BAB I PENDAHULUAN - · PDF fileKeseimbangan cairan dan elektrolit ... Distribusi air dalam...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN - · PDF fileKeseimbangan cairan dan elektrolit ... Distribusi air dalam...
Februari 19, 2012 [PATOFISIOLOGI]
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit 1 of 28
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Lebih kurang 60 % berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air dan
elektrolit). Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah cairan tubuh adalah umur, jenis
kelamin, dan kandungan lemak tubuh. Secara umum diketahui orang yang lebih muda
mempunyai persentase cairan tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang lebih
tua. Dan pria secara proporsional mempunyai lebih banyak cairan tubuh dibandingkan
dengan wanita. Orang yang gemuk memiliki jumlah cairan yang lebih sedikit dibandingkan
dengan orang yang kurus karena sel lemak mengandung sedikit air.
Untuk mempertahankan kesehatan dibutuhkan keseimbangan cairan dan elektrolit
didalam tubuh. Keseimbangan ini dipertahankan oleh asupan, distribusi, dan haluaran air dan
elektrolit, serta pengaturan komponen-komponen tersebut oleh sistem renal dan paru. Banyak
faktor yang menyebabkan ketidakseimbangan. Salah satunya karena penyakit. Oleh karena
itu, pengetahuan tentang patofisiologi dan perbaikan ketidakseimbangan serta upaya
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektronik sangat diperlukan dalam memberikan
asuhan keperawatan.
Orang dewasa yang sehat, aktif bergerak dan memiliki orientasi yang baik biasanya
dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang normal karena mekanisme
adaptif tubuhnya. Namun, pada bayi, orang dewasa yang menderita penyakit berat, klien
dengan gangguan orientasi, atau klien yang immobile, serta lansia sering kali tidak mampu
berespon secara mandiri. Dan seiring dengan waktu, kapasitas adaptif tubuh mereka tidak lagi
mampu mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tanpa bantuan.
Februari 19, 2012 [PATOFISIOLOGI]
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit 2 of 28
1.2 TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.2.1 Tujuan umum
Berdasarkan latar belakang, penulis membahas tentang Gangguan pada Keseimbangan
Cairan dan Elektrolit, agar pembaca memahami tentang patofisiologi keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh
1.2.2 Tujuan khusus
Tujuan yang lebih spesifik dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca,
khususnya mahasiswa, mampu memahami hal-hal sebagai berikut :
1. Untuk memahami tentang konsep dasar keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
2. Untuk memahami gangguan keseimbangan volume cairan tubuh yaitu kekurangan
dan kelebihan cairan tubuH
3. Untuk memahami tentang gangguan keseimbangan elektrolit tubuh yaitu kekurangan
dan kelebihan natrium, kekurangan dan kelebihan kalium, kekurangan dan kelebihan
kalsium, kekurangan dan kelebihan magnesium, kekurangan dan kelebihan fosfor
Februari 19, 2012 [PATOFISIOLOGI]
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit 3 of 28
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Distribusi cairan tubuh
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh
total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada
yang lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :
A. Cairan Intraseluler (CIS)
Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam membran sel di seluruh tubuh,
yang berisi substansi terlarut yang penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit serta
metabolisme. Cairan intrasel membentuk 40% berat tubuh. Kompartemen cairan intrasel
memiliki banyak solut yang sama dengan cairan yang berada di ekstrasel. Namun
proporsinya berbeda. (Brunner & Suddarth, 2002).
B. Cairan Ekstraseluler (CES).
Cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok
yaitu cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan
intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler terdiri dari plasma, cairan limfe
yang bening, dan darah. Plasma menyusun 5% berat tubuh. cairan intersitial adalah cairan
yang terletak diantara sel yang membentuk 15% berat tubuh., sedangkan cairan transeluler
adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi
saluran cerna.
Februari 19, 2012 [PATOFISIOLOGI]
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit 4 of 28
Distribusi air dalam tubuh manusia
Cairan intra sel : 40% BB
Cairan ekstrasel ; 20% BB, yang terbagi dalam
Cairan intravaskuler : 5% BB (plasma), volume sel darah merah 3% BB.
Cairan interstitial : 15% BB
(Brunner & Suddarth, 2002).
2.1.2 Komposisi Cairan Tubuh
Cairan yang bersirkulasi diseluruh tubuh didalam cairan intrasel dan ekstrasel
mengandung elektolit, mineral dan sel.
Elektrolit merupakan sebuah senyawa yang jika larut didalam air atau pelarut lain akan
pecah menjadi ion dan mampu membawa muatan listrik. Elektrolit yang bermuatan positif
disebut KATION yaitu natrium (Na+), kalium (Ka+), kalsium (Ca2+), dan magnesium(Mg2+)
Sedangkan yang bermuatan negatif disebut ANION yaitu klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3 - )
dan fosfat (PO3-),. Konsentrasi setiap elektrolit dalam cairan intrasel dan ekstrasel berbeda.
Namun jumlah total anion dan kation dalam setiap kompartemen cairan harus sama.
Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh,termasuk fungsi neurouskuler dan
keseimbangan asam basa.
Mineral merupakan unsur semua jaringan dan cairan tubuh serta penting dalam
mempertahankan proses fisiologis. Mineral juga bekerja sebagai katalis dalam respon
syaraf,kontraksi otot, dan metabolisme zat gizi yang ada dalam makanan. Mineral mengatur
keseimbangan elektrolit , produksi hormon, dan menguatkan struktur tulang.
Sel merupakan unit fungsional dasar dari semua jaringan hidup. Contoh sel yang berada
dalam cairan tubuh adalah sel darah merah dan sel darah putih.(Brunner & Suddarth, 2002).
Februari 19, 2012 [PATOFISIOLOGI]
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit 5 of 28
2.1.3 Pergerakan Cairan Tubuh
Cairan tubuh dan elektrolit berpindah melalui difusi, osmosis, transportasi aktif, atau
filtrasi. Perpindahan tersebut tergantung pada permeabilitas membransel atau kemampuan
membran untuk ditembus cairan atau elektrolit.
a) Difusi
Difusi adalah proses perpindahan materi atau partikel padat didalam cairan, dari daerah
konsentrasi tinggi ke daerah berkonsentrasi rendah melewati membran sel yang permeabel.
Beberapa faktor yang mempengaruhi laju difusi ditentukan sesuai dengan hukum Fick (Fick’s
law of diffusion). Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.
2. Peningkatan permeabilitas.
3. Peningkatan luas permukaan difusi.
4. Berat molekul substansi.
5. Jarak yang ditempuh untuk difusi.
(Potter & Perry, 2006)
b) Osmosis
Osmosis adalah perpindahan pelarut murni melalui membran semipermeabel dari
larutan konsentrasi rendah ke larutan konsentrasi tinggi. Membran tersebut permeabel
terhadap pelarut tetapi tidak terhadap zat terlarut. Kecepatan osmosis tergantung pada
konsentrasi solut didalam larutan, suhu larutan, muatan listrik solut, dan perbedaan antara
tekanan osmosis yang dikeluarkan oleh larutan
Tekanan osmotik merupakan tekanan untuk menarik air dan kekuatan ini tergantung
pada jumlah molekul didalam larutan. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin
tinggi tekanan osmotik. Tekanan osmotik larutan disebut juga dengan osmolalitas.
Februari 19, 2012 [PATOFISIOLOGI]
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit 6 of 28
Isotonik adalah larutan yang osmolalitasnya sama dengan plasma darah. Pemberian
larutan isotonik melalui intra vena akan mencegah perpindahan cairan dan elektrolit dari
kompartemen intrasel. Seperti normal salin 0,9% atau Ringer laktat
Hipotonik adalah larutan yang memiliki konsentrsi solut lebih rendah dari plasma yang
akan membuat air berpindah kedalam sel. Seperti larutan NaCl 0,45%, NaCl 0,33%,
Dekstrose 2,5%.
Hipertonik adalah larutan yang memiliki konsentrasi solut lebih besar dari plasma yang
akan membuat air keluar dari dalam sel. Seperti larutan NaCl 3 %.
Tekanan onkotik atau tekanan osmotik koloid adalah tekanan yang dihasilkan oleh
albumin, suatu protein serum yang diproduksi secara alami oleh tubuh, yang mempengaruhi
tekanan osmotik darah. Tekanan onkotik menjaga cairan tetap berada didalam kompartemen
intravaskuler. (Potter & Perry, 2006).
c) Filtrasi
Filtrasi adalah suatu proses petrpindahan air dan substansi yang dapat larut secara
bersamaan sebagai respon terhadap adanya tekanan cairan.
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh
membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan
rendah. Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas
permukaan membran dan permeabilitas membran. Tekanan yang mempengaruhi filtrasi ini
disebut tekanan hidrostatik.(Potter & Perry, 2006).
Februari 19, 2012 [PATOFISIOLOGI]
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit 7 of 28
d) Transport aktif
Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara
pasif dari daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih tinggi.
Perpindahan seperti ini membutuhkan energi (ATP) untuk melawan perbedaan konsentrasi.
Contoh: Pompa Na-K. (Potter & Perry, 2006).
2.2 Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu volume
cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini
dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk
mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. [Online:
http://jarumsuntik.com/keseimbangan-cairan-elektrolit-asam-dan-basa/].
2.2.1 Pengaturan Volume Cairan Ekstrasel
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri
dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma.
Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka
panjang. [Online: http://jarumsuntik.com/keseimbangan-cairan-elektrolit-asam-dan-basa/].
Februari 19, 2012 [PATOFISIOLOGI]
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit 8 of 28
a) Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air.
Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada
keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. hal ini terjadi
karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan lingkungan
luarnya. Water turnover dibagi dalam: 1. eksternal fluid exchange, pertukaran antara
tubuh dengan lingkungan luar; dan 2. Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar
pelbagai kompartmen, seperti proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal. [Online:
http://jarumsuntik.com/keseimbangan-cairan-elektrolit-asam-dan-basa/].
b) Memperhatikan keseimbangan garam.
Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu dipertahankan
sehingga asupan garam sama dengan keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang
hampir tidak pernah memeprthatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai
dengan kebutuhannya. Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya
dan cenderung lebih dari kebutuhan. Kelebihan garam yang dikonsumsi harus
diekskresikan dalam urine untuk mempertahankan keseimbangan garam. [Online:
http://jarumsuntik.com/keseimbangan-cairan-elektrolit-asam-dan-basa/].
Ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan cara:
1. Mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).
2. Mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal
Jumlah Na+ yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol
tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+ dan retensi
Na+ di tubulus distal dan collecting. Retensi Na+ meningkatkan retensi air sehingga
meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri.Selain
sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron, Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon
atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini disekresi leh sel atrium
Februari 19, 2012 [PATOFISIOLOGI]
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit 9 of 28
jantung jika mengalami distensi peningkatan volume plasma. Penurunan reabsorbsi natrium
dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi urine sehingga mengembalikan volume darah
kembali normal. [Online: http://jarumsuntik.com/keseimbangan-cairan-elektrolit-asam-dan-
basa/].
2.2.2 Pengaturan Osmolaritas Cairan Ekstrasel
Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu
larutan. semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute atau semakin rendah
konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang konsentrasi
solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah). [Online:
http://jarumsuntik.com/keseimbangan-cairan-elektrolit-asam-dan-basa/].
Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat
menmbus membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium menrupakan solut yang
banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama yang berperan penting dalam
menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel. sedangkan di dalam cairan intrasel, ion kalium
bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel. Distribusi yang tidak
merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini
bertanggung jawab dalam menetukan aktivitas osmotik di kedua kompartmen ini. [Online:
http://jarumsuntik.com/keseimbangan-cairan-elektrolit-asam-dan-basa/].
Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan melalui :
a) Perubahan Osmolaritas di Nefron
Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas
yang pada akhirnya akan membentuk urine yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh secara
keseluruhan di dukstus koligen. Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus
proksimal (300 mOsm). Dinding tubulus ansa Henle pars decending sangat permeable
Februari 19, 2012 [PATOFISIOLOGI]
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit 10 of 28
terhadap air, sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa
recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik.
Dinding tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif
memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan reabsobsi garam tanpa osmosis air.
Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi hipoosmotik.
Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi bergantung pada ada
tidaknya vasopresin (ADH). Sehingga urine yang dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di
keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada ada tidaknya vasopresis (ADH).
[Online: http://jarumsuntik.com/keseimbangan-cairan-elektrolit-asam-dan-basa/].
b) Mekanisme Haus Dan Peranan Vasopresin (Antidiuretic Hormone/ADH)
Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang osmoreseptor
di hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypotalamus yang mensintesis
vasopresin. Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke dalam darah dan akan
berikatan dengan reseptornya di duktus koligen. ikatan vasopresin dengan reseptornya di
duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks
duktus koligen. Pembentukkan aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke
vasa recta. Hal ini menyebabkan urine yang terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit dan
hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dipertahankan.
Selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus akibat peningkatan
osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus sehingga
terbentuk perilaku untuk membatasi haus, dan cairan di dalam tubuh kembali normal.
[Online: http://jarumsuntik.com/keseimbangan-cairan-elektrolit-asam-dan-basa/].
Februari 19, 2012 [PATOFISIOLOGI]
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit 11 of 28
2.2.3 Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Pengaturan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan oleh system
saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat informasi adanya perubahan keseimbangan
cairan dan elektrolit melalui baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotikus, osmoreseptor di
hypotalamus, dan volume reseptor atau reseptor regang di atrium. Sedangkan dalam sistem
endokrin, hormon-hormon yang berperan saat tubuh mengalami kekurangan cairan adalah
Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ADH dengan meningkatkan reabsorbsi natrium
dan air. Sementara, jika terjadi peningkatan volume cairan tubuh, maka hormon atrial
natriutik peptida (ANP) akan meningkatkan eksresi volume natrium dan air. Hormon lain
yang juga mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit adalah glukokortikoid, dimana
kelebihan hormon ini dapat menyebabkan tubuh menahan natrium dan air yang dikenal
dengan sindrom cushing. (Potter & Perry, 2006).
Perubahan volume dan osmolaritas cairan dapat terjadi pada beberapa keadaan. Faktor
lain yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit di antaranya ialah umur, suhu
lingkungan, diet, stres, dan penyakit. [Online: http://jarumsuntik.com/keseimbangan-cairan-
elektrolit-asam-dan-basa/].
Masukan dan haluaran rata-rata pada orang dewasa selama periode 24 jam
MASUKAN HALUARAN
Cairan oral 1300 ml
Air dalam makanan 1000 ml
Air yang dihasilkan melalui metabolisme 300 ml
Urine 1500 ml
Feses 200 ml
Tidak kasat mata; paru-paru 300 ml
Kulit 600 ml
TOTAL 2600ml TOTAL 2600 ml
(Brunner & Suddarth, 2002)
Februari 19, 2012 [PATOFISIOLOGI]
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit 12 of 28
2.2.4 Test Laboratorium untuk Mengevaluasi Status Cairan
a) Osmolaritas
Osmolaritas urine normal 50 – 1400 mOsm/kg
b) Berat Jenis Urine
Mengukur kemampuan ginjal untuk mengekskresi atau menghemat air. Rentang
normal 1.001 sampai 1.040
c) Nitrogen Urea Darah (BUN)
Terbentuk dari urea yang yang merupakan hasil akhir dari metabolisme protein.
BUN normal 10 – 20 mg/dl.
d) Kreatinin
Hasil akhir dari metabolisme otot. Kreatinin serum normal 0,6 – 1,5 mg/dl
e) Hematokrit
Mengukur presentase volume sel darah merah dalam seluruh darah. Secara normal
bervariasi dari 40% - 54% untuk pria, dan 37% - 47% untuk wanita.
(Brunner & Suddarth, 2002)
2.2.5 Pengaturan Elektrolit
KATION ANION
Natrium
Natrium merupakan kation yang paling
banyak dalam cairan ekstrasel. Terlibat
dalam mempertahankan keseimbangan
air,mentransmisi impuls syarafdan melukan
konstraksi otot.
Air mengikuti natrium dalam keseimbangan
cairan dan elektrolit . jika ginjal menahan
natrium maka cairan juga ditahan dan jika
Klorida
Klorida ditemukan dalam cairan ekstrasel dan
intrasel. Keseimbangan klorida dipertahankan
melalui asupan makanan dan ekskresi serta
reabsorpsi renal.
Klorida diatur melalui ginjal. Jumlah yang
diekskresikan berhubungan dengan asupan
makanan.
Februari 19, 2012 [PATOFISIOLOGI]
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit 13 of 28
ginjal mengekskresi natrium maka air juga
diekskresi.
Natrium diatur oleh asupan garam,
aldosteron, dan haluaran urine. Sumber
utama natrium adalah garam dapur, daging
yang telah diolah, makanan ringan dan
makanan kaleng.
Kalium
Kalium merupakan kation intrasel utama.,
yang mengatur eksitabilitas (rangsangan)
neuromuskuler dan konstraksi otot.
Sumber kalium terdapat dalam gandum
utuh, daging, polong-polongan, buah dan
sayuran.
Kalium dibutuhkan untuk pembentukan
glikogen, sintesis protein, dan memperbaiki
keseimbangan asam basa
Kalium terutama diatur oleh ginjal. Suatu
kondisi yang menurunkan haluaran urine
akan menurunkan ekskresi kalium.
Mekanisme pengaturan lain adalah dengan
pertukaran ion kalium dengan ion natrium di
tubulus ginjal. Apabila natrium
dipertahankan maka kalium akan diekskresi.
Bikarbonat
Bikarbonat adalah buffer dasar kimia utama
dalam tubuh. Ion bikarbonat ditemukan dalam
cairan ekstrasel dan intrasel.
Bikarbonat diatur oleh ginjal. Ion bikarbonat
merupakan komponen penting dalam sistem
buffer asam karbonat-bikarbonat, dalam menjaga
keseimbangan asam-basa.
Fosfat
Fosfat merupakan anion buffer dalam cairan
intrasel dan ekstrasel. Fosfat dan kalsium
membantu memelihara dan mengembangkan
tulang dan gigi, meningkatkan kerja
neuromuskuler normal, berpartisipasi dalam
metabolisme karbohidrat, dan membantu
pengaturan asam basa.
Konsentrasi fosfat serum diatur oleh
ginjal,hormon paratiroid dan vitamin D
teraktivasi.
Fosfat secara normal diabsorbsi melalui saluran
gastrointestinal. Kalsium dan fosfat berbanding
terbaliksecara proporsional
Februari 19, 2012 [PATOFISIOLOGI]
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit 14 of 28
Kalsium
Terdapat banyak kalsium didalam tubuh.
Kalsium dibutuhkan untuk integritas dan
struktur membran sel, konduksi jantung
yang adekuat, koagulasi darah, pertumbuha
n dan pembentukan tulang dan relaksasi
otot. Kalsium banyak terdapat pada tulang
dan gigi.
Kerja kalsium dalam cairan ekstrasel diatur
melalui kerja kelenjer paratiroid dan tiroid.
Hormon paratiroid (PTH) mengontrol
keseimbangan kalsium tulang, absorpsi
kalsium di gastrointestinal, dan ekskresi
kalsium di ginjal. Tirokalsitonin dari
kelenjer tiroid juga memiliki peranan kecil
dalam menentukan kadar kalsium dalam
serum,yakni dengan menghambat pelepasan
kalsium dari tulang.
Magnesium
Magnesium merupakan kation terpenting
kedua dalam cairan intrasel dan sangat
penting untuk aktivitas enzim, neurokimia,
dan eksitabilitas otot
Magnesium diekskresi melalui mekanisme
ginjal. Perubahan kadar magnesium sering
dihubungkan dengan penyakit yang serius
Februari 19, 2012 [PATOFISIOLOGI]
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit 15 of 28
dan menghasilkan gejala yang
mencerminkan adanya perubahan fungsi
neuromuskular dan kardiovaskuler
(Potter & Perry, 2006)
2.2.6 Mekanisme Homeostatik
Tubuh dilengkapi dengan mekanisme homeostatis yang luar biasa untuk menjaga
komposisi dan volume cairan tubuh dalam batasan normal yang sempit. organ-organ yang
terlibat dalam homeostatis termasuk ginjal, paru-paru, jantung, kelenjar adrenal, kelenjar
paratiroid, dan kelenjar pituitari. (Brunner & Suddarth, 2002).
a) Ginjal
Fungsi-fungsi utama ginjal dalam mempertahankan keseimbangan cairan, adalah :
Pengaturan volume dan osmolalitas CES melalui retensi dan ekskresi selektif
cairan tubuh
Pengaturan kadar elektrolit dalam CES ddengan retensi selektif substansi yang
dinutuhkan dan sekresi selektif substansi yang tidak dibutuhkan.
Pengaturan pH CES melalui retensi ion-ion hydrogen
Ekskresi sampah metabolic dan substansi toksik
Fungsi ginjal menurun dengan bertambahnya usia, sama seperti massa otot dan
produksi kreatinin eksogen tiap harinya. karena itu, nilai kreatinin serum yang tinggi-
normal dan secara minimal meningkat menunjukkan adanya penurunan fungsi ginjal
pada usia lanjut.
b) Jantung dan Pembuluh Darah
Kerja pompa jantung mensirkulasi darah melalui ginjal di bawah tekanan yang sesuai
untuk menghasilkan urine. Kegagalan pompa jantung mengganggu perfusi ginjal dan
pengaturan air dan elektrolit.
Februari 19, 2012 [PATOFISIOLOGI]
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit 16 of 28
c) Paru-paru
Perubahan-perubahan pada proses penuaan yang normal menghasilkan penuaan
fungsi pernapasan, menyebabkan kesukaran dalam pengaturan pH pada individu usia
lanjut yang menderita penyakit gawat atau mengalami trauma.
d) Kelenjar Pituitari
Hipotalamus menghasilkan substansi yang dikenal dengan hormone anti diuretic
(ADH) yang disimpan dalam kelenjar pituitari posterior dan dilepaskan jika diperlukan.
ADH sering disebut sebagai hormone penyimpan air, karena ia menyebabkan tubuh
untuk menahan air; termasuk mempertahankan tekanan osmotic sel dengan
mengendalikan retensi atau ekskresi air oleh ginjal dan dengan mengatur volume darah.
e) Kelenjar Adrenal
Aldosteron merupakan mineralokortikoid yang disekresikan oleh zona glomerulosa
dari korteks adrenal, mempunyai efek besar terhadap keseimbangan cairan. Peningkatan
sekresi aldoteron menyebabkan retensi natrium dan air serta kehingan kalium;
sebaliknya. Kortisol, hormone adrenokortikoid yang lain, mempunyai sebagian
kemampuan mineralokortikoid dari aldosteron.
f) Kelenjar Paratiroid
Terdapat disudut kelenjar tiroid, mengatur keseimbangan kalsium dan fosfat melalui
hormone paratiroid (PTH). PTH mempengaruhi resorpsi tulang, absorbs kalsium dari
usus halus, dan reabsorpsi kalsium dari tubulus ginjal.
g) Baroreseptor
- Reseptor saraf kecil, mendeteksi perubahan-perubahan pada tekanan dalam pembuluh
darah dan menyampaikan informasi ini kepada system saraf pusat.
- Bertanggung jawab untuk memonitor volume yang bersirkulasi dan mengatur aktifitas
neural simpatis dan parasimpatis seperti aktifitas endokrin.
- Sebagai system baroreseptor tekanan rendah dan tinggi.
Februari 19, 2012 [PATOFISIOLOGI]
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit 17 of 28
- Tekanan rendah berada di atrium, terutama atrium kiri.
- Tekanan tinggi berada pada ujung-ujung syaraf di arkus aorta dan di sinus kardia, di
arteriol aferen pada apparatus jukstaglomerular nefron.
Dengan tekanan arteri menurun, baroreseptor menyampaikan impuls-impuls yang
lebih sedikit dari sinus karotis dan arkus aorta ke pusat vasomotorik. Penurunan dalam
impuls-impuls merangsang system saraf simpatis dan menghambat system saraf
parasimpatis. Hasil akhir dari proses ini merupakan peningkatan frekuensi jantung,
konduksi, dan peningkatan kontraktilitas dan volume darah yang bersirkulasi.
Rangsangan simpatis menyebabkan konstriksi pada arteriol renalis; hal ini meningkatkan
pelepasan aldosteron, menurunkan filtrasi glomerular, dan meningkatkan rearsorpsi
natrium dan air.
h) Renin
Renin adalah suatu enzim yang mengubah angiotensinogen, suatu substansi yang
tidak aktif yang dibentuk oleh hepar, menjadi angiotensin I dan angiotensin II. Suatu
enzim yang dilepaskan dalam kapiler paru-paru mengubah angiotensin I menjadi
angiotensin II. Angiotensin II, dengan kemampuan vasokonstriktornya, meningkatkan
tekanan perfusi arteri dan menstimulasi rasa haus. Jika system saraf simpatis distimulasi,
aldosteron dilepaskan sebagai respon terhadap adanya peningkatan dari pelepasan rennin.
Aldosteron merupakan pengatur volume dan juga akan dilepaskan jika kalium serum
meningkat, jika natrium serum menurun, atau jika kadar ACTH meningkat.
i) Hormon Anti Diuretik (ADH) dan mekanisme rasa haus
Mempunyai peran penting dalam mempertahankan konsentrasi natrium dan masukan
cairan oral. Masukan oral dikendalikan oleh pusat rasa haus yang berada dalam
hipotalamus. Jika konsentrasi serum atau osmolalitas meningkat atau jika volume darah
menurun, neuron-neuron dalam hipotalamus distimulasi oleh dehidrasi intraseluler; rasa
haus kemudian timbul dan orang tersebut meningkatkan masukan cairan oral. Ekskresi
air dikendalikan oleh ADH, aldosteron, dan baroreseptor.
Februari 19, 2012 [PATOFISIOLOGI]
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit 18 of 28
j) Osmoreseptor
Terletak pada permukaan hipotalamus, merasakan perubahan dalam konsentrasi
natrium. Jika tekanan osmotic meningkat, neuron-neuron mengalami dehidrasi dan
dengan cepat melepaskan impuls-impuls ke pituitari posterior yang meningkatkan
pelepasan ADH. ADH mengalir dalam darah ke ginjal dimana ia mengubah permeabilitas
terhadap air, menyebabkan suatu peningkatan dalam reabsorpsi air dan penurunan
haluaran urin. Air yang tertahan mengencerkan CES dan mengembalikan konsentrasinya
menjadi normal. Pengembalian tekanan osmotic normal memberikan umpan balik ke
osmoreseptor untuk mencegah pelepasan ADH lebih lanjut.
2.2.7 Kadar Elektrolit Utama dalam Cairan Tubuh
PLASMA INTRASEL
KATION
Natrium
Kalium
Kalsium
Magnesium
TOTAL
142 mEq
4 mEq
5 mEq
3 mEq
154 mEq/L
10 mEq
160 mEq
-
35 mEq
205 mEq/L
Februari 19, 2012 [PATOFISIOLOGI]
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit 19 of 28
PLASMA INTRASEL
ANION
Klorida
Bikarbonat
Fosfat
Sulfat
Asam – asam organik
Protein
TOTAL
103 mEq
27 mEq
2 mEq
1 mEq
5 mEq
16 mEq
154 mEq/L
2 mEq
8 mEq
140 mEq
-
-
55 mEq
205 mEq/L
(Price & Lorraine, 1995)
2.3 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
2.3.1 Gangguan Keseimbangan Cairan
Tipe dasar ketidakseimbangan cairan adalah isotonik dan osmolar. Kekurangan dan
kelebihan isotonik terjadi jika air dan elektrolit diperoleh atau hilang dalam proporsi yang
sama.
Kekurangan dan kelebihan osmolar adalah kehilangan atau kelebihan air saja sehingga
konsentrasi (osmolalitas) serum dipengaruhi.
Sindrom ruang-ketiga, terjadi jika cairan terperangkap didalam suatu ruangan dan
cairan diruangan tersebut tidak mudah ditukar dengan cairan ekstrasel.
Februari 19, 2012 [PATOFISIOLOGI]
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit 20 of 28
a) Ketidakseimbangan Isotonik
Kekurangan volume cairan terjadi saat air dan elektrolit yang hilang berada didalam
proporsi isotonik. Klien yang beresiko adalah klien yang mengalami kehilangan cairan dan
elektrolit melalui saluran gastrointestinal seperti muntah, pengisap lambung, diare atau
fistula. Bayi dan lansia paling cepat terkena pengaruh akibat kehilangan cairan dan elekrolit
ini (weldy,1992). Penyebab lain dapat meliputi perdarahan, pemberian obat diuretik, keringat
banyak, demam dan penurunan asupan oral.
Kelebihan volume cairan terjadi saat air dan natrium dipertahankan dalam proporsi
isotonik sehingga menyebabkan hipervolemia tanpa disertai perubahan kadar elektrolit
serum. Klien yang beresiko adalah yang menderita gagal jantung kongestif, gagal ginjal, dan
sirosis (weldy,1992).
b) Sindrom Ruang-Ketiga
Klien yang mengalami sindrom ruang-ketiga, akan mengalami efek kekurangan volume
cairan ekstrasel. Sindrom ini terjadi ketika cairan ekstrasel berpindah kedalam suatu ruangan
tubuh sehingga cairan itu terperangkap didalamnya. Volume kehilangan tidak dapat diukur
secara tepat (Long et all,1993)
c) Ketidakseimbangan osmolar
Ketidakseimbangan hiperosmolar (dehidrasi) terjadi jika ada kehilangan air tanpa
disertai kehilangan elektrolityang proporsional, terutama natrium. Hal ini menyebabkan kadar
natrium serum dan osmolalitas serta dehidrasi intrasel meningkat
Ketidakseimbangan hipoosmolar (kelebihan cairan) terjadi ketika asupan cairan
berlebihan (polidipsi psikogenik) atau sekresi ADH berlebihan. Efek keseluruhannya adalah
dilusi (pengenceran) volume cairan ekstrasel disertai osmosis air kedalam kedalam sel(Long
et al,1993). Sel-sel otak sangat sensitif dan proses ini dapat menyebabkan edema serebral
Februari 19, 2012 [PATOFISIOLOGI]
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit 21 of 28
ETIOLOGI TANDA DAN GEJALA
a) Ketidakseimbangan Isotonik
Kekurangan volume cairan
Kehilangan cairan dari sistem
gastrointestinal, seperti diare,
muntah, atau drainase dari
fistula/selang
Kehilangan plasma / darah
utuh, seperti pada luka bakar /
perdarahan.
Keringat berlebih
Demam
Penurunan asupan cairan
peroral
Penggunaan obat-obatan
diuretik yang berlebihan
Gagal ginjal akut
Pengobatan dengan manitol
Kekurangan aldosteron;
penyakit addison,dan
hipoaldosteronisme
Kelebihan volume cairan
Gagal jantung kongestif
Gagal ginjal, sindroma nefrotik
Sirosis hati
Peningkatan kadar aldosteron
Pemeriksaan fisik : lesu, anoreksia, nadi cepat tetapi
lemah, kolaps vena, frekuensi nafas cepat, letargi, oliguri
(< 30ml/jam), kulit dan membran mukosa kering, haus,
turgor kulit tidak elastis, kehilangan berat badan yang
cepat, yaitu :
Penurunan 2% = Kekurangan Ringan
Penurunan 5% = Kekurangan Sedang
Penurunan 8% = Kekurangan Berat
Tingkat kesadaran yang berubah, ekstremitas dingin
Hipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah sirkulasi >
10mmHg),
Penurunan tekanan vena sentral (CVP)
Hasil pemeriksaan laboratorium; berat jenis urine > 1,025.
Peningkatan semu hematokrit > 50%, peningkatan semu
BUN > 25 mg/100ml, peningkatan kadar protein serum
Pemeriksaan fisik; denyut nadi kuat, pernafasan cepat,
hipertensi, distensi vena leher, peningkatan tekanan vena
sentral (CVP), suara krakels di paru-paru (efusi pleura),
peningkatan berat badan yang cepat
Februari 19, 2012 [PATOFISIOLOGI]
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit 22 of 28
dan steroid serum
Asupan natrium berlebihan
Kelaparan (hipoalbuminemia)
Sindrom cushing; terapi
kortikosteroid
b) Sindrom Ruang Ketiga
Hipertensi portal, efusi pleura
Obstruksi usus halus
Peritonitis, asites,pankreatitis
Luka bakar berat, fraktur paha,
hipoalbminemia
c) Ketidakseimbangan Osmolar
Ketidakseimbangan
hiperosmolar (dehidrasi)
Diabetes insipidus
Interupsi dorongan rasa haus
yang dikontrol secara
neurologis
Ketoasidosis diabetik
Pemberian cairan hipertonik
Diuresis osmotik
Penambahan 2% = Kelebihan Ringan
Penambahan 5% = Kelebihan Sedang
Penambahan 8% = Kelebihan Berat
Oedema perifer dan periorbita, asites
Edema paru akut (jika berat); dispnea, takipnea, ronkhi
basah diseluruh lapangan paru
Pemeriksaan laboratorium; penurunan semu BUN
<10mg/100ml. Penurunan hematokrit, protein serum
rendah
Pemeriksaan fisik : hipotensi, peningkatan lingkar perut
(yang disertai obstruksi usus halus, asites)
Pemeriksaan laboratorium; natrium serum menurun < 135
mEq/L dan albumin menurun < 3,5 g/100ml ( hilang
dalam cairan yang terperangkap
Pemeriksaan fisik; penurunan berat badan, membran
mukosa kering dan lengket, rasa haus, suhu tubuh
meningkat, iritabilitas, konvulsi (ketegangan otot yang
dapat menyebabkan kejang pada bagian tubuh), koma
Pemeriksaan laboratorium; natrium serum meningkat >
145 mEq/L dan osmolalitas serum meningkat >295
mOsm/kg
Februari 19, 2012 [PATOFISIOLOGI]
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit 23 of 28
Ketidakseimbangan hipoosmolar
(kelebihan cairan)
SIADH
Asupan air berlebihan
Pemeriksaan fisik; level kesadaran menurun, konvulsi,
koma
Pemeriksaan laboratorium; kadar natrium serum menurun
<136 mEq/L dan osmolalitas serum menurun <280
mOsm/kg
(Price & Lorraine, 1995)
2.3.2 Gangguan Keseimbangan Elektrolit
a) Gangguan Keseimbangan Natrium
Hiponatremia adalah kondisi dengan nilai konsentrasi natrium dalam darah lebih
rendah dari normal, yang dapat terjadi pada saat kehilangan total natrium atau kelebihan total
air.. biasanya hiponatremia mnyebabkan penurunan osmolalitas plasma dan cairan ekstrasel
(Long et al,1993). Ketika terjadi kehilangan natrium, tubuh beradaptasi dengan menurunkan
ekskresi air untuk mempertahankan osmolalitas serum tetap berada pada kadar yang
mendekati normal. Setiap terdapat kecenderungan penurunan kadar natrium serum maka
harus segera dilaporkan kepada dokter.
Hipernatremia adalah suatu kondisi dengan nilai natrium lebih tinggi dari konsentrasi
normal di cairan ekstrasel, yang disebabkan kehilangan air yang ekstrim atau kelebihan
natrium total. Dan tubuh akan berupaya mempertahankan air sebanyak mungkin melalui
reabsorbsi air di ginjal.
Jika penyebab hipernatremia adalah peningkatan sekresi aldosteron,maka natrium
dipertahankan dan kalium diekskresi.
Februari 19, 2012 [PATOFISIOLOGI]
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit 24 of 28
b) Gangguan Keseimbangan Kalium
Hipokalemia adalah kondisi ketika jumlah kalium dalam cairan ekstrasel tidak adekuat.
Apabila parah, hipokalemia dapat mempengaruhi konduksi jantung. Hipokalemia disebabkan
oleh penggunaaan diuretik seperti tiazid dan loop diuretic.
Hiperkalemia adalah kondisi dimana lebih besarnya jumlah kalium didalam darah.
Penyebab utama hiperkalemia adalah gagal ginjal. Adanya penurunan fungsi ginjal akan
mengurangi jumlah ekskresi kalium oleh ginjal (weldy,1992)
c) Gangguan Keseimbangan Kalsium
Hipokalsemia mencerminkan penurunan kadar kalsium dalam serum dan penurunan
kalsium yang terionisasi serta dapat menyebabkan gangguan pada fungsi neuromuskuler.
Hiperkalsemia adalah peningkatan konsentrasi total kalsium dalam serum dan
peningkatan kalsium yang terionisasi. Hiperkalsemia merupakan suatu gejala dari penyakit
pokok yang menyebabkan resorbsi tulang berlebihan disertai pelepasan kalsium.
d) Gangguan Keseimbangan Magnesium
Hipomagnesemia terjadi ketika kadar konsentrasi serum turun sampai dibawah 1,5
mEq/L.. magnesium bekerja secara langsung pada sambungan neuromuskuler. Penurunan
kadar magnesium serum meningkatkan iritabilitas neuromuskuler.
Hipermagnesemia terjadi ketika konsentrasi magnesium serum meningkat sampai
diatas 2,5 mEq/L. Hipermagnesemia menurunkan eksitabilitas sel –sel otot
Februari 19, 2012 [PATOFISIOLOGI]
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit 25 of 28
e) Gangguan Keseimbangan Klorida
Hipokloremia terjadi jika kadar klorida serum turun sampai dibawah 100 mEq/L. Hal
ini dapat disebabkan oleh muntah, drainase nasogastrik, drainase fistula yang berlebihan dan
lama. Ketika kadar klorida serum menurun, tubuh beradaptasi dengan meningkatkan
reabsorbsi ion bikarbonat sehingga mempengaruhi keseimbangan asam basa.
Hiperkloremia terjadi jika kadar klorida serum meningkat sampai diatas 106 mEq/L,
menyebabkan penurunan nilai bikarbonat serum.
f) Gangguan Keseimbangan Fosfor
Fosfor merupakan zat yang penting untuk fungsi otot dan sel darah merah,
pembentukan adenosin trifosfat (ATP), pemeliharaan keseimbangan asam basa, perantara
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak, memberikan dukungan struktural pada tulang
dan gigi. Fosfor merupakan anion utama dalam cairan intrasel. Kadar fosfor menurun seiring
dengan bertambahnya usia.
Hipofosfatemia terjadi jika konsentrasi fosfor dibawah normal.
Hiperfosfatemia terjadi jika konsentrasi fosfor diatas normal
Februari 19, 2012 [PATOFISIOLOGI]
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit 26 of 28
2.3.3 Evaluasi Diagnostik
Tes-tes laboratorium yang digunakan untuk mengevaluasi status cairan dan elektrolit
adalah sebagai berikut.
Tes Rentang Rujukan Satuan SI
Natrium serum
Kalium serum
Kalsium serum total
Magnesium serum
Fosfor serum
Klorida serum
Kandungan karbon dioksida
Osmolalitas serum
Nitrogen urea darah (BUN)
Kreatinin serum
Rasio BUN terhadap kreatinin
135-145 mEq/L
3,5-5,5 mEq/L
8,5-10,5 mg/dl
(+ 50% dalam bentuk terionisasi)
1,5-2,5 mEq/L
2,5-4,5 mEq/L
100-106 mEq/L
24-30 mEq/L
280-295 mOsm/kg
10-20 mg/dl
0,7-1,5 mg/dl
10 : 1
135-145 mmol/L
3,5-5,5 mmol/L
2,1-2,6 mmol/L
0,80-1,2 mmol/L
0,80-1,2 mmol/L
100-106 mmol/L
24-30 mmol/L
280-295 mmol/L
3,5-7 mmol/L dari urea
60-130 umol/L
Februari 19, 2012 [PATOFISIOLOGI]
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit 27 of 28
Hematokrit
Glukosa serum
Albumin serum
Natrium urin
Kalium urin
Klorida urin
Berat jenis urin
Osmolalitas urine
Rentang ekstrim
Urin tipikal
pH urin
Urin tipikal
Pria : 44-52%
Wanita : 39-47%
70-110 mg/dl
3,5-5,5 g/dl
80-180 mEq/hari
40-80 mEq/hari
110-250 mEq/hari
1,025-1,035 = rentang fisiologis
setelah restriksi cairan
1,010-1,020 = specimen random
dengan masukan cairan normal
50-1400 mOsm/L
500-800 mOsm/L
4,5-8,0
< 6,6
Fraksi volume : 0,44-0,52
Fraksi volume : 0,39-0,47
3,9-6,1 mmol/L
3,5-5,5 g/dL
80-180 mmol/hari
40-80 mmol/hari
110-250 mmol/hari
1,025-1,035
40-1400 mmol/kg
500-800 mmol/kg
4,5-8,0
< 6,6
(Brunner & Suddarth, 2002)
Februari 19, 2012 [PATOFISIOLOGI]
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit 28 of 28
BAB III
PENUTUP
3.2 Kesimpulan
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh
total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh yang saling bergantung satu dengan yang
lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Untuk mengetahui adanya gangguan pada cairan dan elektrolit, perlu diperhatikan
anatomi fisiologi dari organ-organ atau sistem yang berperan dalam distribusi cairan dan
elektrolit ke seluruh tubuh. Selain itu, gangguan juga bisa dibaca dari hasil evaluasi
diagnostik.
3.2 Saran
Setelah mengetahui dan memahami teori tentang gangguan pada keseimbangan cairan
dan elektolit, mahasiswa beserta para pembaca lainnya diharapkan mampu memahami secara
teori dan terstruktur agar makalah ini dapat bermanfaat secara global maupun klinikal.