BAB II ASUHAN KEBIDANAN
Transcript of BAB II ASUHAN KEBIDANAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. TEORI MEDIS
A. Persalinan
1. Definisi
a. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya servik dan
janin turun kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana
janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Saifuddin,
2001:100).
b. Persalinan adalah suatu proses yang fisiologik yang
memungkinkan serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk
dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir (Hacker, 2001:133).
2. Sebab-sebab yang Menimbulkan Persalinan:
a. Teori penurunan progesteron
Penuaan plasenta telah mulai sejak usia kehamilan 30-36
minggu, sehingga terjadi penurunan konsentrasi progesteron dan
estrogen. Pada saat hamil terjadi perubahan keseimbangan.
estrogen dan progesteron yang menimbulkan kontraksi braxton
hiks yang selanjutnya akan bertindak sebagai kontraksi.
b. Teori oksitosin
Peningkatan reseptor oksitosin dalam otot rahim, sehingga
mudah terangsang saat disuntikkan oksitosin dan menimbulkan
kontraksi. Diduga bahwa oksitosin dapat menimbulkan
pembentukan prostaglandin dan persalinan dapat berlangsung
terus.
c. Teori keregangan otot
Induksi persalinan dapat dilakukan dengan memecahkan
ketuban sehingga keregangan otot rahim makin pendek dan
kekuatan oleh kontraksi makin meningkat.
d. Teori janin
Sinyal yang diarahkan maternal sehingga tanda bahwa janin
telah siap lahir belum diketahui pasti. Kenyataan menunjukkan bila
terdapat hubungan hipofisis dan kelenjar suprarenal, persalinan
akan berjalan lebih lambat.
e. Teori prostaglandin
Prostaglandin dapat melunakkan serviks dan merangsang
kontraksi, diberikan dalam bentuk infus, per os atau secara
intravaginal.
(Manuaba,2001 :193).
3. Tanda-tanda Persalinan
Menurut Mochtar (1998:93) tanda-tanda persalinan adalah
sebagai berikut:
a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan
teratur.
b. Keluar lendir bercampur darah karena robekan kecil-kecil pada
serviks.
c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
d. Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan pembukaan ada.
4. Kala-kala Persalinan
a. Kala I
Menurut Mochtar (1998:94) kala I persalinan dibagi
menjadi 2 fase yaitu:
1) Fase laten
a) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan
dan pembukaan serviks secara bertahap.
b) Pembukaan serviks kurang dan 4 cm.
c) Biasanya berlangsung dibawah hingga 8 jam.
2) Fase aktif
a) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam pembukaan menjadi
lengkap.
b) Periode dilatasi maksimal : selama 2 jam pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.
c) Periode deselerasi : berlangsung lama, dalam waktu 2 jam
pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap.
b. Kata II
Dalam APN (2002:3-2) kala 11 persalinan dimulai ketika
pembukaan servik lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya
bayi.
Ada beberapa tanda dan gejala kala II persalinan:
1) Ibu merasa ingin mengejan bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
2) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan
atau vaginaya.
3) Perineumnya terlihat menonjol.
4) Vulva, vagina dan spingter ani terlihat membuka.
5) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
c. Kala III
Dalam APN (2002:5-2) dimulai setelah lahirnya bayi dan
berakhir dengan lahirnya selaput ketuban. Setelah bayi lahir,
kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras, TFU
setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2x
sebelumnya, kernudian timbul his pengeluaran dan pelepasan un.
Dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas dan terdorong
ke vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dan
atas simfisis atau fundus uteri.
Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah
bayi lahir (Mochtar, 1998:97).
d. Kala IV
Menurut APN (2002:5-2) kala IV dimulai sejak lahirnya
plasenta dan berakhir 2 jam setelah itu.
5. Faktor-faktor yang Berperan dalam Persalinan menurut Manuaba
(1999:260) yaitu:
a. Kekuatan mendorong janin keluar (power)
1) His (kontraksi uterus)
2) Kontraksi otot-otot dinding rahim
3) Kontraksi diafragma
4) Ligmentus action terutama ligamentum rotundum.
b. Faktor janin (passanger)
c. Faktor jalan lahir (passage)
6. Perubahan Fisiologis dalam Persalinan
a. Tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama persalinan ketika terjadi
kontraksi, sistolik rata-rata naik 10-50 mmHg, diastolik 5-10
mmHg. Antara kontraksi, tekanan darah menjadi normal pada level
sebelum persalinan, rasa sakit dan cemas juga akan meningkatkan
tekanan darah.
b. Metabolisme
Metabolisme akan meningkat secara berangsur-angsur
disebabkan karena kecemasan dan aktivitas otot skeletal,
peningkatan ini ditandai dengan adanya peningkatan suhu tubuh,
denyut nadi, kardiak output, pernapasan dan cairan yang hilang.
c. Suhu tubuh
Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka suhu tubuh
sedikit meningkat selama persalinan. Peningkatan ini hanya terjadi
sekitar 0,5-1 °C.
d. Detak jantung
Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak
jantung secara dramatis naik sebelum kontraksi, antar kontraksi
detak jantung sedikit meningkat dibanding sebelum persalinan.
e. Pernapasan
Karena terjadi peningkatan metabolisme, terjadi sedikit
peningkatan laju pernapasan yang dianggap normal.
f. Ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan, mungkin
disebabkan oleh peningkatan kardiak output, peningkatan filtrasi
glomerulus dan peningkatan aliran plasma ginjal.
g. Gastrointestinal
Motilitas lambung dan absorsi makanan padat secara
substansial berkurang banyak sekali selama persalinan.
Pengeluaran getah lambung berkurang menyebabkan aktivitas
pencernaan hampir berhenti dan pengosongan lambung menjadi
sangat lamban.
h. Hematologi
Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gram /100 ml selama
persalinan dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum
persalinan sehari setelah pasca bersalin kecuali ada perdarahan post
partum.
(Pusdiknas, 2003: 16)
7. Perubahan psikologi ibu bersalin
Persalinan adalah saat-saat yang menegangkan dan menggugah
emosi Ibu sehingga terjadi perubahan psikologis pada ibu yaitu:
a. Mudah marah
Timbulnya rasa nyeri dapat mengurangi koping sehingga
ibu menjadi cepat .marah serta mudah mencela segala sesuatu
disekitarnya.
b. Perasaan cemas dan takut
Hal ini normal dan sebagian besar ibu bersalin
mengalaminya terutama ibu yang melahirkan anak pertama, merasa
takut dan cemas apabila terjadi sesuatu pada diri dan bayi.
(Pilliteri,2004: 171)
8. Kebutuhan Ibu bersalin
a. Asuhan fisik dan psikologis
b. Kehadiran seorang pendamping secara terus menerus
c. Pengurangan rasa sakit antara lain dengan:
1) Adanya seseorang yang dapat mendukung dalam
persalinannya.
2) Pengaturan posisi seperti duduk atau setengah duduk, posisi
merangkak, berjongkok atau berdiri, berbaring miring ke kiri.
3) Relaksasi dan latihan pernapasan, pengeluaran suara.
4) Penjelasan mengenai proses/kemajuan/prosedur yang akan
dilakukan.
5) Istirahat dan privacy.
6) Asuhan diri, berendam, kompres hangat dan kompres dingin.
7) Sentuhan, masase, pijatan ganda pada pinggul, penekanan pada
lutut.
d. Penerapan atas sikap dan perilakunya.
e. Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman.
(Hyre,2003: 19)
9. Penatalaksanaan Persalinan Normal
Penatalaksanaan persalinan normal yaitu:
a. Kala I
1) Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh pasien seperti
suami, keluarga pasien atau teman dekat.
2) Mengatur aktivitas dan posisi ibu.
3) Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his dengan cara
meminta ibu untuk menarik nafas panjang, tahan nafas
sebentar, kemudian dilepaskan dengan cara meniup sewaktu
ada his.
4) Menjelaskan kemajuan persalinan, perubahan yang terjadi
dalam tubuh ibu serta prosedur yang akan dilakukan dan hasil
pemeriksaan yang dilakukan.
5) Mempertahankan kandung kemih tetap kosong dengan
menyarankan ibu untuk berkemih.
6) Memenuhi nutrisi ibu, untuk memenuhi kebutuhan energi dan
mencegah dehidrasi.
7) Menganjurkan pada ibu untuk tidak mengedan sebelum
pembukaan lengkap karena dapat menyebabkan oedema dan
robekan serviks.
8) Menyiapkan partus set dan obat yang diperlukan.
9) Menyiapkan perlengkapan ibu dan bayi.
b. Kala II
1) Menjelaskan pada ibu tindakan atau prosedur yang akan
dilakukan
2) Mengatur posisi ibu senyaman mungkin.
3) Memakai celemek.
4) Mencuci tangan dengan air sabun dan membilas dengan air
yang mengalir.
5) Mengamati perineum yang menonjol, vulva dan anus yang.
membuka.
6) Dengan menggunakan sarung tangan, bersihkan vulva dan
perineum dari arah depan ke belakang dengan menggunakan
kapas DTT.
7) Melakukan pemeriksaan vagina untuk memastikan bahwa
pembukaan sudah lengkap, selaput ketuban sudah pecah dan
memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang baru saja
dilakukan, melepaskan sarung tangan yang kotor dan
merendamnya di larutan kiorin 0,5%.
8) Memeriksa DJJ disela-sela kontraksi.
9) Menyuruh ibu untuk makan dan minum di antara selang waktu
kontraksi.
10) Memimpin ibu untuk mengedan secara benar saat ada
kontraksi.
11) Membantu kelahiran bayi
a) Melahirkan kepala
(1) Saat kepala bayi terlihat di vulva dengan diameter 5-6
cm letakkan kain atau handuk bersih di atas perut ibu
untuk mengeringkan tubuh bayi segera setelah lahir.
(2) Letakkan kain bersih dan kering yang dilipat sepertiga
bagian dibawah perut ibu.
(3) Lindungi perineum dengan satu tangan (di bawah kain
bersih dan kering) letakkan ibu jari dan keempat jari
tangan dilipat paha pada kedua sisi perineum.
(4) Letakkan tangan yang lain pada kepala bayi, berikan
tekanan yang lembut pada kepala bayi dan biarkan
kepala bayi keluar secara bertahap.
(5) Usap muka bayi dengan kain atau kassa yang bersih
untuk membersihkan mulut dan hidung bayi dari lendir
darah.
(6) Setelah kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti
meneran dan bernapas cepat, raba leher bayi apakah ada
lilitan tali pusat, lepaskan melalui kepala jika tali pusat
longgar, tetapi jika tali pusat pendek dan melilit tali
pusat dengan erat maka klem di dua tempat dan potong
tali pusat diantara dua klem.
b) Melahirkan bahu
(1) Setelah menyeka mulut dan hidung bayi hingga bersih
dan memeriksa adanya lilitan tali pusat hingga terjadi
kontraksi berikutnya dan awasi rotasi spontan kepala
bayi.
(2) Setelah terjadi putar paksi luar, letakkan tangan pada
masing-masing sisi kepala bayi dan beritahu ibu untuk
meneran pada kontraksi berikutnya.
(3) Lakukan tarikan perlahan ke arah bawah dan luar secara
lembut untuk melahirkan bahu depan.
(4) Lalu tarik ke atas dan luar untuk melahirkan bahu
belakang bayi.
c) Melahirkan tubuh bayi
(1) Saat bahu posterior lahir selipkan tangan pada bagian
bawah kepala bayi ke arah perineum dan biarkan bahu
dan tangan lahir.
(2) Gunakan jari-jari tangan yang sama untuk
mengendalikan kelahiran siku dan tangan pada sisi
posterior bayi pada saat melewati perineum.
(3) Gunakan tangan yang berada di belakang (bawah tubuh
bayi) untuk menahan tubuh bayi saat lahir.
(4) Gunakan tangan bagian atas untuk melahirkan bahu
anterior dan untuk mengendalikan kelahiran siku dan
tangan anterior bayi.
(5) Setelah kelahiran tubuh dan lengan, sisipkan tangan
bagian depan punggung bayi ke arah bokong dan kaki
bayi untuk menahan laju kelahiran bayi saat kaki bayi
lahir.
(6) Sisipkan jari telunjuk dan tangan kiri penolong diantara
kaki bayi pegang dengan mantap bagian mata kaki dan
lahirkan kakinya secara hati-hati.
(7) Letakkan bayi diatas kain bersih yang diletakkan diatas
perut ibu sehingga kepala bayi lebih rendah dari
tubuhnya. Kernudian keringkan tubuh bayi dari
rangsang agar segera menangis.
d) Memotong tali pusat
(1) Klem tali pusat 2-3 cm dari pusat bayi dengan
menggunakan klem DTT atau steril.
(2) Lakukan pengurutan tali pusat dan klem ke arab ibu.
(3) Pasang klem kedua pada sisi ibu 3 cm dan klem ke I
(4) Dengan satu tangan balik bagian ujung klem ke arah
kita kemudian potong tali pusat diantara 2 klem.
(5) Segera susukan bayi pada ibunya.
c. Kala III
1) Pastikan bahwa janin tunggal dengan memeriksa uterus.
2) Beritahu ibu bahwa akan disuntik.
3) Suntikkan oksitosin 10 UI pada sepertiga paha kanan luar
selambat-lambatnya 2 menit setelah bayi lahir.
4) Lakukan peregangan tali pusat terkendali.
5) Pindahkan klem kira-kira 5 cm dan vulva.
6) Letakkan tangan lain pada abdomen ibu tepat diatas tulang
pubis untuk meraba kontraksi uterus dan menahan uterus saat
melakukan peregangan tali pusat terkendali.
7) Bila terjadi kontraksi kuat, tegangkan tali pusat kemudian
tangan kiri melakukan gerakan dorso kranial.
8) Lakukan secara hati-hati untuk menghindari inversio uteri.
9) Bila plasenta belum lepas tunggu hingga terjadi kontraksi yang
kuat.
10) Pada saat kontraksi mulai (uterus menjadi bulat atau tali pusat
memanjang) tegangkan kembali tali pusat di sertai dorso
kranial sampai plasenta lepas dari tempat implantasinya.
11) Setelah plasenta terlepas anjurkan ibu untuk berhenti meneran
sehingga plasenta akan terdorong ke introitus vagina, tetap
tegangkan tali pusat kearah bawah mengikuti jalan lahir.
12) Saat plasenta terlihat di introitus vagina, pegang atau tangkap
plasenta dengan kedua tangan dan putar searah jarum jam
hingga selaput ketuban terpilin.
13) Periksa kelengkapan plasenta (kotiledon dan selaput ketuban).
14) Letakkan plasenta pada tempat plasenta yang telah di sediakan.
15) Periksa ada tidaknya laserasi jalan lahir
d. Kala IV
Menurut Saifuddin (2001:106-120) tindakan yang
dilakukan pada kala IV adalah:
1) Lakukan masase uterus untuk merangsang agar uterus
berkontraksi.
2) Observasi kontraksi uterus dan perdarahan.
3) Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
4) Lakukan hecting jika terdapat laserasi jalan lahir.
5) Observasi KU dan VS ibu selama 2 jam post partum.
6) Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selania kala IV
persalinan dan halaman belakang partograf segera setelah
asuhan diberikan.
10. Menurut Saifuddin (2001:102-103), persiapan alat untuk persalinan:
a. Alat-alat persalinan / partus set (di dalam wadah stenlis tertutup)
1) 2 klem Kelly atau kocher
2) Gunting tali pusat
3) Pengikat tali pusat DTT
4) Kateter nelaton
5) Gunting episiotomi
6) Klem 1/2 kocher atau Kelly
7) 2 sarung DTT kanan
8) 1 sarung DTT kiri
9) Kain kasa DTT
10) Alat suntik sekali pakai 2 1/2 ml berisi oksitosin 10 IU
11) Kateter penghisap De Lee
b. Lain-lain
1) Partograf
2) Kertas kosong atau formulir rujukan yang digunakan di
kabupaten
3) Pena
4) Termometer
5) Pita pengukur
6) Fetoskop
7) Jam yang mempunyai jarum detik
8) Stetoskop
9) Tensimeter
10) Larutan klorin 0,5 % (larutan Bayclin 5,25 %)
11) Sabun dan deterjen
12) Sikat kuku dan pengunting kuku
13) Celemek atau pelindung badan dari plastik
14) Kain plastik atau perlak untuk alas ibu saat persalinan
15) Kantong plastik.
c. Persediaan obat-obatan untuk komplikasi
1) 3 botol larutan ringer laktat 500 ml
2) Set infus
3) 2 kateter intra vena ukuran 16-18 G
4) 2 ampul metil ergometnin maleat 0,2 mg
5) 2 ampul oksitosin 10 UI
6) 10 tablet misoprostol (cytotec)
7) 2 vial larutan magnesium sulfat 40%
8) 2 buah alat suntik sekali pakai ukuran 2 1/2 ml (total disediakan
3 buah)
9) 2 buah alat suntik sekali pakai ukuran 5 ml
10) 10 kapsul/kaplet amoksisilin/ampisilin 500 mg penisilin
prokain injeksi 3 juta unit/vial.
d. Bahan-bahan untuk penjahitan episiotomi
1) 1 buah alat suntik sekali pakai 10 ml beserta jarumnya
2) 20 ml larutan lidokain 1%
3) Pemegang jarum
4) Pinset
5) Jarum jahit
6) Benang catgut 3.0
7) 1 pasang sarung tangan OTT
e. Peralatan yang disediakan oleh ibu/ keluarga
1) Minum dan makanan untuk ibu
2) Baju bersih
3) Sarung bersih
4) Celana dalam bersih
5) Pembalut
6) Handuk
7) Sabun
8) Kain penyeka (waslap)
9) Baskom berisi air matang
10) Handuk bersih dan selimut untuk bayi
11) Topi bayi
12) Wadah plasenta
13) Keranjang sampah tertutup
14) 1 buah ember yang berisi larutan klorin 0,5 %
15) 1 buah ember untuk diisi larutan deterjen atau sabun.
II. TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN VARNEY
A. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam merangkai dan
tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada
klien (Varney, 2007: 25).
Manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah yang berurutan, yang
dimulai dengan pengumpulan data dasar dan terakhir dengan evaluasi.
Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisa
diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut
dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi
sesuai dengan kondisi klien.
B. Teori Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Langkah I : Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah untuk mengumpulkan semua
informasi yang akurat dan semua yang berkaitan dengan kondisi klien.
Untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara yaitu anamnesa,
pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-
tanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang
(Pusdiknakes, 2003:31).
a. Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang diperoleh melalui tanya
jawab dengan klien atau anamnese. Data subjektif yang diperoleh
dan anamnese meliputi identitas, alasan dirawat, data kebidanan,
data kesehatan, data kebiasaan sehari-hari, data psikologi dan
spiritual.
1) Identitas
a) Nama perlu ditanyakan untuk mengenal pasien dan
membedakan dengan pasien lainnya.
b) Umur perlu ditanyakan untuk mengantisipasi diagnosa
masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan.
c) Agama perlu ditanyakan untuk mempermudah pendekatan
dalam memberikan support mental. Agama sangat
berpengaruh di dalam kehidupan termasuk kesehatan.
d) Pendidikan perlu diketahui untuk mengetahui tingkat
pengetahuan pasien sehingga mempermudah dalam
memberikan pendidikan kesehatan.
e) Pekerjaan perlu ditanyakan untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh pekerjaan terhadap permasalahan kesehatan serta
dapat menunjukkan tingkat keadaan ekonomi keluarga.
f) Suku/bangsa perlu ditanyakan untuk mengetahui adat
budaya dan pasien.
g) Alamat perlu ditanyakan untuk mempermudah hubungan
bila keadaan mendesak dan dapat memberi petunjuk
keadaan lingkungan tempat tinggal pasien (Varney,
2007:31-32).
2) Alasan Dirawat
Alasan dirawat merupakan alasan ibu dirawat di tempat
pelayanan kesehatan. Dalam hal ini alasan dirawat yaitu ibu
G2P1A0 inpartu kala I dengan ketuban rembes sejak tanggal 6
Maret 2009 jam 08.30. WIB, kenceng-kenceng belum dirasa
dan usia kehamilan melebihi tanggal taksiran persalinan.
3) Data Kebidanan
a) Riwayat menstruasi meliputi umur menarche, lama
menstruasi, banyaknya darah yang keluar, keluhan sewaktu
menstruasi (Varney, 2007:33).
b) Riwayat perkawinan perlu ditanyakan untuk mengetahui
sudah berapa lama ibu menikah, dengan suami sekarang
merupakan istri yang ke berapa, karena status perkawinan
dapat mengetahui keadaan persalinannya (Varney,
2007:32).
c) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu hal yang
perlu ditanyakan adalah berapa kali melahirkan, berapa
umur dan setiap kehamilannya, bagaimana cara
persalinannya, dimana dan ditolong oleh siapa, apakah ada
penyulit dalam persalinan, adakah infeksi, jenis kelainan
anak yang dilahirkan dan bagaimana keadaannya sekarang.
d) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sekarang yang
perlu ditanyakan adalah berapa kali ibu ANC, gerakan
janin, keluhan dan nasehat yang diterima dan terapi yang
diterima tiap-tiap semester. Untuk persalinan yang perlu
ditanyakan bagaimana persalinannya, lama persalinan, dan
banyaknya perdarahan.
e) Riwayat kontrasepsi yang perlu ditanyakan jenis
kontrasepsi apa yang pernah dipakai ibu, alasan
pemberhentian, lama dan keluhan. Untuk mengetahui
seberapa jauh pengetahuan ibu tentang kontrasepsi
(Varney, 2007:34),
4) Data Kesehatan
Dari data kesehatan dapat diperoleh data mengenai riwayat
kesehatan pasien baik sekarang maupun yang lalu serta riwayat
kesehatan keluarga (Varney, 2007:32).
a) Riwayat kesehatan yang lalu dapat mengetahui penyakit
yang pernah diderita pasien sebelumnya, misalnya DM
dengan gejala luka sukar sembuh, hipertensi dengan gejala
sakit kepala, kelelahan, sesak nafas, gelisah, pandangan
kabur. Jantung dengan gejala dada berdebar-debar, asma
dengan gejala sesak nafas, suara nafas wheezing, TBC
dengan gejala batuk tidak sembuh-sembuh se1ama 3
minggu, dan lain-lain.
b) Riwayat kesehatan sekarang ditanyakan untuk mengetahui
apakah ibu menderita suatu penyakit kronis selama hamil
dan keluhan yang dialami pasien saat ini.
c) Riwayat kesehatan keluarga perlu dikaji untuk mengetahui
penyakit yang ada di keluarga pasien khususnya penyakit
menular dan keturunan yang mempengaruhi persalinan.
5) Data Kebiasaan Sehari-hari
a) Nutrisi dikaji untuk mengetahui status gizi pasien sebelum
dan selama persalinan apakah mengalami perubahan,
frekuensi makan, jenis makanan, kualitas dan kuantitas
makanan, apakah punya makanan pantangan, berapa
banyak ibu minum dalam satu hari.
b) Istirahat dan tidur perlu ditanyakan frekuensi tidur dalam
sehari apakah ada keluhan. (Saifuddin, 2001:127-128).
c) Personal hygiene perlu ditanyakan untuk mengetahui
kebersihan tubuh pada waktu persajinan meliputi kebutuhan
mandi yang terdiri atas frekuensi mandi, gosok gigi, dan
ganti baju (Saifuddin, 2001:127).
d) Eliminasi yang meliputi kebiasaan BAB, BAK, jenis,
frekuensi dan keluhan, misalnya obstipasi (Varney,
2007:32).
6) Data Psikososial
Riwayat psikososial untuk mengetahui respon ibu, suami, dan
keluarga pasien terhadap bayi dan selama ibu nifas.
b. Data Objektif
Data objektif adalah data yang diperoleh melalui
pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus.
1) Pemeriksaan Umum
Pada pemeriksaan umum dilakukan untuk mengetahui keadaan
umum dan kesadaran, pengukuran tanda-tanda vital yang
meliputi tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi (Varney,
2007:459).
2) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala dan muka perlu dikaji untuk mengetahui keadaan
rambut berketombe dan mudah rontok apa tidak, muka
untuk mengetahui apakah terlihat pucat, oedem dan anemis,
mata untuk mengetahui kesimetrisan, warna sklera, warna
konjungtiva, hidung untuk mengetahui cairan yang keluar,
polip dan perdarahan, mulut adakah suatu kelainan dan
penyakit, telinga adakah kelainan, simetris atau tidak.
b) Leher untuk mengetahui pembesaran kelenjar tyroid dan
parotis (Morton, 2003:455).
c) Dada untuk mengetahui retraksi dinding dada, bagaimana
keadaan mammae, kesimetrisannya, untuk mengetahui
adanya benjolan, luka bekas operasi, nyeri tekan.
d) Abdomen untuk mengetahui ada luka bekas operasi apa
tidak. Pada palpasi dapat diketahui umur kehamilan
(Vamey, 2007:969).
e) Alat genetalia luar untuk mengetahui kelainan penyakit,
pengeluaran per vaginam (Depkes RI,2002:5-14).
f) Pemeriksaan dalam (vagina toucher) dapat digunakan
untuk mengetahui kemajuan persalinan, pembukaan, kulit
ketuban, presentasi, penurunan bagian terbawah janin.
g) Anus untuk mengetahui suatu kelainan atau penyakit
seperti haemoroid.
h) Ekstremias untuk mengetahui suatu kelainan seperti
oedema, varises dan bagaimana reflek patellanya (Varney,
2007:969).
3) Data Penunjang
Data penunjang adalah data atau fakta yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan rontgen, USO dan
lain-lain.
2. Langkah II: Interpretasi Data
Interpretasi data adalah proses identifikasi sehingga dapat
merumuskan diagnosa atau masalah yang spesifik (Varney, 2007:31).
Pada langkah ini data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan
menjadi masalah atau diagnosa spesifik yang sudah diidentifikasi.
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam
lingkup praktek kebidanan dan harus memenuhi standar nomenklatur
diagnosa kebidanan yaitu:
a. Diakui dan telah disahkan oleh profesi.
b. Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan.
c. Memiliki ciri khas kebidanan.
d. Didukung oleh clinical judgment dalam lingkup praktek kebidanan.
e. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen.
(Pusdiknakes,2003:32).
Dan pengkajian yang telah dilakukan baik subjektif maupun
objektif diperoleh data berupa ibu mengatakan ketuban rembes sejak
tanggal 6 Maret 2009 jam 08.30. WIB, kenceng-kenceng belum dirasa
dan usia kehamilan melebihi tanggal taksiran persalinan. Dari hasil
pemeriksaan dalam vagina tenang, dinding vagina dalam batas normal,
portio lunak pembukaan 1 cm, kulit ketuban (+), air ketuban (+), warna
jernih, presentasi kepala, bagian terbawah janin turun di Hodge I-II.
Berdasarkan data diatas serta teori yang ada maka diagnosa
pada kasus ini adalah Ibu umur 24 tahun, G2P1A0 hamil 42+2 minggu,
janin hidup, tunggal, intra uteri, puka, inpartu kala I fase laten dengan
kehamilan serotinus dan KPD 10 jam.
3. Langkah III : Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial adalah langkah untuk mengidentifikasikan
diagnosa atau masalah potensial berdasarkan pada rangkaian masalah
dan diagnosa tertentu. Langkah ini membutuhkan antisipasi
pencegahan bila memungkinkan, menunggu, sambil mengamati dan
bersiap-siap bila hal tersebut benar-benar terjadi (Pusdiknakes,
2003:32). Jika perawatan tidak dilakukan dengan baik, maka akan
timbul diagnosa potensial pada kasus ini adalah partus lama,
makrosomnia dan infeksi.
4. Langkah IV : Antisipasi
Antisipasi adalah langkah yang menunjukkan satu situasi yang
memerlukan tindakan segera sementara yang lainnya bisa saja tidak
merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi dokter atau
kolaborasi dengan dokter. Bidan harus mampu mengevaluasi kondisi
pasien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang
paling tepat dalam manajemen asuhan pasien (Pusdiknakes, 2003 :33).
5. Langkah V: Rencana Tindakan
Rencana tindakan merupakan langkah untuk merencanakan
asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya, langkah ini merupakan langkah dari masalah atau
diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Setiap rencana
asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak yaitu oleh bidan dan
pasien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif (Pusdiknakes,
2003:34). Pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana
asuhan sesuai dengan basil pembahasan bersama pasien menurut
Saifuddin (2002:2 19) antara lain:
a. Observasi KU, vital sign, kemajuan persalinan, kontraksi uterus,
DJJ.
b. Berikan antibiotik
c. Akhiri kehamilan dengan induksi persalinan
6. Langkah VI: Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana asuhan
menyeluruh seperti yang diuraikan dalam langkah kelima. Perencanaan
ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh pasien atau
tim kesehatan lainnya (Pusdiknakes, 2003:34).
7. Langkah VII : Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan tindakan tersebut. Pada langkah ini dilakukan evaluasi
keefektifan dan asuhan yang sudah diberikan, meliputi pemenuhan
kebutuhan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi di dalam diagnosa kebidanan, masalah
dan kebutuhan (Pusdiknakes, 2003 :35).