BAB II BENTUK, FUNGSI, DAN PERAN VERBA BERVALENSI...
-
Upload
nguyendung -
Category
Documents
-
view
231 -
download
0
Transcript of BAB II BENTUK, FUNGSI, DAN PERAN VERBA BERVALENSI...
48
BAB II
BENTUK, FUNGSI, DAN PERAN VERBA BERVALENSI TIGA ZHANNA
WA AKHWA>TUHA>
Zhanna wa akhwa>tuha> merupakan verba dalam bahasa Arab yang
mempunyai tiga valensi. Pertama, valensi berupa subjek, kedua dan ketiga valensi
berupa objek yang berasal dari subjek (mubtada’) dan predikat (khabar) dalam
kalimat nominatif (jumlah ismiyah).
Klasifikasi bentuk verba zhanna wa akhwa>tuha> :
1. Bentuk kata kerja yang bisa dibuat turunan atau di-tashri>f (mutasharif)
Contoh:
a. (معناه العلم) افعال القلوب /af’a>lul-qulu>b ma’na>hu al-‘ilm/ : درى /dara>/,
م ل تع ,/<raa/ رأى ,/alima‘/ علم ,/wajada/ وجد /ta’allam/
b. افعال القلوب )معناه الرجحان /af’a>lul-qulu>b ma’na>hu a’r-rujcha>n/ : زعم
/za’ama/, حسب /chasiba/, ظن /zhanna/, خال /kha>la/, جعل /ja’ala/, حجا
/chaja>/, عد /‘adda/
c. افعال التحويل /af’a>lut-tachwi>l/ : صي /shayyara/, جعل /ja’ala/, وىب
/wahaba/, ختذ /takhidza/, اختذ /ittakhadza/, ترك /taraka/, رد /radda/
2. Bentuk kata kerja yang tidak bisa dibuat turunan atau tidak bisa ditashri>f
(ghairu mutasharif)
Contoh: ىب /hab/, تعلم /ta‟allam/
49
Data bersumber dari tiga kitab nahwu, A’n-Nachwul-Wa>fi> karya Abbas
Hasan, A’n-Nachwul-‘Arabiyy karya Ibrahim Ibrahim barakat, dan Syarch Ibnu
‘Aqi>l karya Bahauddin Abdullah bin „Aqil Al-„Aqli Al-Mishri Al-Hamdani.
A. Bentuk dan Fungsi Verba Bervalensi Tiga Zhanna Wa Akhwa>tuha>
Pada bab ini, akan dibahas tentang bentuk dan fungsi verba bervalensi
tiga zhanna wa akhwa>tuha>. Bentuk verba bervalensi tiga menjadi kajian
morfologi, sedangkan fungsi dan peran verba bervalensi tiga menjadi kajian
sintaksis. Bab dua ini membahas tentang hubungan bentuk dari verba
bervalensi tiga zhanna wa akhwa>tuha> pada suatu kalimat. Sistematika
pembahasan akan mencakup kategori verba perfek (ma>dhi>), imperfek
(mudha>ri’), dan verba perintah atau imperatif (amr). Pada setiap pembahasan
verba-verba tersebut ditemukan data polimorfemis dan monomorfemis,
termasuk di dalamnya ditambahkan fungsi dari setiap kata kerja zhanna wa
akhwa>tuha>. Pembahasan mengenai bentuk dan fungsi zhanna wa akhwa>tuha>
ini digabung dalam satu pembahasan. Hal tersebut dikarenakan bentuk dan
fungsi zhanna wa akhwa>tuha> menjadi satu kesatuan dalam analisis data.
Berikut ini merupakan sampel data dari kitab A’n-Nachwul-Wa>fi>, A’n-
Nachwul-‘Arabiyy, dan Syarch Ibnu ‘Aqi>l yang dianalisis:
50
1. Bentuk dan Fungsi Kata Kerja yang Dapat Dibuat Turunan
(Mutasharrif)
1.1. Bentuk dan Fungsi Kata Kerja yang Menunjukkan Makna Yakin
(Af’a>lul-Qulu>b Ma’na>hu al-‘Ilm)
علمت الب سبيل المحبة (1
/‘alimtu al-birra sabi>lal-machabbah/
„Saya yakin bahwa kebaikan adalah jalan cinta‟
(Hasan, 2008: 5)
Kalimat di atas adalah kalimat verbal (jumlah fi’liyah) dengan verba perfek
(fi’l ma>dhi>). Bentuk analisis kalimat di atas adalah sebagai berikut:
1. ‘Alimtu al-birra sabi>lal-mahabbah
„Saya yakin‟ „bahwa kebaikan‟ „jalan cinta‟
Kategori dan
transliterasi
linier
V perf Pron 1st sing. N def. acc FN (N md def.
acc.+ N mdi gen.)
Fungsi P + S O1 O2
Peran P (aktif) + S (Agentif) Objektif
„Saya yakin bahwa kebaikan adalah jalan cinta‟
Verba /„alima/ pada data (1) di atas, berdasarkan bunyi asal belum
mendapatkan imbuhan (fi’l mujarrad). Berdasarkan huruf „illat-nya, verba
tersebut huruf-hurufnya bukan berupa huruf „illat, hamzah, ataupun dua huruf
yang sejenis (fi’l shachi>h sa>lim).
Verba /„alima/ mengikuti pola kata kerja triliteral tsula>tsi> mujarrad ل ع ف - ل ع ف ا - ل ع ف ي /fa’ila-yaf’alu-if’al/ yaitu /‘alima-ya’lamu-i’lam/ (Munawiir,
1997:965). Huruf /„ain/ disebut fa’ fi’l, /lam/ disebut ‘ain fi’l, dan /mim/ disebut
lam fi’l. Verba perfek (fi’l ma>dhi>) /„alima/ mendapat imbuhan dhami>r /tu/ ,
sehingga huruf /mim/ dibaca atau ditandai dengan sukun menjadi علمت /„alimtu/.
Adapun kategori yang menempati unsur pembentuk kalimat data (1) di atas
adalah /‘alim/ berupa V; dhami>r mustatir /tu/ berupa Pron yang menunjukkan
51
orang pertama (mutakallim wachdah); /al-birra/ berupa N yang termasuk pada ism
yang tidak memiliki asal kata (ism ja>mid); dan /sabi>lal-mahabbah/ berupa FN
(idha>fah).
Fungsi kalimat tersebut terdiri dari verba /‘alima/ yang berfungsi sebagai P,
dhami>r muttashil /tu/ berfungsi sebagai S, /al-birra/ berfungsi sebagai O1, dan
/sabi>lal-mahabbah/ sebagai O2.
Klausa /„alimtu/ pada kalimat tersebut merupakan verba berbentuk
polimorfemis, sebab /„alimtu/ terdiri dari dua morfem yakni /‘alim/ (morfem
bebas) dan dhami>r muttashil /tu/ (morfem terikat). Apabila diterapkan teknik
lesap pada data (1), maka akan muncul beberapa pilihan sebagai berikut:
1) Ø + سبيل المحبة + الب + ت O2/FN O1/N S/Pron
المحبة سبيل + الب + Ø + علم (2O2/FN O1/N P/V
سبيل المحبة + Ø + ت +علم (3S/ Pron+P/V O2/FN
Ø + الب + ت +علم (4O1/N S/ Pron+P/V
Hasil proses pelesapan satuan lingual pada kalimat (1), apabila verba /„alima/
dihilangkan maka kalimatnya tidak mempunyai verba bervalensi tiga dan kalimat
menjadi tidak gramatikal. Selanjutnya, jika yang dilesapkan salah satu dari
valensinya, maka struktur kalimat menjadi seperti kalimat (2), (3), dan (4). Hasil
pelesapan S dan O yang merupakan bagian dari fungsi kalimat di atas,
menghasilkan kalimat yang tidak berterima atau tidak gramatikal. Kalimat (2)
tidak gramatikal karena dalam kalimat tersebut informasi maknanya belum jelas.
Hal ini dilihat dari verba /„alima/, ada unsur yang belum jelas yakni siapa yang
52
meyakini bahwa kebaikan adalah cinta. Begitu juga kalimat ke (2) dan (3) masih
ada unsur yang belum jelas, yakni dhami>r muttashil /tu/ meyakini tentang apa.
Berdasarkan analisis di atas, disimpulkan bahwa verba /’alima/ mempunyai
tiga valensi yakni, dhami>r muttashil /tu/, /al-birra/, dan /sabi>lal-mahabbah/.
Verba bervalensi tiga zhanna wa akhwa>tuha> pada data (1) yakni علم /‘alima/
„telah yakin‟, berlaku juga untuk turunan dari verba tersebut yang berasal dari fi’l
ma>dhi>, yaitu fi’l mudha>ri’, mashdar, ism fa>’il, ism maf’u>l, dan fi’l mashdar.
Turunan verba علم /‘alima/ „yakin‟ yaitu م ل ع ي /ya’lamu/, ام ل ع /’ilman/, ام ل ع م /ma’laman/, م و ل ع م ,/a>limun‘/ ال ع /ma’lu>mun/, dan م ل ع ا /i’lam/ (Munawwir,
1997:965).
رأيت اهلل أكب كل شيئ حماولة و أكثرىم جنودا (2
/Ra´aitu Alla>ha akbara kulla syay´in/ /mucha>walatan wa aktsarahum
junu>dan/
‘Aku yakin (bahwa) Allah Maha Besar upaya-Nya atas segala sesuatu.
Dia yang paling banyak tentara-Nya’
(Ibnu „Aqil, 1980: 29; Barakat, 2007: 140)
Kalimat di atas diawali dengan verba perfek (fi’l ma>dhi>) sehingga disebut
kalimat verbal (jumlah fi’liyah). Bentuk analisis kalimat di atas adalah sebagai
berikut:
2. Ra´aitu Alla>ha akbara kulli syay´in
mucha>walatan
wa aktsarahum
junu>dan
„Saya
yakin‟ „Allah’ „Maha
Besar’
‘atas
segala
sesuat’
‘upaya-
Nya’
‘Dan Dia
yang paling
banyak’
‘tentara
-Nya’
Kategori
dan
Trans.
Linier
V perf
Pron 1st
sing.
N def.
acc.
N
acc.md
N gen.
mdi + N
gen. mdi
N indef
acc.
conj. + FN
(N acc. md
+ Pron 3rd
pl)
N indef
acc.
Fungsi P + S O1 O2
Peran P (aktif) +
S (Agentif)
Objektif
„Saya yakin (bahwa) Allah Maha Besar upaya-Nya atas segala sesuatu. Dia
53
yang paling banyak tentara-Nya‟
Bentuk verba /ra´a>/ berdasarkan bunyi asal belum mendapatkan imbuhan
(fi’l mujarrad). Berdasarkan huruf „illat-nya, verba tersebut salah satu hurufnya
berupa huruf „illat yaitu ‘ain fi’l berupa huruf hamzah (mahmu>z ‘ain) dan lam fi’l-
nya berupa huruf „illat (ya’) (na>qish ya>i>).
Verba رأي /ra´a>/ mengikuti pola kata kerja triliteral tsula>tsi> mujarrad ل ع ف - ل ع ف ا - ل ع ف ي /fa’ala-yaf’alu-if’al/ yaitu /ra´a>-yara>-ra/ (Munawwir, 1997:460). Huruf
/ra/ disebut fa’ fi’l, /hamzah/ disebut ‘ain fi’l, dan /ya‟/ disebut lam fi’l. Verba
perfek /raa>/ mendapat imbuhan dhami>r muttashil /tu/, sehingga huruf /ya‟/ dibaca
atau ditandai dengan sukun menjadi ترأي /ra´a>itu/.
Selanjutnya, peneliti memfokuskan meneliti unsur-unsur yang terdapat
pada klausa yang mengandung verba valensi zhanna wa akhwa>tuha>. pada data (2),
struktur kalimatnya sebagai berikut:
أكب كل شيئ + اهلل + ت +رأي S/Pron+P/V O2/FN O1/N
Kategori yang menempati unsur pembentuk kalimat pada data (2) tersebut
adalah /ra´a>/ berupa V; dhami>r muttashil /tu/ berupa Pron yang menunjukkan
orang pertama (mutakallim wachdah); /Alla>ha (lafzhul-jala>lah)/ berupa N yang
termasuk pada ism ja>mid; dan /akbara kulli syay’in/ berupa FN (idha>fah) dari tiga
N yaitu /akbara/ menjadi mudha>f dan /kulli/ + /syay´in/ menjadi mudha>f ilaih.
Fungsi kalimat di atas, yakni verba /ra´a>/ yang berfungsi sebagai P, dhami>r
muttashil /tu/ berfungsi sebagai S, /Alla>ha (lafzhul-jala>lah)/ berfungsi sebagai O1,
dan /akbara kulli syay´in/ sebagai O2.
Klausa /ra´aitu/ pada kalimat tersebut merupakan verba berbentuk
polimorfemis, sebab /raaitu/ terdiri dari dua morfem yakni /ra´a>/ (morfem bebas)
dan dhami>r muttashil /tu/ (morfem terikat). Apabila diterapkan teknik lesap pada
data (2), maka akan muncul beberapa pilihan sebagai berikut:
54
1) Ø + أكب كل شيئ + اهلل + ت O2/FN O1/N S/Pron
أكب كل شيئ + اهلل + Ø + رأي (2O2/FN O1/N P/V
أكب كل شيئ + Ø + ت +علم (3O2/FN S/Pron+P/V
Ø + اهلل + ت + علم (4O1/N S/Pron +P/V
Hasil proses pelesapan satuan lingual pada kalimat (2), apabila verba /raa>/
dihilangkan maka kalimatnya tidak mempunyai verba bervalensi tiga dan kalimat
menjadi tidak gramatikal. Selanjutnya, jika yang dilesapkan salah satu dari
valensinya, maka struktur kalimat menjadi seperti kalimat (2), (3), dan (4). Hasil
pelesapan S dan O yang merupakan bagian dari fungsi kalimat di atas,
menghasilkan kalimat yang tidak berterima atau tidak gramatikal. Kalimat (2)
tidak gramatikal karena dalam kalimat tersebut informasi maknanya belum jelas.
Hal ini dilihat dari verba /raa>/, ada unsur yang belum jelas yakni siapa yang
meyakini Allah sebagai dzat yang Maha Besar. Begitu juga kalimat ke (2) dan (3)
masih ada unsur yang belum jelas, yakni dhami>r muttashil /tu/ „saya‟ meyakini
Allah tentang apa.
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, terlihat (bahwa) verba /ra´a>/
mempunyai tiga valensi yakni, dhami>r muttashil /tu/, /Alla>ha (lafzhul-jala>lah)/,
dan /akbara kulla syay´in/.
Verba bervalensi tiga zhanna wa akhwa>tuha> pada data (2) adalah رأي /ra´a>/
„yakin‟, berlaku juga untuk turunan dari verba tersebut. Turunan verba رأى /ra´a>/
„yakin‟ yaitu يرى /yara>/, رؤية /ru´yatan/, مرأى/mar´an/, راء /ra> in/, مرءي/mar´iyun/, dan
.ra/ (Munawiir, 1997:460)/ ر
55
و وجد ك ضاال ف ه دى (3/Wa wajadaka dha>lan fahada>/ „Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang tersesat, lalu Dia
memberikan petunjuk‟
[Q.S. Adh-Dhucha> (93): 7 (Barakat, 2007: 34)]
Kalimat di atas diawali dengan verba perfek (fi’l ma>dhi>) dan disebut
sebagai kalimat verbal (jumlah fi’liyah). Bentuk analisis kalimat di atas
berdasarkan teknik bagi unsur langsung (BUL) sebagai berikut:
3. Wa wajada ka dha>lan fahada> „Dan Dia (Allah)
meyakini‟
„kamu‟ „seorang
yang
bingung‟
„lalu Dia
memberikan
petunjuk‟
Kategori
dan Trans.
Linier
Part + V perf
Pron 1st sing.
Pron 2nd
acc.
N indef. acc. Part + V perf na>qish ya>i> Pron 3
st sing.
Fungsi P + S O1 O2 P + S
Klausa 1 Klausa 2
Peran S (Agentif) Objektif Objektif
„Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang tersesat, lalu Dia
memberikan petunjuk‟
Bentuk verba /wajada/ pada kalimat di atas, berdasarkan bunyi asal belum
mendapatkan imbuhan (fi’l mujarrad). Berdasarkan huruf „illat-nya, verba
tersebut salah satu hurufnya berupa huruf „illat (fi’l mu’ta>l), yaitu fa’ fi’l berupa
huruf ‘illat (wawu) (mitsa>l wa>wi>).
Verba /wajada/ mengikuti pola kata kerja triliteral tsula>tsi> mujarrad ل ع ف - ل ع ف ا - ل ع ف ي /fa’ala-yaf’ilu-if’il/ yaitu /wajada-yajidu-jid/ (Munawwir, 1997: 1538).
Huruf /wawu/ disebut fa’ fi’l, /jim/ disebut ‘ain fi’l, dan /dal/ disebut lam fi’l.
Selanjutnya, peneliti memfokuskan meneliti unsur-unsur yang terdapat
pada klausa yang mengandung verba valensi zhanna wa akhwa>tuha> yaitu verba
/wajada/ pada data (3), struktur kalimatnya sebagai berikut:
56
ضاال + ك + وجد و O2/FN O1/Pron S/Pron +P/V
Adapun kategori yang menempati unsur pembentuk kalimat tersebut adalah
/wajada/ berupa V; dhami>r mustatir huwa berupa Pron yang menunjukkan orang
ketiga (mufrad mudzakkar gha>ib), dhami>r /ka/ berupa Pron yang menunjukkan
orang kedua (mufrad mudzakkar mukha>tab), dan /dha>lan/ berupa N yang
termasuk ism yang memiliki asal kata (isim musytaq jenis ism maf’u>l).
Fungsi kalimat tersebut yaitu verba /wajada/ berfungsi sebagai P, dhami>r
mustatir huwa berfungsi sebagai S, dhami>r /ka/ berfungsi sebagai O1, dan /dha>lan/
sebagai O2.
Klausa /wajada/ pada kalimat tersebut merupakan verba berbentuk
polimorfemis, sebab /wajada/ terdiri dari dua morfem yakni /wajada/ (morfem
bebas) dan dhami>r mustatir huwa (morfem terikat).
Apabila diterapkan teknik lesap pada data (3), maka akan muncul beberapa
pilihan sebagai berikut:
1) Ø + ضاال + ك O2/FN O1/Pron
ضاال + Ø + وجد (2O2/FN S/Pron+P/V
Ø + ك + وجد (3O1/Pron S/Pron+P/V
Hasil proses pelesapan satuan lingual pada kalimat (3), apabila verba
/wajada/ dan dhami>r mustatir huwa dilesapkan maka kalimatnya tidak
mempunyai verba bervalensi tiga. Ada unsur yang belum jelas yakni siapa yang
meyakini hal tersebut, sehingga kalimat menjadi tidak gramatikal. Selanjutnya,
57
jika yang dilesapkan salah satu dari valensinya yang berupa dua objek, maka
struktur kalimat menjadi seperti kalimat (2) dan (3). Hasil pelesapan O1 dan O2
yang merupakan bagian dari fungsi kalimat di atas, menghasilkan kalimat yang
tidak berterima atau tidak gramatikal. Pada kalimat ke (2) dan (3) masih ada unsur
yang belum jelas, yakni dhamir mustatir /huwa/ meyakini apa. Di sini sudah
terlihat bahwa verba /wajada/ mempunyai tiga valensi yakni, dhami>r mustatir
huwa, dhami>r /ka/ „kamu‟, dan /dha>lan/ „seorang yang bingung‟.
Verba bervalensi tiga zhanna wa akhwa>tuha> pada data (3) adalah /wajada/,
berlaku juga untuk turunan dari verba tersebut. Turunan verba /wajada/ وجد
yaitu ,/wujdan/ وجدا ,/yajidu/ دجي ,/wajidatan/ وجدة ,/wa>jidun/ واجد موجود/mauju>dun/, .jid/ (Munawwir, 1997: 1538)/ جد
دريت اجملد قريبا من الدائب ىف طلبو (4/daraitu al-majda qari>ban mina’d-da> ibi fi> thalabihi/
„Saya yakin (bahwa) kemuliaan itu dekat dengan orang yang berusaha
dalam mencarinya‟
(Hasan, 2008: 6)
Data (4) ini menggunakan kalimat verbal (jumlah fi’liyah) karena diawali
dengan verba perfek (fi’l ma>dhi>). Kalimat ini akan dianalisis menggunakan teknik
bagi unsur langsung (BUL), sebagai berikut:
4. daraitu al-majda qari>ban minad-da> ibi fi> thalabihi „Saya yakin‟ „kemulia
an itu‟
„dekat‟ „dengan orang
yang berusaha‟
„dalam
mencarinya‟
Kategori
dan Trans.
Linier
V perf na>qish ya>i> Pron 1
st
sing.
N def.
acc
N indef.
acc.
FP (Prep. + N
gen.)
FP (Prep. + N
gen.)
Fungsi P + S O1 O2 K
Peran S (Agentif) Objektif
„Saya yakin (bahwa) kemuliaan itu dekat dengan orang yang berusaha
dalam mencarinya‟
58
Verba /dara>/ tersebut berdasarkan bunyi asal belum mendapatkan imbuhan
(fi’l mujarrad). Berdasarkan huruf „illat-nya, verba tersebut salah satu hurufnya
berupa huruf „illat (fi’l mu’ta>l), yaitu lam fi’l berupa huruf ‘illat (ya’) (na>qish
ya>i>).
Verba /dara>/ mengikuti pola kata kerja triliteral tsula>tsi> mujarrad ل ع ف ي - ل ع ف ل ع ف ا - /fa’ala-yaf’ilu-if’il/ yaitu /dara>-yadri>-adri>/ (Munawwir, 1997: 401). Huruf
/dal/ disebut fa’ fi’l, /ra‟/ disebut ‘ain fi’l, dan /ya‟/ disebut lam fi’l. Verba perfek
/dara>/ bertemu dengan dhami>r muttashil /tu/, sehingga lam fi’l dibaca atau
ditandai dengan sukun menjadi دريت /daraitu/.
Adapun kategori yang menempati unsur pembentuk kalimat tersebut adalah
/dara>/ berupa V; dhami>r muttashil /tu/ berupa Pron yang menunjukkan orang
pertama (mutakallim wachdah); /al-majda/ berupa N yang menunjukkan tunggal
(ism mufrad) dan termasuk pada ism yang memiliki asal kata (isim musytaq jenis
ism maf’u>l); /qari>ban/ berupa N yang menunjukkan tunggal (ism mufrad) dan
termasuk pada ism yang tidak memiliki asal kata (ism ja>mid); /minad-da> ibi/
berupa FP (prep+N) yaitu charfu jar dan majru>r; dan /fi> thalabihi/ berupa FP
(prep+N) yaitu charfu jar dan majru>r.
Fungsi kalimat tersebut yaitu verba /dara>/ berfungsi sebagai P, dhami>r
muttashil /tu/ berfungsi sebagai S, /al-majda/ berfungsi sebagai O1, dan /qari>ban/
sebagai O2, dan /minad-da> ibi fi> thalabihi/ sebagai K.
Klausa /daraitu/ pada kalimat tersebut merupakan verba berbentuk
polimorfemis, sebab /daraitu/ terdiri dari dua morfem yakni /dara>/ (morfem bebas)
dan dhami>r muttashil /tu/ „saya‟ (morfem terikat).
Apabila diterapkan teknik lesap pada data (4), maka akan muncul beberapa
kalimat sebagai berikut:
59
1) Ø + من الدائب ىف طلبو + قريبا + اجملد + ت K O2/N O1/N S/Pron
من الدائب ىف طلبو + قريبا + اجملد + Ø + دري (2K O2/N O1/N P/V
من الدائب ىف طلبو + قريبا + Ø + ت +دري (3K O2/N S/Pron+ P/V
من الدائب ىف طلبو + Ø + اجملد + ت + دري (4K O1/N S/Pron+ P/V
Hasil proses pelesapan satuan lingual pada kalimat (4) di atas, apabila verba /dara>/ dihilangkan maka kalimatnya tidak mempunyai verba bervalensi tiga. Jika
bentuk verba dilesapkan, maka kalimat tidak gramatikal. Selanjutnya, jika yang
dilesapkan salah satu dari valensinya, maka struktur kalimat menjadi seperti
kalimat (2), (3), dan (4). Hasil dari pelesapan S dan O yang merupakan bagian
dari fungsi kalimat, akan menghasilkan kalimat yang tidak berterima atau tidak
gramatikal. Kalimat (2) di atas tidak gramatikal, karena dalam kalimat tersebut
informasi maknanya belum jelas. Hal ini dilihat dari verba /dara>/ ada unsur yang
belum jelas, yakni siapa yang yakin (bahwa) kemuliaan itu dekat dengan orang
yang berusaha dalam mencarinya. Begitu juga kalimat ke (3) dan (4) masih ada
unsur yang belum jelas, yakni dhami>r muttashil /tu/ „saya‟ yakin terhadap apa. Di
sini sudah terlihat bahwa verba /dara>/ mempunyai tiga valensi yakni, dhami>r
muttashil /tu/, /al-majda/, dan /qari>ban/.
Verba bervalensi tiga zhanna wa akhwa>tuha> pada data (4) adalah /dara>/,
berlaku juga untuk semua turunan dari verba tersebut. Turunan verba /<dara/ درى
yaitu ,/dira>yatan/ دراية ,/<yadri/ درىي ,/da>rin/ دار madriyyun/, dan/ مدرى /adri/ ادرى
(Munawwir, 1997: 401).
60
إني ظن نت أني مالق حسابي و (5/Inni> zhanantu anni> mula>qin chisa>biyah/
„Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menerima
perhitungan terhadap diriku‟ [Q.S. Al-Cha>qqah (69): 20 (Barakat, 2008: 128)]
Data (5) ini menggunakan kalimat verbal (jumlah fi’liyah) dengan dicirikan
awal kalimat berupa verba perfek (fi’l ma>dhi>). Kalimat ini akan dianalisis
menggunakan teknik bagi unsur langsung (BUL), sebagai berikut:
Bentuk verba /zhanna/ berdasarkan bunyi asal belum mendapatkan imbuhan
(fi’l mujarrad). Berdasarkan huruf „illat, verba tersebut huruf-hurufnya bukan
berupa huruf „illat (fi’l shachi>h). Kata kerja penyusun huruf aslinya berupa dua
huruf yang sejenis yaitu /nun/ tapi bukan tambahan (mudha’af tsulatsiy>).
Verba ظن /zhanna/ ‘yakin‟ asalnya ظنن /zhanana/ mengikuti pola kata kerja
triliteral tsula>tsi> mujarrad ل ع ف ا - ل ع ف ي - ل ع ف /fa’ala-yaf’ulu-uf’ul/ yaitu /zhanna-
yazhunnu-zhunna/ (Munawwir, 1997: 883). Huruf /zha‟/ disebut fa’ fi’l, /ra‟/
disebut ‘ain fi’l, dan /ya‟/ disebut lam fi’l. Verba /zhanna/ bertemu dengan dhami>r
muttashil /tu/, sehingga lam fi’l dibaca atau ditandai dengan sukun menjadi ظن نت /
zhanantu/.
Selanjutnya, peneliti akan memfokuskan meneliti struktur klausa yang
mengandung verba valensi zhanna wa akhwa>tuha>, sehingga dapat diketahui
unsur-unsur yang terdapat pada data (5) ini, sebagai berikut:
5. Inni> zhanantu anni> mula>qin chisa>biyah „Sesungguh
-nya‟
„aku yakin‟ „sesungguh
-nya aku‟
„menemui
‟
„hisab‟
Kategori
dan Trans.
Linier
Ism Inna +
N Pron1st
sing.
V perf
mudha>’af Pron1
st sing
Ism Inna +
N Pron1st
sing.
N indef.
Nom.
N indef.
Nom.
Fungsi S P (S+P) O1 O2
Peran Agentif Aktif Objektif
„Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui
hisab terhadap diriku‟
61
حسابيو +مالق + أني + ت +ظنن O2 O1/Pron S/Pron+P/V
Adapun kategori yang menempati unsur pembentuk kalimat tersebut adalah
/zhanna/ „yakin‟ berupa V; dhami>r muttashil /tu/ berupa Pron yang menunjukkan
orang pertama (mutakallim wachdah); /anni>/ berupa ism inna + Pron yang
menunjukkan orang pertama (mutakallim wachdah); /mula>qin/ berupa N yang
termasuk pada ism yang memiliki asal kata (isim musytaq jenis ism fa>’il); dan
/chisa>biyah/ berupa N yang termasuk pada ism yang tidak memiliki asal kata (ism
ja>mid).
Fungsi kalimat di atas yaitu verba /zhanna/ berfungsi sebagai P, dhami>r
muttashil /tu/ berfungsi sebagai S, /anni>/ berfungsi sebagai O1 yang berupa
khabar jumlah [P berupa kalimat nominatif (jumlah ismiyah)], dan /mula>qin
chisa>biyah/ sebagai O2.
Klausa /zhanantu/ pada kalimat tersebut merupakan verba berbentuk
polimorfemis, sebab /zhanantu/ terdiri dari dua morfem yakni /zhanan/ (morfem
bebas) dan dhami>r muttashil /tu/ „saya‟ (morfem terikat).
Apabila diterapkan teknik lesap pada data (5), maka akan muncul beberapa
kalimat sebagai berikut:
1) Ø + حسابيو +مالق + أني + ت O2/N O1/ism inna+ Pron S/Pron
حسابيو +مالق + أني + Ø + ظنن (2 O2/N O1/ism inna+ Pron P/V
حسابيو +مالق + Ø + ت +ظنن (3O2/N S/ Pron+ P/V
Ø + أني + ت +ظنن (4O1/ism inna+ Pron S/Pron+ P/V
62
Hasil proses pelesapan satuan lingual pada kalimat (5) di atas, apabila verba /zhanna/ dilesapkan, maka kalimatnya tidak mempunyai verba bervalensi tiga. Hal
ini menyebabkan kalimat tidak gramatikal/ tidak berterima. Selanjutnya, jika yang
dilesapkan salah satu dari valensinya, maka struktur kalimat menjadi seperti
kalimat (2), (3), dan (4). Hasil dari pelesapan S dan O yang merupakan bagian
dari fungsi kalimat, akan menghasilkan kalimat yang tidak berterima atau tidak
gramatikal. Kalimat (2) di atas tidak gramatikal, karena dalam kalimat tersebut
informasi maknanya belum jelas. Hal ini dilihat dari verba /zhanna/ ada unsur
yang belum jelas, yakni siapa yang meyakini akan menemui hisab. Begitu juga
kalimat ke (3) dan (4) masih ada unsur yang belum jelas, yakni dhami>r muttashil
/tu/ yakin terhadap apa. Berdasarkan analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa
verba /zhanna/ mempunyai tiga valensi yakni, dhami>r muttashil /tu/, /anni>/, dan /mula>qin chisa>biyah/.
Verba bervalensi tiga zhanna wa akhwa>tuha> pada data (5) adalah ظن /zhanna/ „yakin‟, berlaku juga untuk semua turunan dari verba tersebut. Turunan
verba ظن /zhanna/ yaitu ظان ,/zhannan/ ظنا ,/yazhunnu/ ظن ي /zha>nnun/, ظنام /mazhunnan/ dan ظن /zhunna/ (Munawwir, 1997: 883).
1.2. Bentuk dan Fungsi Kata Kerja yang Menunjukkan Makna Dugaan
(Af’a>lul-Qulu>b Ma’na>hu A’r-rujcha>n)
ظن الطيار النهر قناة (1
/zhanna a’th-thaya>ru a’n-nahra qana>tan/
„Penerbang menganggap sungai sebagai terusan (anak sungai)‟
(Hasan, 2008: 7)
Kalimat tersebut dalam bahasa Arab menggunakan kalimat verbal (jumlah
fi’liyah) karena diawali dengan menggunakan fi’l (kata kerja). Verba yang
63
digunakan adalah verba perfek yang menunjukkan kala lampau. Kalimat ini, jika
dianalisis berdasarkan teknik bagi unsur langsung (BUL), fungsi dan kategori
unsur-unsur pengisi pada kalimat di atas adalah sebagai berikut:
1. Zhanna A’th-thaya>ru A’n-nahra qana>tan „menganggap‟ „penerbang‟ „sungai‟ „terusan (anak
sungai)‟
Kategori dan
Trans. Linier
V perf Pron 3st N def. nom N def. acc N indef. acc
Fungsi P S O1 O2
Peran Aktif Agentif Objektif
„Penerbang menganggap sungai sebagai terusan (anak sungai)‟
Bentuk verba /zhanna/ berdasarkan bunyi asal belum mendapatkan imbuhan
(fi’l mujarrad). Berdasarkan huruf „illat, verba tersebut huruf-hurufnya bukan
berupa huruf „illat (fi’l shachi>h). Kata kerja penyusun huruf aslinya berupa dua
huruf yang sejenis yaitu /nun/ tapi bukan tambahan (mudha’af tsulatsi>).
Verba ظن /zhanna/ ‘yakin‟ asalnya ظنن /zhanana/ mengikuti pola kata kerja
triliteral tsula>tsi> mujarrad ل ع ف ا - ل ع ف ي - ل ع ف /fa’ala-yaf’ulu-uf’ul/ yaitu /zhanna-
yazhunnu-zhunna/ (Munawwir, 1997: 883). Huruf /zha‟/ disebut fa’ fi’l, /ra‟/
disebut ‘ain fi’l, dan /ya‟/ disebut lam fi’l.
Adapun kategori yang menempati unsur pembentuk kalimat tersebut adalah
/zhanna/ „yakin‟ berupa V; /a’th-thaya>ru/ berupa N yang menunjukkan tunggal
(ism mufrad) dan termasuk pada ism yang tidak memiliki asal kata (ism ja>mid);
/an-nahra/ berupa N yang menunjukkan tunggal (ism mufrad) dan termasuk pada
ism yang tidak memiliki asal kata (ism ja>mid); dan /qana>tan/ berupa N yang
termasuk ism yang tidak memiliki asal kata (ism ja>mid).
Fungsi kalimat di atas yaitu verba /zhanna/ berfungsi sebagai P, /a’th-
thaya>ru/ berfungsi sebagai S, /a’n-nahra/ berfungsi sebagai O1, dan /qana>tan/
sebagai O2.
64
Klausa /zhanna a’th-thaya>ru/ menggunakan verba monomorfemik. Masing-
masing morfem dapat berdiri sendiri, yaitu /zhanna/ dan /a’th-thaya>ru/.
Apabila diterapkan teknik lesap pada data (1), maka kalimat menjadi:
1) Ø + قناة + النهر + الطيار O2/N O1/N S/N
قناة + Ø + الطيار + ظن (2O2/N S/N P/V
Ø + النهر + الطيار + ظن (3O1/N S/N P/V
Hasil proses pelesapan satuan lingual di atas, apabila verba /zhanna/
dilesapkan maka kalimatnya tidak mempunyai verba valensi, sehingga kalimat
tidak gramatikal. Selanjutnya, jika yang dilesapkan salah satu dari valensinya,
maka struktur kalimat menjadi seperti kalimat (2) dan (3). Hasil pelesapan O1 dan
O2 yang merupakan bagian dari fungsi kalimat di atas menghasilkan kalimat yang
tidak berterima atau tidak gramatikal, seperti kalimat (2) dan (3) di atas tidak
gramatikal, karena dalam kalimat tersebut informasi maknanya belum jelas. Hal
ini dilihat dari verba /zhanna/ ada unsur yang belum jelas, yakni /ath-thaya>ru/
menganggap apa. Selain itu, verba zhanna tersebut memiliki dua objek. Jika salah
satu objek dilesapkan maka verba tersebut belum memenuhi valensi yang
seharusnya hadir di sekitar verba.
Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa verba /zhanna/
mempunyai tiga valensi yakni, /ath-thaya>ru/, /an-nahra/, dan /qana>tan/.
Verba bervalensi tiga zhanna wa akhwa>tuha> pada data (1) adalah ظن /zhanna/ „menganggap‟, berlaku juga untuk semua turunan dari verba tersebut.
65
Turunan verba ظن /zhanna/ yaitu ظان ,/zhannan/ ظنا ,/yazhunnu/ ظن ي /zha>nnun/, ظنام /mazhunnan/ dan ظن /zhunna/ (Munawwir, 1997: 883).
خلت زيد اخاك (2/Khiltu zaidan akha>ka/ „Aku diduga Zaid (sebagai) saudaramu‟ (Ibnu „Aqil, 1980: 33)
Data (2) ini menggunakan kalimat verbal (jumlah fi’liyah) dengan dicirikan
awal kalimat berupa verba perfek (fi’l ma>dhi>). Kalimat ini akan dianalisis
menggunakan teknik bagi unsur langsung (BUL), sebagai berikut:
Bentuk verba /kha>la/ tersusun dari bunyi asal dan belum mendapatkan
imbuhan (fi’l mujarrad). Berdasarkan huruf „illat-nya, verba tersebut salah satu
hurufnya berupa huruf „illat (fi’l mu’ta>l). Kata kerja tersebut lam fi’l-nya berupa
ya‟ (ajwa>f ya>i>).
Verba /kha>la/ ‘menduga‟ asalnya خيل /khayala/ mengikuti pola kata kerja
triliteral tsula>tsi> mujarrad ل ع ف ا – ل ع ف ي – ل ع ف /fa’ala-yaf’alu-if’al/ yaitu /kha>la-
yakha>lu-khal/ (Munawwir, 1997: 380). Huruf /kha‟/ disebut fa’ fi’l, /wawu/
disebut ‘ain fi’l, dan /lam/ disebut lam fi’l. Verba /kha>la/ mendapat imbuhan
dhami>r muttashil /tu/, sehingga lam fi’l dibaca atau ditandai dengan sukun,
kemudian fa’ fi’l dibaca kasrah menjadi خلت /khiltu/ seperti halnya verba /kha>fa/
2. Khiltu Zaidan akha>ka „saya menduga‟ Zaid „saudaramu‟
Kategori dan
Trans. Linier V perf ajwaf ya>i> +
Pron1st sing.
N indef. acc. N md acc. + Pron 2nd
sing.
Fungsi P + S O1 O2
Peran P (aktif) dan S
(Agentif)
Objektif
Arti „saya menduga (bahwa) Zaid saudaramu‟
66
jika mendapat imbuhan dhami>r muttashil /tu/ fa’ fi’l dibaca kasrah juga menjadi
/khiftu/.
Kategori yang menempati unsur pembentuk kalimat tersebut adalah /kha>la/
berupa V, dhami>r muttashil /tu/ berupa Pron yang menunjukkan orang pertama
(mutakallim wachdah), /zaidan/ berupa N yang menunjukkan makna tunggal (ism
mufrad) dan termasuk pada ism yang tidak memiliki asal kata (ism ja>mid), dan
/akha>ka/ berupa FN yaitu salah satu asma>’ul-khamsah /akhun/ + dhami>r muttashil
anta /ka/ yang menunjukkan orang kedua (mufrad mudzakkar mukha>tab).
Fungsi kalimat di atas adalah verba /kha>la/ berfungsi sebagai P, dhami>r
muttashil /tu/ berfungsi sebagai S, /zaidan/ berfungsi sebagai O1, dan /akha>ka/
sebagai O2.
Klausa /khiltu/ pada kalimat tersebut merupakan verba berbentuk
polimorfemis, sebab /khiltu/ terdiri dari dua morfem yakni /khil/ (morfem bebas)
dan dhami>r muttashil /tu/ (morfem terikat).
Apabila diterapkan teknik lesap pada data (2), maka akan muncul beberapa
kalimat sebagai berikut:
1) Ø + اكاخ + ا زيد + ت O2/N O1/N S/Pron
اكاخ + ا زيد + Ø+ ل خ (2 O2/N O1/N P/V
اكاخ + Ø + ت + ل خ (3 O2/N S/N + P/V
Ø + ازيد + ت + ل خ (4O1/N S/N + P/V
Hasil proses pelesapan satuan lingual pada data (2) di atas, apabila verba /kha>la/ dilesapkan, maka kalimatnya tidak mempunyai verba bervalensi tiga. Hal
67
ini menyebabkan kalimat tidak gramatikal/ tidak berterima. Selanjutnya, jika yang
dilesapkan salah satu dari valensinya, maka struktur kalimat menjadi seperti
kalimat (2), (3), dan (4). Hasil dari pelesapan S dan O yang merupakan bagian
dari fungsi kalimat, akan menghasilkan kalimat yang tidak berterima atau tidak
gramatikal. Kalimat (2) di atas tidak gramatikal, karena dalam kalimat tersebut
informasi maknanya belum jelas. Hal ini dilihat dari verba /kha>la/ ada unsur yang
belum jelas, yakni siapa yang diduga sebagai saudara Zaid. Begitu juga kalimat ke
(3) dan (4) masih ada unsur yang belum jelas, yakni dhami>r muttashil /tu/ diduga
sebagai siapa.
Berdasarkan analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa verba /kha>la/
mempunyai tiga valensi yakni, dhami>r muttashil /tu/ ‘saya‟, /zaidan/, dan /akha>ka/
„saudaramu‟
Verba bervalensi tiga zhanna wa akhwa>tuha> pada data (2) yakni, لاخ /kha>la/
berlaku juga untuk semua turunan dari fi’l (verba) tersebut. Turunan verba لاخ /kha>la>/ yaitu لة ,/yakha>lu/ ال ي ,/khailatan/ خي خائل ,/makha>latan/ الة م /khai>lun/, ميل
/makhi>lun/, dan خل /khal/ (Munawwir, 1997: 380).
زعمت املالينة مرغوبة ىف مواطن (3/za’amtu al-mala>yinata marghu>batan fi> mawa>thina/
„Saya menduga keramahan itu dikehendaki di beberapa tempat tinggal’
(Hasan, 2008: 5)
Kalimat tersebut dalam bahasa Arab menggunakan kalimat verbal (jumlah
fi’liyah) dengan diawali verba perfek (fi’l ma>dhi>) yang menunjukkan kala lampau.
Kalimat ini, jika dianalisis berdasarkan teknik bagi unsur langsung (BUL),
sebagai berikut:
68
3. za’amtu al-mala>yinata marghu>batan fi> mawa>thina „Saya
menduga‟
„keramahan
itu‟
„dikehendaki’ „di berbagai
tempat tinggal’
Kategori dan
Trans. Linier
V perf Pron
1st
N def. acc. N indef. acc Prep. gen. pl
Fungsi P + S O1 O2 K
Peran P (aktif) dan
S (Agentif)
Objektif Tempat
„Saya menduga keramahan itu dikehendaki di beberapa tempat
tinggal’
Bentuk verba /za’ama/ pada kalimat di atas tersusun dari bunyi asal dan
belum mendapatkan imbuhan (fi’l mujarrad). Berdasarkan huruf „illat-nya, verba
tersebut huruf-hurufnya bukan berupa huruf „illat (fi’l shachi>h), bukan pula
berupa hamzah ataupun dua huruf yang sejenis (sa>lim).
Verba /za’ama/ mengikuti pola kata kerja triliteral tsula>tsi> mujarrad ل ع ف – ل ع اف – ل ع ف ي /fa’ala-yaf’alu-uf’ul/ yaitu /za‟ama-yaz‟amu-iz‟am/ (Munawwir,
1997:571). Huruf /za‟/ disebut fa’ fi’l, /‟ain/ disebut ‘ain fi’l, dan /mim/ disebut
lam fi’l. Verba /za’ama/ mendapat imbuhan dhami>r muttashil /tu/, sehingga lam
fi’l dibaca atau ditandai dengan sukun menjadi زعمت /za’amtu/.
Kategori yang menempati unsur pembentuk kalimat di atas adalah /za’ama/
berupa V, dhami>r muttashil /tu/ berupa Pron yang menunjukkan orang pertama
(mutakallim wachdah); /al-mala>yinata/ berupa N yang menunjukkan makna
jamak dan termasuk pada ism yang memiliki asal kata (isim musytaq jenis ism
maf’u>l); /marghu>batan/ berupa N yang termasuk pada ism yang memiliki asal kata
(isim musytaq jenis ism maf’u>l); dan /fi> mawa>thina/ berupa Prep+N yang terdiri
dari charfu jar dan majru>r.
Fungsi kalimat di atas terdiri dari verba /za’ama/ berfungsi sebagai P,
dhami>r muttashil /tu/ berfungsi sebagai S, /al-mala>yinata/ berfungsi sebagai O1,
/marghu>batan/ sebagai O2, dan /fi> mawa>thina/ sebagai K.
69
Klausa /za’amtu/ pada kalimat tersebut merupakan verba berbentuk
polimorfemis, sebab /za’amtu/ terdiri dari dua morfem yakni /za’am/ (morfem
bebas) dan dhami>r muttashil /tu/ (morfem terikat).
Apabila diterapkan teknik lesap pada data (3), maka akan muncul beberapa
kalimat sebagai berikut:
1) Ø + ىف مواطن + مرغوبة + املالينة + ت K O2/N O1/N S/Pron
ىف مواطن + مرغوبة + املالينة + Ø + زعم (2K O2/N O1/N P/V
ىف مواطن + مرغوبة + Ø + ت +زعم (3K O2/N S/Pron+P/V
ىف مواطن + Ø + املالينة + ت +زعم (4K O1/N S/Pron+P/V
Ø + مرغوبة + املالينة + ت +زعم (5O2/N O1/N S/Pron+P/V
Hasil proses pelesapan satuan lingual pada kalimat (3) di atas, apabila verba /za’ama/ dilesapkan, maka kalimatnya tidak mempunyai verba bervalensi tiga.
Hal ini menyebabkan kalimat tidak gramatikal/ tidak berterima. Selanjutnya, jika
yang dilesapkan salah satu dari valensinya, maka struktur kalimat menjadi seperti
kalimat (2), (3), dan (4). Hasil dari pelesapan S dan O yang merupakan bagian
dari fungsi kalimat, akan menghasilkan kalimat yang tidak berterima atau tidak
gramatikal. Kalimat (2) di atas tidak gramatikal, karena dalam kalimat tersebut
informasi maknanya belum jelas. Hal ini dilihat dari verba /za’ama/ ada unsur
yang belum jelas, yakni siapa yang menduga bahwa keramahan itu dikehendaki di
beberapa tempat tinggal. Begitu juga kalimat ke (3) dan (4) masih ada unsur yang
belum jelas, yakni dhami>r muttashil /tu/ menduga tentang hal apa.
70
Berdasarkan analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa verba /za’ama/
mempunyai tiga valensi yakni, dhami>r /tu/ ‘saya‟, /al-mala>niyata/, /marghu>batan/,
dan /fi> mawa>thina/.
Verba bervalensi tiga zhanna wa akhwa>tuha> pada data (3) yakni, /za’ama/
berlaku juga untuk semua turunan dari (verba) tersebut. Turunan verba /za’ama/
yaitu زاعم ,/za’man/ زعما ,/yaz’amu/ زعم ي /za>’imun/, مزعوم /maz’u>mun/, ازعم /iz’am/
(Munawwir, 1997: 571).
أم حسبت أن أصحاب الكهف والرقيم كانوا من آياتنا عجبا (4/Am chasibta anna ashcha>bal-kahfi wa’r-raqi>mi ka>nu> min a>ya>tina> 'ajaban/
„Atau kamu mengira, bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang
mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami
yang mengherankan‟
[Q.S.Al-Kahfi (18): 9 (Barakat, 2007: 34)]
Kalimat tersebut dalam bahasa Arab menggunakan kalimat verbal (jumlah
fi’liyyah) dengan diawali verba perfek (fi’l ma>dhi>). Kalimat ini, jika dianalisis
berdasarkan teknik bagi unsur langsung (BUL), sebagai berikut:
4. Am chasibta
anna ashcha>bal-
kahfi
Wa’r-raqi>mi ka>nu> min a>ya>tina
'ajaban
„Atau
kamu
mengira‟
„(bahwa)
orang-orang
yang
mendiami
gua
dan (yang
mempunyai)
raqim itu‟
„mereka‟ termasuk
tanda-
tanda
kekuasaa
n Kami‟
„menghe
-rankan‟
Kategori
dan
Trans.
Linier
Part + V
perf Pron
2nd
ism inna FN
(N md acc. +
N mdi gen.)
part + N def.
gen. Ism ka>na
+ N Pron
3rd
Prep + N
md gen.
pl + Pron
1st mdi
N indef.
acc.
Fungsi P + S O O
O1 O2 P
Peran
P (aktif)
dan S
(Agentif)
Objektif Objektif
„Atau kamu mengira, bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang
mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang
71
mengherankan‟
Bentuk /chasiba/ tersusun dari bunyi asal dan belum mendapatkan imbuhan
(fi’l mujarrad). Berdasarkan huruf „illat, huruf-hurufnya bukan berupa huruf „illat
(fi’l shachi>h), bukan pula berupa hamzah ataupun dua huruf yang sejenis (sa>lim).
Verba حسب /chasiba/ mengikuti pola kata kerja triliteral tsula>tsi> mujarrad
ل ع اف – ل ع ف ي – ل ع ف /fa’ila-yaf’alu-if’al/ yaitu /chasiba-yachsabu-ichsab/ (Munawwir,
1997: 261). Huruf /za‟/ disebut fa’ fi’l, /‟ain/ disebut ‘ain fi’l, dan /mim/ disebut
lam fi’l. Verba /chasiba/ mendapat imbuhan dhami>r muttashil /ta/, sehingga lam
fi’l dibaca atau ditandai dengan sukun menjadi حسبت /chasibta/ „saya menduga‟.
Kategori yang menempati unsur pembentuk kalimat tersebut adalah
/chasiba/ „mengira‟ berupa V; dhami>r muttashil anta /ta/ berupa berupa Pron yang
menunjukkan orang kedua (mufrad mudzakkar mukha>tab); /anna ashcha>bal-kahfi/
berupa N (ism inna) + FN yaitu idha>fah; /wa’r-raqi>mi/ berupa part+N yang
menunjukkan makna tunggal (ism mufrad); /ka>nu>/ berupa ism ka>na + Pron yang
menunjukkan orang ketiga (jama’ mudzakkar gha>ib), /min a>ya>tina>/ berupa part
yaitu charfu jar + N yang menunjuukan makna jamak + Pron yang menunjukkan
orang pertama (mutakallim ma’al-ghair); dan /‘ajaban/ berupa N yang
menunjukkan makna tunggal (ism mufrad) dan termasuk pada ism yang tidak
memiliki asal kata (ism ja>mid).
Fungsi kalimat di atas terdiri dari verba /chasiba/ berfungsi sebagai P,
dhami>r muttashil /ta/ berfungsi sebagai S, /anna ashcha>bal-kahfi wa’r-raqi>mi/
berfungsi sebagai O1 , dan /ka>nu> min a>ya>tina> ‘ajaban/ sebagai O2.
Klausa /chasibta/ pada kalimat tersebut merupakan verba berbentuk
polimorfemis, sebab /chasibta/ terdiri dari dua morfem yakni /chasib/ (morfem
bebas) dan dhami>r muttashil /ta/ (morfem terikat).
72
Apabila diterapkan teknik lesap pada data (4), maka akan muncul beberapa
kalimat sebagai berikut:
عجبا +كانوا من آياتنا + أن أصحاب الكهف والرقيم +ت +Ø أم (1
O2/N O1/N S/Pron
عجبا +كانوا من آياتنا +أن أصحاب الكهف والرقيم + + Øأم حسب (2O2/N O1/N P/V
عجبا +كانوا من آياتنا + Ø + أم حسبت (3
O2/N S/Pron+P/V
Ø+ أن أصحاب الكهف والرقيم + أم حسبت (4O1/N S/Pron+P/V
Hasil proses pelesapan satuan lingual pada kalimat (4) di atas, apabila verba /chasiba/ dilesapkan, maka kalimatnya tidak mempunyai verba bervalensi tiga.
Hal ini menyebabkan kalimat tidak gramatikal/ tidak berterima. Selanjutnya, jika
yang dilesapkan salah satu dari valensinya, maka struktur kalimat menjadi seperti
kalimat (2), (3), dan (4). Hasil dari pelesapan S dan O yang merupakan bagian
dari fungsi kalimat, akan menghasilkan kalimat yang tidak berterima atau tidak
gramatikal. Kalimat (2) di atas tidak gramatikal, karena dalam kalimat tersebut
informasi maknanya belum jelas. Hal ini dilihat dari verba /chasiba/ ada unsur
yang belum jelas, yakni siapa yang mengira bahwa orang-orang yang mendiami
gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan
Allah yang mengherankan. Begitu juga kalimat ke (3) dan (4) masih ada unsur
yang belum jelas, yakni dhami>r muttashil /ta/ mengira tentang hal apa.
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa verba /chasiba/
mempunyai tiga valensi yakni, dhami>r muttashil anta /ta/, /anna ashcha>bal kahfi
war-raqi>mi/ dan /ka>nu> min a>ya>tina> ‘ajaban/.
73
Verba bervalensi tiga zhanna wa akhwa>tuha> pada data (4) yakni, حسب /chasiba/ berlaku juga untuk semua turunan dari verba tersebut. Turunan
verba حسب /chasiba/ yaitu ,/chusba>nan/ حسبانا ,/yachsabu/ سب ي سبة حم /machsabatan/, حاسب /cha>sibun/, حمسوب /machsu>bun/, احسب /ichsab/ (Munawwir,
1997: 261).
وجعلوا المالئكة الذين ىم عباد الرحن إناثا (5/Wa ja'alu> al-mala> ikata al-ladzi>na hum 'iba>du’r-rahma>ni inaa>tsan/ „Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat, yang mereka itu adalah
hamba-hamba Allah yang Maha Pemurah (sebagai) perempuan‟ [Q.S. Az-Zukhruf:19 (Hasan, 2008: 8; Ibnu „Aqil, 1980: 39; Barakat,
2007: 131)]
Kalimat tersebut menggunakan kalimat verbal (jumlah fi’liyah) dengan
diawali verba perfek (fi’l ma>dhi>). Kalimat ini, jika dianalisis berdasarkan teknik
bagi unsur langsung (BUL), sebagai berikut:
5. Wa ja'alu> al-mala> ikata
al-ladzi>na
hum 'iba>du’r-rahma>ni inaa>tsan
„Dan
mereka
menjadikan‟
„malaikat-
malaikat‟
„yang‟ „mereka
itu
adalah‟
„hamba-hamba
Allah yang
Maha Pemurah‟
„(sebagai)
perempua
n‟
Kategori
dan Trans.
Linier
Part + V
perf Pron
3rd
N def. acc.
ms
A Prep. Pron 3rd
N md nom. Pl +
N mdi gen
N indef.
acc.
Fungsi P + S O1 K O2
Peran P (aktif) dan
S (Agentif)
Objektif Objektif
„Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat, yang mereka itu adalah hamba-
hamba Allah yang Maha Pemurah (sebagai) perempuan‟
Bentuk verba /ja’ala/ tersusun dari bunyi asal dan belum mendapatkan
imbuhan (fi’l mujarrad). Berdasarkan huruf „illat, verba tersebut huruf-hurufnya
bukan berupa huruf „illat (fi’l shachi>h), bukan pula berupa hamzah ataupun dua
huruf yang sejenis (sa>lim).
74
Verba /ja’ala/ mengikuti pola kata kerja triliteral tsula>tsi> mujarrad ل ع ف ي – ل ع ف ل ع ف ا – /fa’ala-yaf’alu-if’al/ yaitu /ja‟ala-yaj‟alu-ij‟al/ (Munawwir, 1997: 196).
Huruf /jim/ disebut fa’ fi’l, /„ain/ disebut ‘ain fi’l, dan /lam/ disebut lam fi’l.
Verba /ja’ala/ mendapat imbuhan dhami>r mustatir /hum/, sehingga lam fi’l
dibaca dhammah dan mendapatkan tambahan huruf /wawu/ dan /alif/ menjadi جعلوا /ja’alu>/. Verba /ja‟ala/ ini mempunyai makna /i‟taqada/ sehingga termasuk dalam
/af’a>lul-qu>lu>b/.
Kategori yang menempati unsur pembentuk kalimat tersebut adalah /ja’ala/
berupa V; dhami>r mustatir hum berupa Pron yang menunjukkan orang ketiga
(jama’ mudzakkar gha>ib); /al-mala> ikata/ berupa N yang menunjukkan makna
jamak dan berupa ism yang mempunyai asal kata (ism musytaq jenis ism maf’u>l); /al-ladzi>na hum 'iba>du’r-rahma>ni/ berupa Prep yaitu ism maushu>l yang digunakan
untuk menghubungkan ism jama’ + Pron yang menunjukkan orang ketiga (jama’
mudzakkar gha>ib) + FN yaitu idha>fah; dan /inaa>tsan/ berupa N yang
menunjukkan makna jamak dan berupa ism yang tidak memiliki asal kata (ism
ja>mid).
Fungsi kalimat di atas adalah verba /ja’ala/ berfungsi sebagai P, dhami>r
mustatir /hum/, berfungsi sebagai S, /al-mala> ikata/ berfungsi sebagai O1, /al-
ladzi>na hum 'iba>du’r-rahma>ni/ sebagai sifat dari O1, dan /inaa>tsan/ sebagai O2.
Klausa /ja’alu>/ pada kalimat tersebut merupakan verba berbentuk
polimorfemis, sebab /ja’alu>/ terdiri dari dua morfem yakni /ja’alu>/ (morfem bebas)
dan dhami>r mustatir hum (morfem terikat).
Apabila diterapkan teknik lesap pada data (5), maka akan muncul beberapa
kalimat sebagai berikut:
إناثا + الذين ىم عباد الرحن + المالئكة + + Øو (1O2/N K/prep+N+N+N O1/N
75
إناثا + الذين ىم عباد الرحن + Ø + جعلوا و (2 O2/N K S/Pron+P/V
إناثا + Ø + المالئكة + جعلوا و (3O2/N O1/N S/Pron+P/V
Ø + الذين ىم عباد الرحن +المالئكة + جعلوا و (4K O1/N S/Pron+P/V
Hasil proses pelesapan satuan lingual pada kalimat (5) di atas, apabila verba /ja’alu>/ dilesapkan, maka kalimatnya tidak mempunyai verba bervalensi tiga dan
pelaku (S). Hal ini menyebabkan kalimat tidak gramatikal/ tidak berterima. Verba
/ja’ala/ ada unsur yang belum jelas, yakni siapa yang menjadikan malaikat-
malaikat, yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah yang Maha Pemurah
(sebagai) perempuan. Selanjutnya, jika yang dilesapkan salah satu dari valensinya,
maka struktur kalimat menjadi seperti kalimat (2), (3), dan (4). Hasil dari
pelesapan O yang merupakan bagian dari fungsi kalimat, akan menghasilkan
kalimat yang tidak berterima atau tidak gramatikal. Kalimat ke (2), (3), dan (4)
terdapat unsur yang belum jelas, yakni dhami>r mustatir /hum/ „mereka (lk)‟
menjadikan malaikat-malaikat sebagai apa.
Berdasarkan analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa verba /ja’ala/
mempunyai tiga valensi yakni, dhami>r mustatir /hum/, /al-mala>´ikata/, /al-ladzi>na
hum 'iba>du’r-rahma>ni/, dan /inaa>tsan/.
Verba bervalensi tiga zhanna wa akhwa>tuha> pada data (5) yakni, جعل /ja’ala/
berlaku juga untuk semua turunan dari verba tersebut. Turunan verba جعل /ja’ala/
„meyakini‟ yaitu ,/ja’lan/ جعال ,/yaj’alu/ عل جي جاعل ,/maj’alan/ معال /ja>’ilun/, معول
/maj’u>lun/, اجعل /ij’al/ (Munawwir, 1997: 196).
76
ول شريكك ىف الغن ولكنما المول شريكك ىف العدم (6 فال ت عدد امل
/fa la> ta’dud al-maula> syari>kaka fil-ghina> wa lakinnama> al-maula>
syari>kaka fil-‘adami/
„Janganlah kamu menganggap orang yang menolongmu pada saat kaya
sebagai temanmu, tetapi temanmu yang sesungguhnya ialah orang yang
menolongmu pada saat kamu tidak berpunya‟
(Hasan, 2008: 8; Ibnu „Aqil, 1980: 37; Barakat, 2007: 133)
Kalimat tersebut dalam bahasa Arab menggunakan kalimat verbal (jumlah
fi’liyah) karena diawali dengan menggunakan verba imperfek. Peneliti akan
memfokuskan meneliti struktur klausa yang mengandung verba valensi zhanna wa
akhwa>tuha>, yaitu klausa pertama /fa la> ta’dud al-maula> syari>kaka fil-ghina>/.
Klausa ini, jika dianalisis berdasarkan teknik bagi unsur langsung (BUL), sebagai
berikut:
6. fa la> ta’dud al-maula> syari>kaka fil-ghina>
„Janganlah kamu
menganggap‟
„orang yang
menolongmu
‟
„temanmu‟ „pada saat
lapang‟
Kategori
dan Trans.
Linier
part + la nahi> + V
imperf. mudha’af
Pron 2st imper
Nom def.
acc.
FN (N acc.
md + Pron 2st
gen. mdi)
FP (Prep + N
def. gen.)
Fungsi P + S O1 O2 K
Peran P (aktif) dan
S (Agentif) Objektif waktu
„Janganlah kamu menganggap orang yang menolongmu sebagai
temanmu pada saat lapang‟
Bentuk verba /la> ta’dud/ pada kalimat di atas berupa verba imperfek (fi’l
mudha>ri’). Verba tersebut berdasarkan bunyi asal masih asli dan belum
mendapatkan imbuhan (fi’l mujarrad). Berdasarkan huruf „illat, verba tersebut
huruf-hurufnya bukan berupa huruf „illat (fi’l shachi>h). Kata kerja penyusun huruf
aslinya dua huruf yang sejenis yaitu /dal/ (mudha>’af).
Verba /’adda/ mengikuti pola kata kerja triliteral tsula>tsi> mujarrad ل ع ف ي – ل ع ف ل ع اف – /fa’ala-yaf’ulu-uf’ul/ yaitu /„adda-ya‟uddu-„udda/ (Munawwir, 1997: 303).
Huruf /„ain/ disebut fa’ fi’l, /„ain/ disebut ‘ain fi’l, dan /dal/ disebut lam fi’l.
77
Verba /‘adda/ dibentuk menjadi verba imperfek dengan dhami>r anta, /ta‟uddu/.
Kemudian didahului oleh la nahi>, sehingga lam fi’l dibaca atau ditandai dengan
sukun menjadi ال ت عدد /la> ta’dud/.
Kategori yang menempati unsur pembentuk kalimat tersebut adalah /fa la>
ta’dud/ berupa part yaitu charf fa’ + V yang menunjukkan kala sekarang atau
akan datang + Pron yang menunjukkan orang kedua (mufrad mudzakkar
mukha>thab); /al-maula>/ berupa N yang termasuk pada ism yang tidak memiliki
asal kata (ism ja>mid); dan /syari>kaka/ berupa FN terdiri dari ism + Pron yang
menunjukkan orang kedua (mufrad mudzakkar mukha>thab); dan /fil-ghina>/
berupa Prep yaitu charf jar + N yang termasuk pada ism yang tidak memiliki asal
kata (ism ja>mid).
Adapun verba /fa la> ta’dud/ dalam kalimat tersebut berfungsi sebagai S + P, /al-maula>/ berfungsi sebagai O1, dan /syari>kaka/ sebagai O2.
Apabila diterapkan teknik lesap pada data (6), maka akan muncul beberapa
kalimat sebagai berikut:
ول + Ø + فال (1 ىف الغن + شريكك + امل
K O2/FN O1/N Part
ىف الغن + شريكك + Ø + ت عدد + فال (2K O2/FN P/V+ S/Pron Part
ول + ت عدد +فال (3 ىف الغن + Ø + امل
K O1/N P/V+ S/Pron Part
Hasil proses pelesapan satuan lingual di atas, apabila kata /ta’dud/
dihilangkan maka kalimatnya tidak mempunyai verba valensi. Jika bentuk verba
dilesapkan, maka kalimat tidak gramatikal. Hal ini dilihat dari verba /ta’dud/ ada
78
unsur yang belum jelas, yakni siapa yang tidak diperbolehkan menganggap orang
yang menolong sebagai seorang teman.
Selanjutnya, jika yang dilesapkan salah satu dari valensinya yaitu O, maka
struktur kalimat menjadi seperti kalimat (3) dan (4). Hasil dari pelesapan S dan O
merupakan bagian dari fungsi kalimat di atas menghasilkan kalimat yang tidak
berterima atau tidak gramatikal. Seperti kalimat ke (3) dan (4) masih ada unsur
yang belum jelas, yakni subjek (dhami>r) /anta/ dilarang untuk menganggap siapa.
Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa verba /la> ta’dud/
mempunyai tiga valensi yakni, dhami>r /anta/, /al-maula>/, dan /syari>kaka/.
Verba bervalensi tiga zhanna wa akhwa>tuha> pada data (6) yakni, عد /‘adda/
berlaku juga untuk semua turunan dari verba tersebut. Turunan verba عد /‘adda/
yaitu ا ,/ya’uddu/ عد ي ,/addan’/ عد عائد ,/ta’da>dan/ ت عدادا /‘a>idun/, معدود /ma’du>dun/,
.udda/ (Munawwir, 1997: 303)‘ /عد
1.3. Bentuk dan Fungsi Kata Kerja yang Menunjukkan Makna Perpindahan
(Af’a>lut-Tachwi>l)
واختذ اللو إب راىيم خليال (1/...... wattakhadza Allahu Ibra>hi>ma khali>la>/ „Dan Allah mengambil Ibrahim (sebagai) kesayangan-Nya‟ [QS.An-Nisa>’ (4): 125 (Barakat, 2007: 147; Ibnu ‘Aqil, 1980: 41)]
Kalimat tersebut dalam bahasa Arab menggunakan kalimat verbal (jumlah
fi’liyah) dengan diawali verba perfek (fi’l ma>dhi>). Kalimat ini, jika dianalisis
berdasarkan teknik bagi unsur langsung (BUL), sebagai berikut:
1. wa-attakhadza
Allahu Ibra>hi>ma khali>la>
„Dan
mengambil „Allah‟ (lafzhul-
jala>lah)
„Ibrahim „(sebagai)
kesayangan-Nya‟
Kategori dan
Trans. Linier
Part + V
perf
N nom. N def.
acc.
N indef acc.
79
Fungsi P S O1 O2
Peran Aktif S (Agentif) Objektif
„Dan Allah mengambil Ibrahim (sebagai) kesayangan-Nya‟
Bentuk verba /ittakhadza/ pada kalimat di atas tersusun dari bunyi asal dan
sudah mendapatkan imbuhan (fi’l maz>id). Berdasarkan huruf „illat, verba tersebut
huruf-hurufnya bukan berupa huruf ‘illat (fi’l shachi>h). Fa’ fi’l berupa huruf
hamzah (mudha>’af).
Verba ittakhadza/ „mengambil’ asalnya adalah /i‟takhadza/ mengikuti/ اختذ
pola kata kerja triliteral tsula>tsi> mazi>d bi-charfaini ل ع ت ف ا – ل ع ت ف ي – ل ع ت ف ا /ifta’ala-
yafta’ilu-ifta’il/. Verba /ittakhadza/ berasal dari kata kerja tsula>tsi> mujarrad
/akhadza-ya‟khadzu-akhadzan/ (Munawwir, 1997: 11). Huruf /hamzah/ disebut
fa’ fi’l, /kha‟/ disebut ‘ain fi’l, dan /dzal/ disebut lam fi’l.
Verba /ittakhadza/ mabni pada wazan /wakhadza/ yang mempunyai makna
/akhadza/ „mengambil‟. Asal kata tersebut yaitu /iwtakhadza/, kemudian huruf
/wawu/ diganti menjadi huruf ta‟ mejadi /ittakhadza/. Selanjutnya, karena ada dua
huruf yang sejenis, maka ditandai dengan harakat tasydid menjadi /ittakhadza/ (al-
Ghulayaini, 2007:248).
Kategori yang menempati unsur pembentuk kalimat tersebut adalah
/ittakhadza/ berupa V; /Allahu (lafzhul jala>lah)/ berupa N; /Ibrahi>ma/ berupa N
yaitu ism ‘a>lam; dan /khali>la>/ berupa N yang menunjukkan makna tunggal dan
termasuk pada ism yang tidak memiliki asal kata (ism ja>mid).
Adapun fungsi kalimat tersebut adalah verba /ittakhadza/ berfungsi sebagai
P, /Allahu (lafzhul jala>lah)/ berfungsi sebagai S, /Ibrahi>ma/ berfungsi sebagai O1,
dan /khali>la>/ sebagai O2.
Apabila diterapkan teknik lesap pada data (1), maka akan muncul beberapa
kalimat sebagai berikut:
80
خليال + إب راىيم + اللو + Ø +و (1O2/N O1/Pron S/N P/V
خليال + Ø + اللو + واختذ (2 O2/N S/N P/V
Ø +إب راىيم + لو ال + واختذ (3 O1/Pron S/N P/V
Hasil proses pelesapan satuan lingual pada kalimat (1) di atas, apabila verba
/ittakhadza/ dilesapkan, maka kalimatnya tidak mempunyai verba bervalensi tiga.
Hal ini menyebabkan kalimat tidak gramatikal/ tidak berterima karena hanya
terdiri nomina saja. Selanjutnya, jika yang dilesapkan salah satu dari valensinya,
maka struktur kalimat menjadi seperti kalimat (2) dan (3). Hasil dari pelesapan O1
dan O2 yang merupakan bagian dari fungsi kalimat, akan menghasilkan kalimat
yang berterima namun tidak gramatikal. Kalimat (2) di atas tidak gramatikal,
karena dalam kalimat tersebut informasi maknanya belum jelas. Hal ini dilihat
dari verba /ittakhadza/ ada unsur yang belum jelas, yakni yakni Allah mengambil
apa.
Berdasarkan analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa verba اختذ /ittakhadza/mempunyai tiga valensi yakni, /Allahu (lafzhul jala>lah)/, /Ibrahi>ma/,
dan /khali>la>/.
Verba bervalensi tiga zhanna wa akhwa>tuha> pada data (1) yakni, اختذ /ittakhadza/ berlaku juga untuk semua turunan dari verba tersebut. Turunan verba
ittakhadza/ yaitu/ اختذ ,/ittikha>dzan/ اختذا ,/yattakhidzu/ تخذ ي ,/muttakhadzan/ متخذا,/muttakhidzun/ متخذ muttakhadzun/, dan/ متخذ ذ اخت /ittakhidz/.
ختذت احلرارة الثلج ماء (2/takhidzat al-chara>ratu’ts-tsalja ma>’an/
„Panas menjadikan es air‟
(Hasan, 2008: 9)
81
Kalimat tersebut dalam bahasa Arab menggunakan kalimat verbal (jumlah
fi’liyah) karena diawali dengan menggunakan verba perfek (fi’l ma>dhi>). Kalimat
ini, jika dianalisis berdasarkan teknik bagi unsur langsung (BUL), sebagai berikut:
2. Takhidzat al-chara>ratu A’ts-tsalja ma>’an „menjadikan‟ „panas‟ „es‟ „air‟
Kategori dan
Trans. Linier V perf Pron 3
rd N def. nom. N def. acc N indef. acc
Fungsi P S O1 O2
Peran Aktif S (Agentif) Objektif Objektif
„Panas menjadikan es air‟
Bentuk verba /takhidza/ pada kalimat di atas tersusun dari bunyi asal dan
belum mendapatkan imbuhan (fi’l mujarrad). Berdasarkan huruf „illat-nya, verba
tersebut huruf-hurufnya bukan berupa huruf ‘illat, hamzah, ataupun dua huruf
yang sejenis (fi’l shachi>h sa>lim).
Verba /takhidza/ mengikuti pola kata kerja triliteral tsula>tsi> mujarrad ل ع ف – ل ع ف ا – ل ع ف ي /fa’ila-yaf’alu-if’al/ (Munawwir, 1997: 130). Huruf /ta‟/ disebut fa’ fi’l,
/kha‟/ disebut ‘ain fi’l, dan /dzal/ disebut lam fi’l. Verba /takhidza/ mendapat
imbuhan dhami>r mustatir /hiya/ menjadi ختذت /takhidzat/.
Kategori yang menempati unsur pembentuk kalimat tersebut adalah /takhidzat/ berupa V, /al-chara>ratu/ berupa N yang termasuk pada ism yang tidak
memiliki asal kata (ism ja>mid); /ats-tsalja/ berupa N yang termasuk pada ism yang
tidak memiliki asal kata (ism ja>mid); dan /ma>’an/ berupa N yang menunjukkan
makna tunggal dan termasuk pada ism yang tidak memiliki asal kata (ism ja>mid).
Adapun fungsi kalimat tersebut yaitu verba /takhidza/ berfungsi sebagai P, /al-chara>ratu/ berfungsi sebagai S, /a’ts-tsalja/ berfungsi sebagai O1, dan /ma>’an/
berfungsi sebagai O2.
Apabila diterapkan teknik lesap pada data (2), maka akan muncul beberapa
kalimat sebagai berikut:
82
1) Ø + ماء + الثلج + احلرارة O2/N O1/N S/N
ماء + الثلج + Ø +ختذت (2O2/N O1/N P/V
ماء + Ø +احلرارة + ختذت (3O2/N S/N P/V
Ø + الثلج + احلرارة + ختذت (4O1/N S/N P/V
Hasil proses pelesapan satuan lingual di atas, apabila kata /takhidzat/
dihilangkan maka kalimatnya tidak mempunyai verba valensi dan kalimat tidak
gramatikal. Selanjutnya, jika yang dilesapkan salah satu dari valensinya, maka
struktur kalimat menjadi seperti kalimat (2), (3), dan (4). Hasil dari pelesapan S
dan O merupakan bagian dari fungsi kalimat di atas menghasilkan kalimat yang
tidak berterima atau tidak gramatikal, seperti kalimat (2) di atas tidak gramatikal,
karena dalam kalimat tersebut informasi maknanya belum jelas. Hal ini dilihat
dari verba /takhidzat/ ada unsur yang belum jelas, yakni siapa yang menjadikan
hal tersebut. Begitu juga kalimat ke (3) dan (4) masih ada unsur yang belum jelas,
yakni subjek /al-chara>ratu/ menjadikan apa.
Berdasarkan penjelasan di atas, sudah terlihat bahwa verba ختذ /takhidza/
mempunyai tiga valensi karena terdapat tiga argumen (S, O1, dan O2) yakni, /al-
chara>ratu/, /a’ts-tsalja/, dan /ma>’an/.
Verba bervalensi tiga zhanna wa akhwa>tuha> pada data (2) yakni, ذ خت /takhidza/ berlaku juga untuk semua turunan dari verba tersebut. Turunan verba
ذ خت /takhidza/ yaitu ,/matkhadzan/ متخذا ,/takhadzan/ ختذا ,/yatkhadzu/ تخذ ي تاخذ /ta>khidzun/, matkhu>dzun/, dan/ متخوذ اختذ /itkhadz/.
83
وت ركنا ب عضهم ي ومئذ يوج ف ب عض (3/Wa tarakna> ba'dhahum yaumaidzin yamu>ju fi> ba'dhin......../ „Kami biarkan mereka di hari (kiamat) itu bercampur aduk, antara satu
dengan yang lain‟
[Q.S. Al-Kahfi (18): 99 (Ibnu ‘Aqil, 1980: 41; Barakat, 2007: 147)]
Kalimat tersebut dalam bahasa Arab menggunakan kalimat verbal (jumlah
fi’liyyah) karena diawali dengan menggunakan verba perfek (fi’l ma>dhi>). Kalimat
pada data (3), jika dianalisis berdasarkan teknik bagi unsur langsung (BUL),
sebagai berikut:
3. Wa tarakna> ba'dhahum yaumaidzin yamu>ju fi> ba'dhin
„Dan
biarkan‟ „mereka‟
„di hari
kiamat‟
„bercampur
aduk‟
„antara satu
dengan yang
lain‟
Kategori dan
Trans. Linier
Part + V
perf Pron
3rd
FN (N acc.
md + Pron
3rd
mdi)
N acc. V imperf
Pron 3rd
Prep + N def.
gen.
Fungsi P + S O1 K1 O2
Peran S (Agentif) Objektif Objektif
„Kami biarkan mereka di hari (kiamat) itu bercampur aduk, antara satu
dengan yang lain’
Bentuk verba /taraka/ pada kalimat di atas tersusun dari bunyi asal dan
belum mendapatkan imbuhan (fi’l mujarrad). Berdasarkan huruf „illat, verba
tersebut huruf-hurufnya bukan berupa huruf ‘illat, hamzah, ataupun dua huruf
yang sejenis (fi’l shachi>h sa>lim).
Verba ت رك /taraka/ mengikuti pola kata kerja triliteral tsula>tsi> mujarrad ل ع ف – ل ع ف ا – ل ع ف ي /fa’ala-yaf’ulu-uf’ul/ yaitu /taraka-yatruku-utruk/ (Munawwir,
1997:133). Huruf /ta‟/ disebut fa’ fi’l, /ra‟/ disebut ‘ain fi’l, dan /kaf/ disebut lam
fi’l. Verba /taraka/ bertemu dengan dhami>r muttashil nahnu /na>/ sehingga lam fi’l
ditandai dengan kasrah menjadi ت ركنا /tarakna>/.
Kategori yang menempati unsur pembentuk kalimat tersebut adalah /taraka/
berupa V, dhami>r muttashil nahnu /na>/ berupa Pron yang menunjukkan orang
pertama (mutakallim ma’al-ghair), /ba'dhahum/ berupa FN yaitu ism ja>mid dan
84
Pron yang menunjukkan orang ketiga (jama’ mudzakkar gha>ib), dan /yamu>ju fi>
ba'dhin/ berupa V imperfek + Prep yaitu charfu jar + N yaitu ism ja>mid.
Adapun fungsi kalimat pada data (3) di atas, terdiri dari verba /taraka/
berfungsi sebagai P, dhami>r muttashil nahnu /na>/ berfungsi sebagai S, /ba'dhahum/ berfungsi sebagai O1, dan /yamu>ju fii ba'dhin/ merupakan klausa verbal
yang berfungsi sebagai O2 (maf’u>l tsa>ni>).
Apabila diterapkan teknik lesap pada data (3), maka akan muncul beberapa
kalimat sebagai berikut:
يوج ف ب عض + ي ومئذ + ب عضهم + نا + Ø +و (1O2/V+Prep+N K1 O1/FN S/N
يوج ف ب عض + ي ومئذ +ب عضهم + Ø + وت رك (2O2/V+Prep+N K1 O1/FN P/V
يوج ف ب عض + ي ومئذ + Ø + وت ركنا (3O2/V+Prep+N K1 S/N+P/V
Ø + ي ومئذ + ب عضهم + وت ركنا (4 K1 O1/FN S/N+P/V
Hasil proses pelesapan satuan lingual di atas, apabila verba /taraka/
dihilangkan maka kalimatnya tidak mempunyai verba valensi dan kalimat tidak
gramatikal. Selanjutnya, jika yang dilesapkan salah satu dari valensinya, maka
struktur kalimat menjadi seperti kalimat (2), (3), dan (4). Hasil dari pelesapan S
dan O merupakan bagian dari fungsi kalimat di atas menghasilkan kalimat yang
tidak berterima atau tidak gramatikal, seperti kalimat (2) di atas tidak gramatikal,
karena dalam kalimat tersebut informasi maknanya belum jelas. Hal ini dilihat
dari verba /taraka/ ada unsur yang belum jelas, yakni siapa yang menjadikan hal
tersebut. Begitu juga kalimat ke (3) dan (4) masih ada unsur yang belum jelas,
yakni dhami>r muttashil nahnu /na>/ membiarkan hal apa.
85
Berdasarkan penjelasan di atas, sudah terlihat bahwa verba /taraka/
mempunyai tiga valensi yakni, dhami>r muttashil nahnu /na>/, /ba'dhahum/ dan
/yamu>ju fii ba'dhin/.
Verba bervalensi tiga zhanna wa akhwa>tuha> pada data (3) yakni, /taraka/
berlaku juga untuk semua turunan dari verba (fi’l) tersebut. Turunan verba ت رك /taraka/ yaitu ,/tirka>nan/ تركانا ,/tarkan/ ت ركا ,/yatruku/ تك ي ,/ta>rikun/ تارك رك مت /matrakun/, dan ات رك /utruk/ (Munawwir, 1997: 133).
فرد شعورىن السود بيضا ورد وجوىهن البيض سودا (4/Faradda syu’u>rahunna a’s-su>da bai>dhan, wa radda wuju>hahunna al-bai>dha
su>dan/ ‘Maka masa mengubah rambut mereka yang hitam menjadi putih dan
mengubah wajah mereka yang putih menjadi hitam‟
(Ibnu „Aqil, 1980: 42)
Kalimat tersebut dalam bahasa Arab menggunakan kalimat verbal (jumlah
fi’liyyah) dengan menggunakan verba perfek (fi’l ma>dhi>). Kalimat pada data (4) di
atas terdiri dari dua klausa. Kalimat ini, jika dianalisis menggunakan teknik bagi
unsur langsung (BUL), sebagai berikut:
4 a. Faradda syu’u>rahunna a’s-su>da bai>dhan
„Maka masa
mengubah‟ „rambut mereka‟ „yang hitam‟ „menjadi putih‟
Kategori dan
Trans. Linier
Part + V
perf Pron 3rd
FN (N acc. md +
Pron 3rd
mdi)
A (N def.
acc.) N indef. acc.
Fungsi P + S O1 O2
Peran P (aktif) dan
S (Agentif) Objektif
„Maka masa mengubah rambut mereka yang hitam menjadi putih‟
4 b. wa radda wuju>hahunna al-bai>dha su>dan
„Dan masa
mengubah‟
„wajah
mereka‟ „yang putih‟ „menjadi hitam‟
Kategori dan
Trans. Linier
Part + V perf
Pron 3rd
FN (N acc. md
+ Pron 3rd
mdi)
A (N def.
acc.) N indef. acc.
Fungsi P + S O1 O2
Peran P (aktif) dan Objektif
86
S (Agentif)
„Dan mengubah wajah mereka yang putih menjadi hitam‟
Bentuk verba /radda/ pada kalimat di atas tersusun dari bunyi asal dan
belum mendapatkan imbuhan (fi’l mujarrad). Berdasarkan huruf „illat, huruf-
hurufnya bukan berupa huruf ‘illat (fi’l shachi>h). Salah satu penyusun huruf
aslinya berupa dua huruf yang sejenis yaitu /dal/ (mudha’af).
Verba /radda/ asal katanya adalah /radada/ dengan mengikuti pola kata kerja
triliteral tsula>tsi> mujarrad ل ع اف – ل ع ف ي – ل ع ف /fa’ala-yaf’ulu-uf’ul/ yakni رد -ي رد -رد/radda-yaruddu-raddan/ (Munawwir, 1997: 485). Huruf /ta‟/ disebut fa’ fi’l, /dal /
disebut ‘ain fi’l, dan /dal/ disebut lam fi’l. Verba /radda/ menyimpan dhami>r
mustatir huwa /huwa/.
Kategori yang menempati unsur pembentuk kalimat pada data (4a) adalah /radda/ berupa V, dhami>r mustatir huwa yaitu /al-chidtsa>nu/ berupa N yang
termasuk ism ja>mid; /syu’u>rahunna a’s-su>da/ berupa FN [N ism yang
menunjukkan makna jamak dan termasuk pada ism yang tidak memiliki asal kata
(ism ja>mid) + Pron yang menunjukkan orang ketiga (jama’ muannats gha>ibah)] +
N yaitu ism musytaq jenis ism shifat; dan /baydhan/ berupa N yang termasuk pada
ism yang memiliki asal kata (isim musytaq jenis ism shifat).
Adapun kategori yang menempati unsur pembentuk kalimat pada data (4b)
adalah /radda/ berupa V; dhami>r mustatir huwa yaitu /al-chidtsa>nu/ berupa N
termasuk ism ja>mid; /wuju>hahunna al-bai>dha/ berupa FN [N ism yang
menunjukkan makna jamak dan termasuk pada ism yang tidak memiliki asal kata
(ism ja>mid) + Pron yang menunjukkan orang ketiga (jama’ muannats gha>ibah)] +
N yaitu ism musytaq jenis ism shifat, dan /su>dan/ berupa N yang termasuk pada
ism yang memiliki asal kata (isim musytaq jenis ism shifat).
87
Data (4a) di atas, terdiri dari verba /radda/ berfungsi sebagai P, dhami>r
mustatir huwa /huwa/ berfungsi sebagai S yaitu /al-chidtsa>nu/, /syu’u>rahunna a’s-
su>da/ berfungsi sebagai O1, dan /baidhan/ berfungsi sebagai O2.
Adapun fungsi kalimat pada data (4b) di atas, terdiri dari verba /radda/
berfungsi sebagai P, dhami>r mustatir huwa /huwa/ berfungsi sebagai S yaitu,
al-chidtsa>nu/ „masa‟, /wuju>hahunna al-bai>dha/ berfungsi sebagai O1, dan/ احلدثان
/su>dan/ berfungsi sebagai O2.
Apabila diterapkan teknik lesap pada data (4a), maka akan muncul beberapa
kalimat sebagai berikut:
بيضا +السود +شعورىن + Ø +ف (1O2/N O1/FN+A
بيضا +السود + Ø + فرد (2O2/N O1/FN+A S/N+P/V
Ø +السود +شعورىن + فرد (3O2/N O1/FN+A S/N+P/V
Hasil proses pelesapan satuan lingual di atas, apabila kata /radda/
dihilangkan maka kalimatnya tidak mempunyai verba valensi dan pelaku (S)
sehingga kalimat tidak gramatikal, seperti kalimat (1) apa yang mengubah rambut
yang hitam menjadi putih. Selanjutnya, jika yang dilesapkan salah satu dari
valensinya yaitu O, maka struktur kalimat menjadi seperti kalimat (3) dan (4).
Hasil dari pelesapan O merupakan bagian dari fungsi kalimat di atas
menghasilkan kalimat yang tidak berterima atau tidak gramatikal, seperti kalimat
(3) dan (4) tidak gramatikal, karena dalam kalimat tersebut informasi maknanya
belum jelas. Hal ini dilihat dari verba /radda/ ada unsur yang belum jelas, yakni
dhami>r mustatir huwa /huwa/ yaitu, /al-chidtsa>nu/ mengubah apa.
88
Berdasarkan penjelasan di atas, sudah terlihat bahwa verba /radda/
mempunyai tiga valensi yakni, dhami>r mustatir huwa /huwa/ yaitu, /al-chidtsa>nu/, /syu’u>rahunna a’s-su>da/, dan /baidhan/.
Apabila diterapkan teknik lesap pada data (4b), maka akan muncul beberapa
kalimat sebagai berikut:
سودا + البيض +وجوىهن + Ø +و (1O2/N O1/FN+A
سودا + البيض + Ø + رد و (2O2/N O1/FN+A S/N+P/V
Ø + البيض +وجوىهن + رد و (3O2/N O1/FN+A S/N+P/V
Hasil proses pelesapan satuan lingual di atas, apabila kata /radda/
dihilangkan maka kalimatnya tidak mempunyai verba valensi dan pelaku (S)
sehingga kalimat tidak gramatikal, seperti kalimat (1) apa yang mengubah wajah
mereka yang putih menjadi hitam. Selanjutnya, jika yang dilesapkan salah satu
dari valensinya yaitu O, maka struktur kalimat menjadi seperti kalimat (3) dan (4).
Hasil dari pelesapan O merupakan bagian dari fungsi kalimat di atas
menghasilkan kalimat yang tidak berterima atau tidak gramatikal, seperti kalimat
(3) dan (4) tidak gramatikal, karena dalam kalimat tersebut informasi maknanya
belum jelas. Hal ini dilihat dari verba /radda/ ada unsur yang belum jelas, yakni
dhami>r mustatir huwa /huwa/ yaitu /al-chidtsa>nu/ mengubah apa.
Berdasarkan penjelasan di atas, sudah terlihat bahwa verba /radda/
mempunyai tiga valensi yakni, dhami>r mustatir huwa /huwa/ yaitu /al-chidtsa>nu/, /syu’u>rahunna a’s-su>da/, dan /baidhan/.
Verba bervalensi tiga zhanna wa akhwa>tuha> pada data (4) yakni, رد /radda/
berlaku juga untuk semua turunan dari verba (fi’l) tersebut. Turunan verba رد
89
/radda/ yaitu ,/maraddan/ مردا ,/raddan/ ردا ,/yaruddu/ ي رد ,/ra>ddun/ راد مردود /mardu>dun/, رد /rudda/, (Munawwir, 1997: 485).
وىبين اهلل فداءك (5/Wa habani> Alla>hu fida> aka/ „Allah telah menjadikan aku (sebagai) tebusanmu‟
(Barakat, 2007:48; Ibnu „Aqil, 1980:40)
Kalimat tersebut dalam bahasa Arab menggunakan kalimat verbal (jumlah
fi’liyyah) dengan menggunakan verba perfek (fi’l ma>dhi>). Kalimat ini, jika
dianalisis berdasarkan teknik bagi unsur langsung (BUL), sebagai berikut:
5. Wahabani> Alla>hu fida>’aka „Menjadikan aku‟ „Allah‟ „(sebagai) tebusanmu‟
Kategori dan
Trans. Linier
Part + V perf Pron
3rd
+ Pron 1st
N nom. FN (N acc. md + Pron
2nd
mdi
Fungsi P + O1 S O2
Peran P (aktif) dan
O1 (Objektif)
Agentif Objektif
„Allah telah menjadikan aku (sebagai) tebusanmu‟
Bentuk verba /wahaba/ pada kalimat di atas tersusun dari bunyi asal dan
belum mendapatkan imbuhan (fi’l mujarrad). Berdasarkan huruf „illat, verba
tersebut salah satu hurufnya berupa huruf ‘illat (fi’l mu’ta>l), fa’ fi’l-nya berupa
huruf /wawu/ (mitsa>l wa>wi>).
Verba /wahaba/ mengikuti pola kata kerja triliteral tsula>tsi> mujarrad ل ع ف – ل ع ف ا – ل ع ف ي /fa’ala-yaf’alu-if’al/ (Munawwir, 1997: 1584). Huruf /wa/ disebut fa’
fi’l, /ha‟/ disebut ‘ain fi’l, dan /ba‟/ disebut lam fi’l.
Kategori yang menempati unsur pembentuk kalimat tersebut adalah /wahaba/ berupa V; /ni>/ berupa Pron yang menunjukkan orang pertama
(mutakallim wachdah); /Alla>hu/ berupa N yaitu lafzhul-jala>lah; dan /fida>’aka/
berupa FN [N yang termasuk pada ism yang memiliki asal kata (ism ja>mid) +
Pron yang menunjukkan orang kedua (mufrad mudzakkar mukha>thab)].
90
Adapun fungsi kalimat pada data di atas, terdiri dari verba /wahaba/
berfungsi sebagai P, /ni>/ berfungsi sebagai O1, /Alla>hu/ berfungsi sebagai S, dan
/fida>aka/ berfungsi sebagai O2.
Apabila diterapkan teknik lesap pada data (5), maka akan muncul beberapa
kalimat sebagai berikut:
1) Ø + فداءك + اهلل + ن
O2/FN S/N O1/N
فداءك + اهلل + Ø +وىب (2O2/N S/N P/V
فداءك + Ø + ن + وىب (3O2/N O1/N P/V
Ø + اهلل + ن + وىب (4 S/N O1/N P/V
Hasil proses pelesapan satuan lingual di atas, apabila kata /wahaba/
dihilangkan maka kalimatnya tidak mempunyai verba valensi dan kalimat tidak
gramatikal. Selanjutnya, jika yang dilesapkan salah satu dari valensinya, maka
struktur kalimat menjadi seperti kalimat (2), (3), dan (4). Hasil dari pelesapan S
dan O merupakan bagian dari fungsi kalimat di atas menghasilkan kalimat yang
tidak berterima atau tidak gramatikal, seperti kalimat (2) di atas tidak gramatikal,
karena dalam kalimat tersebut informasi maknanya belum jelas. Hal ini dilihat
dari verba /wahaba/ ada unsur yang belum jelas, yakni siapa yang menjadikan aku
(sebagai) tebusanmu. Begitu juga kalimat ke (3) dan (4) masih ada unsur yang
belum jelas, yakni subjek /Alla>hu/ menjadikan apa.
Berdasarkan penjelasan di atas, sudah terlihat bahwa verba /wahaba/
mempunyai tiga valensi yakni, /ni>/, /Alla>hu/, dan /fida>’aka/.
Verba bervalensi tiga zhanna wa akhwa>tuha> pada data (5) yakni, وىب /wahaba/ berlaku juga untuk semua turunan dari verba tersebut. Turunan
91
verba وىب /wahaba/ yaitu ,/wahibatan/ وىبة ,/wahban/ وىبا ,/yahabu/ هب ي واىب /wa>hibun /, موىوب /mauhu>bun/, ىب /hab/ (Munawwir, 1997: 1584).
قال ربي اجعل ل آية (6/Qa>la rabbi ij'al li> a>yatan/
‘Berkata Zakaria: ‚Berilah aku suatu tanda (bahwa istriku telah
mengandung)‛...’
[Q.S. Ali Imra>n (3): 41 (Barakat, 2007: 132)]
Kalimat tersebut dalam bahasa Arab menggunakan kalimat verbal (jumlah
fi’liyah) dengan diawali verba yang menunjukkan perintah (fi’l amr). Kalimat ini
terdiri dari dua klausa. Peneliti akan memfokuskan untuk meneliti klausa yang
mengandung verba bervalensi tiga /ij‟al/ yaitu /ij'al li> a>yatan/ . Klausa ini, jika
dianalisis berdasarkan teknik bagi unsur langsung (BUL), sebagai berikut:
6. ij'al li> a>yatan
„berilah‟ „aku‟ ‘suatu tanda‟
Kategori dan
Trans. Linier
V imperatif shachi>h +
Nom Pron 2nd
Part + N Pron
1st
N indef acc.
Fungsi P + S O1 O2
Peran P (aktif) dan
S (Agentif) Objektif
„Berilah aku suatu tanda‟
Bentuk verba /ij‟al/ pada kalimat di atas tersusun dari bunyi asal dan belum
mendapatkan imbuhan (fi’l mujarrad). Berdasarkan huruf „illat, verba tersebut
huruf-hurufnya bukan berupa huruf „illat (fi’l shachi>h). Kata kerja penyusun huruf
aslinya bukan hamzah dan bukan dua huruf yang sejenis (sa>lim).
Verba جعل /ja’ala/ mengikuti pola kata kerja triliteral tsula>tsi> mujarrad ل ع ف – ل ع ف ا – ل ع ف ي /fa’ala-yaf’ulu-uf’ul/ (Munawwir, 1997: 196). Huruf /jim/ disebut fa’
fi’l, /‟ain/ disebut ‘ain fi’l, dan /lam/ disebut lam fi’l. Verba /ja’ala/ dibuat
menjadi kata kerja perintah menjadi /ij‟al/.
92
Adapun kategori yang menempati unsur pembentuk kalimat tersebut adalah /ij‟al/ berupa V + Pron yang menunjukkan orang kedua (mufrad mudzakkar
mukha>thab), /li>/ berupa Pron yang menunjukkan orang pertama (mutakallim
wachdah), dan /a>yatan/ berupa N yang menunjukkan makna tunggal dan termasuk
pada ism yang tidak memiliki asal kata (ism ja>mid).
Adapun fungsi pada klausa di atas yaitu verba /ij‟al/ dalam kalimat tersebut
berfungsi sebagai P+S, /li>/ berfungsi sebagai O1, dan /a>yatan/ sebagai O2.
Apabila diterapkan teknik lesap pada data (6), maka struktur kalimat
menjadi sebagai berikut:
1) Ø + آية + ل O2/FN O1/N
آية + Ø + اجعل (2
O2/FN S/Pron+P/V
Ø + ل + اجعل (3O1/FN S/Pron+P/V
Hasil proses pelesapan satuan lingual di atas, apabila verba /ij‟al/
dilesapkan, maka kalimatnya tidak mempunyai verba valensi dan juga subjek
sebagai pelaku, sehingga kalimat menjadi tidak gramatikal seperti kalimat (1).
Selanjutnya, jika yang dilesapkan salah satu dari valensinya yaitu O, maka
struktur kalimat menjadi seperti kalimat (2) dan (3). Hasil dari pelesapan O yang
menjadi bagian dari fungsi kalimat di atas menghasilkan kalimat yang tidak
berterima atau tidak gramatikal. Kalimat (1) tidak gramatikal, karena dalam
kalimat tersebut informasi maknanya belum jelas. Hal ini dilihat dari verba /ij‟al/
ada unsur yang belum jelas, yakni siapa yang diminta untuk memberi suatu tanda.
Begitu juga kalimat ke (2) dan (3) masih ada unsur yang belum jelas, yakni subjek
/Rabbi/ dimintai apa.
93
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat diketahui bahwa verba /ij‟al/
mempunyai tiga valensi yakni, /Rabbi/, /li>/, dan /a>yatan/.
Verba bervalensi tiga zhanna wa akhwa>tuha> pada data (6) yakni, جعل /ja’ala/
berlaku juga untuk semua turunan dari fi’l (verba) tersebut. Turunan verba جعل /ja’ala/ yaitu ,/ja’lan/ جعال ,/yaj’alu/ عل جي جاعل ,/maj’alan/ معال /ja>’ilun/, معول
/maj’u>lun/, اجعل /ij’al (Munawwir, 1997: 303).
قد كنت أحجو أبا عمر و أخا ثقة حىت املت بنا يوما ملمات (7/Qad kuntu achju > aba> ‘amrin wa akhan tsiqatan/ /chatta> alammat bina>
yauman mulimma>tu/ „Sesungguhnya dahulu aku menduga Abu „Amr teman yang dapat
dipercaya (untuk dimintai perlindungan), sehingga pada suatu hari kami
tertimpa malapetaka (maka Abu‟Amr lari dari kami)‟
(Ibnu ‘Aqil, 1980: 38; Barakat, 2007: 132)
Kalimat tersebut menggunakan kalimat verbal (jumlah fi’liyah) karena
diawali verba imperfek (fi’l mudha>ri’). Peneliti akan memfokuskan meneliti
klausa yang mengandung zhanna wa akhwa>tuha> yaitu /Qad kuntu achju> aba>
‘amrin wa akhan tsiqatan/. Klausa ini jika dianalisis berdasarkan teknik bagi
unsur langsung (BUL) sebagai berikut:
7. Qad kuntu achju> aba> ‘amrin wa akhan Tsiqatan
„Sesung
guhnya
dahulu‟
„aku‟ „menduga‟ „Abu „Amr‟ „teman‟
„yang
dapat
dipercaya‟
Kategori dan
Trans. Linier Part
Ism ka>na +
Pron 1st
V imperf
+ Pron 3rd
FN def. (N
md acc. + N
mdi gen.)
Part + N
indef. acc.
N ms
indef. acc.
Fungsi S + P S O1 O2
Peran P (aktif) dan S
(Agentif)
S
(Agentif) Objektif
S P
„Sesungguhnya dahulu aku menduga Abu „Amr teman yang dapat
dipercaya (untuk dimintai perlindungan)‟
94
Bentuk verba /achju>/ berasal dari kata /chaja>/. Verba ini tersusun dari bunyi
asal dan belum mendapatkan imbuhan (fi’l mujarrad). Berdasarkan huruf „illat,
verba tersebut salah satu hurufnya yaitu lam fi’l berupa huruf „illat wawu (na>qish
wa>wi>).
Verba /chaja>/ mengikuti pola kata kerja triliteral tsula>tsi> mujarrad ل ع ف ي – ل ع ف ل ع ف ا – /fa’ala-yaf’ulu-uf’ul/ yaitu (Munawwir, 1997: 240). Huruf /cha‟/ disebut
fa’ fi’l, /jim/ disebut ‘ain fi’l, dan /alif/ disebut lam fi’l. Verba /chaja>/ dibentuk
menjadi verba imperfek menjadi /yachju>/ dengan kata ganti orang pertama yaitu
/ana>/ menjadi /achju>/.
Adapun kategori yang menempati unsur pembentuk kalimat tersebut adalah /achju>/ berupa V+Pron yang menunjukkan orang pertama (mutakallim wachdah);
/Aba> ‘Amrin/ berupa N yang menunjukkan nama seseorang (ism ‘alam) yaitu Abu
Amr; dan /akhan/ berupa N yang menunjukkan makna tunggal dan termasuk pada
asma>ul-khamsah.
Adapun fungsi pada klausa di atas yaitu verba /achju>/ dalam kalimat
tersebut berfungsi sebagai P+S, /Aba> ‘Amrin/ berfungsi sebagai O1, dan /akhan/
sebagai O2.
Klausa pada data (7) ini mempunyai struktur kalimat sebagai berikut:
و أخا ثقة + أبا عمر + أحجو O2/N O1/N S/Pron+P/V
Klausa /achju aba> ‘amrin wa akhan tsiqatan/ menggunakan verba
polimorfemik. Masing-masing morfem tidak dapat berdiri sendiri, yaitu verba
/chaja>/ dan kata ganti orang pertama (dhami>r ana>).
Apabila diterapkan teknik lesap pada data (7), maka struktur kalimat
menjadi sebagai berikut:
95
1) Ø + و أخا ثقة + أبا عمر O2/N O1/N
و أخا ثقة + Ø + أحجو (2O2/N S/Pron+P/V
Ø + أبا عمر + أحجو (3O1/N S/Pron+P/V
Hasil proses pelesapan satuan lingual di atas, apabila verba /achju>/
dilesapkan, maka kalimatnya tidak mempunyai verba valensi dan subjek kalimat,
sehingga kalimat tidak gramatikal. Hal ini dikarenakan tidak diketahui siapa yang
menduga Abu „Amr sebagai teman yang dapat dipercaya. Selanjutnya, jika yang
dilesapkan salah satu dari valensinya (O), maka struktur kalimat menjadi seperti
kalimat (2) dan (3). Hasil dari pelesapan O yang merupakan bagian dari fungsi
kalimat di atas menghasilkan kalimat yang tidak berterima atau tidak gramatikal
juga. Kalimat (2) di atas tidak gramatikal, karena dalam kalimat tersebut
informasi maknanya belum jelas. Hal ini dilihat dari verba /chaja>/ ada unsur yang
belum jelas, yakni subjek /ana>/ menduga siapa dan apa.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa verba /chaja>/
mempunyai tiga valensi yakni, dhami>r mustatir ana>, /Aba> ‘Amr/, dan /akhan
tsiqatan/.
Verba bervalensi tiga zhanna wa akhwa>tuha> pada data (7) yakni, حجا/chaja>/
berlaku juga untuk semua turunan dari fi’l (verba) tersebut. Turunan verba حجا
/chaja>/ yaitu ,/chajwan/ حجوا ,/<yachju/ جوي حمجو ,/cha>jin/ حاج ,/machjan/ حمجى
/machjuwwun/, احج /uchju/ (Munawwir, 1997: 303).
96
2. Bentuk dan Fungsi Kata Kerja yang Tidak Bisa Dibuat Turunan (Ghairu
Mutasharif)
ت علم وطنك شركة بني أب نائو (1/ta’allam wathanaka syirkatan bayna abna>’ihi/
„Ketahuilah tempat tinggalmu itu tempat berkumpul anak-anak‟
(Hasan, 2008: 6)
Kalimat tersebut dalam bahasa Arab menggunakan kalimat verbal (jumlah
fi’liyah) karena diawali dengan menggunakan verba yang menunjukkan perintah
(fi’l amr). Kalimat ini, jika dianalisis berdasarkan teknik bagi unsur langsung
(BUL), sebagai berikut:
1. ta’allam wathanaka syirkatan baina abna>´ihi „yakinilah‟ „(bahwa) tanah
airmu‟
„serikat‟ „di
antara‟
„anak-
anaknya‟
Kategori
dan Trans.
Linier
V (fi’l amr)
shachi>h + Nom Pron 2
nd
FN (N acc. md +
Pron. 2nd
mdi)
N indef
acc.
part FN (N
gen. pl +
Pron 3rd
)
Fungsi S + P O O K
Peran S (Agentif) Objektif Objektif
„Ketahuilah (bahwa) tanah airmu itu serikat di antara anak-anak‟
Bentuk verba /ta’allam/ dari pada kalimat di atas berupa kata kerja perintah
(fi’l amr). Verba tersebut tersusun dari bunyi asal dan sudah mendapatkan
imbuhan (fi’l mazi>d). Berdasarkan huruf „illat-nya, verba tersebut huruf-hurufnya
bukan berupa huruf „illat (fi’l shachi>h). Kata kerja penyusun huruf aslinya bukan
hamzah dan bukan dua huruf yang sejenis (sa>lim). Verba /ta’allam/ merupakan
salah satu bentuk kata kerja yang tidak bisa dibuat turunan atau tidak dapat
ditashri>f (ghairu mutasharrif).
Kategori yang menempati unsur pembentuk kalimat tersebut adalah /ta’allam/ berupa V + Pron yang menunjukkan orang kedua (mufrad mudzakkar
mukha>tab); /wathanaka/ berupa FN [N yang termasuk pada ism yang memiliki
asal kata (ism ja>mid) + Pron yang menunjukkan orang kedua (mufrad mudzakkar
97
mukha>tab); dan /syirkatan/ berupa N yang termasuk ism ja>mid, dan /baina
abna>´ihi/ berupa FN [part + N yang menunjukkan makna jamak dan termasuk ism
ja>mid + Pron yang menunjukkan orang ketiga (mufrad mudzakkar gha>ib)].
Fungsi pada kalimat tersebut yaitu verba /ta’allam/ dalam kalimat tersebut
berfungsi sebagai P+S, /wathanaka/ berfungsi sebagai O1, /syirkatan/ sebagai O2,
dan /bayna abna> ihi/ berfungsi sebagai K.
Apabila diterapkan teknik lesap pada data (1), maka kalimat menjadi:
1) Ø + بني أب نائو + شركة + وطنك K/FN O2/FN O1/N
بني أب نائو + شركة + Ø + ت علم (2K/FN O2/FN S/Pron+P/V
بني أب نائو + Ø + وطنك + ت علم (3K/FN O1/FN S/Pron+P/V
Hasil proses pelesapan satuan lingual di atas, apabila verba /ta’allam/
dilesapkan, maka kalimatnya tidak mempunyai verba valensi dan juga subjek
sebagai pelaku, sehingga kalimat tidak gramatikal seperti kalimat (1). Selanjutnya,
jika yang dilesapkan salah satu dari valensinya yaitu O, maka struktur kalimat
menjadi seperti kalimat (2) dan (3). Hasil dari pelesapan O yang menjadi bagian
dari fungsi kalimat di atas menghasilkan kalimat yang tidak berterima atau tidak
gramatikal. Kalimat (1) tidak gramatikal, karena dalam kalimat tersebut informasi
maknanya belum jelas. Hal ini dilihat dari verba /ta’allam/ ada unsur yang belum
jelas, yakni siapa yang diperintah untuk meyakini hal tersebut. Begitu juga
kalimat ke (2) dan (3) masih ada unsur yang belum jelas, yakni subjek dhamir
/anta/ diperintah untuk meyakini hal apa.
98
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat diketahui bahwa verba /ta’allam/
mempunyai tiga valensi yakni, dhami>r /anta/, /wathanaka/, dan /syirkatan/.
فقلت أجرىن أبا خالد و إال فهبن أمرا ىالكا (2/Faqultu ajirni> aba> kha>lidin, wa illa> fahabni> amran ha>likan/ „Lalu aku berkata, “lindungilah aku, hai Abu Malik”. Jika Engkau tidak
melindungiku, maka anggaplah aku adalah orang yang pasti binasa‟
(Ibnu „Aqil, 1980: 39)
Kalimat tersebut dalam bahasa Arab menggunakan kalimat verbal (jumlah
fi’liyyah) dengan diawali verba yang menunjukkan perintah (fi’l amr). Kalimat ini
terdiri dari dua klausa. Peneliti akan memfokuskan untuk meneliti klausa yang
mengandung verba bervalensi tiga /hab/ yaitu /fahabni> amran ha>likan/. Klausa ini,
jika dianalisis berdasarkan teknik bagi unsur langsung (BUL), sebagai berikut:
2. Fahab ni> amran ha>likan
„maka anggaplah‟ „aku’ „orang’ ‘pasti binasa’
Kategori dan
Trans. Linier
Part + V (fi’l amr)
mitsa>l wa>wi> Nom Pron 2
nd
N indef
acc.
A (N indef
acc.)
Fungsi P + S O1 O2
Peran P (aktif) dan
S (Agentif) Objektif
„maka anggaplah aku adalah orang yang pasti binasa‟
Bentuk verba /hab/ berasal dari kata kerja tsula>tsi> mujarrad /wahaba/. Verba
ini tersusun dari bunyi asal dan belum mendapatkan imbuhan (fi’l mujarrad).
Berdasarkan huruf „illat-nya, verba tersebut fa’ fi’l-nya berupa huruf „illat /wawu/
(mitsa>l wa>wi>). Verba /hab/ merupakan salah satu bentuk kata kerja yang tidak
bisa dibuat turunan atau tidak bisa ditashri>f (ghairu mutasharif).
Kategori yang menempati unsur pembentuk kalimat tersebut adalah /hab/
berupa V + Pron yang menunjukkan orang kedua (mufrad mudzakkar mukha>tab);
/ni>/ berupa Pron yang menunjukkan orang pertama (mutakallim wachdah); dan
99
/amran ha>likan/ berupa FN [N yang menunjukkan makna tunggal dan termasuk
ism ja>mid + N yang menjadi sifat dari /amran/)].
Adapun fungsi pada klausa ini yaitu, verba /hab/ dalam kalimat tersebut
berfungsi sebagai P+S, /ni>/ berfungsi sebagai O1, dan /amran ha>likan/ sebagai O2.
Apabila diterapkan teknik lesap pada data (2), maka kalimat menjadi:
أمرا ىالكا + ىن + Ø+ ف (1O2/FN O1/N
را ىالكاأم + Ø + فهب (2
O2/FN S/Pron+P/V
Ø + ىن + فهب (3 O1/FN S/Pron+P/V
Hasil proses pelesapan satuan lingual di atas, apabila kata /hab/ dilesapkan,
maka kalimatnya tidak mempunyai verba valensi dan juga subjek sebagai pelaku,
sehingga kalimat menjadi tidak gramatikal seperti kalimat (1). Selanjutnya, jika
yang dilesapkan salah satu dari valensinya yaitu O, maka struktur kalimat menjadi
seperti kalimat (2) dan (3). Hasil dari pelesapan O yang menjadi bagian dari
fungsi kalimat di atas menghasilkan kalimat yang tidak berterima atau tidak
gramatikal. Kalimat (1) tidak gramatikal, karena dalam kalimat tersebut informasi
maknanya belum jelas. Hal ini dilihat dari verba /hab/ ada unsur yang belum jelas,
yakni siapa yang diperintah untuk menganggap aku adalah orang yang binasa.
Begitu juga kalimat ke (2) dan (3) masih ada unsur yang belum jelas, yakni subjek
dhami>r /anta/ diperintah untuk menganggap apa.
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat diketahui bahwa verba /hab/
mempunyai tiga valensi yakni, dhami>r /anta/, /ni>/, dan /amran ha>likan/.
100
B. Peran Verba Bervalensi Tiga Zhanna Wa Akhwa>tuha>
Kategori dalam bahasa Arab ada tiga, yaitu kata benda (ism), kata kerja
(fi’l), dan kata tugas atau kata sarana (charf). Adapun pelaku, penderita, penerima,
dan pengalami merupakan peran. Padanan yang tepat untuk istilah peran dalam
bahasa Arab belum diperoleh (Asrori, 2004: 98). Baalbaki (1990: 83) dalam
Dictionary of Linguistic Terms menyepadankan peran sintaksis dalam bahasa
Arab dengan احلاالت حنو /nahwul-cha>la>t/ (case grammar).
Pada bab III ini akan diuraikan tentang peran yang ada dalam verba zhanna
wa akhwa>tuha> beserta argumen-argumen yang menyertainya. Peran merupakan
hubungan antara predikator dengan sebuah nomina.
Beberapa sampel data yang mewakili dari zhanna wa akhwa>tuha> yaitu
af’a>lul-qulub (ma’na> al-yaqi>n dan ma’na> a’r-rujcha>n) dan af’a>lul-tachwi>l akan
dianalisis guna mengetahui peran apa saja yang ada pada verba-verba tersebut
beserta argumen yang menyertainya.
1. Peran Kata Kerja yang Dapat Dibuat Turunan (Mutasharrif)
1.1. Peran Kata Kerja yang Menunjukkan Makna Yakin (Af’a>lul-Qulu>b
Ma’na>hu Al-‘Ilm)
علمت الب سبيل المحبة (1
/‘alimtu al-birra sabi>lal-machabbah/
„Saya yakin bahwa kebaikan adalah jalan cinta‟
(Hasan, 2008: 5)
Peran verba /„alima/ pada data (1) adalah aktif. Peran argumen yang ada di
sekitar verba yaitu dha>mir muttashil /tu/ berperan agentif atau pelaku yaitu
peserta yang melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh verba predikat, /sabi>lal
al-machabbati/ berperan objektif atau hasil yaitu sesuatu yang dihasilkan atau
101
menjadi tujuan dan dinyatakan oleh verba predikat, dan /al-birra/ berperan
objektif.
رأيت اهلل أكب كل شيئ حماولة و أكثرىم جنودا (2
/Raaitu Allaha akbara kulla syay’in, mucha>walatan wa aktsarahum
junu>dan/
‘Aku yakin (bahwa) Allah Maha Besar upaya-Nya atas segala sesuatu.
Dia yang paling banyak tentara-Nya’
(Ibnu „Aqil, 1980: 29)
Peran verba /raa>/ pada data (2) adalah aktif. Peran argumen yang ada di
sekitar verba yaitu dha>mir muttashil /tu/ berperan agentif, /Allaha/ berperan
objektif, dan /akbara kulla syay’in/ berperan objektif.
و وجد ك ضاال ف هدى (3/Wa wajadaka dha>lan fahada>/ „Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia
memberikan petunjuk’
[Q.S. Adh-Dhucha> (93): 7 (Barakat, 2007: 34)
Peran verba /wajada/ pada data (3) adalah aktif. Peran argumen yang ada di
sekitar verba yaitu dha>mir mustatir huwa yang dimaksud adalah Allah berperan
agentif, /anta/ berperan objektif, dan /dha>lan/ berperan objektif.
دريت اجملد قريبا من الدائب ىف طلبو (4/daraitu al-majda qari>ban mina’d-da>ibi fi> thalabihi/
„Saya yakin (bahwa) kemuliaan itu dekat dengan orang yang berusaha
dalam mencarinya‟
(Hasan, 2008: 6)
Peran verba /dara>/ pada data (4) adalah aktif. Peran argumen yang ada di
sekitar verba yaitu dha>mir muttashil ana> /tu/ berperan agentif, /al-majda/
berperan objektif, dan /qari>ban/ berperan objektif.
102
إني ظن نت أني مالق حسابيو (5/Inni> zhanantu anni> mula>qin chisa>biyah/
„Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab
terhadap diriku‟ [Q.S. Al-Cha>qqah (69): 20 (Barakat, 2008: 6)]
Peran verba /zhanna/ pada data (1) adalah aktif. Peran argumen yang ada di
sekitar verba yaitu dha>mir muttashil /tu/ berperan agentif, /anni>/ berperan objektif
dan /mula>qin chisa>biyah/ berperan objektif.
1.2. Peran Kata Kerja yang Menunjukkan Makna Dugaan (Af’a>lul-Qulu>b
Ma’na>hu A’r-rujcha>n)
ظن الطيار النهر قناة (1
/zhanna a’th-thaya>ru a’n-nahra qana>tan/ „Penerbang menganggap sungai sebagai terusan (anak sungai)‟
(Hasan, 2008: 7)
Peran verba /zhanna/ pada data (1) adalah aktif. Peran argumen yang ada di
sekitar verba yaitu /a’th-thaya>ru/ berperan agentif, /a’n-nahra/ berperan objektif,
dan /qana>tan/ berperan objektif .
خلت زيد اخاك (2/Khiltu zaydan akha>ka/ „Aku menduga Zaid (sebagai) saudaramu‟ (Ibnu „Aqil, 1980:33)
Peran verba /zhanna/ pada data (2) adalah aktif. Peran argumen yang ada di
sekitar verba yaitu dha>mir muttashil /tu/ berperan agentif, /zaydan/ berperan
objektif, dan /akha>ka/ berperan objektif.
الينة مرغوبة ىف مواطن (3 زعمت امل
/za’amtu al-mala>yinata marghu>batan fi> mawa>thina/
„Saya menduga keramahan itu dikehendaki di beberapa tempat tinggal’
(Hasan, 2008: 5)
Peran verba /zhanna/ pada data (3) adalah aktif. Peran argumen yang ada di
sekitar verba yaitu dha>mir muttashil /tu/ berperan agentif, /al-mala>yinata/
103
berperan objektif, dan /marghu>batan/ berperan objektif, /fi> mawa>thina/ berperan
sebagai tempat.
أم حسبت أن أصحاب الكهف والرقيم كانوا م ن آياتنا عجبا (4/Am chasibta anna ashcha>bal-kahfi wa’r-raqi>mi ka>nu> min a>ya>tina> 'ajaban/
„Atau kamu mengira, bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang
mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami
yang mengherankan‟
[Q.S.Al-Kahfi (18): 9 (Barakat, 2007: 34)]
Peran verba /chasiba/ pada data (4) adalah aktif. Peran argumen yang ada di
sekitar verba yaitu dha>mir muttashil anta /ta/ berperan agentif, /anna ashcha>bal
kahfi wa’r-raqi>mi/ berperan objektif, dan/ ka>nu> min a>ya>tina> 'ajaban/ berperan
objektif .
و جعلوا المالئكة الذين ىم عباد الرحن إناثا (5/Wa ja'alu> al-mala>ikata a’l-ladzi>na hum 'iba>du’r-rahma>ni inaa>tsan/ „Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat, yang mereka itu adalah
hamba-hamba Allah yang Maha Pemurah (sebagai) perempuan‟ [Q.S. Az-Zukhruf:19 (Ibnu ‘Aqil, 1980: 39)]
Peran verba /ja‟ala/ pada data (5) adalah aktif. Peran argumen yang ada di
sekitar verba yaitu dha>mir mustatir hum berperan agentif, /al-mala>ikata/ berperan
objektif, dan /inaa>tsan/ berperan objektif.
ول شريكك ىف الغن ولكنما المول شريكك ىف العدم (6 فال ت عدد امل
/fa la> ta’dud al-maula> syari>kaka fil-ghina>, wa lakinnama> al-maula>
syari>kaka fil-‘adami/
„Janganlah kamu menganggap orang yang menolongmu sebagai temanmu,
tetapi temanmu yang sesungguhnya ialah orang yang menolongmu dalam
masa ketiadaan‟
(Hasan, 2008: 8)
Peran verba /„adda/ pada data (6) adalah aktif. Peran argumen yang ada di
sekitar verba yaitu dha>mir mustatir anta berperan agentif, /al-maula>/ berperan
objektif, /syari>kaka/ berperan objektif, dan /fil-ghina>/ berperan sebagai waktu.
104
قد كنت أحجو أبا عمر و أخا ثقة حىت املت بنا يوما ملمات (7/Qad kuntu achju> aba> ‘amrin wa akhan tsiqatan/ /chatta> alammat bina>
yauman mulimma>tu/ „Sesungguhnya dahulu aku menduga Abu „Amr teman yang dapat
dipercaya (untuk dimintai perlindungan), sehingga pada suatu hari kami
tertimpa malapetaka (maka Abu‟Amr lari dari kami)‟
(Ibnu ‘Aqil, 1980: 38; Barakat, 2007: 132)
Peran verba /achju>/ pada data (7) adalah aktif. Peran argumen yang ada di
sekitar verba yaitu dhami>r mustatir ana> berperan agentif, /Aba> ‘Amr/ berperan
objektif, dan /akhan tsiqatan/ berperan objektif.
1.3. Peran Kata Kerja yang Menunjukkan Makna Perpindahan (Af’a>lut-
Tachwi>l)
واختذ اللو إب راىيم خليال (1/...... wa-attakhadza Allahu Ibra>hi>ma khali>la>/ „Dan Allah mengambil Ibrahim (sebagai) kesayangan-Nya‟ (Ibnu ‘Aqil, 1980: 41)
Peran verba /ittakhadza/ pada data (2) adalah aktif. Peran argumen yang ada
di sekitar verba yaitu /Allah/ berperan agentif, /Ibra>hi>ma/ berperan objektif dan
/khali>la/ berperan objektif.
ختذت احلرارة الثلج ماء (2/takhidzat al-chara>ratu a’ts-tsalja ma>’an/
„Panas menjadikan (dengan yakin) es air‟
(Hasan, 2008:9)
Peran verba /takhidza/ pada data (3) adalah aktif. Peran argumen yang ada
di sekitar verba yaitu /al-chara>ratu/ berperan agentif, /a’ts-tsalja/ berperan objektif
dan /ma>’an/ berperan objektif.
وت ركنا ب عضهم ي ومئذ يوج ف ب عض (3/Wa tarakna> ba'dhahum yaumaidzin yamu>ju fi> ba'dhin......../
105
„Kami biarkan mereka di hari (kiamat) itu bercampur aduk, antara satu
dengan yang lain‟
[Q.S. Al-Kahfi (18): 99 (Barakat, 2007: 147)]
Peran verba /taraka/ pada data (4) adalah aktif. Peran argumen yang ada di
sekitar verba yaitu dha>mir muttashil nahnu /na>/ berperan agentif, /ba'dhahum/
berperan objektif, /yaumaidzin/ berperan waktu, dan /yamu>ju fi> ba'dhin/ berperan
objektif.
فرد شعورىن السود بيضا ورد وجوىهن البيض سودا (4/Faradda syu’u>rahunna a’s-su>da bai>dhan, wa radda wuju>hahunna al-bai>dha
su>dan/ ‘Maka masa mengubah rambut mereka yang hitam menjadi putih dan
mengubah wajah mereka yang putih menjadi hitam‟
(Ibnu „Aqil, 1980: 42)
Peran verba /radda/ pada data (5) klausa pertama /faradda syu’u>rahunna a’s-
su>da bai>dhan/ adalah aktif. Peran argumen yang ada di sekitar verba yaitu dha>mir
mustatir huwa berperan agentif, /syu’u>rahunna a’s-su>da/ berperan objektif dan
/bai>dhan/ berperan objektif.
Peran verba /radda/ pada data (5) klausa kedua /wa radda wuju>hahunna al-
bai>dha su>dan/ adalah aktif. Peran argumen yang ada di sekitar verba yaitu dha>mir
mustatir huwa berperan agentif, /wuju>hahunna al-bai>dha/ berperan objektif dan
/su>dan/ berperan objektif.
وىبين اهلل فداءك (5/Wa habani> Allahu fida>aka/ „Allah telah menjadikan aku (sebagai) tebusanmu‟
(Barakat, 2007:48)
106
Peran verba /wahaba/ pada data (6) adalah aktif. Peran argumen yang ada di
sekitar verba yaitu /Allahu/ berperan agentif, /ni>/ berperan objektif dan /fida>’aka/
berperan objektif.
2. Peran Kata Kerja yang Tidak Bisa Dibuat Turunan (Ghairu Mutasharif)
2.1. Verba yang Menunjukkan Makna Yakin (Af’a>lul-Qulu>b Ma’na>hu al-
‘Ilm)
ت علم وطنك شركة بني أب نائو (1
/ta’allam wathanaka syirkatan baina abna>’ihi/
„Yakinilah tempat tinggalmu itu tempat berkumpul anak-anak‟
(Hasan, 2008: 6)
Peran verba /ta‟allam/ pada data (1) adalah aktif. Peran argumen yang ada di
sekitar verba yaitu dhami>r mustatir anta berperan agentif, /wathanaka/ berperan
objektif, /syirkatan/ berperan objektif, dan /syirkatan baina abna>’ihi/ berperan
sebagai tempat.
2.2. Verba yang Menunjukkan Makna Dugaan (Af’a>lul-Qulu>b Ma’na>hu
A’r-rujcha>n)
فقلت أجرىن أبا خالد و إال فهبن أمرا ىالكا (1/Faqultu ajirni> aba> kha>lidin, wa illa> fahabni> amran ha>likan/ „Lalu aku berkata, “lindungilah aku, hai Abu Malik”. Jika Engkau tidak
melindungiku, maka anggaplah aku adalah orang yang pasti binasa‟
(Ibnu ‘Aqil, 1980:39)
Peran verba /hab/ pada data (2) adalah aktif. Peran argumen yang ada di
sekitar verba yaitu dhami>r mustatir anta berperan agentif, /amran/ berperan
objektif dan /ha>likan/ berperan objektif.