakar terutama batu bara dan bahan bakar.
2.3 Media Pembelajaran di Sekolah Dasar
2.3.1 Pengertian Media Pembelajaran
Sadiman (2005:6) berpendapat media berasal dari bahasa latin dan
merupakan jamak dari kata medoe yang berarti perantara atau pengantar pesan
dari pengirim kepada penerima pesan. Media merupakan sarana komunikasi tidak
23
langsung yang digunakan untuk menyampaikan ide, gagasan, maupun informasi
dari seseorang kepada orang lain. Dalam pembelajaran media merupakan sarana
yang dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan bahan pelajaran kepada
seluruh siswa.
Sementara itu menurut Arsyad (2002:3) media berasal dari bahasa latin
Medius yang secara harfiah berarti tengah, pertengahan atau pengantar.
Sedangkan dalam bahasa arab sendiri media berasal dari kata wasaail yang berarti
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media apabila dipahami
secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi
yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan maupun
sikap. Dalam pengertian ini guru, buku teks serta lingkungan sekolah merupakan
media belajar.
Secara khusus Arsyad (2002:3) menambahkan bahwa media dalam proses
belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau
elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual
atau verbal. Media pembelajaran merupakan pengatur hubungan yang efektif
antara dua pihak utama dalam proses belajar yaitu siswa dan isi pelajaran.
Selain pendapat tersebut, Djamarah (2010:120) berpendapat media adalah
sumber belajar sehingga secara luas media pembelajaran dapat diartikan dengan
manusia, benda ataupun peristiwa yang memungkinkan siswa memperoleh
pengetahuan serta keterampilan. Media merupakan alat bantu yang dapat berupa
apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan
pembelajaran. Secara lebih spesifik Sadiman (2010:19) menjelaskan sebagai
berikut:
24
Media pelajaran adalah perangkat lunak (software) berisi pesan atau informasi
pendidikan yang biasanya disajikan dengan mempergunakan peralatan.
Peralatan atau perangkat keras (hardware) merupakan sarana untuk dapat
mengumpulkan pesan yang terkandung dalam media tersebut.
Berdasarkan penjelasan tentang pengertian media pembelajaran dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyampaikan pesan atau materi yang mengandung tujuan
instruksional kepada penerima pesan dalam pembelajaran.
2.3.2 Klasifikasi Media Pembelajaran di Sekolah Dasar
Media pembelajaran merupakan komponen instruksional meliputi pesan,
orang, maupun peralatan. Dengan masuknya berbagai pengaruh ke dalam dunia
pendidikan misalnya teori atau konsep baru serta teknologi, media pembelajaran
terus mengalami perkembangan, tampil dalam berbagai jenis, dengan masing-
masing ciri serta kemampuannya sendiri. Dari sinilah kemudian timbul usaha-
usaha untuk melakukan klasifikasi atau pengelompokan media, mengarah kepada
pembuatan taksonomi media pendidikan atau pembelajaran di sekolah.
Rudy Bretz (dalam Sumiati, 2008:128), mengklasifikasikan media
berdasarkan unsur pokoknya yaitu suara, visual berupa gambar, garis, simbol,
maupun gerak. Media menurut taksonomi Bretz dikelompokkan menjasi 8
kategori yaitu Media audio visual gerak, media audio visual diam, media audio
semi gerak, media visual gerak, media visual diam, media semi gerak, media
audio, dan media cetak.
Pengelompokan menurut tingkat kerumitan perangkat media, khususnya
media audio-visual, dilakukan oleh C.J Duncan, dengan menyusun suatu hirarki.
Dari hirarki Duncan, Sumiati (2008:131) berpendapat semakin tinggi tingkat
25
hirarki suatu media, semakin rendah satuan biaya serta semakin khusus sifat
penggunaannya. Namun demikian, kemudahan serta keluwesan penggunaannya
semakin bertambah. Begitu juga sebaliknya, jika suatu media berada pada hirarki
paling rendah.
Schramm (dalam Sadiman, 2005:62) berpendapat ada dua kelompok
media yaitu big media atau media rumit dan little media yaitu media sederhana
serta murah. Lebih jauh lagi ahli ini menyebutkan ada media massal, media
kelompok, media individu, didasarkan atas daya liput media.
Sejalan dengan perkembangan teknologi, maka media pembelajaran pun
mengalami perkembangan melalui pemanfaatan teknologi itu sendiri. Berdasarkan
perkembangan teknologi tersebut, Arsyad (2011:19) mengklasifikasikan media
atas empat kelompok yaitu media hasil teknologi cetak, media hasil teknologi
audio-visual, media hasil teknologi berbasis computer, dan media hasil gabungan
teknologi cetak serta komputer.
Seels dan Glasgow (dalam Arsyad, 2011:19) membagi media ke dalam
dua kelompok besar, yaitu media tradisional serta media teknologi mutakhir.
Lebih lanjut Arsyad, (2011:21) menjelaskan sebagai berikut:
Pilihan media tradisional berupa media visual diam tidak diproyeksikan dan
yang diproyeksikan, audio, penyajian media, visual dinamis yang
diproyeksikan, media cetak, permainan, dan media realia. Sedangkan pilihan
media teknologi mutakhir berupa media berbasis telekomunikasi seperti
teleconference dan media berbasis mikroprosesor seperti permainan komputer
dan hypermedia.
Beberapa pengelompokkan media dikemukakan tersebut, hingga saat ini
belum terdapat suatu kesepakatan tentang klasifikasi atau sistem taksonomi media
26
baku. Dengan kata lain, belum ada taksonomi media berlaku umum serta
mencakup segala aspeknya, terutama untuk suatu sistem instruksional.
2.3.3 Ciri Media Pembelajaran
Kata Menurut Arsyad Azhar (2005: 6–7) ciri-ciri umum yang terkandung
dalam media yaitu :
1. Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal
sebagai hardware (perangkat keras), yaitu suatu benda yang dapat dilihat,
didengar, atau diraba dengan panca indera.
2. Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai
software (perangkat lunak) yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam
perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa.
3. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.
4. Media pendidikan memiliki pangertian alat bantu pada proses belajar baik
di dalam maupun di luar kelas.
5. Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru
dan siswa dalam proses pembelajaran.
6. Media pendidikan dapat digunakan secara massal (misalnya radio,
televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya film, slide, video,
OHP), atau perorangan (misalnya : modul, komputer, radio tape/kaset,
video recorder).
7. Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan
dengan penerapan suatu ilmu. Lebih lanjut Gerlach & Ely yang dikutip
Arsyad Azhar (2005: 12), mengemukakan tiga ciri media yang merupakan
27
petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat
dilakukan oleh oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang
efisien) melakukannya.
a. Ciri Fiksatif (Fixative Property)
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan,
melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu
peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali dengan media
seperti fotografi, video tape, audio tape, disket komputer, dan film.
Dengan ciri fiksatif ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian
atau objek yang terjadi pada satu waktu tertentu ditransportasikan
tanpa mengenal waktu.
b. Ciri manipulatif (Manipulative Property)
Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media
memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari
dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan
teknik pengambilan gambar time-lapse recording.
c. Ciri distributif (Distributive Property)
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian
ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian
tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan dengan
stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu. Sekali
informasi direkam dalam format media apa saja, ia dapat diproduksi
seberapa kalipun dan siap digunakan secara bersamaan di berbagai
tempat atau digunakan secara berulang-ulang di suatu tempat.
28
Konsistensi informasi yang telah direkam akan terjamin sama atau
hampir sama dengan aslinya.
Berdasarkan paparan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan sesuatu
dikatakan media pembelajaran apabila mempunyai ciri-ciri : (1) ciri
fikasatif, (2) ciri manipulatif, (3) ciri distributif, (4) berbentuk
hardware maupun software dan (5) mampu digunakan baik itu secara
masal, kelompok besar/kecil maupun perorangan.
2.3.4 Fungsi & Manfaat Media
Salah satu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat bantu
mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang
ditata dan diciptakan oleh guru. Arsyad Azhar (2005: 15–16) menjelaskan bahwa
penggunaan media pengajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat
membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian dan isi pelajaran
pada saat itu, disamping itu juga membangkitkan motivasi, minat siswa dan juga
membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik
dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.
Menurut Levie dan Lentz dalam Arsyad Azhar (2005: 16), mengemukakan
empat fungsi media pengajaran khususnya media visual yaitu:
a. Fungsi atensi.
Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan
mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi
pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau
menyertai teks materi pelajaran.
29
b. Fungsi afektif.
Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan
siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar.
c. Fungsi kognitif
Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian
yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar
memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat
informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
d. Fungsi kompensatoris
Fungsi kompensatoris media pengajaran terlihat dari hasil penelitian
bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks
membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk
mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
Dengan kata lain, media pengajaran berfungsi untuk mengakomodasi
siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran
yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.
Senada dengan hal tersebut Sudjana dan Rivai (2005:2) mengemukakan
manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:
a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga akan dapat lebih
dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan
pengajaran lebih baik.
30
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan
dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap
jam pelajaran.
2.3.5 Cara Pemilahan Media Pembelajaran
Dengan adanya berbagai macam media yang semuanya dapat dipakai
dalam kegiatan belajar mengajar, maka pada saat guru akan menggunakannya
harus memilih media yang paling tepat dipakai untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan. Sebagai pedoman pemilihan media, antara lain dapat
dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Sebelum memilih media instruksional guru harus menyadari bahwa
tidak ada satu mediapun yang paling baik untuk semua tujuan. Tiap
media tentu memiliki kelebihan dan kelemahan, serta keserasian
tertentu untuk mencapai tujuan instruksional yang telah dirumuskan.
2. Pemilihan media harus dilakukan secara objektif, artinya benar-
benar digunakan dengan dasar pertimbangan efektifitas belajar siswa
bukan karena kesenangan guru atau sekedar sebagai selingan.
3. Pemilihan media hendaknya memperhatikan syarat-syarat sebagai
berikut :
a. Sesuai dengan tujuan instruksional yang akan dicapai.
b. Sesuai dengan siswa yang sedanng mengikuti proses
pembelajaran.
c. Ketersediaan bahan media.
31
d. Biaya untuk menyediakan media.
e. Kualitas / mutu dari media
Dengan menggunakan pedoman tersebut, guru akan terhindar dari
kecerobohan dalam pemilihan media. Berdasarkan pedoman pemilihan media
tersebut juga memperjelas pengertian bahwa efektifitas tercapainya tujuan
instruksional tidak tergantung pada modern atau mahalnya harga media yang
digunakan. Ketepatan pemilihan media yang akan berpengaruh terhadap
efektifitas pencapaian suatu tujuan.
2.3.6 Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar
Media pembelajaran merupakan media yang digunakan dalam
pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran dapat memberikan rangsangan
kepada siswa dalam proses belajar, sehingga dapat mempertinggi kualitas belajar
mengajar dan dapat mempertinggi hasil belajar siswa. Hal ini sebagaimana
Sudjana dan Rivai (2007:2) berpendapat bahwa media pengajaran dapat
menjadikan pengajaran lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
Menurut Riyana (2008:10) media pembelajaran memiliki nilai dan
manfaat sebagai berikut: 1) Membuat konkrit konsep-konsep yang abstrak. 2)
Menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat kedalam
lingkungan belajar. 3) Menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil. 4)
Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat.
32
Konsep-konsep yang sulit dijelaskan secara langsung seperti materi Energi
Listrik dapat dikongkritkan dengan menggunakan video dan animasi. Objek yang
terlalu besar, dapat digantikan oleh gambar, foto, dan model, sedangkan peristiwa
yang terjadi pada masa lalu dapat ditampilkan melalui rekapan video, sedangkan
peristiwa alam seperti letusan gunung berapi dapat disajikan dalam bentuk
simulasi komputer.
Lain halnya dengan pendapat Thobroni (2011:213) yang mengatakan
bahwa media pembelajaran dapat bermanfaat dalam proses belajar mengajar yaitu
media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan, menarik perhatian siswa,
meningkatkan hasil belajar, mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu serta
memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa. Selain itu, media pembelajaran
dapat membangkitkan motivasi, minat belajar, pemahaman siswa, menyajikan
data dengan menarik, memudahkan penafsiran data serta memadatkan informasi.
Djamarah (2010:121) mengklasifikasikan manfaat media pembelajaran
menjadi dua yaitu media sebagai alat bantu dan media sebagai sumber belajar.
1. Media sebagai Alat Bantu
Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah
untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari
bahan pelajaran yang diberikan guru kepada siswa. guru sadar bahwa
tanpa bantuan media, maka bahan pelajaran sukar untuk dicerna dan
dipahami oleh setiap anak didik terutama bahan pelajaran yang rumit
dan cukup kompleks seperti dalam pembelajaran IPA Terpadu.
Berkaitan dengan manfaat media sebagai alat bantu, Djamarah
(2010:121) menjelaskan sebagai berikut:
33
Setiap materi pelajaran memiiki tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada
satu sisi ada bahan pelajaran yang tidak memerlukan alat bantu, tetapi di
lain pihak ada bahan pelajaran yang sangat memerlukan alat bantu berupa
media pembelajaran seperti globe, grafik, gambar, slide presentasi dan
lain sebagainya. Bahan pelajaran dengan tingkat kesukaran yang tinggi
tentu sukar diproses oleh siswa apalagi bagi siswa yang kurang menyukai
bahan pelajaran yang disampaikan tersebut.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran digunakan untuk memudahkan jalan menuju tercapainya
tujuan pengajaran. Hal tersebut dilandasi dengan keyakinan bahwa
proses belajar mengajar dengan bantuan media meningkatkan
motivasi dan minat anak untuk mempelajari materi yang diberikan
oleh guru. Oleh karenanya media disebut sebagai alat bantu dalam
proses belajar mengajar, sedangkan guru yang mempergunakannya
untuk membelajarkan siswa demi tercapainya tujuan pengajaran.
2. Media sebagai Sumber Belajar
Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengolah sejumlah
nilai untuk dikonsumsi oleh setiap siswa. nilai-nilai itu tidak datang
dengan sendirinya tetapi terambil dari berbagai sumber. Djamarah
(2010:122) membagi sumber belajar menjadi lima kategori yaitu
manusia, buku, media massa, alam ligkungan serta media pendidikan.
Oleh karena itu sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat
dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau
asal untuk belajar seseorang.
Berdasarkan penjelasan tersebut, media pembelajaran sebagai salah
satu sumber belajar ikut membantu guru memperkaya wawasan siswa.
34
Aneka macam bentuk dan jenis media pendidikan yang digunakan
oleh guru menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi siswa. Guru dalam
menerangkan suatu benda dapat membawa bendanya secara langsung
ke hadapan siswa di depan kelas, apabila hal tersebut tidak
dimungkinkan, guru dapat membuat sketsa dari benda tersebut sebagai
sumber belajar.
2.4 Pengertian Macromedia Flash 8
Macromedia Flash 8 8 adalah sebuah program animasi interaktif berbasis
vector yang memiliki fasilitas action script. Action script adalah bahasa
pemrograman sederhana (serupa Javascript) yang dibuat untuk memudahkan para
flash developer dalam mengontrol timeline, suara, gambar, warna dan elemen-
elemen lainnya. Action script memungkinkan animasi menjadi lebih interaktif
karena file output dari flash dapat berjalan sesuai dengan script yang dimasukkan.
Dalam proses pembelajaran Macromedia Flash 8 8 digunakan sebagai
media dalam bentuk presentasi media yang interaktif. Selain dapat dimanfaatkan
sebagai perangkat ajar, Macromedia Flash 8 8 sejak dirilisnya pada tahun 1996
merupakan software yang populer digunakan untuk membuat animasi yang
biasanya digunakan untuk berbagai keperluan di Internet. Misalnya, untuk
membuat situs, banner iklan, logo yang beranimasi, serta animasi pelengkap
lainnya. Selain itu flash juga digunakan untuk mengintegrasi video ke dalam
halaman web, dan mengembangkan berbagai aplikasi internet. Flash juga dapat
digunakan sebagai tool untuk membuat game dan berbagai aplikasi media lainnya.
Pada Gambar 2.1 dibawah ini adalah tampilan dari aplikasi Macromedia Flash 8.
35
Gambar 2.1 Tampilan Awal Aplikasi Macromedia Flash 8
2.5 Media Pembelajaran Macromedia Flash 8 untuk Memfasilitasi
Pembelajaran Materi Energi Listrik
Kemampuan Macromedia Flash 8 dalam menghasilkan produk animasi
yang berkualitas, diharapkan dapat menghasilkan produk pembelajaran materi
Energi Listrik yang berkualitas sehingga menjadikan pembelajaran lebih
bermakna dengan tercapainya indikator yang diharapkan. Contoh materi Energi
Listrik yang perlu untuk dibuat animasi adalah proses kerja dinamo, PLTA, PLTU
dan lain sebagainya.
2.5.1 Tahap Persiapan
Untuk mendapatkan hasil produk media pembelajaran berbasis
Macromedia Flash 8 8 Materi Energi Listrik yang berkualitas, diperlukan
persiapan yang cukup matang untuk mempersiapkan rancangan produk,
serta alat dan bahan yang dibutuhkan. Adapun rincian persiapannya yaitu;
1. Membuat Story Board atau Rancangan Pembuatan Media (Lampiran
7 dan Lampiran 8).
36
2. Menyiapkan dan memastikan aplikasi Macromedia Flash 8 siap
dioperasikan tanpa ada bagian yang terinfeksi virus.
3. Melakukan Desain Template, tombol navigasi, serta ornamen media
lain.
4. Mencari gambar dan video di internet.
5. Mencari literatur yang valid sebagai konten materi Energi Listrik
Apabila tahap persiapan telah dilakukan, ke lima poin persiapan telah
dipenuhi maka tahap selanjutnyan adalah tahap pembuatan media Energi
Listrik menggunakan Macromedia Flash 8. Adapun langkah ringkasnya
sebagai berikut:
1. Buka aplikasi Macromedia Flash 8 8 yang telah diinstal di
komputer/laptop
2. Masukkan Template/Backround media sesuai hasil
rancangan/storyboard
3. Masukkan gambar yang telah dipersiapkan
4. Membuat tombol lalu atur semua layer dan frame sesuai dengan yang
diinginkan
5. Membuat Animasi sesuai yang diinginkan
6. Melanjutkan pembuatan media dengan mengikuti Storyboard.
Setelah menggunakan aplikasi macromedia media flash, langkah yang
harus dilakukan adalah
1. Menyimpan projek sementara yang telah dibuat dengan mengklik file
pilih save as
37
2. Apabila projek telah selesai dan siap digunakan maka perlu dilakukan
Publish media, caranya dengan mengklik menu file yang ada di pojok
kiri tampilan Macromedia Flash 8 8 lalu pilih Export, lalu pilih
animation. Atau pilih file pilih Publish.
3. Kemudian tutup aplikasi dengan mengklik tombol exit yang ada di
sebelah kanan atas aplikasi.
2.5.2 Tahap Penggunaan
Setelah media pembelajaran selesai dibuat bacalah buku panduan
yang telah dibuat agar pemakai tidak mengalami kesulitan ketika sedang
menggunakan media. Sehingga media yang dibuat bisa digunakan untuk
semua kalangan. Tidak hanya guru melainkan siswa juga bisa.
1. Memperkenalkan media pembelajaran Energi Listrik berbasis
Macromedia Flash 8 dan menjelaskan bagian – bagiannya kepada
siswa.
2. Menjelaskan cara penggunaan media pembelajaran Energi Listrik
berbasis Macromedia Flash 8 yang ada dibuku panduan maupun
didalam media.
3. Ikuti pentunjuk yang ada di dalam buku agar pengguna tidak
mengalami kesulitan dalam mengoprasikan medai pembelajaran.
4. Setelah itu proses pembelajaran yang sesuai dengan RPP.
2.5.3 Tahap Setelah Penggunaan
1. Setelah menggunakan media tutup media dengan menggunakan
tanda silang di atas (pojok sebelah kanan). Maka secara otomatis
38
media akan menutup dengan sendirinya. Matikan leptop yang
digunakan untuk memutarkan media pembelajaran.
2. Kemudian matikan proyektor yang digunakan untuk menampilkan
media yang ada didepan kelas dan simpan proyektor ditempat yang
aman.
2.6 Kerangka Pikir
Pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan guru dalam mengelola
kegiatan belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Keterbatasan media
pembelajaran, yaitu penggunaan lembar kegiatan siswa (LKS) sebagai sumber
belajar, sarana pembelajaran yang belum sebanding dengan jumlah siswa
sehingga pembelajaran berpusat pada guru, berdampak pada rendahnya hasil
belajar siswa. Hal ini manjadi pertimbangan untuk mengembangkan
pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran yang efektif dan terpadu dilakukan dengan
memperhatikan karakteristik siswa, standar dan tujuan pembelajaran, strategi,
media dan kesesuaian konteks pembelajaran serta evaluasi hasil belajar siswa.
Pengelolaan strategi pembelajaran melalui pemilihan metode mengajar tertentu
dalam mencapai tujuan pembelajaran akan mempengaruhi media yang
digunakan. Perencanaan pembelajaran IPA bagi siswa SDN Babat 7 Kec. Babat
Kab. Lamongan dirancang untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu
meningkatkan hasil dan motivasi belajar siswa.
39
Konsep pengembangan media pembelajaran Energi Listrik berbasis
Macromedia Flash 8 8 untuk kelas VI Sekolah Dasar mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) ditunjukkan oleh gambar 2.2 kerangka pikir berikut :
Gambar 2.2 Kerangka Pikir Pengembangan Media Berbasis Macromedia Flash 8
Ilmu Pengetahuan Alam
(Materi energi listrik)
Penggunaan media yang dapat
memudahkan siswa dalam
mempelajari materi energi listrik
Pembelajaran IPA kelas VI SD
Sarana prasarana yang memadahi
Belum adanya mediayang efisien
serta memudahkan guru dan siswa
dalampembelajaran
Perlu adanya media yang dapat
menghemat biaya dalam proses
pembelajarannya
Pengembangan media berbasis
Macromedia Flash 8
Media pembelajaran IPA
Validasi
Evaluasi
Ahli media, ahli materi, ahli pembelajaran
Keefektifan produk media pembelajaran
materi energi listrik berbasis Macromedia
Flash 8