BAB II
-
Upload
muhammad-furqon-fahluly -
Category
Documents
-
view
52 -
download
1
Transcript of BAB II
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Pengetahuan
a. Pengertian p engetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga, dan sebagainya). Hal ini dengan sendirinya, pada waktu penginderaan
sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas
perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2010).
b. Tingkatan p engetahuan
Dalam bukunya, (Notoatmodjo, 2010) menyatakan bahwa pengetahuan
terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara
garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu:
a) Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang
telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui
atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan
pertanyaan-pertanyaan (Notoatmodjo, 2010).
6
7
b) Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek
tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus
dapat menginterpretasikan secara benar tentang tentang objek yang
diketahui tersebut (Notoatmodjo, 2010).
c) Aplikasi (application)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi sebenarnya (Notoatmodjo, 2010).
d) Analisis (analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi,
dan masih ada kaitannya satu sama lain (Notoatmodjo, 2010).
e) Sintesis (synthesis)
Kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-
bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru (Notoatmodjo,
2010).
f) Evaluasi (evaluation)
Kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi
atau objek (Notoatmodjo, 2010).
c. Hal-hal yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Meliono (2007), pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya:
8
1. Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan, yang bertujuan untuk
mencerdaskan manusia.
2. Usia
Usia juga mempengaruhi pengetahuan seseorang karena dengan
bertambahnya usia maka akan bertambah pula intelektualnya
(Notoatmodjo, 2005).
3. Media
Media adalah sarana yang dapat dipergunakan oleh seseorang
dalam memperoleh pengetahuan, misalnya televisi, koran, radio.
4. Informasi
Informasi adalah data yang diperoleh dari observasi terhadap
lingkungan sekitar yang diteruskan melalui komunikasi dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Sikap
a. Pengertian sikap
Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau
objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
9
bersangkutan (senang tidak senang, setuju tidak setuju, baik tidak baik, dan
sebagainya) (Notoatmodjo, 2010).
b. Komponen pokok sikap
Sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu:
a) Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. Artinya,
bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap
objek (Notoatmodjo, 2010).
b) Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek artinya
bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang
tersebut terhadap objek (Notoatmodjo, 2010).
c) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap
merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.
Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka
(tindakan (Notoatmodjo, 2010).
Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang
utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan
penting (Notoatmodjo, 2010).
c. Tingkatan sikap
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu:
1) Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang (subjek) mau menerima stimulus
yang diberikan (objek).
10
2) Menanggapi (Responding)
Memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek
yang dihadapi.
3) Menghargai (Valuing)
Menghargai diartikan bahwa subjek atau seseorang memberikan nilai
yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya
dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau
menganjurkan orang lain merespon.
4) Bertanggung Jawab (Responsible)
Bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko adalah sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo,
2010).
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut Azwar
(2009) adalah sebagai berikut:
1. Pengalaman pribadi
Sesuatu yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk
dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.
Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk
dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus
mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis.
11
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara
komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang
kita anggap penting, sesorang yang kita harapkan persetujuannya bagi
setiap gerak dan tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin
kita kecewakan atau seseorang yang berati khusus bagi kita, akan
banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu.
3. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita hidup
dalam budaya yang mempunyai norma longgar bagi pergaulan
heteroseksual, sangat mungkin kita akan mempunyai sikap yang
mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan heteroseksual.
4. Media massa
Media massa sebagai sarana komunikasi. Berbagai bentuk media
massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dll, mempunyai
pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang.
5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang
12
boleh dan yang tidak boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan dan
dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
6. Faktor emosi dalam diri individu
Bentuk sikap tidak semuanya ditentukan oleh situasi lingkungan
dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai
semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara
dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula
merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.
e. Skala sikap
Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self report adalah dengan
menggunakan daftar pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh individu
yang disebut skala sikap . Suatu skala sikap berwujud kumpulan pertanyaan-
pertanyaan sikap yang ditulis, disusun, dan dianalisis sedemikian rupa sehingga
respon seseorang terhadap pernyataan tersebut dapat diberi angka (skor) dan
kemudian dapat diinterpretasikan (Azwar, 2008).
3. Wanita Usia Subur
Wanita usia subur adalah semua wanita yang telah memasuki usia antara
15−49 tahun tanpa memperhitungkan status perkawinannya (Kemenkes RI, 2011).
13
Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun (Aziz, 2006).
Oleh karena itu wanita subur rentan dengan kejadian kanker serviks.
Vaksinasi Human Papillomavirus sebagai upaya pencegahan kanker
serviks direkomendasikan untuk wanita yang berusia 13-18 tahun yang belum
mulai vaksin, atau yang sudah mulai tapi belum menyelesaikan seri. (American
Cancer Society, 2010).
4. Kanker Serviks
a. Pengertian kanker serviks
Serviks merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus yang terletak
dibawah ismus. Di anterior, batas atas serviks yaitu os interna, terletak kurang
lebih setinggi pantulan peritoneum pada kandung kemih. Berdasarkan
perletakannya pada vagina, serviks terbagi atas segmen vaginal dan
supravaginal. Permukaan posterior segmen supravaginal tertutup peritoneum
(Cunningham, 2005).
Serviks terutama terdiri dari jaringan kolagen, ditambah jaringan elastin
serta pembuluh darah, namun masih memiliki serabut otot polos. Peralihan dari
serviks yang terutama berupa jaringan kolagen ke korpus uteri yang terutama
berupa jaringan muskular, meski umumnya curam, dapat juga terjadi bertahap,
dan dapat mencapai panjang 10 mm (Cunningham, 2005).
14
Gambar 1 Struktur Anatomi Serviks
Sumber: data sekunder (http://www.ingateros.com.2010/04/kanker- serviks-3.jpg)
Hasil penelitian Danforth et all (1960) menunjukkan bahwa sifat fisik
dari serviks sebagian besar ditentukan oleh keadaan jaringan ikatnya; dan
bahwa selama kehamilan dan persalinan kemampuan serviks untuk meregang
yang luar biasa merupakan akibat dari pemecahan kolagen (Cunningham,
2005).
Pada situasi normal, sel akan bertambah tua dan memproduksi sel baru.
Tetapi pada kanker, sel membelah secara tidak terkendali dan tidak menjadi
tua, kemudian mati seperti biasa. Apabila terjadi sel membelah secara tidak
terkendali, terbentuklah tumor atau suatu masa. Masa ini akan menginvasi
jaringan di daerah sekitarnya hingga sel jaringan sekitar ikut berubah fungsi,
tidak normal lagi (Yatim Faisal, 2005).
Kanker serviks adalah keganasan yang terjadi pada serviks (leher
rahim) yang merupakan bagian terendah dari rahim yang menonjol ke puncak
liang senggama (vagina) (Kemenkes RI, 2010).
15
b. Etiologi
Lebih dari 20 tipe Human Papillomavirus yang berbeda mempunyai
hubungan dengan kanker servikal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perempuan dengan HPV tipe 16, 18 dan 31 mempunyai angka neoplasia
intraepitel servikal yang lebih tinggi. Penelitian terbaru memperlihatkan bahwa
perempuan dengan Human Papillomavirus strain 18 memiliki angka mortalitas
yang lebih tinggi dan prognosis yang lebih buruk (Price dan Wilson, 2005).
Papilomavirus Manusia adalah suatu virus dengan lebih dari 100 famili
yang erat berkaitan dengan virus DNA double-stranded kecil. Kemampuannya
melakukan pengkodean tergantung pada imunitas selular host (Bieber et al.,
2006). Karena pentingnya peran HPV pada kanker manusia, maka perlu
dikembangkan vaksin-vaksin (Price dan Wilson, 2005).
c. Faktor resiko
Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2010) menyatakan faktor
resiko yang menyebabkan perempuan terpapar HPV yaitu:
1) Menikah/memulai aktivitas seksual pada usia muda (kurang dari 20
tahun).
2) Berganti-ganti pasangan seksual.
3) Berhubungan seks dengan laki-laki yang sering berganti pasangan.
4) Riwayat infeksi di daerah kelamin atau radang panggul.
5) Perempuan yang melahirkan banyak anak.
16
6) Perempuan perokok mempunyai risiko 21/2 kali lebih besar untuk
menderita kanker serviks dibanding dengan yang tidak merokok.
Nikotin mempermudah selaput untuk dilalui zat karsinogen. Bahan
karsinogenik spesifik dari tembakau dijumpai dalam lendir serviks
wanita perokok. Bahan ini dapat merusak DNA sel epitel skuamosa dan
bersama dengan infeksi HPV mencetuskan transformasi maligna.
7) Perempuan yang menjadi perokok pasif (yang tinggal bersama keluarga
yang mempunyai kebiasaan merokok) akan meningkat resikonya 1,4
kali dibandingkan dengan perempuan yang hidup dengan udara bebas.
d. Patogenesis
Dilaporkan untuk 90-95% dari kanker serviks yaitu tumor sel
skuamosa, sedangkan 5-10% lainnya berasal dari kelenjar adenokarsinoma
serviks. Program skrining serviks nasional bertujuan untuk mendeteksi
perubahan pada serviks yang terjadi sebelum tumor sel skuamosa
mengembangkan itu tidak dirancang untuk mencari adenokarsinoma (Alam
Naureen, 2004).
Kanker serviks tidak terjadi secara tiba-tiba. Prosesnya bertahap dan
memerlukan waktu cukup lama, tetapi progresif. Bermula dari kelainan sel
yang mengalami mutasi, lalu berkembang menjadi sel displastik sehingga
terjadi kelainan epitel yang disebut dysplasia (Dalimartha, 2004).
Klasifikasi terbaru menggunakan nama neoplasia intraepitel serviks
(NIS). Klasifikasinya dimulai dari NIS 1 (displasia ringan), NIS 2 (displasia
17
sedang), NIS 3 (displasia berat), dan akhirnya karsinoma in-situ (KIS), baru
kelainan tersebut berkembang menjadi karsinoma invasif (Dalimartha, 2004).
Tingkat NIS dan KIS disebut kelainan pra-kanker. Waktu yang
diperlukan dari displasia menjadi KIS berkisar 1-7 tahun, sedangkan dari KIS
menjadi kelainan invasif berkisar 3-20 tahun. Beberapa penelitian menemukan
bahwa 30-35% NIS mengalami regresi, terutama NIS 1 dan NIS 2 (Dalimartha,
2004).
Gambar 2 Gambaran Tahap Perubahan Sel Epitel Sampai Pada Tahap Kanker Seriks
Sumber:data sekunder (http://www.prn.org/images/uploads/Palefsky-fig1.jpg)
Karsinoma invasif serviks terbentuk di zona transformasi dan berkisar
dari fokus mikroskopik invasi stroma dini hingga tumor yang jelas terlihat
mengelilingi os. Oleh karena itu, tumor mungkin tidak terlihat atau eksofitik.
Tumor yang mengelilingi serviks menembus ke dalam stroma di bawahnya
menimbulkan “barrel cervix” (serviks seperti tong), yang dapat diidentifikasi
dengan palpasi langsung (Kumar et al., 2007).
Perluasan ke dalam jaringan lunak parametrium dapat menyebabkan
uterus terfiksasi ke struktur panggul. Penyebaran ke kelenjar getah bening
18
panggul ditentukan oleh kedalaman tumor dan adanya invasif ruang kapiler
limfe, yang berkisar kurang dari 1% untuk tumor dengan ke dalaman kurang
dari 3 mm hingga lebih dari 10% setelah invasif melebihi 5 mm (Kumar Vinay
et al., 2007).
e. Manifestasi klinis
Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker serviks.
Karsinoma servikal prainvasif tidak memiliki gejala, namun karsinoma invasif
dini dapat menyebabkan sekret vagina atau perdarahan vagina. Walaupun
perdarahan adalah gejala yang signifikan, perdarahan tidak selalu muncul pada
saat awal, sehingga kanker dapat masuk dalam keadaan lanjut pada saat
didiagnosis.
Jenis perdarahan vagina yang sering adalah pascakoitus atau bercak
antara menstruasi. Bersamaan dengan tumbuhnya tumor, gejala yang muncul
kemudian adalah nyeri punggung bagian bawah atau nyeri tungkai akibat
penekanan saraf lumbosakralis, frekuensi berkemih yang sering dan mendesak,
hematuria, atau perdarahan rektum (Price dan Wilson, 2005).
f. Penanganan
Metode utama pengobatan adalah dengan radioterapi, baik dengan
terapi sinar eksternal dan oleh sumber-sumber sinar gamma interstisial.
Pembedahan termasuk vaginektomi radikal dan eksenterasi anterior atau
posterior, tetapi hal ini jarang digunakan sebagai terapi utama (Symonds dan
Symonds, 2004).
Penyakit mikroinvasif Penyakit invasif
Stadium awal (I-IIa) IIb-IVa Metastasis jauhPasien yang mengharap-kan kesuburanPasien yang telah memiliki keluarga yang lengkap
Cone biopsy
Histerektomi total abdomen
Histerektomi radikal dan limphadenekto-mi pelvisRadikal radiotherapi
Palliatif
Pemeriksaan dengan anestesi untuk pementasan ± lebih lanjut biopsiPemeriksaan rektovaginal.Cytoscopy jika dicurigai tersebar anterior .Sigmoidoskopi jika dicurigai tersebar posterior + MRI scan untukmengukur curah dikenal.
Nodus jelas dan margin yang jelasNodus atau margin negatif
Positif histologi
Tidak ada pengobatan lebih lanjut
19
Manajemen pada kanker serviks menurut Alam Naureen (2004) dapat
dilihat dalam bagan berikut ini:
Gambar 3 Manajemen Kanker Serviks
Sumber: Data Sekunder (Alam Naureen, 2004)
20
Pembagian menurut Federation International of Gyneacology and
Obstetrics (FIGO) pada tahun 2000:
Tabel 1 Pembagian Stadium Kanker Serviks
Stadium Penjelasan
Stadium 0 Karsinoma in situ atau karsinoma intraepitel.Stadium I Kanker terbatas pada serviks uteri. Ia Kanker serviks preklinis, diagnosis hanya di bawah mikroskop. Ia1 Di bawah mikroskop tampak invasi ringan interstisial, ke dalaman
invasi < 3mm, lebar ≤ 7 mm.
Ia2 Kanker mikroskopik yang dapat diukur, ke dalaman invasi interstisial 3-5 mm, lebar ≤ 7 mm.
Ib Lingkup tumor lebih besar dari Ia2, tidak peduli apakah tampak secara klinis. Invasi interstisial yang ada tidak mengubah stadium.
Ib1 Lesi kanker tampak secara visual berukuran ≤ 4 mm. Ib2 Lesi kanker tampak secara visual berukuran > 4 mm.Stadium II Lesi kanker melebihi serviks uteri, tapi belum mengenai 1/3
bawah vagina, invasi parametrium belum mencapai dinding pelvis.
IIa Kanker mengenai 2/3 atas vagina, tak ada invasi jelas parametrium.
IIb Kanker jelas menginvasi parametrium, tapi belum mencapai dinding pelvis.
Stadium III Kanker menginvasi 1/3 bawah vagina atau menginvasi parametrium sampai ke dinding pelvis; atau kanker menimbulkan hidronefrosis atau insufisiensi ginjal.
IIIa Kanker mengenai 1/3 bawah vagina. IIIb Kanker menginvasi parametrium sampasi ke dinding pelvis, atau
timbul hidronefrosis atau insufisiensi ginjal akibat kanker.
Stadium IV Penyebaran kanker melewati pelvis minor atau kanker menginvasi mukosa buli-buli atau mukosa rektum.
Iva Invasi kanker meluas ke organ di dekatnya. IVb Kanker menginvasi melebihi pelvis minor, ada metastasis jauh.
Sumber : Data sekunder (Desen, 2005)
21
g. Preventif
Menurut pedoman teknis pengendalian kanker serviks Dinas Kesehatan
Kota Palu (2010), ada 3 tingkatan pencegahan, yaitu:
1) Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya dalam mengeliminasi atau
meminimalisasi pajanan penyebab dan faktor resiko kanker, termasuk
mengurangi kerentanan individu terhadap efek dari penyebab kanker.
Pencegahan primer kanker serviks dapat dilakukan dengan menghindari
berbagai faktor resiko serta dengan memberikan vaksin pencegah
infeksi dan penyakit terkait HPV.
2) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan kasus-kasus
dini kanker serviks, sehingga kemungkinan penyembuhan dapat
ditingkatkan. Pencegahan sekunder termasuk skrining atau deteksi dini,
seperti pap smear dan inspeksi visual dengan asam asetat (IVA).
Tes skrining standar untuk kanker serviks adalah pap smear atau
smear cervical test. Ini dilakukan dengan pemeriksaan menggunakan
spekulum, untuk melihat serviks secara langsung, dan melakukan smear
atau apusan pada zona transisional (William dan Peters, 2007).
Inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) adalah pemeriksaan
dengan cara mengamati dengan menggunakan spekulum, untuk melihat
serviks yang telah dipulas dengan asam asetat (3-5%).
22
3) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier kanker serviks bertujuan untuk mencegah
komplikasi klinik dan kematian awal. Pencegahan tersier dapat
dilakukan dengan cara memberikan pengobatan (yang bertujuan
menyembuhkan, memperpanjang harapan hidup, dan meningkatkan
kualitas hidup) berupa operasi, kemoterapi, radioterapi.
h. Prognosis
Ada beberap faktor yang menentukan prognosis, yaitu:
1) Umur penderita
2) Keadaan umum
3) Tingkat klinis keganasan
4) Kemampuan ahli dan tim yang menangani
5) Sarana pengobatan yang ada
Jika tidak dilakukan pengobatan, kanker serviks invasif umumnya
berlanjut dengan invasi lokal secara luas dan akan berhubungan dengan sistem
limfatik. Prognosis untuk kanker serviks invasif tergantung dari stadium kanker
saat didiagnosis. Prognosisnya baik apabila pengobatan pada stadium awal
(Hamilton dan Peters, 2007).
23
5. Vaksin Human Papillomavirus
a. Pengertian vaksin Human Papillomavirus
Pada tahun 2006, sebuah vaksin pencegah infeksi dan penyakit terkait
HPV ditetapkan hak ciptanya. Vaksin terbaru yang dipatenkan terbukti efektif
dalam mencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18 yang telah menyebabkan 70%
seluruh kanker serviks, vaksin ini juga efektif dalam mencegah infeksi HPV
tipe 6 dan 11 yang menyebabkan hampir 90% (Kemenkes RI, 2012).
Menurut Asisten Direktur Jenderal World Health Organization, Dr.
Howard Zucker bahwa penyediaan vaksin Human Papillomavirus yang efektif
sangat penting, tidak hanya karena perannya dalam memerangi kanker yang
mematikan, namun dapat menjadi teknologi potensial yang diharapkan dapat
memajukan program pengendalian kanker yang sudah ada berdasarkan
pencegahan, screening dan pengobatan (Kemenkes RI, 2012).
Vaksin yang awalnya ditujukan bagi remaja wanita ini, diupayakan
dapat diperluas untuk remaja pria pada masa mendatang. Upaya perluasan ini
tentunya menawarkan kesempatan unik untuk mengarahkan segmen populasi
yang biasanya sulit untuk diraih, yaitu remaja (Kemenkes RI, 2012).
b. Jenis-jenis vaksin Human Papillomavirus
Pada tanggal 16 Oktober 2009, Food and Drug Administration (FDA)
telah mengesahkan pemakaian vaksin HPV sebagai pencegahan kutil kelamin
pada pria. Vaksin ini mempunyai efektivitas sekitar 90% untuk mencegah kutil
24
kelamin yang disebabkan oleh HPV tipe 6 dan tipe 11. Vaksin ini diberikan
kepada wanita dan pria yang berusia 9 sampai 26 tahun (FDA, 2009).
1) Vaksin yang pertama (Gardasil®) adalah vaksin untuk HPV tipe 16 dan
18. Vaksin ini berisi virus like protein (VLPs) dari HPV tipe 6 dan 11,
yang tidak terlibat dalam patogenesis kanker serviks tetapi terkait
dengan penyakit kutil jinak pada kelamin. Vaksin ini telah disetujui
untuk digunakan pada wanita berusia 9 sampai 26 tahun di Amerika
Serikat dan dibeberapa Negara lainnya (Hildesheim Allan, et al., 2007).
2) Vaksin kedua (Cervarix®) adalah vaksin untuk Human Papillomavirus
tipe 16 dan 18. Vaksin ini berisi virus like protein (VLPs) hanya dari 2
jenis onkogenik yaitu Human Papillomavirus tipe 16 dan 18. Cervarix®
ditujukan untuk vaksinasi wanita usia 10-25 tahun. Permohonan
persetujuan di Amerika Serikat dan negara-negara lain sedang ditinjau
oleh United State Food and Drug Administration dan badan pengawas
lainnya (Hildesheim Allan, et al., 2007).
c. Fungsi dan keefektifan vaksin Human Papillomavirus
Vaksin terbaru yang dipatenkan terbukti efektif dalam mencegah
infeksi Human Papillomavirus tipe 16 dan 18 yang telah menyebabkan 70%
seluruh kanker serviks, vaksin ini juga efektif dalam mencegah infeksi HPV
tipe 6 dan 11 yang menyebabkan hampir 90%. Efektivitas telah terbukti hingga
5 tahun, dan tindak lanjut sedang berlangsung (Kemenkes RI, 2012).
25
Vaksin HPV telah disahkan oleh Food and Drug Administration (FDA)
dan Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP) dan di Indonesia
sudah diizinkan Badan Pemeriksa Obat dan Makanan Republik Indonesia
(BPOM RI).
d. Cara pemberian vaksin Human Papillomavirus
Setiap vaksin memerlukan 3 rangkaian suntikan selama 6 bulan.
Suntikan yang paling sering diberikan yaitu suntikan pada otot bagian lengan
atas secara intramuskular. Penelitian menunjukkan bahwa setelah mendapatkan
tiga dosis vaksin, perlindungan tingkat tinggi dipertahankan selama paling
sedikit 5 tahun (Immunise Australia Program, 2010).
e. Senyawa yang terkandung dalam vaksin Human Papillomavirus
Vaksin tersebut mengandung partikel mirip virus HPV. Juga
mengandung zat-zat tambahan, termasuk ragi, aluminium adjuvant, sodium
khlorida, L-histidin, polysorbat dan sodium borate. Zat-zat tambahan ini
dimasukkan ke dalam vaksin dalam jumlah yang sangat kecil, baik untuk
membantu kerja vaksin maupun sebagai bahan pengawet. Vaksin tidak
mengandung virus hidup (Immunise Australia Program, 2010).
f. Indikasi dan kontraindikasi pemberian Vaksin Human Papillomavirus
Indikasi :
1) Seseorang muda yang belum melakukan hubungan seksual.
2) Wanita 9−18 tahun yang belum mulai vaksin, atau yang sudah mulai
tapi belum menyelesaikan seri.
26
3) Wanita 19−26 tahun namun harus melakukan konsultasi dengan dokter
terlebih dahulu mengenai informasi seksualnya.
Kontraindikasi :
Orang-orang yang sedang atau mungkin sedang hamil atau pernah
mengalami anafilaksis setelah mendapatkan suatu komponen vaksin tidak
boleh divaksinasi (Immunise Australia Program, 2010).
g. Efek samping vaksin Human Papillomavirus
Vaksin HPV pada umumnya ditoleransi dengan baik. Akibat samping
vaksinasi HPV pada umumnya ringan dan biasanya menyebabkan nyeri,
bengkak dan kemerahan di tempat dilakukannya injeksi. Akibat samping serius
amat sangat jarang terjadi (Immunise Australia Program, 2010).
h. Follow up setelah pemberian vaksin Human Papillomavirus
Wanita yang telah divaksinasi harus tetap untuk melakukan tes Pap
Smear dan tes lainnya untuk mengetahui perubahan sel serviks sesuai dengan
pedoman deteksi dini.
Kanker ServiksDefinisi
EtiologiFaktor resiko
Patogenesis
Manifestasi klinik
PreventifPrognosis
Variabel DependenVariabel Independen
Pengetahuan
SikapVaksin Human Papillomavirus dalam mencegah kanker serviks
27
6. Kerangka Teori
Gambar 4 Kerangka Teori
7. Kerangka Konsep
Gambar 5 Kerangka Konsep
Primer: Hindari faktor resiko
Vaksin HPV
Sekunder: Pap Smear
Tersier: OperasiKemoterapiRadioterapi
PengetahuanSikap
28
B. Landasan Teori
Vaksin Human Papillomavirus (HPV) merupakan vaksin yang digunakan
sebagai pencegahan primer terjadinya kanker seriks. Sejauh ini, 2 vaksin yang
telah dipelajari dan disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA). Satu
vaksin melindungi terhadap jenis Human Papillomavirus tipe 6, tipe11, tipe 16,
dan tipe 18 (Gardasil®) dan lainnya melindungi terhadap tipe 16 dan tipe 18
(Cervarix®). Dalam uji klinis, vaksin mencegah perubahan sel pra-kanker leher
rahim disebabkan oleh tipe 16 dan 18. Gardasil juga mencegah kutil kelamin
disebabkan oleh HPV tipe 6 dan 11.
Vaksin ini digunakan untuk mencegah kanker yang bisa terjadi akibat
infeksi Human Papillomavirus sebelum tes Pap abnormal berkembang. Vaksin
tidak dapat melindungi pasien dari kanker karena infeksi Human Papillomavirus
yang sudah ada (pasien yang pernah terpapar sebelum pemberian vaksin). Setiap
vaksin memerlukan 3 rangkaian suntikan selama 6 bulan. Metode suntikan yang
paling sering diberikan yaitu suntikan pada otot bagian lengan atas secara
intramuskular.
Menurut Notoadmodjo (2010), sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Hal ini didukung oleh pernyataan Meliono
(2010) yang menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang yaitu pendidikan, media, dan informasi.
Namun usia juga mempengaruhi pengetahuan seseorang hal ini
dikarenakan tingkat kematangan dalam berpikir mereka yang berbeda. Hal ini
29
sejalan dengan pernyataan Notoadmodjo (2005) yaitu usia juga mempengaruhi
pengetahuan seseorang karena dengan bertambahnya usia maka akan bertambah
pula intelektualnya.
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek tertentu. Menurut Notoadmodjo (2010) sikap terdiri dari
3 komponen yaitu kepercayaan/keyakinan, emosi dan kecenderungan untuk
bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang
utuh.
Ketika sikap yang utuh ini akan ditentukan maka pengetahuan, pikiran,
keyakinan, dan emosi memegang peranan yang sangat penting. Hal di atas sejalan
dengan pernyataan Azwar (2008) yang mengatakan bahwa sikap dipengaruhi oleh
beberapa hal yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap
penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga
agama serta faktor emosi dalam diri individu.
Pencegahan terhadap kanker serviks sangat mutlak dibutuhkan, sebab dari
pemahaman itulah akan timbul kesadaran akan pentingnya menjaga kualitas
kehidupan dan menghindari bahaya kanker serviks. Vaksinasi Human
Papillomavirus merupakan salah satu pencegahan kanker serviks yang telah
masuk ke dalam program imunisasi yang dianjurkan di Indonesia. Pencegahan
sejak dini lebih baik dilakukan karena membutuhkan biaya yang lebih sedikit.