Meru Tantram Alm 27 Shlf 2 6049 1659 K Devanagari - Tantra Part4
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/6049/1/TITI INDRAWATI BAB...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/6049/1/TITI INDRAWATI BAB...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam menghadapi
kemajuan di zaman sekarang ini. Ada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih
baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika
anak mengalami apa yang hanya dipelajarinya, dan bukan hanya sekedar
mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti
berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam
membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003). Kita harus menyadari bahwa tujuan pendidikan adalah memperbaiki
moral, lebih tegasnya yakni "memanusiakan manusia". Berbagai macam
kurikulum telah dipergunakan di Negara kita tercinta ini yang tidak lain adalah
untuk tercapainya tujuan-tujuan pendidikan yang telah teramanatkan dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada umumnya
dan pada khususnya dalam perundang-undangan pendidikan yang telah dibuat
oleh pemerintah. Pendidikan tidak lepas dari suatu istilah belajar dan mengajar.
Artinya bahwa pendidikan mempunyai keterkaitan antara kedua istilah tersebut.
1
Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013
2
(Sagala, 2010:13) berpendapat bahwa belajar adalah proses suatu organisme
berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman (Sagala, 2010:9)
mengemukakan bahwa mengajar adalah suatu proses membantu (mencoba
membantu) seseorang untuk memperlajari sesuatu.
Berdasarkan pengertian diatas pendidikan merupakan suatu usaha sadar
yang dilakukan oleh setiap individu yang harus dilaksanakan untuk membentuk
suatu karakter yang sudah dimiliki dirinya sejak lahir, serta mengembangkan
potensi yang sudah ada pada dirinya untuk mempersiapkan dirinya menghadapi
kemajuan zaman.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu sarana untuk
mencetak watak dan karakter genarasi muda Indonesia, yang tau hak dan
kewajibanya sebagai warga negara yang baik melalui pendidikan formal. Materi
yang diajarkan PKn adalah konsep-konsep nilai-nilai Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 beserta dinamika perwujudan dan kehidupan masyarakat
Negara Indonesia. Sebagaimana menurut pandangan Cogan (1994:4) yang
mengartikan PKn atau civic education sebagai “…the foundational course work in
school designed to prepare young citizens for an active role in their communities
in their adult lives”, maksudnya adalah suatu pelajaran dasar disekolah yang
dirancang untuk mempersiapkan warganegara muda, agar kelak setelah dewasa
dapat berperan aktif dalam masyarakat.
Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan sendiri merupakan suatu
laboratorium demokrasi awal bagi para siswa dalam memahami berbagai
persoalan di masyarakat. Salah satu tugas pendidikan kewarganegaraan yang
Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013
3
utama adalah membentuk karakter warga Negara (nation character building) dan
pembinaan warganegara yang baik dan demokratis (good and democratic
citizenship). Tugas ini membutuhkan upaya professional dalam pengorganisasian
pendidikan kewarganegaraan untuk mampu menghubungkan dunia sekolah
dengan dunia luar sekolah atau dunia idealis dengan dunia realistis. Pendidikan
kewarganegaraan memiliki tujuan utama untuk mebentuk siswa yang memiliki
kemampuan untuk berpikir kritis, berfikir kreatif, mampu bertindak demokratis
dalam setiap aspek kegiatanya, memiliki tanggung rasa jawab negara baik
sebagai warga negara lokal, regional, nasional, maupun internasional, dan juga
dapat berperan serta dalam proses pengambilan keputusan. Pendidikan
kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai tujuan
menurut Winataputra, (Tukiran, 2009:17) menegasakan bahwa:
“Pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk mengembangkan potensi
individu warganegara Indonesia, oleh sebab itu, diharapkan setiap individu
memiliki wawasan, watak serta keterampilan intelektual dan sosial yang
memadai sebagai warganegara. Dengan demikian, setiap warga negara dapat
berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai dimensi
kehidupan bermasyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu, setiap jenjang
pendidikan harus mencakup pendidikan kewarganegaraan yang akan
mengembangkan kecerdasan peserta didik melalui pemahaman dan pelatihan
keterampilan intelektual”. Dengan mempertimbangkan karakteristik
pendidikan kewarganegaraan para siswa juga mampu mencakup ketiga
kompetensi pendidikan kewarganegaraan.
Berdasarkan pengertian di atas pendidikan kewarganegaraan merupakan
suatu pendidikan dimana setiap warga negara harus memiliki kemampuan dasar
serta wawasan yang luas sebagai warga negara yang baik. Selain itu, pendidikan
kewarganegaraan berperan sangat penting dalam kemajuan bangsa dan negara,
Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013
4
sebab dari pendidikan kewarganegaraan inilah warga negara bisa tau dan paham
tentang kemampuan intelektual dan kemampuan sosial dari diri setiap
warganegara.
Menurut Branson, (1999:4) materi pendidikan kewarganegaraan harus
mencakup tiga komponen, yaitu Civic Knowledge (pengetahuan
kewarganegaraan), Civic skill (kecakapan kewarganegaraan) dan Civic Dispotition
(watak – watak kewarganegaraan). Komponen pertama Civic knowledge
“berkaitan degan kandungan atau nilai apa yang seharusnya diketahui oleh
warganegaranya” ( Branson, 1999:8). Aspek ini menyangkut kemampuan
akademik – keilmuan yang dikembangkan dari berbagai teori politik, hukum dan
moral. Kedua, Civic skill meliputi keterampilan intelektual dan keterampilan
berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ketiga, Civic
Dispossition (watak–watak kewarganegaraan) merupakan dimensi yang paling
subtantif dan esensial dalam mata pelajaran PKn. Dimensi watak
kewarganegaraan dapat dipandang sebagai “pusat” dari pengembangan kedua
dimensi sebelumnya. Dengan memperhatikan visi, misi dan tujuan mata pelajaran
PKn, karakter, sikap dan potensi lain yang bersifat afektif.
Dilihat dari segi permasalahan yang ada akan memfokuskan pada
kompetensi civic skill karena sangat berguna untuk melatih siswa agar siswa bisa
berfikir kritis dan aktif dalam berpartisipasi secara langsung. Komponen yang
hendak dikembangkan dalam mencapai tujuan pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan yaitu warga negara yang cerdas (memiliki pengetahuan
kewarganegaraan), terampil (berfikir kritis dam berpartisipasi), dan berkatakter
Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013
5
(kepada bangsa dan negara, memiliki kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945). Pengetahuan dan keterampilan
kewarganegaraan merupakan basis bagi terbentuknya karakter kewarganegaraan.
Karakter kewarganegaraan berisikan sifat-sifat yang melekat pada diri setiap
warga negara dalam melakukan perannya sebagai warga negara, hal ini akan
terbentuk ketika pada dirinya telah terbentuk pengetahuan dan keterampilan
kewarganegaraan (Cholisin, 2003: 2).
Keterampilan kewarganegaraan (civic skill) yang dimiliki oleh siswa
misalnya dapat dilihat dari kemampuannya mengkritisi sebuah persoalan atau
permasalahan yang diberikan oleh guru. Siswa sebagai intelektual muda
seharusnya dapat memiliki kekritisan terhadap setiap persoalan ataupun masalah
yang diberikan oleh guru apalagi terhadap masalah-masalah yang sedang terjadi
pada saat ini, baik dalam skala nasional maupun lokal. Sebuah Permasalahan yang
biasa diberikan oleh guru untuk dipecahkan oleh siswa biasanya sulit diterima
oleh siswa itu sendiri, karena kurangnya kekritisan siswa saat proses pembelajaran
berlangsung. Kebiasaan yang terjadi setiap proses pembelajaran berlangsung, ada
kecenderungan kurangnya kekritisan siswa (sebagai bentuk civic skill), siswa
terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Siswa terkadang bersikap apatis
terhadap permasalahan-permasalahan yang diberikan oleh guru. Kecenderungan
itu dapat terlihat misalnya dalam pembelajaran di kelas, ketika dilontarkan
permasalahan terkait kepada siswa, siswa kurang memiliki antusiasme dalam
berpendapat atau kurang berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran.
Kekritisan siawa dalam proses pembelajaran sebenarnya dapat dikembangkan
Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013
6
atau ditingkatkan dengan menerapkan strategi pembelajaran yang dapat
memunculkan partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan di SMK Negeri 2
Banyumas menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran yang biasa digunakan
cenderung menggunakan ceramah, sehingga guru cenderung lebih banyak
menguasai keseluruhan proses belajar mengajar. Selain itu siswa SMK Negeri 2
Banyumas yang kebanyakan siswanya adalah laki-laki, dan proses pembelajaran
yang ada di SMK Negeri 2 Banyumas yaitu dilakukan di luar kelas pada saat
proses pembelajaran produktif (praktek di lapangan), dan proses pembelajajan
adaptif normatif yang dilakukan didalam kelas, namun berdasarkan hasil
observasi awal, siswa di SMK Negeri 2 Banyumas cenderung lebih menonjol
pada proses pembelajaran yang dilakukan ada di luar kelas (praktek lapangan)
namun pada saat pembelajaran di kelas siswa cenderung pasif, mereka mau
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran di kelas hanya apabila guru menunjuk dan
memberikan pertanyaan. Proses belajar mengajar sangat terpusat kepada guru,
artinya dalam proses pembelajaran yang lebih aktif gurunya dari pada Siswanya.
Kondisi semacam ini tentunya bukanlah kondisi yang ideal untuk mendapatkan
proses dan hasil belajar mengajar yang berkualitas. Proses belajar mengajar yang
ideal adalah apabila tercipta interaksi yang komunikatif antara guru dan siswa.
Guru memberikan stimulus dan siswa memberikan respon terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru.
Melihat kondisi seperti itu maka perlu dilakukan pembelajaran khusus
untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap
Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013
7
baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang
sudah ada dan tertanam dalam diri siswa. Dewasa ini banyak sekali pendekatan
pembelajaran yang diterapkan di sekolah sebagai langkah terobosan untuk
menanamkan dan menggali atau mengungkapkan nilai-nilai tertentu dari diri
peserta didik. Pengajaran suatu nilai atau sikap hendaknya benar mampu
menyentuh kesadaran siswa itu sendiri dengan tertanam melalui logika
pembenaran yang dapat diterima siswa itu sendiri dan tertanam melalui logika
pembenaran yang dapat diterima oleh siswa, sehingga nilai tersebut menjadi milik
dan keyakinan yang tidak mudah berubah. Pelajaran PKn sebagai pendidikan
moral yang dapat membentuk karakteristik siswa sangat membutuhkan
pendekatan VCT (Value Clarification Technique) karena pendekatan ini dapat
menunjang pemantapan penanaman nilai-nilai sikap.
Melalui pembelajaran PKn siswa dapat belajar bagaimana bersikap dan
mengambil tindakan dalam bertingkah laku. Salah satu pendekatan yang
digunakan adalah VCT (Value Clarification Tecnique). Teknik mengklarifikasi
nilai (Value Clarification Technique) atau sering disingkat VCT dapat diartikan
sebagai teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan
suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses
menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa. VCT (Value
Clarification Technique) dimaksudkan untuk “melatih dan membina siswa
tentang bagaimana cara menilai, mengambil keputusan terhadap suatu nilai umum
untuk kemudian dilaksanakannya sebagai warga masyarakat”. (Djahiri, 1979:
115)
Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013
8
Ada beberapa fungsi dari VCT (Value Clarification Technique)
diantaranya adalah mengukur atau mengetahui tingkat kesadaran siswa tentang
suatu nilai, membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik
yang positif maupun yang negatif untuk kemudian dibina kearah peningkatan atau
pembetulannya, menanamkan suatu nilai kepada siswa melalui cara yang rasional
dan diterima siswa sebagai milik pribadinya. (Djahiri, 1979: 115)
Penelitian menggunakan pendekatan pembelajaran VCT (Value
Clarification Technique) telah dilakukan oleh Baryono (2010) dan hasil
menunjukan straregi pendekatan pembelajaran VCT (Value Clarification
Technique) pada pembelajaran di SD Negeri 3 Berta, Kecamatan Susukan,
Kabupaten Banjarnegara berdampak positif dan mengalami kemajuan yang sangat
signifikan dalam hal pemahaman kecerdasan dan kedisiplinan. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Jandut Gregorius (2006) penggunaan pendekatan VCT
(Value Clarification Technique) berdampak pada hasil belajar siswa kelas V yang
menggunakan pendekatan VCT modifikasi lebih tinggi dari pada siswa kelas
yang menggunakan pembelajaran konvensional, dengan kata lain perbedaannya
sangat signifikan.
Permasalahan-permasalahan dimana siswa kurang menerapkan
kecakapan kewarganegaraan siswa, hal ini menarik peneliti untuk melakukan
penelitian di SMK Negeri 2 Banyumas. Berdasarkan latar belakang tersebut maka
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Penggunaan
Pendekatan Pembelajaran Value Clarification Technique dengan Daftar/Matrik
Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013
9
Untuk Meningkatkan Kecakapan Kewarganegaraan Siswa Pada Materi Demokrasi
di SMK Negeri 2 Banyumas.
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini dirumuskan masalah umum penelitian, yaitu:
Apakah terdapat perbedaan tingkat kecakapan kewarganegaraan siswa pada
materi demokrasi antara kelas yang menggunakan metode berbasis bagan/matrik
dengan metode konvensional? Secara khusus dirumuskan sub-sub penelitian
sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan kecakapan intelektual siswa (intellectual skill)
pada materi demokrasi antara kelas yang menggunakan pendekatan
pembelajaran VCT menggunakan bagan/matrik dengan kelas yang
menggunakan metode konvensional?
2. Apakah terdapat perbedaan kecakapan partisipatoris siswa (participatoris
skill) pada materi demokrasi antara kelas yang menggunakan metode
bagan/matrik dengan metode konvensional?
3. Apakah dengan penggunaaan pendekatan pembelajaran VCT menggunakan
bagan/matrik terdapat perbedaan kecakapan kewarganegaraanantara kelas
kontrol dan kelas eksperimen pada materi demokrasi?
Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013
10
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pembelajaran PKn
berbasis bagan/matrik dengan model konvensional dalam meningkatkat
kecakapan siswa dalam materi demokrasi.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
a. Untuk mengetahui perbedaan kecakapan intelektual siswa dengan
penggunaan metode berbasis bagan/matrik dengan metode konvensional
antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen..
b. Untuk mengetahui kecakapan partisipatoris siswa dengan penggunaan metode
berbasis bagan/matrik dengan metode konvensional antara kelas kontrol
dengan kelas eksperimen.
c. Untuk mengetahui peningkatan kecakapan kewarganegaraan dengan
penggunaan metode berbasis bagan/matrik dengan metode konvensional
antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen.
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber referensi yang
relevan khususnya untuk kajian mata pelajaran PKn.
b. Dengan penelitian eksperimen menggunakan pendekatan pembelajaran VCT
(Value Clarification Technique) menggunakan teknik daftar/matrikini
Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013
11
diharapkan dapat memperkuat penelitian yang sudah dikembangkan
sebelumnya.
c. Dengan adanya penelitian menggunakan pendekatan pembelajaran VCT
(Value Clarification Technique) menggunakan teknik daftar/matrik ini
diharapkan dapat menjadi acuan penelitian berikutnya.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
terutama kepada siswa dan guru PKn dalam rangka membantu siswa dalam
meningkatkan kecakapan kewarganegaraan siswa.
a. Bagi Siswa
1. Siswa dapat meningkatkan kecakapan yang sudah ada pada dirinya melalui
pelajaran PKn.
2. Membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir.
3. Meningkatkan pemahaman siswa tentang sebuah nilai.
4. Memberikan motivasi dan pemahaman belajar kepada siswa untuk
meningkatkan kecakapan kewarganegaraan yang sudah dimilikinya melalui
pelajaran PKn.
b. Bagi Guru
1. Hasil penelitian dapat digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran
PKn.
2. Membantu guru untuk memilih dan memperbaiki model pembelajaran agar
lebih praktis, aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013
12
3. Guru akan mendapatkan wawasan dan masukan tentang penggunaan
pendekatan VCT (Value Clarification Technique) menggunakan teknik
daftar/matrik untuk meningkatkan kecakapan siswa sehingga dapat diadopsi
penggunaanya sesuai dengan mata pelajaran dan kondisi lingkungan sekolah
sebagai upaya untuk meningkatkan kecakapan siswa.
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kecakapan kewarganegaraan
siswa khususnya siswa SMK Negeri 2 Banyumas.
D. Definisi Operasional
1. Teknik Mengklarifikasi Nilai (Value Clarification Technique) menurut
Sanjaya (Taniredja, dkk. 2001 : 81-88) merupakan teknik pengajaran untuk
membantu siswa dalam mencari dan menentukan nilai yang dianggap baik
dalam menghadapi suatu persoalan melalui suatu proses menganalisis nilai
yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa.
2. Kecakapan Kewarganegaraan (Civic skill) merupakan kecakapan yang
dikembangkan dari pengetahuan kewarganegaraan, yang dimaksudkan agar
pengetahuan yang diperoleh menjadi sesuatu yang bermakna, karena dapat
dimanfaatkan dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan berbangsa dan
bernegara. Kecakapan kewarganegaraan meliputi kecakapan-kecakapan
intelektual (intellectual skills) dan kecakapan partisipasi (participation skills).
Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013
13
E. Indikator
Indikator Variabel VCT (Value Clarification Technique) (X).
Variabel Indikator
VCT (Value Clarification
Technique) (X)
a. Materi Pembelajaran VCT
a. Kesesuaian penerapan pendekatan VCT dalam materi
demokrasi dengan tingkat kemampuan siswa.
b. Materi pembelajaran demokrasi diangkat dari realitas
kehidupan siswa.
c. Pendekatan pembelajaran VCT bersifat aktual dan
sesuai dengan ilmu pengetahuan.
2. Pendekatan Pembealajaran VCT
a. Kesesuaian pendekatan VCT menggunakan
daftar/matrik pada materi demokrasi.
b. Variasi metode VCT menggunakan bagan/matrik.
c. Pendekatan VCT menggunakan bagan/matrik ini
menuntut siswa untuk berpartisipasi aktif dan
menerapkan nilai-nilai demokrasi dalam pembelajaran.
d. Pendekatan VCT menggunakan bagan/matrik ini
digunakan untuk meningkatkan kecakapan
kewarganegaraan siswa dalam materi demokrasi.
3. Media Pembelajaran VCT a. Menggunakan jenis media visual, audio dan audio
visual.
b. Kesesuaian media dengan tujuan dan materi
pembelajaran.
c. Keberfungsian media.
4. Sumber Pembelajaran VCT
a. Bentuk Sumber Pembelajaran:
1. Buku model-model pembelajaran inovatif.
2. Strategi Pengajaran Afektif-nilai-moral, VCT dan
Games dalam VCT.
b. Jenis Sumber Pembelajaran:
1. Sengaja direncanakan.
2. Sengaja dimanfaatkan.
5. Evaluasi Pembelajaran VCT
a. Penilaian belajar dan hasil belajar menggunakan VCT.
b. Penilaian oleh guru, siswa sendiri (self evalution), dan
siswa lain.
c. Tindak lanjut hasil penilaian
Sumber: Model-Model Pembelajaran Inovatif (Taniredja, dkk. 2011)
Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013
14
Indikator
Indikator Kecakapan Kewarganegaraan Civic Skill) (Y).
Variabel Indikator
Kecakapan Kewarganegaraan (Civic
Skill) (Y) Pada Materi Demokrasi.
1. Kecakapan Kewarganegaraan
1) Kecakapan Intelektual
a. Kemampuan membaca dan memahami
informasi tentang demokrasi dan isu yang
ditemukan di media dan menerapkanya
melalui penggunaan pendekatan VCT
menggunakan daftar/matrik.
b. Kemampuan mengaktualisasi konsep
materi demokrasi dalam kehidupan
sehari-hari melalui pendekatan VCT
menggunakan daftar/matrik.
c. Mengevaluasi wacana tentang materi
demokrasi dan menerapkan nilai-nilai
demokrasi melalui pendekatan VCT
menggunakan daftar/matrik.
2) Kecakapan Partisipatoris
a. Keahlian partisipasi umum.
Bertanya, menjawab, berdiskusi saat
proses pembelajaran demokrasi
berlangsung.
Membangun koalisi, negosiasi, dan
kompromi.
b. Keahlian pemecahan masalah.
Menyelesaikan masalah pada saat
diskusi.
c. Partisipasi melalui kemampuan
menganalisis isu-isu publik,
kepemimpinan, kelompok mobilisasi, dan
komunikasi.
Melakukan simulasi tentang kegiatan:
kampanye, pemilu, melalui materi
demokrasi.
Sumber : Cholisin (2013)
Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013
15
Indikator
Metode Konvensional
Variabel Indikator
Metode Ceramah Murni 1. Materi Pembelajaran ceramah Murni
a. Penerapan metode konvensional dalam materi
demokrasi.
b. Metode pembelajaran konvensional pada materi
demokrasi menggunakan ceramah murni.
2. Metode ceramah murni
aPembelajaran metode ceramah murni pada materi
demokrasi.
b.Metode ceramah murni ini biasa digunakan dalam
proses pembelajaran siswa.
c.Metode ceramah murni ini digunakan dalam
pembelajaran siswa pada materi demokrasi.
3. Media Pembelajarn ceramah murni
a. Menggunakan buku paket dan LKS sebagai media
pembelajaran.
4. Sumber Pembelajaran ceramah
a. Bentuk Sumber Pembelajaran:
1. Buku paket PKn
2. Buku Lembar Kerja Siswa (LKS)
5. Evaluasi Pembelajaran ceramah murni
a. Penilaian hasil belajar dari nilai ulangan harian, mid
semester, dan ujian semester.
Sumber: Buku Modul Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XI-A
Penggunaan Pendekatan Pembelajaran..., Titi Indrawati, FKIP UMP, 2013