BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 -...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 -...
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hakikat IPA SD
2.1.1.1 Pengertian
IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam dilihat dari segi istilah dapat diartikan
sebagai sebuah ilmu yang berisi tentang pengetahuan yang ada alam. Benyamin
(dalam Haris, 2006: 18) menyatakan IPA atau sains adalah sebuah pernyataan
mengenai sebuah pengetahuan tentang alam melalui suatu metode seperti metode
observasi dan metode mencocokkan hipotesis dengan yang diperoleh dari hasil
observasi. Benyamin menitikberatkan kepada metode dan pengetahuan yang
diakumulasikan sehingga IPA dapat berkembang secara revolusi.
Menurut Wandy Praginda Ilmu Pengetahuan Alam adalaha sebuah makna
alam dan berbagai peristiwa, fenomena, perilaku dan karaketristik yang dikemas
menjadi sekumpulan teori atau konsep melalui serangkaian proses ilmiah dari
hasil kegiatan manusia. Teori ataupun konsep yang terstruktur ini menjadi sebuah
inspirasi atas dasa terciptanya teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk
kehidupan manusia.
Menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi,
pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hal
tersebut maka dalam pembelajaran IPA merupakan suatu proses kegiatan aktif
peserta didik yang mendorong peserta didik untuk menemukan pengetahuannya
sendiri dalam mempelajari alam melalui kegiatan ilmiah yang diharapkan untuk
menghasilkan pemahaman konsep-konsep, prinsip-prinsip, serta sikap ilmiah
sehingga bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.
IPA (sains) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematik
untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses
penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan Sains di SD bermanfaat bagi
12
peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan Sains
menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan kegiatan praktis untuk
mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah.
2.1.1.2 Kompetensi Dasar Pembelajaran IPA SD
Kompetensi dasar merupakan sejumlah kecakapan yang harus dikuasai oleh
peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai penunjuk penyusunan
indikator kompetensi dalam suatu pelajaran ( Permendiknas No 41 tahun 2007
tentang Standar Proses). Kompetensi Dasar adalah suatu komponen dari silabus
yang mana berisikan keterampilan, pengetahuan dan sikap yang harus dicapai
oleh peserta didik untuk menunjukkan bahwa peserta didik telah menguasai
standar kompetensi yang telah ditetapkan, oleh karena itu kompetensi dasar
adalah suatu penjabaran dari standar kompetensi.
Dibawah ini merupakan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk
Ilmu Pengetahuan Alam kelas 5 semester 2.
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Energi dan Perubahannya
5. Memahami hubungan antara
gaya, gerak, dan energi, serta
fungsinya
5.1 Mendeskripsikan hubungan antara
gaya, gerak dan energi melalui
percobaan (gaya gravitasi, gaya
gesek, gaya magnet)
5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang
dapat membuat pekerjaan lebih
mudah dan lebih cepat
6. Menerapkan sifat-sifat cahaya
melalui kegiatan membuat
suatu karya/ model
6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya
6.2 Membuat suatu karya/model,
misalnya periskop atau lensa dari
bahan sederhana dengan
menerapkan sifatsifat cahaya
Bumi dan Alam Semesta
7. Memahami perubahan yang
terjadi di alam dan
hubungannya dengan
penggunaan sumber daya alam
7.1 Mendeskripsikan proses
pembentukan tanah karena
pelapukan
7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah
7.3 Mendeskripsikan struktur bumi
13
7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan
kegiatan manusia yang dapat
mempengaruhinya
7.5 Mendeskripsikan perlunya
penghematan air
7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam
yang terjadi di Indonesia dan
dampaknya bagi makhluk hidup dan
lingkungan
7.7 Mengidentifikasi beberapa kegiatan
manusia yang dapat mengubah
permukaan bumi (pertanian,
perkotaan, dsb)
Berdasarkan Kompetensi Dasar IPA yang telah dipaparkan dalam tabel
guru dapat memiliki gambaran tentang materi yang akan diajarkan di Sekolah
Dasar.
2.1.1.3 Pembelajaran IPA SD
Tujuan pendidikan IPA di Sekolah Dasar berdasarkan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006 adalah agar peserta didik
mampu memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga
dan melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
14
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Dengan demikian pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dapat melatih untuk
mengembangkan kecakapan proses dan dapat melatih peserta didik untuk dapat
berpikir serta bertindak secara rasional dan kritis terhadap persoalan yang bersifat
ilmiah yang ada di lingkungannya. Keterampilan-keterampilan yang diberikan
kepada peserta didik sebisa mungkin disesuaikan dengan tingkat perkembangan
usia dan karakteristik peserta didik Sekolah Dasar, sehingga peserta didik dapat
menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari.
2.1.1.4 Penilaian IPA SD
Penilaian merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar. Penilaian
meliputi pengumpulan informasi melalui berbagai teknik penilaian dan membuat
keputusan berdasar hasil penilaian tersebut. Penilaian memberi informasi kepada
guru tentang prestasi peserta didik terkait dengan tujuan pembelajaran. Dengan
informasi ini, guru dapat membuat keputusan berdasar hasil penilaian mengenai
apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan metode pembelajaran dan
memperkuat proses belajar peserta didik.
Menurut Arikunto (2002: 162) Bentuk-bentuk penilaian untuk mata
pelajaran IPA meliputi:
1. Penilaian Tertulis
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis (paper and pencil
test). Tes tertulis merupakan sekumpulan soal-soal yang diberikan kepada peserta
didik dalam bentuk tulisan. Aturan main dalam menjawab soal, peserta didik tidak
selalu harus merespon dalam bentuk jawaban, tetapi juga dapat dilakukan dalam
bentuk lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar atau sejenisnya. Tes
tertulis meliputi soal bentuk pilihan ganda, menjodohkan, benar-salah, isian,
jawaban singkat dan uraian.
2. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja dilakukan untuk menilai atas ketercapaiannya suatu
kompetensi yang menuntut peserta didik menunjukkan kinerjanya. Penilaian ini
dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu.
15
Cara penilaian ini dianggap lebih autentik daripada tes tertulis karena apa yang
dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya. Untuk
mata pelajaran IPA, penilaian semacam ini dapat dilakukan melalui kegiatan
seperti pengujian/penelitian, melakukan percobaan-percobaan, dan lain-lain.
3. Penilaian Proyek
Penilaian projek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang
harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
kegiatan pengamatan sejak dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Kegiatan ini umumnya
dilakukan dalam bentuk kelompok kecil, tetapi tidak menutup kemungkinan
menjadi tugas perorangan.
4. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat
suatu produk dan kualitas produk tersebut. Penilaian produk tidak hanya diperoleh
dari hasil akhir, namun juga proses pembuatannya.
5. Penilaian Sikap/Karakter
Penilaian sikap dalam mata pelajaran IPA dapat dilakukan berkaitan dengan
berbagai objek sikap antara lain: sikap terhadap mata pelajaran, guru mata
pelajaran, proses pembelajaran, materi pembelajaran, dan sikap-sikap yang
berhubungan nilai-nilai yang ingin ditanamkan dalam diri peserta didik melalui
materi tertentu.
6. Penilaian Portofolio
Portofolio adalah alat penilaian yang berupa kumpulan dokumen dan hasil
karya beserta catatan perkembangan belajar peserta didik yang disusun secara
sistematis, yang bertujuan untuk mendukung belajar tuntas. Adapun komponen
penilaian portofolio meliputi: Catatan guru, hasil pekerjaan peserta didik, dan
profil perkembangan peserta didik.
2.1.2 Model Pembelajaran
Menurut Trianto (2010: 51) menyatakan bahwa, model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam menyusun
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan, dan berfungsi
16
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar untuk
merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar.
Joyce dan Weill mendeskripsikan model pembelajaran sebagai suatu pola
atau rancangan yang dapat digunakan untuk membuat suatu kurikulum,
menciptakan materi-materi instruksional, dan sebagai suatu panduan dalam proses
pengajaran di ruang kelas atau di buat suasana yang berbeda. Model pembelajaran
ini umumnya disusun berdasarkan berbagai macam prinsip atau teori
pengetahuan. Para pakar menyusun model pembelajaran berdasarkan teori-teori
psikologis, sosiologis, analisis sistem, prinsip-prinsip pembelajaran atau teori-
teori yang mendukung. Berdasarkan pengertian yang sudah dipaparkan oleh
beberapa ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
merupakan suatu cara yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan materi
pembelajaran atau informasi kepada peserta didik dalam proses pembelajaran
guna untuk mencapai tujuan pembelajaran secara sistematis.
2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Pembelajaran kooperatif
(Cooperative learning) menurut Slavin (2005: 4-8) yang merujuk pada berbagai
macam model pembelajaran kelompok yang berfungsi untuk saling bekerja sama.
Adapun dalam kelompok tersebut, peserta didik dibagi menjadi beberapa
kelompok kecil yang didalamnya terdiri dari berbagai tingkat prestasi, etnik
budaya dan jenis kelamin yang berbeda untuk saling kerja sama dalam
mempelajari materi pelajaran. Agus Suprijono (2013: 54) mengemukakan jika
model pembelajaran kooperatif merupakan konsep yang lebih luas meliputi semua
jenis kerja kelompok, baik kelompok yang dipimpin oleh peserta didik ataupun
bentuk-bentuk kelompok yang dipimpin oleh guru secara langsung dan hanya
diarahkan oleh guru.. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih
diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaanpertanyaan
serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu
17
peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksudkan. Guru biasanya
menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.
Sanjaya (2004) mengungkapkan bahwa model pembelajaran berkelompok
adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok-
kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran
kooperatif dikenal dengan model pembelajran kelompok.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran
yang menempatkan peserta didik dalam kelompok kecil yang anggotanya bersifat
heterogen atau berbeda, terdiri dari peserta didik dengan prestasi tinggi, sedang,
dan rendah, perempuan dan laki-laki dengan latar belakang etnik yang berbeda
untuk saling membantu dan bekerja sama mempelajari materi pelajaran agar hasil
belajar semua anggota maksimal.
2.1.4. Model Pembelajaran Snowball Throwing
2.1.4.1 Pengertian Model Pembelajaran Snowball Throwing
Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya
melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola
salju. Dalam pembelajaran Snowball Throwing, bola salju merupakan kertas yang
berisi pertanyaan yang dibuat oleh peserta didik kemudian dilempar kepada
temannya sendiri untuk dijawab.
Menurut Suprijono (2013: 105) “Metode Pembelajaran Snowball Throwing
disebut juga metode pembelajaran gelundungan bola salju”. Metode pembelajaran
ini melatih peserta didik untuk lebih tanggap menerima pesan dari peserta didik
lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas, dan menyampaikan pesan
tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Snowball Throwing adalah
paradigma pembelajaran efektif yang merupakan rekomendasi UNESCO, yakni:
belajar mengetahui (learning to know), belajar bekerja (learning to do), belajar
hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri
(learning to be) (Depdiknas, 2001: 5).
18
2.1.4.2 Karakteristik Model Pembelajaran Snowball Throwing
Model Snowball Throwing memiliki beberapa karakteristik, diantaranya:
1. Peserta didik bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi
akademis.
2. Peserta didik diberikan pertanyaan-pertanyaan untuk melatih pemahaman
peserta didik seputar materi.
3. Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada
hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa
sebenarnya prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu peserta
didik.
4. Peserta didik belajar bekerjasama, peserta didik juga harus belajar bagaimana
membangun kepercayaan diri.
5. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok dari pada individu
a. Kelebihan model pembelajaran Snowball Throwing
Metode Snowball Throwing mempunyai beberapa kelebihan yang semuanya
melibatkan dan keikutsertaan peserta didik dalam pembelajaran. Kelebihan dari
metode Snowball Throwing adalah :
a) Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena peserta didik seperti
bermain dengan melempar bola kertas kepada peserta didik lain.
b) Peserta didik mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
berpikir karena diberi kesempatan untuk membuat soal dan diberikan pada
peserta didik lain.
c) Membuat peserta didik siap dengan berbagai kemungkinan karena peserta
didik tidak tahu soal yang dibuat temannya seperti apa.
d) Peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran.
e) Pendidik tidak terlalu repot membuat media karena peserta didik terjun
langsung dalam praktek.
f) Pembelajaran menjadi lebih efektif.
g) Ketiga aspek yaitu aspek koknitif, afektif dan psikomotor dapat tercapai.
19
a. Kelemahan model pembelajaran Snowball Throwing
Disamping terdapat kelebihan tentu saja metode Snowball Throwing juga
mempunyai kekurangan. Kelemahan dari metode ini adalah:
a) Sangat bergantung pada kemampuan peserta didik dalam memahami materi
sehingga apa yang dikuasai peserta didik hanya sedikit.
b) Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi
penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi sehingga diperlukan
waktu yang tidak sedikit untuk peserta didik mendiskusikan materi pelajaran.
c) Memerlukan waktu yang panjang.
d) Murid yang nakal cenderung untuk berbuat onar.
e) Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh murid.
2.1.4.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Snowball Throwing
Menurut Suprijono (20013: 128), langkah-langkah pembelajaran metode
Snowball Throwing adalah:
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin
dicapai.
2. Guru membentuk peserta didik berkelompok, lalu memanggil masing-
masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing,
kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada
temannya.
4. Masing-masing peserta didik diberikan satu lembar kertas kerja, untuk
menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah
dijelaskan oleh ketua kelompok.
5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan
dilempar dari satu peserta didik ke peserta didik yang lain selama ± 15
menit.
6. Setelah peserta didik dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas
berbentuk bola tersebut secara bergantian.
7. Guru mengevaluasi dan menutup pembelajaran.
20
2.1.4.4 Analisis komponen-komponen Model Pembelajaran Snowball
Throwing
Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104-117) menyebutkan bahwa sebuah
model pembelajaran terdiri dari komponen sintaks atau struktur suatu model,
komponen prinsip reaksi atau peran guru, komponen sistem sosial atau situasi
kelas pada saat model berlangsung, daya dukung yang terdiri dari bahan dan alat
yang diperlukan untuk melaksanakan model, serta dampak instruksional yaitu
hasil belajar peserta didik sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan dampak
pengiring sebagai akibat dari terciptanya suasana belajar dalam model tertentu.
Komponen-komponen dari model pembelajaran Snowball Throwing yaitu sebagai
berikut.
1. Sintagmatik
Sintagmatik atau struktur model pembelajaran Snowball Throwing menurut
Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 318) tahap pertama menyampaikan tujuan dan
memotivasi peserta didik, Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan
dipelajari. Tahap kedua, menyajikan informasi Guru menyajikan sebuah masalah
yang memancing perhatian dan kehebohan peserta didik. Penyajian masalah
tersebut dapat dilakukan secara verbal dalam bentuk cerita pengalaman atau dapat
juga melalui penayangan video/gambar. Dalam kaitan dengan materi
pembelajaran yaitu gaya dan energi serta fungsinya, masalah disajikan dalam
bentuk percobaan. Tahap ketiga, mengorganisasikan peserta didik ke dalam
kelompok-kelompok belajar. Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar
melakukan transisi secara efektif dan efisien. Model pembelajaran Snowball
Throwing ini peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing-
masing kelompok diwakili seorang ketua kelompok untuk mendapatkan tugas dari
guru.
Tahap keempat, membimbing kelompok bekerja dan belajar. Memanggil
ketua kelompok dan menjelaskan materi serta pembagian tugas. Meminta ketua
kelompok untuk mendiskusikan tugas yang diberikan guru dengan anggotanya.
21
Memberikan selembar kertas kepada setiap kelompok dan meminta kelompok
tersebut menulis pertanyaan sesuai dengan materi yang dijelaskan guru. Meminta
setiap kelompok untuk menggulung dan melemparkan kepada kelompok yang
lain. Meminta setiap kelompok untuk menuliskan jawaban atas pertanyaan yang
didapat dari kelompok lainnya. Tahap kelima, evaluasi. Guru mengevaluasi hasil
belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing
mempresentasikan hasil kerjanya. Tahap ke enam, memberikan penghargaan.
Guru memberikan penilaian terhadap hasil kerja kelompok.
2. Prinsip reaksi
Peran guru dalam model Snowball Throwing ini adalah sebagai seorang
fasilitator yang secara langsung terlibat dalam proses kelompok (membantu pese
dalarta didik dalam merumuskan rencana, bertindak, dan mengatur kelompok)
serta beberapa kebutuhan dalam sebuah penelitian. Selain itu guru juga berfungsi
sebagai seorang konselor akademik.
3. Sistem sosial
Sistem sosial dalam model pembelajaran ini menjunjung tinggi kerja sama
dan tanggung jawab dalam kelompok. Dimana dapat tercermin dari sikap saling
menghargai apabila terjadi perbedaan pendapat. Sehingga melalui kegiatan
kelompok ini diharapkan akan muncul sikap demokratis, kooperatif dan tanggung
jawab.
4. Daya dukung
Sistem pendukung dalam model Snowball Throwing ini harus sesuai dengan
semua kebutuhan peserta didik. Lingkungan harus mampu merespon berbagai
tuntutan peserta didik yang bermacam-macam. Guru dan peserta didik harus bisa
menghimpun apa saja yang dibutuhkan saat mereka membutuhkannya.
5. Dampak instruksional dan dampak pendukung
Dampak instruksional adalah dampak atau hasil belajar yang dicapai
langsung dengan cara mengarahkan para peserta didik pada tujuan yang
diharapkan. Adapun dampak instruksional dalam model Snowball Throwing pada
pembelajaran IPA dengan materi bumi dan alam semesta melalui model
pembelajaran Snowball Throwing adalah kemampuan menjelaskan pentingnya air,
22
kemampuan menjelaskan lapisan bumi dan funproses daur air, kemampuan
mengidentifikasi kegiatan manusia yang mempengaruhi air dan kemampuan
menyebutkan cara penghematan air.
Dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu
proses pembelajaran, sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami
langsung oleh para peserta didik tanpa pengarahan langsung dari pengajar.
Dampak pengiring yang didapatkan peserta didik dalam pembelajaran IPA dengan
materi bumi dan alam semesta melalui model Snowball Throwing adalah
demokratis, kerja sama, tanggung jawab, komunikatif dan disiplin. Dampak
pengiring hanya mungkin terbentuk jika kesempatan untuk mencapai/menghayati
berbagai kemampuan tersebut memang benar-benar disediakan secara memadai.
Dampak instruksional dan dampak pengiring dalam model Snowball Throwing
digambarkan dalam bagan berikut.
Gambar 2.1 Dampak Pengiring dan Instruksional Model Pembelajaran
Snowball Throwing
Snowball Throwing
Bertanggung
jawab
Komunikatif
Demokratis
Disiplin
Kerja sama
kemampuan menjelaskan
pentingnya air
kemampuan menjelaskan
proses daur air
Kemampuan
mengidentifikasi kegiatan
manusia dan daur air
Kemampuan menyebutkan
cara menghematan air
Keterangan
Dampak Instruksional
Dampak Pengiring
23
2.1.5.1 Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing dalam
Pembelajaran.
Tabel 2.2 Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Model
Snowball Throwing
Syntax Snowball
Throwing
Kegiatan guru Kegiatan siswa
Penyajian kelas - Guru menjelaskan
Kompetensi Dasar dan
materi.
- Menjelaskan
pentingnya air
- Menjelaskan proses
daur ulang air
- Menjelaskan kegiatan
manusia yang
mempengaruhi daur air
- Menjelaskan cara
menghemat penggunaan
air
- Mendengarkan guru
saat menyampaikan
tujuan dan materi.
- Siswa dapat
mendeskripsikan
pentingnya air dengan
benar.
- Siswa mampu
mendeskripsikan
proses daur air.
- Siswa dapat
mendeskripsikan
kegiatan manusia yang
mempengaruhi air
- Siswa dapat
menyebutkan cara
menghemat
penggunaan air.
Belajar kelompok Guru membagi siswa
menjadi beberapa kelompok
secara heterogen.
- Guru membagi siswa
berdasarkan kelompok
belajar yang sudah ada
- Guru menunjuk salah
satu siswa sebagai ketua
kelompok
- Guru memberi instruksi
pada ketua kelompok
untuk memberi
penjelasan materi yang
didapatkannya.
Siswa bekerja secara
kelompok sesuai aba-aba
guru.
- Siswa berkelompok
sesuai dengan
kelompok belajar.
- Salah satu siswa dipilih
untuk menjadi ketua
kelompok.
- Ketua kelompok
mendapat aba-aba dari
guru mengenai materi
dan menjelaskan
kembali kepada
anggotanya.
Pembagian tugas - Guru memberi arahan
kelompok membuat
pertanyaan tentang
materi yang sudah
dijelaskan oleh ketua.
- Siswa mendengarkan
arahan dari guru untuk
membuat pertanyaan
dari materi yang sudah
dijelaskan ketua
24
- Guru memberikan
lembar kertas kerja
untuk menuliskan
pertanyaan menyangkut
materi yang sudah
dijelaskan oleh ketua
kelompok.
kelompoknya.
- Siwa mendapatkan
lembar kertas untuk
menuliskan pertanyaan
sesuai dengan materi.
Tanya jawab - Guru memberi arahan
kepada siswa untuk
membuat bola dari
kertas berisi pertanyaan .
- Setelah membuat bola,
guru menyuruh siswa
melemparkan bola pada
siswa yang lain diluar
kelompoknya untuk
menjawab pertanyaan
- Siswa membuat bola
dari kertas yang berisi
pertanyaan yang telah
dibuatnya.
- Siswa setelah membuat
bola, bola dilemparkan
pada siswa yang lain
agar dapat menjawab
pertanyaan.
Kesimpulan dan
evaluasi
- Guru memberikan
kesimpulan tentang
kegiatan pembelajaran.
- Guru memberi
kesempatan kepada
peserta didik jika ada
materi yang kurang
jelas.
- Guru menjawab
pertanyaan
- Guru memberikan
penguatan kepada siswa
dengan memberikan soal
- Siswa membuat
rangkuman dari hasil
kegiatan pembelajaran.
- Siswa melakukan tanya
jawab pada guru jika
ada materi yang kurang
jelas.
- Siswa mencatat
penjelasan guru.
- Siswa mengerjakan
soal sebagai
penguatan.
Rancangan komponen kegiatan Snowball Throwing akan terlaksana dengan
baik jika ada jaminan kualitas pembelajaran melalui pengamatan. Pada tahap
pertama atau langkah pertama adalah penyajian kelas yang dilakukan antara lain
(1) Guru menjelaskan Kompetensi Dasar dan materi, adapun siswa mendengarkan
guru menyampaikan tujuan pembelajaran. (2) Guru mendeskripsikan menjelaskan
pentingnya air, menjelaskan proses daur ulang air, menjelaskan kegiatan manusia
yang mempengaruhi daur air dan menjelaskan cara menghemat penggunaan air.
Adapun siswa mendengarkan guru saat menjelaskan pentingnya air, proses daur
25
ulang air, kegiatan manusia yang mempengaruhi daur air dan cara menghemat
penggunaan air.
Tahap kedua adalah belajar kelompok dalam tahap ini kegiatan yang
dilakukan antara lain, (1) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
secara heterogen sedangkan siswa berkelompok sesuai dengan kelompok belajar.
(2) Guru menunjuk salah satu siswa sebagai ketua kelompok, siswa menunjuk
salah satu anggota sebagai ketua kelompok, (3) Guru memberi instruksi kepada
ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi yang
didapatkannya, sedangkan siswa yang dipilih menjadi ketua kelompok setelah
mendapat instruksi dari guru mengenai materi menjelaskan kembali kepada
anggota kelompoknya.
Tahap ketiga adalah pembagian tugas, dalam tahap ini (1) Guru
menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, siswa mendengarkan
penjelasan guru mengenai materi yang akan dipelajari daur air. (2) Guru memberi
kesempatan kepada kelompok untuk membaca dan mempelajari materi daur air,
sedangkan siswa mendapat kesempatan dari guru untuk membaca dan
mempelajari materi dan siswa dapat berdiskusi menyelesaikan masalah.
Tahap keempat adalah tanya jawab, dalam tahap ini (1) Guru memberikan
arahan kepada siswa untuk membuat bola dari kertas berisi pertanyaan, sedangkan
siswa membuat bola dari kertas yang berisi pertanyaan yang telah dibuatnya. (2)
Setelah membuat bola dari kertas. Guru mengintruksi siswa melempar bola pada
siswa lain diluar kelompoknya untuk menjawab pertanyaan, sedangkan siswa
setelah membuat bola, bola dilemparkan pada siswa yang lain agar dapat
menjawab pertanyaan.
Tahap kelima adalah kesimpulan dan evaluasi. (1) Tahap ini guru
memberikan kesimpulan tentang kegiatan pembelajaran, siswa membuat
rangkuman dari hasil kegiatan pembelajaran. (2) Guru bertanya atau memberi
kesempatan siswa jika ada materi yang kurang jelas, siswa melakukan tanya
jawab pada guru mengenai materi yang belum jelas. (3) guru menjawab
pertanyaan siswa, sedangkan siswa mencatat penjelasan guru. (4) Guru memberi
26
penguatan dengan memberikan soal-soal, adapun siswa mengerjakan soal-soal
yang diberikan oleh guru sebagai penguatan.
2.1.5. Model Pembelajaran Talking Stick
2.1.5.1 Pengertian Model Pembelajaran Talking Stick
Slavin (1995) mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
Talking Stick merupakan suatu cara yang efektif untuk melaksanakan
pembelajaran yang mampu mengaktifkan peserta didik. Dalam model
pembelajaran ini peserta didik dituntut mandiri sehingga tidak bergantung pada
peserta didik yang lainnya. Sehingga peserta didik harus mampu bertanggung
jawab terhadap diri sendiri dan peserta didik juga harus percaya diri dan yakin
dalam menyelesaikan masalah.
2.1.5.2 Karakteristik Model Pembelajaran Talking Stick
Metode Talking Stick termasuk dalam pembelajaran kooperatif karena
memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif yaitu:
1. Peserta didik bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskanmateri belajarnya.
2. Kelompok dibentuk dari peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi,sedang
dan rendah.
3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,jenis
kelamin yang berbeda.
4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu
Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick, guru
membagi kelas menjadi beberapa kelompok dengan anggota yang heterogen.
Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban, persahabatan atau
minat. Setiap kelompok selanjutnya berdiskusi dan mempelajari materi pelajaran.
Model pembelajaran Talking Stick adalah suatu model pembelajaran yang
ada dalam kelompok sama seperti Snowball Throwing. Tetapi dalam penerapan
model pembelajaran ini dengan memanfaatkan sebuah tongkat, oleh sebab itulah
disebut Talking Stick (tongkat berbicara). Pada model pembelajaran Snowball
Throwing setiap peserta didik membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola lalu
27
dilempar ke peserta didik lain. Bagi kelompok yang memegang tongkat terlebih
dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru. Sebelumnya peserta didik sudah
mempelajari materi pokoknya. Kegiatan tersebut diulang terus-menerus sampai
semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru.
a. Kelebihan model pembelajaran Talking Stick
a) menguji kesiapan peserta didik dalam pembelajaran
b) melatih peserta didik memahami materi dengan cepat
c) memacu agar peserta didik lebih giat belajar (belajar dahulu sebelum pelajaran
dimulai)
d) Peserta didik berani mengemukakan pendapat
e) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih
baik
b. Kelemahan model pembelajaran Talking Stick
a) Guru kesulitan melakukan pengawasan.
b) Ketenangan kelas kurang terjaga
2.1.5.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Talking Stick
Menurut Slavin (2005), menjelaskan bahwa sintaks atau langkah-langkah
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick, yaitu
sebagai berikut:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2. Guru menyiapkan sebuah tongkat.
3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca dan
mempelajari materi lebih lanjut.
4. Setelah peserta didik selesai membaca materi/buku pelajaran dan
mempelajarinya, peserta didik menutup bukunya dan mepersiapkan diri
menjawab pertanyaan guru.
5. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada peserta didik, setelah itu
guru memberikan pertanyaan dan peserta didik yang memegang tongkat
tersebut harus menjawabnya, jika peserta didik sudah dapat menjawabnya
maka tongkat diserahkan kepada peserta didik lain. Demikian seterusnya
28
sampai sebagian besar peserta didik mendapat bagian untuk menjawab setiap
pertanyaan dari guru.
6. Guru memberikan kesimpulan.
7. Evaluasi.
Sintak pembelajana ini adalah: guru menyiapkan tongkat, sajian materi
pokok, peserta didik mebaca materi lengkap pada wacana, guru mengambil
tongkat dan memberikan tongkat kepada peserta didik dan peserta didik yang
kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat diberikan kepad peserta
didik lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya, guru membimbing
kesimpulan-refleksi-evaluasi.
Sintaknya adalah: Informasi materi secara umum, membentuk kelompok,
pemanggilan ketua dan diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok,
bekerja kelompok, tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada
kelompok lain, kelompok lain menjawab secara bergantian, penyuimpulan,
refleksi dan evaluasi
2.1.5.4 Analisis komponen-komponen Model Pembelajaran Talking Stick
Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104-106) menyebutkan bahwa sebuah
model pembelajaran terdiri dari komponen sintaks, komponen prinsip reaksi atau
peran guru, komponen sistem sosial, komponen daya dukung berupa sarana
prasarana pelaksanaan model, serta dampak instruksional yaitu hasil belajar
peserta didik sesuai tujuan yang hendak dicapai dan dampak pengiring sebagai
akibat dari terciptanya suasana belajar dalam model tertentu. Komponen-
komponen dari model pembelajaran Talking Stick yaitu sebagai berikut.
1. Sintakmatik
Sintagmatik atau struktur model pembelajaran Talking Stick menurut Joyce,
Weil dan Calhoun (2009: 318) tahap pertama menyampaikan tujuan dan
memotivasi peserta didik. Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan
dicapai pada kegiatan pelajaran dan memotivasi peserta didik belajar. Tahap
kedua, menyajikan informasi. Guru menyajikan sebuah masalah yang memancing
perhatian dan kehebohan peserta didik. Penyajian masalah tersebut dapat
dilakukan secara verbal dalam bentuk cerita pengalaman atau dapat juga melalui
29
penayangan video/gambar. Dalam kaitan dengan materi pembelajaran yaitu gaya
dan energi serta fungsinya, masalah disajikan dalam bentuk percobaan. Tahap ke
tiga, mengorganisir peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar. Guru
menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok
belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif
dan efisien.
Tahap ke empat, membimbing kelompok bekerja dan belajar. Guru
menjelaskan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk membaca dan mempelajari materi. Setelah
selesai mempelajari materi, peserta didik menutup bukunya. Guru mengambil
tongkat dan memberikan kepada peserta didik, setelah itu guru memberikan
pertanyaan dan peserta didik yang memegang tongkat tersebut harus
menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar peserta didik mendapat
bagian untuk menjawab pertanyaan dari guru. Tahap ke lima, evaluasi. Guru
mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-
masing mempresentasikan hasil kerjanya. Tahap ke enam, memberikan
penghargaan. Guru memberikan penilaian terhadap hasil kerja kelompok.
2. Prinsip Reaksi
Peran guru dalam model Talking Stick ini adalah sebagai seorang fasilitator
yang langsung terlibat dalam proses kelompok (membantu pembelajar dalam
merumuskan rencana, bertindak, dan mengatur kelompok), penyaji materi serta
beberapa kebutuhan dalam sebuah penelitian.
3. Sistem sosial
Sistem sosial dalam model pembelajaran ini menjunjung tinggi nilai-nilai
demokratis dan diatur oleh suatu kesepakatan dalam kelompok. Sistem sosial
dalam kegiatan diskusi berupa sikap saling menghargai pendapat yang
dikemukakan oleh setiap anggota kelompok, dan kerja sama dalam melakukan
diskusi bumi dan alam semesta. Sehingga melalui kegiatan kelompok tersebut,
diharapkan akan muncul sikap demokratis, kooperatif dan bertanggung jawab.
30
4. Daya dukung
Sistem pendukung dalam model Talking Stick ini harus ekstensif dan
responsif terhadap semua kebutuhan peserta didik. Lingkungan harus mampu
merespon berbagai tuntutan pembelajar yang bermacam-macam. Guru dan peserta
didik harus bisa menghimpun apa saja yang dibutuhkan saat mereka
membutuhkannya.
5. Dampak instruksional dan dampak pendukung
Dampak instruksional adalah dampak atau hasil belajar yang dicapai
langsung dengan cara mengarahkan para peserta didik pada tujuan yang
diharapkan. Dampak instruksional adalah kemampuan menjelaskan pentingnya
air, kemampuan menjelaskan lapisan bumi dan funproses daur air, kemampuan
mengidentifikasi kegiatan manusia yang mempengaruhi air dan kemampuan
menyebutkan cara penghematan air.
Dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu
proses pembelajaran, sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami
langsung oleh para peserta didik tanpa pengarahan langsung dari pengajar. Dari
segi dampak pengiring melalui model Talking Stick diharapkan dapat terbentuk
kemampuan kemandirian sebagai pembelajar seperti mempunyai rasa ingin tahu
yang tinggi sehingga berusaha untuk mencari tahu sendiri pengetahuannya,
bekerja secara ilmiah dan bertanggung jawab.
Dampak pengiring melalui model Talking Stick adalah kerja sama, mandiri,
tanggung jawab, komunikatif, kesiapan dan disiplin. Dampak pengiring hanya
mungkin terbentuk jika kesempatan untuk mencapai/menghayati berbagai
kemampuan tersebut memang benar-benar disediakan secara memadai. Dampak
instruksional dan dampak pengiring dalam model Talking Stick digambarkan
dalam bagan berikut.
31
Gambar 2.2 Dampak Pengiring dan Instruksional Model Pembelajaran
Talking Stick
2.1.5.5 Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick dalam Pembelajaran
Tabel 2.3 Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Model Talking
Stick
Syntax Talking Stick Kegiatan guru Kegiatan siswa
Penyempaian kompetensi - Guru menjelaskan
Kompetensi Dasar
dan materi.
- Menjelaskan
pentingnya air
- Menjelaskan proses
daur ulang air
- Menjelaskan kegiatan
manusia yang
mempengaruhi daur
- Mendengarkan guru
saat menyampaikan
tujuan dan materi.
- Siswa dapat
mendeskripsikan
pentingnya air dengan
benar.
- Siswa mampu
mendeskripsikan
proses daur air.
- Siswa dapat
mendeskripsikan
Talking Stick
Mandiri
Komunikati
f
Disiplin
Kerja sama
kemampuan menjelaskan
pentingnya air
kemapuan menjelaskan
proses daur air
kemampuan menjelaskan
kegiatan manusia dan
daur air
Kemampuan
menyebutkan cara
menghematan air
Keterangan
Dampak Instruksional
Dampak Pengiring
Menghargai
Kesiapan
32
air
- Menjelaskan cara
menghemat
penggunaan air
kegiatan manusia
yang mempengaruhi
air
- Siswa dapat
menyebutkan cara
menghemat
penggunaan air.
Pembentukan kelompok Guru membagi siswa
menjadi beberapa
kelompok secara
heterogen.
- Guru membagi siswa
berdasarkan
kelompok belajar
yang sudah ada
- Guru menunjuk ketua
kelompok
- Guru memberi
instruksi pada ketua
kelompok untuk
memberi penjelasan
materi yang
didaptkannya.
Siswa bekerja secara
kelompok sesuai aba-aba
guru.
- Siswa berkelompok
sesuai dengan
kelompok belajar.
- Salah 1 siswa dipilih
untuk menjadi ketua
kelompok.
- Ketua kelompok
mendapat aba-aba
dari guru mengenai
materi dan
menjelaskan kembali
kepada anggotanya.
Penyajian materi - Guru menyampaikan
materi pokok yang
akan dipelajari
- Guru memberi
kesempatan kepada
kelompok untuk
membaca dan
mempelajari materi.
- Guru memberi
instruksi pada siswa
untuk melakukan
diskusi membahas
masalah yang ada
dalam wacana.
- Siswa mendengarkan
penjelasan guru
mengenai materi
yang akan dipelajari
- Siswa mendapat
kesempatann dari
guru untuk membaca
dan mempelajari
materi.
- Siswa berdiskusi
menyelesaikan
masalah yang
terdapat dalam
wacana.
Penaman konsep - Guru mengambil
tongkat dan
menjelaskan fungsi
dan aturan main
menggunakan
- Siswa mendengarkan
penjelasan guru
mengenai aturan
main dan fungsi
tongkat yang
33
tongkat.
- Guru memberikan
tongkat pada salah
satu siswa, setelah itu
guru memberikan
pertanyaan dan siswa
yang memegang
tongkat harus
mejawabnya.
ditunjukkan guru.
- Siswa yang pertama
kali mendapat
tongkat akan
mendapatkan sebuah
pertanyaan, dan siswa
tersebut harus
menjawab pertanyaan
dari guru begitu
seterusnya.
Kesimpulan dan evaluasi - Guru memberikan
kesimpulan tentang
kegiatan
pembelajaran.
- Guru memberi
kesempatan kepada
peserta didik jika ada
materi yang kurang
jelas.
- Guru menjawab
pertanyaan
- Guru memberikan
penguatan kepada
siswa dengan
memberikan soal
- Siswa membuat
rangkuman dari hasil
kegiatan
pembelajaran.
- Siswa melakukan
tanya jawab pada
guru jika ada materi
yang kurang jelas.
- Siswa mencatat
penjelasan guru.
- Siswa mengerjakan
soal-soal dari guru
sebagai penguatan.
Rancangan komponen kegiatan Talking Stick akan terlaksana dengan baik
jika ada jaminan kualitas pembelajaran melalui pengamatan. Pada tahap pertama
atau langkah pertama adalah penyampaian kompetensi yang dilakukan antara lain
(1) Guru menjelaskan Kompetensi Dasar dan materi, adapun siswa mendengarkan
guru menyampaikan tujuan pembelajaran. (2) Guru mendeskripsikan menjelaskan
pentingnya air, menjelaskan proses daur ulang air, menjelaskan kegiatan manusia
yang mempengaruhi daur air dan menjelaskan cara menghemat penggunaan air.
Adapun siswa mendengarkan guru saat menjelaskan pentingnya air, proses daur
ulang air, kegiatan manusia yang mempengaruhi daur air dan cara menghemat
penggunaan air.
34
Tahap kedua adalah pembentukan kelompok dalam tahap ini kegiatan yang
dilakukan antara lain, (1) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
secara heterogen sedangkan siswa berkelompok sesuai dengan kelompok belajar.
(2) Guru menunjuk salah satu siswa sebagai ketua kelompok, siswa menunjuk
salah satu anggota sebagai ketua kelompok, (3) Guru memberi instruksi kepada
ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi, sedangkan siswa
yang dipilih menjadi ketua kelompok setelah mendapat instruksi dari guru
menjelaskan kembali kepada anggota kelompoknya.
Tahap ketiga adalah penyajian materi, dalam tahap ini (1) Guru
menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, siswa mendengarkan
penjelasan guru mengenai materi yang akan dipelajari daur air. (2) Guru memberi
kesempatan kepada kelompok untuk membaca dan mempelajari materi daur air,
sedangkan siswa mendapat kesempatan dari guru untuk membaca dan
mempelajari materi dan siswa dapat berdiskusi menyelesaikan masalah.
Tahap keempat adalah penanaman konsep. (1) Tahap ini guru menjelaskan
fungsi dan aturan main menggunakan tongkat, sedangkan siswa mendengarkan
penjelasan guru mengenai aturan main dan fungsi tongkat yang diperlihatkan
guru. (2) Guru memberikan tongkat pada salah satu siswa setelah itu guru
memberikan pertanyaan pada siswa yang memegang tongkat. Adapun kegiatan
yang dilakukan siswa yang mendapat tongkat harus akan mendapat pertanyaan
dari guru dan harus menjawab pertanyaan tersebut, begitu seterusnya.
Tahap kelima adalah kesimpulan dan evaluasi. (1) Tahap ini guru
memberikan kesimpulan tentang kegiatan pembelajaran, siswa membuat
rangkuman dari hasil kegiatan pembelajaran. (2) Guru bertanya atau memberi
kesempatan siswa jika ada materi yang kurang jelas, siswa melakukan tanya
jawab pada guru mengenai materi yang belum jelas. (3) guru menjawab
pertanyaan siswa, sedangkan siswa mencatat penjelasan guru. (4) Guru memberi
penguatan dengan memberikan soal-soal, adapun siswa mengerjakan soal-soal
yang diberikan oleh guru sebagai penguatan.
35
2.1.6 Hasil Belajar IPA
Indikator untuk mengetahui tercapainya suatu tujuan pembelajaran salah
satunya ialah dengan melakukan pengukuran terhadap proses pembelajaran yang
telah dilakukan oleh peserta didik yang disebut dengan hasil belajar. Hasil belajar
menjadi puncak dari suatu proses pembelajaran. Hasil belajar tidak haya terbatas
pada aspek kognitif saja tetapi dapat juga dalam aspek afektif dan aspek
psikomotorik.
Dimyati menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu perbuatan
berdasarkan tindakan belajar dan tindakan mengajar. Winkel (dalam Dimyati,
20106: 4) juga berpendapat, hasil belajar adalaha sebuah bukti yang menjadi
petunjuk dalam keberhasilan sesorang dalam melakukan kegiatan belajar
pembelajaran berdasarkan skor atau nilai yang berhasil didapatkannya.
Hasil belajar menurut Nana Sudjana (2010: 22) ialah kecakapan yang
dimiliki oleh peserta didik seusai peserta didik tersebut menerima pengalaman
belajar. Horward Kingsley (dalam Sudjana, 2010: 22) mengelompokkan hasil
belajar menjadi 3 macam, yaitu Pengetahuan dan pengertian, ketrampilan dan
kebiasaan, sikap dan cita-cita. Hal tersebut sefrekuensi dengan Benyamin Bloom
yang membagi kriteria hasil belajar menjadi 3 ranah yaitu ranah kognitif, ranah
afektif dan psikomotoris.
Sehingga dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah sebuah bukti dari keberhasilan peserta didik dalam mengikuti
proses pembelajaran yang berupa kecakapan yang dimiliki dari segi aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sebagian besar guru melakukan penilaian
hasil belajar dari segi kognitif, yaitu melalui tes tertulis maupun lisan, baik tes
formatif maupun tes sumatif.
Keefektifan model pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini dapat
dilihat dari ketuntasan perolehan hasil belajar IPA pada materi energi dan
perubahannya menggunakan model Snowball Throwing dan Talking Stick.
Pengukuran hasil belajar tersebut diperoleh dengan menggunakan teknik tes
berupa tes sumatif dalam bentuk uraian singkat.
36
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian ini tidak terlepas dari penelitian-penelitian terdahulu yang relevan
dilaksanakan saat ini. Penelitian yang dilakukan oleh Pramukantaro (2013)
menunjukkan bahwa terdapat hasil yang cukup signifikan dari perpaduan model
pembelajaraan kooperatif tipe Talking Stick dengan Snowball Throwing. Hal
tersebut dibuktikan dengan rata-rata hasil pretest sebesar 52,7406 dan rata-rata
hasil posttes sebesar 77,984. Berdasarkan hal tersebut hasil belajar siswa
menunjukkan peningkatan yang signifikas sebesar 25,24375. Jadi dapat
disimpulkan bawa hasil belajar setelah menggunakan perpaduan model Snowball
Throwing dan Talking Stick lebih baik dari hasil belajar sebelum menggunakan
perbaduan dua model tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Riris Arianti (2013) menunjukkan bahwa
penerapan metode pembelajaran Talking Stick dan Snowball Throwing dapat
meningkatkan pemahaman pembelajaran peserta didik. Hal ini dibuktikan dengan
adanya peningkatan daya serap terhadap bahan pengajaran, pemahaman peserta
didik dalam diskusi kelas dan diskusi kelompok, serta peserta didik benar dalam
membuat pertanyaan dan menyelesaikan soal tes dari guru. Pada pra tindakan
persentase peserta didik yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)
sebesar 28% (11 peserta didik) dan peserta didik yang belum memenuhi Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 32,14% (9 peserta didik) dan peserta didik
yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 67,86% (19
peserta didik).
Penelitian yang dilakukan oleh Herawati dan Zulkarnain (2013)
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata- rata prestasi belajar yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick lebih tinggi dari
rata-rata prestasi belajar peserta didik yang diajarkan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Danar Sari, Satrijo Budi Wibowo, Juli
Murwani menyatakan bahwa ada perbedaan prestasi belajar peserta didik kelas
dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing
dengan tipe Talking Stick. Penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe
37
Snowball Throwing lebih sesuai dari pada metode pembelajaran kooperatif tipe
Talking Stick dalam peningkatan prestasi belajar peserta didik, karena ada
peningkatan keaktifan belajar peserta didik dari segi kerjasama, bertanya dan
menjawab pertanyaan dengan model pembelajaran baik dengan teknik tanya
jawab berpasangan maupun dengan diskusi kelompok.
Penelitian yang dilakukan Ira Ratnasari (2014) menunjukkan terjadi
perbedaan posttest hasil belajar matematika menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Snowball Throwing diperoleh rata-rata 84,93 sedangkan hasil
belajar matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking
Stick diperoleh rata-rata 70,00.
Penelitian yang dilakukan Danik Risnawati Wijiastuti (2014) menyatakan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick lebih baik
dibandingkan hasil belajar dengan menggunkan Snowball Throwing. Hal ini
terlihat berdasarkan nilai rata-rata posttes kelas eksperimen yaitu 81,454 dan nilai
rata-rata kelas kontrol yaitu 70,818 maka menunjukkan bahwa hasil belajar yang
menggunakan metode Talking Stick lebih baik dibandingkan hasil belajar dengan
menggunakan metode Snowball Throwing.
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Yuni Akhiriyah (2011) menyatakan
bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Snowball Throwing kualitas
pembelajarannya semakin meningkat. Hal tersebut dapat diketahui dengan melihat
hasil aktivitas belajar siswa. Untuk siklus 1 rata-rata aktivitas siswa adalah 3,0
dengan kriteria baik, siklus 2 diperoleh aktivitas siswa 3,53 dengan kriteria sangat
baik dan pada siklus 3 adalah 3,56 dengan kriteria sangat baik. Jadi ada
peningkatan aktivitas belajar dari siklus 1 sampai siklus 3.
Penelitian yang dilakukan oleh Monna Sisca Eka Wati, Erman Har, Wince
Hendri (2013) menyatakan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran
Talking Stick hasil pembelajaran lebih tinggi dari pada yang tidak menerapkan
model pembelajaran Talking Stick. Nilai rata-rata pada kelas eksperimen lebih
tinggi yaitu rata-rata 69,06 dari pada kelas kontrol yaitu 59,64.
Penelitan yang dilakukan oleh Haji Wirahana menyatakan bahwa model
kooperatif learning tipe Talking Stick dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
38
belajar siswa. Terbukti dengan adanya peningkatan pada siklus 1 dan siklus nilai
rata-rata aktivitas belajar yaitu dengan peningkatan 20,13. Adapun hasil belajar
siswa pada siklus 1 hingga siklus 2 mengalami peningkatan sebesar 55,55.
2.3 Kerangka Berpikir
Pembelajaran IPA merupakan suatu mata pelajaran yang menuntut peserta
didik untuk dapat menemukan sendiri pengetahuannya sehingga dapat langsung
diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Penemuan pengetahuan sendiri oleh
peserta didik diperoleh melalui pengalaman belajar langsung yang dialami peserta
didik disekolah atau lingkungan sekitarnya. Selain pengalaman belajar langsung
peserta didik juga membutuhkan suatu teknik belajar yang dapat membantu
peserta didik memahami konsep penting dalam pembelajaran IPA. Konsep
penting tersebut nantinya akan membantu peserta didik dalam menerapkan apa
yang diperolehnya dari pengalaman belajar langsung ke dalam kehidupan sehari-
hari.
Penerapan pembelajaran menggunakan model Talking Stick dan Snowball
Throwing diharapkan dapat membantu peserta didik lebih mudah memperoleh
informasi dan memahaminya, karena disini peserta didik berperan aktif
menemukan sendiri pengetahuan melalui kerja sama dalam kelompok.
Model pembelajaran Snowball Throwing yaitu suatu model pembelajaran
yang menggunakan alat bantu berupa bola salju yang di dalamnya terdapat
beberapa pertanyaan. Namun sebelum melempar, guru menyiapkan undian yang
berisi nomor absen peserta didik untuk menentukan siapa yang akan mendapat
lemparan bola pertama. Jika ada peserta didik yang tidak dapat menjawab soal
pertanyaan maka dia harus menjawab soal selanjutnya sampai dia benar-benar
bisa menjawabnya. Bila peserta didik berhasil menjawab pertanyaan maka dia
berhak menggelindingkan bola tersebut pada temannya. Pembelajaran dengan
model Snowball Throwing mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan
pendapat karena harus menjawab pertanyaan dari bola salju, selain itu dapat
menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik yang berhasil menjawab pertanyaan.
Adapun model pembelajaran Talking Stick merupakan suatu pembelajaran
dengan menggunakan stick yang digunakan oleh guru apabila akan mengajukan
39
pertanyaan kepada peserta didik. Metode Talking Stick ini menciptakan suasana
yang menyenangkan, sehingga peserta didik tidak merasa tegang dalam mengikuti
pelajaran. Pelajaran dengan metode Talking Stick dapat mendorong peserta didik
untuk aktif mengemukakan pendapatnya, mendorong peserta didik untuk
menguasai setiap materi yang akan berpengaruh pada hasil belajar yang optimal.
Pembelajaran dengan metode ini dirasa lebih efektif karena dengan pembelajaran
menggunakan musik. Jadi, stick bergulir dengan diiringi musik, apabila musik itu
berhenti maka peserta didik yang memegang tongkat tersebut harus menjawab
soal yang diberikan guru.
2.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka dirumuskan suatu hipotesis
sebagai berikut.
H0 : Tidak ada perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan dalam penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dan Talking
Stick pada peserta didik kelas 5
Ha : Ada perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan dalam penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dan Talking
Stick pada peserta didik kelas 5.