Bab i udangku

26
Laporan Fisiologi Hewan Air PENGAMATAN CHEMORESEPTOR PADA UDANG (Macrobachium sp.) Dosen Penanggung Jawab Dr. Hesti Wahyuningsih, S.si, M.Si Indra Lesmana. S.Pi, M.Si Oleh Tiur Natalia Manalu 120302028 LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN AIR PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

Transcript of Bab i udangku

Page 1: Bab i udangku

Laporan Fisiologi Hewan Air

PENGAMATAN CHEMORESEPTOR PADA

UDANG (Macrobachium sp.)

Dosen Penanggung Jawab

Dr. Hesti Wahyuningsih, S.si, M.Si

Indra Lesmana. S.Pi, M.Si

Oleh

Tiur Natalia Manalu

120302028

LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN AIRPROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN2014

Page 2: Bab i udangku

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu hewan yang termasuk dalam avertebrata adalah filum crustacea. Crusta

berarti kulit keras, kerak di alam terdapat sekitar 40.000 spesies mencakup jenis-

jenis copepoda, udang dan kepiting. Ukurannya bervariasi mulai dari 0,1 mm

sampai 60 cm. Demikian juga dengan bentuk tubuh mulai dari panjang sampai

yang bulat. Sebagian besar hidup crustacea di laut, 13% di air tawar dan 3% di

darat untuk filum crustacea, ada yang bersifat plankton baik itu sebagian hidupnya

sebagai plankton (nano plankton) atau seluruh hidupnya bersifat plankton (scolo

plankton). Ada juga bersifat benthos, baik sebagai spesies interstisial maupun

makroskopis. Ada juga hidup sebagai pasarit contohnya copepoda dan rebon

(Suwarni, 2008).

Udang adalah binatang yang hidup di perairan khususnya sungai maupun

laut atau danau. Udang menjadi dewasa dan bertelur hanya di habitat air laut.

Betina mampu menetaskan telur 50.000 hingga 1 juta telur yang akan menetas

setelah 24 jam menjadi larva (nauplius). Nauplius kemudian bermetamorfosis

memasuki fase ke dua yaitu zoea (jamakzoeae). Zoea memakan ganggang liar.

Setelah beberapa hari bermetamorfosis lagi menjadi mysis (jamak myses). Mysis

memakan ganggang dan zooplankton. Setelah tiga sampai empat hari kemudian

mereka bermetamorfosis terakhir kali memasuki tahap postlarvae: udang muda

yang sudah memiliki ciri-ciri hewan dewasa. Udang air tawar mempunyai peranan

yang penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Udang air tawar berfungsi

sebagai makanan bagi hewan akuatik yang lebih besar seperti ikan. Udang air

tawar juga berfungsi sebagai pemakan bangkai dan detritus di sungai, kolam dan

danau. Apabila udang air tawar tidak terdapat di perairan, perairan akan

mengalami pembusukan yang dapat meningkatkan zat amoniak dan bersifat racun

(Yoga, 2008).

Udang merupakan jenis ikan konsumsi air payau, badan beruas berjumlah

13 (5 ruas kepala dan 8 ruas dada) dan seluruh tubuh ditutupi oleh kerangka luar

yang disebut eksosketelon. Umumnya udang yang terdapat di pasaran sebagian

Page 3: Bab i udangku

besar terdiri dari udang laut. Hanya sebagian kecil saja yang terdiri dari udang air

tawar, terutama di daerah sekitar sungai besar dan rawa dekat pantai. Udang air

tawar pada umumnya termasuk dalam keluarga Palaemonidae, sehingga para ahli

sering menyebutnya sebagai kelompok udang palaemonid. Udang laut, terutama

dari keluarga Penaeidae, yang biasa disebut udang penaeid oleh para ahli. Udang

merupakan salah satu bahan makanan sumber protein hewani yang bermutu

tinggi. Bagi Indonesia udang merupakan primadona ekspor non migas.

Permintaan konsumen dunia terhadap udang rata-rata naik 11,5% per tahun.

Walaupun masih banyak kendala namun hingga saat ini negara produsen udang

yang menjadi pesaing baru ekspor udang Indonesia terus bermunculan atau

semakin meningkat (BPP Teknologi, 2001).

Pada udang hampir seluruh bagian tubuh yaitu daging dan bagian tubuh

yang lainnya terdiri atas protein yang terkandung dalam pakan. Dengan

menggunakan sumber protein dari Artemia yang susunannya mirip dengan

susunan protein udang, maka akan memperpendek waktu yang dibutuhkan udang

untuk proses metabolisme. Penambahan silase Artemia atau yang lebih dikenal

dengan Ekstrak Biomass Artemia (EBA) ternyata memberikan pertumbuhan

harian (Average Daily Growth, ADG) yang lebih baik. Udang Penaeid

membutuhkan konsumsi lemak sebagai sumber asam lemak esensial dan berbagai

kelas lemak yang lain seperti phospholipid dan sterol. Udang atau hewan

Crustacea yang lain memiliki kemampuan yang terbatas dalam elongasi dan

desaturasi Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA) menjadi Highly Unsaturated Fatty

Acid (HUFA). Udang Penaeid dapat memperoleh asam lemak tersebut dari

Artemia sebagai pakan alami yang tak tergantikan. Namun, kandungan asam

lemaknya masih jauh dari ideal yang dibutuhkan, misalnya eicosapentaenoic acid

(EPA, C20:5n-3) dan docosahexaenoic acid (DHA, C22:6n-3) (Yuniarso, 2006).

Udang hidup disemua jenis habitat perairan dengan 89% diantaranya

hidup di perairan laut, 10% diperairan air tawar dan 1% di perairan teresterial.

Udang laut merupakan tipe yang tidak mampu atau mempunyai kemampuan

terbatas dan mentolerir perubahan salinitas. Kelompok ini biasanya hidup terbatas

pada daerah terjauh pada estuari yang umumnya mempunyai salinitas 30% atau

lebih. Kelompok yang mempunyai kemampuan untuk mentolerir variasi

Page 4: Bab i udangku

penurunan salinitas sampai dibawah 30% hidup di daerah terestrial dan menembus

hulu estuari dengan tingkat kejauhan bervariasi sesuai dengan kemampuan spesies

untuk mentolerir penurunan tingkat salinitas. Kelompok terakhir adalah udang air

tawar. Udang dari kelompok ini biasanya tidak dapat mentolerir salinitas diatas

5%. Udang termasuk golongan omnivora ataupun pemakan segalanya. Beberapa

sumber pakan udang antara lain udang kecil (rebon), fitoplankton, copepoda,

polichaeta, larva kerang dan lumut. Untuk mendeteksi sumber pakan udang

berenang menggunakan kaki jalan yang memiliki capit. Makanan ditangkap

dengan capit kaki jalan (periopod) dan masukkan kebagian mulut (Didi, 2010).

Sistem indera adalah bagian dari sistem saraf yang berfungsi untuk proses

informasi indera. Di dalam sistem indera terdapat reseptor indera, jalur saraf dan

bagian dari otak ikut serta dalam tanggapan indera. Umumnya sistem indera yang

dikenal adalah penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan dan peraba.

Alat indra merupakan suatu alat tubuh yang mampu menerima rangsang tertentu.

Indra mempunyai sel-sel reseptor khusus untuk mengenali perubahan lingkungan

sehingga fungsi utama indra adalah mengenal lingkungan luar atau berbagai

rangsang dari lingkungan di luar tubuh. Sistem indera adalah bagian dari sistem

saraf yang berfungsi untuk proses informasi indera. Di dalam sistem indera,

terdapat reseptor indera, jalur saraf, dan bagian dari otak ikut serta dalam

tanggapan indera. Dalam kerjanya organ Indra tidak dapat dipisahkan dari fungsi

dan kerja sistem syaraf dan sistem endokrin yang keduanya membantu untuk

memadukan dan mengkoordinasikan informasi yang diterima dari lingkungan dan

untuk menimbulkan respon (Guspandi dan Riko, 2005).

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:

1. Untuk mengetahui secara langsung bentuk dan morfologi pada tubuh

udang

2. Untuk mengetahui organ-organ pada tubuh udang dan fungsinya.

3. Untuk mengetahui organ pada udang yang berfungsi sebagai

chemoreseptor.

4. Mampu mengaplikasikan kegunaannya dalam kehidupan sehar-hari.

Page 5: Bab i udangku

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Udang

Menurut Didi (2011), udang mempunyai tubuh yang bilateral simetris

terdiri atas sejumlah ruas yang dibungkus oleh kitin sebagai eksoskleton. Tiga

pasang maksilliped yang terdapat dibagian dada digunakan untuk makan dan

mempunyai lima pasang kaki jalan sehingga disebut hewan berkaki sepuluh

(Decapoda). Tubuh biasanya beruas dan sistem syarafnya berupa tangga tali.

Dilihat dari luar, tubuh udang terdiri dari dua bagian, yaitu bagian depan dan

bagian belakang. Bagian depan disebut bagian kepala, yang sebenarnya terdiri

dari bagian kepala dan dada yang menyatu. Bagian kepala tertutup kerapak,

bagian perut terdiri dari lima ruas yang masing-masing ruas mempunyai pleopod

dan ruas terakhir terdiri dari ruas perut, dan ruas telson serta uropod (ekor kipas).

Tubuh udang mempunyai rostrum, sepasang mata, sepasang antena, sepasang

antenula bagian dalam dan luar, tiga buah maksilipied, lima pasang cholae

(periopod), lima pasang pleopod, sepasang telson dan uropod. Adapun klasifikasi

udang adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Crustacea

Ordo : Decapoda

Familia : Penaeidae

Genus : Macrobachium

Species : Macrobachium sp.

Tubuh crustacea dapat dibedakan menjadi kepala, thorax dan abdomen.

Tubuhnya beruas-ruas biasanya disebut somite (meta meru). Tiap ruas tubuh

mempunyai sepasang appendix (anggota badan) yang biramus dan jumlahnya

banyak. Ruas-ruas pembentuk kepala pada semua crustacean tumbuh menjadi

satu. Penyatuan kepala dengan ruas thorax disebut ciphalothorax dan ditutupi oleh

kerapas dibagian dorsalnya. Kerapas merupakan pelebaran dan melipatnya bagian

Page 6: Bab i udangku

posterior kulit kepala. Biasanya tepi lateral kerapas menutupi kedua sisi

cephalothorax. Pada kepala crustacea mulai dari anterior sampai ke posterior

terdapat sepasang antena kedua (antena), sepasang mandibel menjepit mulut atau

menutup bagian ventral mulut sepasang maxilla pertama dan sepasang maxilla

kedua. Bentuk mandibel pendek dan tebal berfungsi untuk menggiling atau

menggigit, maxilla pertama dan kedua untuk membantu proses makan untuk

pencernaannya (Suwarni, 2008).

Secara morfologis tubuh udang terdiri dari dua bagian, bagian kepala dan

bagian dada (cephalothorax) serta bagian perut (abdomen). Udang windu hidup di

dasar perairan, tidak menyukai cahaya terang dan bersembunyi di lumpur pada

siang hari, bersifat kanibal terutama dalam keadaan lapar dan tidak ada makanan

yang tersedia, mempunyai ekskresi amonia yang cukup tinggi dan untuk

pertumbuhan diperlukan pergantian kulit (moulting). Pada saat proses pergantian

kerangka baru inilah udang tumbuh dengan pesatnya dan menyerap air lebih

banyak sampai kulit luar yang baru mengeras. Pada umumnya semua udang

memiliki sifat alami yang sama, yakni aktif pada malam hari (nocturnal), baik

aktifitas untuk mencari makan dan reproduksi. Beberapa indera yang digunakan

udang untuk mendeteksi makanan adalah penglihatan (sight), audio atau vibrio

sense, thermosense dan chemosense. Dari keempat indera tersebut chemosense

atau chemoreseptor merupakan alat yang paling peka untuk mendeteksi pakan.

Dalam mencari pakan udang lebih mengandalkan indera kimia daripada indera

penglihatan. Alat chemoreseptor pada Crustacea bersifat sensitif dalam

memberikan respon untuk bahan-bahan kimia sebaik terhadap temperatur dan pH

(Yuniarso, 2006).

2.2 Chemoreseptor Pada Udang

Chemoreseptor merupakan organ indera yang distimulasi oleh berbagai

ion atau molekul kimia baik dalam bentuk gas maupun cairan. Ini meliputi indera.

Antenulla merupakan salah satu chemoreceptor yang terdapat disekitar mulut

udang yang biasanya ditutupi oleh rambut-rambut halus yang berfungsi sebagai

alat penciuman. penciuman, perasa dan juga reseptor yang memantau konsentrasi

oksigen dan karbondioksida Chemoreseptor dikenal ada dua macam, yaitu untuk

Page 7: Bab i udangku

mengenal stimulus yang berasal dari sumber yang jauh dari tubuh, berupa rambut-

rambut pada antenulla dengan nilai ambang yang sangat rendah. Stimulus cukup

berupa gas dengan konsentrasi rendah dan untuk mengenal stimulus yang datang

dari sumber yang dekat dengan tubuh terdapat pada palpus maxillaris dan sering

pada torsi dengan nilai ambang tinggi. Kemampuan saraf untuk menanggapi

rangsang, mempunyai peran sangat penting dalam adaptasi ekologis. Misalnya

menemukan makanan, kawin dan mengetahui tempat atau keluarganya dan

menghindari toksin dan predator. Hewan mengembangkan chemoreseptor yaitu

alat indera yang distimilsi oleh berbagai ion atau molekul kimia baik dalam

bentuk gas maupun cairan meliputi penciuman dan perasa sebagai alat untuk

berinteraksi dengan dunia luar dan dalam pengubahan penciuman dan sensitivitas

perasa (rasa), sering juga sebagai petunjuk (Wibowo, 2005).

Chemoreseptor adalah alat indera yang bereaksi terhadap zat-zat kimia,

dalam hal ini adalah pakannya. Chemoreseptor dikenal ada dua macam, yaitu

untuk mengenal stimulus yang berasal dari sumber yang jauh dari tubuh, berupa

rambut-rambut pada antenulla dengan nilai ambang yang sangat rendah. Stimulus

cukup berupa gas dengan konsentrasi rendah dan untuk mengenal stimulus yang

datang dari sumber yang dekat dengan tubuh terdapat pada palpus maxillaris dan

sering pada torsi dengan nilai ambang tinggi. Chemoreseptor berfungsi untuk

mendeteksi dan mengetahui adanya makanan dan tempat hidupnya dan juga

dipakai untuk mengenal satu sama lain dengan menunjukkan tingkah laku masak

kelamin (molting), dan mendeteksi adanya musuh. Rangsang yang berupa aroma

pakan diterima antenula yang di dalamnya terdapat rambut-rambut sensori yang

berfungsi sebagai reseptor. Reseptor akan menerima dan mengirimkan rangsangan

melalui urat syaraf dan tanggapan akan diberikan oleh alat tubuh yang disebut

efektor (Raharjo, 2010).

Mekanisme stimulus yang sampai ke udang dan diterima oleh organ

chemoreseptor adalah senyawa yang terkandung dalam pakan yang dimasukkan

ke dalam air akan berdifusi dalam air menjadi bentuk-bentuk ion-ion, sehingga

menimbulkan aroma yang khas bagi udang. Rangsangan ini diterima oleh

chemoreseptor melalui antenula dan ditransformasi ke otak oleh neuron efferent,

kemudian otak akan memprosesnya menjadi tanggapan yang kemudian akan

Page 8: Bab i udangku

diteruskan ke organ melalui neuron afferent, selanjutnya organ reseptor

melakukan gerakan sesuai informasi dari otak. Berdasarkan mekanisme ini dapat

diketahui bahwa organ chemoreseptor udang terletak pada antenulla yang

berfungsi untuk merespon kehadiran pakan yang beraroma khas sebagai stimulus

zat kimia. Faktor yang mempengaruhi udang mendekati pakan antara lain berupa

sensori berupa kimia, cahaya, osmotik, rangsangan mekanik dan adanya

chemoreaktant yang dikeluarkan oleh pelet/pakan. Chemostimulan yang

dimasukkan pada lingkungan yang terkontrol untuk beberapa spesies Crustaceae,

mampu memacu perilaku makan, dan dalam kondisi alami, udang menunjukkan

respon rangsangan pada campuran kimia yang sangat sinergis (Raharjo, 2010).

Antennula pendek dan antennula panjang adalah struktur gerakan sensoris

yang berfungsi untuk menguji dan menerima rangsang dari lingkungan. Rahang

bawah yang kuat untuk menghancurkan makanan. Antena tidak memiliki setae

chemosensory khusus sedangkan antennula dengan fungsinya yang lebih

kompleks memiliki deret-deret setae chemosensory khusus yang berguna untuk

mencari jejak sinyal kimia dari makanan lawan jenis dan lingkungannnya.

Antennula merupakan alat peraba yang digunakan untuk mendeteksi makanan dan

merupakan organ yang paling penting dalam fungsi chemoreseptor pada udang.

Kemoreseptor adalah organ vital bagi semua hewan, namun hanya sedikit yang

diketahui tentang mekanisme genetik pada organisme akuatik. Cepat lambatnya

deteksi pakan dipengaruhi oleh keadaan fisiologi udang, keadaan lingkungan,

faktor kimia, tekanan osmosis, dan cahaya.  Mata pada udang tidak berfungsi

untuk mengenal bentuk, tetapi untuk mengenal sesuatu yang bergerak. Pakan yang

diberikan berpengaruh terhadap cepat lambatnya respon. Semakin banyak pakan

semakin cepat molekul kimia pakan berdifusi, sehingga semakin cepat stimulus

tersebut direspon udang. Antenula udang sangat sensitif terhadap aroma dari

molekul kimiawi yang dikeluarkan pakan (Surya, 2010).

Menurut Wibowo (2005), udang mempunyai 3 organ chemoreseptor utama

yaitu antenulla bagian medial, antenulla bagian lateral dan segmen dactylus

probandial dari kaki jalan yang secara fisiologis hampir sama. Organ tersebut

dapat berfungsi untuk membau dan merasai. Dua pasang kaki jalan pertama dan

reseptor bagian antenulla lateral tidak dilengkapi bulu aesthetase yang mempunyai

Page 9: Bab i udangku

fungsi dalam orientasi secara kimia. Beberapa pergerakan pada udang untuk

mendekati pakan adalah:

1. Gerakan flicking, yaitu gerakan dimana udang melakukan gerakan pelucutan

antenulla ke depan, dan gerakan tersebut berfungsi dalam mencari atau

mendekati pakan.

2. Gerakan wipping, yaitu gerakan pembersihan antenulla, dimana gerakan

tersebut berfungsi dalam pembersihan setelah mendapatkan makanan atau

setelah memakan pakan.

3. Gerakan withdraw, yaitu gerakan dimana udang melakukan gerakan pelucutan

ke belakang, dimana gerakan tersebut berfungsi untuk melawan atau

menghindari musuh yang akan mendekatinya.

4. Gerakan rotation, yaitu gerakan pemutaran antenulla yang berfungsi untuk

mencari sensor kimia. Frekuensi flicking, dipengaruhi oleh keadaan fisiologis

udang seperti parameter sensori berupa kimia, cahaya, osmotik,.

Chemoreseptor berfungsi untuk mendekati dan mengetahui tempat

hidupnya. Chemoreseptor juga digunakan untuk mengenal keberadaan sesamanya

dan hewan lain, serta menunjukkan tingkah laku matang kelamin. Fungsi

chemoreceptor pada udang (crustacea), adalah sebagai berikut : Sebagai indera

pembau, berperan dalam mencari dan menemukan makanan, untuk mengetahui

posisi tubuh, sebagai media komunikasi antar hewan yaitu menangkap stimulus

kimia berupa feromon dari hewan lawan jenis. Frekuensi flicking dipengaruhi

oleh keadaan fisiologis udang seperti, parameter sensori berupa kimia, cahaya

osmotik dan rangsangan mekanik. Frekuensi flicking, pelecutan dipengaruhi oleh

keadaan fisiologis udang seperti parameter sensori berupa kimia, cahaya, osmotik

dan tekanan mekanik. Rotasi antennula berupa pergerakan dari bagian proximal

ke bagian medial. Antennula mengarah ke sisi yang sama. Pembersihan antennula

berfungsi untuk chemoreceptor yang digunakan untuk mendeteksi senyawa kimia

(Surya, 2010).

Page 10: Bab i udangku

BAB IIIBAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Fisiologi Hewan Air ini dilaksanakan pada tanggal 08 April

2014, pukul 08.00 WIB sampai dengan selesai, bertempat di Laboratorium

Terpadu Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain: aquarium

sebagai wadah air untuk udang yang masih hidup, stowatch untuk menghitung

waktu udang melakukan berbagai gerakan, gunting kecil untukmengablasi mata

maupun antenullus udang, air suntuk mengisi aquarium, peralatan tulis untuk

mencatat data yang diperoleh

Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah: udang air tawar yang

akan diamati organ yang berfungsi sebagai chemoreseptor dan pellet sbagai pakan

ikan.

1.3 Prosedur Praktikum

1. Diisi akuarium dengan air bersih, kemudian dimasukkan pakan pellet ke

dalamnya.

2. Diablasi satu mata udang sedangkan udang lain dua diablasi total, ablasi

jiga dilakukan pada antenulla.

3. Diamati gerakan udang sampai udang tersebut menyentuh pakan, waktu

dihitung.

4. Dilakukan pengamatan sampai 15 menit atau sampai udang mengambil

pakan dua atau tiga kali jika diperlukan.

5. Dicatat hasil yang diperoleh.

Page 11: Bab i udangku

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

a. Gambar udang

b. Data Morfometrik

No Nama Pengukuran Cm

1. Panjang Total 4

2 Panjang Antenulla 5

3 Panjang kaki jalan 2.5

4 Chepalatorax 1

c. Tabel Pengamatan

Ablasi 1 MataWAKTU PERLAKUAN

FL WD WP RT MP15’ 08.53 00.10

10.22 00.4010.58 01.3711.5012.1013.3413.40

Ablasi 2 MataWaktu PERLAKUAN

FL WD WP RT MP15’ 08.25 01.05 00.31

01.13 00.5402.48

Page 12: Bab i udangku

Ablasi 1 AntenulaWAKTU PERLAKUAN

FL WD WP RT MP15’ 00.23 05.55 03.34 02.22

02.55 06.30 10.1503.13 08.15

09.1212.4413.03

15’’ 00.0500.4001.2201.3302.0010.5203.3004.0004.1104.3305.0505.5807.2308.1709.2710.2110.5313.0513.5514.2414.5014.58

d. Ablasi 2 Antenula

WAKTU

PERLAKUANFL WD WP RT MP

15’ 00.45 01.34 02.2302.45 03.1504.32 09.3205.0006.5807.5213.19

15’’ 12.05 01.00 09.5901.47 10.30

Page 13: Bab i udangku

02.15 11.0302.2102.3302.3402.5204.0704.3205.0505.1105.3905.5706.0306.1107.5308.0108.2208.4209.4410.0911.5912.1312.2312.3219.18

KontrolWAKTU PERLAKUAN

FL WD WP RT MP15’ 00.08 04.17 07.33 00.41

00.59 06.18 09.46 01.2409.21 07.56 10.28 13.2010.02 08.40 12.5813.39 13.53

15’’ 10.42 03.35 05.1114.09 05.51 09.0814.24 06.2714.57 14.42

KeteranganFL (Flicking) : Gerakan Pelucutan KedepanWD (Withdraw) : Antenula KebelakangWP (Wipping) : Pembersihan AntenulaRT (Rotation) : Memutar AntenulaMP : Menuju Pakan

Page 14: Bab i udangku

4.2 Pembahasan

Dari hasil praktikum dapat dilihat bahwa udang memiliki bagian-bagian

tubuh yang membedakannya dengan yang lain. Menurut literatur Yuniarso (2006),

secara morfologis tubuh udang terdiri dari dua bagian, bagian kepala dan bagian

dada (cephalothorax) serta bagian perut (abdomen). Udang hidup di dasar

perairan, tidak menyukai cahaya terang dan bersembunyi di lumpur pada siang

hari, bersifat kanibal terutama dalam keadaan lapar dan tidak ada makanan yang

tersedia, mempunyai ekskresi amonia yang cukup tinggi dan untuk pertumbuhan

diperlukan pergantian kulit (moulting). Pada saat proses pergantian kerangka baru

inilah udang tumbuh dengan pesatnya dan menyerap air lebih banyak sampai kulit

luar yang baru mengeras.

Dari hasil pengamatan praktikum diketahui bahwa udang memiliki alat

chemoreseptor pada organ tubuhnya yang membantunya untuk dapat bertahan

hidup. Menurut literatur Wibowo (2005), yang menjelaskan bahwa udang

mempunyai 3 organ chemoreseptor utama yaitu antenulla bagian medial, antenulla

bagian lateral dan segmen dactylus probandial dari kaki jalan yang secara

fisiologis hampir sama. Dua pasang kaki jalan pertama dan reseptor bagian

antenulla lateral tidak dilengkapi bulu aesthetase yang mempunyai fungsi dalam

orientasi secara kimia. Dan sesuai dengan literatur Raharjo (2010), yang

mengatakan bahwa chemoreseptor berfungsi untuk mendeteksi dan mengetahui

adanya makanan dan tempat hidupnya dan juga dipakai untuk mengenal satu sama

lain dengan menunjukkan tingkah laku masak kelamin (molting), dan mendeteksi

adanya musuh. Rangsang yang berupa aroma pakan diterima antenula yang di

dalamnya terdapat rambut-rambut sensori yang berfungsi sebagai reseptor.

Dari hasil pengamatan praktikum dapat dilihat bahwa pada udang yang

matanya diablasi satu dan diablasi total sekalipun masih memiliki kemampuan

untuk mendekati pakan. Menurut literatur surya (2010), yang menjelaskan bahwa

mata pada udang tidak berfungsi untuk mengenal bentuk, tetapi untuk mengenal

sesuatu yang bergerak. Pakan yang diberikan berpengaruh terhadap cepat

lambatnya respon. Semakin banyak pakan semakin cepat molekul kimia pakan

berdifusi, sehingga semakin cepat stimulus tersebut direspon udang. Antenula

Page 15: Bab i udangku

udang sangat sensitif terhadap aroma dari molekul kimiawi yang dikeluarkan

pakan.

Dari hasil pengamatan praktikum dapat lihat juga pergerakan memanjang

dan memendek antenullus dari udang control dan udang yang matanya diablasi

sebagai hasil dari respon terhadap pemberian pakan. Menurut literatur Surya

(2010), yang menjelaskan bahwa antennula pendek dan antennula panjang adalah

struktur gerakan sensoris yang berfungsi untuk menguji dan menerima rangsang

dari lingkungan. Rahang bawah yang kuat untuk menghancurkan makanan.

Antena tidak memiliki setae chemosensory khusus sedangkan antennula dengan

fungsinya yang lebih kompleks memiliki deret-deret setae chemosensory khusus

yang berguna untuk mencari jejak sinyal kimia dari makanan lawan jenis dan

lingkungannnya. Antennula merupakan alat peraba yang digunakan untuk

mendeteksi makanan dan merupakan organ yang paling penting dalam fungsi

chemoreseptor pada udang. Kemoreseptor adalah organ vital bagi semua hewan,

namun hanya sedikit yang diketahui tentang mekanisme genetik pada organisme

akuatik.

Pada udang kontrol waktu bertahan hidup lebih lama serta gerakan lebih

aktif bila dibandingkan dengan perlakuan udang yang diablasi antenullus dan

matanya. Udang melakukan berbagai gerakan-gerakan sebagai respon terhadap

kondisi lingkungannya. Menurut literatur Wibowo (2005), yang menjelaskan

bahwa berbagai gerakan udang untuk merespon pakan yang diberikan yaitu

gerakan flicking, gerakan wipping, gerakan withdraw, dan gerakan rotation.

Frekuensi flicking, dipengaruhi oleh keadaan fisiologis udang seperti parameter

sensori berupa kimia, cahaya, osmotic dan tekanan mekanik. Rotasi antennula

berupa pergerakan dari bagian proximal ke bagian medial. Antennula mengarah

ke sisi yang sama. Pembersihan antennula berfungsi untuk chemoreseptor yang

digunakan untuk mendeteksi senyawa kimia.

Page 16: Bab i udangku

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari hasil praktikum ini adalah :

1. Tubuh udang terdiri dari dua bagian yaitu bagian kepala dan bagian dada

(cephalothorax) serta bagian perut (abdomen). Udang hidup di dasar perairan,

tidak menyukai cahaya terang dan bersembunyi di lumpur pada

2. Udang mempunyai 3 organ chemoreseptor utama yaitu antenulla bagian

medial, antenulla bagian lateral dan segmen dactylus probandial dari kaki jalan

yang secara fisiologis hampir sama.

3. Antennula merupakan alat peraba yang digunakan untuk mendeteksi makanan

dan merupakan organ yang paling penting dalam fungsi chemoreseptor pada

udang.

4. Mata pada udang tidak berfungsi untuk mengenal bentuk, tetapi untuk

mengenal sesuatu yang bergerak, pakan yang diberikan berpengaruh terhadap

cepat lambatnya respon.

5. Berbagai gerakan udang untuk merespon pakan yang diberikan yaitu gerakan

flicking, gerakan wipping, gerakan withdraw, dan gerakan rotation, frekuensi

flicking dipengaruhi oleh keadaan fisiologis udang seperti parameter sensori

berupa kimia, cahaya, osmotik dan tekanan mekanik.

5.2 Saran

Dalam pelaksanaan praktikum sebaiknya peralatan dan bahan yang

digunakan harus lengkap dan sesuai dengan prosedur kerja agar pelaksanaan

praktikum dapat berjalan dengan baik dan hasil yang diperoleh lebih maksimal.

Page 17: Bab i udangku

DAFTAR PUSTAKA

BPP Teknologi. 2001. Budidaya Udang Windu (Palaemonidae / Penaeidae). Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta.

Didi, A. 2010. Biologi Crustacea. Laborarium Kimia Fisik. Jurusan Kimia Fakultas Mipa. Universitas Diponegoro, Semarang.

Guspandi, F dan Riko, J. 2005. Sistem Saraf Hewan. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Raharjo, G. A. 2010. Fungsi Chemoreseptor Pada Udang. Kementerian Pendidikan Nasional Universitas Jenderal Soedirman Fakultas Biologi, Purwokerto.

Surya, H. 2010. Fungsi Chemoreseptur pada Udang (Macrobrachium rosenbergii. Fakultas FMIPA. Jurusan Biologi. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Suwarni. 2008. Optimalisasi Proses Belajar Mengajar Mata Kuliah Avertebrata Air Yang Berbasis Scl (Students Center Learning). Program Studi Manajemen Sumber Daya Hayati Perairan. Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Pranata Yoga. 2008. Udang. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro, Semarang.

Tommy Yuniarso. 2006. Peningkatan Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan, dan Daya Tahan Udang Windu (Penaeus Monodon Fab.) Stadium Pl 7 – Pl 20 Setelah Pemberian Silase Artemia yang Telah Diperkaya dengan Silase Ikan. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Wibowo, L. 2005. Fungsi Chemoreseptor Pada Lobster. Universitas Hasanuddin, Makassar.