BAB I PENDAHULUAN -...

21
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya setiap individu memiliki suatu kebutuhan hidup, mulai dari yang sederhana (primer) sampai kebutuhan yang lebih atau luas (tersier).Karena untuk memenuhi kebutuhannya, setiap individu memerlukan suatu tempat untuk memenuhi kebutuhannya.Maka dari itu, manusia memerlukan organisasi untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Baik itu organisasi di bidang pendidikan, hobi, pekerjaan, dan lain lain. Dalam perilaku organisasi dijelaskan bagaimana perbedaan kebutuhan antar individu, karakter karakter setiap individu, dan komunikasi antar individu yang berpengaruh dalam pencapain tujuan itu. Organisasi di sebut sebagai sistem sosial karena di dalamnya terdapat sekelompok orang yang mempunyai hubungan keterkaitan antara satu dengan lainnya sehingga bersosialisasi dengan para pelaku organisasi. Dalam perilaku organisasi, individu individu harus mampu menyesuaikan dirinya dengan bersosialisasi dengan yang lain. Ini akan membuat tugas yang telah diberikan akan terasa mudah karena tugas tersebut bisa dilakukan secara bersama sama. Karena setiap orang mempunyai kebutuhan, maka sebaiknya dalam berperilaku organisasi seseorang mampu bereksistensi dengan orang lain agar mampu melaksanakan tujuan yang ingin dicapai. Organisasi merupakan suatu perkumpulan orang yang memilki tujuan bersama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Perilaku organisasi merupakan pembelajaran tentang suatu sifat/karakteristik individu yang tercipta di lingkungan suatu organisasi. Karena manusia berbeda beda karakteristik, maka perilaku organisasi berguna untuk mengetahui sifat sifat individu

Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya setiap individu memiliki suatu kebutuhan hidup, mulai dari yang

sederhana (primer) sampai kebutuhan yang lebih atau luas (tersier).Karena untuk memenuhi

kebutuhannya, setiap individu memerlukan suatu tempat untuk memenuhi kebutuhannya.Maka

dari itu, manusia memerlukan organisasi untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Baik itu

organisasi di bidang pendidikan, hobi, pekerjaan, dan lain – lain. Dalam perilaku organisasi

dijelaskan bagaimana perbedaan kebutuhan antar individu, karakter – karakter setiap individu,

dan komunikasi antar individu yang berpengaruh dalam pencapain tujuan itu.

Organisasi di sebut sebagai sistem sosial karena di dalamnya terdapat sekelompok orang

yang mempunyai hubungan keterkaitan antara satu dengan lainnya sehingga bersosialisasi

dengan para pelaku organisasi. Dalam perilaku organisasi, individu – individu harus mampu

menyesuaikan dirinya dengan bersosialisasi dengan yang lain. Ini akan membuat tugas yang

telah diberikan akan terasa mudah karena tugas tersebut bisa dilakukan secara bersama – sama.

Karena setiap orang mempunyai kebutuhan, maka sebaiknya dalam berperilaku organisasi

seseorang mampu bereksistensi dengan orang lain agar mampu melaksanakan tujuan yang ingin

dicapai.

Organisasi merupakan suatu perkumpulan orang yang memilki tujuan bersama untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Perilaku organisasi merupakan pembelajaran tentang suatu

sifat/karakteristik individu yang tercipta di lingkungan suatu organisasi. Karena manusia berbeda

– beda karakteristik, maka perilaku organisasi berguna untuk mengetahui sifat – sifat individu

2

dalam berkinerja suatu organisasi. Pembelajaran perilaku organisasi akan mengetahui tentang

cara – cara mengatasi masalah – masalah yang ada di lingkungan organisasi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat di ambil rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa sebenarnya perilaku individu ?

2. Bagaimana perbedaan individual ?

3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku individual ?

4. Apa dan bagaimana melakukan pendekatan untuk memahami perilaku individu ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui perilaku individu.

2. Untuk memahami perbedaan individual.

3. Untuk memahami factor-faktor yang mempengaruhi perilaku individu.

4. Untuk mengetahui cara pendekatan terhadap pemahaman perilaku individu.

5. Sebagai salah satu pemenuhan tugas mata kuliah perilaku organisasi.

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perilaku Individu

Manusia adalah salah satu dimensi penting dalam organisasi.Kinerja organisasi sangat

tergantung pada kinerja individu yang ada di dalamnya.Seluruh pekerjaan dalam perusahaan itu,

para karyawanlah yang menentukan keberhasilannya.Sehingga berbagai upaya meningkatkan

produktivitas perusahaan harus dimulai dari perbaikan produktivitas karyawan.Oleh karena itu,

pemahaman tentang perilaku organisasi menjadi sangat penting dalam rangka meningkatkan

kinerjanya.

Karyawan sebagai individu ketika memasuki perusahaan akan membawa kemampuan,

kepercayaan pribadi, pengharapan-pengharapan, kebutuhan dan pengalaman masa lalunya

sebagai karakteristik individualnya. Oleh karena itu, maaf-maaf kalau kita mengamati karyawan

baru di kantor. Ada yang terlampau aktif, maupun yang terlampau pasif.

Hal ini dapat dimengerti karena karyawan baru biasanya masih membawa sifat-sifat

karakteristik individualnya. Selanjutnya karakteristik ini menurut Thoha (1983), akan

berinteraksi dengan tatanan organisasi seperti: peraturan dan hirarki, tugas-tugas, wewenang dan

tanggung jawab, sistem kompensasi dan sistem pengendalian. Hasil interaksi tersebut akan

membentuk perilaku-perilaku tertentu individu dalam organisasi.

Gibson Cs. (1996) menyatakan perilaku individu adalah segala sesuatu yang dilakukan

seseorang, seperti : berbicara, berjalan,berfikir atau tindakan dari suatu sikap. Sedangkan

menurut Kurt Levin, perilaku ( Behavior = B ) individu pada dasarnya merupakan fungsi dari

interakasi antara Person/individu (P) yang bersangkutan dengan lingkungan (Enviroment = E).

4

Dari pengertian tersebut perilaku individu dapat diartikan sebagai suatu sikap atau

tindakan serta segala sesuatu yang dilakukan manusia atau individu itu sendiri baik yang

dilakukan dalam bekerja maupun diluar pekerjaan seperti menulis, bertukar pendapat, berfikir

dan sebagainya.Setiap individu mempunyai karakteristik yang berbeda, sehingga setiap manusia

mempunyai keunikan-keunikan tersendiri.

Perilaku individu dalam organisasi adalah bentuk interaksi antara karakteristik individu

dengan karakteristik organisasi. Setiap individu dalam organisasi, semuanya akan berperilaku

berbeda satu sama lain, dan perilakunya akan dipengaruhi oleh masing-masing lingkungannya

yang memang berbeda. Individu membawa sifat / ciri khas sikap ke dalam tatanan organisasi

seperti kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan dan pengalaman masa lalunya.

Karakteristik yang dipunyai individu ini akan dibawanya manakala memasuki lingkungan baru

yaitu oraganisasi atau yang lainnya. Organisasi juga merupakan suatu lingkungan yang

mempunyai karakteristik seperti keteraturan yang diwujudkan dalam susunan hirarki, pekerjaan,

tugas, wewenang, tanggung jawab, sistem penggajian, sistem pengendalian, dan sebagainya.

2.2 Perbedaan Individual

Setiap individu pun memiliki kemampuan yang berbeda, kemampuan secara langsung

mempengaruhi tingkat kinerja dan kepuasan karyawan melalui kesesuaian kemampuan –

pekerjaan. Dari sisi pembentukan perilaku dan sifat manusia, perilaku individu akan berbeda di

karenakan oleh kemampuan yang dimilikinya juga berbeda. Pembelajaran merupakan bukti dari

perubahan perilaku individu. Pembelajaran terjadi setiap saat dan relatif permanen yang terjadi

sebagai hasil dari pengalaman.

5

Meski manusia dapat belajar dan dapat dipengaruhi oleh lingkungan mereka, terlalu

sedikit perhatian yang diberikan dalam peran yang di mainkan pada evolusi pembentukan

perilaku manusia. Para psikologi evolusioner memberitahu kita bahwa manusia pada dasarnya

sudah terbentuk ketika dilahirkan. Kita lahir di dunia ini dengan sifat-sifat yang sudah mendarah

daging, diasah, dan diadaptasikan terus selama jutaan tahun, yang membentuk dan membatasi

perilaku kita. Psikologi evolusioner menentang pemahaman yang menyatakan bahwa manusia

bebas untuk mengubah perilaku jika dilatih atau dimotivasi. Akibatnya, kita menemukan bahwa

orang dalam tataran organisasi sering berperilaku dengan cara yang tampaknya tidak bermanfaat

bagi diri mereka sendiri atau majikan mereka.

Namun B.F. Skinner, dengan bangga menyatakan keyakinannya dalam membentuk

perilaku individu dalam lingkungan, “Berikan saya seorang anak pada saat kelahirannya dan

saya dapat berbuat seperti apa yang Anda inginkan”, karena itu penting bagi manajer untuk

mengenalkan aturan-aturan perusahaan kepada karyawan baru. Misalnya dengan memberikan

masa orientasi.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Individu

2.3.1 Kemampuan

Kemampuan adalah kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam

pekerjaan tertentu.Kemampuan seseirang hakikatnya tersusun dari dua faktor yaitu, kemampuan

intelektual dan kemampuan fisik.

6

a. Kemampuan Intelektual

Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk menjalankan

kegiatan mental.Tes IQ misalnya, dirancang untuk memastikan kemampuan intelektual

umum seseorang. Tujuh dimensi yang paling sering dikutip yang membentuk

kemampuan intelektual adalah kemahiran berhitung, pemahaman verbal, kecepatan

perseptual, penalaran induktif, penalaran deduktif, visualisasi ruang dan daya ingat.

Pekerjaan mebebankan tuntutan—tuntutan berbeda pada pelaku untuk menggunakan

kemampuan intelektual.Semakin banyak tuntutan pemrosesan informasi dalam pekerjaan

tertentu, makinbanyak kecerdasan dan kemampuan verbal umum yang dibutuhkan untuk

dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan sukses.Sebaliknya, kajian seksama

terhadap bukti mengungkap bahwa tes—tes yang menilai kemampuan verbal, numerik,

ruang, dan perceptual merupakan perkiraan indikator yang sahih atas kemampuan

pekerjaan pada semua tingkat pekerjaan. Ini menjelaskan mengapa perusahaan seperti

Microsoft menekankan penilain intelegensi calon sebagai unsur kunci dalam proses

wawancara.

Tabel 2.1 Dimensi kemampuan Intelektual

No Dimensi Gambaran Contoh Pekerjaan

1. Kemampuan

Numerik

Kemampuan untuk melakukan

perhitungan cepat dan akurat

Akuntan: Menghitung pajak

penjualan serangkaian

produk.

2. Kemampuan Kemampuan memahami apa Manajer pabrik: Mengikutin

7

Verbal yang dibaca atau didengar dan

hubungan antar kata.

kebijakan—kebijakan

korporasi.

3. Kecepatan

Perseptual

Kemampuan mengidentifikasi

persamaan dan perbedaan

visual dengan cepat serta

akurat.

Penyelidik kebakaran:

Mengidentifikasi petunjuk—

petunjuk untuk mendukung

tuduhan kesengajaan

pembakaran.

4. Penalaran Induktif Kemampuann mengidentifikasi

rangkaian logis masalah dan

kemudian memecahkan

masalah tersebut.

Peneliti pasar:

Memperkirakan permintaan

terhadap produk tertentu

dalam periode waktu

berikutnya.

5. Penalaran Deduktif Kemampuan menggunakan

logika dan menilai implikasi

argumentasi.

Penyelia: Memilih diantara

dua saran berbeda yang

ditawarkan karyawan.

6. Visualisasi

Ruangan

Kemampuan menggambarkan

bagaimana penampakan obyek

tertentu jika posisinya dalam

ruangan diubah.

Penata Interior: Menata ulang

kantor.

7. Memori Kemampuan mempertahankan

dan mengingat kembali

pengalaman masa silam.

Awak penjualan: Mengingat

nama—nama pelanggan.

8

Peneliti telah memperluas makna intelegensia melebihi kemampuan – kemampuan

mental. Bukti—bukti terbaru mengungkap bahwa intelegensia dapat dipahami secara

lebih baik dengan menguraikanya menjadi empat sub-bagaian: kognitif, social, emosi dan

budaya.Kecerdasan kognitif meliputi bakat yang sudah lama ditemukan oleh tes—tes

intelegensia tradisional. Kecerdasan sosial adalah kemampuan untuk berhubungan

dengan orang lain secara efektif. Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk

mengidentifikasi, memahami dan mengelola emosi.Kecerdasan budaya adalah kesadaran

atas keberagaman antar kebudayaan dan kemampuan untuk menjalankan fungsi secara

sukses dalam situasi lintas budaya.Metode tersebut mampu membantu menjelaskan

mengapa orang—orang disebut cerdas, orang yang mempunyai kecerdasan kognitif yang

tinggi, tidak bisa beradaptasi dengan baik pada kehidupan sehari – hari, bekerjasama

dengan orang lain, serta berhasil ketika diberi peran kepemimpinan.

b. Kemampuan Fisik

Kemampuan fisik adalah kemampuan menjalankan pekerjaan—pekerjaan yang kurang

menuntut keterampilan dan lebih standar. Misalnya, pekerjaan yang keberhasilanya

menuntut stamina, kecekatan fisik, kekutann tungkai dan bakat-bakat serupa menuntut

manajemen untuk mengenali kapabilitas fisik seorang karyawan.Kinerja bagus karyawan

dapat tercapai ketika manajemen memastikan tingkat pekerjaan tertentu menuntut

masing—masing dari sembilan kemampuan itu dan kemudian menjamin bahwa

karyawan dalam pekerjaan tersebut mempunyai kemampuan itu.

Tabel 2.2 Sembilan Kemampuan Fisik Dasar

Faktor – faktor kekuatan

1. Kekuatan Dinamik Kemampuan memanfaatkan kekutan otot secara

9

berulang - ulang atau terus menerus dalam waktu

tertentu.

2. Kekuatan Otot Bawah Kemampuan memanfaatkan kekuatan otot bagaian

bawah tubuh (terutama otot perut).

3. Kekuatan Statis Kekuatan untuk memanfaatka kekutan untuk

membendung obyek-obyek eksternal.

4. Kekuatan Eksplosif Kemampuan memanfaat energy maksimum dalam

satu atau serangkaian kegiatan eksplosif.

Faktor - faktor Fleksibilitas

5. Fleksibilitas Jangkauan Kemampuan menggerakkan otot bawah atau

belakanng sejauh mungkin.

6. Fleksibilitas Dinamik Kemampuan melakukan gerakan - gerakan

meregang cepat dan berulang – ulang.

Faktor – faktor lain

7. Koordinasi Tubuh Kemampuan mengkoordinasikan tindakan—

tindakan simultan anggota—anggota tubuh berbeda.

8. Keseimbangan Kemampuan menjaga keseimbangan meski terdapat

kekuatan yang berupaya menggoyahkan.

9. Stamina Kemampuan mengerahkan upaya maksimum yang

mensyratkan upaya terus – menerus.

Ketika kemampuan-pekerjaan tidak sesuai karena karyawan memiliki keterampilan

yang jauh melebihi persyaratan untuk pekerjaan tersebut, kinerja pekerjaan kemungkinan

akan memadahi tetapi akan terdapat ketidakefesienan dan penuruna tingkat kepuasan

10

karyawan. Kemampuan Intelektual atau Fisik tertentu yang dibutuhkan untuk melakukan

pekerjaan dengan memadai bergantung pada persyaratan kemampuan dari pekerjaan

tersebut. Sebagai contoh seorang pilot membutuhkan kemampuan visualisasi spasial yang

kuat dan koordinasi tubuh yang baik. Mengarahkan perhatian hanya pada kemampuan

karyawan atau pada persyaratan kemampuan dari pekerjaan akan mengabaikan fakta

bahwa kinerja karyawan bergantung pada interaksi keduannya.

Keseuaian Pekerjaan-Kemampuan

Kemampuan intelektual atau fisik khusus yang diperlukan untuk kinerja pekerjaan

yang memadai pada pekerjaan tertentu, bergantung pada persyaratan kemampuan yang

diminta untuk pekerjaan itu.Misalnya, pilot peasawat terbang memerlukan kemampuan

visualisasi ruang yang kuat; eksekutif senior memerlukan kemampuan verbal dan pekerja

bangunan tinggi memerlukan keseimbangan.

2.3.2 Karekteristik Biografis

Penemuan dan analisis variable—variabel yang berdampak pada produktivitas, keabsenan,

tingkat pengunduran diri karyawan, dan kepuasan karyawan.Faktor—faktor karakteristik yang

jelas adalah usia, jenis kelamin, status kawin, banyaknya tanggungan dan masa kerja dalam

organisasi.

a. Usia

Hubungan antara usia dan kinerja pekerjaan kemungkinan adalah isu yang semakin

penting dalam dekade mendatang.Ada tiga alasan. Pertama, terdapat keyakinan meluas

bahwa kinerja merosot dengan meningkatnya usia. Banyak orang yang meyakininya dan

bertindak atas dasar keyakinan itu.Kedua, realita bahwa angkatan kerja telah

11

menua.Misalnya, pekerja berusia 55 tahun dan yang lebih tua merupakan sektor yang

berkembang paling cepat dari angkatan kerja dewasa ini.Ketiga adalah perundang—

undangan Amerika yang baru—baru ini menyatakan bahwa dengan dengan maksud dan

tujuan apapun, melarang perintah pension. Sebagaian besar pekerja dewasa ini tidak lagi

harus pensiun pada usia 70 tahun.

Bukti menunjukkan bahwa para majikan mempunyai perasaan yang campur aduk.Mereka

melihat sejumlah kualitas positif yang dibawa orang tua ke pekerjaan mereka, khusunya

pengalaman, pertimbangan, etika kerja yang kuat, dan komitmen terhadap mutu. Semakin

tuan anda maka akan semakin kecil kemungkinan anda berhenti dari pekerjaan. Itulah

kesimpulan yang serinmg kali ditarik berdasarkan studi—studi mengenai hubungan

antara usia dan pengunduran diri karyawan.

Kebanyakan studi memang menunjukkan suatu hubungan yang terbalik, tetapi pengujian

penelitian yang lebih cermat menemukan bahwa hubungan usia-keabsenan sebagaian

merupakan fungsi apakah kemungkiran itu dapat dihindari atau tidak. Umumnya,

karyawan tua mempunyai tingkat keabsenan dapat dihindari lebih rendah dibandingkan

dengan karyawan yang lebih muda.Meski demikian , mereka mereka mempunyai tingkat

kemangkiran tak terhindarkan lebih tinggi, mungkin karena kesehatan yang memburuk

dan lamanya waktu pemulihan yang diperlukan pekerja tua bila cidera.

Kesimpulan alamiahnya adalah tuntutan dari sebuah pekerjaan, bahwa pekerjaan—

pekerjaan yang masyarakat kerja otoot kerja yang berat, tidak cukup besar terpengaruh

oleh kemerosotan keterampilan fisik akibat usia yang berdampak pada produktivitas atau

12

jika terjadi kemerosotan karena usia, sering diimbangi oleh keunggulan karena

pengalaman.

b. Jenis Kelamin

Perbedaan antara pria dan wanita dalam hal kemampuan memecahkan masalah,

keterampilan analisis, pendorong persaingan, motivasi, sosiabilitas atau kemampuan

belajar.Wanita lebih bersedia untuk mematuhi wewenang dan pria lebih agresif, serta

berkemungkinan lebih besar dari pada wanitauntuk memiliki harapan atas keberhasilan,

namun perbedaan—perbedaan itu tidak besar.Tidak ada perbedaan yang berarti dalam

produktivitas pekerjaan antara pria dan wanita.Sama halnya tidak ada bukti yang

menunjukkan jenis kelamin karyawan mempengaruhi kepuasan kerja.

c. Status Perkawinan

Karyawan yang menikah lebih rendah tingkat keabsenanya, mempunyai tingkat

pengunduran diri yang lebih rendah dan lebih puas dengan pekerjaan mereka dari pada

rekan sekerjanya yang tidak menikah.Perkawinan menuntut tanggung jawab yang lebih

besar yang mungkin membuat pekerja tetap lebih berharga dan penting.

d. Masa Kerja

Masa kerja diekspresikan sebagai pengalaman kerja pengalaman kerja yang menjadi

dasar perhatian yang baik terhadap produktivitas karyawan.Kajian—kajian ekstensif

mengenai hubungan senioritas-produksivitas, mendefinisikan senioritas sebagai masa

kerja seseorang pada pekerjaan tertentu, menunjukkan hubungan positif antara senioritas

dan produktivitas pekerjaan.Masa kerja merupakan variabel penjelas tunggal yang paling

penting. Semakin lama seseorang berada dalam pekerjaan, semakin kemungkinan ia akan

13

mengundurkan diri.Bukti tersebut menunjukkan bahwa masa kerja dan kepuasan saling

berkaitan positif.

2.3.3 Pembelajaran

Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen yang terjadi sebagai hasil

dari pengalaman.Terdiri dari beberapa komponen.Pertama, pembelajaran melibatkan

perubahan.Kedua, perubahan relatif permanen.Ketiga, terfokus pada perilaku.

Pembelajaran berlangsung ketika terjadi perubahan tindakan. Perubahan proses berfikir atau

sikap individu, jika tidak berubah maka itu bukan merupakan pembelajaran. Sejumlah bentuk

pengalaman diperlukan untuk pembelajaran.Pengalaman dapat diperoleh langsung lewat

pengamatan (praktik) atau didapatkan seecara tidak langsung, misalnya dengan membaca. Jika

pengalaman ini menghasilkan perubahan perilaku yang relatif permanen, maka dapat dikatakan

bahwa proses pembelajaran sedang berlangsung. Teori pembelajaran ada 3, yaitu;

a. Pengkondisian Klasik (classical condition)

Mempelajari respon terkondisi yang melibatkan pembinaan ikatan antara rangsangan

terkondisi dan rangsangan tak terkondisi. Menggunakan rangsangan yang berpasangan,,

satu memaksa dan yang lain netral, rangsangan yang netral menjadi rangsangan

terkondisi dan kemudian meneruskan sifat—sifat rangsangan tak terkondisi.

Pengkondisian klasik bersikap pasif. Sesuatu terjadi dan ada yang bereaksi dengan cara

khusus. Reaksi itu dihasilkan sebagai respon terhadap peristiwa yang khusus dan dapat

dikenali, dengan sendirinya reaksi itu dapat menjelaskan perilaku refleksif yang

sederhana.

14

Misalnya, para karyawan memilih untuk tiba di tempat kerja pada waktunya dan meminta

atasan untuk membantu ketika ada masalah.

b. Pengkondisian Operant (operant condition)

Perilaku sukarela atau yang dipelajari sebagai lawan dari perilaku refleksif (tak

dipelajari).Misalnya, Instruktur mengatakan jika ingin nilai tinggi dalam kuliah maka

harus member jawaban yang benar.

c. Pembelajaran Sosial (social learning)

Belajar dengan mengamati apa yang terjadi pada orang lain dengan sekedar

diberitahu mengenai sesuatu, maupun dengan mengalami secara langsung. Pembelajaran

sosial ada empat proses yang menentukan pengaruh model pada individu.

1. Proses Perhatian. Orang belajar dari model tertentu hanya ketika mereka mengenali

dan menaruh perhatian pada fitur penting yang menentukan. Cenderung sangat

terpengaruh oleh model—model yang menarik, muncul berulang—ulang penting dan

serupa.

2. Proses Retensi. Pengaruh model tertentu akan bergantung pada betapa baik individu

mengingat tindakan model itu setelah model itu tidak ada lagi.

3. Proses Reproduksi Motor. Setelah seseorang melihat perilaku baru dengan

mengamati model itu, pengamatan itu akan berubah menjadi perbuatan. Maka proses

ini memperlihatkan bahwa individu tersebut dapat melakukan kegiatan model itu.

4. Proses Penguatan. Individu—individu akan termotivasi untuk memperlihatkan

perilaku bermodel tertentu jika disediakan rangsangan positif atau hadiah.

15

2.4 Pendekatan – Pendekatan Untuk Memahami Perilaku Individu

Pendekatan yang sering dipergunakan untuk memahami perilaku manusia adalah;

pendekatan kognitif, reinforcement, dan psikoanalitis.Berikut penjelasan ketiga pendekatan

tersebut dilihat dari; penekanannya, penyebab timbulnya perilaku, prosesnya, kepentingan masa

lalu di dalam menentukan perilaku, tingkat kesadaran, dan data yang dipergunakan.

1. Penekanan.

Pendekatan kognitif menekankan mental internal seperti berpikir dan

menimbang.Penafsiran individu tentang lingkungan dipertimbangkan lebih penting dari

lingkungan itu sendiri.

Pendekatan penguatan (reinforcement) menekankan pada peranan lingkungan dalam

perilaku manusia.Lingkungan dipandang sebagai suatu sumber stimuli yang dapat

menghasilkan dan memperkuat respon perilaku.

Pendekatan psikoanalitis menekankan peranan sistem personalitas di dalam menentukan

sesuatu perilaku.Lingkungan dipertimbangkan sepanjang hanya sebagai ego yang

berinteraksi dengannya untuk memuaskan keinginan.

2. Penyebab Timbulnya Perilaku

Pendekatan kognitif, perilaku dikatakan timbul dari ketidakseimbangan atau

ketidaksesuaian pada struktur kognitif, yang dapat dihasilkan dari persepsi tentang

lingkungan.

Pendekatan reinforcement menyatakan bahwa perilaku itu ditentukan oleh stimuli

lingkungan baik sebelum terjadinya perilaku maupun sebagai hasil dari perilaku. Menurut

pendekatan psikoanalitis, perilaku itu ditimbulkan oleh tegangan (tensions) yang

dihasilkan oleh tidak tercapainya keinginan.

16

3. Proses.

Pendekatan kognitif menyatakan bahwa kognisi (pengetahuan dan pengalaman) adalah

proses mental, yang saling menyempurnakan dengan struktur kognisi yang ada. Dan

akibat ketidak sesuaian (inconsistency) dalam struktur menghasilkan perilaku yang dapat

mengurangi ketidak sesuaian tersebut.

Pendekatan reinforcement, lingkungan yang beraksi dalam diri individu mengundang

respon yang ditentukan oleh sejarah.Sifat dari reaksi lingkungan pada respon tersebut

menentukan kecenderungan perilaku masa mendatang.Dalam pendekatan psikoanalitis,

keinginan dan harapan dihasilkan dalam Id kemudian diproses oleh Ego dibawah

pengamatan Superego.

4. Kepentingan Masa lalu dalam menentukan Perilaku.

Pendekatan kognitif tidak memperhitungkan masa lalu (ahistoric). Pengalaman masa lalu

hanya menentukan pada struktur kognitif, dan perilaku adalah suatu fungsi dari

pernyataan masa sekarang dari sistem kognitif seseorang, tanpa memperhatikan proses

masuknya dalam sistem.

Teori reinforcement bersifat historic.Suatu respon seseorang pada suatu stimulus tertentu

adalah menjadi suatu fungsi dari sejarah lingkungannya.Menurut pendekatan

psikoanalitis, masa lalu seseorang dapat menjadikan suatu penentu yang relatif penting

bagi perilakunya.Kekuatan yang relatif dari Id, Ego dan Superego ditentukan oleh

interaksi dan pengembangannya dimasa lalu.

17

5. Tingkat dari Kesadaran.

Dalam pendekatan kognitif memang ada aneka ragam tingkatan kesadaran, tetapi dalam

kegiatan mental yang sadar seperti mengetahui, berpikir dan memahami,

dipertimbangkan sangat penting.

Dalam teori reinforcement, tidak ada perbedaan antara sadar dan tidak. Biasanya aktifitas

mental dipertimbangkan menjadi bentuk lain dari perilaku dan tidak dihubungkan dengan

kasus kekuasaan apapun. Aktifitas mental seperti berpikir dan berperasaan dapat saja

diikuti dengan perilaku yang terbuka, tetapi bukan berarti bahwa berpikir dan berperasaan

dapat menyebabkan terjadinya perilaku terbuka.

Pendekatan psikoanalitis hampir sebagian besar aktifitas mental adalah tidak

sadar.Aktifitas tidak sadar dari Id dan Superego secara luas menentukan perilaku.

6. Data.

Dalam pendekatan kognitif, data atas sikap, nilai, pengertian dan pengharapan pada

dasarnya dikumpulkan lewat survey dan kuestioner.

Pendekatan reinforcement mengukur stimuli lingkungan dan respon materi atau fisik

yang dapat diamati, lewat observasi langsung atau dengan pertolongan sarana teknologi.

Pendekatan psikoanalitis menggunakan data ekspresi dari keinginan, harapan, dan bukti

penekanan dan bloking dari keinginan tersebut lewat analisa mimpi, asosiasi bebas,

teknik proyektif, dan hipnotis.

18

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Setiap Individu adalah pribadi yang unik.Manusia pada hakekatnya adalah kertas kosong

yang di bentuk oleh lingkungan mereka.Perilaku manusia merupakan fungsi dari interaksi antara

person atau individu dengan lingkungannya. Mereka berperilaku berbeda satu sama lain karena

ditentukan oleh masing – masing lingkungan yang memang berbeda.

Secara biografis individu memiliki karakteristik yang jelas bisa terbaca, seperti usia, jenis

kelamin, status perkawinan, yang semua itu memiliki hubungan signifikan dengan produktivitas

atau kinerja dalam suatu organisasi dan merupakan isu penting dalam dekade mendatang. Dari

kajian beberapa bukti riset, memunculkan kesimpulan bahwa usia tampaknya tidak memiliki

hubungan dengan produktivitas. Dan para pekerja tua yang masa kerjanya panjang akan lebih

kecil kemungkinannya untuk mengundurkan diri. Demikian pula dengan karyawan yang sudah

menikah, angka keabsenan menurun, angka pengunduran diri lebih rendah serta menunjukkan

kepuasan kerja yang lebih tinggi daripada karyawan yang bujangan.

Setiap individu pun memiliki kemampuan yang berbeda, kemampuan secara langsung

mempengaruhi tingkat kinerja dan kepuasan karyawan melalui kesesuaian kemampuan –

pekerjaan. Dari sisi pembentukan perilaku dan sifat manusia, perilaku individu akan berbeda di

karenakan oleh kemampuan yang dimilikinya juga berbeda. Pembelajaran merupakan bukti dari

perubahan perilaku individu.Pembelajaran terjadi setiap saat dan relatif permanen yang terjadi

sebagai hasil dari pengalaman.

19

Setiap individu mempunyai karakteristik yang berbeda – beda. Di dalam organisasi setiap

orang mempunyai tujuan yang sama. Seluruh pekerjaan di dalam organisasi dilakukan para

anggota yang akan menentukan keberhasilannya. Jika seorang ikut dalam organisasi, dia akan

memperoleh suatu tujuan yang membuat ia dapat kepuasan dalam melakukan pekerjaannya.

Organisasi sangat berpengaruh terhadap individu, karena setiap individu mempunyai kebutuhan -

kebutuhan tertentu dalam dirinya demi mempertahankan kelangsungan hidupnya di masa depan.

Karena kebutuhan, setiap individual berorganisasi.Misalnya, dalam perusahaan setiap individu

mempunyai karakteristik yang berbeda, karena mereka mempunyai kebutuhan yang berbeda

pula. Kebutuhan – kebutuhan tersebut yang membuat mereka termotivasi untuk melakukan

pekerjaan tersebut lebih baik, baik dari dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam diri individu,

terdapat perilaku – perilaku yang betentangan yang disebut dengan konflik.Jika seseorang

mempunyai konflik atau masalah, mungkin mereka mengalami kesulitan untuk mengambil

keputusan yang tepat.Disinilah peran seorang pemimpin dalam organisasi dibutuhkan. Setiap

individu mempunyai masalah yang berbeda – beda dalam pekerjaannya dan karakter sifat yang

berbeda – beda. Ada yang menanggapi masalah tersebut dengan akal sehatnya dan ada pula yang

dengan sifat emosionalnya.Jadi seorang pemimpin harus bisa berkomunikasi dengan baik

terhadap bawahannya, perbedaan karakter setiap individu dalam menghadapi masalah harus

melalui pendekatan – pendektan yang berbeda pula.Di butuhkan kemampuan dan kecerdikan

seorang pemimpin, agar bawahannya tersebut dapat bekerja dengan baik kembali.

3.2 Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan

dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya

pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah

20

ini.Kami banyak berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun

kepada penulis demi kesempurnaan dalam penulisan dan penyusunan makalah

kedepannya.Semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis pada khususnya dan para pembaca

pada umumnya.

21

DAFTAR PUSTAKA

P.Robbins, Stephen, Timothy A. Judge.2008.Perilaku Organisasi buku 1: jakarta, salemba

empat.

Thoha, Miftah. 1983. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali

Pers.

Winardi,j.2004.Manajemen Perilaku Organisasi.Bandung: Prenada Media.

http://agungpia.multiply.com/journal/item/23/Dasar-dasar_Perilaku_Individu

http://candupendidikan.wordpress.com/2012/06/03/dasar-dasar-perilaku-individual/

http://www.slideshare.net/DharaniKassapa/dasardasar-perilaku-individu-perilaku-organisasi

http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1847754-perilaku-organisasi-konsep-dasar-dan/