BAB II 11092014

16
BAB II TINJAUAN UMUM LAPANGAN Lapangan Jatibarang di kelola oleh perusahaan milik negara Pertamina Operasi Ekplorasi dan Produksi yang berada didataran rendah sebelah Utara Jawa Barat. Lapangan Jatibarang memiliki beberapa struktur lapisan yang mengandung hidrokarbon yaitu salah satunya struktur lapisan “Y”. Sebagian besar dari struktur lapisan tersebut terdapat di kabupaten Indramayu dan Majalengka. 2.1. Letak Geografis Lapangan Jatibarang Lapangan “X” terletak di provinsi Jawa Barat, sekitar 200 Km sebelah Timur Jakarta dan 30 Km Barat Laut Cirebon atau secara geografis terletak antara 108 o – 109 o BT dan 6 o LU – 7 o LS.

description

dsgfdsgd

Transcript of BAB II 11092014

Page 1: BAB II 11092014

BAB II

TINJAUAN UMUM LAPANGAN

Lapangan Jatibarang di kelola oleh perusahaan milik negara Pertamina

Operasi Ekplorasi dan Produksi yang berada didataran rendah sebelah Utara Jawa

Barat. Lapangan Jatibarang memiliki beberapa struktur lapisan yang mengandung

hidrokarbon yaitu salah satunya struktur lapisan “Y”. Sebagian besar dari struktur

lapisan tersebut terdapat di kabupaten Indramayu dan Majalengka.

2.1. Letak Geografis Lapangan Jatibarang

Lapangan “X” terletak di provinsi Jawa Barat, sekitar 200 Km sebelah Timur

Jakarta dan 30 Km Barat Laut Cirebon atau secara geografis terletak antara 108 o –

109 o BT dan 6 o LU – 7 o LS.

Gambar 2.1.Peta Lokasi Lapangan Jatibarang

( “Data lapangan Jatibarang ”, Pertamina EP Region Jawa, Cirebon. 2012)2.2. Geologi Lapangan Jatibarang

Page 2: BAB II 11092014

Lapangan Jatibarang termasuk dalam cekungan Jawa Barat Utara.

Cekungan Jawab Barat Utara terletak diantara Paparan Sunda di Utara. Jalur

perlipatan-Bogor di Selatan, daerah pengangkatan Karimun Jawa di Timur dan

Paparan Pulau Seribu di Barat. Cekungan Jawa Barat Dipengaruhi oleh sistem block

faulting yang berarah Utara – Selatan membagi cekungan menjadi graben atau

beberapa sub-basin, yaitu Jatibarang, Pasir Putih, Ciputa, Rangkas Bitung, dan

beberapa tinggian basement seperti Arjawinangun, Cimalaya, Pemanukan,

Kandanghaur - Waled, Rangasdengklok dan Tangerang.

Gambar 2.2.Penampang Geologi Cekungan Jawa Barat.

( “Data lapangan Jatibarang”, Pertamina EP Region Jawa, Cirebon. 2012)2.2.1. Statigrafi Lapangan Jatibarang

Page 3: BAB II 11092014

Sedimentasi Cekungan Jawa Barat Utara mempunyai kisaran umur dari Kala

Eosen Tengah sampai Kuarter. Deposit tertua adalah pada Eosen tengah, yaitu pada

Formasi Jatibarang yang terendapkan secara tidak selaras di atas Batuan Dasar.

Gambar 2.3.Stratigrafi Lapangan Jatibarang 12)

( “Data lapangan Jatibarang”, Pertamina EP Region Jawa, Cirebon. 2012)

Page 4: BAB II 11092014

Urutan stratigrafi regional dari yang paling tua sampai yang paling muda

adalah Batuan Dasar, Formasi Jatibarang, Formasi Cibulakan Bawah (Talang Akar,

Baturaja), Formasi Cibulakan Atas (Massive, Main, Pre-Parigi), Formasi Parigi dan

Formasi Cisubuh.

1. Batuan Dasar

Batuan dasar adalah batuan beku andesitik dan basaltik yang berumur Kapur

Tengah sampai Kapur Atas dan batuan metamorf yang berumur Pra Tersier (Sinclair,

et.al, 1995). Lingkungan pengendapannya merupakan suatu permukaan dengan sisa

vegetasi tropis yang lapuk (Koesoemadinata, 1980).

2. Formasi Jatibarang

Formasi Jatibarang terletak secara tidak selaras di atas Batuan Dasar. Formasi

ini pada bagian bawah tersusun oleh tuff bersisipan dengan lava (aliran), sedangkan

pada bagian atas tersusun oleh batupasir. Umur formasi ini adalah dari Kala Eosen

Akhir sampai Oligosen Awal. Dari jumlah sedimen yang bervariasi, ditafsirkan

lingkungan pengendapan formasi ini adalah continental – fluviatil. Formasi ini

mempunyai ketebalan 1200 m di Cekungan Jatibarang yang terletak di sebelah Timur

Cekungan Ardjuna dan semakin menipis ke arah Barat. Minyak dan gas di beberapa

tempat dapat ditemukan pada rekahan-rekahan tuff tersebut (Budiyani, et.al, 1991).

3. Formasi Talang Akar

Formasi ini terendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Jatibarang.

Litologi penyusunnya pada bagian bawah terdiri dari serpih gampingan dengan

sedikit kandungan pasir, batulanau dengan sisipan batupasir, terkadang juga dijumpai

konglomerat secara lokal. Pada bagian atas disusun oleh batuan karbonat. Formasi

ini terbentuk pada lingkungan delta sampai laut yang merupakan hasil dari fase

transgresi kedua pada Neogen (Sinclair, et.al, 1995). Adapun pembentuk formasi ini

terjadi dari Kala Oligosen sampai dengan Miosen Awal. Pada formasi ini juga

dijumpai lapisan batubara yang kemungkinan terbentuk pada lingkungan delta.

Batubara dan serpih tersebut merupakan batuan induk (source rock) untuk

Page 5: BAB II 11092014

hidrokarbon. Ketebalan formasi ini berkisar antara 50 – 300 m (Budiyani, et.al,

1991). Pada formasi ini dihasilkan minyak dan gas bumi.

4. Formasi Baturaja

Formasi ini terendapkan secara selaras di atas Formasi Talang Akar. Adapun

litologi penyusunnya terdiri dari batugamping terumbu dengan penyebaran tidak

merata. Pada bagian bawah tersusun oleh batugamping masif yang semakin ke atas

semakin berpori. Selain itu juga ditemukan dolomit, interkalasi serpih glaukonitan,

napal, chert dan batubara. Formasi ini terbentuk pada Kala Miosen Awal – Miosen

Tengah (terutama dari asosiasi foraminifera). Lingkungan pembentukan formasi ini

adalah pada kondisi laut dangkal, air cukup jernih, sinar matahari ada (terutama dari

melimpahnya foraminifera Spriroclypens Sp). Ketebalan formasi ini berkisar pada 50

m (Budiyani, et. aI, 1991).

5. Formasi Cibulakan Atas

Formasi ini terbagi menjadi 3 anggota formasi, yaitu Massive, Main, dan Pre-Parigi.

a) Massive Unit

Satuan ini terendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Baturaja. Litologi

penyusun satuan ini adalah perselingan batulempung dengan batupasir yang

mempunyai ukuran butir dari halus – sedang. Pada formasi ini dijumpai kandungan

hidrokarbon, terutama pada bagian atas. Selain itu terdapat fosil foraminifera

planktonik seperti Globigerina trilobus, foraminifera bentonik seperti Amphistegina

(Arpandi dan Patmosukismo, 1975).

b) Main Unit

Satuan ini terendapkan secara selaras di atas Massive Unit. Litologi penyusunnya

adalah batulempung berselingan dengan batupasir yang mempunyai ukuran butir dari

halus – sedang (bersifat glaukonitan). Pada awal pembentukannya, berkembang

batugamping dan terdapat blangket-blangket pasir dimana pada bagian ini dibedakan

dengan Main Unit itu sendiri dan disebut dengan Mid Main Carbonat (Budiyani, et.

al, 1991).

c) Pre-Parigi Unit

Page 6: BAB II 11092014

Satuan ini terendapkan secara selaras di atas Main Unit. Adapun litologi penyusunnya

adalah perselingan batugamping, dolomit, batupasir dan batulanau. Formasi ini

terbentuk pada Kala Miosen Tengah – Miosen Akhir. Lingkungan pengendapannya

adalah neritik tengah – neritik dalam (Arpandi dan Patmosukismo, 1975), hal ini

dapat ditafsirkan dari dijumpainya adanya biota laut dangkal dan juga kandungan

batupasir glaukonitan.

6. Formasi Parigi

Formasi ini terendapkan secara selaras di atas Formasi Pre-Parigi. Litologi

penyusunnya sebagian besar adalah batugamping abu-abu terang, berfosil dan berpori

dengan sedikit dolomit. Adapun litologi penyusun yang lain adalah serpih

karbonatan, napal yang dijumpai pada bagian bawah. Kandungan koral, alga, cukup

banyak dijumpai selain juga bioherm dan biostrom. Selain itu juga dijumpai

foraminifera besar seperti Alveolina quoyi, foraminifera bentonik kecil seperti

Quinqueloculina kirembatira, foraminifera plangtonik seperti Globigerina siakensis.

Lingkungan pengendapan formasi ini adalah laut dangkal – neritik tengah (Arpandi

dan Patmosukismo, 1975). Batugamping pada formasi ini umumnya dapat menjadi

reservoar yang baik karena mempunyai porositas sekunder dan permeabilitas yang

besar. Ketebalan formasi lebih kurang 400 m. Dari hasil penelitian terdahulu, tidak

semua karbonat pada formasi ini menghasilkan hidrokarbon, hanya pada puncak

tutupan dari sembulan karbonat yang terbentuk di daerah shoal dan juga karena

tutupan tersebut berasosiasi dengan sesar yang berfungsi sebagai jalan migrasi

(Sinclair, et.al, 1995).

7. Formasi Cisubuh

Formasi ini terendapkan secara selaras di atas Formasi Parigi. Litologi

penyusunnya adalah batulempung berselingan dengan batupasir dan serpih

gampingan, mengadung banyak glaukonit, lignit, sedikit chert, pirit dan fragmen

batuan beku volkanik. Pada bagian bawah terdapat kandungan fosil yang semakin ke

atas semakin sedikit. Umur formasi ini adalah dari Kala Miosen Akhir sampai Pliosen

– Pleistosen. Formasi Cisubuh diendapkan pada fase regresi pada Kala Neogen, hal

Page 7: BAB II 11092014

ini dapat dilihat dari semakin ke atas formasi ini semakin bersifat pasiran dengan

dijumpai batubara. Formasi ini diendapkan pada lingkungan laut dangkal yang

semakin ke atas menjadi lingkungan litoral – paralik (Arpandi dan Patmosukismo,

1975). Hidrokarbon tidak pernah ditemukan pada formasi ini. Ketebalan formasi ini

berkisar antara 100 m – 1200 m (Budiyani, et.al, 1991).

2.2.2. Struktur Geologi Lapangan Jatibarang

Sejarah tektonik Cekungan Jawa Barat Utara tidak lepas dari sejarah tektonik

global Indonesia bagian barat. Tatanan tektonik yang terjadi dapat dijelaskan dengan

sistim active margin. Elemen tektonik utamanya adalah adanya penunjaman

Lempeng Hindia, zona subduksi dan busur magmatik (magmatic arc).

Berawal dari Zaman Akhir Kapur hingga Awal Tersier, Jawa Barat Utara

dapat diklasifikasikan dalam cekungan busur depan (fore arc basin) dengan

dijumpainya orientasi struktur mulai dari Ciletuh, Sub Cekungan Bogor, Jatibarang,

Cekungan Muriah dan Cekungan Florence Barat yang mengindikasikan kontrol Tren

Meratus. Pada waktu Paleogen (Eosen – Oligosen), daerah Jawa Barat mengalami

sesar geser yang pada akhirnya membentuk Cekungan Jawa Barat Utara sebagai pull

apart basin. Pada fase ini terjadi proses pelebaran (extensional rifting) dan

membentuk sesar-sesar bongkah (half graben system). Half graben system

membentuk daerah Tinggian Pamanukan, Rendahan Ciputat, Rendahan Pasir Putih,

Rendahan Jatibarang dan Rendahan Cemara. Proses tektonik terus berlanjut dengan

terjadinya proses pengangkatan pada Kala Oligosen – Intra Miosen menyebabkan

timbulnya perubahan muka air laut dan membentuk Tinggian Rengasdengklok,

Tinggian Cimalaya dan Rendahan Kandanghaur. Pada akhir kala ini pola sesar yang

umum dijumpai berupa sesar normal berarah utara – selatan yang dinamakan Pola

Sesar Sunda.

Fase tektonik kedua terjadi pada permulaan Neogen (Oligosen – Miosen)

dimana jalur penunjaman baru terbentuk di selatan Jawa. Jalur volkanik periode

Miosen Awal pada waktu sekarang ini terletak di lepas Pantai Selatan Jawa. Deretan

Page 8: BAB II 11092014

gunungapi ini menghasilkan endapan gunungapi bawah laut yang sekarang disebut

andesit tua, tersebar sepanjang selatan Pulau Jawa. Pola tektonik ini disebut Pola

Tektonik Jawa yang merubah pola tektonik tua yang terjadi sebelumnya menjadi

berarah barat – timur yang menghasilkan suatu sistem sesar naik dimulai dari selatan

(Ciletuh) bergerak ke utara. Pola sesar ini sesuai dengan sistim sesar naik belakang

busur atau thrust foldbet system.

Pada fase ini terjadi proses kompresi yang membentuk perangkap-perangkap

struktur di seluruh Jawa Barat - Utara. Akibat terbentuknya perangkap-perangkap

struktur pada Kala Miosen Akhir terjadi proses migrasi hidrokarbon yang telah

matang.

Fase tektonik akhir yang terjadi adalah pada Pliosen – Pleistosen, dimana

terjadi proses kompresi kembali dan membentuk perangkap-perangkap sruktur berupa

sesar-sesar naik di jalur selatan Cekungan Jawa Barat Utara. Sesar-sesar naik yang

terbentuk adalah sesar naik Pasirjadi dan sesar naik Subang, sedangkan di jalur utara

Cekungan Jawa Barat Utara terbentuk sesar turun berupa sesar turun Pamanukan.

Akibat adanya perangkap struktur tersebut terjadi kembali proses migrasi

hidrokarbon.

2.3. Karakteristik Reservoir Lapangan Jatibarang Lapisan “Y”

Lapangan Jatibarang memiliki reservoir yang terdiri dari bermacam-macam

lapisan minyak dan gas yang umunya terdapat pada lapisan yang dangkal, dimana

penelitian skripsi ini lebih di fokuskan pada lapisan “Y”.

Keadaan reservoir pada lapisan “Y” perlu diketahui juga tentang sifat fisik

fluida dan sifat fisik batuanya. Data sifat fisik fluida di berikan komposisi fluida dari

fluida reservoir pada lapisan “Y”, seperti pada Tabel II-1. Sifat fisik batuan pada

lapisan “Y”, harga permeabilitas yaitu 30 mD, dan harga porositas yaitu 20 %.

Parameter tersebut didapatkan berdasarkan studi laboratorium petrofisik dengan

melakukan analisa core, baik core ruting maupun analisa core spesial.

Page 9: BAB II 11092014

Fluida reservoir dilapangan Jatibarang lapisan “Y” merupakan minyak

dengan harga ˚API sebesar 38,7 minyak ini digolongkan menjadi minyak ringan.

Tabel II-1.Distribusi Saturasi Air terhadap Permeabilitas Relatif.

(“Data Rock Properties Lapangan Jatibarang ”, Core Laboratories Jakarta. 1982)

Sw kro krw0,4223 0,3841 0,00000,4471 0,2634 0,00120,4718 0,1756 0,00350,4965 0,1138 0,00580,5213 0,0719 0,00930,5461 0,0448 0,01490,5708 0,0282 0,02180,5956 0,0186 0,02830,6203 0,0127 0,03400,6451 0,0081 0,04370,6699 0 0,0728

Tabel II-2.Data Karakteristik Reservoir Lapangan Jatibarang Lapisan “Y” Pada

Sumur JTB-199Keterangan Harga Satuan

Luas pola injeksi produksi (A) 17,92 Acre

Ketebalan reservoir (h) 14,11 FeetPorositas (ϕ) 20 %

Saturasi gas (Sgi) 0 FraksiSaturasi air awal (Swi) 0,422 Fraksi

Saturasi minyak awal (Soi) 0,578 FraksiPermeabilitas (k) 30 mD

Kro@swi 0,384 FraksiKrw@sor 0,073 Fraksi

Tekanan reservoir 361 PsiTemperatur reservoir 199 ˚F

Viscositas minyak (μo) 0,6026 CpViscositas air (μw) 0,3273 Cp

Gravity oil 38,7 ˚API

Page 10: BAB II 11092014

Factor volume formasi (Bo) 1,3283 RB/STBJari-jari sumur (rw) 0,29 Feet

Jarak injector-producer 883,4 FeetIw 1305 Bbl/d

Tekanan injeksi-produksi (∆P) 733 PsiLithologi batuan Limestone

Type reservoir drive Solution gas,water drive

2.4. Sejarah Produksi

Lapangan Jatibarang lapisan “Y” pertama kali ditemukan pada tahun 1930

oleh perusahaan milik negara Pertamina Operasi Ekplorasi dan Produksi dan mulai

berproduksi pada tahun 1977, pada awal laju produksi menunjukkan bahwa laju

produksi minyak sebesar 293,9 BOPD dan laju produksi akhir pada tahun 2012

dengan laju produksi sebesar 88,9 BOPD dengan water cut 67,5 %. Jumlah sumur

produksi pada lapangan Jatibarang lapisan “Y” sebanyak 10 sumur produksi.

27/06/1976 13/09/1984 30/11/1992 16/02/2001 05/05/20090

200

400

600

800

1000

1200

QO vs Time

Time

Qo,

BO

PD

Page 11: BAB II 11092014

Gambar. 2.4.Sejarah Produksi Lapangan Jatibarang Lapisan “Y”

(“Data Lapangan Jatibarang ”, Tim FTM UPN “Veteran” Yogyakarta)

Nov-74 Apr-80 Oct-85 Apr-91 Sep-96 Mar-02 Sep-07 Mar-13 Aug-18 0

10

20

30

40

50

60

70

80

Wc vs Time

Time

Wc,

%

Gambar. 2.5.Sejarah Produksi Water Cut Lapangan Jatibarang Lapisan “Y”

(“Data Lapangan Jatibarang ”, Tim FTM UPN “Veteran” Yogyakarta)