Bab i - Proposal Kelp d
-
Upload
adinda-utary -
Category
Documents
-
view
29 -
download
0
description
Transcript of Bab i - Proposal Kelp d
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia gambaran berbagai penyakit telah terungkap secara lengkap
misalnya, gambaran penyakit kurang gizi, ispa, diare, kecacingan, dan lain-lain.
Namun, gambaran penyakit ini antarwilayah satu dengan wilayah yang lainnya
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda sehingga upaya pendekatan
penanggulangannya juga berbeda-beda.
Salah satu penyakit yang dapat dikaji dan memberikan gambaran besarnya
masalah dan upaya penanggulangan adalah penyakit kecacingan pada anak
sekolah dasar. Penyakit kecacingan di Indonesia masih merupakan masalah besar
atau masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena prevalensinya
masih sangat tinggi, yaitu kurang lebih antara 45-65 %.
Cacing-cacing yang menginfestasi anak dengan prevalensi yang tinggi ini
adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura),
cacing tambang (Necator americanus) dan cacing pita. Jika diperhatikan dengan
teliti, cacing-cacing yang tinggal di usus manusia ini memberikan kontribusi yang
sangat besar terhadap kejadian penyakit lainnya misalnya, kurang gizi dengan
infestasi cacing gelang yang suka makan karbohidrat dan protein di usus sebelum
diserap oleh tubuh, kemudian penyakit anemia (kurang kadar darah) karena cacing
tambang suka mengisap darah di usus dan cacing-cacing cambuk dan pita suka
sekali mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak serta mempengaruhi
masalah-masalah non kesehatan lainnya misalnya turunnya prestasi belajar dan
drop out-nya anak SD.
Beberapa jenis cacing sangat berpotensial untuk menimbulkan infeksi pada
anak – anak. Dan untuk selanjutnya mereka akan menjadi sumber penularan bagi
infeksi berikutnya yang sangat potensial. Keadaan yang demikian inilah yang
1
menyebabkan infeksi akibat parasit cacing sukar diatasi secara tuntas. Penderita
yang tidak mendapatkan pengobatan yang tepat merupakan sumber penularan
bagi orang – orang terdekat di sekitarnya. Misalnya, cacing gelang ( Ascaris
lumbricoides ), cacing betinanya yang panjangnya kira – kira 20 – 30 cm ini
mampu bertelur 200.000 telur per harinya. Kurun waktu lebih kurang tiga minggu,
telur ini akan berisi larva yang besifat infektif yang dapat menjadi sumber
penularan jika secara tidak sengaja mencemari makanan atau minuman yang kita
konsumsi. Cacing ini hidup sebagai parasit dalam usus halus sehingga akan
mengambil nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh kita dan menimbulkan kerusakan
pada lapisan usus tersebut. Akhirnya timbullah diare dan gangguan penyerapan
sari – sari makanan tersebut. Bahkan, pada keadaan yang berat, larva dapat masuk
ke paru sehingga membutuhkan tindakan operatif.
Cacing jenis lain yang juga sering menginfeksi anak – anak adalah cacing
cambuk ( Trichuris trichiura ). Biasanya infeksi cacing ini menyerang usus besar.
Infeksi yang sering menimbulkan perlukaan usus karena kepala cacing
dimasukkan ke dalam permukaan usus penderita. Pada infeksi yang ringan
biasanya hanya timbul di luar saja. Tetapi, pada infeksi yang berat, hampir pada
sebagian besar permukaan usus besar dapat ditemukan cacing jenis ini. Akibatnya,
diare yang terjadi juga dapat menyebabkan perlukaan usus, maka anemia sebagai
komplikasi perdarahan merupakan akibat yang tidak begitu saja dapat dianggap
ringan. Inilah sebetulnya akibat – akibat infeksi cacing yang tidak pernah kita
perkirakan selama ini dan proses yang merugikan itu berlangsung terus tanpa kita
sadari.
Infeksi cacing biasanya menimbulkan anemia, terlebih jika terinfeksi
cacing tambang ( Necator americanus dan Ancylostoma dudenale ). Cacing
tambang ini menimbulkan perlukaan pada permukaan usus sehingga perdarahan
dapat terjadi secara lebih berat dibanding dengan infeksi cacing jenis lainnya. Satu
ekor cacing dapat menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,005 – 0,34 cc
sehari. Mengingat itu semua, maka infeksi cacing tambang merupakan penyebab
anemia yang paling sering ditemukan pada anak – anak sehingga dapat
2
mempengaruhi daya tahan tubuhnya dan menurunkan prestasi belajarnya. Infeksi
cacing meskipun tidak menimbulkan akibat klinis yang membahayakan dan
bersifat fatal terutama menginfeksi anak – anak.
Apabila ditinjau dari segi unsur penderita, maka infeksi parasit cacing ini
sering menyerang anak – anak dibandingkan orang dewasa karena anak – anak
pada usia sekolah dasar, dimana usia ini merupakan usia yang sangat peka untuk
menanamkan dan memperkenalkan kebiasaan – kebiasaan baru. Perbedaan
penularannya tersebut disebabkan juga karena anak – anak lebih banyak
bersentuhan dengan tanah dan mempunyai kebiasaan seperti memasukan sesuatu
kedalam mulut dan juga pada orang dewasa daya tahan tubuhnya lebih kuat
dibandingkan dengan anak – anak untuk menahan infeksi.
Infeksi parasit cacing merupakan problem kesehatan yang masih sering
terlewatkan begitu saja. Hal ini disebabkan karena minimnya perhatian terhadap
penyakit ini, tetapi jika diperhitungkan dapat berakibat yang sangat merugikan.
Memang secara klinis sering tidak menampakkan gambaran yang jelas dan
keluhan yang berarti, tetapi infeksinya yang bersifat menahun akan
mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan pemenuhan kecukupan gizi karena
sifat parasitnya, maka cacing akan mengambil jatah makan yang berasal dari
intake yang sesungguhnya yang berfungsi untuk mencukupi proses – proses
metabolisme tubuh penderita.
Begitu banyak kerugian yang akan timbul sebagai akibat infeksi cacing,
dimana prevalensi yang cukup tingi terutama pada anak – anak sekolah yang
berkisar antara 31 – 87 % merupakan problem tersendiri. Melihat kenyataan ini
maka program penanggulangan infeksi cacing, terutama pada usia anak sekolah
merupakan masalah yang cukup mendesak.
Masalah kesehatan yang saling berkaitan dengan faktor – faktor lainnya,
menuntut upaya penuntasan infeksi cacing supaya dilakukan secara
berkesinambungan sehingga memberikan hasil yang optimal dan tingkat
keberhasilan yang maksimal. Secara umum infeksi cacing biasanya tidak
3
mendapatkan perhatian yang cukup, terutama dari pihak orangtua. Hal ini
disebabkan karena akibatnya yang secara tidak langsung tidak dapat terlihat,
seperti pada gangguan akibat penyakit infeksi lain. Hal ini dimungkinkan karena
sipatnya yang laten tersembunyi serta jarang menimbulkan kematian. Biasanya
penderita hanya mengeluh akibat diare, nafsu makan berkurang, dan tidak
bersemangat. Keluhan – keluhan yang demikian biasanya yang umum dan sering
dirasakan pada anak – anak seusia sekolah dasar. Keadaan yang demikian , jika
tidak segera mendapatkan penanggulangan dan pengobatan dengan anti cacing
yang efektif, maka pada akhirnya akan dapat mengganggu kecukupan pemenuhan
gizi yang berakibat pada gangguan fungsi tumbuh kembang anak.
B. Tujuan Penelitian
1. Untuk melengkapi tugas labskill Modul IX – Metodologi Penelitian.
2. Untuk mengetahui prevalensi kecacingan pada SD Swasta Darma, Jalan
Karya Sehati No.6 Medan – Johor.
C. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi tentang dampak yang ditimbulkan oleh infeksi
parasit cacing, bila tidak ditanggulangi secara tepat akan menimbulkan
dampak yang sangat berbahaya terhadap kesehatan.
2. Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa/i fakultas kedokteran UISU dan
juga masyarakat, agar mengetahui upaya-upaya tindakan pencegahan dan
penanggulangan penyakit kecacingan
3. Menambah wawasan mahasiswa/i dalam menguraikan suatu persoalan
secara holistik dan tepat.
4
4. Untuk melatih pemikiran ilmiah dari seorang mahasiswa/i fakultas
kedokteran UISU semester III.
5. Menambah khasanah ilmu pengetahuan para pembaca dan penulis.
6. Sebagai bahan referensi mahasiswa/i fakultas kedokteran UISU semester
ganjil ( tiga ) dalam menghadapi ujian akhir modul.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecacingan
Penyakit cacingan merupakan penyakit masyarakat luas. Hampir
sebagian besar masyarakat kita pernah cacingan. Hampir semua penderita
tidak menyadari. Penyakit ini bukan saja menyerang masyarakat kurang
mampu. Bukan pula hanya terdapat didaerah pedesaan. Masyarakat di perkotaan
pun dapat terserang cacingan juga. Sebelum cacing nya keluar, kebanyakan
penderita tidak tahu karena kebanyakan penyakit cacing bertahan hidup lama di
dalam usus manusia.
Kecacingan merupakan salah satu mikroorgisme penyebab penyakit dari
kelompok helminth (cacing), membesar dan hidup dalam usus halus manusia.
Cacing ini terutama tumbuh dan berkembang pada penduduk di daerah yang
beriklim panas dan lembab dengan sanitasi yang buruk, terutama pada anak-anak.
Cacing-cacing tersebut adalah cacing gelang, cacing cambuk, dan cacing tambang
dan cacing pita.
Gambar. Telur Ascaris lumbricoides ( cacing gelang )
6
Gambar. Necator americanus ( Cacing Tambang )
Gambar. Trichuris trichiura ( Cacing cambuk )
7
Gambar. Enterobius vermicularis ( Cacing kremi )
Gambar. Taenia saginata ( Cacing pita )
8
Beberapa hasil penelitian menunjukkan penyakit cacingan lebih banyak
menyerang pada anak - anak sekolah dasar dikarenakan aktifitas mereka yang
lebih banyak berhubungan dengan tanah. Di antara cacing tersebut yang
terpenting adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang
(Ancylostoma duodenale dan Necator americanus), dan cacing cambuk / cacing
kremi (Trichuris trichiura). Cacing sebagai hewan parasit tidak saja mengambil
zat-zat gizi dalam usus anak, tetapi juga merusak dinding usus sehingga
mengganggu penyerapan zat-zat gizi tersebut. Anak –anak yang terinfeksi
cacingan biasanya mengalami : lesu, pucat atau anemia, berat badan menurun,
tidak bergairah, konsentrasi belajar kurang, kadang disertai batuk – batuk. Secara
keseluruhan gejala-gejala kecacingan adalah :
a. Berbadan kurus dan perrtumbuhan terganggu (kurang gizi)
b. Kurang darah (anemia)
c. Daya tahan tubuh rendah,sering-sering sakit, lemah dan senang menjadi
letih sehinnga sering tidak hadir sekolah dan mengakibatkan nilai
pelajaran turun.
Gejala-gejala ini terjadi karena cacing Ascaris lumbricoides hidup dalam rongga
usus manusia dan mengambil makanan terutama karbohidrat dan protein, 1 ekor
cacing akan mengambil karbohidrat 0,14 gram/hari dan protein 0,035 gram/hari.
Akibat adanya cacing Ascaris dalam tubuh, maka anak yang
mengkonsumsi makanan yang kurang gizi dapat dengan mudah akan jatuh ke
dalam kekurangan gizi buruk, sedangkan cacing Trichuris dan cacing tambang di
samping mengambil makanan juga akan menghisap darah sehingga dapat
menyebabkan anemia.
9
Penularan kecacingan secara umum melalui dua cara :
1. Anak buang air besar sembarangan – tinja yang mengandungi telur cacing
mencemari tanah – Telur menempel di tangan atau kuku ketika mereka sedang
bermain – ketika makan atau minum, telur cacing masuk ke dalam mulut –
tertelan – kemudian orang akan cacingan dan seterusnya terjadilah infestasi
cacing.
2. Anak buang air besar sembarangan – tinja yang mengandung telur cacing
mencemari tanah – dikerumuni lalat – lalat hinggap di makanan atau
minuman – makanan atau minuman yang mengandungi telur cacing masuk
melalui mulut – tertelan – dan selanjutnya orang akan cacingan – infestasi
cacingpun terjadi.
Gambar 1
Siklus masuknya penyakit kecacingan pada tubuh manusia melaui
dua cara yaitu Pertama : telur yang infektif masuk melalui mulut,
tertelan kemudian masuk usus besar , beberapa lama hari
kemudian menetas jadi larva lalu menjadi dewasa dan berkembang
biak.
10
Kedua : telur menetas ditanah lalu menjadi larva infektif
kemudian masuk melalui kulit kaki atau tangan menerobos masuk
ke pembuluh darah terus ke jantung berpindah paru-paru, lalu
terjerat di tenggorakan masuk kerongkongan lalu usus halus
kemudian menjadi dewasa dan berkembang biak.
B. Gambaran epidemiologi penyakit kecacingan
Epidemiologi kecacingan adalah gambaran tentang distribusi ( tempat,
orang, dan waktu) dan determinan ( faktor utama ) terjadinya penyakit
kecacingan dalam suatu populasi. Berdasarkan etiologi ( kausa ) suatu penyakit
infeksi dan penyakit non infeksi, penyakit kecacingan ini diklasifikasikan sebagai
penyakit infeksi atau merupakan mikroorganisme penyebab penyakit yang dapat
ditularkan ( Communicable Diseases-biological agents ). Dan berdasarkan durasi
kejadian akut, sub akut-sub kronik, dan kejadian kronik, penyakit kecacingan ini
biasanya digolongan sebagai penyakit kronik yaitu diatas 3 bulan baru ditahu
gejala-gejalanya, sehingga spektrum penyakitnya atau luas penyakitnya biasa
endemik. Penyebaran karakteristik manifestasi penyakit kecacingan dengan gejala
kliniknya lebih banyak ditemukan tanpa gejala, namun kejadiannya sudah masuk
dalam kondisi akut maka manifestasi kliniknya akan semakin jelas.
C. Klasifikasi Kecacingan
Penyakit kecacingan disebabkan oleh parasit cacing, dalam tubuh manusia
parasit cacing mempunyai tubuh yang simestris bilateral dan tersusun dari banyak
sel ( multi seluler ). Cacing yang penting atau cacing yang sering menginfeksi
tubuh manusia terdiri atas dua golongan besar yaitu filum platy-helmithes dan
filum nemat-helminthes. Filum platy-helmithes terdiri atas dua kelas yang
penting yaitu kelas cestoda dan kelas trematoda, sedangkan filum
nemathehelmithes kelasnya yang penting adalah nematoda. Cacing gelang, cacing
cambuk, cacing tambang dan cacing pita adalah kelas nematoda yang selalu
parasitik pada tubuh manusia dan menjadikannya sebagai tempat hidup dan
11
berkembang ( reservoices hospes definitif ). Berikut ini perbedaan Cestoda,
Trematoda dan Nematoda.
Tabel 1
Perbedaan Kelas Mikroorganisme Cacing
( Cestoda, Trematoda dan Nematoda )
Karakteristik cacing
Cestoda Trematoda Nematoda
Bentuk Tubuh Pita, bersegmen Daun tak bersegmen Silindris, segmen (-)
Sistem Reproduksi
Hermafrodit (monoecius)
Hermafrodit (monoecius) kecuali Schistosoma
Jantan dan betina (diecious)
Kepala Alat isap (+),
kait (+)
Alat isap (+)
Kait(-)
Alat isap (-)
Kait (-)
Sistem Pencernaan
Tidak ada
usus (-)
Tak sempurna
Anus (-)
Sempurna
Anus (+)
Rongga tubuh Tidak ada Tidak ada Ada
Sumber : Soedarta, (2007), Sinopsis Kedokteran Tropis, Airlangga University Press.
D. Jenis Cacingan
Penyakit cacing yang dapat menyerang manusia lebih dari sepuluh jenis. Ada
yang ditularkan melalui tanah. Telur cacing atau bayi cacing yang berada
dipermukaan tanah tertelan masuk kedalam mulut Dapat juga melalui makanan
dan minuman yang sudah tercemar telur cacing. Jenis penyakit lain ditularkan
melalui makan daging berpenyakit cacingan, jika daging berpenyakit itu tidak
dimasak sampai matang. Didalam daging tersebut terdapat bayi cacing. Bayi
cacing ini di dalam usus manusia menadi cacing dewasa. Jenis yang lain hidup di
dalam otot.
12
Jenis cacing lain ditularkan melaui air yang ada keongnya. Melaui keong
tertentu, cacing menulari manusia. Cacingnya hidup di dalam tubuh keong. Ada
yang di dalam tubuh keong air, ada juga yang di dalam keong darat. Selain itu,
ada juga cacing yang hidup dalam tubuh ikan – ikan tertentu. Melekat pada
dedaunan air. Manusia yang minum air yang dihuni cacing akan tertularkan. Ada
jenis ikan dan tanaman air tertentu yang digemari cacing penyerang manusia.
Penyakit ini menyebar dengan mudah di tengah masyarakat. Masyarakat yang
menggunakan air danau yang sama, sementara air danaunya tempat hidup ikan –
ikan ini, hampir semuanya terserang penyakit keong ini. Ada jenis cacing yang
hidup pada kucing dan anjing. Cacing ini dapat hidup di tubuh manusia. Manusia
tertular dari kotoran kucing atau anjing yang menidap cacingan.
E. Faktor penyebab infeksi parasit cacing
Penyakit cacing menyebar karena kebersihan perorangan masih buruk. Makan
tanpa sendok dan tanpa mencuci tangannya terlebih dahulu. Kuku jemari tangan
dibiarkan panjang dan kotor. Kebersihan lingkungan pun belum baik. Belum
terbiasa buang air besar di jamban. Sayur - mayur yang dijadikan lalapan mentah
tidak dicuci bersih dengan air yang mengalir.
Telur cacing yang di alam bebas bercanpur debu. Tinja mengering dan
terbang bersama debu. Dalam debu tercemar telur cacingnya. Telur cacing dibawa
oleh angin lalu hinggap di makanan atau minuman kita. Telur cacing juga terbang
ke mana – mana hingga hinggap di makanan jajanan tanpa tudung penutup.
Dapat juga terjadi jika penjaja makanan jajanan mengidap penyakit cacingan.
Makanan jajanannya dipegang tangan penjaja. Telur cacing di jemarinya
berpindah ke makanan yang dijajakannya. Penjual rujak, gado – gado, pisang
goreng dan yang semacam itu berpeluang menularkan penyakit cacing yang
dideritanya. Penyakit cacing juga menular di antara murid sekolah. Murid saling
berpegangan tangan sewaktu bermain. Mungkin saja ada murid yang kuku jemari
tangannya tercemar telur cacing atau juga ada siswa cacingan yang sehabis buang
13
air besar tidak mencuci tangan. Mungkin juga telur cacing sudah bertebaran di
meja kelas, di kursi kelas, dan dimana – mana di dalam kelas. Dengan cara
demikian, penyakit cacing ditularkan kepada anak – anak sekelas.
Sebagian besar penderita cacingan tidak mengeluh apa – apa. Mereka tidak
tahu kalau sedang mengidap cacing di perutnya. Mereka inilah yang menjadi
sumber penularan di lingkungannya. Jika mereka membuang kotoran
disembarangan tempat dan jika mereka tidak mengobati cacingannya, lingkungan
di sekitar penderita cacingan sudah dicemari telur atau bayi cacing.
F. Mengenal gejala dan tanda penyakit cacing
Kebanyakan penderita cacingan tidak sadar kalau sedang mengidap penyakit
cacing. Mereka tidak tahu kalau di perutnya ada cacing. Bahkan mungkin sudah
ratusan cacing diternak dalam ususnya. Cacing bertahun – tahun berkembang biak
di dalam usus. Bertahun – tahun pula telur cacingnya dikeluarkannya. Setiap
membuang hajat, telur cacing keluar bersama tinjanya. Selama penyakit cacing
tidak diobati, cacing hidup sepanjang hidup tuannya. Setiap hari, setiap jam,
setiap menit. Sebagian makaan tuannya dimakannya.
Gejala cacingan muncul jika tuan yang ditumpangi cacing sudah kekurangn
gizi. Kekurangan gizi terjadi terjadi karena sebagian makanan dimakan cacing.
Semakin banyak penduduk cacingnya, semakin banyak makanan yang diambil.
Jika tuannya makannya tidak banyak, jika gizi makanannya juga kurang, yang
sudah sedikit dan kurang ini menjadi bertambah kurang karena dicuri cacing.
Penderita cacingan umumnya bergejala kuran gizi. Lebih – lebih pada
mereka yang sebelumnya sudah kurang gizi. Gejala ini lebih cepat muncul jika
cacingnya banyak dan jika tidak pernah diobati. Gejala kurang gizi dapat
beragam. Berat badan menurun, wajah pucat, kulit dan rambut kering, keadan
tubuh lemah dan lesu, dan mudah sakit. Mungkin selera makan berkurang. Kulit
dan telapak tangan tidak perna merah, mudah lelah. Kurang darah dan mungkin
jantung berdebar – debar, sesak nafas dan sering pusing.
14
Gejala kurang gizi sering diabaikan. Gejala tersebut tidak mendorong
penderita pergi berobat. Akibatnya banyak penderita cacingan yang sudah lama,
dan bertahun – tahun. Penderita terdorong untuk berobat kalau cacingna sudah ada
keluar. Mendadak sewaktu buang air besar ada cacing keluar dari liang duburnya.
Atau ada cacing keluar dari mulutnya sewaktu menyantap sop panas. Artinya,
sudah terlalu banyak cacing di dalam ususnya.
Sering terjadi pengobatan cacing yang tidak sempurna. Setelah minum
obat, seharusnya tinja diperiksa ulang. Maksudnya untuk memastikan dalam usus
penderita sudah tidak ada telur cacing. Selama tinjanya masih ada telur cacing,
obat perlu dilanjutkan. Obat baru dihentikan setelah tinjanya tidak mengandung
telur cacingnya lagi.
Dapat pula terjadi setelah diobati dan sembuh tertular cacingan kembali.
Mungkin disebabkan kebersihan diri penderita buruk, lingkungan disekitar
penderitapun masih buruk, penyakit cacing yang sama berulang kembali. Paling
sering pada penyakit cacing kremi. Pengobatannya perlu lebih dari satu kali.
Penularan ulangnya mudah terjadi oleh diri penderita sendiri.
Pada cacing tambang timbul gatal – gatal pada kulit tempat bayi cacing
tersebut masuk. Biasanya di kulit kaki. Akan tetapi, gatal – gatalnya tidak khas.
Gejala penyakit cacing tambang yang menonjol adalah kurang darah sebab cacing
tambang mengisap darah didalam usus tuannya. Gejala kurang darah penyakit
cacing tambang dapat sangat hebat. Mungkin sampai harus menjalani perawaan
rumah sakit. Mungkin sudah sampai mengganggu jantung. Jantung membengkak
akibat sel darah merah sudah sangat berkurang. Jantung harus memompakan
darah lebih kuat. Jantung mengalami kelelahan. Akhirnya, terjadi payah jantung,
penyakit jantung seperti pada orang usia lanjut.
Pada awal penyakit cacing gelang mungkin akan imbul batuk – batuk.
Gejala batuk – batuk biasanya tidak lebih dari tiga minggu. Bayi cacing sedang
melalui paru – paru sebelum tiba di usus. Jika pada waktu ini dibuat foto paru –
paru, tampak adanya gambaran khas paru – paru penderita cacing gelang.
15
Penderita cacing gelang yang lama sering mengeluh gangguan pencernaan.
Mungkin sering mulas – mulas. Mungkin juga sembelit. Atau dapat juga terjadi
mencret – mencret. Pada anak – anak sering timbul kurang nafsu makan. Semakin
sedikit makan semakin cepat menderita kekurangan gizinya. Penyakit cacing
gelang dapat menjadi gawat kalau cacing membuat gelungan bola. Bola cacing ini
dapat menyumbat saluran usus yang ditumpanginya. Ampas makanan tidak dapat
melewati bagian usus yang disumbat bola cacingnya. Penderita harus dibedah,
bola cacingnya harus dikeluarkan.
Tanda umum penyakit cacing gelang, perut anak tampak membuncit, tetapi
lengan dan kakinya kurus. Tampak tanda – tanda kurang gizi. Biasanya anak
menjadi lebih cengeng. Sering mengeluh nyeri perut. Kadang – kadang mencret –
mencret. Mungkin banyak makan, tapi tidak gemuk – gemuk. Cacing gelang bisa
menginfeksi organ – organ lain dalam tubuh. Tidak hanya di usus, terkadang ke
kandung empedu, menyumbat usus buntu, dan lain – lain.
Penyakit cacing kremi mudah dikenali. Penderita sering menggaruk
duburnya. Biasanya waktu tidur, cacing meletakkan telurnya di sekitar liang dubur
waktu malam hari. Kita dapat melihat cacing kremi dis ekitar liang dubur
penderita.
Dan cacing cambuk menggigit kuat dinding usus. Cacing menimbulkan
luka pada dinding usus tuannya. Luka dinding usus menimbulkan garis darah pada
tepi tinja. Atau darah keluar bersama tinja.
Cacing daun bersarang di dalam hati. Timbul gejala gangguan hati.
Mungkin timbul gejala penyakit kuning, mual, dan muntah. Pada penyakit cacing
keong, mungkin akan timbul gejala kencing berdarah. Cacing darah menimbulkan
gejala pembengkakan tungkai mirip kaki gajah. Penyakit cacing pita
menimbulkan gejala mual dan muntah. Mungkin juga mulas dan mencret.
Gejalanya tidak begitu khas. Orang tahu mengidap cacing pita jika dalam tinjanya
ada ruas cacing pita yang bergerak – gerak.
16
G. Pencegahan penyakit cacing
Hampir semua penyakit cacingan dapat dicegah. Keberhasilannya tergantung
pada sikap dan perilaku masing – masing. Caranya mudah dan sederhana. Hal –
hal yang perlu dibiasakan agar tercegah dari penyakit cacingan adalah sebagai
berikut :
1. Membiasakan mencuci tangan sebelum makan atau memegang makanan.
Gunakan sabun dan bersihkan bagian kuku jemari yang kotor.
2. Biasakan memotong kuku secara teratur seminggu sekali.
3. Tidak membiasakan diri menggigiti kuku jemari tangan atau mengisap jempol.
4. Tidak membiaskan bayi dan anak – anak bermain – main ditnah tanpa
menggunakan alas kaki.
5. Tidak membuat hajat ( tinja ) disembarangan tempat.
6. Biasakan tidak jajan penganan yang tidak tertutup saji atau yang terpegang –
pegang tangan.
7. Segera periksakan diri kepuskesmas secara teratur. Terlebih kalau ada tanda
atau gejala cacingan.
8. Segera mengobati penyakit cacing sampai tuntas.
9. Biasakan makan daging yang sudah benar – benar matang dan bukan yang
mentah atau setengah matang.
10. Biasakan berjalan – jalan beralas kaki.
11. Tidak memupuk sayur – mayur dan tanaman dengan tinja manusia.
12. Tidak harus minum obat cacing secara teratur. Obat cacing hanya diberikan
kepada orang yang benar – benar sedang mengidap penyakit cacing.
17
H. Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan feses dapat menghasilkan kepentingan dalam menyokong
diagnosa pada pemeriksaan bakteriologi dan parasitologi. Rata-rata 2/3 dari feses
terdiri dari air dan 1/3 nya terdiri dari :
1. Bakteri
2. Substansi yang tidak dapat dicerna, misalnya : Cellulosa
3. Makanan yang tidak tercernakan dan tidak diabsorbsi
4. Sekresi gastrointestinal
5. Cell yang berdesquamasi
Pengumpulan sampel/Speciement :
Untuk pemeriksaan feses ini, sebaiknya dipakai feses yang didefeksikan
dengan spontan, tetapi bila tidak ada, boleh juga sampel diambil dengan rectal
toucher. Untuk pemeriksaan rutin biasanya dipakai feses sewaktu dan jarang
dipakai feses 24 jam, kecualiuntuk pemeriksaan tertentu; untuk mengetahui
pertumbuhan larva parasit di dalam feses menjadi bentuk yang mudah dikenal
terutama cacing. Sebaiknya sampel yang diperiksa dalam keadaan segar sebab bila
sampel ini dibiarkan berlama-lama bias merusakkan unsur-unsur yang ada di
dalam feses tersebut. Sampel feses harus dianggap infeksius oleh karena itu
bekerja harus hati-hati.
Wadah untuk sampel feses, berbentuk botol yang terbuat dari kaca/plastic
dan bermulut lebar, bersih, kering, mempunyai tutup dan harus ada etiket dan
lain-lain. Pada pemeriksaan Miskoskopis, dibuat secara natif atau diberi
larutan/zat-zat kimia seperti :
a. Eosin 1 - 2% untuk mencari parasit-parasit atau protozoa
b. Lugol 1 - 2% untuk mencari parasit atau protozoa
c. Asam asetat 10% untuk melihat lekosit lebih jelas
d. NaCl 0,9 % untu melihat unsure-unsur lainnya
18
e. Sudan III untuk melihat butir-butir lamak
Langkah-langkahnya:
1. Teteskan 1 tetes bahan pengencer feses seperti Eosin 1 – 2% atau lainnya
(sesuai dengan maksud apa yang akan dicari) ke atas kaca objek glass dan
tambahan dengan sepucuk lidi dari feses dan aduk sampai rata.
2. Tutup dengan deck glass dan lihat di bawah mikroskop dengan
pembesaran 10x atau 40x.
3. Laporkan unsur-unsur yang terlihat, misalnya telur dan larva cacing.
Dalam feses normal telur dan larva cacing tidak dijumpai.
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Swasta Darma, Jalan Karya Sehati
No.6 Medan – Johor. Penelitian ini dilakukan selama 3 minggu yaitu mulai
tanggal 24 september 2009 meliputi kegiatan mulai dari pembuatan usulan
penelitian, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data.
B. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross
sectional.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah anak SD Swasta Darma, Jalan Karya
Sehati No.6 Medan – Johor. Sebagian populasi dijadikan sampel dalam penelitian
ini. Pengambilan sampel dilakukan secara random sampling atau acak di SD
Swasta Darma, Jalan Karya Sehati No.6 Medan – Johor.
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data Primer, yaitu dengan pemeriksaan feses anak-anak di SD Swasta
Darma, Jalan Karya Sehati No.6 Medan – Johor.
E. Pengolahan dan analisis data
Data diolah dan dianalisis secara Deskriptif dengan rancangan cross
sectional. Cross-sectional merupakan penelitian paling mudah dan sederhana.
Pengukuran dilakukan terhadap suatu karakter atau variabel subjek pada saat
pemeriksaan. Penelitian untuk mempelajari hubungan antara faktor resiko dengan
efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada
suatu saat ( Point Time Approach ).
20