BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 -...

13
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Belajar Menurut Slameto (1995) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dalam lingkungannya. Menurut Winkel (2007 : 59) menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Jadi belajar pada hakekatnya merupakan salah satu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang relative dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut Hilgard (1984 : 4) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan kegiatan dan reaksi terhadap lingkungan. Sedangkan menurut Nana Sudjana (1989 : 7) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan perubahan pada diri seseorang. Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan untuk merubah tingkah laku seseorang dan berjalan sepanjang hayat. 2.1.2 Keaktifan Belajar Pada dasarnya keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti kegiatan atau kesibukan. Yang dimaksud keaktifan belajar disini adalah bahwa pada saat proses pembelajaran guru harus mengusahakan dan membuat siswanya ikut berperan aktif jasmani maupun rohani. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menjadi unsur penting untuk keberhasilan proses pembelajaran. Menurut Mc. Keachie (1954) dalam Nur Hamiyah dan Muhamad Jauhar (2014), siswa belajar secara aktif berarti belajar dengan melibatkan keaktifan mental (intelektual-emosional) meskipun dalam banyak hal diperlukan keaktifan 8

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 -...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16716/2/T1_292011215_BAB II...siswa dalam kegiatan pembelajaran adalah suatu proses belajar

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakekat Belajar

Menurut Slameto (1995) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang

dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan

sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dalam lingkungannya.

Menurut Winkel (2007 : 59) menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas

mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang

menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan

dan nilai sikap. Jadi belajar pada hakekatnya merupakan salah satu proses usaha

yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang relative

dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Menurut Hilgard (1984 : 4) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu

proses perubahan kegiatan dan reaksi terhadap lingkungan.

Sedangkan menurut Nana Sudjana (1989 : 7) mengemukakan bahwa belajar

adalah suatu proses yang ditandai dengan perubahan pada diri seseorang.

Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

suatu proses yang dilakukan untuk merubah tingkah laku seseorang dan berjalan

sepanjang hayat.

2.1.2 Keaktifan Belajar

Pada dasarnya keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti kegiatan atau

kesibukan. Yang dimaksud keaktifan belajar disini adalah bahwa pada saat proses

pembelajaran guru harus mengusahakan dan membuat siswanya ikut berperan

aktif jasmani maupun rohani. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran

menjadi unsur penting untuk keberhasilan proses pembelajaran.

Menurut Mc. Keachie (1954) dalam Nur Hamiyah dan Muhamad Jauhar

(2014), siswa belajar secara aktif berarti belajar dengan melibatkan keaktifan

mental (intelektual-emosional) meskipun dalam banyak hal diperlukan keaktifan

8

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16716/2/T1_292011215_BAB II...siswa dalam kegiatan pembelajaran adalah suatu proses belajar

9

fisik. Jadi yang dimaksud disini adalah siswa harus aktif dengan anggota badan,

membuat atau menemukan sesuatu, bermain atau bekerja, siswa tidak hanya

duduk dan mendengarkan guru menjelaskan, siswa tidak hanya melihat dan pasif

di tempat duduk. Siswa yang mempunyai aktifitas psikis (kejiwaan) adalah jika

jiwanya bekerja sebanyak mungkin atau banyak berfungsi dalam proes

pembelajaran.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung tidak lain

adalah untuk memberikan kesempatan agar siswa menggali pengetahuannya

sendiri. Mereka aktif membangun pemahaman dan belajar untuk menemukan

serta memecahkan sendiri masalah yang dihadapi saat proses pembelajaran

berlangsung.

Menurut Mc. Keachie dalam Dimyati (2009:45) mengemukakan bahwa

manusia merupakan manusia yang aktif selalu ingin tahu. Jadi dalam proses

pembelajaran yang berlangsung segala sesuatu diperoleh sendiri oleh siswa dari

pengamatan, penggalaman, percobaan dan sampai menemukan sendiri pemecahan

dalam suatu permasalahan yang ada.

Menurut Whipple dalam Hamalik (2003), mengemukakan bahwa keaktifan

siswa dalam kegiatan pembelajaran adalah suatu proses belajar mengajar yang

menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual dan emosional guna

untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif

dan psikomotorik selama siswa berada di dalam kelas.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006 : 115), menyatakan bahwa keaktifan

siswa dalam pembelajaran merupakan proses pembelajaran yang mengarah

kepada pengoptimalisasian yang melibatkan intelektual-emosional siswa dalam

proses pembelajaran dengan melibatkan fisik siswa.

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa

merupakan suatu kegiatan yang membutuhkan fisik maupun non fisik siswa agar

kelas dapat menjadi kondusif dan siswa jadi aktif dalam pembelajaran yang

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16716/2/T1_292011215_BAB II...siswa dalam kegiatan pembelajaran adalah suatu proses belajar

10

berlangsung. Guru juga harus mendorong dan melibatkan siswa dalam

pembelajaran agar siswa aktif.

Sedangkan yang yang dimaksud dalam penelitian yang dilakukan ini adalah

keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung yang akan diukur

dengan menggunakan lembar observasi yang disusun berdasarkan indikator

keaktifan belajar.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006 :122-125) indikator keaktifan siswa

dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut :

a. Perhatian dan antusias siswa dalam mengikuti pelajaran yang memberikan

pengalaman belajar kepada siswa untuk memperoleh dan menemukan

pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan.

b. Kebebasan atau keleluasaan melakukan sesuatu hal tanpa tekanan dari guru

atau pihak lainnya (kemandirian belajar).

c. Kegiatan yang melibatkan siswa untuk belajar langsung dari media/alat peraga

yang diciptakan.

d. Kesediaan siswa dalam merespon dan menanggapi siswa dalam proses

pembelajaran.

e. Kesediaan siswa untuk mengerjakan tugas-tugas kelompok belajar yang ada

dalam proses pembelajaran.

f. Kesiapan dan kesediaan siswa dalam mempresentasikan hasil kerja

kelompoknya.

Indikator diataslah yang akan dipakai dalam penelitian ini, untuk mengukur

keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas.

Khususnya di kelas IV SD Negeri Kopeng 02 Kecamatan Getasan Kabupaten

Semarang.

2.1.3 Pengertian Peserta Didik

Peserta didik merupakan subjek yang menjadi focus utama dalam

penyelenggaran pendidikan dan pembelajaran.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16716/2/T1_292011215_BAB II...siswa dalam kegiatan pembelajaran adalah suatu proses belajar

11

Menurut Sinolungan (1997) mengemukakan bahwa ada 2 pengertian dari

peserta didik yaitu peserta didik dalam arti luas merupakan setiap orang yang

terkait dengan proses pendidikan sepanjang hayat, sedangkan dalam arti sempit

adalah setiap siswa yang belajar di sekolah.

Sedangkan Departement Pendidikan Nasional (2003) menegaskan bahwa,

peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya

melalui jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Peserta didik usia SD/MI adalah

semua anak yang berada pada rentang usia 6-12/13 tahun yang sedang berada

pada jenjang pendidikan SD/MI.

2.1.4 Hakekat Matematika

a. Matematika disebut ilmu deduktif, sebab dalam matematika tidak menerima

generalisasi yang berdasarkan pada observasi, eksperimen, coba-coba

(induktif) seperti halnya ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan

umumnya. Kebenaran generalisasi matematika harus dapat dibuktikan secara

deduktif.

b. Matematika sebagai ilmu tentang pola dan hubungan. Matematika adalah ilmu

tentang pola dan hubungan, sebab dalam matematika sering dicari

keseragaman seperti keterurutan, dan keterkaitan pola dari sekumpulan

konsep-konsep tertentu atau model-model yang merupakan representasinya.

c. Matematika sebagai Bahas. Bahasa merupakan suatu system yang terdiri dari

lambing-lambang, kata-kata, dan kalimat-kalimatyang disusun menurut aturan

tertentu dan digunakan sekelompok orang untuk berkomunikasi. Dengan

semikian dapat kita simpulkan bahwa matematika adalah bahasa, sebab

matematika merupakan sekumpulan symbol yangb memiliki makna atau

dikatakan sebagai bahasa symbol.

d. Matematika sebagai ilmu tentang Struktur yang terorganisasi. Matematika

adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasi, sebab berkembang mulai dari

unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke

postulat/aksioma, ke teorema.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16716/2/T1_292011215_BAB II...siswa dalam kegiatan pembelajaran adalah suatu proses belajar

12

e. Matematika sebagai seni. Matematika adalah seni, sebab dalam matematika

terlihat adanya unsur keteraturan, keterurutan, dan konsisten.

f. Matematika sebagai aktifitas manusia. Matematika merupakan hasil karya

manusia, sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa matematika

merupakan kebudayaan manusia. Hal ini sejalan dengan pendapat Susilo

(1998) bahwa matematika dipandang dari aspek metode, cara penalaran,

bahasa, dan objek penyelidikannya memiliki kekhasan, yang keseluruhannya

itu merupakan bagian dari kebudayaan manusia yang bersifat universal.

Istilah “matematika” berasal dari kata Yunani “mathein” atau “manthenein”

yang artinya “mempelajari”. Mungkin kata-kata tersebut memiliki hubungan yang

erat dengan Sansekerta “medha” atau “widya” yang artinya “kepandaian”,

“ketahuan”, atau “intelegensi”, hal tersebut berdasarkan pendapat dari Andi

Hakim Nasution (1978 : 12). Namun di bagian yang lain beliau juga berpendapat

bahwa istilah “matematika” lebih tepat digunakan daripada “ilmu pasti” karena

memang benarlah, bahwa dengan menguasai matematika orang akan belajar

mengatur jalan pikirannya dan sekaligus belajar menambah kepandaianya (Andi

Hakim Nasution, 1978 : 12).

Pada awal abad 20-an pemikiran Hans Freudenthal (1905-1990), seorang

penulis, pendidik, dan matematikawan berkebangsaan Jerman/Belanda

berpendapat bahwa matematika merupakan aktivitas insane (human activities)

dan harus dikaitkan dengan realitas. Berdasarkan pemikiran tersebut berimplikasi

pada proses pembelajaran matematika, siswa harus diberi kesempatan untuk

menemukan kembali (to reinvent) matematika melalui bimbingan guru

(Gravemeijer, 1994), dan bahwa penemuan kembali (reinvention) ide dan konsep

matematika tersebut harus dimulai dari penjelajahan berbagai situasi dan

persoalan “dunia riil” (De Lange, 1995).

Menurut Johnson dan Rising dalam Russefendi (1972), mengemukakan

bahwa matematika merupakan pola pikir, pola mengorganisasikan, pembuktian

logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16716/2/T1_292011215_BAB II...siswa dalam kegiatan pembelajaran adalah suatu proses belajar

13

dengan cermat, jelas dan akurat representasinya dengan symbol dan padat, lebih

berupa bahasa symbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.

Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara

empiris. Kemudian pengalaman itu diproses, diolah, dalam struktur kognitif

sehingga terbentuk kosep-konsep matematika supa konsep-konsep matematika

yang terbentuk itu mudah dipahami oleh orang lain dan dapat dimanipulasi secara

tepat, maka digunakan bahasa matematika atau notasi matematika yang bernilai

global (universal). Konsep matematika didapatkan karena proses berpikir, oleh

karena itu logia adalah dasar terbentuknya matematika.

Dengan demikian maka pembelajaran Matematika adalah cara untuk berpikir

dan bernalar dalam pemecahan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Lambang dan bahasa dalam matematika bersifat universal sehingga dapat

dipahami oleh bangsa-bangsa di seluruh dunia.

Dengan pelajaran matematika yang telah diberikan kepada siswa, peneliti

ingin agar peserta didik mampu berpikir kritis, logis, kreatif serta mampu

bekerjasama. Sehingga dengan begitu peserta didik mampu memecahkan masalah

yang ada dalam kehidup sehari-hari dengan caranya sendiri.

2.1.5 Metode Discovery Learning

Discovery memiliki beberapa arti yaitu dari kata “discover” berarti

menemukan dan “discovery” adalah penemuan. Jadi siswa dapat dikatakan

melakukan “discovery apabila siswa terlihat menggunakan proses mentalnya

dalam usaha untuk menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip.

Menurut Roestiyah (2001 :20) mengemukakan bahwa metode discovery

adalah metode mengajar mempergunakan teknik penemuan. Metode ini

merupakan suatu proses mental dimana siswa mengasimilasi suatu konsep atau

suatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolongkan,

membuatu suatu dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan lain

sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan untuk mandiri dalam menemukan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16716/2/T1_292011215_BAB II...siswa dalam kegiatan pembelajaran adalah suatu proses belajar

14

suatu jawaban dan dibiarkan untuk mengalami berbagai proses mentar itu sendiri.

Guru hanya membimbing dan memberikan intruksi.

Menurut Bruner ( dalam Winataputra, 2008 :3.18) discovery adalah proses

belajar dimana guru harus menciptakan situasi belajar yang problematic,

menstimulus siswa dengan pertanyaan-pertanyaan, mendorong siswa mencari

jawaban sendiri dan melakukan eksperimen.

Sedangkan Suherman (2011) menyimpulkan bahwa metode discovery adalah

metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak

memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui

pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri oleh siswa.

Menurut Suryobroto ( Suparno, 2007 : 73), mengemukakan pendapatmya

bahwa metode pembelajaran discovery adalah sebagai cara mengajar yang

mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain

percobaan, sebelum sampai generalisasi umum.

Metode discovery adalah mengatur pembelajaran hingga sedemikian rupa dan

membuat anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya

itu tidak dari pemberitahuan, sebagaian bahkan seluruhnya ditemukannya sendiri.

Selain into metode ini juga dapat diartikan proses pembelajaran yang

mementingkan perseorangan, manipulasi obyek melakukan percobaan, sebelum

sampai kepada generalisasi umum.

Dengan beberapa pendapat diatas makan dapat disimpulkan bahawa dalam

pembelajaran dengan menggunkan metode discovery anak dituntut untuk belajar

mandiri serta terlibat langsung dalam proses kegiatan belajar mengajar yang

berlangsung, siswa juga dapat bertukar pendapat, berdiskusi membaca dan

melihat sendiri berdasarkan pengalaman yang dimiliki atau diperolehnya, disini

anak juga mencoba sendiri agar anak dapat belajar secara mandiri sendiri.

Menurut Bruner ( dalam Hawa, 2009) langkah-langkah dalam pembelajaran

dengan menggunakan Metode Discovery adalah sebagai berikut:

a. Stimulus (pemberian perangsang )

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16716/2/T1_292011215_BAB II...siswa dalam kegiatan pembelajaran adalah suatu proses belajar

15

Kegiatan belajar dimulai dengan memberikan rangsangan pertanyaan yang

merangsang berpikir anak, mengajurkan dan mendorongnya untuk

membaca buku dan aktivitas belajar lain yang mengarah pada persiapan

pemecahan masalah.

b. Problem Statement (mengidentifikasi masalah )

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak

mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran kemudian memilih

dan merumuskan dalam bentuk hipotesa.

c. Data Collection (pengumpulan data)

Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan

informasi yang relevan sebanyak-banyaknya untuk membuktikan benar

atau tidaknya hipotesa tersebut.

d. Data Processing (pengolahan data)

Mengolah data yang telah diperoleh siswa melalui kegiatan wawancara,

observasi, dll. Kemudian data tersebut ditafsirkan.

e. Verifikasi

Mengadakan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau

tidaknya hipotesis yang ditetapkan dan dihubungkan dengan hasil

processing.

f. Generalisasi

Mengadakan penarikan kesimpulan untuk dijadikan prinsip umum dan

berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan

memperhatikan hasil relefan.

Dibawah ini merupakan beberapa keuntungan belajar dengan menggunakan

metode Discovery Learning dalam Nur Hamiyah dan Muhammad Jauhar

(2014 : 183) :

a. Pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat.

b. Hasil belajar Discovery mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada

hasil lainnya.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16716/2/T1_292011215_BAB II...siswa dalam kegiatan pembelajaran adalah suatu proses belajar

16

c. Secara menyeluruh, belajar Discovery bisa meningkatkan penalaran siswa

dan kemampuan untuk berpikir bebas. Secara khusus, belajar penemuan

melatih keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan

masalah tanpa pertolongan orang lain.

2.1.6 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang yang

meliputi aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan yang merupakan suatu hasil dari

aktivitas belajar yang ditunjukkan dalam bentuk angka-angka seperti yang terdapat

pada laporan hasil belajar atau rapor. Hasil belajar juga dapat diartikan sebagai

tingkat penguasaan dimana siswa telah dapat mencapai suatu penguasaan melalui

berbagai proses yang telah diikutinya dalam proses pembelajaran sesuai dengan

program pendidikan yang telah ditetapkan. Hasil belajar digunakan untuk suatu

pertimbagan dalam menentukan kenaikan kelas ke kelas selanjutnya, umpan balik

dalam perbaikan proses pembelajaran, meningkatkan motivasi belajar siswa, sebagai

alat evaluasi diri terhadap kinerja seseorang atau siswa.

Menurut Gagne dan Briggs (1979 : 51) menyatakan hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan

dapat diamati melalui penempilan siswa (learner’s performance).

Menurut Reigeluth (1983) berpendapat bahwa hasil belajar atau pembelajaran

dapat juga dipakai sebagai pengaruh yang memberikan suatu ukuran nilai dari metode

(strategi) alternatif dalam kondisi yang berbeda.

Bloom (1981 : 4), menggambarkan hubungan antara hasil belajar dengan

faktot-faktor belajar dengan mengemukakan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi

oleh kognitif dan afektifnya saat belajar. Dan kualitas pengajaran yang diterimanya

dipengaruhi oleh cara pengelolaan proses interaksi kelas.

Bloom membedakan 3 macam hasil belajar yaitu :

a. Pengetahuan kognitif

b. Hasil belajar afektif

c. Psikomotorik

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16716/2/T1_292011215_BAB II...siswa dalam kegiatan pembelajaran adalah suatu proses belajar

17

Penggolongan hasil belajar tersebut sesuai dengan tuntutan pembelajaran yang

mengacu KTSP yaitu tercapainya kemampuan kognitif, afektif, dan

psikomotorik sebagai hasil belajar dalam pembelajaran.

Menurut Hamalik (2003 : 155), hasil belajar adalah sebagai terjadinya

perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat di amati dan di ukur bentuk

pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai

terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak

tahu hingga menjadi tahu. Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dipaparkan dia

atas, maka dapat dikemukakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku pada

diri seseorang akibat dari belajar yang mencakup aspek kognitif, aspek afektif, dan

aspek psikomotorik.

Menurut Slameto (1995 : 54-72) faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

digolongkan menjadi 2 yaitu fator intern dan faktor ekstern. Adapun faktor intern

(dari dalam diri siswa) yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut :

a. Kesehatan

b. Kecerdasan

c. Cara belajar

d. Bakat

e. Minat

f. Motivasi

Faktor ekstern (dari luar diri siswa) yang mempengaruhi prestasi belajar

adalah sebagai berikut :

a. Latar belakang pendidikan orang tua

b. Status ekonomi social orang tua

c. Ketersediaan sarana dan prasarana di rumah dan di sekolah

d. Media yang dipakai guru

e. Kompetensi guru

Untuk mencapai hasil belajar yang bagus atau hasil yang optimal, seorang

guru harus dapat memilih dan menyesuaikan mpodel pembelajaran yang efektif dan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16716/2/T1_292011215_BAB II...siswa dalam kegiatan pembelajaran adalah suatu proses belajar

18

efesin yang sesuai dengan karakteristik siswa dan materu yang akan diajarkan. Selain

model pembelajaran guru juga memerlukan metode pembelajaran dalam

menumbuhkan kegiatan pembelajaran siswa, agar situasi belajar mengajar dapat

berlangsung dengan baik dan suasana pembelajaran yang tidak membosankan bagi

siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa

adalah dengan menerapkan metode discovery. Metode discovery mempunyai

keunggulan sebagai berikut : pengetahuan yang diperoleh siswa dalam pembelajaran

akan bertahan lebih lama dan mudah diingat oleh siswa, hasil belajar dapat ditransfer

siswa dengan lebih baik daripada hasil belajar yang lainnya, secara menyeluruh

metode ini dapat melatih untuk meningkatkan penalaran serta kemampuan siswa

dalam berpikir secara bebas. Sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan dapat

mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

Banyak penelitian yang dilakukan dalam rangka ingin meningkatkan hasil

belajar siswa yang lebih baik serta meningkatkan kualitas pembelajaran dengan

menerapkan metode Discovery dalam pembelajaran. Seperti penelitian yang

dilakukan diantaranya oleh :

a. Prysta Widhiyani dalam buku penelitiannya yang berjudul : “Pembelajaran

Matematika Melalui Metode Discovery Learning Untuk Meningkatkan Aktivitas

Dan Hasil Belajar Siswa Kelas III SDN Sumbersari 02 Jember Pokok Bahasan

Segitiga Dan Segiempat Tahun Ajaran 2012/2013”

b. Beti Iriyanto dalam buku penelitiannya yang berjudul : “Peningkatan Hasil

Belajar Matematika Dengan Metode Penemuan (Discovery) Menggunakan

Bantuan Media Dua Dimensi Pada Siswa Kelas VI Semester II SD Negeri Posong

Kecamatan Tulis Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2011/2012”

c. Vera Atmawati dalam buku penelitiannya yang berjudul : “Perbedaan Hasil

Belajar Matematika Yang Diajar Dengan Metode Ekspositori dan Metode

Discovery kelas VII SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang”

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16716/2/T1_292011215_BAB II...siswa dalam kegiatan pembelajaran adalah suatu proses belajar

19

2.3 Kerangka Berpikir

Berdasarkan permasalahan yang ada di SD Negeri 02 Kopeng dan kajian teori

yang diperoleh, maka dalam penelitian ini peneliti akan menerapakn metode

Discovery Learning pada siswa kelas IV semester II SD Negeri 02 Kopeng

Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Dengan metode Discovery Learning

diharapan dapat membantu untuk mengingkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.

Dari hal diatas, maka dapat diperoleh kerangka pikir seperti yang terdapat

pada bagan dibawah ini :

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

2.4 Hipotesis

Dengan menggunakan metode Descovery Learning dapat meningkatkan

keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika kelas IV Semester

II SD Negeri Kopeng 02 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.

Kondisi Awal Guru mengajar Masih

Konvensional (Guru

menggunakan metode

ceramah)

Hasil Belajar Siswa

Rendah

Tindakan

Menerapkan

Metode Discovery

Learning

Siklus 1 Menerapkan

Metode Discovery

Learning

Siklus 2 Menerapkan

Metode Discovery Learning Kondisi Akhir, hasil belajar

siswa meningkat

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16716/2/T1_292011215_BAB II...siswa dalam kegiatan pembelajaran adalah suatu proses belajar

20