BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah fileyang kaya akan alamnya bahkan sebelum negara Timur...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah fileyang kaya akan alamnya bahkan sebelum negara Timur...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Iklim dan situasi politik serta pemerintahan yang berlangsung di
Negara-negara berkembang patut kita ikuti. Banyak sekali hal-hal
kontroversial yang terjadi didalamnya. Indonesia merupakan salah satu negara
berkembang yang layak diikuti setiap langkah kebijakan dari pemerintah.
Pemerintah sebagai wakil yang mampu mewakili dan berjuang untuk
masyarakat kini telah dihadapkan kembali dengan situasi yang sulit, yaitu
naiknya harga minyak dunia. Indonesia yang notabene merupakan negara
yang kaya akan alamnya bahkan sebelum negara Timur Tengah
mengeksploitasi minyaknya secara komersial. Tetapi keadaan dewasa ini
sangat bertolak belakang karena Indonesia mengalami mimpi buruk lagi pada
22 juni 2013 kemarin akibat melambungnya harga minyak dunia, yaitu
naiknya harga bahan bakar minyak atau biasa disebut BBM.
Menanggapi hal tersebut masyarakat merasa kinerja pemerintah
semakin diragukan. Masyarakat Indonesia semakin lama merasakan beban
yang berat. Karena hampir sebagian besar masyarakat di Indonesia masih
berada di bawah garis kemiskinan. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang
dikenal sebagai partai Islam ikut geram terhadap isu kenaikan harga BBM
yang terjadi. PKS menolak kenaikan harga BBM, karena pemerintah dapat
melakukan kebijakan lain agar kenaikan harga BBM tidak terjadi. Karena
apabila kenaikan harga BBM terjadi akan berdampak ke berbagai sektor.
Tetapi PKS sebagai partai koalisi dari beberapa partai, PKS dinilai tidak
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
konsisten. Dalam pemberitaannya di pada surat kabar Solopos (5/6), ”PD
(Partai Demokrat) sebut PKS munafik”. Dari tagline yang terlihat bahwa PKS
sebagai anggota koalisi diharapkan mampu mendukung partai yang berkoalisi
yang salah satunya merupakan partai besar yaitu Demokrat dimana Presiden
kita Susilo Bambang Yudhoyono juga tergabung dalam partai tersebut. Partai
Demokrat (PD) mengharapkan PKS dapat sejalan dengan kebijakan
pemerintah untuk menaikkan harga BBM. Tetapi PKS sebagai anggota
memilih menolak kebijakan tersebut. Oleh karena itu PD juga ikut geram dan
menilai PKS munafik.
Pemberitaan terkait politik atau kebijakan dari pemerintah sepertinya
berita yang menarik diperbincangkan. Kenaikan BBM menuai banyak pro dan
kotra di tengah-tengah masyarakat yang sangat heterogen di Indoneisa sama
seperti ciri-ciri komunikasi yang di ungkapkan Herbert Blumer dalam
”Pengantar Komunikasi Massa”, bahwa audiens dari media massa
mempunyai banyak perbedaan dari asal kelompoknya dalam masyarakat.
Lewat media massa kita dapat mengetahui banyak hal termasuk salah satunya
berita kenaikan harga BBM yang kontroversial. Media massa seperti televisi,
radio, surat kabar dan media online kini datang untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam memberikan informasi. Begitu banyak pilihan bagi
masyarakat untuk memperoleh informasi. Media cetak, dalam hal ini surat
kabar juga turut menyajikan informasi berita baik lokal, nasional, bahkan
internasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Media tentu tidak hanya menyalurkan realitas ke dalam bentuk teks.
Sebab, media mempunyai realitas, kaidah dan kesepakatan – kesepakatan
proses yang dilembagakan sendiri. Oleh karena itu, bukan tidak mungkin
orang dalam struktur internal media memiliki agenda atau minimal perspektif
sendiri. Hal itu membuat kemasan peristiwa terbingkai sesuai perspektif
mereka sendiri. Sebab, satu media dengan media yang lain tentu memiliki visi,
misi, karakter dan kebijaksan redaksional sendiri – sendiri. Itu jelas
mengandung konsekuensi pada liputan apa yang harus ditulis, bagaimana gaya
penulisanya, dan dimana posisi yang harus diambil menjadi hal yang sangat
esensial; dalam setiap liputan. Media massa sekarang ini bukanlah hanya
sebagai lembaga sosial semata, tetapi tetap berorientasi terhadap profit. Serta
didalam sebuah media didalamnya terdapat kepentingan-kepentingan tertentu.
Oleh karena itu media massa tidak semata-mata menyebarkan apa berita yang
tidak perlu, tetapi menyeleksinya terlebih dahulu. Media massa membutuhkan
modal yang besar dan pemilik modal berhak mempunyai kepentingan
didalamnya juga, apalagi dibalik itu semua terdapat politikus yang sekaligus
menngunakan media massa sebagai kendaraan untuk ideologinya. Kekuatan
media untuk mempengaruhi khalayaknya sangatlah kuat. Media dapat
membuat seseorang terkenal dengan cepat dan dapat juga menjatuhkan dengan
seseorang dengan mudah juga sehingga khalayak sering mengatakan bahwa
media massa itu sangatlah powerfull.
Pesatnya pertumbuhan industri media sekarang ini mempengaruhi
kompetisi diantara media massa itu sendiri. Dengan adanya kebebasan pers
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
saat ini, masyarakat pun dengan mudah mengakses segala macam informasi.
Tak terkecuali informasi yang berhubungan dengan kebijaksanaan pemerintah
baik pusat atau daerah. Dalam tataran pemerintah daerah, pers lokal lebih
dominan dalam pemberitaaan seputar kebijakan pemerintah atau tentang
informasi setempat. Beberapa penerbitan pers mulai melirik dan mengelola
peristiwa daerah sebagai bahan sajiannya. Hal ini menyangkut karateristik
surat kabar yang bersangkutan untuk menjangkau khalayaknya dalam
mendapatkan informasi tentang keadaan yang dekat dengannya.
Penelitian ini mencoba menganalisis isi berita di Harian Umum
Solopos dan Joglosemar sebagai obyek kajian. Ketertarikan ini disebabkan
peneliti ingin melihat bagaimana kecenderungan media, dalam hal ini Solopos
dan Joglosemar. Solopos dan Joglosemar merupakan harian umum daerah
Surakarta. Bagaimana keberpihakan kedua media tersebut tentang
pemberitaan isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan penolakan
kenaikan harga BBM oleh PKS pada periode 1 juni – 1 Juli 2013.
Pemilihan surat kabar Solopos dan Joglosemar sebagai objek
penelitian dikarenakan peneliti ingin membandingkan ke dua surat kabar
tersebut. Sebagaimana kita ketahui bahwa Solopos adalah koran daerah yang
terbit di Kota Solo sedangkan Joglosemar merupakan koran yang distribusinya
meliputi Jawa Tengah.
Solopos sebagai koran lokal yang hadir di Kota Solo ternyata sudah
mampu menjadi bagian dari masyarakat Kota Solo. Kebutuhan masyarakat
Kota Solo terhadap koran Solopos sudah tidak bisa dipisahkan lagi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Kecenderungan ini karena Solopos dapat memberikan informasi di sekitar
Solo yang masyarakat butuhkan, tetapi tetap menampilkan isu-isu nasional.
Sedangkan Joglosemar adalah koran yang berdomisili di Kota Solo
juga, tetapi lebih besar jangkauan distribusinya yaitu sesuai dengan namanya
yang meliputi eks-Karesidenan Surakarta, Solo dan Yogyakarta. Tidak hanya
itu saja ke dua harian umum ini juga mempunyai visi dan susunan organisasi
yang berbeda. Dari perbedaan perbedaan di atas, penulis ingin mengetahui
apakah ada keberpihakan media pada Solopos dan Joglosemar dilihat dari isi
berita isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan penolakan kenaikan
harga BBM oleh PKS.
Pada prinsipnya SOP (Standar Operation Product) SOLOPOS yang
didapatkan dari hasil wawancara dengan salah editor SOLOPOS yang
diringkas sebagai berikut : 1) Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada
kebenaran. Kewajiban para jurnalis adalah menyampaikan kebenaran,
sehingga masyarakat bisa memperoleh informasi yang mereka butuhkan untuk
berdaulat. Bentuk “kebenaran jurnalistik” yang ingin dicapai ini bukan
sekadar akurasi, namun merupakan bentuk kebenaran yang praktis dan
fungsional. Ini bukan kebenaran mutlak atau filosofis, 2) Esensi jurnalisme
adalah disiplin verifikasi. Yang membedakan antara jurnalisme dengan
hiburan, propaganda, fiksi, atau seni, adalah disiplin verifikasi. 3) Jurnalis
harus tetap independen dari pihak yang mereka liput Jurnalis harus tetap
independen dari faksi-faksi. Independensi semangat dan pikiran harus dijaga
wartawan yang bekerja di ranah opini, kritik, dan komentar. 4) Jurnalis harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
melayani sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan. Jurnalis harus
bertindak sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan. Wartawan tak
sekedar memantau pemerintahan, tetapi semua lembaga kuat di masyarakat. 5)
Jurnalisme harus menyediakan forum bagi kritik maupun komentar dari
publik. Apapun media yang digunakan, jurnalisme haruslah berfungsi
menciptakan forum di mana publik diingatkan pada masalah-masalah yang
benar-benar penting, sehingga mendorong warga untuk membuat penilaian
dan mengambil sikap. 6) Jurnalisme harus berupaya membuat hal yang
penting itu menarik dan relevan. Tugas jurnalis adalah menemukan cara untuk
membuat hal-hal yang penting menjadi menarik dan relevan untuk dibaca,
didengar atau ditonton. 7) Jurnalis harus menjaga agar beritanya komprehensif
dan proporsional. 8) Jurnalis memiliki kewajiban untuk mengikuti suara
nurani mereka. 9) Setiap jurnalis, dari redaksi hingga dewan direksi, harus
memiliki rasa etika dan tanggung jawab personal, atau sebuah panduan moral
(Wawancara, tanggal 20 Oktober 2013).
Mekanisme kerja redaksi Solopos seperti media massa lainnya
khususnya surat kabar, mekanisme kerja redaksi dimulai dari berita-berita
yang disampaikan oleh reporter. Berita dari reporter dikirim ke masing-
masing redaktur. Selanjutnya oleh redaktur diedit dan tentu saja dilengkapi
dengan data-data kalau memang memungkinkan. Dengan harapan dengan
data-data pendukung tersebut dapat menambah bobot berita dan menambah
lengkap isi berita. Oleh redaktur, berita tersebut disampaikan dalam rapat sore
sekitar pukul 14.00 apakah sekitanya berita tersebut layak untuk dimuat di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
halaman 1 atau diusukan di halaman Soloraya atau cukup di halaman dalam.
Dalam rapat redaksi itulah masing-masing redaktur mengajukan berita yang
paling kuat dari masing-masing desk. Hanya berita yang paling kuat dan
menarik bagi pembaca lah yang bisa masuk ke halaman 1. Dalam penentuan
berita itu layak di halaman 1 atau tidak kadang disertai dengan diskusi
panjang atau bahkan perdebatan sengit. Perdebatan sangat biasa bagi kami dan
kami anggap wajar. Semuanya bermuara bagaimana bisa menampilkan berita
yang berkualitas dan benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat pembaca.
Berita yang telah diedit selanjutnya di lay out oleh tim artistik sesuai dengan
tata letak yang telah dipersiapkan. Kalau sudah jadi, tim artistik menge print
hasilnya untuk diserahkan kepada redaktur yang bersangkutan, dan redaktur
halaman menyerahkan ke redaktur piket untuk dikoreksi. Itu semua untuk
meminimalisasi kesalahan. Naskah lay out jadikan file PDF dan selanjutnya
siap untuk dicetak. Dalam rapat redaksi biasanya memang terjadi silang
pendapat. Kebijakan redaksi ditentukan dalam mekanisme rapat redaksi itu.
Apabila dalam rapat tersebut terjadi perbedaan, dan belum ada titik temu,
maka keputusan bisa diambil oleh redaktur pelaksana. Pemred juga kadang
mengambil keputusan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Prinsip kerja di surat kabar adalah kerja tim. Tidak bisa tim tertentu
bekerja sendiri tanpa memperhatikan tim lainnya. Desk yang ada harus saling
bekerja sama dan saling bersinergi. Biasanya redaktur pelaksana memberikan
arahan kepada redaktur untuk suatu isu tertentu termasuk bagaiamana
mendesain suatu isu agar dapat menarik bagi masyarakat pembaca. Hal-hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
apa yang harus dilakukan agar berita yang dihasilkan bisa komprehensif dan
unggul dibandingkan dengan media kompetitor. Hal itu juga dilakukan oleh
redaktur kepada reporter khususnya mengenai perancangan peliputan. Berita-
berita apa yang akan disajikan untuk edisi besok dan investigasi apa yang
harus dilakukan.bahkan seorang redaktur pelaksana juga mendapat arahan dari
pemimpin redaksi ataupun dari wakil pemimpin redaksi. Arahan-arahan
tersebut bukan hanya bersifat top down tapi bisa jadi masukan dari sesama
redaktur. Biasanya masukan-masukan itu disampaikan dalam rapat redaksi.
Namun demikian, masukan bisa disampaikan langsung kepada redaktur atau
reporter sesuai dengan kebutuhan yang ada.
Pengambilan Keputusan Bagian Redaksi dalam Surat Kabar
Joglosemar dengan mengacu pada studi pendahuluan yang telah dilakukan
diantaranya : 1) Mengadakan rapat budgeting atau rapat redaksi, 2) Memilih
isu-isu yang menarik di khalayak, 3) Pengolahan isu-isu, 4) Berita atau isu-isu
yang menyangku hajat hidup orang banyak atau khalayak seperti berita
kenaikan BBM mempunyai porsi yang besar untuk dimunculkan pada media,
5) Sudut pandang diambil dari banyak aspek yang dapat dimunculkan, 6) Isu-
isu yang menyangkut politik, pemerintah dan masyarakat di sajikan
berimbang, sesuai porsi, 7) Untuk mengurangi keberpihakan media atau untuk
tindakan netralitas media, Joglosemar biasanya mereduksi atau menyaring
berita pada bagian redaksi. Serta menambah narasumber sebagai bahan
pemberitaan agar tidak cenderung berpihak kepada pihak manapun, 8)
Redaktur dalam proses pengolahan isu yang terjadi biasanya mendapatkan isu-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
isu tersebut dari jurnalis dilapangan yang selalu dikawal dan diberi rambu-
rambu agar isu-isu yang dipilih sesuai dengan bagian redaksi dan tentu sesuai
dengan jargon Joglosemar itu sendiri, yaitu jernih dan Bernilai.
Pemberitaan dalam media harus menjunjung tinggi obyektivitas
dalam kaitannya dengan kualitas informasi. Maka prinsip objektivitas
sangatlah dijunjung tinggi terutama wartawan dalam menyajikan beritanya.
Menurut Mc Quail, objektivitas mengandung banyak pengertian antara lain,
objektivitas merupakan nilai sentral yang mendasari disiplin profesi yang
dituntut wartawan sendiri, prinsip itu sangat dihargai dalam kebudayaan
modern, termasuk di luar bidang media massa terutama kaitannya dengan
rasionalitas ilmu pengetahuan dan birokrasi. Objektivitas mempunyai korelasi
dengan independensi, prinsip tersebut sangat dihargai bilamana kondisi
keanekaragaman mengalami kemunduran, yaitu kondisi yang diwarnai
semakin menurunnya jumlah sumber dan semakin meningkatnya uniformitas
(dengan kata lain situasi monopolitis semakin hampa). Dengan demikian,
objektifitas diperlukan untuk mempertahankan kredibilitas. (Mc Quail, 1996:
129)
Memang lebih mudah menyatakan secara tegas makna yang
seharusnya dikandung oleh prinsip objektifitas. Digambarkan dalam buku
Teori Komunikasi Suatu Pengantar, pelbagai komponen prinsip itu
ditampilkan oleh J. Watershahl dalam skema yang diciptakan secara khusus
untuk kepentingan penilaian kadar netralitas dan keseimbangan sistem siaran.
Skema ini juga mengakui bahwa penyajian laporan atau berita secara objektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
harus mencakup nilai- nilai dan fakta- fakta itu sendiri memiliki implikasi
evaluativ. (Watershahl, 1996: 130)
Skema 1 1. Komponen utama obyektivitas berita menurut Westersthal
Objektifitas
Kefaktualan Impartialitas
Kebenaran Relevansi Keseimabangan Netralitas
Faktual Normatif Akses Proposional Non-Evaluatif
Akurasi Jurnalistik Dua sisi Non-sensasional
Lengkap Khalayak
Real-world
Dalam skema tersebut,Westerstahl membagi objektifitas ke dalam
dua kriteria, yakni faktualitas dan impartialitas. Faktualitas dapat
diwujudkan jika didukung oleh kebenaran (truth) dan relevansi (relevance).
Sementara itu, impartialitas hanya bisa ditegakkan jika didukung oleh
keseimbangan (balance) dan netralitas (neutrality).
Kefaktualan dikaitkan dengan bentuk penyajian laporan tentang
peristiwa atau pernyataan yang dapat dicek kebenarannya pada sumber dan
disajikan tanpa komentar. Impartialitas dihubungkan dengan sikap netral
wartawan (reporter), suatu sikap yang menjauhkan setiap penilaian pribadi
(personal) dan subjektif demi pencapaian sasaran yang diinginkan.
Kefaktualan ditentukan oleh beberapa kriteria kebenaran antara
lain,keutuhan laporan, ketetapan yang ditopang oleh pertimbangan
independen dan tidak adanya keinginan untuk menyalaharahkan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
menekan. Relevansi lebih sulit ditentukan dan dicapai secara objektif,
namun pada dasarnya relevansi sama pentingnya dengan kebenaran dan
berkenaan dengan proses seleksi, bukannya dengan bentuk atau penyajian.
Obyektivitas mempersoalkan kebenaran fakta, apakah fakta yang
sesungguhnya sama dengan fakta dalam pemberitaan pers. Dihubungkan
dengan soal representasi fakta dalam jurnalisme, maka obyektivitas
memiliki dua elemen, yakni faktualitas dan impartilitas. Faktualitas
menyangkut kebenaran dan relevansi, sedangkan impartilitas memiliki
dimesi keberimbangan dan netralitas. Sub dimensi netralitas dapat
ditentukan dengan penyajian yang non- evaluative (tidak adanya
pencampuran antara fakta dan opini) dan non- sensional (kesesuaian judul
dan isi, serta tidak ada dramatisasi)
Imparsialitas juga mensyaratkan adanya peliputan yang tidak
memihak salah satu pihak. Tidak memihak ini dalam kurun waktu lama bisa
dilakukan dengan peliputan cover both sides (meliput dua sisi secara
seimbang). Jika ada dua pihak yang bertikai, maka pers punya tugas untuk
meliput kedua belah pihak itu secara seimbang. Pers jelas tidak
diperkenankan melihat dengan lebih membela salah satu pihak saja.
(Nurudin, 2009:90)
Pemberitaan tentang Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang
dikeluarkan dari partai koalisi diberitakan oleh Solopos dan Joglosemar
memiliki perspektif dan gaya bahasa yang berbeda pada beritanya.
Pemberitaan pada Harian Solopos dan Joglosemar dapat disajikan dalam
tabel sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Table 1.1 Perperspektif dan Gaya Pemberitaan di Surat Kabar
Solo Pos Joglosemar Hari/tanggal Cover depan Sifat/Isi Cover depan Sifat/Isi Kamis, 13 Juni 2013
PKS didepak dari setgap
Berita ini bersifat favorable karena merujuk pada isi yang dukungan positif SBY untuk mendepak PKS dari Setgap.
SBY ceraikan PKS
Berita ini bersifat favorable karena isinya memberi dukungan positif SBY untuk mengeluarkan PKS dari Setgap.
Selasa, 21 Juni 2013
3 menteri PKS hadir saat pengumuman
Berita bersifat Netral, berita di sampaikan olej Menteri ESDM Jero Wacik yang berisi informasi bahwa fakta bahwa ada kehadiran menteri PKS pada pengumuman kenaikan BBM.
Menteri PKS juga hadir saat pengumuman
Berita ini disampaikan oleh Menteri Jero Wacik dengan isi informasi bahwa menteri PKS hadir pada pengumumna kenaikan BBM, yang semula menolak kenaikan BBM itu
Sumber : Surat Kabar Solo Pos dan Joglosemar, 2013.
Dari tabel diatas, berisi berita pengumuman kenaikan BBM ini
memiliki perspektif yang hampir sama, kedua media memiliki tujuan yang
sama yaitu pengumuman BBM yang dihadiri oleh ketiga menteri PKS yang
sebelumnya diberitakan menolak kenaikan BBM. Sedangkan isi berita
bersifat netral karena berisi informasi yang disampaikan oleh menteri
ESDM.
Detapi dalam prakteknya tidak sesederhana itu. Pertama, mengenai
penafsiran terhadap prinsip keberimbangan atau both- side, apabila
ditafsirkan sebagai sumber berita hanya berasal dari dua pihak yang
berkonflik mungkin pers bisa membuat berita yang berimbang secara
kuantitatif tetapi bukan itu tujuannya. Tujuan jurnalisme dengan prinsip
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
keberimbangan adalah menemukan kebenaran, namun tugas ini bukan tugas
sederhana. Ada banyak kepentingan “berbicara” yang pada akhirnya
memberi bentuk pada kebenaran. Itu terjadi sejak reporter mengumpulkan
fakta di lapangan, siapa yang diwawancarai, apa yang ditanyakan,
bagaimana berita ditulis, bagian yang mna yg ditonjolkan dan diabaikan,
hingga saat redaktur melakukan penyuntingan dan pemuatan. Pers
dipilihannya sendiri telah menempatkan diri ditengah ketegangan antara
pihak yang memiliki kepentingan dan khalayak sebagi konsumen berita.
Dengan posisinya itu pers menanggung kewajiban utama menyampaiakan
kebenaran melalui, antara lain sikap tidak memihak (netral). Dengan kata
lain, pers dituntut menyampaikan berita secara objektif.
Kemudian yang kedua, jurnalisme harus dipahami lebih luas.
Artinya, both- side harus ditafsirkan all- side. Dengan all- side, fakta akan
diverifikasi, dicek, dikonfirmasi, bukan hanya pada kubu lawan tapi juga
dengan sumber lain. Ketiga, validitas data penting agar kebenaran tidak
menjadi monopoli satu sumber berita atau wartawan. Pada dasarnya dalam
berita merupakan hasil interaksi antar wartawan dan berbagai sumber berita,
dikenal sebagai intersubyektivitas.
Keseimbangan dalam pemberitaan (balance) dan netralitas
(neutrality) sering disamakan dengan ketidakberpihakan. Keseimbangan
berhubungan dengan seleksi dan substansi sebuah berita, yakni seleksi fakta
yang ingin ditampilkan dalam berita. Keseimbangan dalam berita dapat
dilihat dari elemen keseimbangan representasi sumber berita yang dikutip
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
dalam peliputan, kecenderungan pernyataan yang berlebihan di dalam
pemberitaan, melalui kalimat pujian atau kritikan, dan keseimbangan dalam
data dan fakta yang dibutuhkan dalam menyampaikan berita. Bila
keseimbangan berita dapat dilihat dengan jelas pada berita, maka aspek
netralitas dapat dipahami bila keseluruhan berita telah dimengerti dan
seringkali netralitas tidak eksplisit. Pada dasarnya netralitas menempatkan
berita pada posisi seimbang dan tidak melebih- lebihkan fakta. Di dalam
aspek netralitas terdapat dua sub dimensi, yakni non- evaluative (berita tidak
memberikan penilaian atau judgement) dan non- sensasional (berita tidak
melebih- lebihkan fakta yang diberitakan).
Dalam Journal of Communication 4 (2010: 721), Yasmine T.
Dabbous mengatakan:
“Together, fairness and balance constitute one of the main tenets of objectivity (Cohen-Almagor, 208; Mindich, 1998). Others include detachment, nonpartisanship, accuracy, and truthfulness. The two concepts have replaced the unachievable sense of objectivity as scientific neutrality, popular at the beginning of the 20th century (Durham, 1998; Fico & Cote, 1997). Mindich (1998) compares fairness and objectivity to a seesaw. “The idea here is that journalists can find truth by offering two competing truth claims,” he wrote (p. 7). Although journalism reviews and textbooks frequently refer to objectivity, fairness, and balance as standards of quality journalism, the concepts have been strongly questioned in the academic field, especially in the latter part of the 20th century (Durham, 1998). Some scholars questioned the sometimes be distorting or unjust (Cohen-Almagor, 2008; Fuller, 1996; Hackett, 1984; Mindich, 1998; Rosen, 1993). Scholars pointed out that objectivity is an ideological device that serves to protect journalists (Tuchman, 1972), to improve the media’s profit margins by maximizing circulation. Hackett (1984) argued that language is not neutral; the use of words and idioms necessarily implies the presence of bias. Stuart Hall (1982) contended that media were not independent agencies that merely reflected reality. By structuring, selecting, and presenting facts, the press “defined, not merely reproduced, reality,” Hall wrote (p. 64).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Terjemahan dari kutipan diatas adalah: Keadilan dan keseimbangan
merupakan salah satu prinsip utama objektivitas (Cohen-Almagor, 208;
Mindich, 1998). Lainnya termasuk detasemen, nonpartisasi, akurasi, dan
kejujuran. Dua konsep telah menggantikan ketidakobjektivitasan sebagai
netralitas ilmiah, populer pada awal abad ke-20 (Durham, 1998; Fico &
Cote, 1997). Mindich (1998) membandingkan keadilan dan objektivitas
untuk jungkat-jungkit. "Idenya di sini adalah bahwa wartawan dapat
menemukan kebenaran dengan menawarkan dua klaim kebenaran yang
bersaing. Meskipun jurnalisme ulasan dan buku teks sering mengacu kepada
objektivitas, keadilan, dan keseimbangan sebagai standar jurnalisme
berkualitas, konsep telah sangat dipertanyakan dalam bidang akademik,
terutama di bagian akhir abad ke-20 (Durham, 1998). Beberapa ahli
mempertanyakan kadang menjadi distorsi atau tidak adil (Cohen-Almagor,
2008; Fuller, 1996; Hackett, 1984; Mindich, 1998; Rosen, 1993). Para ahli
menunjukkan objektivitas yang merupakan perangkat ideologis yang
berfungsi untuk melindungi wartawan (Tuchman, 1972), untuk
meningkatkan margin keuntungan media dengan memaksimalkan sirkulasi.
Hackett (1984) berpendapat bahasa yang tidak netral, penggunaan kata-kata
dan idiom tentu menyiratkan adanya bias. Stuart Hall (1982) berpendapat
bahwa media tidak lembaga independen yang hanya mencerminkan realitas.
Dengan fakta penataan, memilih, dan penyajian, pers didefinisikan, bukan
hanya direproduksi, kenyataannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Westerstahl (1983) dalam buku Teori Komunikasi Suatu Pengantar
Dennis Mc Quail menyebutkan bahwa penyajian laporan atau berita secara
objektif harus mencakup nilai- nilai dan fakta- fakta sendiri memiliki
implikasi evaluatif, sehingga dapat diakui kepentingan penilaian kadar
netralitas dan kesimbangan. (Westerstahl, 1994: 130)
Di samping itu, John C. Merrill dalam Jurnalisme Dasar
mengatakan bahwa subyektivitas dalam menilai suatu berita meresap ke
seluruh proses jurnalisme, walaupun tidak bisa dihindarkan, tetap
menghadirkan bahaya, terutama bila wartawan dan editor berita mencoba
meloloskan prasangka pribadi mereka sebagai objektivitas. (Merrill, 2011:
66)
Wartawan seyogianya bersikap netral dengan tidak memihak sesulit
apapun. Jika tidak, wartawan hanya akan jadi kambing hitam semua sebab.
Jadi, objektivitas adalah gabungan antara unsure faktualitas dan
imparsialitas. Menurut Nurudin, objektivitas yang murni tidak ada. Berita
bukan kejadian itu sendiri, tetapi kejadian aktual yang ada banyak persoalan
mengitarinya. Kejadian itu adalah fakta objektif, tetapi bagaimana kejadian
itu dipilih, dipilah, diberikan makna, interpretasi, data pendukung dan
bagaimana cara melaporkan adalah sesuatu yang subjektif. Agar masyarakat
paham benar yang dilaporkannya, memberika peliputan sedetail mungkin
harus dilakukan. Maka yang berkembang kemudian adalah realitas subjektif,
atau realitas objektif yang subjektif. (Nurudin, 2009:92)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebaga berikut :
”Apakah ada perbedaan yang signifikan antara keberpihakan pemberitaan
penolakan kenaikan harga BBM dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) terkait
isu kenaikan harga BBM pada surat kabar Solopos dan Joglosemar periode 1
Juni – 1 Juli 2013 ?”
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
yang signifikan pada penyajian informasi berita pemberitaan penolakan
kenaikan harga BBM dari PKS Partai Keadilan Sejahtera (PKS) terkait isu
kenaikan harga BBM pada surat kabar Solopos dan Jogliosemar periode 1 Juni
– 1 Juli 2013.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah
1. Dapat memberikan sumbangan terhadap kajian analisis isi surat kabar
sekaligus mendorong munculnya kajian penelitian serupa.
2. Secara praktis penelitian ini juga dapat memberikan informasi dan
masukan kepada media baik Solopos maupun Joglosemar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
E. LANDASAN TEORI
1. Komunikasi
Istilah Komunikasi berasal dari kata Latin “communication” yang
bersumber dari kata communis yang berarti sama. Maka komunikasi akan
terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang
dipercakapkan (Effendy, 1997:10 )
Webster’s New Colleglate Dictionary edisi tahun 1977 antara lain
dijelaskan bahwa komunikasi adalah “suatu proses pertukaran informasi
diantara individu melalui sistem lambang lambang, tanda tanda, atau
tingkah laku. Sementara itu menurut Carl I. Havland sebagaimana dikutip
oleh Onong Uchjana Effendy dalam bukunya komunikasi, Teori dan
Praktek, menyatakan bahwa ilmu komunikasi adalah upaya yang
sistematis untuk merumuskan secara azas azas penyampaian informasi
serta pembentukan pendapat dan sikap.
Berelson dan Stainer mendefinisikan komunikasi sebagai proses
penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain melalui
penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-
angka, dan lain-lain (Abdullah, 2005 )
Dari definisi tersebut dapat ditarik tiga pikiran utama dalam
definisi komunikasi :
a. Proses komunikasi mengharuskan sebuah proses. Komunikasi hanya
terjadi jika terdapat proses penyampaian dari pengirim (sender) kepada
penerima (receiver).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
b. Pesan, dalam komunikasi pesan merupakan inti dari komunikasi.
Pesan bisa berupa informasi, ide gagasan, emosi, dan lain-lain.
c. Simbol merupakan representasi pesan. Pesan yang abstrak diwujudkan
dalam bentuk simbol. Tujuannya agar pesan yang disampaikan bisa
dipahami orang lain. Simbol merupakan kesepakatan bersama
(konvensi) dan harus dimengerti oleh pihak yang melakukan
komunikasi.
Menurut David K. Berlo, komunikasi merupakan suatu aliran yang
berkelanjutan (a continual stream) dari perilaku yang unik yang tidak
dapat diulangi sehingga memperkirakan komunikasi kelihatannya tidak
mungkin. Berlo menyatakan bahwa pemaknaan ada pada manusia, tidak
pada kata-kata. Dengan kata lain, penafsiran terhadap suatu pesan lebih
bergantung pada pemaknaan mengenai kata-kata atau gerak tubuh
pengirim dari pada pesan itu sendiri. Penekanan akan pentingnya
pemaknaan disisipkan pada pesan yang disampaikan sumber kepada
penerima ( Antoni, 2004 : 43 )
Robert E. Park mendefinisikan komunikasi sebagai proses
psikologi sosial yang didalamnya seseorang dimungkinkan untuk
mengasumsikan sejumlah pemikiran, sikap, dan pandangan pihak lain.
Selain itu ia juga menurut Antoni ( 2004:43 ) mengungkapkan beberapa
hal mengenai komunikasi, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
a. Komunikasi merupakan sebuah proses yang didalamnya hal-hal
rasional dan moral diantara manusia dipertukarkan secara psikologis
dan instingtif.
b. Komunikasi melibatkan perasaan empatik pasangan komunikasi dan
membuat karakteristik sosial dari masyarakat menjadi mungkin.
Charles C. Wright mengemukakan fungsi komunikasi dalam
bukunya Nurudin (2000:13-14) adalah sebagai berikut :
a. Penjagaan lingkungan.
b. Menghubungkan bagian-bagian yang terpisah dari masyarakat untuk
menanggapi lingkungan.
c. Menurunkan warisan sosial dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
d. Hiburan (entertainment)
Stuart Hall memperkenalkan model encoding-decoding (mengirim-
menerima) yang sangat berpengaruh dalam memperhatikan hubungan
antara teks dan khalayak. Hall berpendapat bahwa teks disusun dalam
sebuah cara yang berisi sebuah pemaknaan yang dominan atau yang
diinginkan mambatasi cakupan panafsiran khalayak secara berbeda. Model
Hall mengidentifikasi tiga jenis khalayak dalam proses komunikasi dalam
bukunya Nurudin (2000:192-194) sebagai berikut :
a. Suatu posisi hegemoni dibangun ketika khalayak mengambil
pemaknaan yang diinginkan secara penuh dari teks.
b. Suatu posisi negosiasi dibangun ketika terjadi percampuran dari
adaptasi dari perlawanan kepada kode dominan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
c. Suatu posisi opsisional dibangun ketika pemaknaan yang diinginkan
dipahami, tetapi dibangun kembali pada nilai-nilai dan sikap alternatif.
Hall juga sebagai pengguna pendekatan penerimaan (reception
approach) yang memandang bahwa pesan-pesan media selalu bersifat
terbuka dan polisemi (memiliki banyak makna) serta ditafsirkan sesuai
dengan kontek budaya penerima. Hall menilai bahwa pesan dikonstruksi
dari tanda-tanda yang dapat memilki makna-makna denotative dan
konotatif, bergantung pada pilihan yang dibuat oleh pembuat pesan
(encoder).
2. Komunikasi Politik
Komunikasi politik adalah salah satu dari tujuh fungsi sistem
politik yang terdiri dari: sosialisasi politik; rekrutmen politik; artikulasi
politik; agregasi politik, pembuatan keputusan politik; penerapan
keputusan politik; komunikasi politik. Dengan demikian, realitas
komunikasi politik sangat tergantung pada realitas sistem politik, yaitu:
Pertama, suprastruktur politik (institusi negara) sebagai komunikator
politik. Kedua, infrastruktur politik (institusi nonnegara) sebagai source
sekaligus receiver komunikasi politik.
Komunikasi politik adalah salah satu dari tujuh fungsi yang
dijalankan oleh setiap sistem politik, sebagaimana dikatakan sendiri oleh
Almond sebagai berikut:
“ All of the functions performed in the political system—political socialization and recruitment, interest articulation, interest aggregation, rule making, rule application, and rule adjudication—are performed by means of communication.”(Rauf: 1990)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Kutipan di atas menunjukkan bahwa komunikasi politik bukanlah
fungsi yang berdiri sendiri akan tetapi merupakan proses penyampaian
pesan-pesan yang terjadi pada waktu keenam fungsi lainnya dijalankan.
Hal ini berarti bahwa fungsi komunikasi politik terdapat secara inherent di
dalam setiap fungsi sistem politik. Sebagaimana dikemukakan di atas
bahwa fungsi komunikasi politik dapat ditemukan di dalam fungsi-fungsi
sistem politik lainnya. Namun meskipun komunikasi politik mempunyai
ciri seperti itu, tidaklah berarti bahwa komunikasi politik kecil
peranannya; justru sebaliknya. Komunikasi politik adalah proses yang
menentukan keberhasilan fungsi – fungsi yang lain, sehingga keberhasilan
penyampaian pesan-pesan dalam setiap fungsi itu menentukan
keberhasilan pelaksanaan fungsi yang bersangkutan.
Komunikasi politik dapat dipahami menurut berbagai cara,
McQuail, misalnya mengatakan bahwa komunikasi politik merupakan : all
processes of information (including facts, opinions, beliefs, etc)
transmission, exchange and search engaged in by participants in the
course of institutionalized political activities”
(Semua proses penyampaian informasi termasuk fakta, pendapat-pendapat,
keyakinan-keyakinan dan seterusnya, pertukaran dan pencarian tentang itu
semua yang dilakukan oleh para partisipan dalam konteks kegiatan poltik
yang lebih bersifat melembaga) (Pawito, 2009 : 2)
Cakupan dari komunikasi politik terdiri dari komunikator politik,
pesan politik, persuasi politik, media komunikasi politik, khalayak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
komunikasi politik, dan akibat-akibat komunikasi politik. Sedangkan
menurut Kraus dan Davis membagi cakupan komunikasi politik menjadi
komunikasi massa dan sosialisasi politik, komunikasi massa dan proses
pemilu, komunikasi dan informasi politik, penggunaan media dan proses
politik, konstruksi realitas politik di masyarakat (Nimmo, 1999 : vi-vii )
Meadow sendiri mengemukakan bahwa istilah komunikasi politik
merujuk pada segala bentuk pertukaran simbol atau pesan yang sampai
tingkat tertentu dipengaruhi atau mempengaruhi berfungsinya sistem
politik (Pawito, 2009 : 2)
Sebagaimana dengan disiplin ilmu lainnya, komunikasi politik
sebagai body of knowledge juga terdiri atas berbagai unsure, yakni :
sumber (komunikator), pesan, media atau saluran, penerima dan efek
menurut Nimmo ( 2009 : 37-39 ) yaitu :
a. Komunikator Politik
Sumber atau komunikator politik adalah mereka-mereka yang
dapat memberi informasi tentang hal-hal yang mengandung makna
atau bobot politik, misalnya presiden, menteri, anggota DPR, MPR,
Gubernur, bupati atau walikota, LSM dan kelompok-kelompok
penekan dalam masyarakat yang bisa mempengaruhi jalannya
pemerintahan.
b. Pesan Politik
Pesan politik adalah pernyataan yang disampaikan baik secara
tertulis maupun tidak tertulis, baik secara verbal maupun non verbal,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
tersembunyi maupun terang-terangan, baik yang disadari maupun tidak
disadari yang isinya mengandung bobot politik. Misalnya pidato
politik, undang-undang kepartaian, pernyataan politik, artikel, surat
kabar, internet, televisi dan radio yang berisi ulasan politik dan
pemerintahan, iklan politik, makna logo, warna logo, warna baju atau
bendera, dan iklan politik propaganda.
c. Saluran atau Media Politik
Saluran atau media politik ialah alat atau sarana yang digunakan
oleh para komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya.
Media massa adalah saluran komunikasi politik yang sangat luas dan
karenanya juga sangat berperan. Media massa hadir pada setiap saat
terdapat peristiwa penting, mengamati, mencatat dan merekam, dan
kemudian melaporkannya kepada public dengan frame atau sudut
pandang tertentu. organisasi atau institusi dan kelompok, selain
sebagai aktor politik, sampai tingkat tertentu, juga dapat berperan
sebagai saluran. Organisasi dan kelompok mengartikulasikan tuntutan-
tuntutan para anggota atau warganya kemudian menyampaikannya
kepada masyarakat luas (publik).
Sementara itu, partai politik merupakan saluran komunikasi politik
yang sangat penting untuk mengagregasikan dan mengartikulasikan
aspirasi, tuntutan, dan kepentingan warga partai yang sangat istimewa
dalam kesempatan pemilihan umum. Saluran komunikasi politik lain yang
tidak kalah penting adalah saluran-saluran khusus untuk agregasi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
artikulasi kepentingan. Tergolong dalam kelompok saluran komunikasi
politik ini adalah pemberian suara dalam pemilihan umum, aksi mogok
para buruh atau pekerja untuk menuntut perbaikan upah dan kondisi kerja,
aksi-aksi protes atau demonstrasi.
d. Sasaran atau Target Politik
Sasaran adalah anggota masyarakat yang diharapkan dapat member
dukungan dalam bentuk pemberian suara (vote) kepada partai atau
kandidat dalam pemilihan umum.
e. Pengaruh atau Efek Komunikasi Politik
Efek komunikasi politik yang diharapkan adalah terciptanya
pemahaman terhadap system pemerintahan dan partai-partai politik,
dimana nuansanya akan bermuara pada pemberian suara (vote) dalam
pemilihan umum.
Selain itu jika dikaji lebih lanjut, komunikasi politik memilki
beberapa fungsi yang sangat penting. Sebagai sebuah disiplin ilmu,
komunikasi politik menurut Mc Nair dalam bukunya Hafied Cangara
(2009 : 39-40) memiliki lima fungsi dasar, yakni sebagai berikut :
a. Memberikan informasi kepada masyarakat apa yang terjadi
disekitarnya. Disini media komunikasi memiliki fungsi pengamatan
dan juga fungsi monitoring apa yang terjadi dalam masyarakat.
b. Mendidik masyarakat terhadap arti dan signifikan fakta yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
c. Menyediakan diri sebagai platform untuk menampung masalah-
masalah politik sehingga bias menjadi wacana dalam membentuk opini
public, dan mengembalikan hasil opini itu kepada masyarakat.
d. Membuat publikasi yang ditujukan kepada pemerintah dan lembaga-
lembaga politik.
e. Dalam masyarakat yang demokratis, media politik berfungsi sebagai
saluran advokasi yang bisa membantu agar kebijakan dan program-
program lembaga politik dapat disalurkan kepada media massa.
Mc Nair dalam Goran Hedebro dalam Hafied Cangara (2009 : 39-40)
mengatakan bahwa komunikasi politik berfungsi sebagai :
a. Memberikan informasi kepada masyarakat terhadap usaha-usaha yang
dilakukan lembaga politik maupun dalam hubungannya dengan
pemerintah dan masyarakat.
b. Melakukan sosialisasi tentang kebijakan, program, dan tujuan lembaga
politik.
c. Memberi motivasi kepada politisi, fungsionaris, dan para pendukung
partai.
d. Menjadi platform yang bisa menampung ide-ide masyarakat sehingga
menjadi bahan pembicaraan dalam bentuk opini public.
e. Mendidik masyarakat dengan pemberian informasi, sosialisasi, cara-
cara pemilihan umum dan penggunaan mereka sebagai pemberi suara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
f. Menjadi hiburan masyarakat sebagai masyarakat sebagai “pesta
demokrasi” dengan menampilkan para juru kampanye, artis, dan para
komentator atau pengamat politik.
g. Menumpuk integrasi dengan mempertinggi rasa kebangsaan guna
menghindari konflik dan ancaman berupa tindak separatis yang
mengancam persatuan nasional.
h. Menciptakan iklim perubahan dengan mengubah struktur kekuasaan
melalui informasi untuk mencari dukungan masyarakat luas terhadap
gerakan reformasi dan demokratisasi.
i. Meningkatkan aktivitas politik masyarakat melalui siaran berita,
agenda setting, maupun komentar-komentar politik.
j. Menjadi watchdog atau anjing penjaga dalam membantu terciptanya
good governance yang transparasi dan akuntabilitas.
Fungsi komunikasi politik mempunyai makna dan arti yang sangat
penting dalam setiap proses politik dalam sebuah sistem politik baik itu
oleh infra maupun supra struktur politik. Sudijono Sastroadmodjo
menyatakan bahwa :
“Fungsi komunikasi politik itu adalah fungsi struktur politik menyerap berbagai aspirasi, pandangan-pandangan dan gagasan-gagasan yang berkembang dalam masyarakat dan menyalurkan sebagai bahan dalam penentuan kebijaksanaan. Selain itu, fungsi komunikasi politik juga merupakan fungsi penyebarluasan rencana-rencana atau kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah kepada rakyat. Dengan demikian fungsi ini membawakan arus informasi timbal balikdari rakyat kepada pemerintah dan dari pemerintah kepada rakyat” (Sastroadmodjo, 1995 : 123.)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Realisasi dari pengambilan kebijaksanaan yang berdasarkan
kepentingan seluruh rakyat merupakan pencerminan dari keikutsertaan
rakyat, sebagaimana yang diajarkan oleh teori demokrasi itu sendiri,
dimana anggota masyarakat mengambil bagian atau berpartisipasi di
dalam proses dan penentuan kebijaksanaan pemerintahan (Arbi Sanit,
1985 : 203)
3. Partai Politik
Partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang
anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai, dan cita-cita yang sama
(Budiarjo, 1998 : 160). Banyak sarjana ilmu politik mendefinisikan partai
politik dari berbagai pandangan atau pendekatan diantaranya :
a. Carl J. Friedrich mendefinisikan partai politik sebagai kelompok
manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau
mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan
partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota
partainya kememfaatan bersifat idiil maupun material (Haryanto, 2004
: 7).
b. Leon D. Eisptern berpendapat partai politik adalah sekelompok orang
yang secara peran terlibat dalam politik dan mempunyai tujuan utama,
terwakilinya secara formal dalam institusi dan pembuat kebijakan
pemerintah (Haryanto, 2004 : 7).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
c. Mark N. Hagopian, partai politik adalah suatu organisai yang dibentuk
untuk mempengaruhi bentuk karakter kebijaksanaan publik dalam
rangka prinsip-prinsip dan kepentingan ideologi tertentu melalui
praktek kekuasaan secara langsung atau partisipasi rakyat dalam
pemilihan.
d. R. H Soltou menjelaskan bahwa partai politik adalah sekelompok
warga negara yang sedikit banyak teroganisir, yang bertindak sebagai
satu kesatuan politik dan yang dengan memanfaatkan kekuasaannya
untuk memilih bertujuan mengusai pemerintahan kebijaksanaan umum
mereka.
Partai politik merupakan salah satu suprastruktur kenegaraan
disamping pressure groups, media massa, gerakan mahasiswa, organisasi
kemasyarakatan dan berbagai institusi informal lainnya dalam suatu
negara. Dari sekian suprastruktur kenegaraan tersebut, partai politik
memiliki tempat yang istimewa dibanding yang lain.
Keistimewaan partai politik tersebut disebabkan urgennya peran
partai politik dalam tata kelola kenegaraan kita. Partai politik adalah urat
nadi dari seluruh sistem politik dan demokrasi yang ada dalam suatu
negara. Di tangan partai politik rekrutmen sumber daya institusi legislatif
dan kepala eksekutif di negara kita dipertaruhkan. Di tangan partai politik
pula, pemilihan umum sebagai mekanisme demokrasi dapat dipengaruhi.
Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, partai politik
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
internal yang mempengaruhi terdiri dari regulasi yang berlaku secara
internal masing-masing partai politik, gaya kepemimpinan, budaya politik
di dalam partai, platform partai yang bersangkutan dan lain sebagainya.
Faktorfaktor demikian merupakan faktor yang berasal dari dalam diri
partai politik yang bersangkutan. Sedangkan faktor eksternal yang
mempengaruhi, antara lain ; regulasi yang berkaitan dengan partai politik,
baik berupa Undang-Undang (UU) maupun peraturan perundang-
undangan lainnya. Pengaruh rezim yang sedang berkuasa juga merupakan
faktor eksternal lainnya.
Jika faktor internal yang mempengaruhi pencapaian tujuan partai
politik merupakan kajian dalam bidang ilmu politik, maka faktor eksternal
yang mempengaruhi sebagaimana disebutkan diatas merupakan wilayah
kajian hukum tata negara, melalui pendekatan politik hukum.
Melalui pendekatan ini, hendak dilihat sejauh mana pengaruh
politik dalam menciptakan produk hukum tertentu dalam hal ini hukum
dalam bidang kepartaian. Tulisan ini hendak melihat interaksi politik dan
hukum dalam bidang kepartaian dari masa orde lama sampai dengan
sekarang ini.
4. Media Surat Kabar
Media tidak hanya sekedar penyebar informasi. Media memiliki
sejumlah tanggung jawab ikut aktif melibatkan diri dalam interaksi sosial
dan kadangkala menunjukkan arah atau memimpin, serta berperanserta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
dalam menciptakan hubungan dan integrasi. Dalam masyarakat, media
bergerak dengan ditandai oleh adanya penyebaran kekuasaan, yang
diberikan kepada individu, kelompok, dan kelas sosial secara tidak merata.
McQuail (1989), menyebutkan media seringkali dipandang sebagai
alat kekuasaan yang efektif karena kemampuannya untuk melakukan salah
satu atau lebih dari beberapa hal seperti : menarik dan mengarahkan
perhatian, membujuk pendapat dan anggapan, mempengaruhi pilihan
sikap, memberikan status dan legitimasi, mendefinisikan dan membentuk
persepsi realitas.
Media yang sering digunakan dalam membentuk persepsi realitas
sebagaimana disebutkan di atas adalah surat kabar. Surat kabar telah lama
dipergunakan untuk penyebaran informasi. Sejalan dengan berjalannya
waktu, surat kabar tidak hanya berfungsi sebagai alat informasi saja, tetapi
banyak fungsi yang dapat diberikan oleh surat kabar.
Suwardi (1993) menjelaskan bahwa fungsi-fungsi dari surat kabar
adalah sebagai berikut :
a. Fungsi menyiarkan informasi, berbagai informasi dengan cepat dan
akurat dapat disampaikan oleh surat kabar. Pembaca menjadi pembeli
ataupun berlangganan surat kabar karena ingin mengetahui informasi
apa yang terjadi di berbagai tempat di dunia.
b. Fungsi mendidik, surat kabar secara tidak langsung memberikan fungsi
pendidikan pada pembacanya. Ini bisa dilihat dari materi isi seperti
artikel, feature dan juga tajuk. Materi isi tersebut disamping
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
memberikan informasi juga penambah perbendaharaan pengetahuan
pembacanya walaupun bobot pemahaman tiap pembaca berbeda-beda.
c. Fungsi mempengaruhi, berita pada surat kabar secara tidak langsung
mempengaruhi para pembacanya, sedangkan tajuk rencana dan artikel
dapat memberikan pengaruh langsung kepada pembacanya. Pengaruh
ini pada mulanya timbul dari persepsi pembaca terhadap suatu masalah
yang kemudian membentuk opini pada pembacanya.
Menurut Suwardi (1993), umumnya isi dari suatu surat kabar
terdiri dari berita utama yang terletak di halaman depan, berita biasa,
rubrik opini, reportase, wawancara, feature, iklan, cerita pendek, cerita
bergambar, dan lain-lain. Semua komponen itu diramu sedemikian rupa
agar pembaca tertarik membaca dan menjadi pelanggan surat kabar itu.
Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari
komunikator kepada komunikan. Proses komunikasi akan berlangsung
dengan melibatkan unsur-unsur sebagai berikut : sumber, pesan, saluran,
penerima dan efek. Menurut McQuail (1989), komunikasi merupakan
suatu proses dimana seorang individu (komunikator) menyampaikan
rangsangan biasanya dalam simbol-simbol verbal untuk mengubah
perilaku individu lain (komunikan).
Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa saluran atau media
merupakan salah satu unsur penting dalam proses komunikasi. Saluran
komunikasi sendiri dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu saluran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
personal dan saluran massa atau media massa yang kerap disebut dengan
komunikasi massa.
Menurut Devito (1996), komunikasi massa adalah komunikasi
dengan radio, televisi, surat kabar, majalah, hasil rekaman radio kaset dan
piringan hitam. Dengan begitu, media massa dapat diklasifikasikan
menjadi media massa cetak dan media massa elektronik. Surat kabar
sebagai salah satu media massa cetak merupakan lembaga yang
menyebarkan informasi atau berita sebagai karya jurnalistik kepada
masyarakat.
Menurut Effendi (1993), surat kabar adalah lembaran tercetak yang
memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri ; publisitas (isi
surat kabar tersebut disebarluaskan kepada publik), periodisitas (surat
kabar terbit secara teratur setiap hari, seminggu sekali atau dua mingguan),
universalitas (isi surat kabar tersebut bersifat umum yang menyangkut
segala aspek kehidupan) dan aktualitas (yang dimuat surat kabar mengenai
permasalahan aktual).
5. Tinjauan tentang Berita
a. Pengertian
Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media masa di
samping views (opini). Mencari bahan berita lalu menyusunnya
erupakan tugas pokok wartawan dan bagian redaksi sebuah penerbitan
per (media massa) (Juwito, 2008:51).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Micthel V. Charnley dalam Juwito (2008:52) mengemukakan
pengertian berita sebagai berikut :
Berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian
yang faktual, penting, dan menarik bagi sebagian besar pembaca,
Serta menyangkut kepentingan merek.
Dari pengertian tersebut, kita melihat terdapat empat unsure
yang harus dipenuhi oleh sebuah berita, sekaligus menjadi
"karakteristik utama" sebuah berita dapat dipublikasikan di media
massa (layak muat).
Menurut Juwito (2008), Keempat unsur ini pula yang dikenal
dengan nilai-nilai berita (news values) atau nilai-nilai jurnalistik.
1. Cepat, yakni aktual atau ketepatan waktu. Menurut Al Hester,
dalam unsur ini terkandung makna harfiah berita (news), yakni
sesuatu yang baru (new). Tulisan jurnalistik adalah tulisan yang
memberi pembaca pemahaman atau informasi yang tidak ia ketahui
sebelumnya.
2. Nyata (faktual), yakni informasi tentang sebuah fakta (fact), bukan
fiksi atau karangan. Fakta dalam dunia jurnalistik terdiri dari
kejadian nyata (real event), pendapat (opinion), dan pernyataan
(statement) sumber berita. Dalam unsur ini terkandung pula
pengertian, sebuah berita harus merupakan informasi tentang
sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya atau laporan mengenai
fakta sebagaimana adanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
3. Penting, artinya menyangkut kepentingan orang banyak. Misalnya
peristiwa yang akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat
secara luas, atau dinilai perlu untuk diketahui dan diinformasikan
kepada orang banyak, seperti kebijakan baru pemerintah, kenakan
harga, dan sebagainya.
4. Menarik, artinya mengundang orang untuk membaca berita yang
kita tulis. Berita yang biasanya menarik perhatian pembaca,
disamping yang aktual dan faktual Serta menyangkut kepentingan
orang banyak, juga berita yang bersifat menghibur (lucu),
mengandung keganjilan atau keanehan, atau berita human interest
(menyentuh emosi, menggugah perasaan). Secara ringkas dan
praktis dapat disimpulkan berita adalah laporan peristiwa yang
memenuhi keempat unsur tersebut – karena tidak semua peristiwa
layak dilaporkan. Dengan demikian, seorang reporter hendaknya
mampu membedakan mana peristiwa yang mempunyai nilai berita
dan mana yang biasa-biasa Saja.
b. Unsur-unsur Berita
Juwito (2008:52), Unsur-unsur berita itu dikenal dengan 5W + 1
H, kependekan dari :
1) What = apa yang terjadi
2) Where = dimana hal itu terjadi
3) When = kapan peristiwa itu terjadi
4) Who = siapa yang terlibat dalam kejadian itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
5) Why = kenapa hal itu terjadi, dan
6) How = bagaimana peristiwa itu terjadi
Rumusan Indonesia" 5W + 1 H adalah 3A – 3M, kependekan
dari Apa, si-Apa, meng-Apa, bila-Mana, di Mana, dan bagai-Mana.
Sebuah berita hendaknya memenuhi keenam unsur tersebut.
c. Jenis dan Struktur Berita
Juwito (2008), Jenis-jenis berita yang dikenal di dunia
jurnalistik antara lain :
1) Straight News : berita langsung, apa adanya, ditulis secara singkat
dan lugas. Sebagian besar halaman depan Surat kabar atau yang
menjadi berita utama (headline) merupakan berita jenis ini.
2) Depth News : berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman
hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan.
3) Investigation News : berita yang dikembangkan berdasarkan
penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber.
4) Interpretative News : berita yang dikembangkan dengan pendapat
atau penilaian wartawan berdasarkan fakta yang ditemukan.
5) Opinion News : berita mengenai pendapat seseorang, biasanya
pendapat para cendekiawan sarjana, ahli atau pejabat, mengenai
suatu hal peristiwa, kondisi poleksosbudhankam, dan sebagainya.
Juwito (2008:53), Struktur berita, khususnya berita langsung
(straight news), pada umumnya mengacu pada Struktur piramida
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
terbalik (inverted pyramid), yaitu memulai penulisan berita dengan
mengemukakan fakta/data yang dianggap paling penting, kemudian
diikuti bagian-bagian yang dianggap agak penting, kurang penting dan
seterusnya.
Al Hester dalam Juwito (2008:54), Bagian paling penting ini
dituangkan dalam bagian kepala (lead) atau alinea pertama berita.
"Sudah menjadi hokum jurnalistik, bagi sebagian besar berita yang
akan ditulis dengan menampilkan lebih dulu fakta-fakta yang paling
penting."
Susunan berita bentuk piramida terbalik ini menguntungkan
pembaca dalam hal efisiensi waktu karena langsung mengetahui berita
paling penting. Karenanya, bentuk ini bisa lebih menarik perhatian
pembaca. Selain itu, bentuk ini pun memudahkan kerja redaktur /
editor / penyunting untuk melakukan pemotongan naskah (cutting) jika
kolom / ruang yang tersedia terbatas atau tidak cukup untuk memuat
seluruh bagian berita.
Struktur berita selengkapnya adalah sebagai berikut
1) Judul (head)
2) Dateline, yakni tempat atau waktu berita itu diperoleh dan disusun.
3) Teras berita (Lead)
4) Isi berita (Body)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
6. Analisis Isi
a. Pengertian Analisis Isi
Analisis Isi (Content Analysis) menurut Bell (2001:13) secara
sederhana diartikan sebagai metode untuk mengunpulkan dan
menganalisis muatan dari sebuah “teks”. Teks dapat berupa katakata,
makna gambar, simbol, gagasan, tema dan bermacam bentuk pesan
yang dapat dikomunikasikan. Analisis Isi berusaha memahami data
bukan sebagai kumpulan peristiwa fisik, tetapi sebagai gejala simbolik
untuk mengungkap makna yang terkadang dalam sebuah teks, dan
memperoleh pemahaman terhadap pesan yang direpresentasikan
(Ekomadyo, 2006 : 2).
Menurut Ekomadyo, (2006 : 3), metode Analisis Isi menjadi
pilihan untuk diterapkan pada penelitian yang terkait dengan isi
komunikasi dalam sebuah teks. Ada beberapa pertanyaan tipikal yang
dapat dijawab dengan menggunakan metode Analisis Isi, yaitu:
1) Pertanyaan tentang prioritas/ hal penting dari isi teks, seperti
frekuensi, dimensi, aturan dan jenis-jenis citra atau cerita dari
peristiwa yang direpresentasikan.
2) Pertanyaan tentang “bias” informasi dalam teks, seperti komparasi
relatif tentang durasi, frekuensi, prioritas, atau hal yang ditonjolkan
dalam berbagai representasi.
3) Perubahan historis dalam modus representasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
b. Prosedur Analisis Isi
Menurut Penelitian Analisis Isi berusaha melihat konsistensi
makna dalam sebuah teks. Konsistensi ini dapat dijabarkan dalam
pola-pola terstruktur yang dapat membawa peneliti kepada
pemahaman tentang sistem nilai dibalik teks itu. Metode Analisis Isi
menuntut beberapa persyaratan: objektif, sistematis, dan dapat
digeneralisasikan. Objektif berarti prosedur dan kriteria pemilihan
data, pengkodean serta cara interpretasi harus didasarkan pada aturan
yang telah ditentukan sebelumnya. Sistematis berarti inklusi dan
ekslusi atau kategori harus berdasarkan aturan yang konsisten. Dapat
digeneralisasikan, berarti tiap temuan harus memiliki relevansi teoretis
(Ekomadyo, 2006 : 5).
Neuman (2000 : 296-298) menyebutkan langkah-langkah dalam
meneliti dengan metode Analisis Isi, yaitu (1) menentukan unit analisis
(misalnya jumlah teks yang ditetapkan sebagai kode), (2) menentukan
sampling, (3) menentukan variabel, (4) menyusun kategori
pengkodean, dan (5) menarik kesimpulan.
Philip Bell lebih detail menjelaskan proses mengkodekan isi
dengan menentukan variabel (variables) dan nilai (values). Sebuah
variabel isi adalah macam-macam dimensi (ukuran, jangkauan range
warna, posisi dalam sebuah halaman atau dalam sebuah buletin berita).
Sebuah variabel terdiri atas nilai-nilai (values) yang dapat
disubstitusikan satu sama lain karena mereka mempunyai kelas yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
sama. Nilai yang didefinisikan dalam setiap variabel sebaiknya juga
saling ekslusif dan mendalam. Hasil kuantitatif dari Analisis Isi berupa
perbandingan (comparison) dan tabulasi silang (cross tabulations)
dapat digunakan untuk menguji eksplisitas/ ketegasan hipotesis
komparatif, serta kualifikasi kategori-kategori dari manifestasi wujud/
isi.
Prosedur Analisis Isi yang disusun oleh beberapa pakar di atas
sebenarnya menunjukkan prinsip-prinsip yang tidak terlalu berbeda
satu sama lain, hanya varian yang bisa diterapkan dengan
menyesuaikan objek dan lingkup penelitian. Secara umum, penulis
mencoba menyimpulkan langkah-langkah umum dalam metode
Analisis Isi yang akan dikembangkan dalam penelitian teks arsitektur,
yaitu:
a. Tentukan topik penelitian
b. Tentukan objek yang akan diteliti dan dan sampel penelitiannya
c. Tentukan hipotesis secara jelas agar dapat dibuktikan secara
terukur. Hipotesis sebaiknya diturunkan dari sebuah teori yang
berlaku.
d. Tentukan unit analisisnya (variabel dan nilai yang bisa dikodekan)
e. Analisis secara kuantitatif tiap variabel dan nilainya.
f. Penyimpulan, interpretasi dari hasil kuantitatif (Ekomadyo,
2006:5).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
F. HIPOTESIS
Hipotesis merupakan merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan belum didasarkan pada
fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. (Sugiyono,
2009: 63)
Dalam penelitian ini, hipotesis yang diangkat yaitu :
Ho : Tidak ada perbedaan yang berbeda terhadap pemberitaan penolakan
kenaikan harga BBM dari PKS terkait isu kenaikan harga BBM pada
surat kabar harian Solopos dan Joglosemar karena keduanya
mempunyai wilayah sirkulasi yang berbeda.
Ha : Ada perbedaan yang berbeda terhadap pemberitaan penolakan kenaikan
harga BBM dari PKS terkait isu kenaikan harga BBM pada surat kabar
harian Solopos dan Joglosemar karena keduanya mempunyai wilayah
sirkulasi yang berbeda.
G. DEFINISI KONSEPTUAL
1. Definisi Konseptual
a. Media Cetak
Pesan- pesan yang disiarkan oleh media cetak dapat diulangkaji
dan dipelajari serta disimpan dan dibaca pada tiap
kesempatan…pesan- pesan yang disiarkan oleh media cetak dapat
canggih (sophisticated) dan ilmiah yang menyebabkan media cetak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
lebih tinggi daya persuasinya karena pesan- pesan persuasive melalui
media cetak lebih banyak ditujukan pada rasio atau pikiran. (Effendy,
1990: 145- 146)
b. Berita
Menurut Walter Lippman (1922) pengertian berita adalah
isyarat jelas yang obyektif yang memberartikan suatu peristiwa. Jadi
berita bukanlah cermin kondisi sosial, tetapi laporan tentang suatu
aspek yang telah menonjolkannya sendiri (Mc Quail, 1996:190).
Berita dalam arti teknis jurnalistik adalah lapoan tentang fakta
atau ide yang termasa, yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk
disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca, entah karena ia luar
biasa, entah karena pentingnya atau akibatnya, entah pula karena ia
mencakup segi- segi human interest seperti humor, emosi atau
ketegangan. (Assegaff, 1983: 24)
c. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah merupakan tindakan yang dilakukan
oleh Pemerintah dalam mengendalikan pemerintahannya. Dalam
penyelenggaraan pemerintah daerah, kebijakan publik dan hukum
mempunyai peranan yang penting. Pembahasan mengenai hukum
dapat meliputi dua aspek: Aspek keadilan menyangkut tentang
kebutuhan masyarakat akan rasa adil di tengah sekian banyak
dinamika dan konflik di tengah masyarakat dan Aspek legalitas ini
menyangkut apa yang disebut dengan hukum positif yaitu sebuah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
aturan yang ditetapkan oleh sebuah kekuasaan Negara yang sah dan
dalam pemberlakuannya dapat dipaksakan atas nama hukum.
(Wibowo, 2004: 14)
d. Subsidi Bahan Bakar Minyak
Dalam naskah RAPBN dan Nota Keuangan, subsidi BBM
adalah “pembayaran yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia
kepada Pertamina (pemegang monopoli pendistribusian BBM di
Indonesia) dalam situasi dimana pendapatan yang diperoleh Pertamina
dari tugas menyediakan BBM di Tanah Air adalah lebih rendah
dibandingkan biaya yang dikeluarkannya untuk menyediakan BBM
tersebut”. Dalam hal ia bernilai positif, seperti dulu sering dialami,
angka itu disebut Laba Bersih Minyak. Definisi mengenai subsidi
BBM yang dikembangkan oleh pemerintah tersebut telah diturunkan
ke dalam perhitungan akuntansi yang angka-angkanya kemudian
menjadi dasar bagi program pemerintah untuk menghapuskan subsidi
BBM, termasuk perancangan program-program pengurangan dampak
kenaikan harga BBM.
H. KATEGORISASI
Ide dasar teori ini adalah media memberikan perhatian yang berbeda
pada setiap isu. Dari banyak isu yang muncul, isu penolakan PKS terhadap
kenaikan harga BBM yang diberitakan dengan porsi besar. Perbedaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
perhatian media pada isu penolakan PKS terhadap kenaikan harga BBM akan
memberikan kebijakan berbeda di setiap media dalam penulisannya :
1. Kategori penempatan isu (dimana isu diposisikan dalam halaman surat
kabar) yang dapat diartikan seberapa penting bagi media isu tersebut
disajikan.
a. Halaman Depan Headline
Posisi atau letak berita berada di halaman depan, dan berada di posisi
utama (headline). Headline umumnya ditulis dengan huruf lebih besar
di bagian depan surat kabar dan panjang berita lebih besar.
b. Halaman depan, tidak headline
Posisi atau letak berita di halam depan dengan tetapi tidak berada di
posisi berita utama (headline).
c. Halaman belakang
Berita ditempatkan di halaman belakang surat kabar.
d. Halaman dalam
Posisi atau letak berita di halaman dalam surat kabar (di luar halaman
1 dan halaman belakang surat kabar)
e. Halaman khusus (Suplemen)
Posisi atau letak berita di halaman khusus (suplemen) surat kabar. Ini
adalah halaman khusus yang disediakan oleh surat kabar dalam liputan
mengenai isu kenaikan BBM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
2. Kategori frekuensi arah atau sifat dari penyajian berita,menjelaskan sejauh
mana tingkat netralitas pers dalam menanggapi suatu fenomena atau isu
dengan kecenderungan pers terhadap orientasi pemiliknya.
Berita dikatakan netral:
a. Bahasa jurnalistik harus demokratis, bersifat netral, tidak membeda-
bedakan posisi sumber berita. Wartawan harus menyajikan berita
secara seimbang (tanpa berat sebelah) dan tidak tendensius.
b. Posisi yang tidak berpihak atau condong kepada golongan tertentu
c. Bersifat objektivitas
d. Tidak bersifat ambiguitas (dapat membedakan fakta dan opini)
e. Tidak mementingkan kepentingan umum dan media
f. Tidak memasukkan opini atau sudut pandang wartawan
Berita dikatakan tidak netral
a. Tidak seimbang, tidak akurat, menonjolkan kepentingan pemiliknya
b. Berita yang disampaikan hanya dari satu pihak yang tengah berkonflik
Menurut Laswell dalam Kriyantono (2008) dengan judul Teknik
Praktis Riset Komunikasi dibagi menjadi tiga:
a. Favorable
Suatu pernyataan secara positif menunjuk pada kekuatan (kuat,
perkasa, pemenang), moralitas (baik, sopan, jujur) atau kegiatan (aktif,
rajin) dari pemerintah yang identifikasi dengan sasaran- sasarannya.
Setelah melihat konteks permasalaham, maka yang dimaksudkan
dengan favourable yang ada pada semua dukungan terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
pemberitaan dengan menunjukan secara positif kepada SBY dan kroni-
kroninya serta pemerintahan SBY dan lembaga penegak hukum yang
berniat baik untuk menyelesaikan permasalahan BBM.
b. Unfavorable
Suatu pernyataan tersebut secara negative menunjuk pada
kekuatan (lemah, tidak tegas), moralitas (suka korupsi, buruk, tidak
jujur) atau kegiatan (malas, tidak aktif) dari pemerintah yang
diidentifikasi dengan sasaran- sasarannya.
Dengan melihat konteks permasalahan, unvourable yang
dimaksudkan adalah pemberitaan secara negative terhadap moral,
tindakan serta langkah yang dilakukan oleh SBY dan orang- orang
yang berpihak pada SBY.
c. Netral
Suatu pernyataan yang tidak sama sekali mengandung indikasi
tentang kekuatan, moralitas dan kegiatan pemerintah yang
bersangkutan. (Laswell, 2007: 243)
Netral yang dimaksudkan disini adalah semua pemberitaan
yang tidak mengandung indikasi favourable dan unvourable, hanya
berupa pemberitaan yang bersifat informative atau pernyataan yang
bersifat retoris tidak menyindir.
3. Kategori Sumber berita
Sumber berita adalah sesuatu yang melahirkan berita. Sesuatu itu
bisa manusia, tempat dan bisa pula alam dan peristiwa. (Pareno, 2003: 31)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Dalam pengantar dasar jurnalisme dijelaskan, satu atau lebih sudut
pandang berita akan dipilih untuk diteliti, dan narasumber dicari untuk
mendapatkan bahan guna mengembangkan berita. Pada tahap ini
wartawan atau reporter mempertimbangkan aspek keadilan dan relevansi
dari sudut pandang yang dipilihnya dan mempertimbangkan kualifikasi
serta reliabilitas fakta dari sumber berita. (Tom, 2008: 364)
Adapun pihak atau orang yang dijadikan nama sumber dalam
berita, terbagi dalam tiga sub kategori:
a. Birokrat
Birokrat adalah pegawai pemerintah yang memulai karir dari birokrasi
tingkat rendah, yang mendasarkan otoritas kekuasaannya pada
penguasaan seluk beluk adsministrasi. Yang termasuk dalam kategori
ini misalnya adalah presiden, wakil presiden, menteri dan juru bicara
kepresidenan.
b. Politisi
Politisi adalah kelompok sosial yang mempunyai kemampuan dalam
mempengaruhi pengambilan kebijaksanaan negara seperti MPR, DPR
dan Parpol.
c. Intelektual
Intelektual adalah warga negara yang mempunyai pengetahuan secara
akademis atau non akademis seperti LSM, akademis, aktivis,
sejarawan, tokoh agama dan peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
I. METODELOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat kuantitatif untuk mengetahui perbedaan
pemberitaan penolakan kenaikan harga BBM oleh PKS terkait isu
kenaikan harga BBM.
Penelitian ini merupakan perbandingan antara dua surat kabar
harian Solopos dan Joglosemar yang didukung oleh analisis data statistik.
Sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini adalah penelitian
perbandingan (Comparative Content Analysis) kuantitatif yang
menggambarkan atau mengidentifikasikan pemberitaan tentang isu
penolakan kenaikan bahan bakar minyak oleh PKS di Indonesia yang
ditulis dan dipublikan atau telah dicetak oleh surat kabar harian Solopos
dan Joglosemar.
2. Teknik Penelitian
Teknik penelitian yang digunakan adalah Analisis Isi. Yaitu
metode studi dan analisa tentang isi komunikasi (tersurat dan tersirat)
secara sistematis, logis, baik dengan pendekatan kuantitatif atau mengukur
variabel – variabel. Analisis isi kuantitatif dapat didefinisikan sebagai
suatu teknik penelitian ilmiah yang ditujukan untuk mengetahui gambaran
karakteristik isi dan menarik inferensi dari isi untuk mengidentifikasikan
secara sistematis isi komunikasi yang tampak (manifest), dan dilakukan
secara objektif, valid, reliable, dan dapat direplikasi. (Eriyanto, 2011: 15)
Menurut Klaus Krippendorff keunggulan analisis isi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
a. Merupakan teknik riset yang tidak kentara, sehingga tidak
mempengaruhi kewajaran data.
b. Analisis isi menerima materi sebagaimana adanya tanpa disusun
terlebih dulu dalam suatu struktur oleh penelitinya.
c. Teknik analisis isi sangat peka terhadap konteks data, dengan
demikian mampu mengolah bentuk- bentuk simbolik (symbolic form).
d. Teknik analisis isi dapat menangani data yang jumlahnya sangat besar.
(Krippendoff, 1991: 79)
3. Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono, populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.(2002: 55)
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemberitaan dalam
surat kabar harian Solopos dan Joglosemar rentang waktu 1 Juni sampai 1
Juli 2013 yang berkaitan tentang rencana kenaikan Bahan Bakar Minyak.
Periode ini dipilih karena pada bulan tersebut, semua elemen masyarakat
menyoroti perkembangan pemberitaan mengenai isu kenaikan Bahan
Bakar Minyak dan penolakan dari pihak PKS.
Sampel adalah bagian yang diamati dan merupakan sebagian yang
diambil dari populasi. (Rakhmat, 1995: 106)
Cara memasukan semua anggota populasi sebagai sampel atau
sampel total atau sensus. Hal ini berarti seluruh pemberitaan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
mengandung isu kenaikan Bahan Bakar Minyak dan penolakan PKS pada
surat kabar Harian Solopos dan Joglosemar periode 1 Juni - 1 Juli 2013
sebagai populasi dan sampel.
4. Teknik Pengumpulan Data
Sumber data pada penelitian ini adalah :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari surat kabar harian
Solo Pos dan Joglosemar periode 1 Juni – 1 Juli 2013 yang memuat
tentang berita penolakan PKS terhadap kebijakan pemerintah tentang
kenaikan BBM.
Data dikumpulkan dengan lembar coding (coding sheet) yang
dibuat berdasarkan kategori yang ditentukan sebelumnya.Pengumpulan
data ini dilakukan dengan mencatat, menyeleksi dan mengkode data
yang diperlukan sesuai dengan tujuan penelitian.
b. Studi Kepustakaan
Untuk memperlengkapi data yang diperoleh penulis juga
menggunakan web Solopos dan Joglosemar, buku, skripsi, jurnal dan
beberapa referensi lain.
5. Unit Analisis
Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis atau satuan analisis
sesuai dengan tujuan penelitian adalah:
a. Unit referens
Kalimat yang muncul dalam berita tentang Kenaikan Harga
BBM. Unit referen merupakan rangkaian kata atau kalimat yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
menunjukkan sesuatu yang mempunyai arti sesuai kategori (Rachmat,
2007: 233).
b. Unit Sintaksis
Kata yang muncul dalam berita berkenaan dengan kebijakan yang
dihasilkan. Unit sintaksis berupa kata atau symbol, perhitungannya
adalah frekuensi atau simbol itu (Rachmat, 2007: 233).
6. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan isi pesan tersebut
maka dilakukan analisis data dengan test uji chi square. Dalam uji Chi
square tidak memperhitungkan jumlah sampel tetapi yang diperhitungkan
hanyalah jumlah frekuensi yang diperoleh pada tiap kategori yang telah
ditentukan. Dikutip dari karangan Nurgiyantoro, pada dasarnya chi square
mempertanyakan apakah perbedaan frekuensi itu signifikan ataukah hanya
terjadi secara kebetulan (Eriyanto, 2011: 330).
Adapun rumus Chi Square sebagai berikut :
X2 = i = 1bj = 1 k (Aij-Hij)2Hij
Keterangan :
Aij : jumlah kasus yang diamati dan terkategori pada baris ke-i
dan kolom ke-j
Hij : jumlah kasus yang diharapkan dan terkategori pada baris ke-I
dalam kolom ke-j
i=1 j=1 : adalah jumlah keseluruhan dari baris dan kolom atau jumlah
keseluruhan baris.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Dengan derajat kebebasan:
Df (Degree of freedom)=(b-1) (K-1)
Dimana : b= jumlah baris
K=Jumlah Kolom
7. Reabilitas dan Validitas
Uji reliabilitas dalam analisis isi pesan komunikasi untuk menguji
reliabel tidaknya data yang diperoleh dari observasi (pengamatan isi
pesan). Untuk mendapatkan hasil yang valid maka dilakukan uji
reliabilitas antar pelaku koding (hasil observer) dari berbagai indikator
kategori dan unit analisa yang telah ditentukan.
Kemudian hasil pengkodingan dibandingkan dengan menggunakan
rumus Holsty. Dikutip dari Analisis Isi, rumus Holsti adalah uji reliabilitas
antar- coder yang banyak dipakai selain presentase persetujuan
(Neuendorf, 2011: 289-290).
Reabilitas ditunjukkan dalam presentase persetujuan berapa
presentase persamaan antar-code ketika menilai suatu isi. Rumus untuk
menghitung reliabilitas adalah sebagai berikut:
CR = 2 MN1 + N2
Ket :
CR : Coefisient Reliability
M : Jumlah pernyataan yang disetujui oleh pengkoding dan
periset.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
N1+N2 : Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan
periset
Meskipun sederhana dan banyak dipakai, formula Holsti dan
presentase persetujuan (percent agreement), mempunyai kelemahan
mendasar. Kedua perhitungan reabilitas ini tidak memperhitungkan
peluang (chance) probabilitas, sehingga hanya memperhitungkan
persetujuan atau tidak tanpa memperhitungkan berapa kategori yag
dipakai.
Untuk mengatasi kelemahan itu, kemudian digunakan rumus
Cohen Koppa untuk memperkuat hasil uji reabilitas kedua coder
diperhitungkan. Berikut rumus Cohen Koppa: (Neuendorf, 2002: 202)
Pi = Persetujuan nyata a – Persetujuan harapan1 – persetujuan yang diharapkan
Keterangan :
Pi : Nilai keterandalan
1 : Konstanta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
H. KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka penelitian dapat disajikan dalam bagan sebagai berikut :
Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran
Surat Kabar Harian Solopos • Kebijakan Redaksional
• Kepentingan Pembaca
Pemberitaan mengenai isu kenaikan BBM
Surat Kabar Joglosemar • Kebijakan Redaksional
• Kepentingan Pembaca
Penolakan kenaikan harga BBM oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Perbedaan dari tiap kategori yang dihasilkan surat kabar harian Solopos dan
Joglosemar
Proses produksi pemberitaan antara kedua surat kabar terhadap penolakan kenaikan harga
BBM oleh PKS selama bulan Juni 2012
Pemberitaan mengenai isu kenaikan BBM
Netralitas atau Keberpihakan Media yang disajikan dalam pemberitaan kedua surat
kabar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Keterangan :
Media massa dalam penelitian ini surat kabar memiliki fungsi utama yang
paling penting adalah fungsi memberikan informasi. Komponen paling penting
untuk mengetahui fungsi informasi adalah berita-berita yang disajikan. Iklan pun
dalam beberapa hal memiliki fungsi memberikan informasi di samping fungsi-
fungsi yang lain. Pers dalam menyampaikan informasi harus bisa melihat dari
banyak aspek agar kejadian yang diinformasikan dapat dipahami publik secara
luas serta berkesinambungan, informasi harus bisa mempertahankan masa lalu,
keadaan masa kini dan dapat berperspektif untuk masa depan.
Media massa tidak mungkin menyajikan seluruh realita sosial dalam
medium yang terbatas sehingga ada proses seleksi ketika para editor sebagai ‘gate
keeper’ memilih berita-berita mana saja yang akan dimuat dan tidak akan dimuat.
Pemilihan ini jelas sangat subjektif dan tergantung pada visi misi atau ideologi
yang ingin disampaikan oleh media tersebut kepada masyarakat. Maka bisa
dikatakan bahwa ketika suatu media menyeleksi pemuatan berita, media itu telah
berpihak kepada suatu nilai. Dalam penelitian ini berita yang dijadikan adalah isu
kenaikan BBM yang dikaitkan dengan sikap Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
dalam menyajikan informasi dalam berita surat kabar Solo Pos dan Joglo Semar.
Suatu Pengantar menjelaskan bahwa surat kabar (dalam kurun waktu
modern) lebih memusatkan perhatian pada kekuasaan pemerintah dan lebih
cenderung pula melawan setiap kekuasaan yang berkuasa. Penyajian laporan atau
berita secara objektif harus mencakup nilai- nilai dan fakta- fakta sendiri memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
implikasi evaluatif, sehingga dapat diakui kepentingan penilaian kadar netralitas
dan kesimbangan.
Subyektivitas dalam menilai suatu berita meresap ke seluruh proses
jurnalisme, walaupun tidak bisa dihindarkan, tetap menghadirkan bahaya,
terutama bila wartawan dan editor berita mencoba meloloskan prasangka pribadi
mereka sebagai objektivitas.
Wartawan harus bersikap netral dengan tidak memihak sesulit apapun.
Jika tidak, wartawan hanya akan jadi kambing hitam semua sebab. Jadi,
objektivitas adalah gabungan antara unsure faktualitas dan imparsialitas.
Objektivitas yang murni tidak ada. Berita bukan kejadian itu sendiri, tetapi
kejadian aktual yang ada banyak persoalan mengitarinya. Kejadian itu adalah
fakta objektif, tetapi bagaimana kejadian itu dipilih, dipilah, diberikan makna,
interpretasi, data pendukung dan bagaimana cara melaporkan adalah sesuatu yang
subjektif. Agar masyarakat paham benar yang dilaporkannya, memberika
peliputan sedetail mungkin harus dilakukan. Maka yang berkembang kemudian
adalah realitas subjektif, atau realitas objektif yang subjektif.
Suatu berita merupakan laporan tentang suatu kejadian yang actual dan
bermakna. Kejadiannya sendiri merupakan sesuatu yang objektif. Sedangkan
bagaimana kejadian itu dipilih menjadi berita atau dilaporkan sebagai berita jelas
sesuatu yang subjektif.
Hal tersebut dapat terjadi karena adanya sudut pandang yang berbeda
antarwartawan, visi media yang mempengaruhi, kemampuan daya tangkap
terhadap fakta, daya tafsir dan selera tentang apa yang harus dilaporkan. Banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
segi yang mempengaruhi objektivitas. Dapat dikatakan tidak ada objektivitas apa
adanya, yang ada adalah objektivitas yang subjektif. Media mempresentasikan
banyak kepentingan terhadap suatu fakta, namun media juga memiliki realitas
medianya sendiri.
Penelitian ini meneliti bagaimana sebuah media mempunyai kebijakan
masing-masing terhadap informasi apa yang ditulis serta seberapa sering
informasi tersebut muncul. Disinilah tugas dari gate keeper sebagai penapis
berita. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau
mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar informasi yang disebarkan lebih
mudah dipahami. Penelitian ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan isi pesan yang disampaikan oleh surat kabar Solopos dengan
Joglosemar dengan tema berita yang sama yaitu PKS dan Isu kenaikan Bahan
Bakar Minyak pada Juni 2013.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
DAFTAR PUSTAKA
Buku : Almond. A. Gabriel. (1990). Sosialisasi, Kebudayaan dan Partisipasi Politik.
Dalam Mohtar Mas’oed dan Colin Mc Andrew. Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Antoni, (2004). Riuhnya Persimpangan Itu, Profil dan Pemikiran Para
Penggagas Kajian Ilmu Komunikasi, Solo : Tiga Serangkai. Arbi Sanit, (1985). Perwakilan Politik di Indonesia, Jakarta : CV. Rajawali. Bell, Philip. (2001). Content Analysis of Visual Images.” Dalam Jewit, Carey,
dan Van Leewen, Theo. Handbook of Visual Analysis. London: Sage Publications.
Budiardjo, Miriam dkk, (1985). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia Haryanto, (2004). Partai Politik Suatu Tinjauan Umum, Liberty, Yogyakarta. Burgi, Burhan. (2003). Analisis Data Penelitiaan Kualitatif, Jakarta :PT Raja
Grafindo Persada. Cangara, Hafied. (2009). Komunikasi Politik : Konsep, Teori dan Strategi, Jakarta
: Rajawali Pers. Effendy, Onong Uchjana. (1997). Ilmu Komunikasi, Teori Dan Praktek. Bandung
: Remaja Rosdakarya. Juwito, 2008. Menulis Berita Dan Feature’s, Penerbit : Unesa University Press. Kriyantono, Rachmat. (2008). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group. Maswadi Rauf & Mappa Nasrun. (1993). Indonesia dan Komunikasi Politik,
Jakarta : AIPI. Nimmo, Dan. (2000). Komunikasi Politik : Khalayak dan Efek, Bandung : PT
Remaja Rosdakarya. __________, (1999). Komunikasi Politik, Komunikator, Pesan, dan Media,
Bandung : Remaja Rosdakarya Offset. Masduki. (2004). Jurnalistik Radio : Menata Profesionalisme Reporter dan
Penyiar. LKIS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Muda, Deddy Iskandar. (2005). Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter
Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Moleong, Lexy J. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT
RemajaRosdakarya. Neuman W. Lawrence. (2000). Sosial Research Methods: Qualitative and
Quantitative, Approaches. Boston: Allyn and Bacon. Nurudin. (2000). Sistem Komunikasi Indonesia. Yogyakarta : Bigraf Publishing. Paton, M.Q. (1980). qualitative Research and Evaluation Methods, Sage
Publications, London. Pawito, ( 2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta : LKIS. __________, (2009). Komunikasi Politik : Media Massa dan Kampanye
Pemilihan.Yogyakarta : Jalasutra. Rakhmat, Jalaluddin. (2005). Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosda
Karya. Sastroadmodjo, Sudijono, (1995). Perilaku Politik, Semarang; IKIP Semarang
Press. Sutopo, H.B. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan
terapannya dalam Penelitian. Surakarta :UNS Press. Walgito, Bimo, (1990), Pengantar Psikologi Umum. Jogjakarta : Andi Offset. Zamroni, Muhammad. (2005). Partisipasi Perempuan dalam Komunikasi Politik
di Yogyakarta pada Pemilu 2005. Surakarta: Tesis Pascasarjana UNS.
Jurnal Penelitian
Agus S. Ekomadyo, (2006). Prospek Penerapan Metode Analisis Isi (Content Analysis) Dalam Penelitian Media Arsitektur. Jurnal Itenas: Jurnal Ilmu Pengetahuan Teknologi Dan Seni No.2 Vol.10. Agustus 2006, Halaman 51-57. Program Studi Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung.
Sainuddin, (2010). Teknik Penulisan Berita. Pengembangan Bahan Ajar.
Universitas Mercubuana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Bog/website : Bentley, Jim. (2012). Types of News Stories (power point presentation),
(http://mrbentley.wikispaces.com/file/view/Types+of+News+Stories.ppt)
diakses pada 25 November 2012.
Bleyer, Grosvenor Willard. 1916. Types of News Writing. Boston New York
Chicago, Houghton Mifflin Company,
(http://archive.org/details/typesofnewswriti00bleyrich) diakses pada 27
November 2012.
Deahl, Rachel. (2012). News Writing: The Essentials of News Writing,
(http://mediacareers.about.com/od/thenecessaryskills/a/WritingSkills.htm)
diakses pada 24 November 2012.
Deahl, Rachel. (2012). What is Hard News?,
(http://mediacareers.about.com/od/glossary/g/HardNews.htm) diakses pada
25 November 2012.
Gaulin, Pam. (2007). Different Types of News for the Beginning News Writer,
(http://voices.yahoo.com/different-types-news-beginning-news-writer-
216369.html) diakses pada 27 November 2012.
Harahap, S. Arifin. (2007). Jurnalistik Televisi: Teknik Memburu dan Menulis
Berita, (http://repository.unib.ac.id/276/1/2-Buku-
JURNALISTIK%20TV.pdf ) hal. 3, diakses pada 23 November 2012.
Harahap, S. Arifin. (2007). Jurnalistik Televisi :Teknik Memburu dan Menulis
Berita, (http://repository.unib.ac.id/276/1/2-Buku-
JURNALISTIK%20TV.pdf ) hal. 13, diakses pada 23 November 2012.
Iradat, Damar. (2010). Apresiasi Buku "Jurnalistik Televisi, Menjadi Reporter
Profesional" Karangan Deddy Iskandar Muda,
(http://tugasoj2009.blogspot.com/2010/11/apresiasi-buku-jurnalistik-
televisi_4385.html) diakses pada 25 November 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Iradat, Damar. (2010). Apresiasi Buku "Jurnalistik Televisi, Menjadi Reporter
Profesional" Karangan Deddy Iskandar Muda,
(http://tugasoj2009.blogspot.com/2010/11/apresiasi-buku-jurnalistik-
televisi_4385.html) diakses pada 23 November 2012.
Karthik, Praveen. (2012). What are the Three Main Parts of a News Story,
(http://www.preservearticles.com/what-are-the-three-main-parts-of-a-news-
story.html) diakses pada 25 November 2012.
Nordquist, Richard. (2012). Inverted Pyramid,
(http://grammar.about.com/od/il/g/Inverted-Pyramid.htm) diakses pada 25
November 2012.
Nordquist, Richard. (2012). Journalists’ Questions (5 Ws and an H),
(http://grammar.about.com/od/il/g/journalistquestionsterm.htm) diakses
pada 25 November 2012.
Prior, Markus. (2003). Any Good News in Soft News? The Impact of Soft News
Preference on Political Knowledge,
(http://www.princeton.edu/~mprior/Prior2003.Soft%20News.pdf) diakses
pada 25 November 2012.
Sembiring, Kesatria. (2011). Pengertian dan Jenis Berita,
(http://id.shvoong.com/social-sciences/communication-media-
studies/2185169-pengertian-dan-jenis-berita/) diakses pada 26 November
2012.
Shirkey, Clay (2008). Here Comes Everybody. Penguin. p. 328. ISBN 978-1-
59420-153-0, (http://en.wikipedia.org/wiki/News) diakses pada 25
November 2012.
Steve Weinberg. (1996). The Reporter's Handbook: An Investigator's Guide to
Documents and Techniques," St. Martin's Press,
(http://en.wikipedia.org/wiki/Investigative_journalism) diakses pada 26
November 2012.
Subekti, A. Mukodas.(2011). Jenis Berita,
(http://odazzander.blogspot.com/2011/12/jenis-berita.html) diakses pada 23
November 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
The 6 Most Important Characteristics of NEWS, dalam
(http://uvmmedia.files.wordpress.com/2008/02/the-characteristics-of-
news.pdf) diakses pada 25 November 2012.
Zhuikov, Marie. (2011). The Media’s Definition of News,
(http://www.seagrant.umn.edu/downloads/theMedia.pdf ) diakses pada 25
November 2012.
Cole, Peter. "News Writing." The Guardian, Sep. 25, 2008.
Rabe, A. Robert. (2008). Inverted Pyramid. Encyclopedia of American
Journalism, ed. by Stephen L. Vaughn. Routledge.
Palms, C. Roger. (2000). Effective Magazine Writing: Let Your Words Reach the
World. Shaw Books.
Patterson, T. E. (2000). Doing well and doing good: How soft news and critical
journalism are shrinking the new audience and weakening democracy—And
what news outlets can do about it (Faculty Research Working Paper Series,
RWP01-001). Cambridge, MA: John F. Kennedy School of Government,
Harvard University.