BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu keutamaan manusia dibanding makhluk yang lainnya
adalah pengangkatan dirinya sebagai khali>fah fil Ardh (pengelola bumi)
yang diserahi tugas untuk mengelola kehidupan di planet bumi ini. Dalam
rangka menyelesaikan tugas luhur tersebut manusia dibolehkan bahkan
dianjurkan menikah, antara lain agar keberlangsungan generasi manusia
tetap terjamin sampai hari kiamat nanti.1
Perkawinan dalam Islam merupakan suatu akad atau transaksi. Hal
ini terlihat dari adanya unsur i@jab (tawaran) dan qabu>l (penerimaan).
Berbeda dengan transaksi biasa, perkawinan adalah amanah sesuai sabda
Nabi: a>khaztumu>hunna bi ama>natillah (kalian menerima istri berdasarkan
amanah Allah).
Allah SWT. telah melengkapi manusia dengan nafsu syahwat,
yakni keinginan untuk menyalurkan kebutuhan biologisnya. Allah pun
telah menciptakan segala sesuatu yang ada berjodoh-jodoh.2 Hal ini sesuai
dengan firman Allah SWT dalam surat al Nisa:1:
1Musdah Mulia, Islam Menggugat Poligami(Jakarta:PT Gramedia Pustaka, 2006), hal. 14.
2Zuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan Islam Nikah Cerai Talak dan Rujuk (Bandung:
Al-Bayan, 1995), hal. 11.
2
اس اتقوا ها الن كم الذي خلقكم من نفس واحدة وخلق منها زوجها وبث منهما يا أي رب
الذي تساءلون به والرحام ا ونساء واتقوا الل كان عليكم رجالا كثيرا إن الل
ا﴿النساء: ﴾١رقيبا
Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-
laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang
dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain,
dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu
menjaga dan mengawasi kamu.”3
Islam diyakini sebagai agama yang menebar rahmat lil-alamin
(rahmat bagi alam semesta), dan salah satu bentuk rahmat yang dibawanya
adalah ajaran tentang perkawinan.Perkawinan merupakan aspek penting
dalam ajaran Islam di dalam al-Qur‟an dijumpai tidak kurang dari 80 ayat
yang berbicara tentang perkawinan baik yang menggunakan kata Nika>h
(berhimpun), maupun yang menggunakan kata Zawwaja (berpasangan).4
Salah satu bentuk perkawinan yang sering diperbincangkan dan
diperdebatkan dalam masyarakat muslim adalah poligami. Poligami adalah
ikatan perkawinan yang salah satu pihak (suami) mengawini beberapa
(lebih dari satu) istri dalam waktu yang bersamaan.Laki-laki yang
melakukan bentuk perkawinan seperti itu disebut bersifat
3Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: PT Sygma Examedia
Arkanleema, 2009). hal. 77. 4Musdah Mulia, Islam Menggugat, hal. 1.
3
poligami.Perkembangan poligami dalam sejarah manusia mengikuti pola
pandangan masyarakat terhadap kaum perempuan. Ketika masyarakat
memandang kedudukan dan derajat perempuan hina, poligami menjadi
subur,sebaliknya saat masyarakat memandang kedudukan dan derajat
perempuan terhormat, poligami pun berkurang. Jadi, perkembangan
poligami mengalami pasang surut mengikuti tinggi rendahnya kedudukan
dan derajat perempuan di mata masyarakat.5
Kata Poligami dapat dipasangkan dengan monogami sebagai
antonim. Monogami adalah perkawinan dengan Istri tunggal yang
artinya seorang laki-laki menikah dengan seorang perempuan saja,
sedangkan kata poligami yaitu perkawinan dengan dua orang
perempuan atau lebih dalam waktu yang sama.6
Fenomena poligami bukan sesuatu yang baru dalam kacamata
Islam. Masyarakat yang mayoritas penduduknya muslim menjadikan
poligami sebagai wacana yang terus diperbincangkan. Ada suatu hal
yang menarik, bahwa poligami sudah ada jauh sebelum adanya Islam.
Bahkan boleh dikatakan, poligami bukan semata-mata produk Syari>’at al-
Isla>m. Jauh sebelum Islam lahir, peradaban manusia di penjuru dunia
sudah mengenal poligami, menjalankannya, dan menjadikannya
sebagaibagianyang utuh dari bentuk kehidupan yang wajar. Dapat
5Ibid.
6Achmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan (Jakarta:PT Raja Grafindo,1995), hal. 159.
4
dibilang, tidak ada peradaban pada waktu itu yang tidak mengenal
poligami.7
Bangsa Arab sebelum Islam masuk juga mengenal poligami, dalam
salah satu H{adi>s |disebutkan bahwa terdapat seorang yang ingin masuk
Islam dan saat itu mempunyai Istri sepuluh. Lalu Rasulullah
SAW memerintahkan untuk memilih empat orang Istri saja, dan
menceraikan selebihnya. Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
”Hanna dan„Abdah menceritakan, dari Sa‟id bin„Arubah, dari Ma‟mar,
dari Zuhri. Sesungguhnya Ghailan bin Salamah masuk Islam, dia
mempunyai sepuluh Istri dimasa Jahiliyyah. Maka Istri-Istri tersebut
masuk Islam bersama Ghailan. Kemudian Nabi Muhammad SAW
memerintahkan agar memilih empat di antara sepuluh istri
tersebut.(HR: Tirmidzi).”
Selama ini poligami menjadi masalah yang sangat kontraversial
dalam Islam. Sebagian ulama berpendapat bahwa poligami adalah bagian
dari syarat islam dan karena itu pria boleh memiliki istri hingga empat
orang kalau mau. Bahkan tanpa perlu alasan apapun. Di lain pihak, kaum
modernis dan pejuang hak-hak asasi wanita berhadapan bahwa poligami
diperbolehkan hanya dalam kondisi tertentu dengan persyaratan ketat
berupa keadilan bagi semua istri.8
Menurut kaum modernis, pria tidak bisa begitu saja mengambil
lebih dari satu istri hanya karena dia menyukai wanita lain atau jatuh cinta
dengan kecantikannya. Mereka juga berpendapat bahwa norma Al-Qur`an
sesungguhnya adalah monogami tetapi poligami diperbolehkan
hanyadalam keadaan tertentu, itu pun, sekali lagi, disertai persyaratan
keadilan yang sangat ketat.9
7Imam Fathurrahman, Saya Tidak Ingin Poligami Tapi Harus Poligami (Jakarta:Mizan, 2007), hal.
20. 8Abu Fikri, Poligami yang Tidak Melukai Hati? (Bandung:Mizan, 2007), hal. 68.
9Ibid.
5
Pejuang hak-hak wanita juga berpendapat bahwa pria tidak
diciptakan oleh Allah sebagai hewan seksual semata sehingga dia tidak
dapat mengendalikan hawa nafsunya selama istrinya mengalami
menstruasi atau nifas.Ribuan pria bisa menahan diri, tidak semua pria
berkecendrungan ke arah perkawinan poligami.Kebanyakan pria justru
cenderung monogami.Mereka dapat menahan diri dari kegiatan seksual
ketika istri sakit lama dan tidak bisa tinggal bersama mereka. Bahkan
ketika sang istri sakit tanpa ada harapan sembuh. Mereka dapat
melanjutkan kehidupan tanpa kegiatan seksual dan pengorbanan ini layak
dilakukan demi hubungan kasih seumur hidup di antara suami istri.
Di dunia Islam, poligami menjadi salah satu persoalan yang
kontroversial. Para ulama termasuk mufassir klasik pada umumnya
mengakui poligami sebagai norma Islam yang secara tekstual
mendapatkan legitimasi al-Qur‟an. Sementara di sisi lain, dengan beragam
argumentasi, mayoritas pemikir Islam modern berpendapat bahwa
monogami merupakan tujuan ideal Islam dalam perkawinan.
Poligami merebak karena mendapat pertentangan pada era modern,
terutama pada abad keduapuluh.Revolusi industri telah membangkitkan
kesadaran perempuan terhadap hak-hak mereka dan mendorong mereka
menuntut kesetaraan status dengan laki-laki.Pada masyarakat feodal
perempuan tidak memiliki peran produksi kecuali dalam bidang
agrikultural. Dengan munculnya revolusi industri perempuan dibutuhkan
seiring dengan meningkatnya jumlah beragam pekerjaan di wilayah urban
6
dan dengan demikian perempuan juga dituntut untuk memiliki peran lebih
besar dalam proses produksi. Jika dalam masyarakat feodal perempuan-
perempuan yang miskin bekerja di sektor rural dan urban, sementara
perempuan dari kalangan atas pada umumnya memilih tinggal di rumah,
maka dalam masyarakat industrial seluruh perempuan mulai bekerja
termasuk perempuan-perempuan yang terdidik dari kalangan
atas.Perempuan-perempuan dari kalangan terdidik dan dari kelas atas
inilah yang memberikan ideologi dan menyuarakan gerakan
perempuan.Kesadaran membimbing mereka untuk menolak peran
subordinat dan status sebagai second sex10
.Maka berdasarkan ini pula,
lahirlah beberapa pemikiran ulama kontemporer yang menyatakan bahwa
seyogyanya suatu pernikahan haruslah berbentuk monogami.
Diskursus mengenai tema poligami atau memiliki lebih dari satu
istri selalu menghadirkan pandangan yang beragam bahkan tak pernah
“basi” hingga sekarang. Baik ditilik dari segi aturan hukum (dalil),
manfaat/mudharat, tujuan atau bahkan mengenai kondisi sosiologisnya.
Perilaku memiliki pasangan lebih dari satu-untuk tidak menyebut
perselirantetap saja menuai pro dan kontra di tengah masyarakat, karena
biasanya poligami dipahami sebagai perintah kitab suci dan diartikan
sebagai sunnah rasul, terlebih prinsipnya secara eksplisit tertuang di dalam
kitab suci Al-Qur‟an (QS.An-nisa [4]:3) yang kerap menjadi argumentasi
para pelaku poligami.
10
Inayah Rohmaniyah, “Poligami Atau Monogami”, diakses pada tanggal 17 Maret 2017 dari
http://digilib.uin-suka.ac.id/16211/1/4.%20Inayah%20Rohmaniyah.pdf.
7
Menurut catatan tahunan (CataHu) Komnas Perempuan, sejak
tahun 2012 pemicu perceraian menunjukkan trend yang berbeda yaitu
angka poligami tidak sehat mencapai 23%, tidak ada keharmonisan 18%
dan faktor ekonomi 16%. Hal ini terus meningkat hingga puncaknya
kemarin tahun 2016 angka perceraian akibat poligami mencapai 7,476
kasus.11
Data ini menunjukkan bahwa persentase perceraian disebabkan
poligami di Indonesia saat ini tidak dapat lagi dikatakan kecil.Ada banyak
sekali pihak isteri yang merasa tersakiti dengan adanya poligami sehingga
mengajukan gugatan cerai.Praktek poligami di Indonesia semakin
mewabah dari tahun ketahun dan menyebabkan penyakit dalam bentuk
perceraian.Tidak heran jika kemudain para ulama kontemporer di
Indonesia mengeluarkan pendapat yang berbeda-beda terkait hukum
poligami.
Beberapa tahun terakhir pro-kontra poligami merebak kembali di
negeri ini terutama dipicu oleh praktik poligami sejumlah dai kondang di
Indonesia. Menarik, baik kelompok yang mendukung maupun yang
menolak poligami, sama-sama bersandar pada dalil normatif Al-Quran dan
sejarah keluarga Nabi Muhammad Saw. Jika ulama yang satu mengutip
suatu ayat untuk membolehkan poligami secara mutlak, maka datanglah
ulama lain juga membawa ayat yang sama untuk menolak poligami.
Tatkala satu tafsir yang menoleransi poligami didatangkan, maka pada saat
yang bersamaan dihadirkan pula tafsir lain yang memustahilkan poligami.
11
Catatan Tahunan tentang Kekerasan terhadap Perempuan (Maret:2016), Jakarta, hal. 12.
8
Menurut perbedaan pemikiran yang ada, tampaknya sangat
menarik untuk meneliti pernikahan poligami dalam bentuk perbandingan.
Perbandingan ini dilakukan dengan meneliti perspektif atau pandangan
para ulama kontemporer di Indonesia. Hal ini penting untuk melihat dari
aspek mana pernikahan menjadi dua bentuk yang berbeda menurut
beberapa ulama. Tentunya tidak semua ulama kontemporer di Indonesia
yang akan diteliti pendapatnya, akan tetapi hanya terbatas pada ulama
kontemporer Indonesia yang memang menjadi pegiat isu poligami. Ulama
kontemporer Indonesia yang dimaksud di sini adalah ulama yang memiliki
pemikiran, banyak berbicara atau bahkan mengeluarkan fatwa tentang
poligami seperti Quraish Shihab, Husein Muhammad,dan Masjfuk Zuhdi
serta Miftah Farid.
Quraish Shihab adalah seorang ulama dan cendekiawanmuslim dan
juga sebagai mufassir yang cukup terkenal dengan kitab tafsirnyaAl-
Mishbah. Quraish Shihab menyatakan bahwa kebolehan poligami
merupakan pintu darurat kecil yang hanya dilakukan saat amat diperlukan
dengan syarat yang tidak ringan.Tuhan tidak membolehkan poligami
begitu saja tanpa batasan-batasan yang memungkinkan adanya
kemaslahatan dan manfaat serta menolak mudharat yang mungkin
ditimbulkannya.Sebagaimana dikatakan M. Quraish Shihab bahwa Ayat 3
surat al-Nisa secara ekplisit menjelaskan seorang suami boleh beristri lebih
dari seorang sampai batas maksimal empat orang dengan syarat mampu
berlaku adil terhadap istri-istrinya itu. Ayat ini melarang menghimpun
9
dalam saat yang sama lebih dari empat orang istri bagi seorang pria.
Ketika turun ayat ini, Rasulullah memerintahkan semua pria yang
memiliki lebih dari empat istri, agar segera menceraikan istri-istrinya
sehingga maksimal setiap orang hanya memperistrikan empat orang
wanita. Lebih lanjut menegaskan bahwa ayat ini, tidak membuat satu
peraturan tentang poligami, karena poligami telah dikenal dan
dilaksanakan oleh syariat agama dan adat istiadat sebelum ini.12
Pilihan ulama selanjutnya yang akan diteliti pemikirannya terkait
poligami adalah KH. Husein Muhammad. Beliau memiliki pandangan
khusus terhadap poligami, beliau memaparkan gagasan dengan semangat
kesetaraan, mengedepankan rasionalitas, namun KH. Husein Muhammad
patuh terhadap teks, hanya saja dalam menafsir ayat, termasuk poligami
beliau melihat ke dalam konteks sosio-kultur masyarakat kita sekarang ini,
artinya dalam menafsirkan ayat tersebut kita harus mempertimbangkan,
memperhatikan perubahan yang terjadi di masyarakat, juga menghargai
kemampuan dan posisi masyarakat pada umumnya.
Salah satu tokoh ulama sekaligus ahli tafsir yang terlahir dari
Sumatra adalah Haji Abdul MalikKarim Amrullah, beliau terkenal dengan
Hamka. Hamka sampai saat ini masih pantasdikatakan sebagai intelektual
terbesar dan tersohor yang dimiliki oleh Muhammadiyah. Hal ini tidaklah
berlebihan, karena ada banyak jasa yang telah ditorehkan oleh Hamka
dalam pengembangan umat Islam di Indonesia. Diantara jasa yang paling
12
M. Quraish Shihab,Wawasan al-Qur’an (Bandung:Mizan, 1999), hal. 199.
10
berharga dan fenomenal yaitu lahirnya sebuah karya yang tak mati ditelan
zaman adalah Tafsir Al-Azhar yang berjumlah 30 Jilid. Sebagai seorang
ulama besar, Hamka juga banyak mengeluarkan pendapat dan
pemikirannya terkait poligami. Selain ditorehkan dalam tafsirnya,
pendapat mengenai poligami tersebut juga ditulis dalam bentuk lainnya
seperti buku dan jurnal yang tersebar di seluruh media cetak tanah air.
Pendapat yang berbeda-beda tersebut sangat rentan dikuti oleh
masyarakat, disebabkan kredibiltas mereka tidak diragukan lagi sebagai
orang yang dianggap memegang peranan “ahli agama”.Terlepas dari
pendapat pro dan kontra tentang poligami, yang jelas masalah poligami
menjadi masalah yang menarik untuk didiskusikan.Praktik poligami
semakin lama semakin banyak di tengah-tengah masyarakat kita.Dalam
praktiknya, masih banyak di antara kaum poligami belum memenuhi
ketentuan yang ada, baik secara hukum negara maupun hukum
agama.Maka berdasarkan hal tersebut sangat penting untuk mengetahui hal
apa dan bagaimana proses yang dilalui sehingga menyebabkan beberapa
kelompok ulama yang berbeda di atas memberikan satu sikap yang dapat
dipahami sebagai pihak pro monogami dan pro poligami. Oleh karena itu,
peneliti merumuskan judul: “Studi Komparasi Pandangan Ulama
Kontemporer di Indonesia tentang Hukum Poligami”.
11
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan
rumusan masalah yang dibahas. Adapun rumusan masalah tersebut antara
lain:
1. Bagaimana hukum asal pernikahan menurut ulama kontemporer di
Indonesia?
2. Bagaimana pandangan ulama kontemporer di Indonesia tentang hukum
poligami?
3. Apa penyebab perbedaan pandangan antar ulama kontemporer di
Indonesia tentang hukum poligami?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan dari penelitian
adalah untuk:
1. Mendeskripsikandan menganalisis hukum asal pernikahan menurut
ulama kontemporer di Indonesia;
2. Mendeskripsikan dan menganalisis pandangan ulama kontemporer di
Indonesia tentang hukum poligami;
3. Mengidentifikasi apa penyebabperbedaan pandangan ulama
kontemporer di Indonesia tentang hukum poligami.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
a) Secara Teoritis
12
1. Penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan pemikiran dan
ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan hukum poligami menurut
ulama kontemporer di Indonesia.
2. Memberikan wacana baru terkait hukum Perkawinan Poligami.
3. Sebagai kontribusi ilmiah yang dapat dijadikan referensi dalam upaya
pengembangan hukum islam pada umumnya dan pernikahan Islam
pada khususnya.
4. Memberikan perspektif baru dalam rangka mengaplikasikan nilai-nilai
keluarga Islam yang ada dalam Al Quran.
b) Secara Praktis
Memahamkan masyarakat khususnya yang ada di Indonesia
mengenai pandangan ulama kontemporer mengenai hukum
poligami sehingga diharapkan tidak ada lagi praktik poligami tidak
sehat di tengah masyarakat;
E. Studi Penelitian Terdahulu
Tinjauan pustaka berfungsi untuk mengetahui apakah hal yang
akan diteliti tersebut sudah dibahas atau belum sama sekali. Oleh karena
itu, untuk menjaga keaslian penelitian ini, penulis telah melakukan review
kepustakaan terlebih dahulu. Ada beberapa penelitian yang mengangkat
pembahasan yang hampir sama dengan yang diteliti oleh penulis jika
dilihat secara umum, namun jika ditelusuri lebih mendalam tentu ada
perbedaan dari sudut pembahasan maupun objek kajian di dalam penelitian
ini,adapun penelitian tersebut di antaranya:
13
1. Nur hayati, pada tahun 2005 meneliti tentang “Poligami dalam
Perpektif Hukum Islam dalam Kaitannya dengan Undang-Undang
Perkawinan”. Dalam penelitiannya tersebut Nur Hayati
menyatakan hukum perkawinan Indonesia, selain berdasarkan pada
Undang-Undang Perkawinan, juga didasarkan pada prinsip prinsip
yang berlaku dalam agama, dengan demikian, dalam hal suami
akan beristeri lebih dari satu orang, maka pertama tama harus
diperhatikan syarat dan prosedur yang ditentukan undang-undang.
Dalam hukum Islam, poligami dimungkinkan walaupun dengan
syarat syarat yang ketat. Maka, dalam hal seorang yang beragama
Islam ingin melakukan poligami, hal tersebut dimungkinkan,
asalkan memenuhi ketentuan hukum Islam dan ketentuan Undang-
Undang Perkawinan.
2. Parlaela Khusnul Khotimah, dalam skripsinya untuk mendapatkan
gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, ia
meneliti poligami dengan judul “Tinjauan Hukum Islam terhadap
Praktik Poligami (Studi terhadap Pelaku Poligami di Desa Bulus
Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo)”. Ia menyatakan
dalam skripsinya praktik poligami yang dilakukan oleh warga Desa
Bulus ada yang sesuai dengan apa yang ada dalam Undang-Undang
dan hukum Islam, karena sudah mampu berbuat adil terhadap istri-
istrinya. Tetapi ada praktik poligami sesuai dengan nash al-Qur‟an
14
surah an-Nisâ‟ (4) ayat 3 tetapi tidak sesuai dengan Undang-
Undang karena tidak dicatatkan.
3. Rahmat Hidayat, membuat penelitian dengan judul “Pemikiran
Muhammad Quraish Shihab tentang Poligami”. Di akhir
penelitian, Rahmat Hidayat menyatakan Muhammad Quraish
Shihab berpendapat bahwa poligami seperti pintu darurat yang
boleh dibuka dalam keadaan tertentu saja, dan dengan syarat yang
tidak ringan. Sehingga poligami merupakan salah satu alternatif
dalam kondisi darurat saja dan orang yang ingin melakukan
poligami haruslah memiliki pengetahuan tentang kasih sayang,
dukungan baik materil maupun spiritual
4. Reza Fitra Ardhian bersama rekannya yaitu Satrio Anugrah dan
Setyawan Bima dari Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
membuat penelitian dengan judul “Poligami dalam Hukum Islam
dan Hukum Positif Indonesia Serta Urgensi Pemberian Izin
Poligam di Pengadilan Agama”. Hasil dari enelitian ini dapat
ditarik dari kesimpulan berikut ini:apabila seorang suami ingin
beristri lebih dari seorang maka wajib mengajukan permohonan
kepada Pengadilan di daerah tempat tinggalnya (yaitu Pengadilan
Agama). Diatur pula dalam pasal-pasal berikutnya dalam
pengajuan poligami harus memenuhi syarat-syarat yang sudah
ditentukan menurut UU Perkawinan. Pengaturan tentang poligami
di hukum positif seakan mempersulit suami untuk
15
poligami,sedangkan hukum islam sendiri tidak terlalu mempersulit
seorang suami untuk poligami. Oleh karena itu kedua hukum ini
harus saling sinkron agar tidak menimbulkan suatu permasalahan
dalam perkawinan khususnya poligami.
F. Definisi Operasional
Untuk lebih mempermudah terhadap pembahasan dalam penelitian
ini, peneliti akan menjelaskan beberapa istilah yang sangat erat kaitannya
dengan penelitian ini, diantaranya adalah:
1. Komparasi
Suatu metode yang digunakan untuk membandingkan data-
data yang ditarik ke dalam konklusi baru. Komparasi sendiri dari
bahasa inggris, yaitu compare, yang artinya membandingkan untuk
menemukan persamaan dari kedua konsep atau lebih. 13
2. Pandangan
Pandangan seseorang merupakan stimulus yang diindera
oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan
sehingga individu tersebut dapat menyadari dan mengerti tentang
apa yang diinderanya. Sehingga, pandangan merupakan proses
yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak
manusia. Pandangan terintegrasi di dalam diri individu terhadap
setiap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri
13
Lestari, “Penelitian Komparatif”, diakses pada tanggal 17 Maret 2017 dari
https://www.academia.edu/6916382/STUDI_PERBANDINGAN.
16
individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu
akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi.14
3. Ulama‟
Ulama bentuk dari kata alim yang berarti orang yang ahli
dalam pengetahuan agama Islam. Kata alim adalah kata benda dari
kata kerja alima yang artinya “mengerti atau mengetahui”. Di
Indonesia, kata Ulama yang menjadi kata jama‟ alim, umumnya
diartikan sebagai “orang yang berilmu”.15
4. Kontemporer
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian
kontemporer berarti sewaktu, semasa, pada waktu atau masa yang
sama, pada masa kini,dewasa ini. Jadi dapat disimpulkan bahwa
ulama kontemporer adalah ulama yang pernah hidup semasa atau
bahkan masih ada dewasa ini.16
5. Poligami
Secara etimologis, poligami berasal dari bahasa Yunani
poly atau Polus yang berarti banyak dan gamein atau gamos yang
memiliki arti perkawinan. Dalam bahasa Arab, istilah yang dipakai
untuk poligami adalah ta’addud az-zauja>t. Dari segi bahasa,
14
Tony dan Barry Buzan, Memahami Peta Pikiran (The Mind Map Book) Edisi Milenium,
(Jakarta:Interaksara, 2004), hal. 251. 15
Muhtarom, Reproduksi Ulama di Era Globalisasi (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2005), hal. 12. 16
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama) hal. 483.
17
poligami berarti pernikahan yang banyak atau perkawinan yang
lebih dari seorang.17
Berdasarkan definisi operasional yang dipaparkan, dapat
dipahami bahwa penelitian yang berjudul Studi Komparasi
Pandangan Ulama Kontemporer di Indonesia tentang
HukumPoligami ini adalah suatu metode yang digunakan untuk
membandingkan data-data pandangan atau persepsi para ahli dalam
pengetahuan agama Islam masa kini mengenai status hukum
poligami, yakni suatu keadaan di mana seorang suami memiliki
istri lebih dari satu dalam waktu yang sama.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat kepustakaan murni (Library
Research), deskriptif analitis dengan metode pendekatan konten
analisis, yaitu menggambarkan secara umum tentang objek yng
akan diteliti.
Dalam hal ini peneliti memaparkan pemikiran-
pemikiranulama kontemporer di Indonesia terkait dengan poligami,
yang kemudian ditarik suatu kesimpulan mengenai apa yang
melatarbelakangi perbedaan tersebut.
Tiga Ulama Indonesia yang diteliti oleh penulis adalah
Quraish Shihab, Husein Muhammad dan Haji Abdul Malik Karim
17
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam,Ensiklopedi Islam Jilid 4Cet. 2 (Jakarta:Ichtiar Baru Van
Hoeve,1994), hal. 107.
18
Amrullah. Alasan pemilihan Quraish adalah beliau termasuk di
antara tokoh yang menulis tentang perempuan dan sangat
produktif.Terbukti dari banyaknya karya yang telah beliau tulis. Ia
telah melahirkan sejumlah literatur yangmeniupkan pembaharuan
dan para feminis yang menggerakkan isu-isu feminisme serta
membuahkan penafsiran kritis dan tajam serta cenderung
kontroversial denganulama klasik.
Husein Muhammad adalah ulama yang mengusung gagasan
feminism Islam, dikategorikan sebagai feminis laki-laki atau laki-
laki yang melakukan pembelaan terhadap perempuan. Kesadaran
Husein Muhammad terhadappenindasan perempuan bermula ketika
ia diundang dalam seminar tentangperempuan dalam padangan
agama-agama pada tahun 1993. Sejak saat itu beliau mengetahui
bahwa ada masalah besar yang dihadapi oleh perempuan,
karenaperempuan mengalami penindasan dan eksploitasi.
Selanjutnya, Hamka sangatlah kritis dalam menafsirkan
ayat-ayat dalam Al-Quran. Dalam pemikirannya mengenai
kedudukan perempuan dalam Islam, Hamka menafsirkan ayat-ayat
tersebut secara filosofis. Hal ini tidak dapat diragukan lagi dengan
dikarangnya tafsir al-azhar oleh Hamka. Penelitian mengenai
masalah-masalah perempuan dalam Islam dan kedudukan
perempuan dalam Islam dibahasnya secara tuntas, salah satunya
adalah tentang poligami.
19
2. Metode Pengumpulan Data
Selalu ada hubungan antara metode pengumpulan data
dengan masalah penelitian yang akan dipecahkan. Metode yang
dilakukan penyusun dalam meneliti tugas akhir ini adalah sebagai
berikut:
a) Mencari referensi atau sumber data berupa buku,
kitab, jurnal, dan penelitian lain yang terdahulu dan
berkaitan dengan tugas akhir ini.
b) Mempelajari dan menyusun tugas akhir berdasarkan
referensi yang diperoleh.
c) Menganalisis dan berupaya memperoleh hasil sesuai
dengan latar belakang penelitian.
d) Menyimpulkan hasil penelitian yang diperoleh.
3. Sumber data
Pengelompokan data kepustakaan berdasarkan kekuatan
mengikat dari isinya, adalah:
a) Bahan primer, yakni bahan utama dalam penelitian, yaitu
bahan pustaka yang berisikan tentang pemikiran ulama yang
diteliti terkait monogami dan poligami. Dalam bahan primer
menjadi bahan adalah karya ulama yang ditelitiseperti
Wawasan Al-Qur‟an, dan tafsir Al-Mishbah, Tafsir Al-Azhar,
dan Masa‟ilul Fifhiyyah karya Masjfuk Zuhdi yang dijadikan
bahan utama dalam penelitian. Bahan sekunder, yaitu bahan
20
pustaka yamg berisi tentang informasi yang menjelaskan dan
membahas tentang bahan primer.Dalam hal ini buku-buku
atau artikel-artikel dan juga buletin yang mendukung dari
bahan primer tersebut.
b) Bahan sekunder, yaitu bahan pustaka yamg berisi tentang
informasi yang menjelaskan dan membahas tentang bahan
primer. Dalam hal ini buku-buku atau artikel-artikel dan juga
buletin yang mendukung dari bahan primer tersebut.
4. Analisis Data
Analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan
uraian dasar. Ia membedakannya dengan penafsiran, yaitu dengan
memberikan arti yang signifikan terhadap hasil analisis,
menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan diantara dimensi-
dimensi uraian.18
Jujun S. Suriasumantri mengatakan metode ini merupakan
metode untuk memperoleh pengetahuan dengan cara
membandingkan pengetahuan-pengetahuan. Singkatnya metode ini
adalah “pengetahuan yang didapat berdasarkan perbandingan
mempunyai banyak kegunaan”.19
18
Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2005), hal.
280. 19
Ali Abdul Halim Mahmud dkk, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam:Tinjauan Antardisiplin
Ilmu (Bandung:Nuansa,2001), hal. 44.
21
Metode komparatif ini selain sebagai metode epistemologi,
pada tahap operasionalnya juga menjadi salah satu metode
penelitian. Adapun dari segi mekanisme kerja ini, metode
komparatif diaplikasikan melalui langkah-langkah kerja secara
bertahap sebagai berikut:
1. Menelusuri permasalahan-permasalahan yang setara tingkat
dan jenisnya;
2. Mempertemukan dua atau lebih permasalahan yang setara
tersebut;
3. Mengungkapkan ciri-ciri dari obyek yang dibandingkan secara
jelas dan terinci;
4. Mengungkapkan hasil perbandingan;
5. Menyusun atau memformulasikan kembali teori yang bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Dalam metode ini dilakukan dengan melihat dan menelaah
pemikiran dari ulama kontemporer Indonesia yang diteliti terkait
dengan hukum perkawinan poligami, serta melihat apa yang
menyebabkan perbedaan yang mendasari kedua pemikiran tersebut.
H. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh hasil yang sistematis, terarah dan menyeluruh
sebagaimana judul yang akan diteliti, serta memahami hasil penelitian ini,
maka adapun sistematika dalam penulisan ini sebagai berikut :
BAB I:PENDAHULUAN
22
Pada bab ini peneliti akan mendiskripsikan latarbelakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi
operasional, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan..
BAB II: KAJIAN PUSTAKA
Pada bab II berisi kajian teori yang berhubungan dengan
permasalahan yang diteliti. Adapun teori tersebut yaitu mengenai
perkawinan, komparasi dan poligami, serta biografi tokoh yang akan
diteliti.
BAB III: PEMBAHASAN DAN HASIL PENELTIAN
Berisi analisis data mengenai pemikiran para ulama kontemporer di
Indonesia terkait poligami serta apa yang melatarbelakangi perbedaan
pemikiran tersebut. Pembahasan ini ditulis sebagai telaah atas pertanyaan-
pertanyaan dalam rumusan masalah.
BAB IV: KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan merupakan penjelasan secara singkat, padat, dan
jelas terhadap hasil penelitian.Sehingga mempermudah dalam memahami
dari hasil penelitian ini.