BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang...

41
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2). Hasil penelitian yang relevan,(3). Kerangka pikir, dan (4). Hipotesis. Bagian ini merupakan dasar atau landasan teoritis bagi pelaksanaan penelitian ini. Berikut ini akan dibahas secara khusus keempat bagian-bagian besar tersebut. 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Belajar dan Hasil Belajar 2.1.1.1. Belajar A. Pengertian Belajar Menurut Slameto (2010) belajar ialah proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap, perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas (Winkel, 2007).

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat)

bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2). Hasil penelitian yang relevan,(3).

Kerangka pikir, dan (4). Hipotesis. Bagian ini merupakan dasar atau landasan

teoritis bagi pelaksanaan penelitian ini. Berikut ini akan dibahas secara khusus

keempat bagian-bagian besar tersebut.

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Belajar dan Hasil Belajar

2.1.1.1. Belajar

A. Pengertian Belajar

Menurut Slameto (2010) belajar ialah proses usaha

yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan suatu

aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi

aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah

perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan

dan nilai-sikap, perubahan itu bersifat secara relatif konstan

dan berbekas (Winkel, 2007).

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

10

Menurut Arikunto (1990) secara sederhana belajar

diartikan sebagai suatu proses yang terjadi karena adanya

usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia

yang melakukan, dengan maksud memperoleh perubahan

dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, ketrampilan

ataupun sikap.

Dari beberapa definisi belajar di atas, dapat

dipahami bahwa belajar merupakan kegiatan/ aktivitas

yang dilakukan individu untuk mengadakan perubahan

baik tingkahlaku, sikap, pemahaman, pengetahuan, yang

ada pada lingkungan belajar.

Menurut Cronbach (dalam Suprijono, 2010) belajar

adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman.

Selanjutnya menurut Skinner (dalam Dimyati dan

Mudjiono 2006) bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada

saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik.

Sebaliknya, bila tidak belajar maka responnya menurun.

Menurut Morgan (dalam Suprijono, 2009) belajar adalah

perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil

dari pengalaman.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa belajar adalah perubahan dari perilaku sebagai hasil

pengalaman yang barsifat permanen atau tetap.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

11

Jadi dapat dipahami dari pengertian belajar di atas

bahwa belajar merupakan kegiatan / aktivitas yang

dilakukan individu untuk mengadakan perubahan baik

tingkah laku, sikap, pemahaman, pengetahuan, yang ada

pada lingkungan belajar, di mana perubahan dari perilaku

sebagai hasil pengalaman yang bersifat permanen dan

tetap.

B. Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Slameto (2010), faktor-faktor belajar

dibedakan menjadi dua yaitu: faktor intern dan faktor

extern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri

individu yang sedang belajar, sedangkan faktor extern

adalah faktor yang ada dari luar individu.

1. Faktor – faktor intern

Terbagi tiga faktor yaitu: faktor jasmaniah, faktor

psychologis dan kelelahan.

a. Faktor jasmaniah ini meliputi kesehatan dan cacat

tubuh;

Proses belajar seseorang akan tertanganggu jika

kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga akan

cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing,

ngantuk jika badanya lemah, kurang darah ataupun

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

12

gangguan-gangguan/kelainan-kelainan fungsi alat

inderanya serta tubuhnya.

Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah

mengusahakan kesehatan badanya tetap terjamin

dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan

tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olah

raga, rekreasi dan ibadah.

b. Faktor psychologis meliputi intelegensi, perhatian,

minat, bakat,motif, kematangan,dan kesiapan;

Faktor psychologis juga mempengaruhi dalam

proses belajar. Dimana intelegensi, perhatian, minat,

bakat, motif, kematangan, dan kesiapan berpengaruh

besar dalam keberhasilan proses belajar.

c. Kelelahan, meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan

rohani (bersifat psikis);

Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah

lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk

membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat

dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga

minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu

hilang. Hal ini menunjukkan bahwa kelelahan itu

mempengaruhi belajar.

2. Faktor - faktor ektern

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

13

Terdapat tiga faktor yaitu: faktor keluarga, faktor

sekolah dan faktor masyarakat.

a. Faktor keluarga meliputi cara orang tua mendidik,

relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga,

keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan

latar belakang kebudayaan.

Cara orang tua mendidik anaknya sangat besar

pengaruhnya terhadap belajar. Maka perlu

keterlibatan orang tua akan sangat mempengaruhi

keberhasilan bimbingan tersebut. Selanjutnya relasi

antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi

orang tua dan anaknya. Selain itu relasi anak dengan

saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain

pun turut mempengaruhi belajar anak. Suasana

rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-

kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga

dimana anak berada dan belajar. Keadaan ekonomi

keluarga erat hubungannya dengan belajar anak.

Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi

kebutuhan pokoknya. Sedangkan pengertian orang

tua dan latar belakang kebudayaan juga

mempengaruhi belajar, dari orang tua anak perlu

dorongan dan pengertian orang tua. Disisi lain perlu

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

14

ditanamkan kebiasaan-kebiasaan pada diri anak agar

mendorong semangat anak untuk belajar.

b. Faktor sekolah, meliputi metode mengajar,

kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa

dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran dan

waktu sekolah, standart pelajaran, keadaan gedung,

metode belajar, dan tugas rumah.

Sekolah juga menentukan keberhasilan individu

dalam belajar. Sistem di sekolah yang kurang baik

juga akan menghambat keberhasilan individu dalam

belajar. Sistem dalam sekolah harus berjalan dengan

seimbang baik guru, siswa, sarana dan prasarana,

suasana/kondisi sekolahan,tempat, dan tugas. Semua

itu merupakan kompenen yang dapat mempengaruhi

keberhasilan individu dalam belajar.

c. Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam

masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk

kehidupan masyarakat.

Faktor ini juga sangat berpengaruh dalam

individu belajar dimana selain lingkungan keluarga

juga lingkungan di masyarakat yang setiap hari

menjadi rutinitas individu. Kegiatan-kegiatan yang

ada di lingkungan masyarakat bisa juga

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

15

menguntungkan dan juga bisa merugikan individu

dalam belajar. Namun apabila lingkungan tercipta

baik maka akan memberi pengaruh positif bagi diri

individu sehingga tercipta proses belajar yang baik.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu dari

faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern berupa

jasmaniah, psychologis dan kelelahan. Sedangkan faktor

ekstern yaitu dari keluarga,sekolah, dan masyarakat.

1.1.1.2. Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2010) hasil belajar siswa pada

hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku

sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup

bidangkognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut Dimyati

dan Mudjiono (2006), hasil belajar merupakan hasil dari suatu

interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dimana dari sisi

guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil

belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya

penggal dan puncak proses belajar.

Menurut Suprijono (2010) hasil belajar berupa pola-pola

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,

apresiasi dan ketrampilan. Menurut Gagne (dalam Suprijono,

2010) bahwa hasil belajar berupa;

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

16

1) Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan

pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun

tertulis. Di sini dijelaskan bahwa kemampuan

seseorang merespon secara spesifik terhadap

rangsangan spesifik. Kemampuan ini tidak memerlukan

manipulasi, simbol-simbol, pemecahan masalah

maupun penerapan aturan.

2) Ketrampilan intelektual, yaitu kemampuan

mempersentasikan konsep dan lambang. Ketrampilan

intelektual terdiri dari kemampuan mnegorganisas,

kemampuan analisis sintesis fakta konsep

mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.

3) Strategi kognitif, yaitu kecakapan dalam mengarahkan

aktivitas kognitifnya sendiri. kemampuan ini meliputi

penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan

masalah.

4) Ketrampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan

serangkaian gerak jasmani, dalam urusan koordinasi,

sehingga terwujud otomastisme gerak jasmani

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obek

berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap

merupakan kemampuan menginternalisasi dan

eksternalisasi nilai-nilai sebagai standart perilaku.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

17

Dari beberapa pengertian hasil belajar di atas dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah

laku dalam bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal ini

merupakan hasil dari suatu interaksi belajar dan mengajar baik

dari guru maupun siswa yang dapat berupa pola-pola

perbuatan, nilai, sikap, apresiasi dan ketrampilan.

Horward Kingsley (dalam Sudjana ,2010), membagi tiga

macam hasil belajar, yaitu:

a) Ketrampilan dan kebiasaan

b) Pengetahuan dan pengertian

c) Sikap dan cita-cita

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan

pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional,

menggunakan klasifikasi hasil belajar Benyamin Bloom.

Benyamin Bloom (dalam Sudjana, 2010) membagi hasil

belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar

yang terdiri dari , yakni pengetahuan atau ingatan,

pemahaman, aplikasi, analisis, dan evaluasi. Ranah afektif

berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni

penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan

internalisasi. Pada ranah psikomotorik berkenaan dengan

belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Terdapat enam

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

18

aspek ranah psikomotorik yakni gerakan refleks, ketrampilan

gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau

ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks dan gerakan

ekspresif dan interpretatif.

Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil

belajar. Diantaranya yang paling banyak dinilai guru di

sekolah adalah pada ranah kognitif karena ini berkaitan dengan

kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pelajaran.

Menurut Arikunto (1990), secara garis besar faktor-

faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan atas

dua jenis yaitu yang bersumber dalam diri manusia yang

belajar, yang disebut sebagai faktor internal, dan faktor yang

bersumber dari luar diri manusia yang belajar, yang disebut

faktor eksternal.

1. Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia

dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor biologis

dan faktor psikologis. Di mana dalam faktor biologis

dikategorikan seperti usia, kematangan dan kesehatan

sedangkan faktor psikologis adalah kelelahan, suasana

hati, motivasi, minat dan kebiasaan belajar.

2. Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang

dapat diklasifiksikan menjadi dua juga, yaitu faktor

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

19

manusia (human) dan faktor non manusia seperti alam,

benda, hewan dan lingkungan fisik.

Clark (dalam Angkowo dan Kosasih, 2007)

menggungkapkan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70 %

dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh

lingkungan. Berkaitan dengan faktor dari dalam diri siswa,

selain faktor kemampuan, ada juga faktor lain yaitu motivasi,

minat, perhatian, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi

sosial ekonomi, kondisi fisik dan psikis.

Berdasarkan pendapat - pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar adalah dari faktor lingkungan dan faktor dari diri

manusia. Faktor lingkungan yaitu dari manusia dan alam

sedangkan dari diri manusia yang berkaitan dengan usia,

suasana hati , minat, motivasi, kebiasaan belajar, ketekunan,

kondisi sosial ekonomi , faktor fisik dan psikis. Berdasarkan

faktor- faktor yang mempengaruhi belajar dari Slameto dan

faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dari Arikunto

maka faktor ekstern yaitu metode mengajar juga

mempengaruhi belajar dan hasil belajar.

2.1.2. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Sanjaya (2010) pembelajaran dapat diartikan

sebagai proses kerjasama antara guru dan siswa itu sendiri seperti

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

20

minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya

belajar maupun potensi yang ada diluar diri siswa seperti

lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk

mencapai tujuan belajar tertentu.Selain itu menurut Suprijono

(2010) pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan mempelajari.

Guru mengajar dalam pandangan pembelajaran adalah guru

menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya untuk

mempelajarinya. Oleh karena itu subyek pembelajaran adalah

peserta didik dan pembelajaran berpusat pada peserta didik.

Menurut Trianto (2010), dalam makna yang kompleks

pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru

untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa

dengan sumber belajar lainnya).

Dari beberapa pengertian pembelajaran di atas dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses kerjasama

antara guru dan siswa berkaitan dengan minat,bakat dan

kemampuan dasar , gaya belajar maupun potensi yang ada di luar

diri siswa untuk mencapai tujuan belajar. Peserta didik merupakan

subyek dalam pembelajaran. Sehingga pembelajaran itu

merupakan usaha dari guru untuk membelajarkan siswanya.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bagian dari

pembelajaran. Suprijono (2010) menyatakan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

21

kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh

guru atau diarahkan oleh guru. Menurut Roger, dkk (dalam Huda,

2012) menyatakan cooperatve learning is group learning activity

organized in such a way that learning is based on the socially

structured change of information between learners in group in

which each learner is held accountable for his or her own learning

and motivated to increase the learning of others ( pembelajaran

kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang

diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan

pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-

kelompok pembelajar yang didalamnya setiap pembelajar

bertanggungjawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong

untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain).

Menurut Johnson & Johnson (dalam Isjoni, 2012)

menyatakan bahwa cooperative learning adalah mengelompokkan

siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa

dapat bekerjasama dengan kemampuan maksimal yang mereka

miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif merupakan jenis kerja kelompok yang

dipimpin oleh guru dan diarahkan guru, dimana dalam aktivitas

pembelajaran kelompok harus didasarkan pada perubahan

informasi sosial diantara kelompok-kelompok dan setiap

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

22

pembelajar bertanggungjawab atas pembelajarannya, sehingga di

dalam kelompok siswa dapat bekerjasama dengan kemampuan

maksimal yang dimilikinya dan mempelajari satu sama lain di

dalam kelompok.

Roger dan David Johnson (dalam Anita Lie, 2002),

menyatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap

cooperatif learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, terdapat

lima unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan.

Kelima unsur tersebut yaitu:

a) Saling ketergantungan positif

Keberhasilan dalam satu kelompok sangat

bergantung pada usaha setap anggotanya. Untuk

menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu

menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota

kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang

lain bisa mencapai tujuan mereka. Sehingga setiap anggota

kelompok harus benar-benar bekerja keras dan saling

membantu untuk keberhasilan kelompoknya.

b) Tanggungjawab perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur

pertama. Tugas dan pola penilaian dibuat menurut

prosedur model pembelajaran cooperatif learning, dimana

setiap siswa akan merasa bertanggungjawab untuk

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

23

melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja

kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan

tugasnya. Sehingga siswa bertanggungjawab pada

tugasnya masing-masing dan tidak mengandalkan teman

sehingga dapat mengakibatkan kelompoknya kurang

berhasil.

c) Tatap muka

Setiap kelompok harus berkesempatan untuk

bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan

memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi

yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran dari

anggota kelompok akan lebih kaya dari pada hasil

pemikiran satu orang saja.Inti sinergi ini adalah

menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan

mengisi kekurangan masing-masing.

d) Komunikasi antar anggota

Unsur ini menghendaki agar para pembelajar

dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi.

Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar

perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Keberhasilan

suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para

anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan

mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

24

e) Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi

kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan

hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja

sama dengan lebih efektif. Evaluasi tersebut dapat melihat

apa saja yang dikerjakan kelompok, apa mengerjakan

tugas dengan baik, adanya kerjasama dan komunikasi, dan

peran dari seluruh anggota kelompok.

Menurut Suprijono (2010) sintaks pembelajaran

kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1

Sintaks Pembelajaran Kooperatif

Fase-fase Perilaku Guru

Fase 1 : Menyampaikan

tujuan dan mempersiapkan

peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan

mempersiapkan peserta didik siap

belajar

Fase 2 : Menyajikan

informasi

Mempresentasikan informasi kepada

peserta didik secara verbal

Fase 3 : Mengorganisir

peserta didik ke dalam tim-

tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta

didik tentang tata cara pembentukan tim

belajar dan membantu kelompok

melakukan transisi yang efisien

Fase 4 : Membantu kerja tim

dan belajar

Membantu tim-tim belajar selama

peserta didik mengerjakan tugasnya

Fase 5 : Mengevaluasi Menguji pengetahuan peserta didik

mengenai berbagai materi pembelajaran

ataukelompok-kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

25

Fase 6 : Memberikan

pengakuan atau penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui

usaha dan prestasi individu maupun

kelompok

Johnson & Johnson (Trianto, 2010) menyatakan bahwa

tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar

siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman

baik secara individu maupun secara kelompok. Hal ini

menunjukkan bahwa untuk mencapai tujuan hasil belajar yang

maksimal diperlukan kerjasama antar individu atau pada

kelompok.

Menurut Karni ( 2012 ) metode pembelajaran kooperatif

ada berbagai tipe dan variasinya yaitu diantaranya Jigsaw,

STAD, TGT (Slavin, 1990) Write-Pair-Square, Think-Pair-

Share, Inside-Outside Circle, Round-robin, NHT, Two Stay Two

Stray (Kagan,1992), GroupInvestigation (Sharan et al),

Learning Together (Johnson, 1987), MURDER – Mood,

Understand, Recall, Detech, Elaborate, Review (Hythecker et al

1998).Tipe yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu Dua

Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray).

2.1.3. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS (Two Stay Two

Stray)

Pembelajaran kooperatif tipe TSTS, merupakan metode

pembelajaran yang dikembangkan oleh Spancer Kagan (1992) dan

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

26

bisa digunakan bersama dengan teknik kepala bernomor. Menurut

Lie (2002) struktur Two Stay Two Stray memberi kesempatan

kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan

kelompok lain. Banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai

dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak

diperbolehkan melihat pekerjaan siswa lain, padahal dalam

kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia

saling bergantung satu dengan lainnya.

Menurut Lie (2002) TSTS dilakukan dengan membagi

siswa untuk bekerjasama dalam kelompok yang beranggotakan

empat, dua siswa bertamu ke kelompok lain , dua anggota yang

tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan

informasi kelompok kepada tamu dari kelompok lain. Hal ini

diperjelas Suprijono (2010) bahwa pembelajaran TSTS diawali

dengan pembagian kelompok, setelah kelompok terbentuk guru

memberikan tugas berupa permasalahan - permasalahan yang harus

didiskusikan jawabannya. Setelah diskusi intrakelompok selesai,

dua orang masing-masing anggota kelompok meninggalkan

kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain. Anggota

kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai duta (tamu)

mempunyai kewajiban menerima tamu dari kelompok lain, yaitu

bertugas menyajikan hasil kerja kelompoknya kapada tamu. Dua

anggota kelompok yang menjadi tamu diwajibkan bertamu kepada

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

27

semua kelompok. Setelah selesai menunaikan tugasnya, mereka

kembali kekelompoknya. Setelah kembali ke kelompok asal, baik

peserta didik yang bertamu maupun yang bertugas menerima tamu

mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah dilakukan.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran Two Stay Two Stray merupakan pembelajaran

kooperatif yang memberikan kesempatan kepada seluruh siswa

dalam kelompok untuk berbagi informasi dari hasil kerja dalam

kelompok yaitu diawali dengan pembentukan kelompok yang

beranggotakan empat siswa. Dua siswa bertamu untuk mencari

informasi dan hasil kerja dari kelompok lain. Dua siswa yang

tinggal mempunyai kewajiban menerima tamu dan menyajikan

hasil kerja kelompoknya pada kelompok lain.

Menurut Yusnita (2011) pembagian kelompok dalam

pembelajaran kooperatif Two Stray Two Stay memperhatikan

kemampuan akademis siswa. Guru membuat kelompok heterogen

dengan alasan memberi kesempatan siswa untuk saling mengajar

(peer tutoring) dan saling mendukung, meningkatkan relasi,dan

interaksi antar ras, etnik dan gender serta memudahkan pengelolaan

kelas karena masing-masing kelompok memiliki siswa

berkemampuan tinggi, yang dapat membantu teman lainnya dalam

memecahkan suatu permasalahan dalam kelompok (Jarolimek dan

Parker dalam Isjoni, 2012).

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

28

Menurut Crawford (dalam Hamiddin, 2012), TS-TS offers a

low-threat forum where students can exchange ideas and build

social skills such as asking probing questions , TSTS menawarkan

sebuah forum dimana siswa dapat bertukar ide dan membangun

keterampilan sosial seperti mengajukan pertanyaan menyelidik).

Dalam kegiatan ini siswa didorong untuk menyumbangkan ide atau

pendapat kepada kelompok mereka sendiri maupun kelompok lain.

Pembelajaran Two Stay Two Stray memungkinkan siswa untuk

saling berbagi informasi dengan kelompok-kelompok lain (Huda,

2011).

Pada dasarnya metode pembelajaran kooperatif tipe TSTS lebih

berorientasi pada kerja kelompok. Namun tidak semua kelompok

adalah kelompok kooperatif. Sulasmono (2004) menyatakan bahwa

dalam proses pembelajaran terdapat kemungkinan adanya empat jenis

kelompok belajar yaitu :

a) Kelompok belajar semu adalah kelompok yang para anggotanya

diberi tugas untuk bekerjasama namun mereka tidak berminat

untuk melakukan hal tersebut.

b) Kelompok belajar kelas tradisional, adalah kelompok yang para

anggotanya telah diberi tugas untuk bekerjsama tetapi mereka

melihat hanya akan memperoleh keuntungan keciljika

melaksanakan tugas itu, sehingga saling ketergantungan diantara

mereka rendah.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

29

c) Kelompok belajar kooperatif adalah lebih dari sekedar jumlah

dari bagian-bagian. Ini adalah kelompok yang para anggotanya

melakukan/mengerjakan tujuan bersama yaitu memaksimalkan

belajar sesamanya.

d) Kelompok belajar kooperatif dengan kinerja tinggi adalah

kelompok yang memenuhi semua kriteria untuk menjadi

kelompok belajar kooperatif dan menampilkan semua harapan

masuk akal yang diberikan kepada semua anggota kelompok.

Dari hal tersebut perlunya pembelajaran kooperatif yang

dirancang dengan baik sehingga memungkinkan tidak adanya

efek “free rider” dimana beberapa anggota kelompok

mengerjakan semua tugas belajar dan tidak ada yang hanya

menumpang nama (Sulasmono, 2004).

Adapun langkah-langkah pelaksanaan metode pembelajaran

kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) Lie (dalam

Yusritawati, 2009) yaitu:

1. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap

kelompoknya terdiri dari empat siswa.

Kelompok dibentuk harus merupakan kelompok yang heterogen,

seperti pada pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray

yang bertujuan untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk

saling membelajarkan (Peer Tutoring).

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

30

2. Guru memberikan sub pokok bahasan pada tiap-tiap kelompok

untuk dibahas bersama-sama dengan anggota kelompoknya.

3. Siswa bekerjasama dalam kelompok beranggotakan empat

orang. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada

siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir.

4. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok

meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain

5. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan

hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.

6. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan

melaporkan hasil temuan mereka dari kelompok lain.

7. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja

mereka.

8. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja

mereka.

Struktur TSTS dapat di lihat pada gambar 2.1 di bawah ini.

Gambar 2.1

Struktur TSTS

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

31

Sebagaimana metode pembelajaran yang lain, metode TSTS ini

juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Susanti ( dalam Aminah ,

2009), menyebutkan ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari

metode pembelajaran kooperatif tipeTSTS. Kelebihan tersebut antara

lain sebagai berikut:

1) Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan

2) Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna

3) Lebih berorientasi pada keaktifan

4) Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar

Sedangkan kekurangan dari metode pembelajaran

kooperatif tipe Two Stay Two Stray ini sebagai berikut;

1) Membutuhkan waktu yang lama

2) Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok

3) Bagi guru membutuhkan banyak persiapan (materi, dana,

dan tenaga)

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

32

4) Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas

Untuk mengatasi kekurangan-kekurangan tersebut, guru

terlebih dahulu mempersiapkan dan membentuk kelompok-

kelompok belajar yang heterogen ditinjau dari segi jenis kelamin

dan kemampuan akademis maka dalam satu kelompok terdiri

dari siswa yang berkemampuan akademis tinggi, siswa yang

berkemampuan akademis sedang, dan siswa berkemampuan

kurang dibagi secara merata sehingga tidak ada dominan siswa

yang pandai dalam satu kelompok (Lie dalam Aminah, 2009).

Pembentukan kelompok heterogen memberi kesempatan

untuk saling mengajar dan saling mendukung sehingga

memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu

orang berkemampuan akademis tinggi, diharapkan bisa

membantu anggota kelompok yang lain.

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif

tipe TSTS memiliki beberapa kelemahan, maka perlu dilakukan

tahapan-tahapan secara sistematis dan berurutan sehingga

pembelajaran berjalan dengan baik.

2.1.4. Metode Ceramah

2.1.4.1. Pengertian

Metode ceramah adalah suatu cara penyajian bahan ajar

atau cara mengajar melalui penjelasan atau penuturan secara

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

33

lisan oleh guru kepada peserta didik (Widi Rahardja,2002).

Menurut Djmarah (2002) metode ceramah adalah cara

penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan atau

penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa.

Ceramah merupakan teknik yang banyak dipakai dalam

latihan, didasarkan pada pertimbangan tertentu. Di mana dalam

segala keadaan teknik ini dianggap cara yang paling baik bagi

seseorang pelatih untuk menyajikan secara lisan tentang

informasi suatu mata pelajaran (Pasaribu dan Simandjuntak,

1982).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode

ceramah merupakan cara penyajian bahan ajar oleh guru

melalui penjelasan atau penuturan sehinggaguru menjadi pusat

informasi dan lalu lintas komunikasi/pembicaraan hanya searah

yaitu dari guru kepada siswa.

2.1.4.2. Tujuan Penggunaan Metode Ceramah

Menurut Moedjiono dkk (dalam Widi Rahardja,2002),

tujuan penggunaan metode ceramah yakni;

1) Menciptakan landasan pemikiran yang mendorong dan

mengarahkan siswa untuk lebih banyak mempelajari isi

pelajaran melalui bahan tertulis secara mandiri

2) Menyajikan garis-garis pelajaran dan permasalahan penting

(esensial) yang terdapat dalam isi pelajaran

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

34

3) Memberikan motivasi kepada para siswa, untuk belajar

secara mandiri dan menemukan fakta, konsep, serta kaidah

yang lebih luas dari pada yang sudah disajikan oleh guru

4) Menjelaskan prosedur tugas-tugas belajar yang diberikan

dengan format yang lain, misalnya sebelum permainan

simulasi dilaksanakan guru menjelaskan prosedurnya

Menurut Abimayu (2008), tujuan metode ceramah adalah

menyampaikan materi pelajaran yang bersifat informasi, yaitu

konsep, pengertian-pengertian, prinsip-prinsip yang banyak dan

luas serta hasil penemuan-penemuan baru yang belum

terpublikasikan secara meluas. Selanjutnya Abimayu (2008)

menyatakan bahwa secara lebih khusus tujuan ceramah adalah :

a) Menciptakan landasan pemikiran siswa agar dapat belajar

melalui bahan tertulis hasil ceramah guru

b) Menyajikan garis-garis besar isi pelajaran dan permasalahan

penting yang terdapat dalam isi pelajaran.

c) Merangsang siswa untuk belajar mandiri dan menumbuhkan

rasa ingin tahu melalui pengayaan belajar

d) Memperkenalkan hal-hal baru dan memberikan penjelasan

secara gamblang teori dan praktiknya

e) Sebagai langkah awal untuk metode yang lain dalam upaya

menjelaskan prosedur yang harus ditempuh siswa. Misalnya

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

35

sebelum eksperimen siswa diberi penjelasan tentang apa-apa

yang harus dilakukan oleh siswa.

2.1.4.3. Keunggulan Metode Ceramah

Terdapat beberapa keunggulan metode ceramah

diantaranya yang diungkapkan oleh Rahardja (2002) yaitu;

1) Tepat untuk menyampaikan pengantar atau informasi yang

baru

2) Gunakan bila anak sudah mendapatkan motivasi

3) Tepat bagi guru yang bisa berbicara secara jelas dan baik

4) Tepat untuk kelas besar dan untuk menekankan hal-hal

penting yang telah dipelajari

5) Lebih tepat bagi orang-orang dewasa, karena dapat

berkonsentrasi relatif agak lama

6) Dapat untuk menghabiskan bahan pelajaran yang banyak

dalam waktu yang singkat

7) Tidak terlalu menuntut menggunakan banyak alat/ media

peraga

8) Untuk menjelaskan bahan pelajaran yang penting dan tidak

terdapat dalam buku teks

9) Untuk bahan pelajaran yang dirasa sukar walaupun terdapat

dalam buku teks, tetapi guru perlu menjelaskan

10) Untuk membangkitkan minat, hasrat siswa

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

36

Menurut Djamarah dan Aswan (2002), terdapat kelebihan

dari metode ceramah yaitu:

1) Guru mudah menguasai kelas

2) Mudah mengorganisir tempat duduk/kelas

3) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar

4) Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya

5) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik

2.1.4.4. Kelemahan Metode Ceramah

Menurut Pasaribu dan Simandjuntak (1982), seringkali

ceramah mendapatkan kritik karena teknik-teknik latihan itu

kurang berhasil, dengan alasan-alasan sebagai berikut;

1) Teknik ini hanya melibatkan para pesertanya secara minimal

sekali

2) Teknik ini membosankan para peserta latihan dan

3) Sebagai ceramah, penyajian informasi secara lisan tidak

memiliki catatan yang tinggal seandainya mengulangnya

kembali

Menurut Djamarah dan Aswan (2002), metode ceramah

memiliki kekurangan/ kelemahan yaitu :

1) Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata)

2) Yang visual menjadi rugi, yang auditif (mendengar) lebih

besar menerimanya

3) Bila selalu digunakan dan terlalu lama membosankan

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

37

4) Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada

ceramahnya, ini sukar sekali

5) Menyebabkan siswa menjadi pasif

Selain beberapa alasan di atas juga akan dipaparkan beberapa

kelemahan metode ceramah menurut Widi Rahardja (2002).

1. Hanya menghasilkan ingatan jangka pendek pada siswa

2. Kurang tepat bagi anak kecil, karena belum bisa

berkonsentrasi dalam waktu yang lama dan sulit menangkap

penjelasan guru yang terlalu banyak mengeluarkan kalimat-

kalimatnya

3. Kegiatan lebih berpusat pada guru, sehingga anak pasif

4. Dapat melemahkan perhatian siswa, membosankan siswa

bila ceramahnya terlalu lama karena setelah 20 menit pertama

perhatian siswa menurun dan bicara guru tidak menarik

5. Kurang tepat/ sejalan dengan prinsip pembelajaran aktif dan

menimbulkan sekolah duduk/dengar

6. Merugikan siswa yang tidak peka pendengarannya dan tidak

dapat mencatat secara cepat/ merusak tulisan

7. Tidak tepat untuk pengajaran aspek ketrampilan

(psykhomotorik).

2.1.4.5. Langkah-langkah Pembelajaran

Sebagai upaya meminimalisasi kelemahan pada metode

ceramah, ada beberapa langkah-langkah pembelajaran dengan

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

38

metode ceramah yang harus diperhatikan guru menurut Widi

Rahardja (2002) yaitu;

1. Persiapan

Pada tahap ini guru melakukan kegiatan-kegiatan antara

lain : menata secara sistematis/ mengorganisir bahan

pelajaran yang akan disajikan, menentukan urut-urutkan

penyajian, agar bagi guru ataupun siswa dapat dengan

memahami dan menguasai bahan pelajaran tersebut.

Disini guru juga dapat menyiapkan bagan atau diagram

atau media belajar lainnya yang dapat membantu dalam

proses pembelajaran.

2. Awal ceramah

Hal ini sebagai pengantar/ introduksi dimana guru

membuka pelajaran dengan kegiatan-kegiatan antara lain

menumbuhkan motivasi dan perhatian siswa dengan

sikap yang antusias, hangat, mendorong rasa ingin tahu

dengan pernyataan yang menantang / merangsang

berpikir siswa dengan mengemukakan pokok-pokok isi /

materi pelajaran serta meningkatkan hubungan/pola

interaksi guru dan siswa.

3. Pelaksanaan ceramah

Tahap ini merupakan kegiatan inti / kegiatan utama

dimana guru menyajikan bahan pelajaran yang telah

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

39

dipersiapkan pada siswa di kelas. Hal-hal yang harus

diperhatikan guru adalah penggunaan kata-kata yang

sederhana, gaya bicara /suara yang menarik, penjelasan

singkat / jelas sehingga siswa akan lebih mudah dalam

memahami materi pelajaran.

a. Pokok bahasan yang akan diterangkan bisa

ditulis dulu pada papan tulis, atau pada bagan

yang telah dipersiapkan.

b. Apabila dari pengamatan guru atau balikan dari

siswa ada bagian materi pelajaran yang belum

jelas maka guru dapat mengulangi keterangan

dengan menggunakan bahasa yang lebih

sederhana, dengan menggunakan istilah-istilah

lain, memberikan contoh yang konkret dengan

mengaitkan dengan masalah-masalah lain.

c. Guru perlu mengatur alokasi waktu yang

tersedia, dan diselingi dengan variasi kegiatan/

metode sehingga siswa tidak merasa jenuh atau

bosan

4. Akhir ceramah

Merupakan kegiatan akhir dari guru dalam menerapkan

metode ceramah yaitu dengan membuat kesimpulan atau

rangkuman secara garis besar dari isi pelajaran yang baru

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

40

saja dijelaskan, dapat dilakukan oleh guru atau oleh

siswa :

1) Mengadakan evaluasi/postes

2) Mengemukakan materi yang akan datang/tugas

berikutnya

2.1.5. Pendidikan Kewarganegaraan

2.1.5.1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Aryani dan Susatim (2010) pendidikan

Kewarganegaraan memiliki keterkaitan erat dengan pendidikan

nilai. Pendidikan nilai menyatukan berbagai permasalahan yang

menyangkut preferensi personal ke dalam satu kategori yang

disebut nilai-nilai, yang dibatasi sebagai petunjuk umum untuk

perilaku yang memberi batasan langsung pada kehidupan.

Sementara PKn membawa misi dan berbicara tentang nilai dan

moral (aturan). Somantri (dalam Aziz dan Sapriya, 2011 )

menyatakan bahwa objek studi Civics dan Civic education

adalah warga negara dalam hubungannya dengan organisasi

kemasyarakatan, sosial, ekonomi, agama, kebudayaan, dan

negara.

Selanjutnya dalam KTSP 2006 dinyatakan bahwa mata

pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata

pelajaran yang menfokuskan pada pembentukan warganegara

yang memahami dan mampu melaksanakan hak –hak dan

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

41

kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang

cerdas, terampil, dan berkharakter yang diamanatkan oleh

Pancasila dan UUD 1945.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan

kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memiliki

keterkaitan dengan pendidikan nilai dimana lebih menfokuskan

pada pembentukan warganegaranya untuk memahami dan

mampu melaksanakan hak dan kewajiban untuk menjadi

warganegara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkharakter

yang diamanatkan Pancasila dan UUD 1945.

2.1.5.2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Dalam KTSP 2006 Mata pelajaran pendidikan

kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut:

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi

isu kewarganegaraan

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab, dan

bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara, serta anti-korupsi

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk

diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar

dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

42

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan

dunia secara langsung atau tidak langsung dengan

memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

National Council for the Social Sudies (NCSS) (Wuryan dan

Syaifullah, 2009) mengemukakan tujuan Pendidikan

Kewarganegaraan sebagai berikut:

a. Pengetahuan dan keterampilan guna membantu

memecahkan masalah dewasa ini

b. Kesadaran terhadap pengaruh sains dan teknologi pada

peradaban serta manfaatnya untuk memperbaiki nilai

kehidupan

c. Kesiapan guna kehidupan ekonomi yang efektif

d. Kemampuan untuk menyusun berbagai pertimbangan

terhadap nilai-nilai untuk kehidupan yang efektif dalam

dunia yang selalu mengalami perubahan

e. Menyadari bahwa kita hidup dalam dunia yang terus

berkembang yang membutuhkan kesediaan untuk

menerima fakta baru, gagasan baru, serta tata cara

hidup yang baru.

f. Peran serta dalam proses pembuatan kepuusan melalui

pernyataan pendapat kepada wakil-wakil rakyat, para

pakar, dan spesialis

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

43

g. Kenyakinan terhadap kebebasan individu serta

persamaan hak bagi setiap orang yang dijamin oleh

konstitusi

h. Kebanggaan terhadap prestasi bangsa, penghargaan

terhadap sumbangan yang diberikan bangsa lain serta

dukungan untuk perdamaian dan kerjasama

i. Menggunakan seni yang kreatif untuk mensensitifkan

dirinya sendiri terhadap pengalaman manusia yang

universal serta pada keunikan individu

j. Mengasihani serta peka terhadap kebutuhan, perasaan,

dan cita-cita umat manusia lainnya

k. Pengembangan prinsip-prinsip demokrasi serta

pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Jadi dari beberapa penjelasan di atas dapat

disimpulkan bahwa tujuan pendidikan kewarganegaraan

adalah untuk membentuk peserta didik menjadi

warganegara yang cerdas, kreatif, demokratis mempunyai

sikap positif yang dibutuhkan dalam kehidupan

bermasyartakat, berbangsa dan bernegara; .

2.1.5.3. Ruang Lingkup Materi Pendidikan Kewarganegaraan

Ruang lingkup pendidikan kewarganegaraan (Hamid

Darmadi, 2010) dikelompokkan ke dalam komponen rumpun

bahan pelajaran dan sub komponen rumpun bahan pelajaran

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

44

yang mengandung aspek pembelajaran mengenai sistem

berbangsa dan bernegara sebagai berikut:

a. Persatuan Bangsa dan Negara

b. Nilai dan Norma

c. Hak Asasi Manusia

d. Kebutuhan Hidup Warga Negara (Hak dan Kewajiban)

e. Kekuasaan dan Politik

f. Masyarakat Demokratis

g. Pancasila dan Konstitusi Negara

h. Globalisasi

Adapun materi pendidikan kewarganegaraan untuk kelas X

semester 1/ ganjil meliputi pokok bahasan, standart kompetensi,

kompetensi dasar sebagai berikut :

Tabel 2.2

Materi pendidikan kewarganegaraan kelas X semester 1/gasal.

Pokok bahasan Standart kompetensi Kompetensi dasar

Hakikat bangsa dan

negara kesatuan

republik Indonesia

Memahami hakikat bangsa

dan negara kesatuan

republik Indonesia (NKRI)

1. Mendeskripsikan hakikat bangsa dan

negara kesatuan republik Indonesia

2. Mendeskripsikan hakikat bangsa dan

negara dan bentuk-bentuk

kenegaraan

3. Menjelaskan pengertian,fungsi dan

tujuan NKRI

4. Menunjukkan semangat kebangsaan,

nasionalisme dan patriotisme dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

45

dan bernegara

Sistem hukum dan

peradilan

internasional

Menampilkan sikap positif

terhadap sistem hukum dan

peradilan nasional

1. Mendeskripsikan pengertian sistem

hukum dan peradilan nasional

2. Menganalisis peranan lembaga-

lembaga peradilan

3. Menunjukkan sikap yang sesuai

dengan ketentuan hukum yang

berlaku

4. Menganalisis upaya pemberantasan

korupsi di Indonesia

5. Menampilkan peran serta dalam

upaya pemberantasan korupsi di

Indonesia

Peran serta dalam

upaya pemajuan,

penghormatan dan

perlindungan hak

asasi manusia

(HAM)

Menampilkan peran serta

dalam upaya pemajuan,

penghormatan dan

perlindungan hak asasi

manusia (HAM)

1. Menganalisis upaya pemajuan,

penghormatan dan penegakan HAM

2. Menampilkan peran serta dalam

upaya pemajuan, penghormatan dan

penegakan HAM di Indonesia

3. Mendeskripsikan instrumen hukum

dan peradilan internasional HAM

Khusus dalam penelitian ini materi yang diajarkan adalah

peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan dan

perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM), denga standart

kompetensi dan kompetensi dasar sebagai berikut:

1. Standart kompetensi : Menampilkan peran serta dalam upaya

pemajuan, penghormatan dan perlindungan hak asasi manusia

(HAM).

2. Kompetensi dasar :

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

46

a. Menganalisis upaya pemajuan, penghormatan, dan

penegakan HAM

b. Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan,

penghormatan, dan penegakan HAM di Indonesia.

2.2. Penelitian Yang Relevan

a. Penelitian yang dilakukan oleh Yusti Palupi Megasari(2011) tentang

perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar menggunakan metode

ceramah dengan siswa yang diajar menggunakan metode kooperatif

model Two Stay Two Stray pada mata pelajaran IPS bidang sejarah .

Rata-rata nilai gain score siswa kelas eksperimen (31,5625) lebih tinggi

daripada rata-rata nilai gain score siswa kelas kontrol (25,0968). Adanya

perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar siswa yang diajar

menggunakan metode pembelajaran ceramah dengan siswa yang diajar

dengan metode kooperatif model Two Stay Two Stray pada mata

pelajaran IPS bidang Sejarah kelas VII SMP Negeri 3 Batu. Terbukti dari

nilai Sig. (0,004) < 0,05. dan thitung (3,010) > ttabel (1,999) yang

menyatakan ada perbedaan dari kedua kelompok tersebut.

b. Penelitian yang dilakukan oleh Eni Susiloningtiyas (2012) tentang

pengaruh penggunaan model Two Stay Two Stray pada pembelajaran

matematika terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Balesari,

Temanggung. Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh

terhadap hasil belajar siswa dengan menggunakan model TSTS. Hal ini

dapat ditunjukkan dari nilai Sig. (2−𝑡𝑎𝑖𝑙𝑒𝑑) 0,000< nilai sig 0,05. Hasil

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

47

belajar yang diperoleh lebih baik dibanding pembelajaran tanpa model

TSTS yaitu rata-rata postes kelas eksperimen 87,20 dan kelas kontrol

75,46.

Dari dua penelitian di atas menunjukkan bahwa ada perbedaan

prestasi belajar siswa yang diajar menggunakan metode ceramah dan yang

diajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay

Two Stray) untuk pembelajaran IPS di SMP dan Matematika di SD.

Mengacu pada hasil dua penelitian tersebut maka peneliti melakukan

penelitian untuk membandingkan hasil belajar siswa dengan menggunakan

metode pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan metode Ceramah,

khususnya untuk mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di SMA.

2.3. Kerangka Pikir

Gambar 2.2 Kerangka Pikir

Proses

Pembelajaran

Ceramah

TSTS

Terpusat pada guru,

melibatkan peserta

didik minim sekali,

ingatan jangka pendek,

melemahkan perhatian

siswa

Berpusat pada

siswa, belajar lebih

bermakana,

berorintasi pada

keaktifan,

meningkatkan minat

prestasi, kerjasama

Hasil

belajar

Hasil

belajar

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

48

Dalam pembelajaran PKn menggunakan metode ceramah terdapat

kelemahan yaitu hanya terpusat pada guru dan melibatkan peserta didik

minim sekali, sehingga menjadikan ingatan jangka pendek dan

melemahkan perhatian siswa. Ada pembelajaran yang lebih

mengaktifkan siswa, berpusat pada siswa, belajar lebih bermakna,

meningkatkan minat, prestasi dan kerjasama antar kelompok yaitu

metode pembelajaraan kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray).

Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dapat

digunakan pada semua mata pelajaran dan pada semua tingkatan usia

anak didik. Struktur Dua Tinggal Dua Tamu ini memberi kesempatan

kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi kelompok

dengan kelompok lain. Sehingga siswa tidak hanya bekerja secara

individu namun diperbolehkan berbagi informasi atau melihat pekerjaan

kelompok lain. Selain itu Two Stay Two Stray ini menawarkan sebuah

forum dimana siswa dapat bertukar ide dan membangun ketrampilan

sosial sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan pemahaman siswa.

Kedua metode yang digunakan pada proses pembelajaran PKn di

kedua kelas penelitian ini sama-sama menghasilkan hasil belajar. Hasil

belajar dalam kedua metode yang digunakan yaitu metodepembelajaran

kooperatif tipe TSTS dengan metode ceramah akan dikaji secara empiris

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA · 2016. 6. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab yang kedua ini, tentang kajian pustaka, akan dibahas 4 (empat) bagian besar, yaitu (1). Kajian teori, (2).

49

dalam penelitian ini. Sehingga dapat diperoleh perbedaan pengaruh dari

kedua metode tersebut terhadap hasil belajar siswa.

2.4. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ; Ada perbedaan pengaruh yang

signifikan antara metode pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two

Stray) dan metode ceramah terhadap hasil belajar PKn pada siswa kelas X

SMAN 1 Pabelan, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, Semester Ganjil

Tahun Ajaran 2012/2013.