BAB II
-
Upload
lucky-roza-nugroho -
Category
Documents
-
view
230 -
download
8
description
Transcript of BAB II
II-1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian StrategiPengertian strategi ada beberapa macam sebagaimana dikemukakan oleh para ahli
dalam buku karya masing-masing. Menurut Stephanie K. Marrus, seperti yang dikutip
Sukristono (1995), strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para
pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan
suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Selain definisi-definisi
strategi yang sifatnya umum, ada juga yang lebih khusus, misalnya dua orang pakar strategi,
Hamel dan Prahalad (1995), yang mengangkat kompetensi inti sebagai hal yang penting.
Mereka berdua mendefinisikan strategi yang terjemahannya seperti berikut ini:
“ Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan
terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh
para pelanggan dimasa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang
terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen
memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti
di dalam bisnis yang dilakukan.”
2.1.1. Klasifikasi Strategi
Menurut teori manajemen strategi, strategi perusahaan antara lain dapat
diklarisifikasikan berdasarkan jenis perusahaan. Misalnya adalah strategi perusahaan pada
perusahaan konglomerasi yang memiliki SBU (Strategic Business Unit) dan perusahaan yang
hanya memiliki suatu SBU yang biasanya adalah perusahaan kecil. Selain itu juga dikenal
strategi perusahaan yang diklasifikasikan atas dasar tingkatan tugas. Strategi-strategi yang
dimaksud adalah strategi generik (generic strategy) yang akan dijabarkan strategi utama /
strategi induk (grand strategy). Strategi induk ini selanjutnya dijabarkan menjadi strategi di
tingkat fungsional perusahaan, yang sering disebut dengan strategi fungsional.
Gambar 2.1. Rincian dari strategi generik sampai fungsional
Sumber : Umar (2003, 32)
II-2
2.1.1.1. Strategi Generik
Starategi Generik yang dikemukakan oleh Fred R. David pada prinsipnya strategi
generik yang dapat dikelompokkan atas empat kelompok strategi (Umar : 2003, 35), yaitu :
a. Strategi Integrasi vertikal (Vertical Integration Strategy)
Strategi ini menghendaki agar perusahaan melakukan pengawasan yang lebih terhadap
distributaor, pemasok, dan/atau para pesaingnya, misalnya melalui merger, akuisisi atau
membuat perusahaan sendiri.
b. Strategi Intensif (Intensive Strategy)
Strategi ini memerlukan usaha-usaha yang intensif untuk meningkatkan posisi persaingan
perusahaan melalui produk yang ada.
c. Strategi Diversifikasi (Diversifikation Strategy)
Strategi ini dimaksudkan untuk menambah produk-produk baru. Strategi ini makin
popular, paling tidak ditinjau dari sisi tingginya tingkat kesulitan manajemen dalam
mengendalikan aktivitas perusahaan yang berbeda-beda.
d. Strategi Bertahan (Defensive Strategy)
Strategi ini bermaksud agar perusahaan melakukan tindakan-tindakan penyelamatan agar
terlepas dari kerugian yang lebih besar, yang pada ujung-ujungnya adalah kebangkrutan.
2.1.1.2. Strategi Utama
Strategi-strategi utama (Grand Strategi) merupakan strategi yang lebih operational
yang merupakan tindak lanjut dari strategi generik. Jabatan strategi utama dari strategi
generik menurut Fred R. David dapat dijelaskan melalui tabel 2.1
Tabel 2.1 Strategi Utama dari Fred R. David
Strategi Generik Strategi Utama
Strategi Integrasi Vertikal
(Vertical Integration Strategi)
- Strategi Integrasi ke depan
(Forward Interation Strategy)
- Strategi Integrasi ke belakang
(Backward Integration Strategy)
- Strategi Integrasi Horizontal
(Horizontal Integration Strategy)
II-3
Lanjutan tabel 2.1 Strategi Utama dari Fred R. David
Strategi Intensif
(Intensive Strategi)
- Strategi Pengembangan Pasar
(Market Dev.Stretegy)
- Strategi Pengembangan Produk
(Produk Dev.Stratgy)
- Strategi Penetrasi Pasar
(Market Penetration Strategy)
Strategi Diversifikasi
(Diversification Strategy)
- Strategi Diversifikasi konsentrik
(Concentric Divers Strategy)
- Strategy Diversifikasi Konglomerat
(Conglomerat Divers Strategy)
- Strategi Diversifikasi Horizontal
( Horizontal Divers strategy)
Strategi Bertahan
(Devesive Strategy)
- Strategi Usaha Patungan
(Joint Verture Strategy)
- Strategy Penciutan Biaya
(Retrenchment Strategy)
- Strategi Penciutan Usaha
(Divestiture Strategy)
- Strategi Likuidasi
(Liquidation Strategy)
Sumber : Umar, husein, Strategy Management In Action : 2003, 43
Menurut Fred R. David, pada prinsipnya strategi generik dapat dikelompokkan atas
empat kelompok strategi (umar : 2003, 42), yaitu :
a. Strategi Integrasi Vertikal (Vertical Integration Strategy)
Strategi ini menghendaki agar perusahaan melakukan pengawasan yang lebih terhadap
distributor, pemasok, dan/atau para pesaingnya, misalnya melalui merger, akuisisi atau
membuat perusahaan sendiri. Penjelasan dari ketiga merger strategi dipaparkan berikut
ini.
1. Forward Integration Strategy.
Strategi ini menghendaki agar perusahaan mempunyai kemampuan yang besar
terhadap pengendalian para distributor atau pengecer mereka, bila perlu dengan
II-4
memilikinya. Jadi tujuan strategi ini adalah untuk dapat meningkatkan pengendalian
atas penyalur, atau penjual eceran, bila perlu dengan memilikinya. Hal ini dapat
dilakukan jika perusahaan mendapatkan banyak masalah dengan pendistribusian
barang/jasa sehingga mengganggu produksi yang stabil, padahal perusahaan mampu
untuk mengelola pendistribusian yang dimaksud dengan sumber daya yang dimiliki.
Alasan lain, bisnis disektor distribusi yang dimaksud ternyata memiliki prospek yang
baik untuk dimasuki.
2. Backward Integration Strategy
Merupakan strategi perusahaan agar pengawasan terhadap bahan baku dapat lebih
ditingkatkan, apalagi pemasok sudah dinilai tidak lagi menguntungkan perusahaan,
seperti keterlambatan dalam pengadaan bahan, kualitas bahan yang menurun, biaya
meningkat sehingga tidak lagi dapat diandalkan. Jadi tujuan strategi ini adalah untuk
mendapatkan kepemilikan dan atau meningkatkan pengendalian bagi para pemasok.
3. Horizontal Integration Strategy
Strategi ini dimaksudkan agar perusahaan meningkatkan pengawasan terhadap para
pesaing perusahaan walau harus memilikinya. Salah satu kecenderungan yang paling
signifikan dalam manajemen strategi dewasa ini adalah dengan menggunakan
integrasi horizontal sebagai suatu strategi pertumbuhan. Tujuan strategi ini adalah
untuk mendapatkan kepemilikan dan atau meningkatkan pengendalian pesaing.
b. Strategi Intensif (Intensive Strategy)
Strategi-strategi Penetrasi pasar (Market Penetrasion), pengembangan pasar (Market
Development) adalah tiga strategi yang dikelompokkan ke dalam apa yang sering disebut
sebagai strategi Intensive. Disebut demikian karena strategi-strategi ini dalam
implementasi memerlukan usaha-usaha intensif untuk meningkatkan posisi persaingan
perusahaan melalui produk-produk yang ada.
Ketiga strategi intensif ini dipaparkan berikut ini :
1. Market Penetration Strategy
Strategi ini berusaha untuk meningkatkan market share suatu produk atau jasa melalui
usaha-usaha pemasaran yang paling besar. Strategi ini telah dipakai secara luas baik
sendiri maupun bersama-sama dengan strategi yang lain. Market Penetration
termasuk meningkatkan biaya iklan, meningkatkan item dari promosi lainnya. Tujuan
strategi ini adalah untuk meningkatkan pangsa pasar dengan usaha pemasaran yang
maksimal. Hal ini dapat dilakukan jika pasar belum jenuh, pangsa pasar pesaing
II-5
menurun, korelasi yang positif antar biaya pemasaran dengan penjualan serta
kemampuan untuk bersaing meningkat.
2. Market Development Strategy
Strategi ini bertujuan untuk memperkenalkan produk-produk atau jasa yang ada
sekarang kedaerah-daerah yang strategis merupakan daerah baru. Tujuan strategi ini
adalah untuk memperbesar pangsa pasar. Hal ini dapat dilakukan jika jaringan
distribusi yang baik, kelebihan kapasitas produksi, sukses dalam usaha serta adanya
pasar baru atau belum jenuh.
3. Product Development Strategy
Strategi ini merupakan strategi yang bertujuan agar perusahaan dapat meningkatkan
penjualan dengan cara meningkatkan atau memodifikasikan produk-produk atau jasa
yang ada sekarang. Tujuan strategi ini adalah untuk memperbaiki dan atau
mengembangkan produk yang sudah ada. Hal ini dapat dilakukan jika produk sudah
berada pada tahap jenuh, pesaing menawarkan produk yang sama tetapi lebih baik dan
atau lebih murah, memiliki kamampuan untuk mengembangkan produk dan berada
pada industri yang sedang tumbuh.
c. Strategi Diversifikasi (Diversification Strategy)
Strategi ini dimaksudkan untuk menambah produk-produk baru. Strategi ini makin
kurang popular, paling tidak ditinjau dari sisi tingginya tingkat kesulitan manajemen
dalam mengendalikan aktivitas perusahaan yang berbeda-beda. Ketiga strategi ini
dipaparkan berikut ini :
1. Concentric Diversification Strategy
Strategi ini dapat dilaksanakan dengan cara manambah produk dan jasa yang baru
tetapi masih saling berhubungan. Tujuan strategi ini untuk membuat produk baru yang
berhubungan untuk pasar yang sama. Hal ini dapat dilakukan jika bersaing pada
industri yang pertumbuhannya lambat atau decline dan produk sendiri mengalaminya.
2. Horizontal Diversification Strategy
Strategi ini dilakukan dengan menambahkan produk dan jasa pelayanan yang baru,
tetapi tidak saling berhubungan untuk ditawarkan pada konsumen yang ada sekarang.
Tujuan strategi ini untuk menambah produk baru yang tidak berhungan dengan tujuan
memuaskan pelanggan yang sama. Hal ini dapat dilakukan jika produk baru akan
mendukung produk lama, persaingan produk lama berjalan ketat, distribusi produk
baru kepada pelanggan lancar dan pada tingkat yang lebih dalam adalah bahwa musim
penjualan dari kedua produk relatif berbeda.
II-6
3. Conglomerate DiversificationStrategy
Strategi dengan menambahkan produk atau jasa yang tidak saling berhubungan.
Tujuan strategi ini untuk menambah produk baru yang tidak saling berhubungan
untuk pasar yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan jika industri di sektor ini telah
mengalami kejenuhan, ada peluang untuk memiliki bisnis yang tidak berkaitan yang
masih berkembang baik serta memiliki sumber daya untuk memasuki industri baru
tersebut.
d. Strategi Bertahan (Devensive Strategy)
Strategi ini bermaksud agar perusahaan melakukan tindakan-tindakan penyelamatan agar
terlepas dari kerugian yang lebih besar, yang pada ujung-ujungnya adalah kebangkrutan.
Ketiga strategi ini dipaparkan berikut ini :
1. Joint Venture Strategy
Strategi ini merupakan strategi yang popular, yakni dimana terjadi saat dua atau lebih
perusahaan membentuk suatu perusahaan temporer atau konsorsium untuk tujuan
kapalitasi modal. Strategi ini dapat dipertimbangkan dalam hal perusahaan bertahan
untuk tidak mau memikul bebannya sendiri. Tujuan strategi ini untuk menggabungkan
beberapa perusahaan dalam bentuk perusahaan baru yang terpisah dari induk-
induknya. Hal ini dapat dilakukan jika mereka merasa tidak mampu bersaing dengan
perusahaan yang lebih besar, atau dalam rangka mendapatkan kenudahan-kemudahan
lain.
2. Retrenchment Strategy
Strategi ini dapat dilaksanakan melalui reduksi biaya dan asset perusahaan. Hal ini
dilakukan karena, misalnya, telah terjadi penurunan penjualan dan labab perusahaan.
Tujuan strategi ini untuk menghemat biaya agar penjual ataupun keuntungan dapat
dipertahankan dengan cara menjual sebagai asset perusahaan. Hal ini dapat dilakukan
jika sering mendapat kegagalan dalam berusaha padahal sumber daya cukup tersedia,
kurang efesien dalam berusaha, atau diperlukan reorganisasi internal karena terlalu
cepat tumbuh.
3. Divestiture Strategy
Menjual satu divisi atau bagian dari perusahaan. Strategi ini sering digunakan dalam
penambahan modal dari suatu rencana investasi atau untuk menindak lanjuti strategi
akuisisi yang telah diputuskan untuk proses selanjutnya. Tujuan dari strategi ini
adalah menjual sebuah unit bisnis. Hal ini dapat dilakukan jika suatu unit bisnis sudah
II-7
tidak dapat dipertahankan keberadaannya karena misalnya terus menerus merugi dan
berdampak karena perusahaan secara keseluruhan.
4. Liquidation Strategy
Strategi ini merupakan sebuah pengakuan dari suatu kagagalan dimana menjual
semua asset perusahaan yang dapat dihitung nilainya. Tujuan strategi ini untuk
menutup perusahaan. Hal ini dapat dilakukan jika perusahaan dusah tidak dapat
dipertahankan keberadaannya. Dengan menjual harta perusahaan, pemegang saham
akan dapat memperkecil karugiannya.
2.1.1.3. Strategi Fungsional
Indifikasi dan penentuan strategi berbagai bidang fungsional sangat penting karena
dapat lebih memperjelas strategi utama dengan mengindentifikasi yang sifatnya spesifik dan
terperinci tentang bagaimana perusahaan harus mengelola bidang fungsional tertentu dimasa
datang. Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain bagi manajemen kecuali mengembangkan
strategi bidang fungsional dengan memberikan perhatian utama pada bidang-bidang
fungsional yang penting, seperti pemasaran, keuangan,prosuksi, SDM, dan sistem informasi.
a. Strategi di Bidang Pemasaran
Strategi di bidang pemasaran adalah penuntun agar akivitas pemasaran konsiten bukan
hanya terhadap strategi utama yang ditentukan, melainkan juga terhadap strategi berbagai
bidang fungsional lainnya.
Dalam bidang pemasaran, manajemmen pemasaran dikelompokkan dalam empat aspek
yang sering dikenal dengan marketing mix atau bauran pemasaran. Aspek-aspek tersebut
adalah produk, harga, promosi, dan distribusi.
1) Product (Produk).
Merupakan bentuk penawaran organisasi jasa yang ditujukan untuk mencapai tujuan
melalui pemuasan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Produk disini bisa berupa apa saja
(baik yang berwujud fisik maupun tidak) yang dapat ditawarkan kepada pelanggan
potensial untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tertentu. Produk merupakan semua
yang ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, diperoleh dan digunakan atau di konsumsi
untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang berupa fisik, jasa, orang, organisasi
dan ide.
2) Price (Harga)
Bauran harga berkenaan dengan kebijakan strategis dan taktis seperti tingkat harga,
struktur diskon, syarat pembayaran dan tingkat diskriminasi harga diantara berbagai
II-8
kelompok pelanggan. Harga menggambarkan besarnya rupiah yang harus dikeluarkan
seorang konsumen untuk memperoleh satu buah produk dan hendaknya harga akan dapat
terjangkau oleh konsumen.
3) Promotion (Promosi)
Bauran promosi meliputi berbagai metode, yaitu iklan, promosi penjualan, penjualan
tatap muka dan hubungan masyarakat. Menggambarkan berbagai macam cara yang di
tempuh perusahaan dalam rangka menjual produk ke konsumen.
4) Saluran Distribusi (Place)
Merupakan keputusan distribusi menyangkut kemudahan akses terhadap jasa bagi para
pelanggan. Tempat dimana produk tersedia dalam sejumlah saluran distribusi dan outlet
yang memungkinkan konsumen dapat dengan mudah memperoleh suatu produk.
b. Strategi di Bidang Produksi atau Operasi
Perumusan dan penetapan strategi dibidang produksi/operasi penting dilakukan untuk
dijadikan sebagai tuntunan kerja para manajer. Secara fungsional, bidang manajemen
produksi/operasi peru menetapkan sistem perencanaan dan pengawasan kegiatan-
kegiatannya untuk memperlancar proses pengambilan keputusan yang, antara lain,
menyangkut:
1. Tingkat inventaris yang tepat
2. Prosedur pembelian
3. Pengendalian mutu
4. Biaya untuk mempertahankan mutu produk
5. Tingkat Produktivitas kerja
6. Penggunaan fasilitas kerja
Jadi, manajemen produksi/operasi bertindak sebagai proses yang secara
berkesinambungan dan efektif menjalankan fungsi–fungsi manajemen untuk
mengintegrasikan berbagai sumber daya secara efisien untuk mencapai tujuan
perusahaan.
c. Strategi di Bidang Manajemen dan Sumber daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia didefinisikan sebagai perencanaan, pengorganisasian,
pergerakan dan pengawasan atas pengadaan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan,
dan pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi
perusahaan secara terpadu.
II-9
Ia merupakan bagian dari manajemen keorganisasian yang memfokuskan diri pada unsur
sumber daya manusia. Adalah tugas dari MSDM untuk mengelola unsur manusia secara
baik agar diperoleh tenaga kerja yang mencintai dan puas akan pekerjaannya.
d. Strategi di Bidang Keuangan
Manajemen keuangan merupakan bagian dari perusahaan yang fungsinya adalah
mengorganisasikan perolehan dana, menggunakan dana, sekaligus mengendalikan dana
tersebut dalam rangka memaksimalkan nilai perusahaan. Dana dapat diperoleh dari
berbagai sumber, yaitu dari sumber internal maupun eksternal. Selanjutnya dana yang
dapat tersebut diinvestasikan baik untuk investasi jangka panjang maupun jangka pendek
untuk memperoleh laba.
2.2. Visi Misi dan Tujuan Perusahaan
Visi yang di miliki oleh sebuah perusahaan merupakan suatu cita-cita tentang keadaan
di masa datang yang diinginkan untuk terwujud oleh seluruh personel perusahaan, mulai dari
jenjang yang paling atas sampai yang paling bawah, bahkan pesuruh sekalipun. Cita-cita
masa depan yang ada dalam benak pendiri yang kira-kira mewakili seluruh anggota
perusahaan inilah yang dissebut visi.
Misi perusahaan pada hakekatnya menjelaskan kegunaan dan alasan mengapa suatu
perusahaan ada. Bentuk misi perusahaan sangat beragam bentuk, panjang, isi dan
spesifikasinya. Misi perusahaan biasanya memberikan gambaran yang jelas tentang ciri
pokok produk yang ditawarkan dan teknologi yang digunakan oleh perusahaan, kebutuhan
konsumen yang hendak di penuhi dan konsumen yang hendak di tuju, serta karakter, pasar
dimana perusahaan akan bersaing, komitmen terhadap karyawan, filosofi diri serta citra
perusahaan yang diharapkan diperoleh dari masyarakat. (Zulkieflimansyah : 1998, 67)
Unsur lain dari dalam titik awal proses manajemen strategi yaitu tujuan . tujuan adalah
akhir yang dicari perusahaan dan kriteria yang digunakan untuk menentukan efektivitasnya.
Apabila suatu perusahaan tidak mencapai tujuannya, maka ada beberapa pilihan yaitu
menyatakan bahwa tujuan yang telah di capai pada akhirnya akan mengarah pada pencapain
misi jangka panjang, mengubah tujuan sehingga apa yang telah dicapai memang merupakan
tujuan, mengubah strategi untuk mencapai tujuan, dan mengganti perencana strategi dan tetap
mempertahankan tujuan dan strategi dengan asumsi perencana strategi yang baru dapat
mencapai tujuan ini.
II-10
2.3. Profil Perusahaan (Company Profile)
Profil perusahaan menggambarkan kualitas dan mutu dari keuangan perusahaan,
manusia dan sumber-sumber daya fisik. Profil perusahaan juga menilai kekuatan dan
kelemahan dari manajemen perusahaan dan struktur organisasi. Akhirnya, profil perusahaan
menandingi kebersihan masa lalu perusahaan dari perhatian-perhatian tradisional dengan
kapabilitas saat sekarang dalam mengindentifikasi masa depan perusahaan (Tunggal : 1994,
18).
2.4. Analisis Lingkungan
Analisis lingkungan adalah untuk dapat mengerti dan memahami lingkungan
oraganisasi sehingga manajemen akan dapat melakukan reaksi secara tepat terhadap setiap
perubahan, selain itu agar manajemen mempunyai kemampuan merespon berbagai isu kritis
mengenai lingkungan yang mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap perusahaan.
Lingkungan terdiri dari lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Lingkungan
eksternal berada di luar perusahaan sedangkan lingkungan internal berada di dalam
perusahaan.
2.4.1. Lingkungan Eksternal
Analisis eksternal yaitu analisis lingkungan luar perusahaan mencakup peluang yang
dapat member manfaat dan ancaman yang harus di hindari. Analisis eksternal dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu analisis lingkungan jauh dan analisis lingkungan industri.
2.4.1.1. Lingkungan Jauh
Menurut Umar (2003, hal.76) lingkungan jauh perusahaan terdiri dari fakor-faktor
yang pada dasarnya jauh dari perushaan dan terlepas dari perusahaan. Faktor-faktor utama
yang biasa diperhatikan adalah faktor Politik, Ekonomi, Sosial, dan Tenologi; yang disingkat
(PEST). Lingkungan jauh ini memberikan kesempatan besar bagi perusahaan untuk maju,
sekaligus dapat menjadi hambatan dan ancaman untuk maju. Penjelasan dari setiap faktor
dipaparkan berikut:
1. Faktor Politik
Arah, kebijaksanaan, dan stabilitas politik dan pemerintah menjadi faktor penting bagi
para pengusaha untuk berusaha. Situasi politik yang tidak kondunsif akan berdampak
negatif bagi dunia usaha, begitu pula sebaliknya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dari faktor politik agar bisnis dapat berkembang dengan baik, adalah:
II-11
a) Undang-undang tentang lingkungan dan perburuhan
b) Peraturan tentang perdagangan luar negri
c) Stabilitas pemerintahan
d) Peraturan tentang keamanan dan kesehatan kerja, dan
e) Sistem perpajakan
2. Faktor Ekonomi
Kondisi ekomoni suatu daerah atau suatu ngara dapat mmpengaruhi iklim bisnis suatu
perusahaan. Semakin buruk kondisi ekonomi, semakin buruk juga iklim berbisis. Oleh
karena itu, pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat hendaknya bersama-sama
mempertahakan bahkan menngkatkan kondisi ekonomi darahnya menjadi lebih baik lagi ,
agar perusahaan dapat bergerak maju dalam usahanya. Beberapa faktor kunci yang perlu
diperhatikan dalam menganalisis ekomoni suatu daerah atau Negara adalah:
a) Siklus bisnis,
b) Ketersediaan energi,
c) Inflasi,
d) Suku bunga,
e) Investasi,
f) Harga-harga produk dan jasa,
g) Produktivitas, dan
h) Tenaga karja.
3. Faktor Sosial
Kondisi sosial masyarakat memang berubah-ubah. Hendakya perubahan sosial yang
terjadi mempengaruhi perusahaan dapat di antisipasi oleh perusahaan. Kondisi sosial ini
banyak aspekya antara lain, misalnya sikap, gaya hidup, adat-istiadat, dan kebasaan dari
orang-orang di lingkungan eksternal perusahaan, sebagai yang dikembangkan misalnya,
dari kondisi kultural, ekologis, demgrafis, pendidikan dan etnis. Seperti kekuatan lainnya
dalam lingkungan eksternal yang jauh (remote environment), kekuatan sosial adalah
dinamis.
4. Faktor Teknologi
Faktor teknologi sebagaimana faktor-faktor lain dalam lingkungan umum merefleksikan
kesempatan dan ancaman bagi perusahaan. Kemajuan teknologi secara dramatis telah
mengubah produk, jasa, pasar, pemasok, distributor, pesaing, pelanggan, proses
manufaktur, praktek-praktek pemasaran, dan posisi persaingan. Kemajuan teknologi
dapat menciptakan pasar baru, pengembangan produk baru, merubah harga relatif
II-12
kompetitif serta membuat barang dan jasa menjadi cepat usang. Perubahan teknologi
dapat mengurangi atau menghilangkan perbedaan biaya antar perusahaan, menciptakan
proses produksi yang lebih singkat, menciptakan kelangkaan pada tenaga teknikal serta
mampu merubah nilai-nilai dan harapan pada pemilik.
.
2.4.1.2. Analisis Lingkungan Industri
Industri merupakan kelompok perusahaan yang menawarkan produk yang mempunyai
hubungan subtitusi yang dekat. Jadi analisis lingkungan industriakan lebih mengarah pada
aspek persaingan dimana bisnis perusahaan berada.
Porter (1980) mengemukakan konsep competitive strategy yang menganalisis
persaingan bisnis berdasarkan lima aspek utama yang biasa disebut Porte’s Five Force
Model.
Porter (1994), mengatakan penentu keberhasilan suatu perusahaan terdiri dari daya
tarik industri (potensi laba dan intensitas persaingan) dan posisi persaingan (daya saing
perusahaan). Ada lima kekuatan yang menentukan intensitas persaingan dalam industri yaitu:
a. Ancaman pendatang baru,
b. Persaingan Sesama Perusahaan dalam Industri
c. Ancaman dari produk pengganti ,
d. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli,
e. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
f. Pengaruh Kekuatan Stakeholder lainnya.
Gambar 2.2 Konsep Competitive strategi dari Michel R. Porter
II-13
Sumber : Husein Umar, 2003 ,h.79.“ Strategic Management in Action”
1. Ancaman Masuknya Pendatang Baru
Masuknya perusahaan sebgai pendatang baru akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi
perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas menjadi bertambah, terjadi perebutan
pangsa pasar, serta perebutan sumber daya produksi yang terbatas. Kondisi seperti ini
menimbulkan ancaman bagi perusahaan yang sudah ada .
Ada beberapa faktor penghambat pendatang baru untuk masuk kedalam kedalam
industri yang sering disebut dengan hambatan masuk.
Faktor-faktor hambatan masuk yang dimaksud adalah:
Skala Ekonomi
Apabila pendatang baru berproduksi dalam skala kecil, mereka akan di paksa pada biaya
per-unit yang tinggi, padahal perusahaan yang ada tengah berupaya pada skala produksi
yang terus di perbesar dalam proses produksi yang terus menerus diefisienkan sehigga
harga per-unit akan semakin lebih rendah.
Diferensiasi Produk
Diferensiasi yang akan menciptakan hambatan masuk ini memaksa pendatang baru
megeluarkan biaya dan usaha yang besar untuk merebut para pelanggan yang loyal
terhadap perusahaan yang ada/utama. Usaha besar itu, misalnya melakukan periklanan
yang gencar dan memberikan servise yang baik. Pada tahap awal, usaha ini membutuhkan
biaya yang besar dan bahkan akan menciptakan kerugian. Seringkali kondisi ini akan
berjalan cukup lama
Biaya Investasi
Jenis industri yang memerlukan modal besar merupakan hambatan yang besar bagi
pemain baru, terutama pada jenis industri yang memerlukan biaya untuk riset dan
pengembngan eksplorasi.
Biaya Beralih Pemasok (Switching Cost)
Besarnya biaya yang harus dikeluarkan pendatang baru untuk beralih dari suatu pemasok
ke pemasok yang lain akan menciptakan penghalang untuk masuk.
Akses ke saluran distribusi
Mendapatkan jalur distribusi pelanggan dan jalur pemasok yang tepat adalah tantangan
bagi setiap pendatang baru. Terutama apabila pesaing telah terikat dengan jalur distribusi
yang ada, sehingga terkadang pendatang baru harus menciptakan jalur distribusi yang
benar-benar baru.
II-14
Kebijakan pemerintah
Pemerintah dapat membatasi atau bahkan menutup masuknya pendatang baru ke industri,
dengan pengendalian-pengendalian seperti persyaratan lisensi, pembatasan akses ke
bahan baku dan insentif pajak. Kebijakan-kebijakan pemerintah bisa merupakan salah
satu hambatan untuk masuk. Misalnya peraturan-peraturan seperti persyaratan perizinan,
besarnya BHP yang harus dibayarkan dalam penyelanggaraan jaringan dan lain-lain.
2. Persaingan Sesama perusahaan dalam Industri
Persaingan dalam industri akan memepengaruhi kebijakan dan kierja perusahaan. Dalam
situasi persaingan yang oligopoli, perusahaan mempunyai kekuatan yang cukup besar
untuk mempengaruhi pasar. sedangkan, pada persaingan sempurna, biasanya akan
memaksa perusahaan menjadi follower termasuk dalam hal harga produk, menurut Porter,
tingkat persaingan di pengaruhi beberapa faktor, yaitu :
a. Jumlah Kompetitor
Jumlah kompetitor atau jumlah pesaing sudah tentu akan mempengaruhi tingkat
persaigan. Kompetitor hendaknya dilihat dari beberapa sisi, seperi jumlah, ukuran dan
kekuatannya.
b. Tingkat Pertumbuhan Industri
Pertumbuhan industri yang besar biasanya menyediakan sejumlah peluang bagi
perusahaan untuk tumbuh bersama industrinya. Pertumbuhan industri yang lambat
sebaiknya tidak direspons dengan ekspansi pasar kecuali perusahaan mempu mengambil
pangsa pasar pesaing. Kondisi ini dapat menimbulkan trend penurunan harga atau
terjadinya perang harga.
c. Karakteristik Produk
Produk hendakya tidak sekedar menyediakan kebutuhan dasar, tetapi juga memiliki suatu
pembedaan (differentiation) atau nilai tambah.
d. Biaya Tetap dan Besar
Pada jenis industri yang mempunyai total biaya yang tetap yang besar, perusahaan
hendaknya beroprasi pada skala ekonomi yang tinggi. Akibatnya adalah perusahaan
kadang kala terpaksa menjual produk dibawah produksi.
e. Kapasitas
Kapasitas selalu berkolerasi dengan biaya produksi per unit. Produksi pada kapasitas tingi
diperlukan untuk menjaga efesiensi biaya perunit. Penambahan fasilitas produksi dapat
dilakukan apabila perusahaan telah mampu beroperasi pada tingkat yang maksimal.
f. Hambatan Keluar
II-15
Hambatan keluar memaksa perusahaan untuk tidak keluar dari industri. Hambatan ini
dapat berupa asset-aset khusus ataupun kesetiaan manajemen pada bisnis tersebut.
3. Ancama dari Produk Pengganti
Perusahaan–perusahaan yang berbeda dalam suatu industri tertentu akan bersaing pula
dengan produk pengganti. Walaupun karakteristiknya berbeda, barang subtitusi dapat
memberikan fungsi atau jasa yang sama. Ancaman produk subtitusi kuat bila mana
konsumen dihadapkan pada switching cost yang sedikit dan jika produk subtitusi itu
mempunya harga yang lebh murah atau kualitasnya sama, bahkan lebih tinggi dari
produk-produk suatu industri.
4. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
Para pembeli dengan kekuatan yang mereka miliki, mampu mempengaruhi perusahaan
untuk menurunkan harga produk, meningkatkan mutu dan servis, serta mengadu
perusahaan dengan kompetitornya. Dengan demikian, beberapa kondisi yang mungkin
dihadapi perusahaan sehubungan dengan adanya kekuatan ini antara lain adalah :
a) Pembeli mampu memproduksi produk yang diperlukan.
b) Sifat produk tidak terdiferensiasi dan banyak pemasok
c) Switching cost pemasok adalah kecil
d) Pembeli mempunyai tingkat profitabilitas yang rendah, sehingga sensitif terhadap harga
dan diferensiasi servis.
e) Produk perusahaan tidak terlalu penting bagi pembeli, sehingga pembeli dengan mudah
mencari subtitusinya.
5. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
Pemasok dapat mempengaruhi industri lewat kemampuan mereka menaikan harga atau
pengurangan kualitas produk atau servis. Pemasok menjadi kuat apabila beberapa kondisi
berikut terpenuhi:
a) Jumlah pemasok sedikit
b) Produk/ servis yang ada adalah unik dan mampu mnciptakan switching cost yang besar.
c) Tidak tersedia produk subtitusi
d) Pemasok mampu melakukan integrasi kedepan dan mengolah produk yang dihasilkan
menjadi produk yang sama yang dihasilkan perusahaan.
6. Pengaruh Kekuatan Stakeholder Lainnya
Kekuatan keenam yang ditambahkan oleh freeman yang dikutip Wheelen-Hungler adalah
berupa kekuatan diluar persahaan diluar perusahaan yang mempunyai pengaruh dan
kepentingan secara langsung bagi perusahaan. Stakeholder yang dimaksud adalah
II-16
pemerintah, serikat pekerja, lingkungan masyarakat, kreditor pemasok, asosiasi pedagang,
kelompok yang mempunyai kepentingan lain. Pengaruh dari masing-masing stakeholder
bervarasi di antara industri yang satu dengan yang lain.
2.4.2. Analisis Internal
Analisa lingkungan internal ditunjukkan untuk mengevaluasi faktor-faktor di dalam
perusahaan. Faktor-faktor ini sepenuhnya dapat dikendalikan oleh organisasi. Analisa
lingkungan internal mempunyai tujuan yang spesifikasi yaitu menentukan kekuatan dan
kelemahan organisasi. Secara tradisional, aspek-aspek lingkungan internal perusahaan yang
hendaknya diamati dapat dilihat dari beberpa pendekatan, empat diantaranya (Umar : 2003,
84) adalah :
1. Pendekatan Fungsional
Pada pendekatan ini, pengkategorikan analisis internal sering diarahkan pada pasar dan
pemasaran, kondisi keuangan dan akunting, produksi, sumber daya manusia, dan struktur
organisasi dan manajemen.
2. Pendekatan Rantai Nilai (Value Chains)
Analisa dengan pendekatan Rantai Nilai (Value Chains) didasarkan pada serangkaian
kegiatan yang beruntun dari kesimpulan aktivitas nilai (value chains) yang dilaksanakan
untuk mendesain, memproduksi, memasarkan, mengirimkan, serta mendukung produk
dan jasa mereka pada perusahaan yang terdiri atas satu SBU saja.
3. Pendekatan Kurva Belajar (Learning Curve)
Berdasarkan pengalaman yang semakin bertambah, suatu pekerjaan dapat dilakukan
dengan lebih baik serta lebih efesien. Penurunan biaya produksi karena bertambahnya
pengalaman kerja itu dapat digambarkan dalam bentuk grafik yang disebut learning curve
atau experience curve.
4. Pendekatan Kompetensi Inti (Core Competence)
Kompetensi Inti adalah suatu perkumpulan keterampilan dan teknologi yang terintegrasi
yang memberikan kontribusi untuk melakukan kompetisi dalam bisnis.
2.5. Teknik Penyusunan Strategi Bisnis
Menurut Fred R. david, cara menentukan strategi utama adalah dengan melakukan tiga
tahap (Three-stage) kerangka kerja dengan matriks sebagai model analisisnya. Perangkat atau
alat yang berbentuk matriks-matriks itu telah sesuai dengan segala ukuran dan tipe organisasi
II-17
perusahaan, sehinga alat tersebut dapat di pakai untuk membantu para ahli strategi dalam
mengindefikasi, mengevaluasi, dan memilih strategi-strategi yang paling tepat.
Tabel 2.2 Kerangka Kerja Formulasi Strategi
Gambar 2.3 Tiga Tahapan menentukan strategi utama Fred R. David
Sumber : Husein Umar, 2003 ,h.52.“ Strategic Management in Action”
2.5.1. Tahap 1 Input Stage (Tahap Input)
Tahap ini disebut Input Stage karena berfungsi untuk menyiapkan informasi dasar yang
diperlukan untuk merumuskan strategi.
Alat input mengaharuskan ahli strategi untuk menghitung secara subyektif dalam tahap
awal dari proses perumusan strategi. Membuat keputusan kecil dalam matriks input
menyangkut kepentingan relatif dari faktor-faktor eksternal dan internal membuat ahli
strategi menghasilkan dan mengevaluasi strategi menghasilkan dan mengevaluasi strategi
secara efektif. Penilaian intuitif yang baik selalu diperlukan dalam menetapkan pembobotan
dan penilain yang tepat.
II-18
Pada tahap ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi
juga merupakan suatu kegiatan pengklarifikasikan dan pra-analisis pada tahap ini data dapat
dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan data internal. Data eksternal diperoleh dari
luar lingkungan perusahaan (Rangkuti : 2002, 21), seperti :
Analisis pasar
Analisis kompetitor
Analisis komunitas
Analisis pemasok
Analisis pemerintah
Analisis kelompok kepentingan tertentu
Sedangkan data internal dapat diperoleh didalam perusahaan seperti :
Laporan keuangan
Laporan kegiatan sumber daya manusia
Laporan kegiatan operasional
Laporan kegiatan pemasaran
Matriks yang digunakan dalam tahap ini ada dua yaitu, Matriks EFE dan IFE
2.5.1.1. Matriks EFE
External Factor Evaluation (EFE) Matrix menghendaki agar para peneliti strategi
melakukan pengumpulan data eksternal dan menganalisa hal-hal yang menyangkut persoalan
ekonomi, social, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan, hokum, teknologi
dan informasi tentang persaingan di pasar industri dimana perusahaan berada.
Tabel 2.3 Model Matriks EFE
Faktor Eksternal
Bobot (a)
Peringkat (b)
Nilai Terimbang
(a x b)A. Peluang
II-19
1. ……………………2. ……………………n. ……………………
Jumlah (A)B. Ancaman1. ……………………2. ……………………n. ……………………
Jumlah (B)
a) Dengan membuat daftar faktor –faktor eskternal ( kolom-1) sebanyak 8-20 faktor
eksternal
b) Berikan Bobot (Kolom- a) untuk setiap faktor dari 1,00 (paling penting) sampai 0,00
(tidak penting). Setiap bobot yang diberikan merupakan angka relatif paling antar satu
dengan faktor lainnya. Semakin tinggi bobot semakin penting juga faktor ini ( semua
bobot harus berjumlah (1,00)
c) Tentukan Tingkatan (rating/skor) (Kolom-b) mulai 4 ( bagus) sampai 1 (buruk)
berdasarkan atas respon perusahaan saat ini. Tiap rating ditentukan berdasarkan atas
seberapa bagus perusahaan berkenaan dengan tiap-tiap faktor eksternal
d) Hitung skor bobot dengan mengalikan bobot dengan rating
e) Jumlahkan skor rating pada kolom 4(Total) untuk memeperoleh total skor
pembobotan bagi peruahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukan
bagaimana tertenu bereaksi terhadap factor-faktor strategis eksternalnya. Total skor
ini dapat digunkan untuk membandingkan perusahaan lainnya dalam kelompok
industri yang sama.
2.5.1.2. Matriks IFE
Langkah penyimpulan dalam mengelola internal-management audit dapat dipakai
untuk menyusun IFE matrix. Alat perumusan strategi ini menyimpulkan dan
mengevaluasikan kekuatan dan kelemahan yang besar dalam internal perusahaan yaitu di
divisi-divisi fungsional perusahaan misalnya di divisi Pemasaran, divisi Produksi, divisi
Litbang, dan pada divisi Administrasi dan keuangan. Hal ini untuk memberikan suatu basis
bagi pengindentifikasian dan pengevaluasian hubungan di antara divisi-divisi tersebut. Untuk
mengindentifikasi kelemahan dan kekuatan dalam internal perusahaan memerlukan intuitive
judgment yang sangat baik, artinya pihak top management dalam hal ini manajer harus
mempunyai intuisi yang baik dalam melihat kekuatan dan kelemahan yang ada di internal
II-20
perusahaan dalam penggunaan IFE matrix ini. Tahapan pada IFE matrix sama dengan
tahapan pada EFE matrix.
Tabel 2.4.Matrik IFE
Faktor Eksternal
Bobot (a)
Peringkat (b)
Nilai Terimbang
(a x b)A. Peluang
1. ……………………
2. ……………………
n. ……………………
Jumlah (A)B. Ancaman
1. ……………………
2. ……………………
n. ……………………
Jumlah (B)
Dengan langkah-langkah pengisian matrik IFE seperti dibawah ini :
a) Dengan membuat daftar faktor–faktor internal ( kolom-1) sebanyak 10-20 faktor
internal.
b) Berikan Bobot (Kolom-2) untuk setiap faktor dari 1,00 (paling penting) sampai 0,00
(tidak penting). Setiap bobot yang diberikan merupakan angka relatif paling antar satu
dengan faktor lainnya. Semakin tinggi bobot semakin penting juga faktor ini ( semua
bobot harus berjumlah 1,00)
c) Tentukan Tingkatan (rating/skor) (Kolom-3) mulai 4 ( kekuatan besar) sampai 1
( Kelemahan besar) yang mengindentifikasikan kekuatan dan kelemahan. Penentuan
rating berdasarkan atas ukuran perusahaan.bobot didasaekan atas ukuran industri
d) Hitung skor bobot dengan mengalikan bobot dengan rating.
e) Jumlahkan skor rating pada kolom 4(Total) untuk memeperoleh total skor
pembobotan bagi peruahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukan
bagaimana tertenu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya. Total skor
ini dapat digunkan untuk membandingkan perusahaan lainnya dalam kelompok
industri yang sama.
II-21
f) Lalu setelah melakukan indentisifikasi matrik IFE dan EFE dilakukan penentuan
pembobotan dengen cara perbandungan berpasangan antara faktor internal dan
eksternal dengen menggunakan skala, Skala yang digunakan menunjukan :
1 = jika indikator horizontal kurang penting dari pada indicator vertical
2 = jika indikator horizontal sama penting dengan indicator vertical
3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indicator vertical
2.5.2. Tahap 2 matching Stage (Tahap Mencocokan)
Tahap ini disebut matching stage karena berfokus pada pembangkitan strategi-strategi
alternatif yang dapat dilaksanakan melalui penggabungan faktor eksternal dan internal yang
utama.
Tahap pencocokan dari kerangka perumusan strategi terdiri dari : Matriks IE. Seluruh
alat ini tergantung pada informasi yang diperoleh dari tahap input untuk mencocokkan
peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan kelemahan internal. Mencocokan
faktor-faktor sukses kritis eksternal dan internal merupakan kunci untuk secara efektif
menghasilkan strategi alternative yang layak.
Tujuan dari setiap alat pencocokan tahap 2 adalah menghasilkan strategi alternative
yang layak, bukan untuk memilih atau menetapkan strategi mana yang terbaik. Oleh karena
itu, tidak semua strategi yang dikembangkan akan dipilih untuk implementasi. (Umar: 2002,
187)
Agar memperoleh suatu analisis yang lebih lengkap maka kita akan menggunakan matriks
sebagai berikut :
2.5.2.1. Matriks SPACE
Space Matriks dipakai untuk memetakan kondisi perusahaan dengan menggunakan
model yan dipresntasikan dengan menggunkan sebuah diagram certesius yang terdiri atas
empat kuadran dengan skala ukuran yang sama. Kerangka kerja ke-empat kuadran itu
dengan menunjukan apakah hasil analisisnya akan mengindentifikasi pemakaian strategi
aggressive, converativ, defensive, conpeitive bagi perusahaan. Masing-masing sumbu (axes)
dari matrik SPACE menyatakan dua demesi, yaitu :
a. Demensi Internal yang terdiri financial strength (FS) dan convetitive advantage (CA)
b. Dimensi Eksternal yaitu environmental stability (ES) dan Industry Strangth (IS)
Keempat faktor ini adalah factor penentu yang paling penting untuk meentukan posisi
strategis prusahaan.
II-22
Diagram certesius untuk SPACE Matrik diperhatikan seperti berikut ini.
Gambar. 2.4 Matriks SPACE
Sumber : Husein Umar, 2003 ,h.230.“ Strategic Management in Action”
Variable-variable pada matrik SPACE dari perusahaan yang diteliti harus dirancang
secara khusus dan mendalam, sehingga menghasilkan data dan informasi keuangan sebanyak
dan selengkap mungkin, misalnya mengenai return in investment, lavarage, liquidity, woring
capital, dan cash flow.
Langkah- langkah untuk mengembangkan suatu matriks SPACE adalah sebagai berikut:
Langkah-langkah membangun SPACE Matrix :
1. Pilih sejumlah variabel untuk mengukur Financial Strength (FS), Competitive
Advantage (CA), Environmental Stability (ES),dan Industry Strength (IS).
2. Beri tanda dengan angka berurutan dari +1 (paling buruk) sampai dengan +6 (paling
baik) untuk variabel-variabel dari dimensi FS dan IS. Beri tanda dengan angka
berurutan dari -1 (paling baik) sampai -6 (paling buruk) bagi variabel pada dimensi
ES dan CA
3. Hitung nilai rata-rata variabel setiap dimensi FS, CA, IS dan ES, kemudian petakan
nilai-nilainya pada sumbu di SPACE matrix.
4. Jumlahkan kedua nilai pada sumbu X, kemudian petakan hasilnya pada sumbuX.
Demikian pula jumlahkan nilai pada sumbu Y, dan petakan hasilnya. Selanjutnya
petakan perpotongan kedua dimensi tersebut.
5. Gambarkan arah vektor dari koordinat (0,0) melalui titik potong yang baru. Tanda
panah akan menunjukkan strategi yang disarankan untuk perusahaan apakah strategi
aggressive, competitive, defensive, atau conservative.
II-23
Tabel 2.5 Contoh Model Matriks SPACE pada PD. Putra Jaya
Rating FS dan IS 6 5 4 3 2 1Finansial Strength (FT) Pendapatan dan Keuntungan Penjualan Kemampuan Likuiditas Untuk Biaya Operasional Perbandingan Tingkat Utang Dengan Total Asset Perputaran Harta Total
Industry Strength (IS) 6 5 4 3 2 1Laju Inflasi Kondisi Tekanan Persaingan Produktivitas Perusahaan Pola Perubahan Masyarakat
Rating ES dan CA -6 -5 -4 -3 -2 -1Environmental Stability(ES) Potensi Pertumbuhan Industri Potensi Keuntungan Dalam Industri Loyalitas Pemasok Loyalitas Pelanggan
Competitive Adventange(CA) -6 -5 -4 -3 -2 -1Hambatan Masuk Pasar Pangsa Pasar Intensitas Persaingan Tingkat Inflasi
Pilihan rating (FS/IS) dan (ES/CA) pada isian terdiri dari berikut :
Rating 6 (FS dan IS ) dan Rating -1 (ES dan CA) : Baik sekali
Rating 5 (FS dan IS ) dan Rating -2 (ES dan CA) : Baik
Rating 4 (FS dan IS ) dan Rating -3 (ES dan CA) : Cukup Baik
Rating 3 (FS dan IS ) dan Rating -4 (ES dan CA) : Kurang Baik
Rating 2 (FS dan IS ) dan Rating -5 (ES dan CA) : Tidak Baik
Rating 1 (FS dan IS ) dan Rating -6 (ES dan CA) : Sangat Baik
2.5.2.2. Matriks IE
Matriks IE digunakan untuk melakukan pemetaan terhadap skor total matriks IFE dan
EFE yang dihasilkan dari hasil evaluasi faktor eksternal dan internal perusahaan. Matriks IE
terdiri atas dua dimensi, yaitu total skor dari matriks IFE dan total skor dari matriks EFE.
Total skor matriks IFE dipetakan pada sumbu X dengan skor 1,0 – 1,99 yang menyatakan
posisi internal adalah lemah, skor 2,0 – 2,99 posisinya rataan, serta skor 3,0 – 4,0 adalah
II-24
posisi kuat. Total skor dari matriks EFE dipetakan pada sumbu Y dengan skor 1,0 – 1,99
adalah posisi rendah, skor 2,0 – 2,99 adalah posisi rataan dan skor 3,0 – 4,0 adalah posisi
tinggi.
Matriks IE memiliki tiga implikasi strategi yang berbeda,yaitu :
1. SBU yang berada pada sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai growth dan build.
Strategi-strategi yang cocok bagi SBU ini adalah strategi insentif seperti market
Penetration, Market Development, dan Product Development atau strategi terintegrasi
seperti backward Integration, Forward Integration, dan horizontal Integration.
2. SBU yang berada pada sel-sel III, V, atau VII paling baik dikendalikan dengan strategi-
strategi Hold dan Maintain. Strategi-strategi yang umum dipakai yaitu strategi Market
Penetration dan Product Development.
3. SBU yang berada pada sel VI, VIII, atau IX dapat menggunakan strategi harvest atau
Disventiture.
Gambar 2.4. Matriks Internal Eksternal
Keterangan :
I : Stratgi konsentrasi memalui integrasi vertikal
II : Strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal
III : Strategi Turnarund
IV : Strategi Konstrasi melalui integrasi horizontal atau stabilitas ( tak ada perubahan
terhadap laba)
V : Strategi Divestasi
VII: Strategi Diversifikasi konglomerat
IX : Strategi likuidasi atau bangkrut
2.5.3. Tahap 3 Decision Stage (Tahapan Keputusan)
II-25
Tahap ini disebut decision stage. Tahap ini menggunakan input dari informasi Tahap
ke-1 untuk mengevalusikan secara obyektif strategi-strategi alternatif dari hasil Tahap ke-2,
sehingga memberikan suatu basis obyektif bagi pemilihan strategi-strategi yang paling
spesifik.
2.5.3.1. Matriks QSPM
Setelah pemaparan matriks-matriks input stage dan matching stage, berikut ini
dipaparkan matriks untuk decision stage, yaitu QSPM (Quantitative Strategies Planning
Matrix). Dalam literatur mengenai rancangan, ada satu teknik analisis yang dapat digunakan
untuk menentukan kemenarikan relatif (relative attractiveness) dari pelaksanaan strategi
alternative. Teknik yang dimaksudkan adalah Quantitative Strategies Planning Matrix
(QSPM), yaitu teknik yang dipakai pada tahap ke-3 (stage 3) dari kerangka kerja analisis
formula strategi. Teknik ini secara jelas menunjukkan strategi alternatif mana yang paling
baik untuk dipilih QSPM menggunakan input dari analisis pada tahap ke-1 dan matching
result pada tahap ke-2 yang memberikan informasi untuk analisis selanjutnya melalui QSPM
di tahap ke-3.
QSPM adalah alat yang direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan
evaluasi pilihan strategi alternative secara obyektif, berdasarkan key success factors atau
faktor-faktor kritis internal-eksternal yang telah diindentifikasikan sebelumnya. Jadi, secara
konseptual, tujuan QSPM adalah untuk menetapkan kemenarikan relatif (relative
attractiveness) dari strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan
strategi mana yang dianggap paling baik untuk diimplementsikan.
Seperti alat analisis untuk memformulasikan strategi lainnya, QSPM juga
membutuhkan intuitive judgment yang baik.
Contoh bentuk dasar QSPM pada tabel 2.6 ini menggambarkan semua komponen :
faktor-faktor kunci, alternatif strategi, bobot, nilai daya tarik, total daya tarik, dan jumlah
total nilai daya tarik. Istilah baru yang diperkenalkan (1). Nilai Daya tarik (Actractiveeness
Score), (2). Total Daya Tarik (Total Actractiveness Score), (3). Jumlah Total Nilai Daya tarik
(Sum Total Actractiveness Score).
Tabel 2.6 Bentuk Dasar QSPM
II-26
Faktor Utama
Aleternatif Strategi
Weight
Strategi
I
Strategi
II
Strategi
III
(AS) (TAS) (AS) (TAS) (AS) (TAS)
Faktor Eksternal
- Ekonomi
- Politik/Hukum
- Teknologi
- Persaingan
- Demografi
Fakor Internal
- Manajemen
- Pemasaran
- Keuangan
- Produksi/ Operasi
Sumber: Husein Umar, “Strategic Management in Action” (2002 : 246)
Faktor eksternal, responden perusahaan :
1 = Lemah
2 = Rata-rata
3 = Di atas rata-rata
4 = Superior
Faktor Internal, responden perusahaan :
1 = Sangat lemah
2 = Lemah
3 = Kuat
4 = Sangat kuat
Kolom sebelah kiri dari QSPM terdiri dari key success factors yang dihasilkan dari
matriks IFE dan EFE yang didapatkan dari input stage. Barisan atas terdiri dari alternatif
strategi yang dapat direkomendasikan, matriks IE yang direkomendasikan pada tahapan
matching stage. Alat untuk mencocokkan ini biasanya menghasilkan alternatif layak yang
serupa. Akan tetapi, strategi yang diusulkan dengan teknik pencocokan harus dievaluasi
dalam QSPM. Ahli strategi harus menggunakan penilaian intuituf yang baik untuk
II-27
menyeleksi strategi untuk dimasukkan dalam QSPM. Kolom weight adalah bobot
kemenarikan yang diterima oleh masing-masing faktor dalam EFE Matrix dan IFE Matrix.
Sifat positif dari QSPM (Umar : 2003, 202) adalah alat ini mengharuskan ahli strategi
untuk memadukan faktor-faktor eksternal dan internal yang terkait ke dalam proses
keputusan. Mengembangkan QSPM membuat faktor-faktor kunci lebih kecil
kemingkinannya terabaikan atau di beri bobot secara tidak sesuai. Keterbatasan yang dimiliki
QSPM adalah pertama, proses ini selalu memerlukan penilaian intuitif dan asumsi yang
diperhitungkan. Memberi peringkat dan nilai daya tarik mengharuskan keputusan subyektif,
walaupun demikian prosesnya menggunakan informasi obyektif, dan kedua, konsep ini hanya
dapat sebaik informasi yang diperlukan dan analisis perjodohan yang menjadi landasannya.
Langkah-langkah Pengembangan QSPM
Komponen-komponen utama dari suatu QSPM terdiri dari Key Factors, Strategic Alternative,
Weight, Attractiveness Score, dan Sum Total Attractiveness Score.
Berikut dipaparkan mengenai langkah-langkah pengembangan suatu QSPM.
Tahap 1 :Buatlah daftar peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan SBU perusahaan di
kolom sebelah kiri QSPM. Informasi ini diambil dari EFE matrix dan IFE matrix.
minimal sepuluh external critical success factors dan sepuluh internal critical
success factors dimasukkan ke dalam QSPM.
Tahap 2 :Beri Weight pada masing-masing external and internal key success factors. Weight
ini sama dengan yang ada di EFE matrix dan IFE matrix
Tahap 3 :Teliti matriks-matriks pada stage ke-2 dan identifikasikan strategi alternatif yang
pelaksanaannya terus dipertimbangkan perusahaan. Catatlah strategi-strategi ini di
bagian atas baris QSPM. Kelompokkan strategi-strategi tersebut ke dalam kesatuan
yang mutually exclusive, jika memungkinkan.
Tahap 4 :Tetapkan Attractiveness Score (AS), yaitu nilai yang menunjukkan kemenarikan
relatif untuk masing-masing strategi yang terpilih. Attractiveness Score ditetapkan
dengan cara meneliti masing-masing external and internal key success factors.
Tentukan bagaimana peran dari tiap factor dalam proses pemilihan strategi yang
sedang dibuat. Jika, peran dari factor tersebut adalah besar, maka strategi-
strateginya harus dibandingkan relatif pada faktor utama itu. Secara terinci, nilai
Attractiveness Score harus ada pada masing-masing strategi untuk menunjukkan
kemenarikan relatif dari suatu strategi terhadap strategi lainnya. Batasan nilai
Attractive Score adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = secara logis
menarik, 4 = sangat menarik.
II-28
Tahap 5 :Hitunglah Total Attractiveness Score. Total Attractiveness Score dibuat dari
perkalian Weight (Tahap 2) dengan Attractiveness Score (Tahap 4) pada masing-
masing baris. Total Attractiveness Score menunjukkan relative attractiveness dari
masing-masing alternatif strategi.
Tahap 6 :Hitung Sum Total Attractiveness Score. Jumlahkan semua Total Attractiveness
Score pada masing-masing kolom QSPM. Dari beberapa nilai TAS yang didapat,
nilai TAS dari alternatif strategi yang tertinggilah yang menunjukkan bahwa
alternatif strategi itu yang menjadi pilihan utama. Nilai TAS terkecil menunjukkan
bahwa alternatif strategi ini menjadi pilihan terakhir.
2.6. Strategi Fungsional
Setelah menentukan strategi utama maupun menguji bidang usaha yang dipilih, maka
perlu disiapkan strategi dan kebijakan fungsional prusahaan yang sesuai dengan strategi
utamanya.(Umar: 2003,h,320).
Indentifikasi dan penentuan strategi berbagai bidang fungsional sangat penting karena
dapat dapat lebih memperjelas strategi utama dengan indentifikasi yang sifatnya spesifik dan
terperinci, tentang bagaimana perusahaan harus mengelola bidang-bidang fungsional tertentu
dimasa depan.
Oleh karena itu perusahaan harus mengembangkan berbagai strategi bidang
fungsional dengan memberikan perhatian utama pada bidang-bidang fungsional seperti,
pemasaran, keuangan dan operasional.
2.6.1. Strategi Pemasaran
Perencanaan Pemasaran berdasarkan pada analisis yang menyeluruh terhadap
pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Lingkungan eksternal
perusahaan setiap saat berubah dengan cepat sehingga melahirkan berbagai peluang dan
ancaman yang baik datang dari pesaing utama maupun dari iklim yang senantiasa berubah.
Konsekuensi perubahan faktor eksternal tersebut mengibatkan perubahan faktor internal
perusahaan, seperti perubahan terhadap kekuatan maupun kelemahan yang dimiliki
perusahaan tersebut.(rangkuti: 2006.h 48)
Menurut Rangkuti (2003,h.49) terdapat tiga unsur utama dalam karakteristik
pemasaran, yaitu:
A. Unsur Strategi Persaingan
Unsur strategi persaingan dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu:
II-29
1. Segmentasi pasar
Segmentasi pasar adalah tindakan mengindenifikasi dan membentuk kelompok pembeli
atau konsumen secara terpisah. Masing-masing segmen konsumen ini memiliki
karakteristik, kebutuhan produk, dan bauran pemasaran tersendiri
2. Targeting
Targeting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang dimasuki
3. Positioning
Positioning adalah penetapan posisi pasar. Tujuan positioning ini adalah untuk
membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk yang ada dipasar
kedalam benak konsumen.
B. Unsur Taktik Pemasaran
Terdapat dua unsur taktik pemasaran, yaitu:
1. Diferensiasi, yang berkaitan dengan cara membangun strategi pemasaran dalam
berbagai aspek perusahaan. Kegiatan membangun strategi pemasaran inilah yang
membedakan diferensiasi yang dilakukan satu perusahaan dengan yang dilakukan oleh
perusahaan lain.
2. Bauran pemasaran, yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan mengenai produk, harga,
promosi dan tempat.
C. Unsur Nilai Pemasaran
Nilai pemasaran dapat dikelompokan menjadi tiga ,yaitu:
1. Merek atau brand, yaitu nilai yang berkaitan dengan nama atau nilai yang melekat pada
satu perusahaan sentiasa berusaha meningkatkan brand equiti-nya.
Jika brand equity-nya dikelola dengan baik, perusahaan yang bersangkutan setidaknya
perusahaan akan mendapatkan dua hal. Pertama, para konsumen akan menerima nilai
produknya. Mereka dapat merasakan suatu mamfaat yang diperoleh dari produk yang
mereka beli dan merasa puas karena produk itu sesuai dengan harapan mereka. Kedua,
peusahaan itu sendiri memperoleh nilai melalui loyalitas pelanggan terhadap merek,
yaitu peningkatan margin keuntungan, keunggulan bersaing, dan efisiensi serta
efekivitas kerja khususnya program pemasarannya.
2. Pelayanan atau servis, yaitu nilai yang berkaitan dengan pembelian jasa pelayanan
kepada konsumen. Kualitas pelayanan kepada konsumen perlu terus-menerus
ditingkatkan.
II-30
3. Proses, yaitu nilai yang berkaitan dengan prinsip perusahaan untuk membuat seiap
karyawan terlibat dan memiliki rasa tangung jawab dalam proses memuaskan
konsumen, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
2.6.2. Strategi Operasional
Menurut Rangkuti (2003.h.57) strategi operasional adalah komitmen terhadap semua
kegiatan yang direncakaan maupun yang ada dalam lingkup perusahaan itu. Kegiatan yang
akan dilaksanakan tersebut secara optimal memamfaatkan seluruh sumber daya yang ada dan
melakukan proses transformasi untuk mencapai distinctive competence dan tujuan opersional
perusahaan.
Indikator yang sangat bermamfaat membentuk pengertian strategi operasional adalah:
a. Komitemen terhadap kegiatan yang ada dalam lingkup perusahaan
b. Kondisi yang ada saat ini dan yang akan direncanakan
c. Proses transformasi, yaitu kegiatan organisasi yang dapat mengubah masukan menjadi
nilai tambah keluaran.
d. Distinctive Competence yaitu kemampuan spesifik yang di miliki oleh perusahaan
untuk menghasilkan nilai tambah melalui proses transformasi dan mendukung tujuan
perusahaan secara keseluruhan
Komponen strategi operasional dibuat untuk mendukung penerapan misi dan strategi
perusahaan, yaitu sebagai berikut:
a. Strategi Kualitas
Perusahaan harus menentukan persepsi konsumen mengenai kualitas yang diharapkan.
Ia juga harus merumuskan secara jelas kebijakan yang prosedur unuk mencapai
kualitas seperti yang diharapkan oleh konsumen agar ia dapat bersaing unuk
memperoleh keunggulan bersaing. Misalnya, keunggulan bersaing dalam hal :
- Harga relatif rendah
- Variasi Produk
- Pelayanan yang baik
- Kualitas yang baik dan konsisten
b. Strategi Produk
Strategi mengenai produk agar tergantung pada proses transformasi. Strategi ini
meliputi biaya produksi kualitas dan keputusan penggunaan sumberdaya mansia,
intaraksi dengan desain produk.
c. Proses produksi
II-31
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan adalah tekologi yang digunkan, kualitas,
pendayagunaan tenaga kerja manusia dan peralatan. Semua biaya atau investasi yang
akan di tanam, sangat tergantung pada struktur biaya peusahaan.
d. Strategi Fasilitas
Pengambilan keputusan mengenai fasilitas yang baik pada industri manufaktur
maupun industri jasa sngat menentukan tingkat keberhasilan perusahaan. Strategi
mengenai faslitas akan gagal jika tidak mengetahui semua peluang untuk
meningkatkan efesiensi operasional dan fasilitas yang ada.
2.6.3. Strategi Keuangan
Strategi keuangan merupakan aspek yang sangat penting dalam menyusun suatu
menyusun rencana bisnis. Dari analisa keuangan akan dapat diketahui sumber-sumber
pendanaan yang diperoleh, aliran keluar, masuknya kas, perhitungan kemungkinan laba, dan
jadwal pengembalian pinjaman berikut bunganya.
2.6.3.1. Profile Biaya dan Pendanaan
Digambarkan dalam bentuk grafik, profil biaya dan pendapatan selama proyek dan
investasi, yang dibuat berdasarkan komulatif. Disini dibedakan pengertian antara siklus
proyek, dengan umur proyek atau investasi. Siklus proyek dimulai dari permulaan kegiatan
proyek sampai dengan pembangaun fisik selesai, sedangkan umur proyek sampai instilasi
suatu produksi hasil pembangunan fisik tidak lagi berfungsi secara ekonomi. Jadi umur
proyek lebih panjang dari siklus proyek.
Umur suatu proyek tergantung dari berbagai macam faktor, seperti faktor teknis,
misalnya umur peralatan utama telah menjadi tua sehingga ongkos pemeliharaan menjadi
terlalu tinggi. Proses produksi yang dipakai telah ketinggalan teknologi sehingga
mengakibatkan ongkos produksinya tidak dapat dapat bersaing. Dapat pula disebabkan faktor
permintaan pasar terhadapproduk yang dihasilkan terlalu rendah.
Semua ini menyebabkan diambilnya keputusan bahwa suatu investasi tidak ekonomis
tidak dioperasikan lebih lanjut.
2.6.3.1.1. Biaya Pertama
Biaya pembangunana fisik serta pengeluaran lainnya yang berkaitan sering disebut
sebagai biaya pertama (First Cost), yang meliputi modal untuk membangun proyek dan
modal kerja.
II-32
1. Modal Tetap Untuk Membangun Proyek
Biaya-biaya yang termasuk kedalam modal tetap untuk membangun sebuah proyek
adalah sebagai berikut :
a. Pengeluaran untuk studi kelayakan, penelitian dan pengembangan
b. Pembiayan untuk membangun instalasi atau fasilitas
2. Modal Kerja
Modal kerja adalah biaya untuk membiayai keperluan operasi dan produksi pada waktu
pertama kali disajikan, yang termasuk dalam biaya modal kerja diantaranya :
a. Pembelian bahan baku
b. Gaji Karyawan
2.6.3.1.2. Biaya Operasi dan Produksi
Biaya produksi dan operasi adalah pengeluaran yang diperlukan agar kegiatan operasi
atau produksi berjalan lancar sehingga dapat menghasilkan produk sesuai dengan rencana
bisnis.
1. Bahan Baku
Lazimnya pengeluaran untuk pengadaan bahan baku merupakan porsi yang cukup besar
dari ongkos produksi. Ini meliputi pembelian bahan baku, transportasi dan lain-lain.
2. Tenaga Kerja
Pengeluaran untuk tenaga kerja operasi dan produksi terdiri dari gaji dan tunjungan bagi
mereka yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses produksi, misalnya
gaji dan tunjangan bulanan , sewa rumah dan lain-lain.
3. Utiliti dan Penunjang
Ini adalah pengeluaran untuk mendukung operasi dan produksi seperti bahan bakar untuk
transportasi pengiriman material
4. Admnistrasi, Manajemen dan Overhead
Untuk melaksanakan operasi dan produksi, pengeluaran-pengeluaran penting sifatnya
tidak langsung adalah administrasi, manajemen dan ovberhead, pajak dan asset,promosi
dan lain-lain.
2.6.3.1.3. Pendapatan (Revenue)
Pendapatan adalah jumlah pembayaran yang diterima perusahaan dan penjualan
barang dan jasa, Di hitung dengen mengalikan kuantitas barang yang terjual dengan harga
satuan.
II-33
P = D x h (2.1)
Dimana:
P = Pendapatan
D = Jumlah (quantity) terjual
h = Harga Satuan (Kg)
Pada awal oprasi, umumnya sarana produksi tidak terpacu untuk operasi penuh, tetapu
naik perlahan-lahan samapai segala sesuatunya, siap untuk mencapai kapasitas penuh. Oleh
karena itu, perencanaan jumlah pendapatan pun harus disesuaikan dengan pola ini.
2.6.3.1.4. Neraca (Balense sheet)
Neraca adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada
suatu periode akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada akhir periode
tersebut. Neraca terdiri dari tiga unsur, yaitu aktiva, kewajiban, dan modal. Harta yang
disajikan dalam neraca disusun berdasarkan likuiditas, yaitu tingkat kecepatan harta tersebut
menjadi uang, dalam kegiatan perusahaan. Sedangkan utang disusun atas jangka waktu
pembayaran. Dan modal disusun berdasarkan tingkat kekekalan atau lamanya bertahan dalam
perusahaan.
Menurut Hongren, Charles T, dalam Mulyadi, (1992:43), bentuk neraca yang umum
digunakan adalah sebagai berikut :
a. Bentuk Skontro (Account Form)
Dalam bentuk skontro, semua aktiva perusahaan disusun di sisi kiri (debet),
kewajiban dan ekuitas disusun di sisi kanan (kredit). Di tengah bagian atas ditulis
judul yang berisi nama perusahaan, kata neraca, dan tanggal neraca. Sebagai contoh,
berikut ini susunan aktiva, kewajiban, dan ekuitas.
b. Bentuk Vertikal
Dalam bentuk ini semua aktiva nampak dibagian ayas selanjutnya diikuti dengan
hutang jangka pendek, hutang jangka panjang serta modal
c. Bentuk netaca yang disesuaikan dengan kedudukan atau posisi keuangan perusahaan.
Neraca berbentuk skontro dan neraca bentuk vertical dapat dilihat pada Tabel 2.6 dan
Tabel 2.7 berikut :
II-34
Tabel 2.7. Neraca Bentuk Skontro
PERUSAHAAN “X”Neraca 31 Desember 20xx
Aktiva Pasiva
Jangka Pendek Jangka Pendek
Kas Hutang Dagang
Surat Berharga Hutang-hutang Jangka Pendek
Persedian Biaya-biaya Terhutang
(Pajak, Gaji)
Jangka Panjang Jangka Panjang
NilaiPerolehan Peralatan Hutang Obligasi
Bangunan Hutang Hipotek
Dikurangi Akumulasi Penyusutan Saham Prefensi
Peralatan, Banguanan dan Mesin
Modal Sendri
Laba Ditahan
Total Aktiva Total Pasiva
Sumber : Hongren, Charles T, dalam Mulyadi, 1992, Akutansi Biaya, Erlangga, Jakarta, h.45.
Tabel 2.8 Neraca Bentuk Vertikal
PERUSAHAAN “X” Neraca 31 Desember 20xx Aktiva Aktiva Lancar Kas xxx Piutang xxx Persedian xxx Total Aktiva Lancar xxxAktiva TetapTanah dan Bangunan xxxDepresiasi xxxMesin dan Peralatan xxx Total Aktiva Tetap xxx Total Aktiva xxxPASIVAHutang Dagang xxxBiaya yang harus dibayar xxx Total Hutang xxxModal xxxTotal Pasiva xxx
Sumber : Hongren, Charles T, dalam Mulyadi, 1992, Akutansi Biaya, Erlangga, Jakarta, h.48
II-35
2.6.3.1.5. Cost Of Good Sold (COGS)
Proses produksi dan penataan fisik dipabrik merupakan dasar guna menentukan
prosedur akumulasi biaya, Pada umumnya perkiraan yang mencerminkan operasi pabrik
adalah : bahan, pembayaran gaji, pengendalian overhead pabrik, barang dalam proses, barang
jadi, dan harga pokok penjualan, Perkiraan-perkiraan ini digunakan untuk mengukur arus
biaya pada setiap periode fisikal mulai dari perolehan bahan, melalui proses pabrik, sampai
harga pokok penjualan.
Perkiraan biaya merupakan penelusuran dan perkiraan umum (general account) dan
berkaitan dengan perkiraan umum tersebut.
Ada tiga unsur, menurut Hongren, Charles T, dalam mulyadi, (1992:62) yang terdapat
dalam menentukan harga pokok penjualan diantaranya :
1. Biaya bahan langsung
Adalah semua bahan baku yang terbentuk dari bagian produk jadi dan dapat
dilibatkan secara langsung kepada perhitungan ongkos produk.
2. Tenaga Kerja langsung
Merupakan tenaga kerja yang digunakan secara langsung untuk mengelola material
langsung.
3. Ongkos tak langsung (Overhead)
Ongkos tak langsung disebut juga ongkos-ongkos tak langsung manufaktur
(manufacturing overhead), dapat didefinisikan sebagai ongkos-ongkos material tidak
langsung, tenaga tidak langsung dan semua biaya manufacturing lainnya yang tidak
dibebankan secara langsung terhadap produk tertentu. Biaya overhead terdiri dari dua
kelompok yaitu :
a. Overhead pabrik variable, contohnya adalah daya perlengkapan, sebagain tenaga
tidak langsung
b. Overhead pabrik tetap, cntohnya sewa, pajak bumi dan bangunan dan penyusutan
2.6.3.1.6. Perhitungan Rugi Laba
Laporan Laba-Rugi adalah suatu bentuk laporan keuangan yang menyajikan informasi
hasil usaha perusahaan yang isinya terdiri dari pendapatan usaha dan beban usaha untuk satu
periode akuntansi tertentu.
Unsur-unsur laporan laba-rugi, yaitu:
1. Pendapatan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi
dalam bentuk pemasukan dan penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang
II-36
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa dikenal dengan
sebutan berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga dan lainnya.
2. Beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam
modal. Istilah beban kadangkala disebut juga dengan biaya (cost). Contoh termasuk
dalam kategory beban/biaya adalah HPP, biaya pemasaran, biaya gaji karyawan, biaya
penyusutan, biaya administrasi umum dan sejenisnya.
Laporan Laba-Rugi dapat dibuat dalam dua bentuk, yaitu:
1. Bentuk Single Step atau Langsung
Semua pendapatan dikelompokkan tersendiri di bagian atas dan dijumlahkan, kemudian
semua beban dikelompokkan tersendiri di bagian bawah dan dijumlahkan. Jumlah
pendapatan dikurangi jumlah beban, selisihnya merupakan laba bersih atau rugi bersih.
2. Bentuk Multiple Step atau Tidak Langsung
Pendapatan dibedakan menjadi pendapatan usaha dan pendapatan di luar usaha, demikian
juga beban dibedakan menjadi beban usaha usaha dan beban di luar usaha. Pendapatan
dan beban usaha disajikan pertama, pendapatan dan beban di luar usaha disajikan
kemudian.
Tabel 2.9. Bentuk Single Step atau Langsung
PERUSAHAAN “X”Income Statement
Neraca 31 Desember 20xxPenghasilan Pokok xxx Penghasilan NonOperasional xxx Penghasilan Insidentil xxx Total Aktiva Lancar xxx Harga Pokok xxx Biaya Operasional xxx Biaya Non Operasional xxx Kerugian Yang Insidentil xxx Total Biaya xxx Total Pendapatan Bersih xxx
Sumber : Hongren, Charles T, dalam mulyadi, 1992, Akutansi Biaya, Erlangga Jakarta, h.75
II-37
Tabel 2.10. Bentuk Multiple Step atau Langsung
PERUSAHAAN “X”Income Statement
Neraca 31 Desember 20xxPotongan/Retur penjualan xxx Penjulalan Netto xxxHarga Pokok Penjualan xxx Laba Penjualan xxxBiaya-Biaya Operasi xxx Biaya-Biaya Umum Non Operasional xxx Laga Bersih Operasional xxxPenghasilan Biaya Non Operasional xxx Penghasilan xxx Biaya xxx
Sumber : Hongren, Charles T, dalam mulyadi, 1992, Akutansi Biaya, Erlangga Jakarta, h.76
2.6.3.1.7. Arus Kas (Cash Flow)
Arus Kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas (cash equivalent) atau
investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan yang cepat dapat dijadikan kas
dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan (Ikatan
Akuntan Indonesia 2004 : 2.2). Arus Kas adalah arus kas masuk operasi dengan pengeluaran
yang dibutuhkan untuk mempertahankan arus kas operasi dimasa mendatang (Brigham dan
Houston 2001 : 47). Dari kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Arus Kas adalah
arus kas masuk dan arus kas keluar atau setara kas dalam periode tertentu yang berjangka
pendek dalam pengelolaan uang yang dimiliki perusahaan.
Semua arus kas masuk dan arus kas keluar diklasifikasikan ke dalam salah satu dari
tiga kategori : Operasi, Investasi, Pendanaan. Pengklasifikasian arus kas ini penting dilakukan
untuk mengevaluasi arus kas yang telah terjadi dan memprediksi arus kas masa depan.
Berdasarkan ketentuan diatas maka kita perlu diketahui kapan perhitungan cash flow
dapat digunakan untuk menganalisa proyek.
II-38
Tabel 2.11. Contoh Format Cash Flow
UraianTahun
1 2PEMASUKAN (SOUCES) - Modal Sendiri - Modal Pinjaman - Pendapatan Penjualan - Total Pemasukan PENGELUARAN (USES) - Biaya Produksi dan Operasi - Biaya Umum dan Administrasi - Investasi Peralatan Infrasuruktur - Biaya Bunga - Pajak Total Pengeluaran NET CASH FLOW BEGINNING CASH BALANCE ADD (DEDUCT) DEPOSIT ENDING CASH
Sumber : Hongren, Charles T, dalam mulyadi, 1992, Akutansi Biaya, Erlangga Jakarta, h.78
Pengertian cash flow hendaknta tidak ikut campur adukan dengan profit, karena cash
flow tidak sama dengan profit (laba). Perubahan profit tidak selalu diikuti dengan perubahan
cash flow.
Perbedaan nya :
Profit = Revenues – expenses – Depreciation (2.3)
Sedangkan :
Cash flow = Revenues – expenses – Capital Ekspenditur (2.4)
Cash Flow juga dapat dihitung dengan cara :
Cash flow = Profit + Depreciation – Capital Ekspenditur (2.5)
Pajak dihitung dengan cara :
Pajak = tingkat pajak x profit (2.6)
Pajak = tingkat pajak (Revenues – expenses – Depreciation) (2.7)
Cara perhitungan depresiasi untuk pajak
Penilaian depresiasi (penyusutan) sejumlah assest untuk tujuan pajak dihitung sebagai
berikut: Biaya investasi dikurang persentase penyusutan yang nilainya berbeda-beda
tergantung dari jenis asset yang akan diukur. Pada umumnya asset berupa tanah tidak
II-39
memiliki nilai depresiasi (penysutan). Asset berupa mesin, gedung, disusutkan dengan
persentase 15%
2.6.3.2. Penilain Investasi
Salah satu cara untuk mengembangkan suatu usaha adalah dengan melakukan
investasi baru. Sebelum melakukan investasi, perlu dilakukan studi kelayakan untuk
memperkirakan apakah investasi yang dilakukan layak atau tidak, salah satunya ditinjau dari
segi keuangan. Metode yang biasa dipetimbangkan untuk dipakai dalam penilaian aliran kas
kas dari suatu investasi yaitu: payback period, net present value, dan internal rate of return.
2.6.3.2.1. Metode PlayBack Period
Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali
pengeluaran investasi dengan menggunakan proceed atau aliran kas neto. Dengan demikian
payback period dari suatu investasi menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan agar
dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya
Play Back Periode = 1 Tahun + Sisa Biaya Pada Tahun Ke-1 x 12 Bulan (2.8) Aliran Kas Pada Tahun Ke-2
2.6.3.2.2. Metode Net Present Value
Metode Nilai Uang Tunai Bersih (Net Prensent Value) yang digunakan untuk menilai
apakah aliran kas bersih yang dipengaruhi oleh faktor waktu dan nilai uang. Untuk
menghitung Nilai Uang Tunai Bersih (Net Prensent Value) dapat menggunakan rumus
sebagai berikut :
NPV = Nilai Skarang dari aliran Kas Bersih-Investasi Awal (2.9)
NPV = Σnt=1 Ct - C0 (2.10)
(1+i)t
Dimana :
Ct = Net Cash Flow
C0 = Biaya investasi
i = Suku Bunga ( Discount rate)
Kriteria Penilaian :
Jika NPV > 0 , Usulan diterima
Jika NPV < 0, Usulan ditolak
Jika NPV= 0, nilai tetap walaupun proyek diterima atau ditolak
II-40
2.6.3.2.3. Metode Internal Rate of Return (IRR)
Metode tingkat pengembalian internal (Internal Rate of Return) adalah untuk melihat
berapa tingkat bunga atas aliran kas (Cash Flow) yang dihasilkan dari suatu investasi. Dalam
perhitungan usulan investasi dengan metode investasi pengembalian internal juga digunakan
faktor waktu dari uang, seperti halnya metode NPV
Untuk mencari tingkat pengembalian internal (IRR) maka harusdilakukan dngan cara
coba-coba dan interpolasi. Besarnya tingkat bunga coba-coba haruslah satu tingkat diatas
bunga yang ditingkatkan perusahaan yang menghasilkan NPV positif dan satu tingkat bunga
lainnya yang menghasilkan NPV negatif. Perhitungan akan lbih baik jika tingkat coba-coba
menghasilkan nilai tunai yang bersih positif dan negatif yang mendekati nol
r = r1 + NPV1 x ( r2 - r1 ) (2.11) (NPV1-NPV2)
Dimana :
r = tingkat pengembalian internal investasi
2.6.3.2.4. Profitabilitas Indeks
Metode indeks profitabilitas merupakan ukuran antara aliran kas bersih (Cash Flow)
yang telah didiskonto dengan biaya investasi yang telah dikeluarkan, adapun dari indeks
profitabilitas adalah sebagai berikut :
Indeks Profitabilitas = Nilai sekarang Dari Kas Bersih (2.12) Investasi Awal
Kriteria nilai Pofitabilitas Index adalah sebagai berikut :
Terima jika PI > 1
Tolak jika PI < 1
Kemungkinan diterima jika NPV = 1
Pada saat nilai PI lebih besar daripada 1, rencana investasi tersebut akan memiliki
nilai net present value positif. Sedangkan apabila nilai PI lebih kecil daripada 1, maka
rencana investasi tersebut memiliki nilai net present value negatif. Rencana investasi
kemungkinan dapat dilanjutkan apabila nilai PI sama dengan nol.
Hal ini berarti bahwa total nilai present value dari selama umur projek memiliki
jumlah yang sama dengan biaya investasi (initial investment).
II-41
2.6.4. Analisis Rasio Keuangan Perusahaan
Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analis keuangan
memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai adalah rasio atau atau
indeks, yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya.
Rasio analisis keuangan meliputi dua jenis perbandingan. Pertama, analis dapat
memperbandingkan rasio sekarang dengan yang lalu dan yang akan datang untuk perusahaan
yang sama (perbandingan internal) Kedua, perbandingan meliputi perbandingan lainnya yang
sejenis atau dengan rata-rata industri pada satu titik yang sama (perbandingan eksternal).
Rasio-rasio dikelompokan kedalam 5 kelompok dasar, yaitu: likuiditas, leverage, aktivitas
1. Rasio Likuiditas (Liqidity)
a. Current Ratio (Rasio Lancar)
Current Ratio (Rasio Lancar)= Harta Lancar x 100 % (2.13) Hutang Lancar
Current Ratio merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui
kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek karena rasio ini menunjukan seberapa
jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang dipekirakan menjadi
uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang.
b. Quick (Acid) Ratio
Quick (Acid)Ratio = Harta Lancar- Persediaan x 100 % (2.14) Hutang Lancar
Persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya rendah, sering
mengalami fluktuasi harga, dan unsur aktiva lancar ini sering menimbulkan kerugian jika
terjadi likuidasi. Jadi rasio cepat lebih baik dalam memenuhi kewajiban jangka pendek
2. Rasio Lavarage
a. Total Debt ToTotal Asset Ratio
Debt Ratio= Hutang Lancar x 100 % (2.15) Total Hutang
Rasio ini memperlihatkan proporsi anatara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan
yang dimiliki. Semakin tinggi hasil persentasenya, cenderung semakin besar resiko
keuangannya bagi kreator maupun pemegang saham.
3. Rasio Profitabilitas
a. Gross Profit Margin
Gross Profit Margin = Laba Kotor x 100 % (2.16) Penjualan
II-42
Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya,
mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Dalam
mengevaluasi dapat dilihat margin per unit produk, bila rendah maka perusahaan tersebut
sensitif terhadap pesaingnya.
b. Total Asset Turnover
Total Asset Turnover= Penjualan x 1kali (2.17) Total Aktiva
Total Assets Turn Over menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan
asetnya untuk menghasilkan penjualan. Jika menggunakan perbandingan lebih dari satu
periode, maka nilai total assets turn over yang semakin besar akan semakin bagus, dalam
arti, perusahaan efektif dalam memanfaatkan asetnya
c. Return on Infestment (ROI)
Return on Infestment = Laba Bersih x 100 % (2.18) Jumlah Aktiva
Return on investment merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan
total aktiva. Return on investment adalah merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah
keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan.
Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return on
investment merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh
perusahaan bila di ukur dari nilai aktiva
d. Keuntungan Atas modal sendiri (Return On Net Worth)
Return on equity merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan total
ekuitas. Return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang
tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang
saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan
Return on equity adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan
mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari
investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan
ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut rentabilitas usaha.
e. Return on Equity = Laba Bersih Sesudah Pajak x 100 % (2.19)
Modal Sendiri