BAB II DINAMIKA MIGRASI INTERNASIONAL DAN KEBIJAKAN ...eprints.umm.ac.id/58456/3/BAB II.pdf ·...
Transcript of BAB II DINAMIKA MIGRASI INTERNASIONAL DAN KEBIJAKAN ...eprints.umm.ac.id/58456/3/BAB II.pdf ·...
23
BAB II
DINAMIKA MIGRASI INTERNASIONAL DAN KEBIJAKAN
KEIMIGRASIAN AMERIKA SERIKAT
Di dalam bab ini akan membahas mengenai dinamika perkembangan migrasi
internasional yang terjadi di Amerika Serikat. Arus migrasi internasional yang terus
mengalami perkembangan memberikan dampak negatif maupun positif bagi suatu
negara. Meningkatnya ekonomi suatu negara merupakan salah satu dampak positif
adanya arus migrasi internasional. Akan tetapi di sisi lain, migrasi internasional dapat
mengancam kestabilitas keamanan suatu negara, tak terkecuali AS yang menjadi
salah satu negara yang menjadi tujuan para imigran. Untuk menghadapi segala
dampak yang ditimbulkan dari adanya migrasi internasional maka, AS memerlukan
aturan ataupun kebijakan yang mengatur permasalahan ini. Di dalam bab ini juga
akan membahas mengenai kebijakan keimigrasian yang dibuat oleh pemerintahan AS
pada era Barack Obama dan Presiden AS saat ini Donald Trump.
1.1 Perkembangan Migrasi Internasional di Amerika Serikat
Arus imigrasi yang terjadi pada era saat ini tidak lebih besar dari era-era
sebelumnya, hanya sebesar sekitar 175 juta orang atau sebesar 3% dari total
penduduk dunia.1 Perbedaan ini terdapat pada perpindahan penduduk dari negara
miskin ke negara kaya daripada perpindahan penduduk dari Old World (Eropa) ke
1 Jagdish Bhagwati.”International Flow of Humanity on in Defense of Globalization”. Chapter 3.
London: Oxford University Press. 2004.
24
New World (AS).2 Martin Wolf, Jeffrey William dan Tomothy Hutton menyebutkan
bahwa “empat puluh tahun sebelum PD I, imigrasi meningkatkan daya kerja new
world (AS) sebanyak sepertiga persen jumlah populasi dunia dan mengurangi daya
kerja Eropa sebanyak seperdelapan persen, merupakan gambaran yang tidak
terlampaui oleh imigrasi California dan Meksiko yang terjadi empat puluh tahun yang
lalu”.3
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi migrasi yaitu faktor pendorong
dan faktor penarik.4 Faktor pendorong yaitu segala faktor yang mempengaruhi
seorang individu untuk meninggalkan negaranya. Sedangkan faktor penarik yaitu
segala faktor yang mempengaruhi arus masuk migrasi. Peningkatan kualitas standar
hidup, kemajuan pendidikan dan kesempatan untuk anak-anak, dan ketertarikan
adanya fasilitas profesional yang lebih baik bagi tenaga kerja. Salah satu faktor yang
menyebabkan arus migrasi yaitu faktor finansial untuk melakukan suatu perjalanan,
khususnya negara miskin yang kemudian menyebabkan lahirnya jalur ilegal.
Ditambah dengan biaya imigrasi menjadi lebih rendah dikerenakan faktor kemajuan
teknologi, travel dan telekomunikasi yang semakin mudah diakses
2 Ibid. 3 Ibid. 4 Ibid.
25
Diagram 2.15
Jumlah Arus Migrasi Internasional
Apabila dilihat dari gambar diagram 2.1 dari jumlah total 190 juta orang
imigran yang melakukan perjalanan, maka paling banyak negara yang menjadi tujuan
bagi para imigran yaitu negara-negara maju (memiliki fasilitas yang memadai seperti
pendidikan, kesehatan dan lainnya). Dengan perbedaan sangat tipis dengan migrasi
yang dilakukan oleh negara berkembang ke negara berkembang lain.6 Negara-negara
berkembang yang menjadi tujuan para imigranpun merupakan negara-negara yang
memiliki fasilitas-fasilitas yang dianggap layak bagi mereka. Faktor lain yaitu
5 Data diolah oleh penulis dari Jose Antonio Ocampo. “International Migration and Development”.
Under Secretary General : United Nations diakses dalam
https://www.un.org/en/development/desa/population/events/pdf/other/turin/OCAMPO.pdf. 6 Ibid.
14
53
61
62
dalam skala -juta orang
Utara-Selatan
Utara-Utara
Selatan-Selatan
Selatan-Utara
26
sebagian besar negara-negara maju memiliki jumlah angka kelahiran dan
pertumbuhan yang rendah. Serta adanya permintaan terhadap tenaga kerja ahli di
negara maju.7
Jumlah imigran internasional selama empat setengah dekade terakhir
diperkirakan telah mengalami peningkatan. Pada 2015 diperkirakan total estimasi 244
juta orang yang tinggal di Negara selain Negara kelahirannya hampir 100 juta lebih
banyak daripada tahun 1990, atau sekitar tiga kali jumlah yang diperkirakan pada
tahun 1970.8 Tak terkecuali Amerika Serikat, sebagai salah satu Negara yang
dijadikan sebagai target migrasi internasional.
Amerika Serikat pada awalnya menjadi salah satu tujuan bagi imigran yang
berasal dari Amerika Latin dan Karibia.9 Hal tersebut terbukti dari data survei,
sebanyak 20,5 juta orang atau sekitar tiga perempat dari seluruh imigran yang berada
di AS berasal dari Amerika Latin dan Karibia.10 Arus migrasi tersebut merupakan
salah satu bentuk dari permintaan akan tenaga kerja dan pasokan pekerja murah atau
berkemampuan. Migrasi tersebut bukan hanya sekedar pada perbedaan ekonomi
7 Op, cit. Jagdish Baghwati 8 International Organization for Migration (IOM). World Migration Report 2018. UN Migration
Agency diakses dalam
https://www.iom.int/sites/default/files/country/docs/china/r5_world_migration_report_2018_en.pdf
(13/7/2019, 20:37) 9 International Migration in the Americas : First Report of the Continuous Reporting System on
International Migration in the Americas, SICREMI 2011, diakses dalam
https://www.oecd.org/migration/48423814.pdf (13/7/2019,19:38) 10 Ibid, hal. 58
27
antara Utara dan Selatan, melainkan sebagai formasi dari pembentukan etnis dan
pekerja dari Amerika Latin dan Karibia.11
Diagram 2.212
Jumlah Sensus Imigran Di AS
Sumber: CELADE’s IMILA Project
11 Ibid 12 ibid
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
AmerikaSelatan
AmerikaTengah
Karibian danlainnya
1970
1980
1990
2000
2008
28
Berdasarkan diagram diatas pada rentang abad ke-20 hingga awal abad 21, jumlah
imigran yang datang ke AS di dominasi oleh negara-negara kawasan Amerika Tengah
seperti Mexico, Columbia dan sekitarnya. Tingginya imigran yang berasal dari
kawasan tersebut dikarenakan permintaan AS akan tenaga buruh. Selama abad ke 20,
migrasi menjadi hubungan utama ekonomi antara Mexico dan AS, dengan asumsi
level yang belum pernah terjadi sebelumnya pada 1950-an, ketika antara 300.000 dan
500.000 Mexican diterima setiap tahunnya untuk bekerja di pertanian AS.13
Populasi Amerika Latin di AS bersifat heterogen, yang terdiri dari Amerika
Tengah, Amerika Selatan dan Karibia. Dikarenakan hal tersebut, menciptakan sebuah
masalah yaitu munculnya pekerja yang tidak berdokumen masuk ke AS. Sekitar 40%
dari pekerja yang tidak berdokumen masuk ke AS dengan jalur legal akan tetapi
melebihi masa waktu tinggal (overstay) di visa mereka. Sisanya sebanyak 60%
merupakan orang-orang yang masuk secara ilegal dengan menghindari kontrol
perbatasan. Diwaktu yang sama, selain Amerika Latin, AS menjadi tujuan dari
berbagai macam daerah seperti kawasaan Timur Tengah, Afrika Utara dan daerah
Afrika Sub-Saharan. Ketiga kawasan tersebut menjadi salah satu penyumbang migran
terbesar di dunia.14 Hal tersebut dapat dilihat dari tabel dibawah ini:15
13 San Jose de Costa Rica. “International Migration and Development in the Americas : Symposium on
International Migration in the Americas”. ECLAC 2001 diakses dalam
https://repositorio.cepal.org/bitstream/handle/11362/6533/S017586_en.pdf?sequence=1 (13/7/2019;
21:15) 14 International Organization for Migration (IOM). Migration to, from and in the Middle East and
North Africa Data snapshot. IOM 2016 diakses dalam
https://www.iom.int/sites/default/files/country/mena/Migration-in-the-Middle-East-and-North-
Africa_Data%20Sheet_August2016.pdf (15/7/2019,23:30) 15Ibid
29
Gambar 2.1
Persentase Perkembangan Jumlah Imigran Ilegal di AS
Migrasi yang berasal dari kawasan Middle East and North Africa (MENA) di
AS berawal pada akhir tahun 1800-an dan terus meningkat setiap dekade terakhir.16
Pada 2013, sekitar 1,02 juta imigran dari wilayah MENA tinggal di AS atau sekitar
16 Mattea Cumoletti dan Jeanne Batalova. Middle Eastern and North African Immigrants in the United
States. Diakde dalam https://www.migrationpolicy.org/article/middle-eastern-and-north-african-
immigrants-united-states (28/7/2019, 19:30)
30
2,5 persen dari 41,3 juta imigran di AS. Keadaan tersebut disebabkan karena adanya
gejolak politik di wilayah tersebut serta peluang ekonomi di luar kawasan mereka.
Migrasi kawasan MENA dimulai pada abad ke-18 dan telah dibagi dalam tiga fase.
Gelombang pertama terjadi pada akhir 1800 hingga pertengahan 1920-an,
imigran MENA yang datang ke AS terdiri dari orang-orang Kristen Arab dari
kekaisaran Ottoman di Suriah (terdiri dari Lebanon, Israel dan Suriah modern), yang
melarikan diri dari perang dan memburuknya perekonomian. Pada 1920, AS menjadi
rumah bagi setidaknya 50,000 imigran dari kawasan tersebut, sebagian besar
berpendidikan rendah dan bekerja di pekerjaan berketerampilan rendah.17
Selain itu, prospek ekonomi yang menurun di kekaisaran Ottoman juga
menjadi salah satu faktor pendorong. Meskipun relatif berpendidikan rendah mereka
dapat menemukan kesuksesannya di berbagai industri.18 Seperti pada tahun 1924,
terdapat 25 pabrik sutra Suriah yang beroperasi di Paterson, New Jersey.19 Adanya
undang-undang imigrasi Jhonson-Reed tahun 1924 yang berisi mengenai penetapan
kuota imigrasi umum dan membatasi semua imigrasi dari Asia, secara efektif
mengakhiri gelombang ini.20
Gelombang kedua terjadi pada tahun 1948 sampai 1965 yang dipicu dengan
adanya kerusuhan politik di kawasan MENA, termasuk perang Arab-Israel tahun
17 Ibid. 18 Hisham S. Foad, Waves of Immigration from the Middle East to the United States. Diakses dalam
https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=2383505 (25/7/2019, 23:11) 19 Ibid. hal. 5 20 Jie Zong and Jeanne Batalova . middle Eastern and North African Immigrants in the United States.
Diakses dalam https://www.migrationpolicy.org/article/middle-eastern-and-north-african-immigrants-
united-states-3 (28/7/2019, 21:30)
31
1948 dan gerakan revolusi di Mesir dan Irak pada 1950-an. Khususnya imigran yang
datang ke AS pada periode ini merupakan elit berpendidikan tinggi dari Negara-
negara seperti Mesir, Irak dan Suriah. Diakhir tahun 1920-an sampai berakhirnya
Perang Dunia ke II jumlah migrasi dari kawasan MENA ke AS mengalami penurunan
yang cukup drastis setelah diberlakukannya kebijakan imigrasi Johnson-Reed tahun
1924.21 Kebijakan tersebut berisi mengenai penetapan kuota imigrasi sebanyak 2%
dari jumlah imigran yang tinggal di AS pada tahun 1890 serta membatasi semua
imigrasi dari kawasan Asia. Oleh karena ini pembatasan yang ketat tersebut
membatasi migrasi dari MENA ke AS.
Meskipun adanya pembatasan tersebut, imigrasi menjadi pulih kembali
setelah PD II, meskipun dalam jumlah yang lebih kecil dibandingka gelombang
pertama dan ketiga. Adanya peristiwa besar pada periode ini khususnya konflik
antara Arab-Israel tahun 1948, menyebabkan besarnya migrasi warga Palestina yang
terlantar. Dengan kata lain Palestina menjadi penyumbang terbesar imigran pada
periode ini diikuti oleh Mesir.
Penghapusan sistem kuota dengan diterbitkannya kebijakan Imigrasi dan
Kewarganegaraan tahun 1965, membuka pintu gelombang ketiga. Pasca tahun 1965,
kedatangan imigran menjadi lebih luas daripada orang-orang yang mencari keluarga,
pendidikan dan kesempatan kerja serta keselamtan dari perang dan penganiayaan.
Imigran yang datang pada periode ini memiliki tingkat pendidikan yang sama seperti
pada gelombang kedua, tetapi menjadi jauh lebih banyak, khususnya meningkatnya
21 Foad, Op. Cit., hal. 5
32
jumlah Muslim. Antara tahun 1980 dan 2010, jumlah imigran MENA meningkat
sebanyak empat kali, dari 223,000 menjadi 861,000, dan antara 2010 sampai 2013
meningkat sebanyak 18% menjadi 1,017,000.22
Pada tahun 2013, sebanyak 12% populasi AS merupakan keturunan asing.23
Akan tetapi, telah terjadi perubahan besar dalam populasi AS. Tahun 1900 sekitar
80% imigran berasal dari Eropa, tahun 2000 imigran yang berasal dari Eropa
menurun menjadi 16%. Pergeseran tersebut dikarenakan adanya peningkatan jumlah
imigran MENA.
Secara demografis, imigran yang tiba diperiode ini hampir sama dengan
mereka yang datang pada gelombang kedua, akan tetapi dengan jumlah yang lebih
banyak. Migrasi ini meningkat dikarenakan adanya ketidakstabilan politik di Negara
asalnya, meningkatnya ketegangan antar agama, etnik, dan antar sekte di daerah
asalnya.24 Perang Sipil di Lebanon memiliki efek besar, sebanyak 120,000 penduduk
Lebanon berimigrasi ke AS setelah dimulainya Perang Sipil tahun 1975. Antara
Perang Teluk pertama dan kedua, sebanyak 53,000 penduduk Irak berimigrasi ke AS,
dengan persentase terbesar dari mereka merupakan Kristian Kasadim.25 Kemudian,
tren ini berlanjut dengan meningkatnya migrasi dari Negara Afghanistan, Somalia
dan Suriah.
22 Zong, Op. Cit. 23 Foad, Op.Cit., hal. 8 24 Ibid. hal. 8 25 Ibid. hal. 8
33
Pada 2013 sendiri imigran yang berasal dari MENA sangat beragam yang
terdiri dari 70 persen berasal dari Timur Tengah dan sisanya berasal dari Afrika
Utara.26 Dengan Irak menjadi Negara terbesar disusul oleh Mesir dan Lebanon, selain
itu beberapa dekade terakhir jumlah imigran dari Arab Saudi dan Yaman berkembang
pesat. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel dibawah (per-2013) :
Tabel 2.127
Penyebaran Imigran MENA berdasarkan Negara Asal per-2013
Negara dan Kawasan Jumlah Imigran Persen (%)
Timur Tengah 695,000 68,3
Irak 201,000 19.8
Jordan 66,000 6.5
Kuwait 23,000 2.2
Lebanon 124,000 12.2
Arab Saudi 89,000 8.7
Suriah 79,000 7.8
Yaman 41,000 4.0
Dll 73,000 7.2
Afrika Utara 322,000 31.7
Mesir 176,000 17.4
Maroko 64,000 6.3
Sudan 41,000 4.0
26 Zong, Op. Cit 27 Migration Policy Institute (MPI) tabulation of data from U.S. Census Bureau, 2013 ACS, diakses
dalam https://www.migrationpolicy.org/article/middle-eastern-and-north-african-immigrants-united-
states-3 (29/7/2019, 20:30)
34
Dll 41,000 4.0
Total MENA 1,017,000 100.0
Gelombang ketiga ini, masih terus berlanjut hingga sekarang, yang mana setiap
tahunnya jumlah imigran MENA dapat bertambah maupun berkurang.
Secara historis, penyebaran populasi imigran MENA terkonsetrasi di lima
Negara bagian AS yaitu California, New York, Michigan, Texas dan New Jersey.
Dengan jumlah signifikan berada di Los Angeles, Detroit dan New York City.28 Pada
tahun 2015 sendiri, kawasan Detroit menjadi rumah bagi hampir 100,000 imigran
MENA dan lebih dari 180,000 imigran MENA menetap di kawasan New York City.
Di AS sendiri pola penyebaran imigran MENA telah berubah selama beberapa
dekade terakhir. Bukan hanya berada di kota-kota besar di AS melainkan kota-kota
kecil seperti pada tahun 2015 juga telah tercatat bahwa terdapat kota-kota kecil yang
menjadi rumah bagi para imigran MENA seperti Nashville, Tennessee, Lincoln dan
Nebraska.29 Penting untuk dicatat, meskipun AS merupakan destinasi baru bagi para
imigran MENA, penduduk MENA dengan kelahiran asing masih merupakan bagian
kecil dari keseluruhan populasi. Pada tahun 2015 sendiri, mereka hanya menyumbah
sebanyak kurang dari dua persen dari semua penduduk di kawasan metropolitan.
Meskipun para imigran tersebut hanya menyumbang sekitar dua persen, tetapi tiga
28 New American Economy, Power of the Purse: Middle-Easterners and North Africans in America,
diakses dalam https://www.newamericaneconomy.org/wp-content/uploads/2018/07/MENA-Report.pdf
(29/7/2019, 22:30) 29 Ibid. hal. 17
35
dari 10 imigran MENA yang tinggal di kawasan metropolitan di AS merupakan
pengusaha.30
Pada aspek pendidikan, dapat dilihat bahwa imigran MENA dan Asia Selatan
memiliki tingkat kelulusan perguruan tinggi yang tiinggi dibandingkan populasi AS
pada umumnya.31 Terkecuali orang-orang Somalia dan Sudan, yang mengalami
penurunan dalam jumlah besar dalam tingkat kelulusan perguruan tinggi dengan
masuknya pengungsi dari Negara tersebut karena perang. Sedangkan untuk kelompok
lainnya, mengalami kenaikan sebanyak 53% berdasarkan sampel sensus tahun 1980
dan 2010. Selain itu populasi AS juga mengalami peningkatan sebnayak 72% pada
lulusan perguruan tinggi selama periode yang sama, hal tersebut menunjukan bahwa
keuntungan pendidikan yang dapat dinikmati para imigran tersebut dapat terkikis.
Sehingga hasil untuk pendapatan ini sejalan dengan hasil pendidikan yang tinggi
daripada para imigran MENA dan Asia Selatan.
1.2 Perkembangan Kebijakan Keimigrasian Amerika Serikat
Dalam melihat perkembangan keimigrasian di AS, penulis akan
mengidentifikasi kebijakan keimigrasian mulai era kepemimpinan Barack Obama
hingga kepemimpinan Donald Trump. Dengan itu, maka diharapkan penulis dapat
melihat dinamika yang terjadi antar kedua kepemimpinan tersebut dalam bidang
keimigrasian.
30 Ibid. hal. 18 31 Foad, Op. Cit., hal. 8
36
2.2.1 Kebijakan Keimigrasian Era Barack Obama
Pada masa kampanye tahun 2008, Barack Obama menyatakan bahwa
“mendukung jalan untuk melegalisasikan para imigran ilegal” termasuk mempelajari
bahasa Inggris, membayar upah dengan adil dan hukuman yang seimbang untuk
mempekerjakan imigran-imigran ilegal.32 Hal tersebut tersebut didukung dengan akan
memverifikasi keterbukaan pekerjaan imigran, membuat imigran kurang bergantung
pada majikan untuk tinggal dan mendukung imigran untuk mendapatkan surat
mengemudi. Dukungan Obama terhadap para imigran didukung oleh statement-nya
yaitu:
“we have to recognize that we have got 12 million undocumented
workers who are already here. Many of them living their lives alongside
other Americans. Their kids are going to school. Many of the kids, in
fact, were born in this country and are citizens. And so, it is absolutely
vital that we bring those families out of the shadows and that we give
them the opportunity to travel a pathway to citizenship. It is not
automatic citizenship. It is not amnesty. They would have to pay a fine.
They would have to go to the back of the line so that they did not get
citizenship before those persons who had come here legally.33
Selama masa kampanye Obama turut mengkritik dan mengecam
pemerintahan Bush, menurutnya pernyataan-pernyataan (pasca tragedi 11/9) terbilang
ekstrem dan tidak dapat dipertahankan tentang kekuasaan eksekutif.34 Menurutnya,
32 Jitka Richterova. Barack Obama’s Immigration Reforms Brief Analysis. Seminar Work for the
subject 2PL303. Diakses dalam
https://www.researchgate.net/publication/286346339_Barack_Obama's_Immigration_Reforms_-
_Short_Analysis (08/08/2019; 21:38) 33 Ibid. 34 Robert J. Delahunty dan John C. Yoo. Dream On : the Obama Administration’s Nonenforcement of
Immigration Laws, the DREAM Act, and the Take Care Clause. Diakses dalam
http://texaslawreview.org/wp-content/uploads/2015/08/DelahuntyYoo.pdf (11/08/2019; 20:38)
37
Bush sering mengambil keputusan dengan mengklaim kekuasaan eksekutif yang luas
seperti di bidang keamanan nasional, kebijakan luar negeri, dan urusan militer.
Selama masa kampanye, Obama dengan jelas menujukan bahwa dia pro-imigran.
Hal tersebut dibuktikan, pasca menjabat sebagai Presiden, Obama langsung
membentuk kebijakan imigrasi yang dibagi menjadi beberapa kategori yaitu,
mengamankan perbatasan, akuntabilitas bagi bisnis yang melanggar huku dengan
melemahkan pekerja Amerika serta mengeksploitasi pekerja tidak berdokumen,
memperkuat daya sating ekonomi dengan menciptakan system imigrasi legal yang
mencerminkan nilai-nilai asli AS, dan mengambil tanggung jawab untuk orang-orang
yang tinggal di AS secara ilegal.35 Untuk mencapai tujuan tersebut Obama
menempatkan lebih banyak tentara di perbatasan, meningkatkan sumber daya
investigasi, meningkatkan pengawasan, bekerja sama dengan Meksiko dan Kanada,
meningkatkan perbatasan di Utara dan mempromosikan kemakmuran ekonomi
disepanjang perbatasan. Selain itu, Obama juga menekankan bahwa sistem penahan
imigrasi harus lebih manusiawi dan program-program untuk para imigran harus lebih
efisien, proaktif dan melindungi.36
Pemerintahan pada era Obama lebih ditunjukan kearah kebijakan domestik
dengan menggunakan “prosecutorial discretion” untuk tidak menegakkan undang-
undang yang tidak disetujui oleh Presiden.37 Misalnya, pada 2009, Departemen
Kehakiman menghentikan penegakan hukum narkoba terhadap individu yang
35 Richterova, Op, Cit. hal. 3 36 Ibid. 37 Delahunty, Op. Cit., hal. 783
38
tindakannya sesuai dengan “hukum penggunaan ganja sebagai tindakan medis”.38
Pemerintahan Obama mengklaim “prosecutorial discretion” paling kuat dibidang
imigrasi. Contohnya, keputusan yang dibuat pada 15 Juni 2012 untuk tidak
memberlakukan ketetapan penghapusan Undang-Undang Keimigrasian dan
Kebangsaan terhadap populasi imigran illegal yang diperkirakan sebanyak 800,000
hingga 1,76 juta orang yang hadir di AS.39
Pada 2011 Pemerintahan Obama memperkirakan terdapat sebanyak 11,5 juta
orang imigran ilegal yang berada di AS per-Januari.40 Para imigran ilegal tersebut
masuk ke AS dengan dua cara: pertama, orang-orang yang masuk dengan cara yang
illegal, dan kedua dengan cara yang legal (dengan menggunakan visa turis atau visa
pelajar) yang kemudian menjadi illegal (overstay).41 Undang-Undang Keimigrasian
dan Kebangsaan mengatur mengenai penghapusan atau deportasi para imigran yang
masuk ke AS tidak sesuai hukum. Para imigran dapat dideportasi jika pada saat
masuk ditolak, ketika dihukum karena suatu kejahatan tertentu, ataupun memenuhi
kriteria lainnya yang telah ditetapkan oleh hukum federal.
Terdapat badan khusus yang dibuat oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri
(DHS) yang bertugas untuk bertanggung jawab mendeportasi para imigran illegal di
38 Ibid. 39 Ibid. hal. 784 40 Ibid. hal. 787 41 Michael Hoefer, Estimates of th Unauthorized Immigration Population Residing in the United State,
diakses dalam https://www.dhs.gov/xlibrary/assets/statistics/publications/ois_ill_pe_2011.pdf atau
https://www.dhs.gov/publication/estimates-unauthorized-immigrant-population-residing-united-states-
january-2011 (12/08/2019; 20:48)
39
AS yaitu Immigration and Custom Enforcement (ICE).42 Meskipun demikian, ICE
tidak dapat mendeportasi sebanyak-banyaknya populasi imigran ilegal kecuali
Kongres meningkatkan anggaran sebanyak dua kali lipat.43 Setiap tahunnya ICE
hanya bisa mendeportasi imigran ilegal sebanyak 400,000 jiwa atau sekitar 3-4 persen
dari populasi ilegal di AS.
Janet Napolitano selaku sekertaris DHS menjelaskan dalam surat pada Agustus
2011 kepada Senat bahwa ICE berfokus pada mengidentifaksi dan menghilangkan
para imigran ilegal yang memiliki beberapa kriteria seperti kriminal, mereka yang
dianggap menimbulkan ancaman terhadap keselamatan dan keamanan publik atau
nasional, mengulangi pelanggaran hukum imigrasi dan individu lainnya yang
diprioritaskan untuk dihapus.44 Oleh karena itu maka ICE mengalami beberapa
perubahan struktur dalam menjalankan fungsinya, salah satunya penurunan skala
prioritas dalam beberapa kategori kasus. Salah satunya terdapat sekitar 800,000
hingga 1,76 juta orang yang mendapatkan keuntungan dari berlakunya the DREAM
Act dan juga tercakup pada keputusan non-enforcement pada 15 Juni.
Hal tersebut dikarenakan di dalam the DREAM Act terkadung beberapa poin
penting bagi para imigran khususnya para pelajar. Undang-undang tersebut akan
memberikan bagi kelompok pelajar terpilih kesempatan untuk mendapatkan status
42 Delahunty, Op. Cit, hal. 788 43 Ibid. 44 Durbin Lauds Obama Administration Announcement on Dream Act Deportation Cases. Diakses
dalam https://www.durbin.senate.gov/newsroom/press-releases/durbin-lauds-obama-administration-
announcement-on-dream-act-deportation-cases (13/08/2019; 20:38)
40
legal apabila mereka pertama kali datang ke AS berusia 15 tahun kebawah,45
setidaknya telah menetap selama lima tahun, memiliki karakter yang baik,
berdasarkan beberapa alasan tertentu tidak dapat diterima atau dilepaskan, telah lulus
dari sekolah menengah atau telah memperoleh GED, kuliah dan terlibat di dalam
militer setidaknya selama 2 tahun.46
Undang-undang DREAM sendiri merupakan salah satu dokumen yang telah
diajukan ke Kongres sejak tahun 2001.47 Undang-undang tersebut telah mendapat
dukungan dari Pemerintah Obama, hal tersebut terkandung pada pidato kenegaraan
tahun 2011, yaitu:
”…we are part of the American family. We believe that in a country
where every race and faith and point of view can be found, we are
still bound together as one people; that we share common hopes
and a common creed; that the dreams of a little girl in Tuscan are
not so different than those of our own children, and that they all
deserve the chance to be fulfilled. That, too, is what sets us apart as
a nation. …”48
Akan tetapi, undang-undang ini berulang kali telah mendapat penolakan dari
Kongres. Pada tahun 2006, 2007, 2009, 2010 dan 2011 Kongres telah mendapatkan
proposal undang-undang DREAM, namun tidak pernah lolos. Kongres menolak
45 Zenen Jaimes Perez. A Potrait of Deferred Action for Childhood Arrivals Recipients :Challenges
and Opportunities Three-Years Later. Diakses dalam https://unitedwedream.org/wp-
content/uploads/2015/10/DACA-report-final-1.pdf (13/08/2019; 18:30) 46 Durbin Laud, Op. Cit. 47 Delahunty, Op. Cit. Hal. 789 48 Remarks by the President in State of Union Address. Diakses dalam
https://obamawhitehouse.archives.gov/the-press-office/2011/01/25/remarks-president-state-union-
address (13/08/2019; 19:10)
41
dikarenakan hasil dari vote terbanyak pada Desember 2010, sebanyak 41 senator
(termasuk enam anggota partai Presiden) menolak RUU tersebut.49
Penolakan pada Desember 2010 tersebut diikuti dengan perubahan kontrol
kursi oleh Republikan. Hal tersebut telihat sejak terpilihnya John A. Boenhner
perwakilan dari Ohio sebaga pembicara baru di parlemen AS pada Januari 2011, yang
memimpin dan mendorong pemerintah untuk mengejar tujuan-tujuan imigrasi hanya
pada urusan administratif saja.50 Oleh karena itu, DHS dan U.S. Citizenship and
Immigratin Services (USCIS) harus mengeluarkan strategi baru untuk mendukung
program-programnya yang terdapat dalam dokumen kebijakan yang berjudul
Administrative Alternatives to Comprehensive Immigration Reform. Memorandum ini
bertujuan untuk mempromosikan pernyatuan keluarga, mendorong pertumbuhan
ekonomi, mencapai perbaikan yang signifikan dan mengurangi ancaman pemindahan
orang-orang tertentu yang berada di AS, termasuk kerangka waktu implementasi dan
sumber daya yang dibutuhkan.51
Pada 17 juni 2011, John Morton selaku direktur ICE padaa sat itu
mengeluarkan sebuah memorandum mengenai pelaksanaan prosecutorial discretion.
Memorandum ini mengkategorikan prosecutorial discretion sebagai bentuk
wewenang suatu lembaga yang ditugaskan untuk menegakkan hukum untuk
49 Delahunty, Op.Cit. hal. 789 50 Carl Hulse, Taking Control, G.O.P. Overhauls Rules in House, diakses dalam
https://www.nytimes.com/2011/01/06/us/politics/06cong.html?pagewanted=all&_r=0 (16/08/2019;
20:38) 51 Denise A. Vanison, dkk. Administrative Alternatives to Comprehensive Immigration Reform.
Diakses dalam http://abcnews.go.com/images/Politics/memo-on-alternatives-to-comprehensive-
immigration-reform.pdf (16/08/2019; 21:38)
42
memutuskan sampai sejauh mana penegakkan hum terhadap individu tertentu.52
Kemudian, pada 15 Juni 2012, Napolitano menginstruksikan ICE dan dua lembaga
lainnya untuk “menunda tindakan” terhadap orang-orang yang memiliki ketentuan
yang sesuai dengan undang-undang DREAM.
Selama masa kepemimpinan Obama menjadi presiden AS, kebijakan yang
dikeluarkan di bidang keimigrasian cenderung mendukung para imigran. Seperti
statement yang dikeluarkan oleh Obama pada tahun 2012
“….and I believe that it is the right thing to do because I have been
with groups of young people who work so hard and speak with so
much heart about what is best in America, even though I knew some
of them must have lived under the fear of deportation. I know some
have come forward, at great risk to themselves and their futures, in
hopes it would spur the rest of us to live up to our own most
cherished values…..”.53
Berbanding terbalik dengan statementnya, angka deportasi pada masa
kepemimpinannya meningkat. DHS mencatat bahwa terdapat kenaikan dalam empat
tahun pertama kepemimpinannya sebanyak 400,000 orang per-2012.54 Kebijakan
Obama justru melakukan deportasi lebih banyak dibandingkan pada masa
52 John Morton, exercising Prosecutorial Discretion Consisten with the Civil Immigration Enforcement
Priorities of the Agency fo the Apprehension, Detention, and Removal of Aliens. Diakses dalam
https://www.ice.gov/doclib/secure-communities/pdf/prosecutorial-discretion-memo.pdf (18/08/2018;
19:35) 53 Remarks by the President on Immigration. The White House: Office of the Press Secretary, 15 Juni
2012. Diakses dalam https://obamawhitehouse.archives.gov/the-press-office/2012/06/15/remarks-
president-immigration (18/08/2018; 19:45) 54 Scott Horsley. 5 Things to Know About Obama’s Enforcement of Immigration Laws. National Public
Radio: 31 Agustus 2016 diakses dari https://www.npr.org/2016/08/31/491965912/5-things-to-know-
about-obamas-enforcement-of-immigration-laws (18/08/2018; 20:36)
43
pemerintahan George W. Bush. Akan tetapi selam tiga tahun terakhir masa
kepemimpinan, jumlah deportasi menurun menjadi 235,413 orang per-2015.55
Selain itu selama kepemimpinan Obama jumlah imigran ilegal yang berasal
dari Mexico menurun, akan tetapi masih banyak imigran ilegal yang berasal dari
Amerika Tengah. Per-2015 jumlah imigran ilegal menurun sekitar 337,117 orang. hal
itu menurun sekitar 30 persen dibandingkan tahun 2014 dan sebayak 80 persen
dibandingkan tahun 2000. Obama dalam hal ini kebijakan yang dikeluarkan lebih
kepada menyoroti keberlangsungan hidup para anak-anak imigran baik yang legal
maupun ilegal yang ada di AS. Selain itu, kebijakan yang dikeluakan oleh Obama
hanya bersifat sementara. Oleh karena itu banyak para imigran yang telah menerima
kelonggaran dari aturan-aturan tersebut merasa khawatir apabila terjadi pergantian
pemimpin.
2.2.2 Kebijakan Keimigrasian Era Donald Trump
Pasca terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat pada
November 2016, kebijakan keimigrasian AS mengalami dinamika yang cukup
signifikan apabila dibandingkan dengan kebijakan sebelumnya. Pada 23 januari 2017,
Presiden Trump menandatangani tiga Perintah Eksekutif yang menyinggung dan
mengancam hak-hak imigran dan pengungsi yang berada di AS maupun secara
global.56 Pada 25 Januari 2017, Presiden Trump menandatangani Perintah Eksekutif
55 Ibid. 56 Center for Migration Studies of New York, President Trump’s Executive Orders on Immigration
and Refugees, diakses dalam https://cmsny.org/trumps-executive-orders-immigration-refugees/
(19/09/2018; 20:34)
44
untuk border security and interior enforcement. Dan pada 27 Januari 2017, Trump
turut menandatangani perintah eksekutif di Pentagon untuk refugees and visa holders
from designated nations.
Perintah Eksekutif mengenai keamanan perbatasan yang berjudul “border
security and immigration enforcement improvemnets”, mengandung beberapa bagian
yang melemahkan hak-hak asasi manusia, termasuk memperluas penahanan,
membatasi akses suaka, peningkatan penegakkan hukum di sepanjang perbatasan AS-
Meksiko, dan pembangunan dinding perbatasan sepanjang 2,000 mil. Pembangunan
tembok perbatasan antara AS-Meksiko menjadi salah satu janji yang paling mencolok
Trump pada masa kampanyenya.57 Pada tahun 2017, dengan menggunakan dana yang
telah ditetapkan, DHS atas desakan dari Gedung Putih mulai membuka proses
penawaran untuk model pembangunan tembok perbatasan. Desain tersebut selesai
pada Oktober 2017.
Setelah penyelesaian dari desain tembok perbatasan, keadministrasiannya
terus dikejar, sehingga disekitar pertengahan tahun 2018 pembangunan tembok
perbatasan dapat dimulai. Dengan alokasi dana sebesar $18 miliar selama 10 tahun
untuk membangun 316 mil tembok baru dan memperbaiki 407 mil tembok lebih
lanjut.58 Selain pembangunan tembok perbatasan, Trump turut menambahkan
57 Sarah Pierce, dkk, Trump’s First Year on Immigration Policy : Rhetoric vs. Reality, Migration
Policy Institute: Washington, DC, 2018 , hal. 3 58 Ibid, hal. 4
45
personel patroli di perbatasan. DHS menambahkan kurang lebih 5,000 personel di
sepanjang perbatasan.59
Dalam meningkatkan pembangunan fasilitas penahanan dan hukuman bagi
para imigran. Trump juga memerintahkan DHS untuk segera membangun fasilitas
penahanan disekitar perbatasan dan penempatan petugas suaka dan imigrasi untuk
melakukan wawancara terhadap para suaka.60 Dan juga mengarahkan untuk menahan
para imigran yang sesuai dengan hukum dan menerbitkan panduan mengenai otoritas
penahanan untuk menghentikan “catch and release”.
Catch and release merupakan istilah yang digunakan oleh Presiden yang
merujuk pada serangkaian kebijakan serta praktik Pemerintah AS yang
memungkinkan anak dibawah umur, keluarga, maupun pencari suaka akan dilepas ke
komunitas selama proses suaka atau selama proses pemindahan mereka.61
Penandatangan Perintah Eksekutif yang dilakukan oleh Trump pada Januari 2017
untuk menghentikan tindakan tersebut. Pada April 2017, Departemen Kehakiman
secara administratif telah mengimplementasikan dua kebijakan tersebut dengan
dikeluarkannya memo yang memerintahka Jaksa Federal untuk memprioritaskan
penuntutan pelanggaran imigrasi kriminal, seperti masuk secara ilegal, masuk
kembali secara ilegal dan penyelundupan.
Kemudian diikuti pada Mei 2017, Departemen Kehakiman kembali
mengarahkan Jaksa Federal untuk mengejar “the most serious, readily provable
59 Sarah pierce, Op.Cit 60 Ibid. 61 Sarah Pierce, Op. Cit, hal. 4
46
offense” dalam semua kasus dengan berbagai tuduhan dapat diterapkan, termasuk
hal-hal yang terkait dengan imigrasi, bertujuan untuk meneggakkan hukum hingga
batas maksimum.62 Dengan hal tersebut, secara tidak langsung penggunaan
penahanan bagi pencari suaka terbukti membatasi akses mereka ke proses hukum.
Selain itu kebijakan tersebut juga menuntut penahanan perempuan dan anak-anak
yang telah ditunda dipengadilan.63
Pada era sebelumnya Obama meningkatkan alur masuk pengungsi dari 85,000
tempat pada tahun 2016 menjadi 110,000 ditahun 2017.64 Pada era Presiden Trump
saat ini, administrasi Trump mengambil langkah-langkah untuk mengurangi jumlah
imigran yang bertujuan untuk menjaga keamanan. Administrasi ini sementara
menangguhkan visa selama 120 hari dan mengurangi sebanyak 60,000 tempat di
tahun 2017 dan hanya menerima 53,716 pengungsi selama tahun 2017.65 Pada tahun
2018, Trump kembali menurunkan menjadi 45,000 pengungsi. Dikarenakan hal
tersebut, AS telah melakukan pengurangan jumlah pengungsi dengan level terendah
sejak tahun 1980.
Beberapa bagian dari “interior enforcement” memerlukan tindakan kongres
maupun eksekutif, termasuk peningkatan hukuman bagi beberapa tindakan kriminal
keimigrasian ataupun merekrut anggota tambahan ICE. Perintah Eksekutif ini
62 Ibid. hal 5. 63 Center for Migration Studies of New York, Op. Cit 64 Andrew Selee dan Sarah Pierce, Immigration Under Trump: A Reviw of Policy Shifts in the Year
Since the Election, Migration Policy Institute:New York, diakses dalam
https://www.migrationpolicy.org/research/immigration-under-trump-review-policy-shifts (23/10/2018;
20:33) 65 Ibid. hal. 4
47
berfokus pada isu-isu kota-kota yang dijadikan suaka dan kerjasama penegakkan
keimigrasian federal setempat. Dalam hal ini, Trump mengarahkan DHS untuk
menunjuk yuridiksi sebagai yuridiksi “suaka”. Serta mengizinkan penegakkan hukum
negara bagian untuk bertindak sebagai agen imigrasi yang bertujuan utnuk
menangkap dan menahan imigran.66 Dan mengakhiri Priority Enforcement Program
(PEP), yang dibuat oleh Pemerintahan Obama, dan menghidupkan kembali program
komunitas aman yang memerlukan yuridiksi lokal untuk mengeluarkan “tahanan”
imigran yang tidak sah dalam tahanan mereka.
Serta memperluas daftar prioritas dari “bukan warga negara” yang akan
dideportasi kepada siapapun yang tertuduh melakukan tindakan pidana, seperti
terlibat penipuan atau kesalahpahaman yang disengaja, telah menyalahgunakan
program, segala hal yang berkaitan dengan manfaat publik, merupakan subjek
terakhir pemindahan akan tetapi belum berangkat, maupun sebaliknya yang memiliki
resiko terhadap kesalamatan publik.67 Untuk mendukung program-program tersebut,
pemerintahan Trump turut memerintahkan DHS untuk meningkatkan anggota dari
ICE sebanyak 100,000 anggota. Hal tersebut bertujuan untuk menggunakan semua
sumber daya dan otoritas yang ada untuk mendeportasi sebanyak mungkin imigran
yang tidak berdokumen. Hal ini akan menyebabkan terajdinya pemisahan keluarga
yang sebelumnya belum pernah terjadi, termasuk keluarga dengan anak-anak warga
AS.
66 Center for Migration Studies of New York, Op. Cit 67 Ibid.
48
Program the Deferred Action for Childhood Arrivals (DACA) dan Deferred
Action for Parents of Americans and Lawful Permanent Resident (DAPA) yang
merupakan bagian dari the DREAM Act, pada era Trump kedua program ini akan
dihentikan.68 Program DACA yang dimulai dibawah pemerintahan Obama pada 2012
tersebut memberikan perlindungan bagi 690,000 imigran ilegal yang masuk ke AS
sebagai anak-anak dari deportasi. Pada 5 September 2017, pemerintah resmi
mengumukan pembatalan program diikuti dengan pemberhentian pemberian
tunjangan DACA kepada para pelamar baru dan pembaruan untuk individu dengan
masa berlaku berakhir pada 5 Maret 2018. Kemudian pada 5 Oktober, pemerintah
benar-benar memberhentikan pemberian tunjangan tanpa tanggal kadaluarsa.
Pada 27 Januari 2017, Trump turut menandatangani Perintah Eksekutif
protecting the nation from the terrorist attack by foreign nationals. Hal tersebut
diwujudkan dengan menangguhkan pemberian visa terhadap beberapa Negara seperti
Iran, Iraq, Sudan, Suriah, Libya, Somalia dan Yaman, menghentikan program
penerimaan pengungsi selama 120 hari, mengurangi jumlah pengungsi yang akan
diterima pada 2017 dari 110,000 menjadi 50,000, menghentikan pemindahan
pengungsi Suriah tanpa batas waktu, mengeluarkan mekanisme penyaringan
masuknya para warga Negara asing, dan menekankan DHS untuk menyelesaikan
sistem pelacak keluar-masuk.69 Selanjutnya untuk membahas program ini lebih lanjut
akan dijabarkan di sub-bab berikutnya.
68 Sarah Pierce, Op. Cit. hal. 14 69 Center for Migration Studies of New York, Op. Cit.
49
1.3 Latar Belakang Kebijakan Travel Ban Donald Trump
Sebelum pengesahan, Trump telah berulang kali menjanjikan mengenai
larangan pada individu Muslim yang akan masuk ke AS, dengan alibi sebagai bentuk
untuk meningkatkan keamanan nasional.70 Pada 27 Januari 2017, Presiden Trump
menandatangani perintah eksekutif nomor 13769 dengan judul Protecting the Nation
from Terrorist Attacks by Foreign Nationals.71 Perintah eksekutif ini mengenai
penangguhan penerbitan visa untuk warga Negara Iran, Irak, Sudan, Suriah, Libya,
Somalia dan Yaman. Terdapat dua poin dalam perintah eksektif ini yang pertama
penangguhan visa ke Negara-negara yang telah ditentukan dan pemeriksaan ekstrem,
dan kedua penangguhan program pengungsi AS dan larangan pengungsi Suriah.72
Menurutnya proses pengeluaran visa sangat krusial dalam mendeteksi
individu yang memiliki kemungkinan menjadi teroris dan memberhentikan proses
pengajuan mereka untuk masuk ke AS. Hal ini didasari atas tragedi 11 September
2001, yang mana kebijakan pada saat itu melarang petugas konsuler untuk memeriksa
pengajuan visa dari 19 negara yang berdampak pada terjadinya tragedi tersebut.73
Kebijakan ini dikeluarkan bertujuan untuk melindungi bangsa Amerika, maka
AS harus memastikan bahwa semua orang yang diterima di AS harus memiliki
pandangan dan prinsip-prinsip yang sama. AS tidak bisa, tidak boleh, mengakui
mereka yang tidak sejalan dengan konstitusinya. Juga AS, tidak boleh mengakui
70 Andrew Selee, Op. Cit. hal. 8 71 Ibid. Hal. 8 72 Center for Migration Studies New York, Op.Cit 73 Executive Order 13769 of January 27,2017, Protecting the Nation From Foreign Terrorist Entry
Into the United States. Vol.82, no.20, 1 Februari 2018 diakses dalam
https://www.govinfo.gov/content/pkg/FR-2017-02-01/pdf/2017-02281.pdf (22/09/2018; 20:30)
50
mereka yang melakukan tindakan fanatik atau kebencian (termasuk pembunuhan
demi kehormatan, bentuk kekerasan terhadap perempuan ataupun penganiayaan
terhadap mereka yang mempraktikkan kepercayaannya) ataupun mereka yang akan
melakukan penindasan baik ras, jenis kelamin, ataupun orietasi seksual.74 Dalam
perjalanannya mulai tahun 2017 hingga 2018 travel ban telah mengalami tiga kali
perubahan, yang mana dari ketiga perubahan tersebut dua merupakan Perintah
Eksekutif dan satu merupakan Presidential Proclamation yaitu:
1.3.1 Travel Ban 1.0
Perintah Eksekutif pertama kali ditandatangani oleh Presiden Trump pada 27
Januari 2017. Dengan hasil keimigrasian AS menangguhkan visa dari tujuh Negara
yaitu Iran, Irak, Libia, Sudan, Somalia, Yaman dan Suriah dalam jangka waktu 90
hari, dan menangguhkan program penerimaan pengungsi selama 120 hari. Kebijakan
ini berhasil mengurangi jumlah pengungsi menjadi 55,000 dari 110,000, dan
penangguhan yang tidak pasti (jangka waktu) penerimaan pengungsi yang berasal
dari Suriah.75
Para pengungsi sebelum masuk ke AS harus melewati beberapa tahap seperti
pemeriksaan oleh beberapa agen federal dan juga diwawancarai oleh pejabat DHS.
Pemerintah memiliki situs web sendiri untuk mengetahui infografis untuk
penggambaran proses penyaringan bagi para pengungsi. selain oleh pejabat DHS dan
74 Ibid. hal. 1 75 Shoba Sivaprasad Wadhia, National Security, Immigratin and the Muslim Bans. Penn State Law,
University Park. Hal. 1484 diakses dalam
https://pennstatelaw.psu.edu/sites/default/files/pictures/faculty/W%20%20L.pdf (22/09/2018; 20:29)
51
agen federal, calon pengungsi harus melewati proses wawancara oleh petugas USCIS
untuk melihat kelayakan seperti informasi latar belakang pemohon dan pemeriksaan
budaya dan medis.76 Dalam undang-undang imigrasi pengungsi didefinisikan sebagai
individu yang telah menderita penganiayaan atau menghadapi penganiayaan dimasa
depan karena ras, agama, kebangsaan, opini politik atau keanggotaan dalam
kelompok sosial tertentu.
Aturan ini telah menyebabkan kekacauan diseluruh bandara negeri, terjadi
kebingungan tentang penerapan aturan ini untuk kelas-kelas tertentu seperti penduduk
tetap yang sah secara hukum. Menurut Sirine Shebaya, seorang pengacara untuk hak-
hak sipil untuk muslim sebagai “pengacara bandara”, pasca berlakunnya aturan
tersebut kekacauan terjadi dibandara-bandara AS, para pengacara bandara berusaha
membantu anggota keluarga dan mengidentifikasi orang yang membutuhkan bantuan
hukum. Selain itu mereka membantu memberikan dukungan dan pengetahuan
dilapangan secara langsung kepada anggota masyarakat yang terkena dampak dari
aturan tersebut. Jatuhnya travel ban 1.0 bukan hanya pada kekacauan yang terjadi
dibandara tetapi juga di karenakan White House tidak berkonsultasi dengan pengacara
sebelum mengeluarkan larangan.77
1.3.2 Travel Ban 2.0
Selang beberapa bulan pasca kejatuhan travel ban 1.0, pada tanggal 6 Maret
2017 Presiden Trump kembali menandatangani perubahan Perintah Eksekutif
76 Ibid. hal 1484. 77 Ibid. hal. 1485
52
menjadi travel ban 2.0. Perubahan yang terjadi yaitu dihapusnya Irak sehingga hanya
menjadi enam Negara yaitu Iran, Libya, Sudan, Somalia, Yaman dan Suriah dalam
jangka waktu 90 hari, membekukan program penerimaan pengungsi dalam jangka
120 hari, dan memotong setengah jumlah pengungsi.78 Terdapat tiga perbedaan dalam
perubahan travel ban yaitu:79 pada travel ban 2.0, larangan dengan waktu tidak pasti
untuk pengungsi Suriah dibatalkan, larangan untuk pendatang Irak dibatalkan, dan
hari diberlakukannya peraturan tersebut ditunda selama sepuluh hari. Dalam aturan
ini menjelaskan lebih jauh dari kebingungan yang terjadi dari peraturan sebelumnya.
Terdapat pengecualian dari perintah ini seperti penduduk tetap yang sah atau para
pemegang kartu hijau, mereka yang dibebaskan bersyarat dan diterima di AS, mereka
yang diizinkan untuk berpergian, dua warga Negara dari suatu Negara yang
berpergian dengan menggunakan visa diplomatik, dan mereka yang mendapat
bantuan pengungsi.
Dalam perubahan ini terdapat skema baru mengenai pelepasan beberapa poin
dalam aturan sebelumnnya, bagi siapapun yang dapat menunjukkan bahwa:80
pertama, menolak masuk akan menyebabkan kesulitan nasional yang tidak
semestinya. Kedua, kedatangan tidak akan menimbulkan ancaman bagi keamanan
nasional ataupun keselamatan publik. Ketiga, kedatangan akan menjadi kepentingan
nasional. Ketiga hal diatas tidak didefiniskan dalam perintah eksekutif dan tidak
didefinisikan secara khusus dalam undang-undang imigrasi. Perintah eksekutif hanya
78 Ibid. hal. 1486 79 Ibid. 80 Ibid.
53
memberika sepuluh contoh siapa yang akan memenuhi syarat pengecualian, akan
tetapi pengecualian tersebut akan diberikan hanya berdasarkan kasus per kasus.
Beberapa contoh tersebut yaitu warga Negara asing dengan pekerjaan yang
signifikan, studi atau ikatan lain dengan AS, mereka yang masuk ke AS dalam hal
bisnis maupun kegiatan profesional lainnya, dan mereka yang ingin masuk dan
tinggal dengan anggota keluarga yang ada di AS.
3.2.3 Travel Ban 3.0
Travel Ban 3.0 dikeluarkan pada 24 September 2017 dalam bentuk
Presidential Proclamation, yang mana proklamasi serupa tetapi tidak identik dengan
perintah eksekutif. Dalam perintah terjadi beberapa perubahan dalam Negara-negara
yang dilarang masuk yaitu, Iran, Libya, Chad, Korea Utara, Suriah, Somalia,
Venezuela, dan Yaman.81 Negara-negara tersebut dipilih berdasarkan ancaman yang
telah dirasakan oleh AS. Pada perintah ini Sudan dikeluarkan dari “blacklist”. Sama
seperti sebelumnya pembatasan untuk warga Negara dari kedelapan Negara tersebut
tidak memiliki durasi yang pasti.
Yang termasuk dalam perubahan ini, seluruh imigran dan bagi para wisatawan
maupun perjalanan bisnis bagi warga Negara Libya dan Yaman. Seluruh imigran
maupun non imigran yang berasal dari Iran kecuali pemegang visa J,F dan M. seluruh
imigran dan non imigran yang berasal dari Korea Utara dan Suriah. Seluruh imigran
81 Center for Immigrant’s Rights Clinic, Travel Ban 3.0 at the Supreme Court. Hal. 3 diakses dalam
https://pennstatelaw.psu.edu/sites/default/files/documents/pdfs/Immigrants/Travel%20Ban%20Suprem
e%20Court%20Update.pdf (22/10/2018; 20:28)
54
dan non imigran yang mendapatkan keamanan ekstra bagi warga Negara Somalia.
Dan beberapa pejabat pemerintah yang bukan imigran dan seluruh keluarganya bagi
warga Negara Venezuela.82 Skema yang digunakan pada poin ini untuk mendapatkan
pengecualian masih sama seperti Travel Ban 2.0.
Selama berjalannya kebijakan tersebut AS telah memblokir jalan masuk bagi
pengungsi maupun wisatawan dari tujuh Negara ke AS. AS telah mengurangi jumlah
pengajuan pengungsi hingga ke level terendah sejak program penerimaan dibuat pada
tahun 1980. Trump telah membatalkan program DACA, dan menyediakan pekerjaan
resmi dan bantuan sementara dari deportasi kepada kurang lebih 690,000 imigran
resmi yang masuk ke AS sebagai anak-anak. Dan mengakhiri Temporary Protected
Status (TPS) bagi Haiti, Nikaragua dan Sudan, serta mengisyaratkan bahwa Honduras
dan Salvador mungkin akan kehilangan izin kerja dan perlindungan dari pemindahan
pada tahun 2018.83
Selanjutnya berdasarkan peraturan DHS, Presiden Trump kembali
menandatangani mengenai penghapusan Republik Chad pada 10 April 2018. Hal
tersebut didasari oleh meningkatnya manajemen identitas dan praktek berbagi
informasi sehingga telah memenuhi standar keamanan AS.84
82 Ibid. hal. 3 83 Andrew Selee, Op. Cit 84 National Security & Defense, Statement by the Press Secretary Regarding the Presidential Proclamation to Lift Entry Restrictions for Nationals of the Republic of Chad, 10 April 2018 diakses dari https://www.whitehouse.gov/briefings-statements/statement-press-secretary-regarding-presidential-proclamation-lift-entry-restrictions-nationals-republic-chad/ (27/11/2019; 0:45)