BAB I PENDAHULUAN - lentzexplore.files.wordpress.com · Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN - lentzexplore.files.wordpress.com · Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah...
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Flu burung (Avian Influenza, AI) merupakan infeksi yang disebabkan
oleh virus influenza A subtipe H5N1 (H=hemagglutinin;
N=neuraminidase) yang pada umumnya menyerang unggas (burung
dan ayam). Pada buku ini yang dibahas adalah flu burung yang
disebabkan oleh virus influenza A subtipe H5N1 pada manusia.
Pada tahun 1997 infeksi Flu burung telah menular dari unggas ke
manusia dan sejak saat itu telah terjadi 3 kali outbreak infeksi virus
influenza A subtipe H5N1. Flu burung pada manusia pertama kali
ditemukan di Hongkong pada tahun 1997 yang menginfeksi 18 orang
diantaranya 6 orang pasien meninggal dunia. Kemudian awal tahun
2003 ditemukan 2 orang pasien dengan 1 orang meninggal. Virus ini
kemudian merebak di Asia sejak pertengahan Desember 2003
sampai sekarang.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka disimpulkan bahwa AI selain
menyerang unggas dapat juga menyerang manusia. Di Indonesia,
virus ini menyerang ternak ayam sejak Oktober 2003 sampai
Februari 2004 dan dilaporkan sebanyak 4,7 juta ayam mati namun
belum menyerang manusia. Berdasarkan data Departemen
Kesehatan RI tanggal 26 November 2006 di Indonesia terdapat 74
kasus konfirmasi dan 56 orang diantaranya meninggal ( CFR 75,7%).
Berdasarkan kajian pakar Virus H5N1 merupakan salah satu virus
yang paling mungkin menyebabkan pandemi influenza yang
diperkirakan dapat menimbulkan kematian puluhan sampai ratusan
juta manusia di dunia selama masa pandemi. Sampai saat ini
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
2
Indonesia telah masuk dalam fase 3 atau waspada pandemi yaitu
ada infeksi dari unggas ke manusia sedangkan penularan dari
manusia ke manusia tidak ada atau penularan yang sangat terbatas
hanya pada kontak erat.
Departemen Kesehatan RI bersama profesi-profesi terkait (PDPI,
PAPDI, , IDAI, IDSAI, PDS PATKLIN, dan PAMKI serta PPNI)
menyusun Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah
Sakit agar dapat dipakai sebagai acuan oleh petugas kesehatan
dalam memberikan pelayanan medis kepada pasien flu burung.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai acuan tatalaksana flu burung di Rumah Sakit dalam
rangka meminimalkan kesakitan, kematian dan penyebarannya.
2. Tujuan Khusus
• Memberi informasi tentang pengertian umum flu burung dan
cara penularannya.
• Memberi petunjuk penegakan diagnosis di Rumah Sakit.
• Memberi petunjuk penatalaksanaan pasien flu burung di Rumah
Sakit.
• Memberi petunjuk pemulangan pasien flu burung yang dirawat
dan tindak lanjutnya (follow-up).
• Memberi petunjuk penatalaksanaan pasien flu burung yang
meninggal dunia.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan sebagai tersebut di pedoman ini adalah
pelayanan di Rumah Sakit.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
3
D. Dasar Hukum Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit
Menular (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3273).
Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3495).
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang
Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun
1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3447).
Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata kerja Kementerian
Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah beberapa kali
dirubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 560 Tahun 1989 tentang Jenis
Penyakit Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah, Tata Cara
Penyampaian Laporan dan Tata Cara Penanggulangannya.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1372/Menkes/SK/IX/2005
tentang Penetapan Kondisi Kejadian Luar Biasa (KLB) Flu Burung
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1371/Menkes/SK/IX/2005
tentang Penetapan Flu Burung Sebagai Penyakit Yang Dapat
Menimbulkan Wabah serta Pedoman Penanggulangannya.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005
tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1643/Menkes/SK/XII/2005
tentang Tim Nasional Penanggulangan Penyakit Flu Burung
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 756/Menkes/SK/IX/2006
tentang Pembebasan Biaya Pasien Penderita Flu Burung.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
4
BAB II
PENYAKIT FLU BURUNG
A. Etiologi
Virus influenza tipe A merupakan anggota keluarga
orthomyxoviridae. Pada permukaan virus tipe A, ada 2 glikoprotein,
yaitu hemagglutinin (H) dan neuraminidase (N). Subtipe berdasarkan
sifat H (H1 sampai H16) dan N (N1 sampai N9). Virus influenza pada
unggas mempunyai sifat dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari
pada suhu 220 C dan lebih dari 30 hari pada suhu 00 C. Di dalam tinja
unggas dan dalam tubuh unggas sakit, dapat hidup lama, tetapi mati
pada pemanasan 600 C selama 30 menit, 560 C selama 3 jam dan
pemanasan 800 C selama 1 menit. Virus akan mati dengan deterjen,
desinfektan misalnya formalin, cairan yang mengandung iodin atau
alkohol 70%.
Virus H5N1 dapat bermutasi sehingga dapat menjadi virus penyebab
pandemi.
B. EPIDEMIOLOGI
1. Sebaran kasus
Data sebaran kasus pada unggas dan manusia sampai dengan
26 November 2006.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
5
2. Kelompok Risiko Tinggi, Cara Penularan, Masa Inkubasi
a. Kelompok Risiko Tinggi
Kelompok yang perlu diwaspadai dan berisiko tinggi terinfeksi flu
burung adalah :
- Kontak erat (dalam jarak 1 meter), seperti merawat,
berbicara atau bersentuhan dengan pasien suspek, probabel
atau kasus H5N1 yang sudah konfirm.
- Terpajan (misalnya memegang, menyembelih, mencabuti
bulu, memotong, mempersiapkan untuk konsumsi) dengan
ternak ayam, unggas liar, bangkai unggas atau terhadap
lingkungan yang tercemar oleh kotoran unggas itu dalam
wilayah di mana infeksi dengan H5N1 pada hewan atau
manusia telah dicurigai atau dikonfirmasi dalam bulan
terakhir.
- Mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang tidak
dimasak dengan sempurna di wilayah yang dicurigai atau
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
6
dipastikan terdapat hewan atau manusia yang terinfeksi
H5N1 dalam satu bulan terakhir.
- Kontak erat dengan binatang lain (selain ternak unggas atau
unggas liar), misalnya kucing atau babi yang telah
dikonfirmasi terinfeksi H5N1.
- Memegang / menangani sampel (hewan atau manusia) yang
dicurigai mengandung virus H5N1 dalam suatu laboratorium
atau tempat lainnya.
b. Cara Penularan
Penularan penyakit ini kepada manusia dapat melalui :
1. Binatang : Kontak langsung dengan unggas atau binatang lain
yang sakit atau produk unggas yang sakit.
2. Lingkungan : Udara atau peralatan yang tercemar virus
tersebut baik yang berasal dari tinja atau sekret unggas yang
terserang Flu Burung.
3. Manusia : Sangat terbatas dan tidak efisien (ditemukannya
beberapa kasus dalam kelompok / cluster).
4. Makanan : Mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang
tidak dimasak dengan sempurna di wilayah yang dicurigai atau
dipastikan terdapat hewan atau manusia yang terinfeksi H5N1
dalam satu bulan terakhir.
c. Masa Inkubasi
Masa inkubasi rata-rata adalah 3 hari (1-7 hari). Masa penularan
pada manusia adalah 1 hari sebelum, sampai 3-5 hari setelah
gejala timbul dan pada anak dapat sampai 21 hari.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
7
BAB III
DIAGNOSIS
A. Definisi Kasus
Dalam mendiagnosis kasus flu burung ada 4 kriteria yang
ditetapkan yaitu :
• Kasus dalam Investigasi
• Kasus Suspek
• Kasus Probabel
• Kasus Konfirm
1. Kasus dalam investigasi
Seseorang yang telah diputuskan oleh dokter setempat untuk
diinvestigasi terkait kemungkinan infeksi H5N1.
Kegiatan yang dilakukan berupa surveilans semua kasus ILI
dan Pneumonia di rumah sakit serta mereka yang kontak
dengan pasien flu burung di rumah sakit.
2. Kasus Suspek H5N1
Seseorang yang menderita demam dengan suhu > 38o C
disertai satu atau lebih gejala di bawah ini :
o batuk
o sakit tenggorokan
o pilek
o sesak napas
DAN DISERTAI
Satu atau lebih dari pajanan di bawah ini dalam 7 hari sebelum
mulainya gejala :
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
8
- Kontak erat (dalam jarak 1 meter), seperti merawat,
berbicara atau bersentuhan dengan pasien suspek, probabel
atau kasus H5N1 yang sudah konfirmasi.
- Terpajan (misalnya memegang, menyembelih, mencabuti
bulu, memotong, mempersiapkan untuk konsumsi) dengan
ternak ayam, unggas liar, bangkai unggas atau terhadap
lingkungan yang tercemar oleh kotoran unggas itu dalam
wilayah di mana infeksi dengan H5N1 pada hewan atau
manusia telah dicurigai atau dikonfirmasi dalam bulan
terakhir.
- Mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang tidak
dimasak dengan sempurna di wilayah yang dicurigai atau
dipastikan terdapat hewan atau manusia yang terinfeksi
H5N1 dalam satu bulan terakhir.
- Kontak erat dengan binatang lain (selain ternak unggas atau
unggas liar), misalnya kucing atau babi yang telah
dikonfirmasi terinfeksi H5N1.
- Memegang/ menangani sampel (hewan atau manusia) yang
dicurigai mengandung virus H5N1 dalam suatu laboratorium
atau tempat lainnya.
- ditemukan leukopeni (nilai hitung leukosit di bawah nilai
normal).
- ditemukan adanya titer antibodi terhadap H5 dengan
pemeriksaan uji HI menggunakan eritrosit kuda atau uji
ELISA untuk influenza A tanpa subtipe.
- foto toraks menggambarkan pneumonia yang cepat
memburuk pada serial foto.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
9
3. Kasus Probabel H5N1
Kriteria kasus suspek ditambah dengan satu atau lebih
keadaan di bawah ini :
a. ditemukan kenaikan titer antibodi terhadap H5, minimum 4
kali, dengan pemeriksaan uji HI menggunakan eritrosit kuda
atau uji ELISA.
b. hasil laboratorium terbatas untuk Influenza H5
(terdeteksinya antibodi spesifik H5 dalam spesimen serum
tunggal) menggunakan uji netralisasi (dikirim ke
Laboratorium Rujukan).
Atau
Seseorang yang meninggal karena suatu penyakit saluran
napas akut yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya yang
secara epidemiologis berkaitan dengan aspek waktu, tempat
dan pajanan terhadap suatu kasus probabel atau suatu kasus
H5N1 yang terkonfirmasi.
4. Kasus H5N1 terkonfirmasi
Seseorang yang memenuhi kriteria kasus suspek atau
probabel
DAN DISERTAI
Satu dari hasil positif berikut ini yang dilaksanakan dalam
suatu laboratorium influenza nasional, regional atau
internasional yang hasil pemeriksaan H5N1-nya diterima oleh
WHO sebagai konfirmasi :
a. Isolasi virus H5N1
b. Hasil PCR H5N1 positif
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
10
c. Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk
H5N1 dari spesimen konvalesen dibandingkan dengan
spesimen akut (diambil <7 hari setelah awitan gejala
penyakit), dan titer antibodi netralisasi konvalesen harus
pula >1/80.
d. Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada spesimen
serum yang diambil pada hari ke >14 setelah awitan (onset
penyakit) disertai hasil positif uji serologi lain, misalnya
titer HI sel darah merah kuda >1/160 atau western blot
spesifik H5 positif.
B. LANGKAH DIAGNOSTIK
1. Gejala Klinis
Pada umumnya gejala klinis flu burung yang sering ditemukan
adalah demam > 380 C, batuk dan nyeri tenggorok. Gejala lain
yang dapat ditemukan adalah pilek, sakit kepala, nyeri otot,
infeksi selaput mata, diare atau gangguan saluran cerna. Bila
ditemukan gejala sesak menandai terdapat kelainan saluran napas
bawah yang memungkinkan terjadi perburukan. Jika telah
terdapat kelainan saluran napas bawah akan ditemukan ronki di
paru dan bila semakin berat frekuensi pernapasan akan semakin
cepat.
2. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas
dianjurkan untuk sesegera mungkin dilakukan pengambilan
sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin (Hb, Leukosit,
Trombosit, Hitung Jenis Leukosit), spesimen serum, aspirasi
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
11
nasofaringeal, apus hidung dan tenggorok untuk konfirmasi
diagnostik.
Diagnosis flu burung dibuktikan dengan :
1. Uji RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain
Reaction) untuk H5.
2. Biakan dan identifikasi virus Influenza A subtipe H5N1.
3. Uji Serologi :
3.1.Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk
H5N1 dari spesimen konvalesen dibandingkan dengan
spesimen akut ( diambil <7 hari setelah awitan gejala
penyakit), dan titer antibodi netralisasi konvalesen
harus pula >1/80.
3.2.Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada
spesimen serum yang diambil pada hari ke >14 setelah
awitan (onset penyakit) disertai hasil positif uji serologi
lain, misalnya titer HI sel darah merah kuda >1/160
atau western blot spesifik H5 positif.
Pemeriksaan lain dilakukan untuk tujuan mengarahkan
diagnostik ke arah kemungkinan flu burung dan menentukan
berat ringannya derajat penyakit . Pemeriksaan yang dilakukan
adalah :
Pemeriksaan Hematologi :
Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit
total. Umumnya ditemukan leukopeni, limfositopeni dan
trombositopeni.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
12
Pemeriksaan Kimia darah :
Albumin, Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin
Kinase, Analisis Gas Darah. Umumnya dijumpai penurunan
albumin, peningkatan SGOT dan SGPT, peningkatan ureum dan
kreatinin, peningkatan Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah
dapat normal atau abnormal. Kelainan laboratorium sesuai
dengan perjalanan penyakit dan komplikasi yang ditemukan.
b. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan foto toraks PA dan Lateral harus dilakukan pada
setiap tersangka flu burung. Gambaran infiltrat di paru
menunjukkan bahwa kasus ini adalah pneumonia.
Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan CT Scan
untuk kasus dengan gejala klinik flu burung tetapi hasil foto
toraks normal sebagai langkah diagnostik dini.
c. Pemeriksaan Post Mortem
Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung
tertegakkan, dianjurkan untuk mengambil sediaan post-
mortem dengan jalan biopsi pada mayat (necropsi), spesimen
dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi dan PCR.
3. Derajat Penyakit
Pasien yang telah dikonfirmasi sebagai kasus flu burung dapat
dikategorikan menjadi :
Derajat 1 : Pasien tanpa pneumonia
Derajat 2 : Pasien dengan pneumonia ringan tanpa gagal
napas
Derajat 3 : pasien dengan pneumonia berat dan gagal
napas
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
13
Derajat 4 : Pasien dengan pneumonia berat dan ARDS atau
dengan kegagalan organ ganda (multiple organ
failure).
4. Diagnosis Banding
Diagnosis banding disesuaikan dengan tanda dan gejala yang
ditemukan. Penyakit dengan gejala hampir serupa yang sering
ditemukan antara lain:
- Demam Dengue
- Infeksi paru yang disebabkan oleh virus lain, bakteri atau
jamur
- Demam Typhoid
- HIV dengan infeksi sekunder
- Tuberkulosis Paru
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk
menyingkirkan diagnosis banding tergantung indikasi, antara lain:
- Dengue blot : IgM, IgG untuk menyingkirkan diagnosis
demam dengue
- Biakan sputum dahak, darah dan urin.
- Biakan Salmonella, uji Widal untuk menyingkirkan diagnosis
demam tifoid.
- Pemeriksaan anti HIV .
- Pemeriksaan dahak mikroskopik Basil Tahan Asam (BTA)
dan biakan mikobakterium, untuk menyingkirkan TB Paru.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
14
BAB IV
TATALAKSANA MEDIK
Pada dasarnya penatalaksanaan flu burung (AI) sama dengan influenza
yang disebabkan oleh virus yang patogen pada manusia.
A. Penatalaksanaan Umum
1. Pelayanan di Fasilitas Kesehatan non Rujukan Flu Burung
• Pasien suspek flu burung langsung diberikan Oseltamivir 2 x 75
mg (jika anak, sesuai dengan berat badan) lalu dirujuk ke RS
rujukan flu burung.
• Untuk puskesmas yang terpencil pasien diberi pengobatan
oseltamivir sesuai skoring di bawah ini, sementara pada
puskesmas yang tidak terpencil pasien langsung dirujuk ke RS
rujukan. Kriteria pemberian oseltamivir dengan sistem skoring,
dimodifikasi dari hasil pertemuan workshop “Case
Management” & pengembangan laboratorium regional Avian
Influenza, Bandung 20 – 23 April 2006
Skor
Gejala 1 2
Demam < 38ºC > 38ºC RR N > N Ronki Tdk ada Ada Leukopeni Tdk ada Ada Kontak Tdk ada Ada
Jumlah
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
15
Skor :
6 – 7 = evaluasi ketat, apabila meningkat (>7) diberikan
oseltamivir
> 7 = diberi oseltamivir.
Batasan Frekuensi Napas :
< 2bl = > 60x/menit
2bl - <12 bl = > 50x/menit
>1 th - <5 th = > 40x/menit
5 th - 12 th = > 30x/menit
>13 = > 20x/menit
Pada fasilitas yang tidak ada pemeriksaan leukosit maka pasien
dianggap sebagai leukopeni (skor = 2)
• Pasien ditangani sesuai dengan kewaspadaan standar
2. Pelayanan di Rumah Sakit Rujukan
Pasien Suspek H5N1, Probabel, dan Konfirmasi dirawat di Ruang
Isolasi.
• Petugas triase memakai APD, kemudian segera mengirim pasien
ke ruang pemeriksaan.
• Petugas yang masuk ke ruang pemeriksaan tetap mengunakan
APD dan melakukan kewaspadaan standar.
• Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik.
• Pemeriksaan laboratorium sesuai dengan bab III.B.2.a, dan foto
toraks. Setelah pemeriksaan awal, pemeriksaan rutin
(hematologi dan kimia) diulang setiap hari sedangkan HI diulang
pada hari kelima dan pada waktu pasien pulang. Pemeriksaan
PCR dilakukan pada hari pertama, kedua, dan ketiga perawatan.
Pemeriksaan serologi dilakukan pada hari pertama dan diulang
setiap lima hari.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
16
• Penatalaksanaan di ruang rawat inap
Klinis
1. Perhatikan :
- Keadaan umum
- Kesadaran
- Tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi napas, suhu).
- Bila fasilitas tersedia, pantau saturasi oksigen dengan
alat pulse oxymetry.
2. Terapi suportif : terapi oksigen, terapi cairan, dll.
B. Profilaksis Menggunakan Oseltamivir
Perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya penularan dari manusia ke
manusia, namun penggunaan profilaksis oseltamivir sebelum
terpajan tidak dianjurkan. Rekomendasi saat ini oseltamivir diberikan
pada petugas yang terpajan pada pasien yang terkonfirmasi dengan
jarak < 1 m tanpa menggunakan APD. Bagi mereka yang terpajan
lebih 7 hari yang lalu, profilaksis tidak dianjurkan.
Kelompok risiko tinggi untuk mendapat profilaksis adalah
• Petugas kesehatan yang kontak erat dengan pasien suspek atau
konfirmasi H5N1 misalnya pada saat intubasi atau melakukan
suction trakea, memberikan obat dengan menggunakan
nebulisasi, atau menangani cairan tubuh tanpa APD yang
memadai. Termasuk juga petugas lab yang tidak menggunakan
APD dalam menangani sampel yang mengandung virus H5N1.
• Anggota keluarga yang kontak erat dengan pasien konfirmasi
terinfeksi H5N1. Dasar pemikirannya adalah kemungkinan mereka
juga terpajan terhadap lingkungan atau unggas yang menularkan
penyakit.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
17
C. Antiviral
1. Pengobatan
Antiviral diberikan secepat mungkin (48 jam pertama) :
• Dewasa atau anak ≥ 13 tahun Oseltamivir 2x75 mg per hari
selama 5 hari.
• Anak > 1 tahun dosis oseltamivir 2 mg/kgBB, 2 kali sehari
selama 5 hari.
• Dosis oseltamivir dapat diberikan sesuai dengan berat badan
sbb :
> 40 kg : 75 mg 2x/hari
> 23 – 40 kg : 60 mg 2x/hari
> 15 – 23 kg : 45 mg 2x/hari
≤ 15 kg : 30 mg 2x/hari
• Pada percobaan binatang tidak ditemukan efek teratogenik dan
gangguan fertilitas pada penggunaan oseltamivir. Saat ini
belum tersedia data lengkap mengenai kemungkinan terjadi
malformasi atau kematian janin pada ibu yang mengkonsumsi
oseltamivir. Karena itu penggunaan oseltamivir pada wanita
hamil hanya dapat diberikan bila potensi manfaat lebih besar
dari potensi risiko pada janin.
2. Profilaksis
Profilaksis 1x75 mg diberikan pada kelompok risiko tinggi
terpajan sampai 7-10 hari dari pajanan terakhir. Penggunaan
profilaksis jangka panjang dapat diberikan maksimal hingga 6-8
minggu sesuai dengan profilaksis pada influenza musiman.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
18
D. Pengobatan lain
• Antibiotik spektrum luas yang mencakup kuman tipikal dan
atipikal (lihat lampiran 2 petunjuk penggunaan antibiotik).
• Metilprednisolon 1-2 mg/kgBB IV diberikan pada pneumonia
berat, ARDS atau pada syok sepsis yang tidak respons terhadap
obat-obat vasopresor.
• Terapi lain seperti terapi simptomatik, vitamin, dan makanan
bergizi.
• Rawat di ICU sesuai indikasi.
E. Perawatan Intensif
Kriteria pneumonia berat; jika dijumpai salah satu di bawah ini :
1. Frekuensi napas > 30 menit.
2. PaO2/FiO2 < 300.
3. Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
4. Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus
5. Tekanan sistolik < 90 mmHg
6. Tekanan diastolik < 60 mmHg
7. Membutuhkan ventilasi mekanik
8. Infiltrat bertambah > 50%
9. Membutuhkan vasopresor > 4 jam (septik syok)
10. Serum kreatinin ≥ 2 mg/dl.
Kriteria perawatan di ruang rawat intensif. ( ICU )
a. Gagal Napas
Kalau terjadi gangguan ventilasi dan perfusi, jika pada
pemeriksaan AGD ( Analisis Gas Darah ) ditemukan :
- PaCO2 > 60 torr
- Ratio Pa O2/Fi O2 :
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
19
< 200 untuk ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome)
< 300 untuk ALI (Acute Lung Injury)
- Frekuensi napas > 30 X menit
b. Syok (dapat hipovolemik, distributif, kardiogenik ataupun
obstruktif )
Tekanan darah sistolik < 90 mmHg (dewasa) atau untuk anak
Tekanan Arteri Rata-rata (TAR) < 50 mmHg, yang telah
dilakukan resusitasi cairan dan membutuhkan inotropik/
vasopresor > 4 jam.
Sebaiknya dengan menggunakan kateter vena sentral.
c. a + b memerlukan bantuan ventilator mekanik.
d. Jika memakai ventilator mekanik, maka dianjurkan dengan
menggunakan respirator dengan pressure cycle, dengan
pengaturan awal :
Mode : Pressure Control Ventilation
Volume Tidal : 6 – 8 cc / kg Berat Badan
PEEP > 5 Cm H20
Frekuensi Napas : 12 X /menit
Fi O2 : 1.0 (100 %)
P insp (Tekanan Inspirasi) : Mulai dari 10 Cm H20
Mutlak dilakukan pemeriksaan AGD 30 menit setelah setting
awal.
Sasaran yang ingin dicapai adalah mempertahankan PaO2 di
atas 100 torr dan Sat O2 diatas 95% dengan FiO2 dibawah
60%.
e. Dapat juga digunakan NIPPV (Non Invasive Positive Pressure
Ventilation), pada pasien dengan kesadaran compos mentis.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
20
f. Dapat disapih dari respirator kalau:
1. Keadaan Umum pasien sudah membaik, kesadaran membaik
tanpa sedasi.
2. Nutrisi adekuat dengan status cairan adekuat.
3. Bebas infeksi.
4. Hemodinamik stabil tanpa inotropik atau vasopressor.
5. Status asam basa dan elektrolit stabil.
6. Tidak ada bronkospasme.
7. Oksigenasi baik dengan FiO2< 0.5 dengan PEEP < 5 CmH2O
8. Weaning Parameter :
- Frekuensi Pernapasan/Vt < 100.
- Frekuensi Pernapasan : 30 X/menit.
- Vt : 6 – 8 CC/kgbb.
Indikasi keluar dari ICU.
Setelah 24 jam setelah pasien disapih dan diekstubasi tanpa adanya
kelainan baru maka pasien dapat dipindahkan ke ruangan.
F. Kriteria pindah rawat dari ruang isolasi ke ruang perawatan
biasa :
- Terbukti bukan kasus flu burung.
- Untuk kasus PCR positif dipindahkan setelah PCR negatif.
- Setelah tidak demam 7 hari.
- Pertimbangan lain dari dokter.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
21
G. Kriteria kasus yang dipulangkan dari perawatan biasa :
- Tidak panas 7 hari dan hasil laboratorium dan radiologi
menunjukkan perbaikan.
- Pada anak ≤ 12 tahun dengan PCR positif, 21 hari setelah
awitan (onset) penyakit.
- Jika kedua syarat tak dapat dipenuhi maka dilakukan
pertimbangan klinik oleh tim dokter yang merawat.
H. Perawatan Tindak Lanjut
- Pasien yang sudah pulang ke rumah diwajibkan kontrol di
poliklinik Paru / Penyakit Dalam / Anak RS terdekat.
- Kontrol dilakukan satu minggu setelah pulang yaitu foto toraks
dan laboratorium dan uji lain yang ketika pulang masih
abnormal.
Jika muncul kembali gejala dan tanda flu burung
Segera ke Rumah Sakit
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
22
BAB V
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan keperawatan pasien flu burung (AI) pada dasarnya
sama dengan penatalaksanaan keperawatan pasien pneumonia. Di
dalam buku ini difokuskan pada asuhan keperawatan pasien flu burung
tanpa alat bantu pernapasan yang dirawat di ruang isolasi dan pasien
flu burung dengan alat bantu pernapasan yang dirawat di ruang ICU.
Asuhan keperawatan dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan
mulai dari pengkajian sampai evaluasi dilengkapi dengan rencana
pasien pulang (discharge planning). Diagnosa keperawatan yang
mungkin timbul pada pasien flu burung antara lain pola napas tidak
efektif, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, cairan dan elektrolit,
gangguan Activity Daily Living (ADL) dan komunikasi verbal, resiko
penyebaran infeksi dan cemas. Rencana tindakan keperawatan yang
dilakukan berdasarkan masalah/diagnosis keperawatan yang ditegakkan
antara lain manajemen cairan, manajemen asam basa, dan manajemen
ventilasi mekanik dengan menerapkan prinsip pencegahan dan
pengendalian infeksi (terlampir). Evaluasi dlakukan untuk menilai
keberhasilan tindakan keperawatan pada pasien flu burung.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
(meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, jenis
kelamin dan penanggung jawab).
2. Riwayat kesehatan sekarang
- Demam : Ya Tidak
- Sesak napas : Ya Tidak
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
23
- Batuk : Ya Tidak
- Pilek : Ya Tidak
- Sakit tenggorokan : Ya Tidak
- Diare : Ya Tidak
3. Riwayat kesehatan masa lalu
- Riwayat pernah sakit paru : Ada Tidak
- Riwayat sakit lain : Ada Tidak
4. Riwayat kesehatan keluarga
- Riwayat sakit turunan : Ada Tidak
- Riwayat sakit yang sama dengan
pasien
:
Ada
Tidak
- Riwayat sakit paru dalam keluarga : Ada Tidak
- Genogram
5. Riwayat perjalanan
Dalam waktu 7 hari sebelum timbulnya gejala :
- Melakukan kunjungan ke daerah
atau bertempat tinggal di wilayah
yang terjangkit flu burung
:
Ya
Tidak
- Mengkonsumsi unggas sakit : Ya Tidak
- Kontak dengan unggas / orang yang
positif flu burung
:
Ya
Tidak
6. Kondisi lingkungan rumah
- Dekat dengan pemeliharaan unggas : Ya Tidak
- Memelihara unggas : Ya Tidak
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
24
7. Kebiasaan sehari-hari (aktivitas)
- Waktu bekerja :
- Jenis pekerjaan :
- Kebersihan diri (kebiasaan mencuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan kegiatan)
8. Pemeriksaan fisik
a. Status neurologi
- Tingkat kesadaran :
CM Somnolent Apatis Sopor
- Glasgow Coma Scale (GCS):
Eye :…….. Motorik :……….. Verbal :……….
b. Status respirasi
- Jalan Napas
Bersih Ada Sumbatan
- Pernapasan
Sesak Tidak Sesak
- Frekuensi Pernapasan : ...... x /menit
- Irama Napas
Teratur Tidak Teratur
- Jenis Pernapasan
Spontan Kusmaul Cheynestokes
- Batuk
Ya Tidak
- Sputum
Ya Tidak Warna
- Konsistensi
Kental Encer
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
25
- Suara Napas
Vesikuler Ronki Wheezing Rales
- Palpasi Dada : ..................
- Perkusi Dada : .................
- Nyeri saat bernapas
Ya Tidak
- Menggunakan alat bantu pernapasan
Ya Tidak
c. Status kardiovaskuler
- Nadi : …..x/menit
▪ Irama : Teratur Tidak teratur
▪ Denyut : Teratur Tidak teratur
- Tekanan darah :……………….. mmHg
- Distensi vena jugularis :
▪ Kanan : Ya Tidak
▪ Kiri : Ya Tidak
- Warna kulit :
Pucat Cyanosis Kemerahan
- Pengisian kapiler : ……/detik
- Edema :
Ya Tidak
- Kelainan bunyi jantung :
Murmur Gallop
- Sakit dada :
Ya Tidak
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
26
d. Gastrointestinal
- Keadaan mulut
• Gigi : Caries Tidak
• Stomatitis : Ya Tidak
• Lidah kotor : Ya Tidak
• Saliva : Normal Abnormal
- Muntah : Ya Tidak
- Nyeri daerah perut : Ya Tidak
- Bising Usus : …....x/menit
- Diare : Ya Tidak
- Konstipasi : Ya Tidak
e. Ekstremitas
- Kesulitan dalam pergerakan :
Ya Tidak
- Keadaan tonus otot :
Baik Hipotoni Hypertoni Atoni
- Kekuatan otot :
f. Pemeriksaan penunjang
- Laboratorium meliputi darah lengkap, AGD, kimia darah,
serologi, PCR, Widal, IgM, IgG, mikrobiologi, pemeriksaan
anti HIV, kultur, BTA.
- Radiologi meliputi foto toraks dan CT-Scan
g. Terapi pengobatan
(Terapi yang diberikan merupakan hasil kolaborasi dengan
dokter)
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
27
9. Riwayat psikososial dan spiritual
- Dampak penyakit pasien terhadap keluarga
- Persepsi terhadap penyakit
- Masalah yang mempengaruhi pasien
- Mekanisme koping
- Sistem nilai kepercayaan
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Diagnosis keperawatan yang mungkin timbul pada pasien flu
burung tanpa ABN yang dirawat di ruang isolasi:
- Bersihan jalan napas tidak efektif
- Gangguan pertukaran gas
- Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh
- Resiko tinggi penularan infeksi
- Intoleransi aktifitas
- Nyeri
- Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Ansietas
2. Diagnosis keperawatan yang mungkin timbul pada pasien flu
burung dengan ABN ventilator yang dirawat di ruang ICU:
- Pola nafas tidak efektif
- Jalan nafas tidak efektif
- Penurunan cardiac output
- Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
- Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Gangguan pemenuhan ADL
- Gangguan komunikasi verbal
- Resiko tinggi penyebaran infeksi
- Cemas
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
28
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN FLU BURUNG TANPA VENTILATOR
No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi keperawatan Rasional 1
Bersihan jalan napas tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum, penurun-an energi, kelemahan DS : DO : o Ronki o Mengi o Jalan napas terdapat
sekret o Bunyi napas tidak normal
: ….. o Frekuensi napas :
…x/menit
Jalan napas kembali efektif dengan kriteria hasil : o Frekuensi napas dalam batas
normal (16–20 x/mnt) o Bunyi napas vesikuler o Bernapas tidak menggunakan
alat bantu napas o Tidak ada dispnea dan
sianosis
• Kaji frekuensi / kedalaman pernapasan & gerakan dada
• Auskultasi area paru, catat
adanya ronki, mengi, dan krekels.
• Observasi & catat batuk
yang berlebihan, peningkatan frekusensi napas, sekret yang berlebihan.
• Penghisapan sesuai dengan indikasi
• Berikan cairan sedikitnya
2500 ml/ hari • Bantu mengawasi efek
penggunaan nebulizer. • Berikan obat sesuai indikasi: Mukolitik, ekspektoran,
bronkodilator, analgesik.
• Takipnea, pernapasan dangkal dan gerakan dada tidak simetris karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada.
• Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan
• Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan napas secara alami
• Merangsang batuk atau
pembersihan secara alami
• Cairan yang hangat memobilisasi dan mengeluarkan sekret
• Memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret
• Obat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret
2 Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar, gangguan kapasi-tas pembawa O2 darah, gangguan pengiriman O2
Menunjukkan perbaikan ventilasi dengan kriteria hasil : o Oksigenasi jaringan dengan
AGD dalam rentang normal o Tak ada distress pernafasan
• Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernapas
• Manifestasi distress pernapasan tergantung pada derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
29
• Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku, catat adanya sianosis
• Awasi suhu tubuh, bantu
tindakan kenyamanan untuk menurunkan demam
• Observasi penyimpangan
kondisi, catat hipotensi, banyaknya jumlah sputum, perubahan tingkat ke- sadaran.
• Berikan terapi O2 dengan benar
• Awasi AGD dan Saturasi Oksigen dengan pulse oksimeter
• Sianosis kuku menunjuk-kan vasokonstriksi, sianosis membran mukosa menunjukkan hipoksemia sistemik
• Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan O2
• Syok dan edema paru adalah penyebab umum kematian pada pneumonia
• Mempertahankan PaO2
diatas 60 mmHg • Mengevaluasi proses
penyakit dan memu- dahkan terapi paru
3 Resiko tinggi penularan infeksi b.d proses penyakit
Pencegahan penularan infeksi dengan kriteria hasil : o Tidak terdapat tanda – tanda
penularan infeksi dari pasien ke pasien lain, keluarga dan petugas kesehatan.
o Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi
• Pantau ketat tanda-tanda vital, khususnya pada awal terapi
• Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran sputum dan melaporkan perubahan warna, jumlah dan bau sputum
• Cegah penyebaran infeksi dari pasien lain, keluarga dan petugas kesehatan dengan mencuci tangan secara konsisten sebelum dan sesudah kontak dengan pasien serta menggunakan APD
• Selama periode waktu ini potensial komplikasi fatal dapat terjadi
• Perubahan karakteristik sputum menunjukan perbaikan pneumonia atau terjadinya infeksi skunder
• Organisme yang mudah menular dapat ditularkan melalui kontak langsung. Teknik mencuci tangan penting dalam mengurangi transian lapisan luar kulit dan menurunkan penyebaran / tambahan infeksi
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
30
• Kolaborasi pemberian anti mikrobakterial
• Obat ini digunakan untuk membunuh kebanyakan mikrobial pneumonia
4 Intoleran aktifitas b.d kelemahan, ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan O2
Peningkatan aktifitas dengan kriteria hasil: o Menunjukan peningkatan
toleransi terhadap aktivitas o Tanda vital dalam rentang
normal
• Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas, catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan
• Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi
• Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat/ tidur
• Bantu perawatan diri yang
tidak dapat dilakukan pasien
• Menetapkan kemampuan / kebutuhan pasien
• Menurunkan stress dan
rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat
• Tirah baring dipertahan
kan untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan
• Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan O2
5 Nyeri b.d inflamasi parenkim paru, batuk menetap
Nyeri terkontrol dengan kriteria hasil: o Menyatakan nyeri hilang atau
terkontrol o Menunjukan rileks, peningkat-
an aktifitas dengan tepat
• Tentukan karakteristik nyeri misalnya tajam, konstan, ditusuk. Selidiki perubahan karakter/ lokasi / intensitas nyeri
• Pantau tanda-tanda vital • Kolaborasi pemberian
analgesik dan antitusif
• Nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat pada pneumonia
• Perubahan frekuensi
jantung/TD menunjukan bahwa pasien mengalami nyeri
• Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk nonproduktif atau menurunkan mukosa berlebihan, meningkat-kan kenyamanan
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
31
6 Gangguan pemenuhan kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan kebutuhan metabolik sekunder, anoreksia, distensi abdomen
Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi selama perawatan dengan kriteria hasil: o Menunjukan peningkatan berat
badan o Menunjukan peningkatan nafsu
makan o Makan habis 1 porsi o Tidak ada mual muntah
• Auskultasi bising usus • Berikan makanan porsi kecil
dengan frekuensi sering • Sajikan makanan dalam
keadaan hangat • Berikan perawatan mulut • Timbang berat badan setiap
hari
• Bising usus mungkin menurun bila proses infeksi berat
• Meningkatkan masukan meskipun nafsu makan lambat untuk kembali
• Mengurangi rasa mual • Menghilang rasa tidak
enak dan bau mulut • Mengetahui
perkembanganm status nutrisi
7 Resiko tinggi kekurangan volume cairan berlebihan b.d kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringat banyak, muntah, hiperventilasi)
Kebutuhan volume cairan tubuh terpenuhi dengan kriteria hasil: o Membran mukosa lembab o Turgor kulit baik o Pengisian kapiler kurang dari 3
detik o Tanda-tanda vital stabil
• Kaji tanda-tanda vital setiap 4 jam
• Kaji turgor kulit,
kelembaban membran mukosa (bibir dan lidah)
• Kaji adanya mual/muntah • Tingkatkan pemasukan
cairan minimal 2500 ml/ sesuai kondisi pasien
• Pantau intake dan output cairan
• Peningkatan suhu atau demam meningkatkan laju metabolik melalui evaporasi
• Merupakan indikator langsung keadekuatan volume cairan
• Adanya gejala ini menurunkan masukan oral
• Menurunkan resiko dehidrasi
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
32
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN FLU BURUNG DENGAN VENTILATOR
No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi keperawatan Rasional 1
Pola napas tidak efektif b.d fatique, perubahan ratio O2/CO2 ditandai dengan : DS : - DO : - Pola napas
menggunakan ventilator dengan mode Pressure Control, PEEP > 5 Cm H2O
- Hasil foto toraks : pneumonia (perburukan)
Pertahankan pola napas yang efektif melalui ventilator dapat dicapai dengan kriteria : - Peningkatan kerja
pernapasan tidak ada - Tidak ada penggunaan otot
bantu pernapasan/retraksi - Tidak ada sianosis - Analisis Gas Darah :
pH : 7.35 – 7.45 PaCO2 : 35 – 45 mmhg PaO2 : 80 – 95 mmhg Sat O2 : 95 – 100 % BE : -2.5 –2.5
- Nadi normal sesuai umur - TD : 90/60 – 120/90
• Kaji ulang penyebab gagal napas
• Observasi pola napas atau
monitor usaha napas pasien dan bandingkan dengan data pada “patient display”
• Auskultasi secara periodik
kualitas bunyi napas dan inspeksi simetrisitas gerakan dada
• Pastikan bahwa pernapasan sesuai dengan ventilator atau ada perlawanan (fighting)
• Pemahaman penyebab masalah pernapasan penting untuk menentukan kebutuhan ventilasi dan tipe paling tepat dukungan ventilator
• Pasien dengan ventilator dapat mengalami hiperventilasi sebagai upaya memperbaiki status oksigenasi
• Memberikan informasi
mengenai distribusi volume ke paru kanan kiri baik/tidak, dan evaluasi makin berat
• Perubahan simetrisitas menunjukan tidak tepatnya posisi ETT atau terjadinya barotrauma
• Penyesuaian dibutuhkan pada Volume Tidal, frekuensi pernapasan atau apakah pasien memerlukan obat sedasi untuk mensinkronkan dengan program ventilator jika pasien mengalami “fighting”
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
33
• Isi balon trakea/endotrakea sesuai kebutuhan sehingga tidak bocor
• Cek sirkuit/selang ventilator
terhadap obstruksi (terlipat atau ada akumulasi air). Bebaskan bila ada yang terlipat atau air pada sirkuit
• Siapkan alat-alat resusitasi
dekat dengan tempat tidur pasien dan lakukan ventilasi manual bila diperlukan
Kolaborasi • Kaji seting ventilator dan
sesuaikan dengan pola ventilator sesuai kondisi pasien
• Observasi konsentrasi O2
(FiO2) yang diberikan
• Balon pipa trakea diisi sesuai kebutuhan agar volume tidak masuk sesuai dengan yang diset/program
• Lipatan pada selang / sirkuit ventilator men-cegah pengiriman volume dan meningkatkan tekanan jalan napas. Air mencegah distribusi gas dan media pertumbuhan bakteri
• Untuk memberikan ventilasi yang adekuat, bila ada masalah pasien atau masalah peralatan yang memerlukan ventilator dilepas untuk sementara
• Seting ventilator
mengacu pada pola yang ditentukan berdasar pada penyakit,kondisi pasien
• FiO2 disesuaikan untuk
mempertahankan saluran dan kadar O2 darah
2 Jalan napas tidak efektif b.d adanya benda asing pada jalan napas dan ketidakmampuan pasien untuk batuk efektif, ditandai dengan :
Jalan napas efektif dicapai dengan kriteria hasil : - Tak terlihat adanya sekret - Suara napas bersih - Peak Inspiratory Airway
Pressure (puncak tekanan
• Kaji kepatenan jalan napas
• Obstruksi dapat disebabkan oleh penumpukan sekret, sumbatan mukus, problem dari posisi ETT
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
34
DS : - DO : - Ronki +/+, mengi +/+ - Alarm ventilator berbunyi - Jalan napas terdapat
sekret (kental) - Hasil pemeriksaan AGD
tidak normal
jalan nafas > 40 cmH2O) - Sekret encer dan mudah di
suctioning (dihisap) - Pola napas sesuai program - Tanda-tanda vital :
Frekuensi napas normal sesuai umur Nadi 60-100 x/mnt TD 90/60-140/90 mmHg
AGD : PH : 7.35 – 7.45 PaCO2 : 35 – 45 mmhg PaO2 : 80 – 95 mmhg SatO2 : 95 – 100 % BE : -2.5 –2.5
• Evaluasi gerakan dada dan auskultasi bunyi napas
• Monitor tempat ETT, catat
tanda garis bibir bandingkan dengan tempat yang diinginkan, plester pipa dengan aman
• Catat batuk yang berlebihan,
peningkatan frekuensi napas, bunyi alarm/tekanan pada ABN, sekret yang terlihat pada ETT/banyak ronki
• Lakukan penghisapan jika
dibutuhkan, pilih kateter penghisap dengan ukuran 1/3 dari lumen ETT. (ingat 1x penghisapan tidak lebih dari 15 detik)
• Ajarkan teknik batuk efektif • Rubah posisi secara periodik
• Gerakan dada simetris dan napas terdengar pada seluruh lapang paru, menunjukkan posisi pipa sudah tepat. Obstruksi jalan napas bagian bawah (atelektasis/pneumonia) menyebabkan bunyi nafas ronki/mengi)
• Pipa dapat masuk ke bronkus kanan, sehingga terjadi obstruksi aliran udara ke paru kiri yang dapat menyebabkan tension pneumothoraks
• Pasien yang diintubasi mempunyai reflek batuk yang tidak efektif atau masalah neuro sensory yang menyebabkan ketidakmampuan pasien batuk. Pasien ini tergantung pada suction untuk mengeluarkan sekret
• Penghisapan sekresi sebaiknya tidak terlalu sering dilakukan dan lamanya tidak lebih dari 15 detik
• Meningkatkan keefektifan
usaha batuk • Meningkatkan drainase
sekret dan ventilasi
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
35
• Hidrasi cukup sesuai
kebutuhan Kolaborasi: • Lakukan chest fisioterapi • Pemberian obat
bronkodilator mukolitik • Tindakan bronchoscopy
untuk semua bagian paru dan penurunan resiko terjadinya atelektasis
• Membantu/menjamin sekret tetap encer oleh karena status cairan yang cukup
• Meningkatkan ventilasi pada semua segmen paru & membantu drainase sekret
• Oleh karena relaksasi otot polos bronkus dan encernya sekret
• Untuk mengeluarkan sekret dan sumbatan dengan langsung melihat lokasi di bagian paru sebelah mana
3 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit: Kurang dari kebutuhan tubuh b.d hipertermi DS : - DO : - Turgor kulit - Balance cairan - Capillary refill < 3 detik
Pasien dapat mencapai keseimbangan cairan yang adekuat Kriteria Hasil: Terhidrasi secara adekuat dibuktikan dengan TD, nadi, berat badan dan produksi urine dalam batas normal
• Pantau suhu, nadi, pernapasan pada interval teratur
• Catat perubahan turgor kulit,
hidrasi, membran mukosa dan karakter sekret.
• Ukur / hitung masukan,
pengeluaran dan ke-seimbangan cairan
• Berikan kompres hangat dan tepid sponging di tempat tidur
• Kekurangan cairan meningkatkan frekuensi jantung, menurunkan TD, dan mengurangi volume nadi.
• Kekurangan cairan juga dapat diidentifikasi dengan penurunan turgor kulit, membran mukosa kering, dan viskositas sekret kental.
• Memberikan informasi tentang status cairan umum.
• Membantu mengurangi demam dengan mekanisme evaporasi.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
36
Kolaborasi: • Pemberian cairan enteral
dan parenteral • Pemberian terapi antipiretik
• Mencegah terjadinya
dehidrasi yang akan meningkatkan suhu tubuh.
• Mengurangi demam dengan aksi sentral di hipotalamus.
4 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. Intake yang tidak adekuat, ditandai dengan DS : - DO : - BB :…kg, TB :…cm - Pasien terlihat kurus - Pasien terpasang NGT - Hasil pemeriksaan elektrilt tidak normal
Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi selama perawatan
Kriteria Hasil : - Menunjukkan peningkatan
berat badan mendekati normal - Menunjukkan perilaku /
perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan berat badan yang normal
• Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini mengevaluasi berat badan dan ukuran tubuh
• Auskultasi bising usus • Berikan makan cair sesuai
program • Hindari makanan yang
sangat panas dan sanngat dingin
• Untuk mengetahui status nutrisi, kebiasaan makan pasien sebelum sakit
• Penurunan bising usus
menunjukkan penurunan motilitas gaster dan konstipasi yang berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas dan hipoksemia
• Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
• Menghindari terjadinya iritasi dalam saluran pencernaan.
5 Gangguan pemenuhan ADL b.d. Kelemahan fisik, imobilisasi, ditandai dengan DS :- DO : - Pasien istirahat total - ADL pasien dibantu
sepenuhnya oleh perawat
Kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi
Kriteri Hasil :
Pasien bersih, terpenuhi kebutuhannya selama perawatan
• Bantu pasien setiap hari dalam hal personal hygiene
• Ubah posisi pasien tiap 3
jam
• Meningkatkan ke-nyamanan dan ke-bersihan diri pasien.
• Membantu meningkatkan sirkulasi peredaran darah dan mencegah terjadinya kontraktur pada muskuloskeletal.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
37
- Pasien tampak lemah • Lakukan ROM secara pasif apabila pasien di-knockdown
• Bantu ROM bila pasien telah sadar
• Pasang kasur dekubitus
• Mencegah terjadinya atropi otot.
• Melatih keseimbangan tubuh.
• Mencegah terjdinya dekubitus
6 Gangguan komunikasi verbal b.d. Adanya pemasangan ETT dan ventilasi mekanik, ditandai dengan : DS : - DO : - Pasien terpasang ETT dan
ventilasi mekanik - Pasien mendapat terapi
pengobatan relaksan
Kebutuhan komunikasi terpenuhi dengan kriteria hasil :
- Pasien dapat mengungkapkan keinginannya/keluhanya
- Hubungan terapeutik perawat-pasien, pasien-keluarga, dan tim kesehatan lain tetap terjaga
- Pasien kooperatif pada program pengobatan dan perawatan
• Kaji kemampuan komunikasi pasien untuk pola komunikasi pengganti
• Lakukan komunikasi yang mudah dimengerti, melalui bahasa isyarat dan tulisan
• Berikan bel yang dapat diraih dan pastikan pasien dapat menggunakannya
• Beri tanda bahwa pasien
mengalami gangguan verbal • Beri waktu pada keluarga
satu orang yang dekat dengan pasien dan ajarkan cara-cara berkomunikasi yang sudah dipahami pasien
• Ajar lebih tepat untuk komunikasi
• Melalui bahasa isyarat
dan tulisan pasien tetap dapat berkomunikasi
• Dengan semua sarana komunikasi yang jelas dan adanya komitmen perawat-pasien
• Agar semua tim yang bekerja siap membantu bila diperlukan
• Mempertahankan pola komunikasi keluarga pasien tetap harmonis
7 Resiko tinggi penyebaran infeksi b.d proses perjalanan penyakit
Pencegahan penularan infeksi Kriteria hasil: Tidak terdapat tanda-tanda infeksi nosokomial dan komplikasi proses penyakit.
• Cuci tangan secara konsisten dilakukan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
• Gunakan alat perlindungan diri/ APD sesuai prosedur.
• Ganti sirkuit ventilator setiap 48 jam.
• Keluarkan air dalam sirkuit tiap 3 jam.
• Teknik mencuci tangan penting dalam mengurangi transien lapisan luar kulit.
• Menghindari penyebaran infeksi
• Menghindari pertumbuh-an virus dalam sirkuit.
• Menghindari masuknya air dalam sirkuit ke paru melalui ETT.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
38
Kolaborasi : • Pemberian antibiotik • Pemeriksaan kultur darah,
sputum dan sputum
8 Cemas b.d. prosedur infasif yang dilakukan pada pasien. DS : - Keluarga menanyakan
tentang penyakit yang diderita pasien.
DO : - Keluarga bertanya
mengenai alat yang terpasang pada pasien.
- Keluarga pasien tampak cemas dan gelisah.
- Pasien terlihat gelisah
Program pengobatan dan keperawatan pasien efektif baik di RS dengan kriteria hasil :
Setelah diberikan penjelasan, demonstrasi, tanya jawab dan diskusi melalui beberapa kali pertemuan keluarga dan pasien dapat mengerti dan memahami manfaat alat yang terpasang pada pasien.
• Kontrak waktu dengan keluarga mengenai kapan dilaksanakan pendidikan kesehatan
• Gali sejauh mana
pemahaman, pengetahuan keluarga mengenai manfaat alat yang terpasang pada pasien.
• Beri pengertian kepada
pasien dan keluarga tentang manfaat pemasangan ETT.
• Dengan kontrak dan tujuan yang jelas serta kesepakatan pasien-perawat dalam kerjasama mencapai tujuan
• Dengan mengetahui sejauh mana pengetahu-an keluarga tentang alat yang terpasang pada pasien mengurangi kecemasan.
• Dengan mengetahui manfaat pemasangan ETT pasien dan keluarga tidak merasa cemas.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
39
C. PERENCANAAN PULANG (DISCHARGE PLANNING)
1. Jelaskan tentang perjalanan penyakit dan tanda-tanda terjangkit
flu burung serta cara pencegahannya.
2. Informasikan kepada pasien dan keluarga mengenai hasil akhir
dari pemeriksaan laboratorium dan foto toraks.
3. Informasikan mengenai cara pencegahan dan tempat yang
memiliki resiko tinggi untuk penyebaran flu burung.
4. Informasikan kepada pasien dan keluarga untuk kontrol 1(satu)
minggu setelah pulang atau datang setiap saat bila dirasa ada
keluhan.
5. Jelaskan kepada paien dan keluarga tentang tata cara minum
obat/terapi yang dibawa pulang.
6. Ajarkan teknik mencuci tangan yang baik dan benar.
7. Informasikan mengenai diet dan intake nutrisi sesuai kontra
indikasi.
8. Bekali pasien dengan surat keterangan yang memberitahukan
bahwa yang bersangkutan saat ini bukan pengidap /sembuh dari
penyakit flu burung.
D. EVALUASI
1. Jalan napas efektif dengan bunyi napas bersih.
2. Tidak menunjukan terjadinya perubahan pertukaran gas.
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal
4. Tidak menunjukan adanya gangguan nutrisi, cairan, dan
elektrolit
5. Aktivitas kembali normal
6. Tidak menunjukan kecemasan
7. Tidak terjadi penyebaran infeksi baik di dalam tubuh pasien
maupun orang lain
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
40
BAB VI
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
Flu burung berpotensi untuk berkembang menjadi pandemi, oleh karena
itu pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan hal yang sangat
penting dalam penanggulangan flu burung. Dalam buku ini akan
diuraikan tentang universal precautions secara umum, kemudian
penerapannya pada transportasi pasien, perawatan di ruang isolasi dan
ICU, hingga pemulasaraan jenazah.
A. Pengertian
Sesuai dengan rekomendasi WHO dan CDC tentang kewaspadaan
isolasi untuk pasien flu burung, kewaspadaan yang perlu dilakukan
meliputi:
1. Kewaspadaan standar
Perhatikan kebersihan tangan dengan mencuci tangan sebelum
dan sesudah kontak dengan pasien maupun alat-alat yang
terkontaminasi sekret pernapasan
2. Kewaspadaan kontak
Gunakan sarung tangan dan gaun pelindung selama kontak
dengan pasien
Gunakan peralatan terpisah untuk setiap pasien, seperti
stetoskop, termometer, tensimeter, dan lain-lain
3. Perlindungan mata
Gunakan kacamata pelindung atau pelindung muka, apabila
berada pada jarak 1 (satu) meter dari pasien.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
41
4. Kewaspadaan airborne
Tempatkan pasien di ruang isolasi airborne,
Gunakan masker N95 bila memasuki ruang isolasi.
B. Ruang perawatan isolasi
Untuk mencegah penyebaran virus flu burung di rumah sakit, semua
pasien flu burung mulai dari kasus suspek hingga kasus terkonfirmasi
harus dirawat di ruang isolasi dengan menerapkan isolasi ketat
(strict barrier).
Ruang Perawatan isolasi terdiri dari :
• Ruang ganti umum
• Ruang bersih dalam
• Stasi perawat
• Ruang rawat pasien
• Ruang dekontaminasi
• Kamar mandi petugas
Prinsip kewaspadaan airborne harus diterapkan di setiap ruang
perawatan isolasi yaitu:
• Ruang rawat harus dipantau agar tetap dalam tekanan negatif
dibanding tekanan di koridor.
• Pergantian sirkulasi udara 6-12 kali perjam
• Udara harus dibuang keluar, atau diresirkulasi dengan
menggunakan filter HEPA (High-Efficiency Particulate Air)
Setiap pasien harus dirawat di ruang rawat tersendiri. Pada saat
petugas atau orang lain berada di ruang rawat, pasien harus
memakai masker bedah (surgical mask) atau masker N95 (bila
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
42
mungkin). Ganti masker setiap 4-6 jam dan buang di tempat sampah
infeksius. Pasien tidak boleh membuang ludah atau dahak di lantai -
gunakan penampung dahak/ludah tertutup sekali pakai (disposable).
Setiap ruang isolasi harus dilengkapi dengan peralatan seperti yang
tercantum dalam lampiran 8.
C. Standar Penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD)
1. Mengenakan pakaian pelindung
a. Persiapan sarana
Baju operasi yang bersih, rapi (tidak robek) dan sesuai
ukuran badan.
Sepatu bot karet yang bersih, rapih (tidak robek) dan
sesuai ukuran kaki.
Sepasang sarung tangan DTT (Desinfeksi Tingkat Tinggi)
atau steril ukuran pergelangan dan sepasang sarung bersih
ukuran lengan yang sesuai dengan ukuran tangan.
Sebuah gaun luar dan apron DTT dan penutup kepala yang
bersih.
Masker N95 dan kaca mata pelindung
Lemari berkunci tempat menyimpan pakaian dan barang –
barang pribadi.
b. Langkah awal saat masuk ke ruang perawatan isolasi, masuk
kedalam ruang bersih luar. Lakukan hal sebagai berikut:
Lepaskan cincin, jam atau gelang
Lepaskan pakaian luar
Kenakan baju operasi sebagai lapisan pertama pakaian
pelindung.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
43
Lipat pakaian luar dan simpan dengan perhiasan dan
barang–barang pribadi lainnya di dalam lemari berkunci
yang telah disediakan.
c. Mencuci tangan
Lakukan cuci tangan pada tempat yang telah disediakan.
Buka kran dan pertahankan aliran air lurus dari mulut kran
Bungkukkan badan sedikit untuk menjauhi tubuh dari
percikan air.
Basahi kedua belah tangan seluruhnya sehingga batas siku.
Ambil sabun dan balik-balikan secukupnya dalam
genggaman kedua belah tangan (hindari aliran air).
Kembalikan sabun ketempatnya dengan berhati-hati
Buat busa secukupnya dari sabun yang melekat ditangan
yang basah.
Gosok dengan keras seluruh permukaan tangan dan jari-jari
kedua tangan sekurang-kurangnya 10-15 detik, ratakan ke
seluruh tangan dengan memperhatikan bagian di bawah
kuku dan di antara jari-jari.
Membilas kedua belah tangan di bawah air mengalir.
Mengeringkan tangan dengan kertas lap atau kain yang
telah disediakan dan gunakan lap untuk mematikan kran
(Awas, bagian tersentuh kran pada kain / kertas lap tidak
boleh tersentuh tangan yang sudah bersih) atau keringkan
tangan di bawah pengering udara (gunakan siku untuk
menyalakan atau mematikan tombol).
Buang kertas lap atau kain terpakai ke tempat yang telah
disediakan.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
44
LANGKAH-LANGKAH MENCUCI TANGAN
A B C
D E F
G
KETERANGAN A. Gosokkan kedua telapak tangan
B. Gosok punggung dan sela sela jari tangan kanan dengan tangan
kiri dan sebaliknya
C. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari tangan
D. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
E. Gosok ibu jari kanan berputar dalam genggaman tangan kiri dan
lakukan sebaliknya
F. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kiri di telapak
tangan kanan dan sebaliknya
G. Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan
kanan dan lakukan sebaliknya.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
45
d. Sebelum petugas masuk kedalam ruang perawatan pasien,
petugas harus memakai APD lengkap di ruang bersih dalam (ante
room). Langkah-langkah penggunaan APD
Kenakan sepasang sarung tangan sebatas pergelangan tangan.
Kenakan gaun luar / Jas operasi
Kenakan apron plastik (bila memakai jas operasi)
Kenakan sepasang sarung tangan sebatas lengan.
Kenakan Masker N 95.
Kenakan penutup kepala.
Kenakan kaca mata pelindung.
Kenakan kedua belah sepatu bot karet.
Peralatan tetap dipakai selama di ruang perawatan.
Siapkan peralatan cadangan di ruang bersih dalam seperti:
• Sarung tangan
• Apron plastik
• Masker
• Fasilitas cuci tangan
• Fasilitas menggantung jas operasi
e. Masuk langsung ke Ruang rawat kasus suspek / probabel /
konfirmasi.
Pedo
CON
Cata
•
•
•
•
oman Pena
NTOH DA
atan :
Ikuti p
Untuk v
Apabila
dimana
Kacam
renang
talaksanaa
N CARA P
rosedur p
virus flu
a baju
a bagian
ata pelin
g.
an Flu Bur
PEMAKAI
pemakaia
burung g
pelindun
dalam m
ndung d
ung di Rum
IAN ALAT
an APD d
gunakan
ng tidak
menjadi ba
apat dig
mah Sakit
T PELIND
dengan b
masker N
ada, g
agian lua
gantikan
DUNG DIR
enar.
N95.
unakan
ar.
dengan
RI (APD)
jas huj
kacama
46
an
ata
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
47
2. Melepaskan Alat Pelindung Diri
Bahan Dekontaminasi Pembersihan Desinfeksi
Tingkat Tinggi
Sterilisasi
Kaca mata pelindung dan penutup wajah.
Lap dengan larutan klorin 0,5 % setelah setiap prosedur.
Cuci dengan detergen dan air. Bilas dengan air bersih, keringkan di udara atau handuk, setelah setiap prosedur.
Tidak perlu Tidak perlu
Linen (kap, masker, baju cuci, gaun penutup)
Tidak perlu. (Staf binatu harus memakai gaun, sarung tangan, sepatu tertutup, dan alat pelindung mata kalau menangani linen kotor)
Cuci dengan detergen dan air untuk menghilangkan semua partikel kotoran. Bilas dengan air bersih, keringkan di udara atau dengan mesin. Pakaian yang dikeringkan di udara dapat disetrika sebelum dipakai.
Tidak perlu Tidak perlu
Apron (plastik atau karet yang berat)
Lap dengan larutan klorin 0,5 %. Bilas dengan air bersih.
Cuci dengan detergen dan air. Bilas dengan air bersih, keringkan di udara atau dengan handuk.
Tidak perlu Tidak perlu
Alas kaki (sepatu karet atau sepatu bot)
Lap dengan larutan klorin 0,5 %. Bilas dengan air bersih.
Cuci dengan detergen dan air. Bilas dengan air bersih, keringkan di udara atau dengan handuk.
Tidak perlu Tidak perlu
Gaun bedah, duk linen dan pembungkus
Tidak perlu (Staf binatu harus memakai apron/celemek, sarung tangan, dan alat pelindung mata sewaktu menangani linen kotor).
Cuci dengan detergen dan air. Bilas dengan air bersih, udara atau mesin pengering sesudah pakai.
Tidak perlu Lebih diinginkan
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
48
- Mencuci tangan,
Sama dengan langkah cuci tangan saat akan menggunakan
pakaian pelindung.
D. Prosedur keluar Ruang Perawatan isolasi
• Perlu disediakan ruang ganti khusus untuk melepaskan Alat
Perlindungan Diri (APD).
• Pakaian bedah / masker masih tetap dipakai.
• Lepaskan pakaian bedah dan masker di ruang ganti pakaian
umum, masukkan dalam kantung binatu berlabel infeksius.
• Mandi dan cuci rambut (keramas)
• Sesudah mandi, kenakan pakaian biasa.
• Pintu keluar dari Ruang Perawatan isolasi harus terpisah dari
pintu masuk.
E. Penerapan dalam transportasi kasus
Dalam memindahkan (merujuk) pasien flu burung dari satu tempat
ke tempat lain harus mengikuti langkah-langkah berikut:
Mencuci tangan dengan baik dan benar.
Petugas kesehatan menggunakan alat perlindungan diri (APD)
lengkap.
Pasien menggunakan masker.
Menjaga kontak seminimal mungkin dengan pasien.
Desinfeksi alat transport dan peralatan lain setelah selesai
Keluarga pasien atau Petugas Kebersihan:
Bagi penunggu pasien atau petugas kebersihan yang membersihkan
ruangan dan mengambil APD yang kotor, diperlakukan seperti
petugas kesehatan lainnya dalam penggunaan APD.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
49
F. Memroses Linen
- Staf binatu harus menggunakan APD lengkap.
- Jika mengumpulkan dan membawa linen kotor, tangani sesedikit
mungkin dan dengan kontak minimal untuk mencegah perlukaan
dan penyebaran mikroorganisme.
- Anggap semua bahan kain yang telah dipakai untuk suatu
prosedur sebagai infeksius, sekalipun tidak tampak adanya
kontaminasi.
- Bawa linen kotor dalam kontainer tertutup atau kantong plastik
untuk mencegah keterceceran dan batasi linen kotor itu dalam
area tertentu sampai dibawa ke binatu.
- Pilih dengan hati-hati semua linen di area binatu sebelum dicuci.
Jangan mulai memilih atau mencuci linen pada saat mau
dipakai.
G. Penatalaksanaan Limbah / Sampah
Penatalaksanaan limbah / sampah yang terkontaminasi yang benar
mencakup :
• Menggunakan plastik atau wadah besi dengan tutup yang dapat
dipasang dengan rapat.
• Pisahkan sampah terkontaminasi dan tidak terkontaminasi. Beri
tanda pada wadah untuk sampah terkontaminasi.
• Taruh tempat sampah ditempat yang memerlukan dan nyaman bagi
pemakai.
• Perlengkapan yang digunakan untuk menampung dan membuang
sampah tidak boleh digunakan untuk keperluan lain.
• Cuci semua wadah atau tempat sampah dengan menggunakan
larutan disinfektan (klorin 0,5%) dan bilas dengan air secara
teratur. Petugas kebersihan harus memakai APD.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
50
H. Penerapan dalam pemulasaraan jenazah
Penatalaksanaan terhadap jenazah pasien flu burung dilakukan
secara khusus sesuai dengan UU Undang – Undang Nomor 4 Tahun
1984 tentang Wabah Penyakit Menular :
a. Memperhatikan norma agama atau kepercayaan dan
perundangan yang berlaku.
b. Pemeriksaan terhadap jenazah dilakukan oleh petugas
kesehatan.
c. Perlakuan terhadap jenazah dan penghapus-hamaan
bahan dan alat yang digunakan dalam penatalaksanaan
jenazah dilakukan oleh petugas kesehatan.
1. Kamar Jenazah
Seluruh petugas pemulasaraan jenazah telah mempersiapkan
kewaspadaan umum (universal precaution).
Sebelumnya mencuci tangan dengan sabun, serta sebelum dan
sesudah sarung tangan dilepas.
Perlakuan terhadap jenazah : luruskan tubuh, tutup mata,
telinga, dan mulut dengan kapas / plester kedap air, lepaskan
alat kesehatan yang terpasang, setiap luka harus diplester
dengan rapat.
Jika diperlukan untuk memandikan jenazah (air pencuci
dibubuhi bahan desinfektan) atau perlakuan khusus terhadap
jenazah maka hanya dapat dilakukan oleh petugas khusus
dengan tetap memperhatikan universal precaution.
Jenazah pasien flu burung ditutup dengan kain kafan / bahan
dari plastik (tidak dapat tembus air). Dapat juga jenazah
ditutup dengan bahan kayu atau bahan lain yang tidak mudah
tercemar.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
51
Jenazah tidak boleh dibalsem, atau disuntik pengawet.
Jika akan diautopsi hanya dapat dilakukan oleh petugas
khusus, autopsi dapat dilakukan jika sudah ada izin dari pihak
keluarga dan direktur rumah sakit.
Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi.
Jenazah sebaiknya hanya diantar / diangkut dengan mobil
jenazah.
Jenazah sebaiknya tidak lebih dari 4 jam disemayamkan di
dalam pemulasaraan jenazah.
2. Tempat Pemakaman Umum :
Setelah semua prosedur jenazah dilaksanakan dengan baik,
maka pihak keluarga dapat turut dalam penguburan jenazah
tersebut.
Penguburan dapat dilaksanakan di tempat pemakaman umum.
Catatan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Berhubung penanganan jenazah pasien Flu Burung bersifat khusus,
maka menurut keterangan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), hukum
yang digunakan menurut Syariat Islam adalah Hukum Darurat.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
52
BAB VII
SISTEM RUJUKAN
Flu burung yang merupakan ’New Emerging Disease’ dalam
penatalaksanaannya membutuhkan metode, sarana, fasilitas dan
peralatan khusus sehingga tidak semua sarana pelayanan kesehatan
mampu untuk merawat dan melakukan pemeriksaan terhadap pasien flu
burung. Untuk itu pemerintah telah menetapkan 44 RS rujukan flu
burung yang tersebar di seluruh propinsi di Indonesia, juga telah
ditetapkan laboratorium rujukan untuk pemeriksaan spesimen guna
menegakkan diagnosis flu burung. Diharapkan dengan menerapkan
sistem rujukan yang baik dapat meningkatkan keberhasilan
penanggulangan flu burung.
Rujukan pada flu burung meliputi 2 aspek yaitu :
A. Rujukan Pasien
B. Rujukan Spesimen
A. Rujukan Pasien
Mengingat bahwa tidak semua sarana pelayanan kesehatan
mempunyai sarana, fasilitas dan peralatan khusus untuk perawatan
pasien flu burung, maka perawatannya harus dilakukan di RS
Rujukan flu burung yang telah ditetapkan. Apabila di Sarana
Pelayanan Kesehatan non Rujukan flu burung mendapatkan pasien
suspek flu burung harus sesegera mungkin merujuk pasien ke RS
Rujukan flu burung.
Dalam merujuk pasien suspek flu burung, rumah sakit yang merujuk
harus menghubungi rumah sakit yang akan menerima pasien
tersebut.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
53
Langkah – langkah yang harus dilakukan dalam merujuk pasien flu
burung :
Rumah sakit yang merujuk harus memberi informasi kondisi
pasien
Informed consent kepada pasein dan keluarganya
Pasien yang akan dirujuk sedapat mungkin dalam kondisi stabil.
Seluruh foto kopi dokumen medik pasien harus disertakan pada
saat merujuk, termasuk pemeriksaan – pemeriksaan yang telah
dilakukan, seperti foto toraks, laboratorium.
Beberapa kriteria dalam merujuk pasien flu burung :
Alat transportasi yang
dipergunakan, adalah ambulans
khusus :
- Dapat didesinfeksi
- Tersedia stretcher
- Tersedia alat - alat medis & obat untuk Bantuan Hidup Dasar.
- Tersedia radio komunikasi
Ambulans tersebut harus cukup aman dan nyaman serta tidak
memperburuk keadaan pasien selama di rujuk.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
54
Kondisi pasien
Prinsip stabilisasi pasien selama dirujuk
A Airway • Jalan napas bebas
• Apabila diperlukan intubasi lakukan pemeriksaan
ulang terutama pada saat pasien di pindahkan
B Breathing • Berikan 02 100%
• Bila tidak dapat bernapas dengan spontan dan tidak
di intubasi, lakukan bantuan pernapasan dengan
menggunakan bag valve mask, pemberian oksigen
tidak lebih 5L/min dengan frekuensi napas normal.
• Jika terpasang intubasi, ventilator diatur ke keadaan
normal (PCO2 35 -40 mmHg), sesuaikan dengan hasil
pantauan pulse oxymetri ( nilai SpO2 > 90%)
C Circulation • Dilakukan pemasangan infus untuk mencegah
kekurangan cairan intravaskuler. Pemantauan ketat
pada kapiler, tekanan darah, EKG, urin, gas darah
arteri dan laktat untuk evaluasi asidosis. Lakukan
pemasangan IV line di 2 tempat.
D Disability • Lakukan pemeriksaan ulang, serta pemeriksaan
neurologi. Monitor gula darah jika ada kejang berikan
anti kejang. Pemeriksaan laboratorium termasuk
analisis gas darah, elektrolit, hematokrit dan x-ray.
E Exposure
and
Environment
• Pemantauan ketat suhu tubuh, hindari dan terapi
hipertermia serta hipotermia (< 360 C)
G Gastro
Intestinal
• Pemasangan NGT untuk mencegah dekompresi
gaster.
R Renal & • Lakukan pemantauan ketat pengeluaran urin > 1ml
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
55
Restraint /kg/hr. Monitor ketat keadaan pasien
Petugas :
Petugas yang mendampingi pasien flu burung selama dirujuk
minimal berjumlah 2 (dua) orang, dengan kriteria :
- Sudah mendapat pelatihan Basic Life Support (BLS)
- Sudah mendapat pelatihan Pengendalian Infeksi.
- Mengetahui permasalahan pasien yg akan dirujuk
B. Rujukan Spesimen
Mengumpulkan atau mengangkut bahan spesimen klinis sebaiknya
mengikuti dengan benar penerapan Kewaspadaan Standar upaya
perlindungan untuk meminimalisasi pajanan.
Bahan spesimen yang akan dikirim sebaiknya diletakkan di dalam
wadah spesimen anti bocor yang memiliki penutup tersendiri untuk
bahan spesimen tersebut (yaitu tempat plastik bahan spesimen
biohazard). Petugas yang membawa bahan hendaknya dilatih untuk
penanganan yang aman dan prosedur dekontaminasi jika terjadi
tumpahan.
Rumah sakit harus memberitahu laboratorium yang akan menerima
bahwa bahan spesimen tersebut sedang dalam perjalanan. Bahan
spesimen sebaiknya dikirimkan dan diserahkan langsung kepada
petugas yang memeriksa. Sistem tabung pneumatik tidak digunakan
untuk membawa bahan spesimen.
Sebaiknya dibuat suatu daftar nama petugas yang telah menangani
bahan spesimen dari pasien yang sedang di investigasi untuk suatu
penyakit menular.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
56
AlurAlur spesimenspesimen Flu Flu BurungBurung
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
57
BAB VIII
ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN
A. Sistem Pembiayaan
Dengan keterbatasan dana yang ada pada Pemerintah Pusat dan
berkembangnya era Otonomi Daerah, maka pembiayaan pasien flu
burung menjadi tanggungjawab bersama antara Pemerintah Pusat
(dalam hal ini adalah Departemen Kesehatan RI) dan Pemerintah
Daerah.
Pembiayaan yang menjadi tanggung jawab Departemen Kesehatan
RI tertuang dalam surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :
756/MENKES/SK/IX/2006 Tentang Pembebasan Biaya Pasien
Penderita Flu Burung yang ditetapkan pada tanggal 20 September
2006.
Pembebasan biaya tesebut berlaku bagi pasien yang dirawat di
rumah sakit rujukan flu burung dan rumah sakit non rujukan flu
burung (pemerintah maupun swasta) yang menerima pasien sebelum
dirujuk ke rumah sakit rujukan flu burung, yang meliputi :
1. Biaya Administrasi;
2. Biaya Pelayanan dan Perawatan di UGD, Ruang Isolasi, Ruang ICU
dan Jasa dokter;
3. Pemeriksaan Penunjang (pemeriksaan Laboratorium dan
Radiologi);
4. Obat–obatan dan bahan habis pakai;
5. Biaya rujukan; dan
6. Pemulasaran Jenazah (peti jenazah, transportasi dan
penguburan).
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
58
B. Aspek Etik Legal
Sehubungan dengan peliknya permasalahan penanganan pasien flu
burung, terutama masalah penanganan jenasah, yang antara lain
disebabkan oleh latar belakang agama dan sosial budaya masyarakat
yang beragam (sehingga pemahaman dan reaksi masyarakat
terhadap flu burung pun turut beragam) mengharuskan setiap
petugas medis (dokter dan perawat) di Rumah Sakit yang menerima
pasien flu burung menjelaskan segala tindakan yang mungkin akan
dilakukan terhadap pasien tersebut baik kepada diri pasien sendiri
(jika mungkin) maupun keluarganya secara jelas dan terperinci
sehingga dapat dipahami dan diterima dengan baik.
Hal tersebut dapat dituangkan dalam suatu Informed Consent
sebagaimana tercantum di bawah ini :
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
59
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS
Bapak/Ibu yang terhormat, bersama ini kami sampaikan informasi
tentang pasien :
No. Reg :
Nama
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Yang diduga menderita flu burung
1. Flu burung merupakan penyakit yang berpotensi menular, sehingga
perlu dilakukan berbagai tindakan pengendalian infeksi
2. Dalam proses menegakkan diagnosis flu burung diperlukan
berbagai tindakan diagnostik.
3. Pengendalian infeksi :
a. Pemakaian Alat Perlindungan Diri (APD) pada pasien
maupun keluarga/pengunjung pasien
b. Pasien dirawat di ruang isolasi atau ruang perawatan
intensif (ICU) jika diperlukan, dengan atau tanpa alat bantu
napas (ventilator).
4. Tindakan Diagnostik
a. Pengambilan darah dan cairan tubuh lain secara berulang
sesuai keperluan
b. Foto Toraks secara berulang sesuai keperluan
c. Usap tenggorok secara berulang sesuai keperluan
d. Pemeriksaan teropong saluran napas (Bronkoskopi) jika
diperlukan
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
60
e. Pengambilan sedikit jaringan tubuh baik pada saat pasien
masih hidup maupun setelah meninggal dunia.
Jika diperlukan akan dilakukan tindakan bedah jenasah
(autopsi)
5. Jika pasien meninggal dunia, pemulasaran Jenasah akan dilakukan
secara khusus sesuai kewaspadaan standar dengan tetap
memperhatikan kaidah agama yang dianut.
Setelah membaca dan memahami informasi di atas, dengan ini saya :
Nama :
Status : (pasien / ayah / ibu / istri / suami / anak / ……….)
Umur :
Jenis Kelamin :
Nomor jati diri : (KTP/SIM/Paspor/.......)
................., ....- .....- 20...
Pasien / Keluarga Dokter yang menerangkan
(nama lengkap)
(nama lengkap)
Keluarga / Saksi
Perawat
(nama lengkap) (nama lengkap)
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
61
C. Pelaporan
1. Formulir Pelaporan ( resume harian, rekap akhir)
a. Pelaporan Harian.
Pada saat ditemukan pasien Suspek flu burung di sarana
pelayanan kesehatan, maka agar dapat dilakukan verifikasi
dan penetapan jumlah penderita flu burung dengan cepat
diperlukan suatu sistem pelaporan cepat dari rumah sakit ke
Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Propinsi serta ke Posko flu
burung Ditjen P2PL yang selanjutnya diteruskan kepada
Ditjen Bina Yanmed dan Menteri Kesehatan. Formulir ini
digunakan untuk kepentingan surveilans.
Laporan Harian dikirim ke alamat :
b. Pelaporan Bulanan
Rumah Sakit membuat laporan bulanan kasus flu burung
guna keperluan Audit Medik dalam meningkatkan kualitas
pelayanan.
Laporan Bulanan dikirim ke alamat :
DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK c/q : Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar Gedung Depkes Lantai V Blok B Ruang 508
Jalan HR Rasuna Said Blok X5 Kav. No. 4-9 Jakarta Selatan 12850
Telepon : 021-5222430 Fax : 021-52902046
POSKO PENANGGULANGAN FLU BURUNG DEPKES RI Gedung Ditjen P2PL Depkes RI
Jalan Percetakan Negara No. 29 Jakarta Pusat Telepon / Fax : 021-4257125
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
62
2. Alur pelaporan
Pelaporan dibuat berjenjang dari rumah sakit yang menemukan
kasus sampai pada menteri kesehatan. (sesuai bagan terlampir)
3. Monitoring dan Evaluasi (Monev)
Untuk melihat keberhasilan penanggulangan medis flu burung
dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkesinambungan
dan berkala melalui :
a. Pertemuan dan koordinasi
b. Analisis laporan
DINKES PROP dan KAB/KOTA
RUMAH SAKIT
POSKO FB DITJEN P2PL
DITJEN BINA YANMED
MENKES
KET : BULANAN HARIAN
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
63
i. Formulir Pelaporan ( resume harian, rekap akhir)
Laporan Harian Tersangka Flu Burung
Nama RS : Tgl membuat laporan :
NO
NAMA
UMUR ALAMAT
TGL
M A S U K
ASAL
R U J U K A N
RIW.
KONTAK
GEJALA KLINIS LABORATORIUM R A D I O L O G I
T E R A P I
KET
L P SUHU
BATUK
SKT. TENGGOROK
PILEK
SESAK
DIARE
LAIN-LAIN
LEUKOSI T
TROMBOSI T
L IMFOSI T
HI
RT
PCR
POST
MORTEM
LAIN-LAIN
Catatan : 1. Laporan dikirim setiap hari kerja selambat-lambatnya jam 14.00 waktu setempat Penanggung Jawab 2. Keterangan dapat diisi dengan keadaan pasien meninggal/hidup/mati TTD
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
64
ii. Formulir Laporan Bulanan
NO IDENTITAS RIWAYAT KONTAK
GEJALA KLINIS WAKTU MASUK
RS
PEMERIKSAAN FISIK
LAB RADIOLOGI TERAPI & TINDAKAN
POST MORTEM
KET
PENANGGUNG JAWAB
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
65
65
BAB IX
NASEHAT UNTUK PASIEN DAN KELUARGA
A. BAGI KELUARGA PASIEN (BUDAYA HIDUP SEHAT)
1. Peralatan Rumah Tangga
Seluruh peralatan rumah tangga yang terkena cairan tubuh pasien
harus dibersihkan dengan sabun dan desinfektan.
2. Lantai.
Bersihkan lantai sesering mungkin (setiap hari sesuai kebutuhan)
dengan lap basah, deterjen, dan air. Pakailah deterjen jika ada
kontaminasi, seperti darah atau percikan cairan tubuh lain seperti
yang diuraikan di bawah.
Pel basah adalah alat paling umum dan dianjurkan untuk
membersihkan lantai.
- Teknik satu ember : digunakan satu ember larutan pembersih,
yang diganti bila kotor. Daya bunuh larutan pembersih berkurang
dengan bertambahnya kotoran dan bahan-bahan organis lainnya.
- Teknik dua ember : satu ember mengandung larutan
pembersih, satu lagi mengandung air untuk bilas. Kain pel selalu
diperas dahulu sebelum dicelup ke dalam larutan pembersih
sehingga dapat menghemat tenaga dan bahan.
- Teknik tiga ember : ember ketiga digunakan untuk memeras
pel sebelum dibilas, yang akan memperpanjang masa pakai air
bilasan.
3. Kamar Mandi / WC
Bersihkan sesering mungkin dengan pel khusus, sikat, dan gunakan
larutan pembersih desinfektan.
4. Kamar pasien.
Bersihkan setiap hari dan sewaktu pasien pulang, dengan
menggunakan prosedur di atas. Proses pembersihan juga dilakukan
di kamar pasien yang diisolasi, alat-alat juga perlu dibersihkan dan
desinfektan sebelum digunakan di kamar lain.
5. Kain/linen kotor.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
66
66
Kumpulkan kain kotor setiap hari dalam kontainer tertutup
antibocor.
6. Sampah dan Tempat Sampah
Kumpulkan sampah setiap hari, hindari sampah berserakan.
Bersihkan tempat sampah yang terkontaminasi sesudah setiap
dikosongkan. Bersihkan tempat sampah bersih sekurang-kurangnya
satu kali seminggu. Pakailah larutan pembersih desinfektan dan
sikat untuk menghilangkan material organis dan kotoran lainnya.
B. BAGI ORANG YANG TINGGAL DI DAERAH TERJANGKIT
1. Penyebaran virus flu burung di daerah terjangkit sesungguhnya
dapat dicegah. Yang dimaksud daerah terjangkit adalah daerah
dimana terdapat unggas mati akibat H5N1 pada radius 1 km.
a. Cara terbaik mencegah infeksi virus flu burung adalah sedapat
mungkin menghindari kontak dengan ayam, bebek, burung
peliharaan atau jenis unggas lainnya, kecuali dalam keadaan
terpaksa.
b. Anak-anak merupakan kelompok resiko tinggi, beritahu agar:
Menghindari kontak dengan unggas dan kotorannya
Jangan menyimpan burung sebagai peliharaan
Segera mencuci tangan dengan air dan sabun setelah kontak
dengan unggas dan kotorannya
Jangan tidur berdekatan dengan unggas.
c. Jangan membawa unggas yang hidup atau mati dari satu tempat
ke tempat lain walau anda yakin unggas anda sehat.
d. Tangani unggas yang terjangkit di daerah tersebut.
e. Jangan sajikan unggas dari daerah terjangkit.
f. Jika anda tidak sengaja kontak dengan unggas:
• Cuci tangan anda secara benar dengan sabun dan air setelah
kontak
• Letakkan sepatu di luar rumah dan bersihkan dari kotoran
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
67
67
• Periksa suhu tubuh paling tidak sekali sehari selama satu
minggu. Jika anda mengalami panas tinggi (> 380 C),
periksakan ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat.
1. Penanganan yang tepat terhadap unggas yang sakit, yang dicurigai
flu burung atau mati adalah penting untuk tindakan pengendalian
dalam rangka mencegah penyebaran penyakit.
a. Pastikan anak-anak jauh dari unggas mati dan sakit
b. Jika anda menangani unggas mati dan sakit, pastikan anda
terlindungi.
c. Jika anda menghadapi unggas yang sakit dan mati untuk
pertama kali, segera beritahu yang berwenang dan yang
berpengalaman untuk penanganan.
3. Dekontaminasi areal peternakan dan kandang ayam akan
membantu pengendalian penyebaran penyakit.
a. Jika mungkin, tanyakan petugas profesional
b. Jika harus dilakukan sendiri, gunakan alat pelindung diri (APD).
c. Burung mati harus dibakar dan dikubur dengan aman
d. Virus influenza dapat bertahan hidup lama, pencucian dengan
deterjen penting pada tahapan dekontaminasi. Bahan organik
harus dibuang dari rumah peternakan.
e. Area di luar rumah yang digunakan untuk unggas yang sulit di
bersihkan dan didesinfeksi, unggas harus dikeluarkan dari area
tersebut minimum 42 hari untuk radiasi ultraviolet alami untuk
merusak virus residual
f. Penyemprotan desinfektan di area luar atau tanah dengan ukuran
terbatas sesuai dengan ketidakaktifan bahan kimia oleh bahan
organik.
4. Burung yang mati dan kotorannya harus dikubur.
a. Sebaiknya cari bantuan kepada pertanian setempat tentang
bagaimana mengubur hewan mati dengan aman
b. Ketika membakar burung mati atau kotorannya, hindari debu
yang meningkat. Kubur bangkai dan kotoran burung paling tidak
pada kedalaman 1 meter.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
68
68
c. Setelah bangkai unggas dan kotorannya dikubur, bersihkan
semua area dengan deterjen dan air secara benar. Virus
influenza akan mati oleh deterjen dan desinfektan.
5. Pakaian pelindung yang terkontaminasi harus ditangani secara
benar dan di buang.
a. Setelah area dibersihkan, buang semua bahan pelindung dan cuci
tangan dengan sabun dan air.
b. Cuci pakaian dengan air sabun panas atau hangat. Jemur di
bawah terik matahari.
c. Taruh sarung tangan yang telah digunakan dan bahan habis
pakai lain lain pada tas plastik untuk pembuangan aman.
d. Bersihkan alat yang dapat digunakan kembali seperti sepatu
karet dan kacamata pelindung dengan air dan deterjen, tetapi
selalu ingat mencuci tangan setelah penanganan alat.
e. Alat yang tidak bisa dibersihkan harus dilebur.
f. Bilas/cuci badan menggunakan sabun dan air. Cuci rambut anda.
g. Jangan biarkan diri anda terkontaminasi atau area yang sudah
bersih dengan menghindari kontak dengan kotoran, pakaian dan
alat-alat yang terkontaminasi.
h. Yang terpenting, cuci tangan setiap setelah penanganan alat-alat
terkontaminasi.
6. Sepatu yang digunakan harus di dekontaminasi
a. Setelah berjalan di area yang mungkin terkontaminasi, bersihkan
sepatu dengan sabun dan air.
b. Ketika membersihkan sepatu, jangan mengibaskan partikel ke
wajah dan pakaian anda. Gunakan kantong plastik di tangan,
lindungi mata dengan kacamata pelindung, tutupi mulut dan
hidung dengan kain.
c. Tinggalkan sepatu kotor di luar rumah hingga dibersihkan dengan
benar.
7. Orang yang sakit seperti flu harus memperhatikan tindakan
pencegahan tambahan.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
69
69
a. Adalah sangat penting mencegah penyebaran influenza manusia
di daerah terjangkit. Ketika virus flu burung dan virus influenza
manusia kontak satu sama lain maka terdapat risiko terjadi
perubahan genetik sehingga virus baru akan muncul.
b. Setiap orang yang sakit seperti flu harus hati-hati dengan sekresi
hidung dan mulut bila di sekeliling orang lain, khususnya anak
kecil, agar tidak menyebarkan virus influenza manusia
c. Tutup hidung dan mulut ketika batuk dan bersin. Gunakan tisu
dan buang di tempat sampah setelah dipakai. Ajari anak-anak
untuk melakukan hal tersebut dengan baik
d. Selalu cuci tangan dengan sabun dan air setelah kontak dengan
sekresi dari hidung dan mulut.
e. Anak-anak cenderung menyentuh muka, mata dan mulut dengan
tangan kotor. Ajari pentingnya membersihkan tangan setelah
batuk, bersin dan menyentuh bahan-bahan kotor.
f. Beritahukan ke institusi kesehatan segera dan cari nasehat medis
dari profesi kesehatan jika mempunyai gejala sakit, seperti
demam dan/atau gejala seperti flu.
8. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan ketika akan
mengunjungi teman ataupun saudara yang dirawat di fasilitas
kesehatan.
a. Jika anda mengunjungi pasien yang terinfeksi dengan flu burung
ikuti petunjuk dari petugas rumah sakit untuk menggunakan
APD.
b. Pakaian khusus diperlukan ketika harus kontak langsung dengan
pasien dan atau lingkungan pasien.
c. Gunakan masker dengan benar dan sempurna.
d. Tinggalkan semua peralatan APD waktu meninggalkan ruangan
pasien, cuci tangan dengan air dan sabun.
9. Pada daerah yang terjangkit flu burung, jangan memakan daging
yang berasal dari unggas atau binatang yang sakit atau mati.
Bahkan disarankan untuk tidak mengkonsumsi semua jenis unggas
baik yang sehat maupun sakit dari peternakan yang terinfeksi flu
burung tersebut.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
70
70
10. Pada daerah di luar radius 1 km daerah terjangkit, langkah-langkah
tindakan pencegahan yang harus dilakukan:
a. Menyembelih unggas gunakan metode yang tidak mencemari
lingkungan rumah anda dengan darah, debu, feses dan kotoran
lainnya.
b. Menghilangkan bulu ayam, rendam unggas/ayam dalam air
mendidih sebelum mencabuti bulunya.
c. Membersihkan isi tubuh unggas, gunakan metode yang tidak
mencemari lingkungan rumah tangga anda dari darah, debu,
feces dan kotoran hewan lainnya.
d. Jangan mengusap muka dan inderanya (contoh menggosok
mata) selama melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan
unggas, kecuali anda sudah mencuci tangan anda dengan sabun
dan air.
11. Lakukan semua tindakan kewaspadaan untuk menjamin bahwa
semua unggas dan bahan olahannya telah diproses dengan baik dan
aman untuk dimakan (konsumsi).
a. Ayam harus diolah secara higienis dan dimasak dengan baik.
b. Juga demikian dengan telur. Tindakan yang harus dilakukan
dalam menangani telur mentah dan cangkangnya adalah mencuci
cangkang telur dalam air sabun dan cuci tangan setelahnya.
Telur dimasak sampai matang (dalam air mendidih selama 5
menit, 70oC) tidak akan menularkan flu burung kepada
konsumen.
c. Pada umumnya, semua makanan harus dimasak sampai matang
pada suhu 70oC atau lebih.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
71
71
BAB X
P E N U T U P
Pedoman ini merupakan revisi dari pedoman tatalaksana flu burung di
sarana pelayanan kesehatan yang diterbitkan pada Agustus 2006.
Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan acuan bagi tenaga
kesehatan di Rumah Sakit saat menatalaksana pasien flu burung dan
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang diperlukan.
Pedoman ini perlu disosialisasikan ke seluruh Sarana Pelayanan
Kesehatan. Pada pelatihan–pelatihan penatalaksanaan kasus flu burung
untuk petugas kesehatan di Rumah Sakit pedoman ini dapat
diimplementasikan dengan baik.
Secara berkala pedoman ini akan dievaluasi, sehingga bila diperlukan
perubahan – perubahan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan akan
dilakukan revisi agar pedoman ini menjadi lebih sempurna sehingga
penanganan flu burung menjadi lebih baik lagi.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
72
72
Lampiran 1. Alur Pasien Suspek Flu Burung di Sarana Pelayanan
Kesehatan Non Rujukan
SUSPEK FLU BURUNG
Tidak Ya
DATANG SENDIRI Tanpa RISTI
RAWAT JALAN / INAP
POLIKLINIK : - Umum - Paru - P. Dalam - Anak
RUJUKAN
TRIAGE
IRD
TEMPAT PENDAFTARAN
PASIEN
Berikan Oseltamivir
Kirim ke Rumah Sakit Rujukan FB
DATANG SENDIRI Dengan RISTI
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
73
73
Lampiran 2. Alur Pasien Suspek Flu Burung di Rumah Sakit
Rujukan
SUSPEK FLU BURUNG
Tidak Ya
DATANG SENDIRI Tanpa RISTI
RAWAT JALAN / INAP
POLIKLINIK : - Umum - Paru - P. Dalam - Anak
RUJUKAN
TRIAGE
IRD
TEMPAT PENDAFTARAN
PASIEN
RAWAT INAP
ISOLASI
Alur Penatalaksanaan
Medis
DATANG SENDIRI Dengan RISTI
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
74
74
Lampiran 3. Tabel panduan pemberian antibiotik untuk
pneumonia
Rawat jalan • Tanpa faktor modifikasi
- Golongan β laktam atau β laktam + anti β
laktamase
• Dengan faktor modifikasi
- Golongan β laktam + anti β laktamase atau
fluorokuinolon respirasi (levofloksasin,
moksifloksasin, gatifloksasin
• Bila dicurigai pneumonia atipik : makrolid baru
(roksitromisin,klaritromisin, azitromisin)
Rawat inap • Tanpa faktor modifikasi :
- Golongan betalaktam + anti betalaktamase iv,
atau
- Sefalosporin G2,G3 iv,atau
- Fluorokuinolon respirasi iv
• Dengan faktor modifikasi :
- Sefalosporin G2,G3 iv atau
- Fluorokuinolon respirasi iv
• Bila dicurigai disertai infeksi bakteri atipik ditambah
makrolid baru
Ruang rawat
intensif
Tidak ada faktor risiko infeksi pseudomonas :
• Sefalosporin G3 iv non pseudomonas ditambah
makrolid baru atau fluorokuinolon respirasi iv
Ada faktor risiko infeksi pseudomonas :
• Sefalosporin antipseudomonas iv atau karbapenem
iv ditambah fluorokuinolon antipseudomonas
(siprofloksasin) iv atau aminoglikosida iv
• Bila curiga disertai infeksi bakteri atipik
sefalosporin antipseudomonas iv atau karbapenem
iv ditambah aminoglikosida iv, ditambah lagi
makrolid baru atau fluorokuinolon respirasi iv
Catatan :
Yang termasuk dalam faktor modifikasi adalah :
C. Pneumokokus resisten terhadap Penisilin
• Umur lebih dari 65 tahun
• Memakai obat – obatan golongan beta laktam selama tiga bulan
terakhir
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
75
75
• Pecandu alkohol
• Penyakit gangguan kekebalan
• Penyakit penyerta yang multipel
D. Bakteri enterik gram negatif
• Penghuni rumah jompo
• Mempunyai penyakit dasar kelainan jantung paru
• Mempunyai kelainan penyakit multipel
• Riwayat pengobatan antibiotik
E. Pseudomonas aeruginosa
• Bronkiektasis
• Pengobatan kortikosteroid > 10 mg/hari
• Pengobatan antibiotik spektrum luas > 7 hari pada bulan terakhir
• Gizi kurang
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
76
76
Lampiran 4. Panduan untuk mengumpulkan bahan pemeriksaan
A. Persiapan petugas pengambil spesimen
Petugas pengambil spesimen diharuskan memakai :
- Laboratorium jas (lengan panjang)
- Sarung tangan (karet)
- Kaca mata pelindung
- Masker (N95 untuk petugas dan pasien)
- Tutup kepala (plastik)
B. Macam / Jenis spesimen
1. Spesimen dari saluran pernapasan bagian atas
Tiga jenis spesimen dapat diambil untuk isolasi bakteri atau virus
dan pemeriksaan dengan PCR. Spesimen tersebut meliputi :
- Usap nasofaring
- Bilasan nasofaring
- Usap orofaring
Bilasan nasofaring merupakan spesimen untuk mendeteksi virus
saluran napas, terutama pada anak – anak berumur 2 tahun atau
kurang.
Untuk usap nasofaring :
Masukkan swab ke dalam lubang hidung sejajar dengan rahang
atas. Biarkan beberapa detik agar cairan hidung terhisap. Lakukan
usapan pada kedua lubang hidung.
Untuk usap orofaring
Lakukan usapan pada bagian belakang faring dan daerah tonsil,
hindarkan menyentuh bagian lidah. Kemudian masukkan swab
sesegara mungkin kedalam cryotube (tabung tahan pendinginan)
yang berisi 2 ml media transport virus (hanks BSS + antibiotika).
Putuskan tangkai plastik di daerah mulut botol / tabung agar botol /
tabung dapat dapat ditutup dengan rapat. Bungkus tabung ini
dengan tisu bersih dan masukkan kertas koran yang telah diremas–
remas untuk menghindari terjadinya benturan–benturan pada
tabung saat pengiriman. Masukkan tabung ini kedalam kotak
pengiriman primer (bahan boleh dari pipa paralon atau sejenis
tupper ware ).
2. Spesimen dari saluran pernapasan bagian bawah
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
77
77
Spesimen yang diambil dapat berupa bilasan bronkoalveolar,
aspirasi transtrakeal, atau cairan pleural. Setelah itu, separuh cairan
disentrifugasi (pada laboratorium dengan BSL-2+) dan endapan
selnya difiksasi dalam botol dengan tutup luar yang bagian
dalamnya mengandung ring untuk penahan. Semua spesimen ini
masukkan dalam kotak pengiriman spesimen primer seperti diatas.
3. Spesimen darah / sera
Darah fase akut (waktu pasien masih dalam keadaan sakit) harus
diambil dan dikirim sesegera mungkin. Pengambilan darah harus
dilakukan lagi pada fase konvalesen (7–14 hari setelah pengambilan
darah primer) dan segera dikirimkan.
Cara pengambilan sampel darah / sera:
Diambil 2–5 ml darah vena dalam tabung steril (2 ml dari anak – anak
dan 5 ml dari orang dewasa) secara lege artis (memperhatikan
kewaspadaan universal secara ketat).
a. Pengambilan darah pakai jarum suntik biasa
1) Masukkan darah yang diperoleh ke dalam tabung bertutup karet
(tabung steril vacum tanpa bahan pencegahan pembekuan darah).
2) Diamkan darah dalam waktu 1 jam pada suhu kamar, agar darah
dalam tabung membeku dengan baik.
3) Pemisahan darah bekuan dari serum pada tabung steril harus
dilakukan di Badan Litbangkes, Jakarta, atau laboratorium yang
ada sentrifus.
4) Semua tabung dibungkus dengan kertas tissu dan memasukkan
kertas koran yang telah diremas ke dalam kotak pengiriman
primer.
b. Pengambilan darah pakai jarum vacutainer
1) Darah ditampung lebih dahulu pada tabung darah bertutup karet
sebanyak 2 ml dari anak – anak dan 5 ml dari orang dewasa.
2) Diamkan darah dalam waktu 1 jam pada suhu kamar, agar darah
dalam tabung steril membeku dengan baik.
3) Pemisahan darah bekuan dari serum pada tabung harus dilakukan
di Badan Litbangkes, Jakarta, atau di laboratorium yang ada
sentrifuge dengan G. 5.000 – 10.000.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
78
78
4) Semua tabung dibungkus dengan kertas tissu dan masukkan
kertas koran yang telah diremas ke dalam kolak pengiriman
primer.
C. Cara pemberian label
Setiap spesimen yang disimpan dalam wadah khusus diberi label yang
berisi informasi : nama pasien, umur, jenis kelamin, tanggal
pengambilan, lokasi pengambilan, jenis spesimen. (S
= Darah/Serum, Nt = usap Oro dan Nasofaring).
Label ditulis dengan pensil 2B, ballpoint atau spidol yang tidak luntur.
Cara pengepakan dan pengiriman spesimen untuk keperluan diagnostik
harus menuruti ketentuan WHO. Bungkus kotak pengiriman dengan
tisu atau kertas koran yang diremas, untuk mencegah benturan –
benturan pada spesimen waktu pengiriman. Masukkan dalam kotak
pengiriman sekunder. Kotak pengiriman sekunder dapat menampung
lebih dari satu kotak pengiriman primer, asal persyaratan suhu
pengiriman suhu sama. Bila pengiriman dalam suhu 4° C, masukkan
beberapa kantong es yang sudah dibekukan lebih dahulu.
a). Pengepakan primer (Kotak Pengiriman Primer)
- Wadah spesimen yang pertama harus kedap air, jika tutupnya
berulir harus dilapisi dengan parafilin atau sejenisnya.
- Jika terdiri dari beberapa wadah harus dibungkus secara terpisah
untuk mencgah pecah akibat berhimpitan.
- Gunakan material pendukung di sela–sela wadah yang
mempunyai daya hisap untuk menghisap seluruh isi yang
terdapat dalam wadah pertama, apabila terjadi kebocoran atau
pecah.
- Pada saat menentukan besarnya volume spesimen yang dikirim
sertakan besarnya volume media transport yang digunakan.
- Dalam wadah yang pertama tidak boleh berisi lebih dari 500 ml
atau 500 gram bahan.
- Seluruh isi dari wadah yang pertama disebut sebagai spesimen
diagnostik.
b). Pengepakan sekunder (Kotak Pengiriman Sekunder)
- Pengepakan sekunder harus menuruti aturan pengepakan bahan
infeksius.
- Pengepakan sekunder harus kedap air.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
79
79
- Wadah bagian luar dilabel dengan :
1. PEMERIKSAAN LABORATORIUM KESEHATAN
2. JANGAN DIBALIK
3. KEPADA (alamat tujuan)
KEPADA Kepala Puslitbang Pemberantasan Penyakit Badan Litbang Kesehatan Jln. Percetakan Negara no 29, Jakarta 10560 Telepon : 021 – 426 – 1088 ext 134/ 021 – 425 – 9860 Fax : 021 – 424 – 5389 [email protected] [email protected]
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
80
80
Lampiran 5. Formulir Spesimen NOMOR IDENTIFIKASI PASIEN AI
JENIS Kode Kode Umur Jenis
PASIEN
Propinsi
kab/ kota
dlm thn
kelamin Nomor
Keterangan Jenis pasien : C = Kasus K = Kontak S = Survei Kode Propinsi, Kode Kab / Kota liaht di lampiran no Epid Jenis kelamin : L = laki-laki P = Perempuan Nomor Sampel
Nomor kasus Jenis Sampel sampel keberapa Jenis sampel : T = Usap tenggorokan H: Usap hidung N: Usap nasofaringeal F: Faeces U: Urine R: Trakeal S: Serum
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
81
81
Lampiran 6.
Manajemen Tindakan Keperawatan Pada Penatalaksanaan
Keperawatan Flu Burung
1. MANAJEMEN JALAN NAPAS
Definisi:
Mempertahankan kepatenan jalan napas
Aktifitas:
• Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila
perlu
• Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
• Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas buatan
• Pasang Orofaringeal Tube bila perlu
• Lakukan fisioterapi dada jika perlu
• Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
• Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
• Lakukan suction pada Orofaringeal Tube
• Berikan bronkodilator bila perlu
• Berikan pelembab udara
• Atur keseimbangan cairan
• Monitor respirasi dan status O2
2. MANAJEMEN CAIRAN
Definisi:
Meningkatkan keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi dari
abnormalitas status cairan
Aktifitas:
• Timbang BB tiap hari dan monitor kenaikan BB
• Pertahankan intake dan output secara akurat
• Pasang kateter bila perlu
• Monitor status hidrasi (membran mukosa, kekuatan pulse,
tekanan darah orthostatik)
• Monitor hasil laborat yang berhubungan dengan retensi air
(peningkatan BUN, penurunan HCT dan peningkatan osmolalitas
urine)
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
82
82
• Monitor status hemodinamik yang meliputi CVP, MAP, PAP, PCWP.
• Monitor tanda-tanda vital
• Monitor indikasi adanya overload, retensi cairan
• Tetapkan lokasi dan luasnya oedem
• Monitor pemasukan cairan dan nutrisi dan tentukan/hitung intake
kalori tiap hari
• Berikan terapi IV
• Monitor status nutrisi
• Berikan diuretik sesuai dosis
• Berikan cairan iv sesuai dengan suhu kamar
• Tingkatkan intake oral
• Beri cairan selama 24 jam
• Monitor respons pasien terhadap terapi elektrolit
• Konsul jika muncul tanda dan gejala kelebihan cairan
• Siapkan produk darah bila perlu
3. MANAJEMEN VENTILASI MEKANIK
Definisi:
Menggunakan alat artificial untuk membantu pasien bernapas
Aktifitas:
• Monitor kelemahan otot-otot respirasi
• Monitor kelemahan (impending) respirasi
• Konsultasikan dengan tim kesehatan lain dalam penggunaan
mode di ventilator
• Instruksikan pada pasien dan keluarga mengenai alat-alat atau
rasanya penggunaan ventilator mekanik
• Monitor secara rutin penggunaan ventilator
• Monitor peningkatan tekanan inspirasi
• Pastikan alarm ventilator dalam posisi menyala
• Berikan sedatif, analgetik narkotik bila perlu sesuai program
• Monitor efektifitas ventilasi mekanik pada status
psikologik/fisiologik pasien
• Lakukan tindakan dengan tenang
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
83
83
• Berikan alat-alat yang diperlukan pasien untuk komunikasi
(kertas, pensil)
• Cek seluruh konektor ventilator secara reguler
• Kosongkan air dari selang bila perlu
• Pastikan perubahan sirkuit ventilator tiap 24 jam bila perlu
• Gunakan prosedur aseptik
• Monitor tekanan ventilator dan bunyi napas
• Selama penghisapan, stop pemberian NGT dan 30-60 menit
setelah fisioterapi dada
• Matikan alarm ventilator selama penghisapan untuk menurunkan
frekuensi/alarm kekeliruan
• Monitor perkembangan pasien saat terpasang ventilator dan
lakukan perubahan sesuai indikasi
• Posisi semi Fowler
• Kolaborasi dengan dokter untuk menggunakan CPAP dan PEEP
untuk meminimalkan hipoventilasi alveolar
• Lakukan fisioterapi dada
• Lakukan suction seminimal mungkin dengan teknik close suction
• Berikan intake cairan dan nutrisi yang adekuat
• Lakukan perawatan mulut secara teratur
• Monitor respon pasien terhadap pemakaian ventilator dan setiap
perubahan setting ventilator (kadar AGD, SaO2, CO2, volume
tidal)
• Monitor derajat dari shunt, kapasitas, V2/V1, MVV, kekuatan
inspirasi, FEV, untuk kesiapan menyapih dari ventilator mekanik
berdasarkan pada protap.
4. MANAJEMEN ASAM BASA
Definisi:
Mempertahankan keseimbangan asam basa dan mencegah
komplikasi dari ketidakseimbangan asam basa.
Aktifitas:
• Pertahankan kepatenan akses iv
• Pertahankan kepatenan jalan napas
• Monitor tingkat analisis gas darah dan elektrolit
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
84
84
• Monitor status hemodinamik yang meliputi CVP, MAP, PAP, dan
PCWP jika terpasang
• Monitor kehilangan asam dari muntah, produk NGT, diare dan
produk diuresis
• Monitor kehilangan basa dari drainase dan diare
• Atur posisi untuk memfasilitasi ventilasi adekuat misalnya jalan
napas terbuka dan elevasi kepala
• Monitor adanya gagal napas (PaO2 turun, PaCO2 naik dan
kelemahan otot pernapasan)
• Monitor pola pernapasan
• Monitor determinan
• Kirimkan spesimen untuk pemeriksaan laborat dari
keseimbangan asam basa
• Kurangi pemakaian O2 jika perlu
• Monitor status neurolgis
• Atur pemberian obat alkali bila perlu
• Beri perawatan mulut secara teratur
• Instruksikan pada klien dan keluarga untuk kegiatan pengobatan
ketidakseimbangan asam basa
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
85
85
Lampiran 7. Formulir Rujukan Pasien
Kepada
Yth. Teman Sejawat ................................
Di
.....................................
Bersama ini kami merujuk pasien Flu Burung sebagai berikut :
Nama :...................................................................
Umur :..................... thn ……………… bln
Jenis Kelamin :..................... ( L / P )
Alamat :Jln…………………………………………………... No…………
Rt……………………………. Rw …………………………………………….
Kelurahan :……………………………………………………………….
Kecamatan :………………………………………………………………..
Tanggal mulai sakit : ………………………………………………………………………….
Tanggal mulai dirawat :……………………………….Jam…………………………………….
A. Hasil Pemeriksaan Klinis :
B. Hasil Pemeriksaan Penunjang :
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
86
86
C. Pengobatan yang telah diberikan :
........................., ..... ................... 20....
( nama sarana pelayanan kesehatan )
Dokter / Perawat yang merawat
( nama terang )
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
87
87
Lampiran 8. Surat Keterangan Pasien Pulang
Surat Keterangan Pasien Pulang
No. .............................
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : .................................
NIP : .................................
Jabatan : .................................
Instansi : .................................
Menerangkan bahwa pasien :
Nama : .................................
Umur : .................................
Jenis Kelamin : .................................
Alamat : .................................
Pekerjaan : .................................
Saat ini dinyatakan bukan pengidap/sembuh* dari penyakit flu burung.
Demikian surat keterangan ini dibuat agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
........................, ..../..../20....
(Nama Lengkap)
NIP................. * Coret yang tidak perlu
KOP SURAT INSTANSI YANG BERSANGKUTAN
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
88
88
Lampiran 9. Ruang Isolasi
Gb-1. Model Alur Pelayanan Ruangan Pasien Flu Burung ke R. Isolasi
R. Dekontaminasi di IGD
Triase (IGD)
Poliklinik Rawat Jalan Ambulan Poliklinik Rawat Inap
Selasar RS (pasien dan petugas menggunakan
APD)
Gedung Isolasi
R.Rawat Pasien Terkonfirmasi
R.Rawat Pasien Suspek
R.Rawat Pasien Probabel
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
89
89
Air
Cur
tain
Air
Cur
tain
Air
Cur
tain
IV Ceiling-TrackBed
Hea
d U
nit
Medical Stainless Steel Sink
Hand-dryer
Min
imal
120
cm
Sirk
ulas
iR
. Raw
at
Stas
i Per
awat
R. I
sola
si
Pasi
en T
erko
nfirm
asi (
;C
onfir
m N
urse
Sta
tion
Are
a)
Mod
ular
Tt-C
ON
FIR
M
Room Cabinet w/Flat Top
Clean PPE-Cabinet w/Flat Top
Was
te
PP
E-C
abin
et
w/F
lat T
op
Stainless Steel Sink
Stainless Steel Sink
Hand-dryer
R. Antara -2(;Preparation Rm)
R. Antara -1(;Pre-Preparation Rm.)
Air
Cur
tain
Air
Cur
tain
R. Rawat Intensif IsolasiPasien TERKONFIRMASI(;CONFIRM H5N1 Isolation Ward)
Design Copyright by c Aryosi - PSPPK-2006
Room Cabinet w/Flat Top Medical Stainless Steel
Sink
IV Ceiling-TrackBed
Hea
d U
nit
Mod
ular
Tt. C
ON
FIR
M
Hand-dryer
R. Antara -2(;Preparation Rm)
Stainless Steel Sink
Clean PPE-Cabinet w/Flat Top
Stainless Steel Sink
Hand-dryer
R. Antara -1(;Pre-Preparation Rm.)
Air
Cur
tain
Air
Cur
tain
Was
te
PP
E-C
abin
et
w/F
lat T
op
Air
Cur
tain
Air
Cur
tain
Sirk
ulas
iR
. Raw
at
Air
Cur
tain
Stas
i Per
awat
R. I
sola
si
Pas
ien
Terk
onfir
mas
i (:
Con
firm
Nur
se S
tatio
n A
rea)
Min
imal
120
cm
Air Curtain
Air
Cur
tain
Air
Cur
tain
Air
Cur
tain
Sirk
ulas
iR
. Raw
atSi
rkul
asi
R. R
awat
R. Rawat Intensif IsolasiPasien TERKONFIRMASI(;CONFIRM H5N1 Isolation Ward)
R. Rawat Intensif IsolasiPasien Berkemungkinan(;PROBABLE H5N1 Isolation Ward)
ModularTt-PROBABLE
ModularTt-SUSPECT
R. Rawat Intensif IsolasiPasien Tercurigai(;SUSPECT H5N1 Isolation Ward)
Air Curtain
Stas
i Per
awat
R. I
sola
si
Prob
able
(;P
roba
ble
Nur
se S
tatio
n A
rea)
Stas
i Per
awat
R. I
sola
si
Sus
pect
(;S
uspe
ct
Nur
se S
tatio
n A
rea)
Air
Cur
tain
R.Spoelhoeck &Desinfektanisasi
R.TransferDirty Utility & Linen
Air
Cur
tain
CleanStorage (Linen, Equipment & Medicine)
Clean Storage Air Lock /Tranfer Chamber
R.LokerPetugas
R.KM/WCPetugas
Air Curtain
Air
Cur
tain
R.Rekam Medik Internal & Diskusi
R.Adm. Internal
R Lab
Km/Wc Wanita
Km/Wc PriaR. Antara / Transfer Chamber / Air-Lock
R. Tunggu Pasien
R. Tunggu Pasien
Model Varian Tata-Ruang Dalam R.Isolasi Skala Garis
0
0
2 m 4 m 6 m
200 400 600
SELASAR RUMAH SAKIT
Gb-2. Model Varian R. Isolasi untuk Flu Burung
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
90
90
Gb-3. Model Varian-1 R.Perawatan Isolasi untuk Flu Burung
R. Rawat Intensif Isolasi(;H5N1 Isolation Ward)
IV C
eilin
g-Tr
ack
Bed Head Unit
Medical S
tainless Steel
Sink
Hand-dryer
Minimal (p)Modular400 cm
MinimalSirkulasi240 cm(Max. Bed Length in the Medical Equipment Market is + 2352mm at Feb,2006)
Minimal (p)Modular200 cm
Minimal120 cm
SirkulasiR. Rawat
Drawing Copyright by c PSPPK-Setjen-DEPKES-RI-2006
Des
ign
Cop
yrig
ht b
y c
Aryo
si -
PSP
PK-2
006
Syrenge Pump w/Standard TripodInfusion Pump w/Standard Tripod
Adult/Pediatric Ventilator Set
Mobile Aneroid Sphigmanometer Setw/ Stand & Adult Dual Head Stethoscope
Instrument Table w/ Top Foldable Writing Table
Bed-Side Cabinet w/ Flat Table Top
Bed-Side (Vital Sign) Monitor
Stasi Perawat R. Isolasi (;Nurse Station Area)
Minimal (l)Modular400 cm
Minimal (l)Modular400 cm
Minimal (l)Modular150 cm
Room
Cabinet
w/Flat Top
High Volume 15" Exhauster
Exhauster Shaft
Clean
PP
E-Cabinet
w/Flat Top
Waste PPE-Cabinet w/Flat Top
Stainless Steel
Sink
Stainless S
teel S
ink
Hand-dryer
Minimal (p)Modular300 cm
Model Varian - 1Tata-Ruang Dalam pada area R. Perawatan Isolasi, R. Foyer Air-Lock Petugas dan Nurse Station untuk R.Perawatan dengan BSL-2
Skala Garis
0
0 200
2 m
400
4 m
600
6 m
R. Antara -2(;Preparation Rm)
R. Antara -1(;Pre-Preparation Rm.)
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
91
91
Gb-4. Model Varian-2 R.Perawatan Isolasi untuk Flu Burung Gb-5. Model Varian-3 R.Perawatan Isolasi untuk Avian Flu (H5N1)
ModularR. Rawat
0
0
2 m
200
4 m
400
6 m
600Skala Garis
Air Curtain Air CurtainAir Curtain
Air C
urta
in
IV C
eilin
g-Tr
ack
Bed Head Unit
Stai
nles
s St
eel
Sink
Han
d-dr
yer
Stainless Steel Sink
Hand-dryer
Minimal (p)Modular300 cm
MinimalSirkulasi240 cm(Max. Bed Length in the Medical Equipment Market is + 2352mm at Feb,2006)
Minimal (p)Modular200 cm
Minimal120 cm
SirkulasiR. Rawat
Drawing Copyright by c PSPPK-Setjen-DEPKES-RI-2006
Syrenge Pump w/Standard TripodInfusion Pump w/Standard Tripod
Adult / Pediatric Ventilator Set
Mobile Aneroid Sphigmanometer Setw/ Stand & Adult Dual Head Stethoscope
Instrument Table w/ Top Foldable Writing Table
ed-Side Cabinet w/ Flat Table Top
Bed-Side (Vital Sign) Monitor
Stasi Perawat R.Isolasi (;Nurse Station Area)
R. Rawat Intensif Isolasi(;H5N1 Isolation Ward)
R. AntaraPetugas (; Air Lock Foyer for Medical Staff )
Minimal (l)Modular300 cm
Minimal (l)Modular300 cm
Minimal (l)Modular150 cm
Roo
m C
abin
et
w/F
lat T
op
Cle
an
PPE-
Cab
inet
w
/Fla
t Top
Room
Cabinet
w/Flat Top
Waste
PPE
-Cabinet
w/Flat Top
High Volume 15" Exhauster
Exhauster ShaftA
ir Curtain
Model Varian - 2Tata-Ruang Dalam pada area R. Perawatan Isolasi, R. Foyer Air-Lock Petugas dan Nurse Station untuk R.Perawatan dengan BSL-3.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
92
92
Gb-5. Model Varian-3 R.Perawatan Isolasi untuk Avian Flu (H5N1) Gb-6. Model Potongan Sterilisator Udara R.Perawatan Isolasi untuk Flu
Burung
0
0
2 m
200
4 m
400
6 m
600Skala Garis
Mobile Aneroid Sphigmanometer Setw/ Stand & Adult Dual Head Stethoscope
Instrument Table w/ Top Foldable Writing Table
Bed-Side Cabinet w/ Flat Table Top
Bed-Side (Vital Sign) Monitor
Stasi Perawat R.Isolasi (;Nurse Station Area)
R. Rawat Intensif Isolasi(;H5N1 Isolation Ward)
R. AntaraPetugas (; Air Lock Foyer for Medical Staff )
Minimal (p)Modular300 cm
MinimalSirkulasi240 cm(Max. Bed Length in the Medical Equipment Market is + 2352mm at Feb,2006)
Minimal (p)Modular200 cm
Minimal120 cm
SirkulasiR. Rawat
Drawing Copyright by c PSPPK-Setjen-DEPKES-RI-2006
Syrenge Pump w/Standard Tripod
Infusion Pump w/Standard Tripod
Adult / Pediatric Ventilator Set
ModularR. Rawat
Air Curtain Air CurtainAir Curtain
Air
Cur
tain
IV C
eilin
g-Tr
ack
Bed Head Unit
Stainless Steel Sink
Hand-dryer
Stainless Steel Sink
Hand-dryer
Minimal (l)Modular300 cm
Minimal (l)Modular300 cm
Minimal (l)Modular150 cm
Room
Cabinet
w/Flat Top
Cle
an
PPE-
Cab
inet
w
/Fla
t Top
Waste
PPE-C
abinet w
/Flat Top
High Volume 15" Exhauster
Exhauster Shaft
Air Curtain
Model Varian - 3Tata-Ruang Dalam pada area R. Perawatan Isolasi, R. Foyer Air-Lock Petugas dan Nurse Station untuk R.Perawatan dengan BSL-3.
Km/WC
Air Curtain Air Curtain
Minimal (l) Modular 300 cm
Minimal (p) Modular120 cm
Minimal (p) Modular150 cm
R. Antara Km/WC
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
93
93
Gb-6. Model Potongan Sterilisator Udara R.Perawatan Isolasi untuk Flu Burung
280,00 cm
375,00~400,00 cm
17,50 cm
45,00 cm
77,50 ~ 102,50 cm
45,00 cm
80,00 ~ 85,00 cm
45,00 cm
10,00 cm
UDARA BERSIH RUANGAN MASUK (; ROOM CLEAN AIR-INTAKE)
UDARA BERSIH KELUAR (; FRESH AIR-OUTLET)
UDARA KOTOR RUANGAN KELUAR (; ROOM WASTE AIR-OUTLET)
UDARA KOTOR RUANGAN KELUAR (; ROOM WASTE AIR-OUTLET)
UDARA BUANGAN BERSIH STERILISATOR UDARA (;STERISATOR CLEAN WASTE AIR-OUTLET)
EKSHAUS 15 Inch(;15" High Vaccum Exhauster)
EKSHAUS 15 Inch(;15" High Vaccum Exhauster)
EKSHAUS 15 Inch(;15" High Vaccum Exhauster)
EKSHAUS 15 Inch(;15" High Vaccum Exhauster)
EKSHAUS 15 Inch(;15" High Vaccum Exhauster)
Indoor Unit(min) 1 Pk(Bergantung Besaran Ruangan)
UV-Lamp Set
UV-Lamp Set
Pre / EPA Filter Set
Burner Set
EKSHAUS 15 Inch(;15" High Vaccum Exhauster)
Pre / EPA Filter Set
EKSHAUS 15 Inch(;15" High Vaccum Exhauster)
Design & Drawing Copyright by Aryosi-PSPPK-2006
PSPPK, SETJEN, DEPKES-RI c 2006
TAMPAK POTONGAN A-ARUANG ISOLASI & STERILISATOR UDARA
R. Perawatan Isolasi
R.Antara /Persiapan/TC
Sel
asar
R.P
eraw
atan
Iso
lasi
A A
DENAH SKEMATIK
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
94
94
Daftar Peralatan Di Ruang Isolasi Flu Burung
No. Nama Alat
I Alat Kedokteran/Keperawatan/Kesehatan
1. Bronkoskopi 2. TT 3 Posisi + matras 3. Ventilator 4. Bed Side Monitor 5. Analisis Gas Darah 6. Mobile X Ray 7. Ultra Violet Lamp 8. APD (Alat Perlindungan Diri) 9. Nebulizer 10. Intubasi set 11. Oxgen Consentrator Complete with Accessories 12. Infusion Pump 13. Syringe pump 14. EKG 12 Channel 15. Defribilator 16. Automatic Film Processor 17. Vena Sectie 18. Sterilasator Kering 19. Suction Pump 20. Central Monitor 21. Stretcher 22. Manometer O2 central
23. Tensimeter
24. Stethoscope
25. Termometer
26. Standar Infus
II APD
1. Baju Operasi
2. Gaun/Jas Operasi
3. Sepatu Boot
4. Topi Bedah/Tutup Kepala
No. Nama Alat
5. Masker Bedah
6. Masker N95
7. Sarung Tangan Panjang
8. Sarung Tangan Biasa/Bedah
9. Kaca Mata Pelindung
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
95
95
10. Apron Plastik
III Alat Rumah Tangga
1. Lemari Alat Tenun
2. Lemari Pakaian
3. Ember Besar dan Kecil
4. Tempat Sampah Medis
5. AC / Kipas Angin
6. Sikat Cuci Tangan
IV Alat Habis Pakai
1. Desinfektan
2. Sabun
3. Tisu
4. Plastik Sampah
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
96
96
Kriteria Ruang Perawatan Isolasi Flu Burung
1) Perawatan Isolasi (Isolation Room)
a. Zona Pajanan Primer / Pajanan Tinggi
b. Pengkondisian udara masuk dengan Open Circulation System
c. Pengkondisian udara keluar melalui Vaccum Luminar Air Suction
System
d. Air Sterilizer System dengan Burning & Filter
e. Modular minimal = 3 x 3 m2
2) Ruang Kamar Mandi / WC Perawatan Isolasi (Isolation Rest Room)
a. Zona Pajanan Sekunder / Pajanan Sedang
b. Pengkondisian udara masuk dengan Open Circulation System
c. Pengkondisian udara keluar melalui Vaccum Luminar Air Suction
System
d. Modular minimal = 1,50 x 2,50 m2
3) Ruang Bersih Dalam (Ante Room / Foyer Air Lock)
a. Zona Pajanan Sekunder / Pajanan Sedang
b. Pengkondisian udara masuk dengan AC Open Circulation System
c. Pengkondisian udara keluar ke arah inlet saluran buang ruang
rawat isolasi
d. Modular minimal = 3 x 2,50 m2
4) Area Sirkulasi (Circulation Corridor)
a. Zona Pajanan Tersier / Pajanan Rendah / Tidak Terpajan
b. Pengkondisian udara masuk dengan AC Open Circulation System
c. Pengkondisian udara keluar dengan sistem exhauster
d. Modular minimal lebar = 2,40 m
5) Ruang Stasi Perawat (Nurse Station)
a. Zona Pajanan Tersier / Pajanan Rendah / Tidak Terpajan
b. Pengkondisian udara masuk dengan AC Open Circulation System
c. Pengkondisian udara keluar dengan sistem exhauster
d. Modular minimal = 2 x 1,5 m2 / petugas (termasuk alat)
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
97
97
Lampiran 10. Diagnosis Klinis Flu Burung oleh WHO
Definisi Kasus untuk Infeksi Virus Influenza A (H5N1)
WHO pada Manusia
29 Agustus 2006
Latar Belakang
Pelaporan kasus influenza H5N1 yang cepat dan akurat adalah landasan
utama untuk memonitor baik evolusi global penyakit flu burung dan risiko
yang menyertainya bahwa suatu virus pandemik mungkin muncul. Dalam
kerja sama dengan beberapa mitra, WHO sudah mengembangkan definisi
kasus yang baku untuk memfasilitasi :
1. Pelaporan dan klasifikasi kaus-kasus infeksi H5N1 pada manusia oleh
para pejabat kesehatan nasional dan internasional.
2. Pembakuan bahasa untuk tujuan-tujuan komunikasi.
3. Keterbandingan data lintas waktu dan daerah geografik.
Penerapan Definisi Kasus H5N1
1. Definisi kasus itu berlaku pada fase kewaspadaan pandemik sekarang
ini (fase 3) dan mungkin berubah ketika informasi baru tentang
penyakit flu burung dan epidemiologinya tersedia.
2. Pejabat nasional yang berwenang harus melaporkan secara resmi
kasus-kasus H5N1 yang probabel dan konfirm kepada WHO. Definisi
kasus untuk orang-orang yang dalam investigasi dan kasus-kasus
suspek telah dikembangkan untuk membantu para pejabat nasional
yang berwenang dalam mengklasifikasi dan menelusuri kasus-kasus.
3. Definisi kasus itu tidak dimaksudkan untuk menyediakan deskripsi-
deskripsi penyakit yang lengkap pasien-pasien tetapi untuk
membakukan pelaporan kasus-kasus.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
98
98
4. Dalam situasi klinik yang membutuhkan putusan-putusan mengenai
pengobatan, pelayanan atau “triage” orang-orang yang mungkin
terinfeksi H5N1, dan bukan ketaatan pada definisi kasus. Karena
sebagian besar pasien dengan infeksi H5N1 menunjukkan demam dan
keluhan-keluhan saluran napas bagian bawah spektrum klinik luas.
Definisi Kasus
Orang yang dalam Investigasi
Seseorang yang telah diputuskan oleh para pejabat kesehatan yang
berwenang dalam kesehatan masyarakat untuk diinvestigasi kemungkinan
H5N1
Kasus Suspek H5N1
Seseorang dengan penyakit saluran napas bawah yang tidak bisa
dijelaskan disertai demam (suhu > 38o C), batuk, sesak napas atau
kesulitan bernapas. Dan satu atau lebih dari pemaparan dalam 7 hari
sebelum mulainya gejala :
- Kontak erat (dalam jarak 1 meter) dengan seseorang (merawat,
berbicara dengan atau meraba) orang yang dicurigai menderita
penyakit flu burung, probabel atau kasus H5N1 yang sudah konfirmasi.
- Pemaparan (misalnya memegang, menyembelih, mencabuti bulu,
memotong, mempersiapkan untuk konsumsi) terhadap ternak ayam
atau unggas liar atau bangkai unggas atau terhadap lingkungan yang
tercemar oleh kotoran unggas-unggas itu dalam wilayah dimana infeksi
dengan H5N1 pada hewan atau manusia telah dicurigai atau
dikonfirmasi dalam bulan terakhir.
- Konsumsi bahan baku atau produk ternak ayam yang tidak dimasak
sempurna dalam wilayah dimana infeksi dengan H5N1 pada hewan
atau manusia telah dicurigai atau dikonfirmasi dalam bulan terakhir.
- Kontak dekat dengan seekor binatang yang telah dikonfirmasi
terinfeksi H5N1 bukan ternak ayam atau unggas-unggas liar (misalnya
kucing atau babi)
- Memegang / menangani sampel (hewan atau manusia) yang dicurigai
mengandung virus H5N1 dalam suatu laboratorium atau tempat
lainnya.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
99
99
Kasus Probabel H5N1 (Lapori WHO)
Definisi 1 probabel
Seseorang memenuhi kasus suspek
DAN
Satu kriteria tambahan berikut ini :
a. Infiltrat atau bukti dari suatu pneumonia akut pada gambaran foto
toraks ditambah denagn bukti gagal napas (hipoksemia, takipneu
berat)
ATAU
b. Konfirmasi laboratorium positif untuk infeksi Influenza A tetapi bukti
untuk infeksi H5N1 tidak cukup positif.
Definisi 2 probabel
Seseorang yang meninggal karena suatu penyakit saluran napas akut
yang tidak bisa dijelaskan yang dianggap secara epidemiologi berkaitan
karena waktu, tempat dan pemaparan terhadap kasus H5N1 yang sudah
terkonfirmasi.
Kasus H5N1 terkonfirmasi (Lapori WHO)
Seseorang yang memenuhi kriteria untuk kasus suspek atau probabel
DAN :
Satu dari hasil-hasil berikut ini yang dilaksanakan dalam suatu
laboratorium influenza nasional, regional atau internasional yang hasil
pemeriksaan H5N1-nya diterima oleh WHO sebagai konfirmasi.
a. Isolasi suatu H5N1 virus
b. Hasil-hasil H5 PCR positif dari pemeriksaan-pemeriksaan menggunakan
dua sasaran PCR yang berbeda misalnya primer khusus untuk influenza
A dan H5 HA
c. Suatu peningkatan 4 kali lipat atau lebih dalam titer antibodi netralisasi
untuk H5N1 berdasarkan pemeriksaan dari suatu spesimen serum
akut (diambil 7 hari atau setelah gejala penyakit mulai) dan suatu
spesimen serum konvalesen. Titer antibodi netralisasi konvalesen
harus pula 1 : 80 atau lebih tinggi.
d. Suatu titer antibodi mikronetralisasi H5N1 1 : 80 atau lebih dalam
suatu spesimen serum yang diambil pada hari ke 14 atau sesudahnya
setelah gejala penyakit mulai dan suatu hasil positif menggunakan
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
100
100
suatu assay serologi yang berbeda, misalnya titer HI sel-sel darah
merah kuda 1 : 160 atau lebih atau suatu hasil positif H5 western blot.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
101
101
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 756/MENKES/SK/IX/2006
TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENDERITA FLU BURUNG
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang: a. bahwa kecenderungan meningkatnya penderita penyakit flu
burung (Avian influenza) yang berpotensial menjadi pandemi melalui Keputusan Menteri Kesehatan telah ditetapkan flu burung sebagai Kejadian Luar Biasa(KLB);
b.
bahwa penanganan penderita penyakit flu burung memerlukan penanganan yang cepat dan tepat serta memerlukan biaya yang cukup besar;
c. bahwa untuk meringankan beban biaya masyarakat penderita flu burung diperlukan langkah kebijakan pembebasan biaya pasien penderita flu burung yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
Mengingat: 1. Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang–Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3273);
3. Undang–Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3447);
5. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah beberapa kali dirubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 560 Tahun 1989 tentang Jenis Penyakit Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah, Tata Cara Penyampaian Laporan dan Tata Cara Penanggulangannya;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1372/Menkes/SK/IX/2005 tentang Penetapan Kondisi Kejadian Luar Biasa (KLB) Flu Burung (Avian Influenza);
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
102
102
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1371/Menkes/SK/IX/2005 tentang Penetapan Flu Burung Sebagai Penyakit Yang Dapat Menimbulkan Wabah serta Pedoman Penanggulangannya;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.
M E M U T U S K A N Menetapkan:
Kesatu : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENDERITA FLU BURUNG DI RUMAH SAKIT.
K e d u a : Pembebasan biaya sebagaimana dimaksud Diktum Kesatu berlaku bagi pasien yang dirawat di Rumah Sakit yang telah ditetapkan sebagai Rumah Sakit Rujukan Flu Burung dan Rumah Sakit Non Rujukan Flu Burung (pemerintah maupun swasta) yang menerima pasien sebelum dirujuk ke Rumah Sakit Rujukan Flu Burung.
K e t i g a : Pembebasan biaya dimaksud Diktum Kedua meliputi : 1. Biaya Administrasi; 2. Biaya Pelayanan dan Perawatan di UGD, Ruang Isolasi,
Ruang ICU dan Jasa dokter; 3. Pemeriksaan Penunjang (pemeriksaan Laboratorium dan
Radiologi); 4. Obat–obatan dan bahan habis pakai; 5. Biaya rujukan; dan 6. Pemulasaran Jenazah (peti jenazah, transportasi dan
penguburan). Keempat : Pembebasan biaya sebagaimana dimaksud Diktum Ketiga
berlaku untuk : a. Pasien suspek flu burung sampai hasil pemeriksaan Lab
PCR (-); b. Pasien suspek flu burung dengan hasil pemeriksaan Lab
PCR (+) sampai dinyatakan sembuh atau PCR (-); c. Pemulasaran Jenazah.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
103
103
Kelima : Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada Diktum Kedua yang menangani pasien flu burung dapat mengajukan penggantian biaya (klaim biaya) kepada Departemen Kesehatan dengan mengacu pada prosedur sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Keenam : Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien penderita flu burung terhitung mulai berlakunya Keputusan ini agar mengacu pada ketentuan sebagaimana tercantum dalam Keputusan ini.
Ketujuh : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 20 September 2006
MENTERI KESEHATAN RI,
Dr. dr Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K)
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
104
104
Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 756/MENKES/SK/IX/2006 Tanggal : 20 September 2006
PEDOMAN PROSEDUR PENGGANTIAN BIAYA PENANGANAN
PASIEN PENDERITA FLU BURUNG
A. PENDAHULUAN
Konsensus Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Undang–Undang Dasar 1945
pasal 28 H dan Undang–Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
menetapkan bahwa kesehatan adalah hak fundamental setiap warga negara.
Karena itu, setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh
perlindungan terhadap kesehatannya, dan Negara bertanggungjawab mengatur
agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya.
Saat ini salah satu penyakit yang mengancam hak fundamental masyarakat untuk
hidup sehat adalah penyakit Flu Burung. Penyakit ini menyerang sistem
pernafasan dengan angka kematian yang sangat tinggi (>50 %), penyebabnya
adalah virus Influenza A subtipe H5N1 subtipe H5N1 (H=hemagglutinin;
N=neuraminidase) yang pada umumnya menyerang unggas (burung dan ayam),
namun pada tahun 1997 infeksi flu burung telah berpindah dari unggas ke
manusia dan sejak saat itu telah terjadi 3 kali outbreak infeksi virus influensa A
subtipe H5N1.
Flu burung pada manusia pertama kali ditemukan di Hongkong pada tahun 1997
dimana dari 18 orang penderita 6 orang meninggal dunia. Data Depkes per
tanggal 6 September 2006 dilaporkan bahwa jumlah kasus konfirm sebanyak 62
orang dengan angka kematian sebanyak 47 orang. Akhir-akhir ini kasus flu
burung berkembang dengan cepat dihampir seluruh propinsi di Indonesia.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Menteri Kesehatan RI melalui Surat
Keputusan Nomor : 1371/Menkes/SK/IX/2005 telah menetapkan 44 Rumah Sakit
sebagai rujukan dalam menangani pasien–pasien menderita Flu Burung dan
menetapkan penyakit ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Sehubungan dengan hal tersebut Departemen Kesehatan telah mempersiapkan
secara bertahap Rumah Sakit Rujukan Flu Burung baik di segi sarana (peralatan
medis, bahan habis pakai dan obat–obatan), prasarana (ruang isolasi) maupun
peningkatan SDM yang terampil. Pembiayaan perawatan pasien termasuk biaya
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
105
105
rujukan dan penguburan merupakan hal yang sangat penting untuk ditata secara
baik, mengingat tingginya biaya yang dibutuhkan selama pasien dirawat di rumah
sakit.
B. TUJUAN Umum : Mempercepat penanganan pasien Flu Burung.
Khusus : 1. Mempercepat akses ke Rumah Sakit.
2. Memberikan pelayanan sesuai Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di
Rumah Sakit.
3. Menyederhanakan mekanisme pengajuan klaim ke pemerintah dalam hal ini
Departemen Kesehatan RI.
C. MEKANISME KERJA DALAM PENGAJUAN KLAIM
1. Direktur Utama/Direktur Rumah Sakit yang merawat penderita membuat
permohonan penggantian biaya pengobatan bagi pasien Flu Burung
Kepada Departemen Kesehatan,
Cq : Direktur Bina Pelayanan Medik Dasar Gedung Departemen Kesehatan
Lt V Blok B Ruang 508 Jl. HR. Rasuna Said X5 Kav 5—9 Jakarta Selatan 12950 Telepon : 021-5222430 Fax : 021-5222430, 021-52902046
dengan melampirkan bukti-bukti lengkap dan asli sesuai prosedur
administrasi yang berlaku bagi pengelola keuangan negara.
2. Mengisi Formulir Pasien dan Rekapitulasi Pasien penderita Flu Burung
yang diketahui oleh Kepala Dinas Kesehatan setempat dalam rangkap 3
(tiga) asli.(contoh terlampir)
3. Penulisan kwitansi dalam rangkap 3 asli (contoh terlampir). 4. Melampirkan fotocopy Medical Record Pasien. 5. Melampirkan obat & Bahan Habis Pakai yang digunakan. 6. Pemeriksaan Laboratorium & Radiologi didasarkan atas indikasi medis
semata & atas permintaaan dokter yang merawat.
7. Biaya rujukan di sesuaikan oleh jarak asal rujukan ke Rumah sakit rujukan
dengan memperhatikan azas kewajaran.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
106
106
8. Penggunaan obat–obatan dan bahan habis pakai mengacu pada pedoman
penatalaksanaan Flu Burung di Sarana Pelayanan Kesehatan yang
dikeluarkan Departemen Kesehatan.
9. Seluruh Berkas akan di Verifikasi dan selanjutnya bila sudah sesuai dengan
prosedur administrasi yang berlaku akan dibayarkan kepada Rumah Sakit
yang mengajukan klaim tersebut.
10. Bagi RS non Rujukan yang menerima pasien Suspek Flu Burung, agar
sesegera mungkin merujuk ke RS Rujukan Flu Burung setempat.
D. PENUTUP
Dengan terbitnya pedoman ini diharapkan penanganan terhadap pasien Flu
burung di Rumah Sakit menjadi lebih baik lagi, sehingga angka kematiannya dari
hari kehari dapat diturunkan.
E. CONTOH FORM
Form 1 contoh: format rekapitulasi Form 2 contoh: format kwitansi
MENTERI KESEHATAN RI,
Dr. dr Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K)
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
107
107
FORM 1: REKAPITULASI PASIEN PENDERITA FLU BURUNG
Propinsi : Kabupaten/Kota : Rumah Sakit :
No. Nama Penderita No
Rekam Medik
Umur Sex L/P Alamat
Rawat Biaya Lab
Biaya Radiologi
Biaya Rujukan Diagnosa Ambulans
Jenasah Peti
Jenasah Jumlah KET Inap Jalan
TOTAL
……………...........,……………………………..200…
Mengetahui Direktur RS ……………………………………….
Kepala Dinas Kesehatan……………….
(………………………………) (………………………………)
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
108
108
FORM 2 CONTOH:
K W I T A N S I
SUDAH TERIMA : (kosongkan saja)
BANYAKNYA UANG : …………………………………………………………………………………………….
UNTUK PEMBAYARAN : Penggantian biaya perawatan pasien penderita Flu burung di RS……………................
Jumlah Rp. …………………
Direktur Rumah Sakit
………………………
Materai 6000
Tandatangan / Stempel
Nama jelas / NIP
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit
109
109
REFERENSI
1. World Health Organization, Western Pacific Region. Avian
Influenza, 15 January 2004.
2. World Health Organization, South-East Regional Office. Avian
Influenza Virus A (H5N1), 20 July 2004.
3. JNPK – KR, YBP – SP, JHPIEGO. Panduan Pencegahan Infeksi
Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dengan Sumber Daya
Terbatas
4. World Health Organization. Cumulative Number of Confirmed
Human Cases of Avian Influenza A/(H5N1). Available at :
http://www.who.int.
5. Working Group on Therapeutic Care, Departemen of Medical
Services. Clinical Practice Guideline for Human Avian Influenza
(H5N1), Revised version, December 19, 2005.