bab II 3197127 -...

39
BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian Sikap Sosial Sebelum lebih jauh membahas tentang sikap sosial, terlebih dahulu perlu diketahui apa sebenarnya yang dimaksud dengan sikap itu. Sikap dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk memberi respon baik positif atau negatif, terhadap orang-orang, benda-benda atau situasi tertentu”. 1 Feisbin dan Ajzen, seperti yang dikutip oleh Robert S. Fieldman, mengatakan bahwa : An attitude is a learned predispasition to respond in consistenly favorable or unfavorable manner with respect to given objects. 2 Artinya, sikap adalah suatu kecenderungan yang dipelajari untuk merespon dengan cara menyenangi atau tidak menyenangi obyek yang diterima (yang berlangsung) secara konsisten. Musthafa Fahmi berpendapat bahwa : 3 Artinya, sikap sesungguhnya adalah suatu keadaan yang bersifat aqliyah yang cenderung menerima respon individu. Dalam Islam, sikap lebih dikenal dengan “akhlak”. Sejalan dengan itu Imam al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai berikut: 1 Kartini Kartono dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, (Jakarta : Pionir Jaya, 1985, hlm. 35. 2 Robert S. Fieldman, Social Psychology, (New York : Mc. Graw Hill Book Company Inc, 1985), hlm. 120. 3 Musthafa Fahmi, Syikuljiyat at-Ta’alumi, (Mesir : Maktabah Mesir, t.th.), hlm. 163.

Transcript of bab II 3197127 -...

Page 1: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

BAB II

SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL

1. Sikap Sosial

1. Pengertian Sikap Sosial

Sebelum lebih jauh membahas tentang sikap sosial, terlebih dahulu

perlu diketahui apa sebenarnya yang dimaksud dengan sikap itu.

Sikap dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk memberi

respon baik positif atau negatif, terhadap orang-orang, benda-benda atau

situasi tertentu”.1

Feisbin dan Ajzen, seperti yang dikutip oleh Robert S. Fieldman,

mengatakan bahwa :

An attitude is a learned predispasition to respond in consistenly favorable or unfavorable manner with respect to given objects.2 Artinya, sikap adalah suatu kecenderungan yang dipelajari untuk

merespon dengan cara menyenangi atau tidak menyenangi obyek yang

diterima (yang berlangsung) secara konsisten.

Musthafa Fahmi berpendapat bahwa :

�������� �� ��������������������������������� 3�

Artinya, sikap sesungguhnya adalah suatu keadaan yang bersifat

aqliyah yang cenderung menerima respon individu.

Dalam Islam, sikap lebih dikenal dengan “akhlak”. Sejalan dengan

itu Imam al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai berikut:

1 Kartini Kartono dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, (Jakarta : Pionir Jaya, 1985, hlm. 35. 2 Robert S. Fieldman, Social Psychology, (New York : Mc. Graw Hill Book Company

Inc, 1985), hlm. 120. 3 Musthafa Fahmi, Syikuljiyat at-Ta’alumi, (Mesir : Maktabah Mesir, t.th.), hlm. 163.

Page 2: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

���

����� �!"�#$%"�&�'���������()��*���+�$,-��(."��/��$�0 �.���1�

��23$3��4��5���6�78�!9��)23� � Artinya, Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dari

padanya muncul tingkah laku secara mudah yang tidak memerlukan

pertimbangan pikiran terlebih dahulu.”4

Sedangkan menurut W.S. Winkel sikap adalah kecenderungan

menerima atau menolak terhadap suatu obyek.5

Jadi sikap adalah suatu kecenderungan atau kesiapan atau

kesediaan seseorang untuk merespon atau bertindak baik secara positif

maupun negatif terhadap obyek-obyek tertentu. Respon positif berkaitan

dengan kecenderungan untuk menyenangi atau mendekati obyek.

Sedangkan respon negatif berarti kecenderungan untuk menjauhi atau

menghindari obyek.

Dari uraian beberapa pendapat para ahli di atas, dapat

menyimpulkan sebagai berikut:

a. Sikap adalah tendensi seseorang bersifat positif atau negatif.

b. Sikap memungkinkan timbulnya tindakan atau reaksi atas tingkah

laku.

c. Sikap selalu tertuju kepada obyek tertentu.

d. Sikap merupakan proses langsung secara sadar.

2. Ciri-ciri Sikap

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono ada beberapa ciri sikap yang

membedakannya dengan aspek psikis lainnya, yaitu:6

4 Imam Abi Hamid Muhammad bin al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin Juz III, (Beirut : Dar al-

Fikr, t.th.), hlm. 58. 5 WS. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta : Gramedia, 1983),

hlm. 30.

Page 3: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

���

a. Dalam sikap selalu terdapat hubungan subyek-obyek, tidak ada sikap

yang tanpa obyek. Obyek ini bisa berupa benda, orang kelompok

orang, nilai-nilai sosial, pandangan hidup, hukum, lembaga masyarakat

dan sebagainya.

b. Sikap tidak di bawa sejak lahir, melainkan dipelajari dan dibentuk

melalui pengalaman-pengalaman.

c. Karena sikap dipalajari, maka sikap bisa berubah-ubah sesuai dengan

keadaan lingkungan di sekitar individu yang bersangkutan pada saat-

saat yang berbeda-beda.

d. Dalam sikap tersangkut juga faktor motivasi dan perasaan. Inilah yang

membedakannya dengan, misalnya, pengetahuan.

e. Sikap tidak menghilangkan walaupun kebutuhan sudah dipenuhi, jadi

berbeda dengan refleks atau dorongan misalnya, seorang yang gemar

nasi goreng, akan tetapp mempertahankan kegemarannya itu,

sekalipun ia baru saja makan nasi goreng sampai kenyang.

f. Sikap tidak hanya satu macam saja, melainkan sangat bermacam-

macam sesuai dengan banyaknya obyek yang dapat menjadi perhatian

orang yang bersangkutan.

3. Faktor yang mempengaruhi sikap

Sikap sosial tidak ubahnya dengan sikap secara umum. Yang

membedakan hanyalah terletak pada obyek atau stimulan yang dihadapi

individu, terbentuknya sikap sosial atau sikap secara umum tidak terjadi

dengan sendirinya, namun pembentukan sikap itu senantiasa berlangsung

dalam interaksi sosial, baik dalam kelompok maupun luar kelompok.

Dalam proses interaksi, satu sama lain adalah saling menerima dan

memberi. Namun faktor selektifitas adalah sangat penting untuk menerima

6 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta : Bulan Bintang, 1976),

hlm. 95.

Page 4: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

���

atau menjauhi suatu stimulan sehingga seseorang dapat menentukan

respon yang bagaimana yang diinginkan.

Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya

sikap adalah:

a. Faktor eksternal

Yang dimaksud faktor eksternal adalah hal atau keadaan yang

ada di luar merupakan rangsangan stimulasi untuk membentuk atau

mengubah sikap seseorang. Dalam hubungannya secara langsung ada

komunikator sikap tertentu. Sedangkan yang tidak langsung yaitu

dengan perantaraan alat-alat komunikasi. Di mana menciptakan situasi

dengan baik sengaja yang memungkinkan dalam menimbulkan

perubahan atau pembentukan suatu sikap yang dikehendaki.7

Sedangkan menurut Sarlito Wirawan Sarwono, pembentukan

sikap sangat dipengaruhi oleh faktor luar:

1. “Obyek yang dijadikan sasaran sikap

2. Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap

3. Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tertentu

4. Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap

5. Situasi pada saat sikap itu dibentuk”.8

Mengenai faktor ini, WA Gerungan mengutip pendapat M.

Syarief bahwa sikap dapat dibentuk atau diubah melalui dua hal yaitu:

a) Interaksi kelompok, yaitu adanya hubungan dua arah yang

langsung antar manusia.

b) Komunikasi yaitu terjadinya pengaruh (hubungan) langsung dari

satu pihak saja.9

7 Bimo Walgito, Psikologi Sosial Suatu Pengantar, (Yogyakarta : Andi Ofset, 1991), hlm.

120. 8 Sarlito Wirawan Sarwono., loc., cit. 9 W.A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung : 1991), hlm. 156.

Page 5: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

���

b. Faktor Internal

Adalah faktor-faktor yang terdapat pada diri orang yang

bersangkutan sendiri, seperti selektifitas. Kita tidak dapat menangkap

seluruh rangsang dari luar melalui perspektif kita. Oleh karena itu kita

harus memilih rangsangan mana yang harus kita jauhi. Pilihan ini

ditentukan oleh motif-motif dan kecenderungan-kecenderungan dalam

diri kita. Karena harus memilih inilah kita menyusun sikap positif

terhadap satu hal dan membentuk sikap negatif terhadap hal lainnya.10

Teori Nativisme mengatakan : “perkembangan individual itu

semata-mata tergantung kepada faktor-faktor dasar”11 Menurut teori

ini pembawa atau faktor dasar merupakan faktor pertama atau utama

bagi pembentukan sikap seseorang.

4. Pengertian Interaksi Sosial

Sebagaimana kita ketahui bahwa manusia adalah makhluk sosial,

yaitu makhluk yang selalu membutuhkan sesamanya dalam kehidupan

sehari-hari. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa manusia harus

selalu berhubungan dengan manusia lain. Hubungan manusia dengan

lainnya inilah yang disebut dengan interaksi sosial.

Sosial adalah hubungan seorang individu dengan yang lainnya dari

jenis yang sama, atau pada senjumlah individu yang membentuk lebih

banyak atau lebih sedikit kelompok-kelompok yang terorganisir, juga

tentang kecenderungan-kecenderungan dan impuls-impuls yang

berhubungan dengan yang lainnya.12

Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis

yang menyangkut hubungan antar individu dengan individu, antar

10 Sumadi Suryabrata, Psikologi Perkembangan II, (Yogyakarta : Fak. Psikologi UGM,

1980), hlm. 111. 11 Bimo Walgito, Psikologi Sosial Pengantar, op. cit., hlm. 120. 12 G. Karta Sapoetra, Hartini, Kamus Sosiologi dan Kependudukan, (Jakarta : Bumi

Aksara, 1992), hlm. 382.

Page 6: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

���

kelompok dengan kelompok lain, ataupun antara individu dengan

kelompok.13

Jadi interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh

karena interakasi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama,

bertemunya orang perorangan secara badaniah belaka tidak akan

menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelopok sosial. Pergaulan

hidup dalam suatu kelopok sosial, pergaulan hidup semacam itu baru akan

terjadi apabila orang-orang atau kelompok manusia bekerja sama, saling

berbicara, dan seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama

mengadakan persaingan, penelitian dan lain sebagainya. Kehidupan sosial

itu sendiri tercermin dalam bentuk hubungan sosial yang didasari oleh rasa

kasih sayang, tolong-menolong, hormat-menghormati, tenggang rasa dan

sebagainya, yang semua itu merupakan hal-hal penting dalam ukhuwah.

Ini berlaku baik antar umat Islam khususnya, maupun antar individu-

ibdividu manusia pada umumnya.

Karena itu, Hammudah Abdallati, dalam bukunya Islam In Focus

juga menyatakan suatu bentuk struktur kehidupan sosial secara lebih jelas

sebagai berikut :

The structure of social life in Islam is very lofty, sound and comprehensive. Among the substantial elements of this structure are sincere love for one’s fellow human beings, mercy for young, respect for elders, visiting the sick, relieving the grieved-genuine feelings of brotherhood and social solidarity, respect for the rights of other people to life, property, and honor, mutual responsibility between the individual and society.14 Artinya : Struktur kebudayaan sosial dalam Islam sangatlah (diatur) dengan baik, tegas dan komprehensif, di antara unsur-unsur utama dari struktur ini adalah rasa saling cinta antar umat manusia, menyayangi yang lebih muda, menghormati yang lebih tua. Seiring sejalan dan menghibur orang yang sedang mendapat musibah,

13 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,

1990), hlm. 57. 14 Hammudah Abdallati, Islam In Focus, (USA : American Trust Publications, 1975),

hlm. 121.

Page 7: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

���

menjenguk orang yang sedang sakit, meringankan beban orang yang sedang kesulitan, menciptakan rasa persaudaraan dan solidaritas sosial, menghormati hak-hak orang lain untuk memperoleh penghidupan yang layak, mencari kekayaan dan menjadi terhormat, serta melaksanakan tanggung jawab pribadi dan masyarakat. Jelasnya kehidupan sosial yang ideal yang syarat dengan nilai dan

norma sosial yang mengarah kepada menciptakan tatanan kehidupan

masyarakat yang serasi, yang dilandasi dengan rasa setia kawan, kerja

sama, interdependen dan seimbang.

Nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam

ajaran Islam. Oleh karena itu dapat dijadikan sebagai kerangka kehidupan

sosial, agar tercipta suatu tatanan kehidupan sosial yang harmonis, dinamis

dan sesuai dengan ajaran Islam.

Maka kesimpulannya adalah bahwa manusia selalu hidup bersama

atau kelompok pergaulan hidup yang berjiwa kekeluargaan dianggapnya

sebagai kodrat Tuhan yang menciptakan manusia sebagai isi alam semesta

yang hidupnya selalu bersama.

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial.

Berlangsungnya suatu proses interaksi sosial dipengaruhi oleh

banyak faktor tertentu. Faktor tersebut terdiri dari faktor imitasi, sugesti,

identifikasi dan simpati.

a. Imitasi

Imitasi sering disebut dengan meniru sesuatu. Faktor imitasi

merupakan faktor yang penting dalam proses interaksi sosial. dalam

fase dini dalam kehidupannya, manusia banyak belajar tentang

berbagai kebiasaan dan tingkah laku kedua orang tua dan saudara-

saudaranya.15 Imitasi tersebut dapat mendorong seseorang untuk

mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Apabila yang

15 M. Utsman Najati, Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, (Bandung : Pustaka, 1985), hlm. 175.

Page 8: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

���

ditiru adalah tindakan-tindakan positif, maka akan mengakibatkan hal-

hal yang positif pula. Sebaliknya apabila yang ditiru adalah tindakan-

tindakan yang negatif, maka akan mengakibatkan hal-hal yang negatif

pula. Disamping itu, imitasi juga dapat melemahkan atau bahkan

mematikan pengembangan daya kreasi seseorang.

b. Sugesti

Sugesti dalam ilmu jiwa sosial dapat dirumuskan sebagai suatu

proses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau

pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritrik lebih

dahulu.16

Faktor sugesti ini hampir sama dengan imitasi, tetapi titik

tolaknya berbeda : Sugesti dapat terjadi, apabila seseorang

memberikan suatu pandangan atau sikap yang berasal dari dalam

dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. Kemudian pihak lain

yang menerimanya itu sedang dilanda emosi berlebih sehingga daya

fikirnya secara rasional terhambat. Oleh karena itu dia menjadi

menerima begitu saja pandangan atau sikap tersebut tanpa

pertimbangan-pertimbangan yang bersifat rasional. Sugesti ini juga

dapat terjadi apabila orang yang memberikan pandangan atau sikap itu

adalah orang yang berwibawa atau mungkin sifatnya yang otoriter.

Dengan demikian, seseorang mau tidak mau harus menerima apa yang

diberikan oleh orang tersebut. Selain itu, sugesti juga dapat terjadi,

apabila yang memberikan pandangan atau sikap tersebut adalah

kelompok mayoritas dari suatu masyarakat. Oleh karena itu bagian lain

yang minoritas harus menerimanya.

c. Identifikasi

16 W.A. Gerungan, Dip. L. PSYCH, Psikologi Sosial, (Bandung : Penerbit PT. Eresco,

1991), hlm. 61.

Page 9: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

��

Identifikasi adalah sebuah istilah dari psikologi Sigmund Freud

dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan seorang lain.17

Identifikasi merupakan kecenderungan-kecenderungan atau

keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan

orang atau fihak lain. Identifikasi ini bersifat lebih mendalam dari pada

imitasi. Dengan identifikasi, kepribadian seseorang dapat terbentuk.

Perasaan identifikasi kelas sosial cukup penting, sebab orang

cenderung meniru norma-norma perilaku kelas sosial yang dianggap

sebagai kelas sosial lainnya.18

Proses identifikasi dapat berlangsung secara sengaja (sadar)

atau tidak sengaja (tidak sadar). Dalam proses tersebut, diperlukan

adanya tipe-tipe ideal tertentu pada pihak yang dijadikan sebagai

obyek identifikasi. Proses identifikasi bberlangsung dalam suatu

keadaan, dimana seseorang yang beridentifikasi benar-benar mengenal

pihak lain, sehingga pandangan, sikap ataupun kaidah-kaidah yang ada

pada pihak lain tersebut dapat melembaga dalam dirinya dan dia benar-

benar dapat menjiwainya. Identifikasi mengakibatkan terjadinyaq

pengaruh-pengaruh yang lebih mendalam dari pada proses imitasi dan

sugesti.

d. Simpati

Simpati adalah suatu proses di mana seseorang merasa tertarik

pada pihak lain. Di dalam proses ini, yang memegang peranan adalah

perasaan. Dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk belajar

dari pihak lain yang lebih tinggi kedudukannya dan lebih dihormati.

Hal ini mungkin karena oleh adanya kelebihan-kelebihan tertentu yang

dimilikinya yang patut dijadikan contoh. Simpati ini hanya dapat

17 Ibid., hlm. 67. 18 Poul B. Horton. Chester L. Hunt, Alih bahasa, Drs. Aminuddin Ram, M.Ed., Sosiologi,

(Jakarta : Erlangga, 1999), hlm. 12 .

Page 10: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

��

berkembang dalam suatu relasi kerja sama antara dua orang atau lebih,

yang menjamin terdapatnya rasa saling mengerti.19

Dengan demikian, pembentukan sikap sosial kalau

dihubungkan dengan sistem pendidikan sosial adalah menjadi

tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah dan masyarakat.

6. Proses Individu Dengan Lingkungan

Menurut Hubert Bonner yang dikutip oleh HM Arifin,

mendefinisikan interaksi sosial sebagai:

“Sosial interation is a tupe of relationship two or more persons in which the of the other. Trough interpersonal stimulation and respond the hiologial individual is slowly changed into a human being or personality….” Artinya: Interpretasi sosial adalah sebagai suatu bentuk hubungan antara dua orang atau lebih di mana tingkah laku yang lain, melalui dorongan diubah oleh tingkah laku yang lain, melalui dorongan antara pribadi dan respon antar pribadi tersebut seseorang yang bersifat biologis lambat laun berubah menjadi makhluk hidup atau pribadi….”20 Manusia di samping sebagai makhluk pribadi juga merupakan

makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia akan mengadakan

interaksi dengan manusia lainnya. interaksi sebagai pribadi maupun dalam

konteks sosial budaya, ekonomi, sosial, politik, atau yang lainnya, proses

interaksi dalam masyarakat itu pasti, sebab interaksi merupakan kunci dari

semua kehidupan sosial.21 Di samping itu, proses interaksi juga merupakan

perwujudan manusia sebagai makhluk sosial. Sehingga dalam konteks ini,

manusia akan menjalin komunikasi dengan bentuk kerja sama, tukar

19 Soerjono Soekanto, op., cit., hlm. 69-70. 20 H.M. Arifin, Psikologi Da’wah, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991), hlm. 68-69. 21 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : Rajawali, 1983), Cet. IV,

hlm. 54.

Page 11: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

���

pikiran, mengadakan persaingan, pertikaian, dan sebagainya. Bahkan

sangat mungkin yang satu dipengaruhi yang lainnya.

Hal senada juga disampaikan oleh David A. Korp dan W.C. Yoels

bahwasannya diri merupakan hasil bentuk ataupun ubahan lingkungan

melalui interaksi dengan orang lain.22

Jadi lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam

pembentukan ataupun pewarnaan seseorang, sehingga menciptakan

lingkungan yang sangat baik muthlak diperlukan. Hal ini dimaksudkan,

ketika terjadi proses interkasi sosial maka yang terserap oleh pribadi-

pribadi pelaku interaksi adalah yang baik (positif). Apa lagi kalau

pelakunya adalah anak-anak usia pubertas, yaitu anak yang masih berada

pada tahapan pencarian aku, mencari pedoman hidup. Pada masa ini

merupakan masa sosial anak sehingga pergaulan hidupnya tampil

demikian kuatnya.23 Namun yang perlu dicermati adalah belum

sempurnanya pengetahuan mereka untuk membedekan ataupun

menyeleksi segala corak kehidupan dalam masyarakat.

Agar lebih jelas persoalan interaksi ini maka penulis membagi

penjelasan mengenal :

a. Syarat-syarat terjadinya interaksi sosial

Menurut Soejono Soekanto, syarat-syarat terjadinya interaksi

sosial ada dua, yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi.

1) Kontak sosial

a) Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu:

Misalnya seorang anak belajar tentang hal-hal yang

terjadi dalam keluarga dengan bapak atau ibunya.

b) Antara orang perorang dengan suatu kelompok atau sebaliknya

22 Kamoto Sunarto (penyt), Pengantar Sosiologi, (Jakarta : Rajawali, 1983), Cet. 3, hlm.

54. 23 B. Simandjutak, dan Pasaribu, Psikologi Perkembangan,, (Bandung : Tarsito, 1980),

hlm. 79.

Page 12: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

���

Misalnya seorang persatu didik yang diharuskan

mentaati peraturan atau tata tertib sekolah. Juga kelompok

partai tertentu yang harus menyesuaikan dengan kebijaksanaan

ketua partainya semacam partai komunis di China.

c) Antara kelopok manusia yang satu dengan kelompok lainnya.

Misalnya dua buah organisasi yang saling menjalin

kerjasama tentang suatu program.24

2) Komunikasi

Komunikasi didefinisikan oleh Onong Uchjana Efendi

sebagai berikut:

“Proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lesan, maupun tidak langsung melalui media”.25 Menurut definisi di atas, tujuan komunikasi adalah tidak

sekedar memberitahu suatu informasi, akan tetapi mempunyai

missi untuk mengubah sikap, pendapat maupun perilaku dan sukap

orang lain. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa komunikasi

mempunyai pengaruh yang besar terhadap perubahn individu,

termasuk perubahan sikapnya.

Dalam proses komunikasi harus mencakup dari beberapa

hal yang merupakan syarat terjadinya komunikasi. Hal-hal tersebut

adalah komunikasi (penyampaian pesan), media efek.

a) Dampak kognisi

Yaitu setelah menerima pesan dari komunikator, visi

intelektualnya akan meningkat, semakin pandai atau semakin

pintar atau semakin tahu

24 Soerjono Soekanto, op. cit., hal. 58-59. 25 Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi, (Bandung : Rosdakarya, 1993), Cet. I, hlm. 5.

Page 13: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

���

b) Dampak afeksi

Dampak ini lebih tinggi dari pada dampak kognisi

karena disini yang menjadikan tujuan bukan hanya untuk

sekedar tahu tetapi sudah dikehendaki adanya perubahan dalam

perasaan-perasaan hati.

c) Dampak behavior

Dampak behavior merupakan dampak yang tetinggi

karena yang dikehendaki oleh komunikator adalah munculnya

perubahan-perubahan perilaku atau tindakannya. Interaksi

sosial dapat berupa kerja sama, pertikaian, persaingan,

akomodasi.26

1) Kerjasama

Kerjasama dapat terjadi dalam kehidupan apabila

manusia memiliki kepentingan-kepentingan yang sama,

tujuan yang sama ataupun ketagian yang sama. Kerja sama

ini di samping sebagai perwujudan manusia pancasila

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sebagai

manusia muslim juga memiliki nilai agamis yang tinggi,

sebab Islam menekankan akan pentingnya kerja sama,

bantu-membantu dan saling tolong-menolong dalam

kebaikan dan taqwa sebagaimana fiman Allah Swt. surat al-

Maidah ayat 2 :

��2�:3�;������(<���:3�=��>�?����@�:���.9A�!2B��(2

��C �%���D9A�:3�,>�E����:3�F,G���EH��I�J %2�;����

������K4.9�L� :3� �3�MN�� K ��6� �O�3� ���P$3� KQ$� !9

��������3, ��� IA� ;����� ,�)R�� !"� KS3,N� IA� ;�T� I�.?

26 Soleman B.Tanoko, SH., Struktur dan Proses Sosial, (Jakarta : Rajawali, 1984), Cet. I, hlm. 115.

Page 14: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

���

���U�"����3��:3�V�� ��3�W���U�"����3��3�X3,���3�Y��I��

�Z �����,2,?�=��I��=�������3[���#,>R��\�]�

Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu melanggar syiar-syiar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan mengganggu binatang-binatang hadya dan binatang-binatang qalaid, dan jangan mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang meraka mencari karunia dan keridaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji maka bolehlah berburu dan janganlah sekali-kali kebencianmu kepada suatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidil Haram, mendorong berbuat aniaya kepada meraka dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan janganlah tolong-menolonglah dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksanya. (Q.S. al-Maidah: 2)27 Dalam kehidupan sosial kerjasama sangat

diperlukan sebab dalam usaha untuk mencapai tujuan tidak

selama manusia mampu mencapainya sendiri. Banyak hal

yang memerlukan orang lain dalam mencapai atau

memecahkannya.

2) Pertikaian

Pertikaian dapat terjadi karena salah penafsiran

terhadap suatu aktifitas yang dilakukan oleh orang lain.

pertikaian juga dapat terjadi akibat suasana kompotitif.

Akibat kompetitif ini menyebabkan bangkitnya nafsu untuk

menjatuhkan dan mengahancurkan persaingya.

27 Soenarjo, dkk., Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : Al-Waah, 1989), hlm. 157.

Page 15: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

���

Apabila pertikaian ini muncul akibat salah

penafsiran terhadap suatu aktifitas tertentu yang dilakukan

oleh orang lain ataupun karena terjadinya salah dengar

tentang suatu berita maka harus dicari kejelasan tentang hal

tersebut sebagaimana firman Allah Swt.:

2̂���.9A�!2B���(2����������%�-��IA���.�% ��_%.��&���KS ̀��I�

D9,��K ����9�U�"���a%- ����(b�9�T[��� �������\

�]�

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kamu orang fasik membawa suatu berita maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (Q.S. al-Hujarat : 6)28

3) Persaingan

Persaingan dapat terjadi di semua bidang kehidupan

manusia, misalnya perasaingan di bidang ekonomi,

kebudayan, kedudukan dan jabatan politik, persaingan

karena perbedaan ras, dan sebagainya.

Bila persaingan tersebut terjadi dalam batas-batas

kewajawan maka akan membawa dapmpak yang positif.

Sebab akan membawa seseorang untuk berprestasi melebihi

orang lain. misalnya terjadi kompetisi kejujuran, kompetisi

meraih rangkaian satu di sekolah, dan sebagainya. Namun

bila persaingan terjadi dalam ketidak wajaran, maka akan

menimbulkan pertikaian karena menghalalkan segala cara.

28 Ibid., hlm. 846.

Page 16: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

���

Tentang kompetisi ini Allah Swt. memerintahkan

kepada kita sebagaimana firman-Nya:

�3�������4��9�!2A� �7'�����% ���(���9�� ��(�3�c4

�����2,T�d�?�cS�e"�=��I����f �=��K4�� �2�[���#��%��

�\���]�

Dan bagi tiap-tiap umat ada qiblatnya sendiri yang ia menghadap kepada-Nya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam berbuat kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari Kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S. al-Baqarah : 148).29

4) Akomodasi

Akomodasi dapat diartikan dalam dua bentuk arti,

pertama mengacu kepada keadaan.30 Sebagai sebuah

proses, akomodasi mengacu kepada usaha mencapai

penyelesaian pertikaian. Sedangkan sebagai suatu keadaan,

ia akan mengacu kepada suatu keadaan setelah

menyelesaikan pertikaian.

Dapat difahami akomodasi merupakan terminal dari

pertikaian pada tahap ini. Pihak-pihak yang bertikai

mencari pemecahan konflik, pencarian jalan keluar oleh

kedua belah pihak dapat diserahkan kepada orang yang

lebih tua/ dituakan yang memiliki potensi lebih tinggi

29 Soenarjo, dkk., op. cit., hlm. 38. 30 Soejono Soekanto, op., cit., hm. 68.

Page 17: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

���

seperti kepala suku, alim ulama, dan sebagainya, bisa juga

diserahkan kepada lembaga pengadilan, akan tetapi akan

lebih baik apabila persoalan-persoalan mereka diselesaikan

dengan jalan musyawarah untuk mufakat. Dengan

musyawarah semua akan terlibat dalam penyelesaian

persoalan sehingga dapat dicapai kesepakatan. Konsep

musyawarah ini sudah tercantum dalam sila keempat dalam

pancasila sekaligus pilihan tepat sebagai mana yang

termaktub dalam al-Qur’an:

�3��V$�?� K �9A3� #��-��� ��9TA3� KQ��� ���� �A� !2B�

�I���.2�K(.Tg$�h�3�K(.��[���V$�<���\��]�

Dan bagi orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan sholat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka, dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka. (Q.S. As-Syura : 38).31

7. Masyarakat dan Permasalahannya.

Apabila dicermati maka dapat disaksikan bahwasanya

masyarakat sedang menghadapi masalah hidup. Masalah-masalah

tersebut bila diiventarisir maka terdapat jumlah yang sangat banyak

dan komplek.

Pada skripsi ini tidak semuanya akan terulas, namun haqnya

beberaqpa saja yang menurut hemat penulis sangat penting dan

mendesak untuk dicarikan solusi. Masalah-masalah tersebut antara

lain:

a. Moralitas

31 Soenarjo Soekanto, dkk., op., cit., hlm. 789.

Page 18: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

���

Moralitas merupakan masalah yang sangat menentukan

dalam kehidupan manusia. Apabila dikaitkan dengan derajat

kemanusiaan maka moral akan dapat mempengaruhi tinggi dan

rendahnya martabat manusia.

Dalam perkembangan zaman ini, banyak manusia yang

tidak lagi memperhatikan masalah moral ini. Meraka tidak lagi

memilki rasa malu. Secara terbuka maupun sembunyi banyak

manusia yang melanggar norma-norma agama dan masyarakat. Hal

ini berakibatnya pada banyaknya korupsi, kolusi, manipulasi,

perzinaan, pemerkosaan, gambar-gambar porno dan sebagainya.

Dalam konteks kenegaraan, moral ini harus diunjung tinggi oleh

para pemimpin bangsa. Apabila moral telah dilupakan oleh para

pejabat negara dan pelaku politik, yang seharusnya menjadi teladan

dan mengayomi rakyatnya, yaitu dengan memberikan katabelece,

order, modal, kemudahan fasilitas dan kebijakan ekonomi yang

menguntungkan bagi keluarga, sahabat dan orang-orang yang

dekatnya. Padahal setiap tanggal 17 disetiap bulannya mereka fasih

menghafalkan sapta prasetya korpri yang diantaranya berbunyi :

Mendahulukan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan

pribadi atau golongan. Janji tinggi janji bulan madu hanya

eksploitasi terhadap sumber daya alam dan manusia (buruh)

dengan gaji yang rendah dan perlakuan yang kurang manusiawi,

dan ini jelas-jelas merupakan pengkhianatan terhadap konsesus

nasional yang tertuang dalan UUD 1945. Sudah pasti yang terjadi

dalam kehidupan ketatanegaraan adalah kebobrokan di sana sini

yang akan mengakibatkan pada rapuhnya sendi-sendi kedaulatan.

Sebagaimana yang telah penulis kemukakan dalam sub bab

terdahulu bahwasanya kepribadian manusia dilihat dari rendahnya

moral atau akhlaknya. Oleh karena itu, supaya identitas pribai atau

personal identity tetap terjaga manusia harus bertakwa, yaitu

pengalaman seluruh nilai-niali positif serta menghindarkan segala

Page 19: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

��

nilai-nilai buruk. Untuk mencapai moral yaqng tinggi masih ada

jalan lain yaitu ihsan. Pengertiannya adalah segala yang

berhubungan ketundukan yang ikhlas kepada Allah Swt.

Dalam pandangan kami, takwa memilki korelasi langsung

dengan akhlak. Maksudnya adalah orang yang memilki derajat

takwa yang tinggi akan memilki moral (akhlak) yang tinggi pula.

Sebaliknya, orang-orang yang derajat takwanya rendah maka

dipastikan memilki akhlak yang rendah pula.

b. Pendidikan

Pada bab XIII pasal 31 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945

dikatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan

pendidikan”, dan pasal (2) “setiap warga negara wajib mengikuti

pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. Hal ini

berarti seharusnya anak-anak yang masih berada pada usia sekolah

berhak mendapatkan pengajaran sekolah. Namun pada era

reformasi sekarang belum sempat dapat mengenyam pendidikan di

sekolah. Banyak kendala yang melatarbelakangi masih banyaknya

anak-anak yang tidak sempat mengenyam pendidikan, tetapi

kesemuanya bermuara pada minimnya dana yang tersedia

sementara setiap lembaga pendidikan baik yang swasta maupun

negeri menerapkan “tarip” uang sekolah yang demikian mahal.

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan

nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.32

32 UUSPN, (Jakarta : Sinar Grafika, 2003), hlm. 5-6.

Page 20: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

��

Kebijakan pemerintah menghapuskan biaya SPP untuk

Sekolah Dasar dan sekolah Lanjutan Pertama itu didengang-

dengungkan saja pada pemilu tapi kenyataannya omong kosong

belaka. Sebab ternyata masih saja tuntutan belum masuk (belum

diterima) saja sudah diminta uang. Lebih-lebih kalau sudah

diterima dituntut untuk bayar hal-hal lain termasuk buku-buku

pelajaran. Tingginya uang sekolah dan minimnya dana yang

tersedia pada masyarakat membuat masih banyaknya anak-anak

usia sekolah yang tidak masuk pada lembaga pendidikan,

walaupun pendidikan dasar.

Agar suatu cita-cita yang tertuang dalam UUD 1945

tercapai, pemerintah yang merupakan penyelenggara pendidikan

yang utama harus lebih banyak lagi mensubsidi segala keperluan

pendidikan dan harus betul-betul dilaksanakan dan bukan dikorup.

Kebutuhan yang sangat vital yaitu laboratorium dan perpustakaan

harus dinomorsatukan. Apabila kebutuhan buku bisa dipenuhi oleh

perpustakaan, maka peserta didik yang tidak mampu akan dapat

memanfaatkan. Dengan terpenuhinya berbagai kebutuhan sekolah

dari subsidi pemerintah maka diharapkan lemabaga pendidikan

tidak menarik uang macam-macam dari peserta didik.

Lembaga pendidikan yang dikelola oleh swasta dalam hal

pembiyaan pendidikan terdapat jalan alternatif, pertama adalah

tanah wakaf. Hal ini sangat tergantung pada para dermawan.

Apabila ada wakaf maka lembaga pendidikan harus mampu

mengelola memanfaatkan sebaik mungkin. Kedua adalah bank,

seberapapun kecilnya yang yang ada, baik uang yang dari peserta

didik maupun yang lain harus didepositokan untuk diambil

keuntungannya. Ketiga adalah memanfaatkan uang pangkal dan

uang sekolah. Dengan cara-cara di atas sangat membantu kaum

papa supaya dididik sangatlah sedikit. Oleh karena itu setiap

Page 21: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

���

lembaga pendidikan harus memiliki bidang usaha-usaha berupa

tanah persawahan, perkebunan, perikanan dan sebagainya.

Individu manusia lahir tanpa memiliki pengetahuan apapun,

tetapi ia telah dilengkapi dengan fitrah yang memungkinkannya

untuk menguasai berbagai pengetahuan dan beradaban. Dengan

memfungsikan fitrah itulah ia belajar dari lingkungan dan

masyarakat orang dewasa yang mendirikan institusi pendidikan.

Masyarakat primitifpun memiliki kondisi yang serupa dengan

individu manusia yang baru lahir. Mereka pada mulanya tidak

berperadaban. Namun melalui proses belajar dengan mengikuti

pola-pola dan norma-norma sosial, mengikuti diri pada ideologi

dan sistem nilai, serta terlibat dalam aktivitas saling menukar

pengetahuan dan pengalaman mereka kemudian menjadi

masyarakat yang berperadaban dan beradab.

Pendidikan merupakan persoalan penting bagi semua umat.

Pendidikan selalu menjadi tumpuhan harapan untuk

mengembangkan individu-individu dan masyarakat. Memang

pendidikan merupakan alat untuk memajukan peradaban,

pengembangan masyarakat dan membuat generasi mampu berbuat

banyak bagi kepentingan mereka.

Pendidikan Islam dengan sendirinya adalah suatu sistem

pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang

dibutuhkan oleh hamba-hamba Allah, oleh karena itu Islam

mempedomani seluruh aspek kehidupan manusia muslim baik di

dunia maupun di akhirat.

Bilamana pendidikan kita artikan sebagai latihan mental,

moral dan fisik yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi

untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab dalam

masyarakat, maka pendidikan berarti menumbuhkan personalitas

serta menanamkan rasa tanggung jawab. Usaha kependidikan bagi

Page 22: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

���

manusia menyerupai makanan yang berfungsi memberikan vitamin

bagi pertumbuhan manusia.33

8. Tanggung jawab sosial terhadap kaum dlu’afa

Dan apabila kita membuka lembar sejarah, khususnya sejarah umat

Islam, niscaya kita dapatkan bahwa sejarah umat Islam mengharuskan kita

kembali kepada Islam. Kelahiran Islam merupakan tuntutan sejarah yang

memang sudah ditunggu umat seluruh dunia, karena hal tersebut dikaitkan

dengan kondisi sosial saat itu. karena di mana nilai-nilai kemanusiaan,

keadilanlah yang terjajah oleh kejahiliyahan. Manusia tidak lagi bebas

merdeka melakukan aktivitasnya, padahal pada saat yang sama, di gubuk-

gubuk reyot, gelandangan merintih. Di tempat lain, banyak orang Islam

tidak bisa melanjutkan sekolah karena tidak punya biaya. Sementara, tak

sedikit juga wanita yang terpaksan mengorbankan kehormatannya untuk

memelihara selembar nyawa yang dimilikinya. Dalam hubungan inilah

kita berbicara tentang tugas pembebasan dlu’afa. Kata Sayid Sabiq inilah

hak orang-orang yang memerlukan pada harta orang-orang kaya, yang

ukurannya sejumlah apa yang memenuhi kebutuhan pokok mereka berupa

sandang, pangan dan papan serta kebutuhan-kebutuhan pokok lainnya

yang amat diperlukan oleh manusia supaya ia hidup layak sebagaimana

manusia.34

Dalam firman Allah surat al-Isra ayat 24 menyebutkan :

�3�����i��$� jS� j(k$�� Z $� cT3� �k���� !9� *B��� l.�� jG� m �n

�7JN[��� �̀��X��\��]�Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah : wahai Tuhanku, kasihilah mereka

33 Nur Uhbiyati, Ilmu Pebndidikan Islam, (Bandung : CV. Pustaka Bandung, 1997), hlm.

13. 34 Sayid Sabiq, Islamuna, Beirut, (Beirut : Dar al-Kutub al-A’rabi, t.th.), hlm. 251.

Page 23: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

���

keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.35 (QS . al-Isra : 24) Lalu datanglah Islam menjadikan sesuatu yang baru dari umat

tersebut. Islam datang mempersatukan perpecahan-perpecahan,

menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati akal pikiran dan

hatinya, mengajarkan ilmunya yang semula tidak dimilikinya,

membimbing mereka keluar dari kesesatan. Mereka yang semula lemah

menjadikan umat yang kuat. Islam mengajarkan sistem yang tadinya tidak

mereka miliki dan mengajarkan kesucian kepada mereka yang sebelumnya

menghalalkan segala cara. Islam mengajarkan kelurusan sesudah

menyimpang kebenaran, mengajarkan tauhid sesudah berhalaisme,

menjadi umat terpelajar dan terdidik yang sebelumnya adalah umat yang

buta huruf, para kaum miskin yang lemah mendapatkan perlindungan dan

santunan. Kelahiran Islam dengan Nabi Muhammad SAW sebagai

penyampai wahyu dari Allah SWT, mengantarkan kepada tatanan dunia

baru yang aman, tenteram, damai dan penuh rahmat sebagaimana firman

Allah Swt.;

93:��o.��$A��Dj������k$[��� ̀�%�+��\��]�

Dan tidaklah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.36 (Q.S. al-Anbiya: 107) Kepedulian terhadap nasib orang lain telah dicontohkan oleh

Rasulullah Saw. oleh kaum Ansor dengan kaum Muhajirin dari Mekkah.

Mereka tidak saja menjalin keakraban secara fisik, melainkan keakraban

hati sebagai saudara sesama muslim. Pengibaratan keakraban ini adalah

bagaikan satu tubuh, sehingga derita yang dialami kaum muhajirin harus

terasakan pula oleh kaum ansor. Dan juga sebaliknya, kenikmatan dan

35 Soenarjo, dkk., op. cit., hlm. 428. 36 Ibid., hlm. 508.

Page 24: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

���

rahmat yang dilimpahkan oleh Allah Swt. kepada kaum Ansor harus

terasakan pula oleh kaum Muhajirin yang tidak membawa apa-apa ketika

hijrah keculai rasa cintanya yang begitu besar terhadap Allah Swt. dan

Rasulnya. Kepedulian yang ditujukan kaum Ansor semakin kokohnya

persaudaraan antara suku dan bangsa, pada tahapan selanjutnya mampu

mengangkat harkat dan martabat Islam yang dibawa oleh Nabi Saw.

Kepribadian seseorang yang berhubung langsung kepada Allah

Swt. seharusnya manusia memanifestasikan hubungan Allah Swt. ini

dalam hubungan dengan sesama manusia, sosial. Kedua bentuk hubungan

antara manusia dengan Allah Swt. telah tergambarkan dengan jelas yaitu

sholat. Ketika seseorang sholat dan memulai dengan takbiratul ikhram,

sekaligus manusia memulai berhubungan dengan Sang Khaliq, dan ketika

sholat itu diakhiri dengan salam yaitu dengan menengok kekanan dan

kekiki itu berarti manusia telah mencoba membuka kesadaran diri tentang

dimensi sosial dan kemanusiaan.

Tugas kita sebagai orang mukmin adalah mengentaskan

kemiskinan tidak bisa hanya dilakukan sekali, tetapi diperlukan

penyelesaian yang terus menerus tanpa kenal berhenti. Sebabnya adalah

kemiskinan yang ada diseluruh dunia ini tidak bisa dihilangkan akan tetapi

hanya bisa diminimalkan-seminimalkan mungkin, selagi ada kehidupan

maka kemiskinan juga ada. Sebagainya kita ketahui bahwa misi kerasulan

Muhammad adalah “rahmatan lil al-alamin”, yaitu kekuatan pembebas.

Islam harus mempu membebaskan orang-orang dari kemiskinan,

ketertindasan, ketidakadilan, kebodohan, dan sebagainya, dan apabila para

pemeluk Islam belum mampu melaksanakannya berarti misi rahmah lil

alamin telah gagal. Orang-orang kuat (kaya dan berkedudukan) dia harus

mau mengarahkan pandangannya kepada orang yang lemah. Dalam kontek

ini umat Islam jangan sampai bersunnah Sayyiah (berkebiasaan jelek).

Maksudnya adalah memandang kemiskinan sebagai persoalan individu

yang ditanggung dan diselesaikan sendiri.

Page 25: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

���

Dan kita semua harus bisa seperti Rasul bagaimana membebaskan

masyarakat yang tertindas ini? Nabi Muhammad Saw. melanjutkan risalah

nabi-nabi terdahulu-risalah Nabi Musa a.s. yang menyelamatkan kaum

yang tertindas dari cengkraman Fir’aun, dan risalah Isa a.s. yang

menggembirakan kaum fuqaha dan masakin. Mari kita lihat apa yang

dilakukan Rasulullah Saw. Untuk membela kelompok masyarakat yang

tertindas, yaitu membangkitkan harga diri rakyat kecil dan dlu’afa’,

membangkitkan harga diri fuqaha dan masakin, sebab mereka adalah

kelompok masyarakat yang sering direndahkan, di caci, dan dimaki. Untuk

menumbuhkan harga diri kaum muslimin ini Rasulullah Saw. memilih

hidup di tengah para hamba sahaya dan orang miskin. Sebagai pemimpin

orang kecil, sebagai pembebas kaum dlu’afa’, Rasulullah Saw. memilih

hidup seperti mereka, ia hidup sederhana, karena ia tahu sebagian besar

sahabatnya masih menderita. Ditahannya lapar berhari-hari, karena ia

mengerti bahwa sebagian sahabatnya juga sering mengalami kelaparan

“Aku duduk sebagaimana duduknya budak belian”, kata Rasulullah Saw.

“dan aku makan sebagaimana makannya budak belian” ia tidur di atas

tikar kasar yang dianyamnya dengan tangan sendiri, dan sering tampak

pada pipinya bekas-bekas tikar itu. Umar pernah meneteskan air mata

karena terharu melihat rumah Rasulullah Saw. hanya diperlengkapi

dengan ghariba (wadah air dari kulit) dan roti yang sudah mengitam. Ia

memilih hidup sederhana, bukan karena ia mengharamkan yang halal,

melainkan ingin merasa dekat dengan mereka yang paling miskin. Dia

sebagai pemimpin, tak ingin membuat jarak dengan mereka.

Dengan cara inilah, Rasulullah Saw. mengangkat derajat orang

miskin, orang lemah, dan orang tertindas. Dengan cara inilah Rasulullah

Saw. ingin mengajarkan kita, bahwa untuk membela mereka yang lemah,

miskin, dan tertindas, kita harus membangkitkan dulu harga diri mereka

sebagai manusia, para ahli sosiolog bahwa dalam suatu masyarakat yang

tertindas terjadi prose dehumanisasi kaum lemah.

Page 26: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

���

Inilah kepemimpinan Rasulullah Saw. beliau tidak hanya memilih

menjadi pemimpin yang membebaskan manusia dari pembudakan kepada

berhala menuju pengambaan kepada Allah Swt, melainkan juga

membebaskan manusia menuju tauhidul ummah, menuju kesatuan umat

yang berdasarkan keadilan dan persamaan. Saat ini, ketika kita sering

terpakau oleh kemewahan dunia, tatkala orang miskin berteriak menunggu

pembelanya, kita membutuhkan pemimpin semacam Rasulullah Saw.

Pemimpin Islam ialah pemimpin yang memihak rakyat kecil, bukan

pemimpin yang elitis, pemimpin umat Islam ialah mereka yang memilih

hidup sederhana, karena tahu bahwa sebagaimana umat Islam yang lain

masih hidup dalam kepapaan. Gerakan kebangkitan Islam seharusnya tak

hanya menyemarakkan masjid, melaikan juga menggebirakan orang-orang

yang tertindas.

9. Perubahan sikap sosial

Setiap masyarakat manusia selama hidupnya pasti mengalami

perubahan-perubahan. Perubahan mana dapat berupaa perubahan yang

tidak menarik dalam arti kurang mencolok. Ada pula perubahan-

perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas, serta ada pula

perubahan-perubahan yang lambat sekali, dan juga yang berjalan dengan

cepat. Perubahan-perubahan hanya akan dapat ditemukan oleh seorang

yang sempat memiliki susunan dan kehidupan ssuatu masyarakat pada

suatu waktu dan membandingkannya dengan susunan dan kehidupan

masyarakat tersebut pada waktu yang lampau. Seseorang yang tidak

sempat menelaah susunan dan kehidupan masyarakat desa dikehidupan

masyarakat desa di Indonesia misalnya, akan berpendapat bahwa

masyarakat tersebut statis, tidak mau dan tidak berubah. Pernyataan

demikian didasarkan pada pandangan sepintas yang tentu saja kurang

mendalam dan teliti. Karena tidak ada suatu masyarakatpun yang berhenti

pada suatu titik tertentu sepanjang masa. Orang-orang desa sudah

Page 27: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

���

mengenal berdagang alat-alat transport modern, bahkan dapat mengikuti

berita-berita mengenai daerah lain melalui video, televisi dan sebagainya.

Jadi apabila Al Vin L. Bertrad berpendapat bahwa awal dari

perubahan itu adalah komunikasi, yaitu proses dengan mana informasi

disampaikan dari individu yang lain. maka yang dikomunikasikan itu tidak

lain adalah gagasan-gagasan, ide-ide atau keyakinan-keyakinan maupun

hasil budaya yang berupa fisik itu.37

Perubahan yang terjadi pada masyarakat dunia dewasa ini

merupakan gejala yang normal pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke

bagian-bagian dunia lain berkat adanya komunikasi modern, penemuan

baru di bidang teknologi yang terjadi di suatu tempat, dengan cepat dapat

diketahui oleh masyarakat lain yang berada jauh dari tempat tersebut.

Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak zaman

dahulu, namun dewasa ini perubahan-perubahan terebut berjalan dengan

sangat cepatnya, sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya.

Perubahan-perubahan sering berjalan secara konstan, ia tersebut memang

terikat oleh waktu dan tempat. Akan tetapi karena sifatnya berantai, maka

perubahan terlihat berlangsung terus, walau diselingi keadan dimana

masyarakat mengadakan berorganisasi unsur-unsur struktur masyarakat

yang terkena perubahan.

Perubahan-perubahan itu merupakan fungsi dari berbagai faktor

perubah, antara lain ;

1. Karakteristik sosial dan budaya masyarakat target (klien) seperti

jumlahdan perbandingan tenaga kerja wanita dan pria. Tingkat

solideritas antara anggota masyarakat, keterkaitan dengan adat-istiadat,

tingkat pendapatan, letak suatu pedesaan dari pusat kegiatan ekonomi

pasar, tingkat pendidikan, dan lain-lain.

37 Salman B. Taneko, Struktur dan Proses Sosial Suatu Pengantar Sosiologi

Pembangunan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993), hlm. 136.

Page 28: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

���

2. Karakteristik teknologi yang diperkenankan pada masyarakat sasaran.

Bentuk dan kualitas, kemudahan mengoperasikan, harga, teknologi

yang diperkenalkan itu mempengaruhi tingkat adopsi. Tingkat adopsi

ini, betapapun, akan mempengaruhi perilaku proses sosial, perubahan

sosial kita.

3. Karakteristik mereka yang memperkenalkan teknologi tersebut. siapa

mereka, bagaimana pengetahuan mereka tentang kelompok sasaran,

jarak sosial antara mereka dan klien, pengetahuan dan peguasaan

mereka terhadap teknologi yang mereka perkenalkan.

4. Model (pendekatan) yang mereka pahami dalam memperkenalkan

teknologi tersebut kedalam masyarakat ssasaran. Edukatif, paksaan,

sekunder, persuasif atau cara tertentu lainnya. Masing-masing cara

tersebut akan menghasilkan tingkat adopsi yang berbeda-beda.38

2. Lingkungan Tempat Tinggal

1. Pengertian Lingkungan Tempat Tinggal Pedesaan dan Perkotaan.

Secara etimologi, lingkungan diartikan sebagai “Semua yang

mepengaruhi pertumbuhan manusia dan hewan”.39 Sedangkan secara

terminologi oleh Abdul Aziz el-Quussiy, lingkungan didefinisikan sebagai

“Semua faktor yang mempengaruhi seseorang sejak permulaan

pertumbuhannya”.40 Definisi tersebut sangat umum, tentunya mencakup

aspek fisik dan aspek psikis, jadi lingkungan tidak hanya merupakan

lingkungan fisik, melainkan ada pula lingkungan yang berbentuk psikis.

Pendapat di atas dapat dilihat dengan jelas pada pengertian yang

dikemukakan oleh Prof. F. Patty, MA., : yaitu “segala sesuatu yang

38 Bahrein T. Sugihen, Sosiologi Pedesaan (Suatu Pengantar), Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada, 1997), hlm. 5-59. 39 Tim Penyusun Kamus P3B, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,

1990), hlm. 526. 40 Abdul Aziz el-Qussiy, Pokok-pokok Kesehatan Mental/Jiwa, (Jakarta : Bulan Bintang,

t.th.), hlm. 49.

Page 29: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

��

mengelilingi di dalam hidupnya, baik dalam bentuk lingkungan fisik,

seperti orang tuanya, rumahnya, kawan-kawannya, masyarakat sekitarnya

maupun dalam bentuk lingkungan psikis, seperti misalnya perasaan yang

dialaminya, cita-citanya, persoalan-persoalan yang dihadapinya, dan

sebagainya”.41

Adapun tempat tinggal, sesuai dengan pengertian yang diambil dari

Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “rumah tempat orang tinggal”.42

Jadi yang dimaksud dengan lingkungan tempat tinggal adalah

lingkungan dimana seseorang atau sekelopok orang bermukim atau

bertempat tinggal yang meliputi keluarga, rumah tempat tinggal, cita-cita

hidup, kawan-kawan bermain, masyarakat, pengalaman batin, problem

yang dihadapi, dan sebagainya.

Adapun yang dimaksud tempat tinggal pedesaan adalah lingkungan

di mana seseorang atau sekelompok orang bermukim atau bertempat

tinggal di daerah tertentu yang memiliki karakteristik dan ciri-ciri tertentu.

Sedangkan lingkungan tempat tinggal perkotaan adalah lingkungan

di mana seseorang atau sekelompok orang bermukim atau bertempat

tinggal dalam satu wilayah yang merupakan pusat kegiatan ekonomi,

pemerintahan, kesenian dan ilmu pengetahuan.

2. Bentuk dan Macam-macam Lingkungan

Apabila mencermati pengertian yang dikemukakan oleh F. Patty,

maka kita akan temukan pengelompokkan yang terdiri dari lingkungan

fisik dan lingkungan psikis. Lingkungan fisik meliputi keluarga, rumah,

masyarakat, kawan bermain, dan sebagainya, sedangkan lingkungan psikis

meliputi perasaan-perasaan yang dialami, cita-cita hidup dan persoalan-

persoalan yang dihadapi.

41 F. Patty, Pengantar Psikologi Umum, (Surabaya : Usaha Nasional, 1982), hlm. 58. 42 Tim Penyusun Kamus P3B, op. cit., hlm. 923.

Page 30: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

��

Namun untuk mengupas lingkungan psikis sangat kesulitan karena

kurangnya literatur. Oleh karena itu, pada bagian ini hanya akan dikupas

lingkungan secara fisik.

Menurut Ngalim Purwanto, M.P., lingkungan dibagi menjadi tiga

bagian yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan

masyarakat.43

a. Lingkungan Keluarga

Keluarga adalah “Suatu kesatuan yang terkecil dalam

masyarakat yang diikat tali perlkawinan yang sah”. Walaupun hanya

merupakan lingkungan terkecil, namun keluarga mempunyai pengaruh

yang luar biasa terhadap anak sejak ia masih kanak-kanak, bahkan

ketika ia masih dalam kandungan.

Kebiasaan-kebiasaan atau perilaku dan juga kondisi rumah

yang dilihat, didengar atau dirasakan oleh anak akan terserap yang

kemudian membentuk kepribadian anak. Keadaan rumah yang baik

akan menjadikan anak yanmg berkepribadian yang baik, demikian pula

sebaliknya keluarga yang rusak akan dapat membentuk pribadi anak

yang rusak pula. Berkaitan dengan hal tersebut dapat dikemukakan

suatu contoh: apabila anak menyaksikan ketidakcocokan antara ayah

dan ibunya, dalam keluarga sering terjadi ketegangan atau salah

pengertian, maka anak yang baru tumbuh itu akan mengalami

keguncangan jiwa, karena sering merasa takut. Apabila anak yang

dalam pertumbuhannya kurang mendapat perhatian dan kasih sayang

dari keluarganya maka anak akan tumbuh dan berkembang dengan

tanpa memilki rasa kasih sayang terhadap sesama.

Suasana beragama dalam keluarga juga akan sangat

mempengaruhi sikap agama atau beragama dari anak. Kondisi

keluarga yang agamis serta secara dini dan berkala menanamkan nilai

43 M. Ngalim Purwanto, MP., Ilmu Pendidikan, (Bandung : Remaja Karya, 1988), hlm.

148.

Page 31: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

���

agama yang diajarkan. Semakin jauh dan keringnya suatu keluarga dari

nilai-nilai agama, maka pribadi anakpun akan menjadi semakin kering

dan jauh dari nilai-nilai agama.

Hal ini sesuai dengan fungsi pendidikan dan fungsi agama

keluarga.44 Fungsi pendidikan maksudnya, keluarga merupakan guru

bagi anak sebelum anak dididik orang lain. Sedangkan fungsi agama

maksudnya, bapak dan ibu bertindak sebagai pendidik dan mengajar

nilai-nilai agama.

Oleh karena itu, orang tua harus mampu menjalankan fungsi

sebagaimana Luqman al-Hakim yang dikisahkan dalam al-Qur’an :

�3=��o�<��:�i%2��p�2�� 3��.�X�Ij���*T�O��q���o�<���I�

�K�p"�K�p�[���Ij���\��]�

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah engkau menyekutukan Allah Swt. sesungguhnya mempersekutukan Allah Swt. adalah benar-benar kedzaliman yang besar. (Q.S Luqman.13)45

Sejak kecil setiap orang telah terbiasa bergaul dengan

lingkungan dan mempunyai keterkaitan dengan lingkungan sosialnya.

Keterkaitan manusia dengan lingkungan sosialnya oleh karena itu

setiap individu melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam setiap

tahap perkembangannya. Dalam kaitan untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungan sosialnya setiap individu harus dapat melakukan

komunikasi dengan berbagai macam tipe kepribadian yang dimiliki

oleh berbagai macam individu. Peranan interaksi sosial untuk

44 Koestoer Partowiastro, Dinamika Psikologi Sosial, (Surabaya : Erlangga, 1983), Cet. 1,

hlm. 90. 45 Soenarjo, dkk., op. cit., hlm. 654.

Page 32: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

���

melakukan penyesuaian diri agar dapat diterima oleh masyarakatnya

memainkan peranan penting dalam perjalanan hidup seseorang

Anak akan mempunyai sikap sosial yang luhur apabila dalam

kehidupan sehari-harinya, tolong-menolong, membantu yang

kekurangan dan lemah, sosialisasi dengan lingkungan sekitar,

kepedulian sosial harus ditanamkan dan dibiasakan pada anak,

sehingga pada saatnya nanti� si anak akan memiliki sikap sosial yang

luhur. Anak dibiasakan dengan sikap bekerjasama dengan orang lain

yang nantinya sikap ini akan terimplementasi oleh anak yang

kemudian terefleksikan kedalam bentuk sikap yang tidak egois. Dalam

hal ini contoh suri tauladan dari orangtua sangat diperlukan oleh anak

disamping ucapan-ucapan, sehingga anak mudah menerima hal-hal

yang baik. Tanpa ini rasanya mustahil anak dapat dengan sendirinya

mengerjakan yang baik. Hal ini pula yang dikerjakan Rasulullah Saw.

saat hendak berdakwah dengan perincian 75 % melalui tauladan dan

25 % melalui ucapan.46

Orang tua harus memperhatikan pendidikan anaknya agar

menjadi anak yang sholeh, muatan pendidikan yang diberikan kepada

anak harus meliputi unsur aqidah, ibadah dan akhlak.47

Dengan demikian, dimensi insaniyah dan Ilahiyah dapat

diterima oleh anak tanpa melupakan salah satunya

b. Lingkungan Sekolah

Sekolah adalah lembaga untuk belajar dan untuk mengajar serta

tempat menerima dan memberi pelajaran.48 Pada lingkungan inilah

individu mendapatkan pendidikan dan pengajaran untuk menghadapi

alam sekitarnya. Lingkungan ini individu dapat mengadakan interaksi

46 Umar Hasyim, Cara Mendidik Anak dalam Islam, (Surabaya : Bina Ilmu, t.th.), hlm.

158. 47 Hasan Basri, Keluarga Sakinah, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,1995), Cet. I,hlm. 89. 48 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1993), Cet. IV, hlm. 796.

Page 33: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

���

dengan teman sekolahnya, adik kelas, kakak kelas, guru serta

karyawan sekolah.

Istilah pendidikan ini yang dipakai dalam Undang-undang no

20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Dalam Undang-

undang tersebut pendidikan didefinisikan sebagai :

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”49

Sedangkan tujuan pendidikan nasional dirumuskan sebagai

berikut;

“Tujuan pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqawa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”50

Menurut tujuan di atas dapat diketahui bahwa yang ingin

disampaikan kepada peserta didik tidak hanya pengetahuan

(knowledge) saja, melainkan juga nilai-nilai ketakwaan kepada Allah

Swt. tidak hanya kesehatan fisik saja, akan tetapi kesehatan mental

atau kita sebut rohani, tidak hanya berdimensi individual, tetapi juga

mencakup dimensi sosial bahkan merupakan bagian yang paling

penting.

Oleh karena itu, lembaga-lembaga pendidikan dalam proses

belajar mengajar semestinya tidak memberikan pengetahuan semata,

akan tetapi muatan-muatan rohani juga harus diperhatikan, bahkan

semestinya menjadi prioritas umat. Melatih peserta didik memilki rasa

tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan, jangan sampai dalam

49 UUSPN, op. cit., hlm. 2. 50 Ibid., hlm. 5-6.

Page 34: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

��

proses interaksi peserta didik dengan warga lingkungan pendidikan

lainnya dibiarkan terjadi kemunculan sifat egois atau individualis.

Sebagaimana kita ketahui bahwasannya peserta didik memiliki

latar belakang sosial, budaya dan ekonomi yang berbeda. Kebudayaan

tersebut jangan sampai menyebabkan peserta didik merasa menjadi

orang lain dan bukan menjadi bagian dari orang lain.

Diakui oleh Emile Durkheim bahwa, lembaga pendidikan

bukan merupakan lembaga tempat pelepasan emosi dan tempat

berbagai kasih sayang sebagaimana dalam keluarga. Lembaga

pendidikan harus dijadikan tempat melatih peserta didik dalam

kehidupan kolektif.51

Sungguh sangat ironis sekali apabila lembaga pendidikan yang

semestinya menjadi tempat pendidikan kehidupan kolektif, tatapi

justru terbalik menjadi tempat pengembangan individualisme dan

egoisme. Untuk mengatasi hal ini, lembaga pendidikan harus benar-

benar menanamkan pentingnya pendidikan kolektif, tolong menolong

dan sebagaimana. Pembiasaan menolong kepada yang lemah dan

membutuhkan pertolongan mutlak diperlukan. Disamping itu,

melibatkan peserta didik dalam organisasi OSIS, PMR, vocal Group,

Club Olah Raga dan sebagainya juga sangat mendukung kepentingan

tersebut.

Jadi dalam konteks ini pendidikan yang paling tanggungjawab,

tidak hanya mentransformasikan pengetahuannya kepada anak didik

tapi juga mempunyai tugas untuk membentuk insan kamil.

Guna menunjang tugas guru dalam membentuk insan kamil

akan diperlukan kurikulum yang benar-benar sesuai yaitu yang

memilki ciri-ciri keterpaduan antara aspek duniawi dan ukhrowi.

51 Emile Durkheim, Pendidikan Moral, (Jakarta : Erlangga, 1990), hlm. 171.

Page 35: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

��

Menurut Al-Abrasyi, kurikulum pendidikan harus memuat prinsip-

prinsip sebagai berikut :

1) Harus ada materi yang mengarah pada pendidikan rohani, aqidah

2) Harus pula memuat tuntutan hidup, ilmu fiqih dan akhlak

3) Mengandung unsur ilmiah

4) Secara praktis harus bermanfaat

5) Mata pelajaran yang diajarkan harus memilki fungsi yang dapat

digunakan untuk mempelajari ilmu lain.52

c. Lingkungan Masyarakat

Masyarakat merupakan lingkungan yang terdiri atas kelompok-

kelompok manusia yang hidup secara akolektif dengan pengertian-

pengertian dan tanggapan-tanggapan yang kolektif pula. Dan hanya

dengan kehidupan kolektif itulah yang dapat menerangkan gejala-

gejala sosial. Pada lingkungan ini individu semakin menghadapi

norma-norma yang semakin kompleks, individu dituntut untuk dapat

menyesuaikan diri keadaan lingkungan masyarakat tempat individu

berada. Pada lingkungan ini individu berinteraksi semakin luas, yaitu

dengan anak yang di umur di bawahnya, teman-teman sebaya, orang

dewasa dan kepada orang tua termasuk tokoh masyarakat. Ia berbeda

dengan lingkungan keluarga dan lingkungan pendidikan. Lingkungan

masyarakat ini merupakan lingkungan yang tidak sempit bahkan bisa

dikatakan tidak ada batasannya, lingkungan masyarakat ini di

dalamnya mencakup keseluruhan aspek kehidupan, baik dari aspek

ekonomi, sosial, budaya maupun politik.

Banyak hal yang terdapat dalam masyarakat, mulai dari cara

berpakaian, potongan rambut, bentuk rumah, gaya hidup, pola hidup

bermasyarakat hingga sampai pada kebiasaan-kebiasaan dalam

keseharian.

52 M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1970), hlm. 173-147.

Page 36: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

��

Anak merupakan bagian dari masyarakat, ia berada ditengah-

tengah manusia lain. Selanjutnya anak tersebut akan melakukan

interaksi dengan kawan bermain atau dengan manusia dewasa yang

kesemuanya memilki kebiasaan dan perilaku fisik dan psikis. Interaksi

antara manusia yang stu dengan yang lain adalah pasti dan jelas.

Manusia sebagai makhluk soaial akan sangat mustahil apabila ia

membiarkan dirinya sendirian tanpa orang lain, hal ini sesuai dengan

penegrtian masyarakat yang dikemukakan oleh Koentjoroningrat:

“Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan yang terikat oleh para identitas bersama”53

Menurut penegrtian di atas, proses interaksi tidak hanya terjadi

sekali waktu, akan tetapi akan terjadi secara kontinyu, secara logika selagi

masih ada kehidupan berarti proses interaksi terus berlangsung proses

interaksi juga tidak kenal tempat. Jadi dimanapun dan kapanpun akan

tejadi interaksi dalam masyarakat.

Keadaan-keadaan yang ada pada diri individu dalam masyarakat

akan sangat berpengaruh pada warna dan bentuk sebuah lingkungan,

misalnya pada masyarakat perkotaan yang banyak terdiri dari pribadi-

pribadi individualis dan egois maka kondisi lingkungan yang tercipta akan

bersifat individual. Sebaliknya pada masyarakat desa yang kondisi-kondisi

pribadinya suka menolong dan peduli dengan orang lain maka lingkungan

yang tercipta sangat jelas sikap sosialnya. Suatu masyarakat yang terdiri

dari pribadi-pribadi yang agamis maka kondisi yang muncul adalah

agamis pula.

Keanekaragaman yang terdapat dalam masyarakat yang bauik

maupun yang buruk, yang individual maupun yang sosial adalah sangat

kongkrit. Oleh karena itu, hal tersebut oleh anak akan dilihat, didengar dan

53 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta : Rineka Cipta, Jakarta, 1990),

Cet. 8, hlm. 146-147.

Page 37: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

��

dirasakannya. Penginderaan anak terhadap aspek-aspek tersebut langsung

secara kontinyu, maka sangat mungkin semua yang terjadi dalam

masyarakat akan terimplementasikan oleh anak.

Agar lebih jelas maka dalam skripsi ini akan dibedakan masyarakat

kota dan masyarakat desa.

Tidak disangsikan lagi, perkembangan kota memang membawa

akibat-akibat yang positif bagi kehidupan manusia, hakekatnya,

perkembangan kota akan selalu berarti perkembangan peradapan manusia.

Dan lebih konkrit lagi, perkkembangan kota akan berarti pula

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun demikian, disisi lain dari

segi positif, perkembangan itu juga memberikan akibat-akibat negatif.

Pelbagai masalah muncul akibat perkembanagan itu, sekularisasi,

disorganisasi sosial, salah adaptasi, kenakalan remaja, kriminalitas, serta

berbagai perpincangan sosial, disamping masalah-masdalah fisik seperti

kecelakaan lalu lintas, populasi udara masalah perumahan dan sebagainya.

1) Masyarakat Kota

Kota adalah “Suatu himpunan penduduk masal yang tidak

agraris, yang bertempat tinggal didalam dan sekitar suatu pusat

kegiatan ekonomi, pemerintah, kesenian dan ilmu pengetahuan”.54

Mereka memilki ciri-ciri sosial budaya :

a) Terjadi hubungan yang bersifat impersonal

b) Penduduk yang hiterogen

c) Hubungan rakyat-penguasa adalah formal

d) Longgarnya kontrol dan pengendalian sosial

e) Lebih banyak memilki mobilitas

f) Individualisme berkembang disini

g) Lebih rasional.55

54 Soekandar Wiratmadja, Pokok-pokok Sosiologi Pedesaan, (Jakarta : Yasaguna, 1976), hlm. 133.

Page 38: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

��

2) Masyarakat Desa

Pengertian atau pemahaman orang seoarang tentang konsep

desa dan pedesaan itu kelihatannya amat berbeda dari satu kawasan ke

kawasan lain dari satu ke negara lain. Dengan demikian, mungkin

sekali juga, bahwa konsep sosiologi pedesaan berbeda dari satu lokasi

ke lokasi yang lain. Oleh karena itu, kita perlu memahami bener

terlebih dahulu konsep pengertian pedesaan itu.

Umumnya kita hampir semua mengetahui bahwa perkotaan itu

mudah dipahami. Maka dapat dikatakan bahwa yang disebut

masyarakat desa adalah sejumlah penduduk yang merupakan kesatuan

masyarakat dan bertempat tinggal dalam suatu wilayah yang

merupakan organisasi pemerintah terendah langsung dibawah Camat,

yang berhak menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri

dengan perkataan lain masyarakat desa adalah sejumlah penduduk

yang tinggal di Desa.

Dalam tulisan ini yang duimaksud Desa adalah “Suatu daerah

hukum yang sejak beberapa keturunan dan mempunyai ikatan sosial

yang hidup secara tinggal menetap disuatu daerah tertentu dengan adat

istiadat yang dijadikan landasan hukum dan mempunyai seorang

pimpinan formil yaitu kepala desa.”56

Masyarakat desa memilki ciri-ciri sosial budaya :

a) Memilki jiwa persatuan serta keeratan hubungan dalam

komunitasnya

55 Ibid., hlm. 85. 56 H. Siagian, Pokok-pokok Pembangunan Masyarakat Desa, (Bandung : Alumni, 1993),

hlm. 3.

Page 39: bab II 3197127 - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004...BAB II SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL 1. Sikap Sosial 1. Pengertian

b) Sistem kehidupan kelompok (kolektif) mereka didasarkan pada

sistem kekeluargaan sehingga melahirkan homoginitas

c) Hubungan antara penguasa dan rakyat berjalan secara informal dan

segala persoalan mereka diselesaikan dengan musyawarah.

d) Ketatnya kontrol dan pengendalian sosial terhadap perilaku warga

sehingga melahirkan homoginitas perilaku dan pola pikir.

e) Mobilitas sosial horizontal maupun vertikal masih jarang

f) Adanya semangat gotong royong yang bertindakan kesadaran

bahwa hidup pasti memerlukan orang lain, saling bantu adalah

suatu keniscayaan yang harus dikerjakan.

g) Ketatnya keterikatan pada adat kebiasaan. Hal ini disebabkan pesan

golongan tua yang menonjol.57

57 P. Soedarno, Leonardo, Eddy Wiwoho, Bachtiar Simangunsong, Ilmu Sosial Dasar,

(Jakarta : Gramedia, 1993), hlm. 83-84.