BAB II Hemotoraks Baru
Transcript of BAB II Hemotoraks Baru
-
8/17/2019 BAB II Hemotoraks Baru
1/17
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Pleura
Pleura dan paru terletak pada kedua sisi mediastinum di dalam cavitas
thoracis. Masing-masing pleura mempunyai dua bagian: (a) lapisan parietalis,
yang membatasi dinding toraks, meliputi permukaan torakal diafragma dan
permukaan lateral mediastinum, dan meluas sampai ke pangkal leher untuk
membatasi permukaan baah membrana suprapleura pada apertura thoracis! dan(b) lapisan visceralis, yang meliputi seluruh permukaan luar paru dan meluas ke
dalam fissura interlobaris. "edua lapisan ini saling berhubungan satu dengan yang
lain pada lipatan pleura yang mengelilingi alat-alat yang masuk dan keluar dari
hilus pulmonis pada setiap paru. #ntuk memungkinkan pergerakan vasa
pulmonalis dan bronkus selama respirasi, lipatan pleura tergantung bebas dan
disebut ligamentum pulmonale.$
%apisan parietalis dan lapisan visceralis pleura dipisahkan satu dengan yang
lain oleh suatu ruangan sempit, cavitas pleuralis (rongga pleura). &ormalnya
cavitas pleuralis mengandung sedikit cairan 'aringan, cairan pleura (normalnya
,2 * ,$ ml+kg, p normal sekitar ,/), yang meliputi permukaan pleura
sebagai lapisan tipis dan memungkinkan kedua lapisan pleura bergerak satu
dengan yang lain dengan sedikit pergesekan. #ntuk memudahkan deskripsi,
biasanya pleura parietalis dibagi menurut daerah pleura tersebut terletak atau
permukaan yang diliputinya. 0upula pleurae meluas sampai ke leher, membatasi
permukaan baah membrana subpleuris. Pleura ini mencapai ketinggian sekitar $-
$,1 inci (2,1-/ cm) di atas sepertiga medial clavicula. $,
Pleura parietalis pars costalis membatasi permukaan dalam costae,
cartilagines costales, spatium intercostale, pinggir-pinggir corpus vertebrae, dan
permukaan belakang sternum (3ambar $). Pleura parietalis pars diaphragmatica
meliputi permukaan thoracal diaphragma. Pada respirasi biasa pleura costalis dan
pleura diaphragmatica berdekatan satu dengan yang lain, di baah pinggir baah
paru. Pada keadaan inspirasi dalam pinggir baah paru turun sehinggga pleura
-
8/17/2019 BAB II Hemotoraks Baru
2/17
4
parietalis pars costalis dan pleura parietalis pars diaphragmatica terpisah. agian
baah cavitas pleuralis yang dimasuki paru pada aktu inspirasi disebut recessus
costodiaphragmaticus (3ambar 2). 5ecessus costodiaphragmaticus dalamnya 1
cm pada linea scapularis di posterior! pada linea a6illaris media 4-4,1 inci (-7
cm)! dan $-$,1 inci (2,1-/ cm) pada linea medioclavicularis.$
3ambar $. Pleura dilihat dari atas dan depan$
Pleura parietalis pars mediastinalis meliputi dan membentuk batas lateral
mediastinum. Pada hilum pulmonalis, lipatannya berbentuk manset di sekitar
pembuluh darah dan bronkus dan di daerah ini melan'utkan diri sebagai pleura
visceralis. 8adi masing-masing paru terletak bebas kecuali pada daerah hilum,
tempat paru melekat pada pembuluh darah dan bronkus yang disebut radi6
pulmonis. 9elama inspirasi penuh paru mengembang dan mengisi cavitas
-
8/17/2019 BAB II Hemotoraks Baru
3/17
/
pleuralis. kan tetapi selama inspirasi biasa terdapat empat tempat pada cavitas
pleuralis yang tidak diisi paru sepenuhnya: recessus costodiaphragmaticus de6tra
dan sinistra dan recessus costomediastinalis de6tra dan sinistra.$
3ambar 2. Pleura$
5ecessus costodiaphragmaticus merupakan celah sempit di antara pleura
parietalis pars costalis dan pars diaphragmatica yang hanya dipisahkan oleh
lapisan tipis cairan pleura. 9elama inspirasi pinggir baah paru turun ke dalam
processus. 9elama ekspirasi pinggir baah paru-paru naik ke atas sehingga pleura
parietalis pars costalis dan diaphragmatica saling berdekatan kembali.$
5ecessus costomediastinalis terletak sepan'ang pinggir anterior pleura.
5ecessus ini merupakan celah sempit di antara pleura parietalis pars costalis dan
-
8/17/2019 BAB II Hemotoraks Baru
4/17
1
pars mediastinalis yang dipisahkan oleh selapis tipis cairan pleura. 9elama
inspirasi dan ekspirasi pinggir anterior paru bergerak masuk dan keluar recessus.$
Pleura parietalis peka terhadap nyeri, suhu, raba, dan tekanan dan
dipersarafi sebagai berikut: pars costalis secara segmental dipersarafi oleh nervi
intercostales, pars mediastinalis dipersarafi oleh nervus phrenicus, dan pars
diaphragmatica di bagian kubah dipersarafi oleh nervus phrenicus dan dis ekitar
pinggir oleh enam nervi intercostales bagian baah. Pleura visceralis yang
meliputi paru dipersarafi oleh saraf otonom dari ple6us pulmonalis! pleura
visceralis peka terhadap tarikan tetapi tidak peka terhadap sensasi umum seperti
nyeri dan raba.$
atas-batas cavitas pleuralis dapat dilukiskan sebagai garis-garis pada
permukaan tubuh. 3aris-garis yang menun'ukkan batas-batas pleura parietalis
yang letaknya dekat dengan permukaan tubuh dinamakan garis lipat pleura. Pleura
cervicalis menon'ol ke atas ke dalam leher dan mempunyai petun'uk permukaan
yang identik dengan garis ape6 pulmonis. ;apat digambar sebuah garis
melengkung dan konveks ke atas dari articulatio sternoclavicularis sampai ke
suatu titik yang 'araknya $ inci (2,1 cm) di atas batas lateral dari sepertiga bagian
medial clavicula.$
Pinggir anterior pleura kanan ber'alan ke baah di belakang articulatio
sternoclavicularis, hampir mencapai garis tengah di belakang angulus sterni.
"emudian batas ini ber'alan terus ke baah sampai mencapai symphysis
6iphosternalis. Pinggir anterior pleura kiri mempunyai per'alanan yang sama,
tetapi setinggi cartilago costalis
-
8/17/2019 BAB II Hemotoraks Baru
5/17
pada linea a6illaris media, dan costa >
-
8/17/2019 BAB II Hemotoraks Baru
6/17
9ecara biokimia efusi pleura terbagi atas eksudat dan transudat (?abel $).
;alam keadaan normal cairan pleura yang 'umlahnya sedikit itu adalah transudat.
?ransudat ter'adi apabila hubungan normal antara tekanan kapiler hidrostatik dan
koloid osmotik men'adi terganggu, sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi
pleura akan melebihi reabsorpsi oleh pleura lainnya. iasanya hal ini terdapat
pada: $) meningkatnya tekanan kapiler sistemik, 2) meningkatnya tekanan kapiler
pulmoner, 4) menurunnya tekanan koloid osmotik dalam pleura, /) menurunnya
tekanan pleura. Penyakit-penyakit yang menyertai transudat adalah: $) gagal
'antung kiri (terbanyak), 2) sindrom nefrotik, 4) obstruksi vena cava superior, /)
asites pada sirosis hati (asites menembus suatu defek diafragma atau masuk
melalui saluran getah bening), 1) sindrom meig (asites dengan tumor ovarium), )
efek tindakan dialisis peritoneal, ) e6 vacuo effusion, karena pada pneumotoraks,
tekanan intrapleura men'adi sub-atmosfir sehingga terdapat pembentukan dan
penumpukan transudat.2
Tabel 1. Perbedaan iokimia Dfusi Pleura2,$
?ransudat Dksudat5atio kadar protein cairan
pleura : kadar serum
protein
E,1 F,1
5atio kadar %; cairan
pleura : kadar serum
%;
E, F,
"adar %; cairan pleura
E2+4 batas atas nilai
normal untuk kadar serum %;
F2+4 batas atas nilai
normal untuk kadar serum %;
Dksudat merupakan cairan yang terbentuk melalui membran kapiler yang
permeabelnya abnormal dan berisi protein berkonsentrasi tinggi dibandingkan
protein transudat. ?er'adinya perubahan permeabilitas membran adalah karena
adanya peradangan pada pleura: infeksi, infark paru, atau neoplasma. Protein yang
terdapat dalam cairan pleura kebanyakan berasal dari saluran getah bening.
"egagalan aliran protein getah bening ini (misalnya pada pleuritis membranosa)
-
8/17/2019 BAB II Hemotoraks Baru
7/17
akan menyebabkan peningkatan konsentrasi protein cairan pleura, sehingga
menimbulkan eksudat.2
;i samping pemeriksaan tersebut di atas, secara biokimia diperiksa 'uga
kadar p dan glukosa cairan pleura. ila rendah biasanya terdapat pada penyakit-
penyakit infeksi, artritis reumatoid, dan neoplasma. "adar amilase biasanya
meningkat pada metastasis adenokarsinoma.2
Pada pemeriksaan sitologi untuk menentukan penyakit pleura, yaitu: $) sel
neutrofil, menun'ukkan infeksi akut! 2) sel limfosit, menun'ukkan adanya infeksi
kronik seperti pleuritis tuberkulosa atau limfoma maligna! 4) sel mesotel, bila
'umlahnya meningkat menun'ukkan adanya infark paru, biasanya 'uga ditemukan
banyak sel eritrosit! /) sel mesotel maligna: pada mesotelioma! 1) sel-sel besar
dengan banyak inti, pada artritis reumatoid! ) sel %.D: pada lupus eritematosus
sistemik! ) sel maligna: pada paru+metastase.2
Pada pemeriksaan bakteriologi, biasanya cairan pleura steril, tapi kadang-
kadang dapat mengandung mikroorganisme, apalagi bila cairannya purulen
(menun'ukkan empiema). Dfusi yang purulen dapat mengandung kuman-kuman
yang aerob atau anaerob. 8enis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura
adalah: Pneumococcus, E.coli, Klebsiela, Pseudomonas, dan Enterobacter .
Pleuritis tuberkulosa, biakan cairan terhadap kuman tahan asam hanya dapat
menun'ukkan yang positif sampai 2G-4G.2
Pemeriksaan histopatologi satu atau beberapa contoh 'aringan pleura dapat
menun'ukkan 1G-1G diagnosis kasus-kasus pleuritis tuberkulosis dan tumor
pleura. ila ternyata hasil biopsi pertama tidak memuaskan, dapat dilakukan
biopsi ulangan. "omplikasi biopsi adalah pneumotoraks, haemotothorax,
penyebaran infeksi atau tumor pada dinding dada.2
nalisa terhadap cairan pleura yang dilakukan satu kali kadang-kadang
tidak dapat menegakkan diagnosis. ;ian'urkan aspirasi dan analisisnya diulang
kembali sampai diagnosis men'adi 'elas. Dfusi yang menetap dalam aktu empat
minggu dan kondisi pasien tetap stabil, siklus pemeriksaan sebaiknya diulang
kembali. 8ika fasilitas memungkinkan dapat dilakukan pemeriksaan tambahan
seperti: $) bronkoskopi, pada kasus-kasus neoplasma, korpus alienum dalam paru,
-
8/17/2019 BAB II Hemotoraks Baru
8/17
7
abses paru dan dilakukan beberapa biopsi! 2) torakoskopi, ( fiber-optic
pleuroscopy), pada kasus-kasus dengan neoplasma atau tuberkulosis pleura.2
2.4 !usi Pleura
Patofisiologi ter'adinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara
cairan dan protein dalam rongga pleura. ;alam keadaan normal cairan pleura
dibentuk secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Hiltrasi ini
ter'adi karena perbedaan tekanan osmotik plasma dan 'aringan interstisial
submesotelial, kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura.
9elain itu, cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura. 2
Proses penumpukan cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh
peradangan. ila proses radang oleh kuman piogenik akan terbentuk pus+nanah,
sehingga ter'adi empiema+piotoraks. ila proses ini mengenai pembuluh darah
sekitar pleura dapat menyebabkan haemotothorax.2
2." #i$emiologi Haemotothorax
ngka ke'adian haemotothorax secara umum tidak diketahui dengan pasti.
9ebagian besar haemotothorax disebabkan oleh trauma daripada non trauma,
sehingga angka ke'adian haemotothorax secara kasar dapat dihubungkan dengan
angka ke'adian trauma.4
2.% tiologi Haemotothorax
Dtiologi haemotothorax secara umum dapat dibagi men'adi tiga, yaitu
trauma, iatrogenik, dan non trauma. Pada kasus trauma baik trauma tumpul
maupun trauma ta'am, misalnya cedera paru, 'antung, pembuluh darah besar, atau
dinding toraks dapat menyebabkan haemotothorax. Haemotothorax pada kasus
trauma ter'adi pada kasus trauma karena laserasi pembuluh darah. Pada kasus
iatrogenik, misalnya pada operasi 'antung dan paru, pemasangan kateter vena
'ugularis dan vena subklavia, biopsi paru, torakosentesis, pemasangan chest tube.
9edangkan etiologi haemotothorax non trauma misalnya, pada kasus keganasan
paru, terapi antikoagulan, fibrinolitik intrapleura, endometriosis, diseksi atau
-
8/17/2019 BAB II Hemotoraks Baru
9/17
$
ruptur aorta, dan hemopneumotoraks spontan, D;9 (Dhlers-;anlos syndrome),
=5; (=on 5ecklinghausen disease), dan =M (arteriovenous malformations).4,/,
Pada pleuritis tuberkulosa, pada permulaanya terlihat sebagai efusi yang
sero-santokrom dan bersifat eksudat. Penyakit ini kebanyakan ter'adi sebagai
akibat komplikasi tuberkulosis paru melalui fokus subpleura yang robek atau
melalui aliran getah bening. 9ebab lain dapat 'uga dari robeknya perki'uan ke arah
saluran getah bening yang menu'u rongga pleura, iga, atau kolumna vertebralis.
;apat 'uga secara hematogen dan menimbulkan efusi pleura bilateral. 0airan
pleura yang biasanya serous, kadang-kadang bisa 'uga hemoragik. 8umlah leuksoit
antara 1-2. per cc. Mula-mula yang dominan adalah sel polimorfonuklear,
tapi kemudian sel limfosit. 0airan efusi sangat sedikit mengandung kuman
tuberkulosis, tapi adalah karena reaksi hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein.
Pada dinding pleura dapat ditemukan adanya granuloma. ;iagnosis utama
berdasarkan adanya kuman tuberkulosis dalam cairan efusi (biakan) atau dengan
biopsi 'aringan pleura.2
Dfusi pleura yang bersifat hemoragik dapat 'uga disebabkan oleh karena
kelainan intra abdominal. Mekanismenya adalah karena berpindahnya cairan yang
mengandung enIim pankreas ke rongga pleura melalui saluran getah bening.2
&eoplasma primer ataupun sekunder (metastasis) dapat menyerang pleura
dan umumnya menyebabkan efusi pleura. "eluhan yang paling banyak ditemukan
adalah sesak napas dan nyeri dada. 3e'ala lain adalah akumulasi cairannya
kembali dengan cepat alaupun dilakukan torakosentesis berkali-kali. Dfusi
bersifat eksudat, tapi sebagian kecil ($G) bisa sebagai transudat. Carna efusi
bisa sero-santokrom ataupun hemoragik (terdapat lebih dari $. sel eritrosit
per cc). ;i dalam cairan tersebut dapat ditemukan sel-sel limfosit (yang lebih
dominan) dan banyak sel mesotelial. Pemeriksaan sitologi terhadap cairan efusi
atau biopsi pleura parietalis sangat menentukan diagnosis terhadap 'enis-'enis
neoplasma. ila efusi ter'adi dari implantasi sel-sel limfoma pada permukaan
pleura, cairannya adalah eksudat, berisi sel limfosit yang banyak dan sering
hemoragik.2
-
8/17/2019 BAB II Hemotoraks Baru
10/17
$$
Dfusi pleura dapat ter'adi akibat trauma yakni trauma tumpul, laserasi, luka
tusuk pada dada, ruptur esofagus karena muntah hebat atau karena pemakaian alat
aktu tindakan esofagoskopi. 8enis cairan dapat berupa serosa
(eksudat+transudat), haemotothorax, kilotoraks, dan empiema. nalisis cairan
efusi dapat menentukan lokalisasi trauma, misal pada ruptura esofagus kadar p
nya rendah (* ,1) karena terkontaminasi dengan asam lambung, kadar amilase
dalam cairan pleura meningkat karena adanya air ludah (saliva) yang tertelan dan
masuk ke dalam rongga pleura.2
9alah satu ge'ala penyakit uremia lan'ut adalah poliserositis yang terdiri dari
efusi pleura, efusi perikard, dan efusi peritoneal (asites). Mekanisme penumpukan
cairan ini belum diketahui dengan pasti, tapi diketahui dengan timbulnya eksudat
terdapat peningkatan permeabilitas 'aringan pleura, perikard atau peritoneum.
Jang agak unik adalah cairan masih 'uga ter'adi alaupun pasien men'alani
hemodialisis kronik (uremianya berkurang). ;isini cairan malah dapat berubah
dari serosa men'adi hemoragik dan seterusnya ter'adi kontriktif
pleura+perikardium. sal darah tidak 'elas betul, tapi diperkirakan karena efek
antikoagulan+heparin pada pleura+perikardium.2
Pleuritis dan perikarditis dapat ter'adi setelah $- minggu serangan infark
'antung akut, tindakan resusitasi 'antung atau operasi kardiotomi. 0airan
pleura+perikardium yang timbul bersifat eksudat, steril, berarna serosa atau
hemoragik. "eadaan ini disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas otot 'antung dan
perikard terhadap tindakan+pengobatan.2
Dfusi pleura sebenarnya 'arang ditemukan pada sarkoidosis. Dfusi biasanya
unilateral tapi dapat 'uga bilateral. 0airan bersifat eksudat atau serosa tapi bisa
'uga hemoragik dengan banyak sel-sel limfosit. ;iagnosisnya adalah dengan
tuberkulin negatif, biopsi peluranya mengandung granulomata non-kaseosa dan
hasil biakannya negatif untuk mikobakterium dan organisme mikosis lainnya.2
2.& Pato!isiologi
-
8/17/2019 BAB II Hemotoraks Baru
11/17
$2
Haemotothorax disebabkan oleh adanya inflamasi yang mengenai pembuluh
darah sekitar pleura. Misalnya pada kasus neoplasia, tumor tersebut dapat ruptur
yang pada akhirnya dapat menyebabkan ter'adinya haemotothorax, seperti pada
angiosarkoma, schannoma, thymoma, dan hepatoma. ?er'adinya haemotothorax
dapat mengakibatkan perubahan respirasi dan hemodinamik yang bergantung
pada 'umlah dan kecepatan ter'adinya perdarahan. kibat adanya darah di dalam
rongga pleura, maka dapat mengganggu pergerakan paru-paru sehingga dapat
menyebabkan dispnea dan takipnea. Haemotothorax yang sedikit 'uga dapat
menyebabkan efusi pleura yang lebih besar. 9el darah merah yang lisis dapat
menyebabkan peningkatan konsentrasi protein cairan pleura dan peningkatan
tekanan osmotik di dalam rongga pleura, sehingga cairan mengalir ke rongga
pleura dari 'aringan sekitarnya yang menyebabkan efusi pleura yang lebih
besar.4,/,$$
2.' (iagnosis
;iagnosis haemotothorax dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penun'ang, dan torakosentesis dan analisis cairan pleura. Pada
anamnesis ditanyakan mengenai keluhan, seperti nyeri dada (unilateral atau
bilateral, ta'am, bertambah parah saat inspirasi atau batuk), sesak napas, riayat
trauma, riayat penyakit (tumor, hemofilia), dan obat-obatan yang dikonsumsi
(heparin, arfarin). Pada pemeriksaan fisik paru didapatkan retriksi ipsilateral
pada pergerakan dinding dada, fremitus taktil menghilang, perkusi redup, bunyi
napas menurun, dan splinting (pada daerah paru yang terkena).4,/,$
Pemeriksaan penun'ang untuk menegakkan diagnosis adalah dengan
pemeriksaan radiologis, torakosentesis, dan biopsi pleura. Hoto toraks merupakan
pemeriksaan penun'ang utama dalam mendiagnosis haemotothorax (3ambar 2).
Posisi pasien pada foto toraks adalah tegak atau bila tidak memungkinkan bisa
dengan posisi telentang.4 Permukaan cairan yang teradapat dalam rongga pleura
akan membentuk bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih
tinggi pada bagian medial. ila permukaannya horiIontal dari lateral ke medial,
pasti terdapat adanya udara dalam rongga tersebut yang berasal dari luar atau
-
8/17/2019 BAB II Hemotoraks Baru
12/17
$4
dalam paru-paru itu sendiri. 0airan di dalam rongga pleura bisa 'uga tidak
membentuk kurva, karena terperangkap atau terlokalisasi. "eadaan ini sering
terdapat pada daerah baah paru-paru yang berabatasan dengan permukaan atas
diafragma. al lain yang dapat terlihat dari foto toraks adalah terdorongnya
mediastinum pada sisi yang berlaanan dari cairan.2 3ambaran sudut
kostofrenikus tumpul dan bergeser ke arah medial menggambarkan efusi pleura.
Peningkatan nyata hemidiafragma atau perluasan bayangan lambung yang terisi
gas dan batas paru kiri baah membaa kecurigaan efusi subpulmonal. ila efusi
F 4 ml akan terlihat pada foto toraks P. ila efusi $1-4 ml akan terlihat
pada foto toraks lateral dekubitus.$
3ambar 2. Hoto toraks pada kasus haemotothorax4
#93 dapat membantu menegakkan diagnosis haemotothorax, dengan
menentukan adanya efusi dan lokasi cairan di rongga pleura, terutama dalam
kasus trauma karena hasilnya dapat diketahui lebih cepat sehingga dapat
dilakukan tatalaksana lebih tepat, terutama bila pada foto toraks didapatkan hasil
yang meragukan.4,,$ "elemahannya dibandingkan foto toraks adalah pada kasus-
kasus seperti cedera tulang, pelebaran ke mediastinum, dan pneumotoraks, tidak
dapat diidentifikasi dengan #93. 9elain foto toraks dan #93, 0? scan dapat
membantu mendeteksi adanya darah pada rongga pleura bahkan lebih akurat
http://refimgshow%282%29/
-
8/17/2019 BAB II Hemotoraks Baru
13/17
$/
dibandingkan foto toraks (3ambar 4).4
-
8/17/2019 BAB II Hemotoraks Baru
14/17
$1
dikatakan sebagai haemotothorax. &amun pada beberapa kasus kadar hematokrit
kurang dari 1G, meskipun pada torakosentesis terdapat adanya darah. 8ika tidak
dapat mengukur nilai hematokrit, maka secara kasar dapat dihitung dengan
eritrosit dalam cairan pleura, dibagi dengan $.. Misalnya, kadar eritosit
$.2., maka kadar hematokrit dalam cairan pleura adalah $2G. 9elain
pemeriksaan radiologi dan torakosentesis, untuk mendiagnosis dapat dilakukan
biopsi pleura. iopsi pleura dilakukan untuk menentukan penyebab dari
haemotothorax, seperti tumor dan metastase kanker.2,4,,
2.) Tatala*sana
?atalaksana haemotothorax adalah torakosentesis, drainase darah di dalam
rongga pleura dengan chest tube + thoracostomy / Water Seal Drainage (C9;),
pleurodesis, torakotomi, dan ideo-assisted thoracoscopic surgery (=?9).
?orakosentesis sebaiknya dilakukan pada pasien dengan posisi duduk. spirasi
dilakukan pada bagian baah paru sela iga =+=< garis aksilaris posterior dengan
memakai 'arum abbocath nomor $/ atau $. Pengeluaran cairan pleura sebaiknya
tidak melebihi $-$1 cc pada setiap kali aspirasi. spirasi lebih baik
diker'akan berulang-ulang daripada satu kali aspirasi sekaligus karena dapat
menimbulkan pleura shock (hipotensi) atau edema paru akut. Ddema paru dapat
ter'adi karena paru-paru mengembang terlalu cepat. Mekanisme sebenarnya belum
diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan karena adanya tekanan intra pleura
yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan aliran darah melalui permeabilitas
kapiler yang abnormal. "omplikasi lainnya adalah pneumotoraks.2,4
9elang chest tube sebaiknya berukuran 2H A 42H, karena sering ter'adi
pembekuan darah sehingga diperlukan ukuran yang lebih besar agar tidak
tersumbat. ila cairan E1 ml dalam aktu 'am, maka chest tube harus dicabut.
#ntuk mencegah ter'adinya infeksi seperti pneumonia, maka sebaiknya diberikan
antibiotik spektrum luas, seperti cefaIolin. Pada kasus diseksi aorta, chest tube
merupakan kontraindikasi karena dapat mengakibatkan rapid exsaunguination.
Prosedur C9; dilakukan melalui beberapa tahapan dan membutuhkan beberapa
peralatan. lat dan bahan yang dibutuhkan dalam prosedur pemasangan !ater
-
8/17/2019 BAB II Hemotoraks Baru
15/17
$
sealed draingae adalah sarung tangan steril, alkohol G, alat 'ahit, skalpel,
selang C9; " collector bottle, suction bottle" regulator bottle, antiseptik. Prosedur
C9; adalah sebagai berikut (3ambar /):$2
$) Menandai lokasi pemasangan selang C9;, lokasi yang biasanya di gunakan
adalah pada spatium intercostal =+=< pada linea mid-aksilar atau pada K safety
triangleL yakni bangunan yang dibatasi oleh margo anterior M. latissimus
dorsi, margo lateral M. pectoralis ma'or dan garis antara papilla mamae
dengan apeks fossa aksilaris.
2) Mengusapkan alkohol dan memberikan in'eksi anestesi lokal pada lokasi
pemasangan
4) Mengusapkan antiseptik pada lokasi pemasangan selang C9;
/) Melakukan insisi pada daerah yang sudah ditentukan
1) Memasukkan selang C9; ke dalam cavum pleura
) Men'ahit selang C9; dengan dinding dada pasien.
) Melakukan drainase sebanyak 2 ml pada penarikan pertama
) Melakukan drainase sebanyak $ ml tiap 'am selan'utnya
3ambar 2. Water Sealed Drainage bottle. () #ollector bottle, () Suction bottle,
dan (0) $egulator bottle 7
9aat dilakukan C9;, paru-paru akan mengembang dan darah di dalam
rongga pleura dan perdarahan berhenti. ila telah ter'adi kaskade pembekuan,
-
8/17/2019 BAB II Hemotoraks Baru
16/17
$
dapat menimbulkan komplikasi, yaitu ter'adi penyumbatan pada chest tube yang
dapat mencegah drainase yang adekuat pada rongga pleura. al tersebut dapat
menyebabkan pasien mengalami hipoksia dan sesak. elum ada data yang
mendukung untuk pemberian antibiotik pada pasien haemotothorax dengan chest
tube. &yeri dapat diatasi dengan pemberian analgetik opioid intravena atau
dengan memblok saraf interkostal sekitar chest tube.4
ideo-assisted thoracoscopic surgery (=?9) dian'urkan pada pasien
dengan keadaan umum stabil dan perdarahan yang tidak terkontrol,
haemotothorax yang bergumpal pada aal setelah trauma, atau pada pasien
dengan kompleks empiema. ila perdarahan lebih dari 2 ml+'am, maka
dipertimbangkan untuk dilakukan torakotomi.
-
8/17/2019 BAB II Hemotoraks Baru
17/17
$
Dmpiema dan fibrotoraks dapat ter'adi bila darah di dalam rongga pleura
telah menggumpal dan dibiarkan, sehingga dapat menyebabkan gangguan fungsi
paru. Dmpiema ter'adi pada * 1G kasus haemotothorax dan fibrotoraks ter'adi
pada * $ G kasus haemotothorax. ?atalaksana empiema dari komplikasi
haemotothorax sama seperti tatalaksana pada infeksi rongga pleura lainnya.
Penebalan pleura dalam beberapa minggu atau bulan pada haemotothorax lebih
sering ter'adi pada kasus terkait dengan penumotoraks atau empiema. ?atalaksana
fibrotoraks adalah dengan dekortikasi, namun biasanya ditunda karena dapat
berkurang dengan sendirinya. "omplikasi lain dari haemotothorax selain
empiema dan fibrotoraks adalah delayed pleural effusion.4
2.11 Prognosis
Prognosis haemotothorax pada sebagian besar kasus adalah baik. Mortalitas
pada kasus haemotothorax tergantung pada berat ringannya cedera pada pasien
pada kasus trauma. 9edangkan dalam kasus non trauma, tergantung pada etiologi
haemotothorax.4