BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31083/5/Chapter...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31083/5/Chapter...
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan dunia bisnis sekarang ini sangatlah pesat. Hal ini dapat dilihat
dari semakin banyaknya muncul perusahaan pesaing yang memiliki keunggulan
kompetitif yang baik. Banyaknya kompetitor-kompetitor bisnis yang muncul
mengakibatkan terjadinya dinamika bisnis yang berubah-ubah. Dinamika bisnis yang
berubah-ubah tersebut menyebabkan banyak perusahaan membutuhkan tambahan
pendanaan untuk lebih mengembangkan usahanya agar mampu “bertahan hidup”.
Sumber pendanaan tersebut dapat diperoleh dengan berbagai cara diantaranya adalah
dengan investasi dan pembiayaan dari owners (equity) dan nonowners (liabilities)
sehingga kegiatan operasional dapat berjalan dengan baik.
Go public merupakan salah satu cara yang dirasakan lebih efisien dalam
memperoleh sumber dana, namun tidak mudah untuk menarik dana melalui investasi,
mengingat adanya perbedaan karakteristik para investor didalam menilai sebuah
investasi. Dibutuhkan laporan keuangan untuk pengambilan keputusan investasi
karena angka-angka pada laporan keuangan mampu mencerminkan kinerja suatu
perusahaan. Oleh sebab itu, laporan keuangan digunakan sebagai sumber informasi
yang dibutuhkan oleh investor sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam
pengambilan keputusan investasi di pasar modal dan dari laporan keuangan tersebut
investor mengetahui nilai dari suatu perusahaan yang tercermin dari harga saham
Universitas Sumatera Utara
yang diperdagangkan. Pada pasar modal yang efisien, harga saham mencerminkan
semua informasi yang relevan dari suatu perusahaan dan pasar akan bereaksi apabila
terdapat informasi baru.
Jensen dan Meckling (1976), Watts dan Zimmerman (1986) menyatakan
bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan angka-angka akuntansi yang benar
diharapkan dapat meminimalkan konflik diantara pihak-pihak yang berkepentingan.
Dengan laporan keuangan yang dilaporkan oleh agen sebagai pertanggungjawaban
kinerjanya, principal dapat menilai, mengukur dan mengawasi sampai sejauh mana
agen tersebut bekerja untuk meningkatkan kesejahteraannya serta sebagai dasar
pemberian kompensasi kepada agen. Investor juga dapat melihat gambaran kondisi
perusahaan secara fundamental sebagai dasar pengambilan keputusan investasinya.
Mengingat pentingnya laporan keuangan maka perusahaan publik yang
terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia), setiap tahunnya wajib melaporkan laporan
keuangan dan laporan tahunan kepada bursa efek, investor dan publik. Laporan
keuangan dan laporan tahunan yang dilaporkan tersebut dipergunakan para investor
untuk mengetahui perkembangan kinerja perusahaan serta sebagai langkah
pengambilan keputusan investasi pada masa yang akan datang.
Nilai perusahaan pada dasarnya dapat diukur melalui beberapa aspek, salah
satunya adalah dengan harga pasar saham perusahaan karena harga pasar saham
perusahaan mencerminkan penilaian investor secara keseluruhan atas setiap ekuitas
yang dimiliki. Harga pasar saham menunjukkan penilaian sentral dari seluruh pelaku
pasar, harga pasar saham bertindak sebagai barometer kinerja manajemen perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Jika nilai suatu perusahaan dapat diproksikan dengan harga saham maka
memaksimumkan nilai pasar perusahaan sama dengan memaksimumkan harga pasar
saham.
Naik turunnya harga saham di pasar modal menjadi sebuah fenomena yang
menarik untuk dibicarakan berkaitan dengan isu naik turunnya nilai perusahaan itu
sendiri. Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 berdampak terhadap
pasar modal Indonesia yang tercermin dari terkoreksi turunnya harga saham hingga
40–60 persen dari posisi awal tahun 2008 (Kompas, 25 November 2008), yang
disebabkan oleh aksi melepas saham oleh investor asing yang membutuhkan
likuiditas dan diperparah dengan aksi “ikut-ikutan” dari investor domestik yang
ramai-ramai melepas sahamnya. Kondisi tersebut secara harfiah mempengaruhi nilai
perusahaan karena nilai perusahaan itu sendiri jika diamati melalui kemakmuran
pemegang saham yang dapat diukur melalui harga saham perusahaan di pasar modal.
Index harga saham gabungan yang terkoreksi dari 1.757,258 pada awal Januari 2007
melemah ke basis point 1.256,704 pada awal September 2008 (Kompas, 25
November 2008). Hal ini juga tercermin dari banyaknya perusahaan yang mengalami
penurunan laba sampai dengan mengalami kerugian sehingga menimbulkan
pemutusan hubungan kerja (PHK). Gambar 1.1 berikut ini merupakan perhitungan
rata-rata nilai perusahaan berdasarkan rasio Tobin’s Q mulai dari 2007 sampai
dengan tahun 2010.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.1. Rata-Rata Nilai Tobin’s Q
Sumber : Hasil Penelitian, 2012 (Data Diolah)
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa nilai perusahaan yang dihitung
dengan Tobin’s Q dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 menunjukkan
perubahan setiap tahun yang sangat bervariasi dan menunjukkan fluktuasi naik turun
di tiap tahun yang berbeda dan menunjukkan gejala yang sama di semua perusahaan
sampel.
Dari data yang diperoleh menunjukkan fenomena yang sama yaitu terjadinya
penurunan nilai perusahaan pada seluruh perusahaan sampel di tahun 2008, walaupun
demikian rasio tobin’s q masing-masing perusahaan terbilang baik karena berada di
atas nilai 1.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi naik turunnya nilai perusahaan,
salah satunya Corporate Social Responsibility (CSR) yang merupakan suatu konsep
sebagai sebuah gagasan yang menjadikan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada
Universitas Sumatera Utara
tanggung jawab semata berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (firm
value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja. Tanggung jawab
perusahaan juga harus berpijak pada konsep triple bottom lines yaitu juga harus
memperhatikan kesejahteraan sosial dan lingkungan (Elkington, 1997 dalam CSR
Indonesia.com). Karena kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai
perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable).
Di Indonesia sendiri sudah banyak perusahaan-perusahaan yang dengan
bangga mengatakan produk yang dikembangkannya merupakan produk ramah
lingkungan sebagai apresiasi kepedulian sosialnya terhadap masyarakat dan
lingkungan. Tupperware misalnya, dengan gencarnya melakukan publikasi atas
konsepnya ini melalui beberapa media pemasaran. Para pengembang perumahan pun
ramai-ramai telah mengadopsi Corporate Social Responsibility dengan menciptakan
konsep “green house” pada bangunannya. Tidak ketinggalan juga, banyak pabrik
deterjen saat ini mempergunakan kertas yang bisa didaur ulang sebagai pembungkus.
Bahkan McDonald’s mengganti kotak pembungkus styrofoamnya yang
membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dapat dihancurkan tanah dengan kertas
pembungkus yang lebih ringan dan mudah didaur ulang. Hal tesebut menjelaskan
bahwa akhir-akhir ini perusahaan bukan hanya mementingkan profit motif tetapi juga
memperhatikan lingkungan disekitarnya. Investor akan melihat kondisi ini dan akan
meningkatkan image positif dan akan meningkatkan nilai perusahaan.
Fenomena ini mengartikan bahwa konsep Corporate Social Responsibility
(CSR) bukanlah sebuah konsep yang asing lagi ditelinga masyarakat Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Terlepas dari pro dan kontra terhadap konsep ini, namun Kiranya memang wajar dan
sangat sah jika terdapat kalangan yang menyikapi konsep Corporate Social
Responsibility (CSR) dengan penuh skeptisisme, menyatakan bahwa motif dasar dari
semua konsep itu hanyalah strategi untuk tetap bisa melanggengkan motif dasar yang
tidak berubah, yaitu motif primitif pengusahaan keuntungan sebesar mungkin dan
akumulasi kapital. CSR masih kerap menunjukkan kecenderungan sebagai kegiatan
kosmetik. Ia menjadi sekedar fungsi kepentingan public relations, citra korporasi atau
reputasi dan kepentingan perusahaan untuk mendongkrak nilai perusahaan di bursa
saham. CSR hanya dilakukan sebagai pemenuhan kecenderungan global tanpa
substansi distribusi kesejahteraan sosial dan pelestarian lingkungan, jauh dari gagasan
John Elkington tentang konsep triple bottom line. Terlepas dari pro dan kontra
tersebut hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya Yuniasih
dan Wirakusuma (2007) menunjukkan hasil bahwa kinerja keuangan dan Corporate
Social Responsibility berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, sedangkan
Nurlela & Islahudin (2008) menunjukkan hasil yang bertentangan yakni tidak adanya
pengaruh antara pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap nilai
perusahaan.
Penggunaan hutang pada perusahaan bisa digunakan untuk mengukur nilai
perusahaan karena dengan adanya hutang yang tinggi menyebabkan nilai perusahaan
menjadi turun. Kondisi tersebut terjadi karena investor mempertimbangkan bahwa
hutang yang tinggi menyebabkan resiko yang besar pula terhadap pengembalian atas
investasi yang mereka tanamkan karena hutang akan menciptakan beban tetap berupa
Universitas Sumatera Utara
bunga yang harus dibayarkan oleh perusahaan sehingga laba menjadi menurun dan
modal pemegang saham juga ikut menurun. Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Sujoko dan Soebiantoro (2007), serta Susanti (2010) menemukan
hasil bahwa Leverage mempunyai hubungan negatif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan. Artinya semakin tinggi Leverage suatu perusahaan, maka nilai
perusahaannya akan turun.
Fenomena bonus plan yang tidak pernah habis-habisnya dibicarakan dalam
dunia bisnis menyebabkan timbulnya motif-motif pribadi oleh manajer. Sebagian
besar tenaga kerja di Indonesia bekerja adalah untuk mencari uang, bukan untuk
mencari pekerjaan, hal tersebut tentunya akan menimbulkan konflik-konflik tertentu.
Dalam proses memaksimalkan nilai perusahaan akan muncul konflik kepentingan
antara manajer dan pemegang saham (pemilik perusahaan) yang sering disebut
agency problem.
Tidak jarang pihak manajemen yaitu manajer perusahaan mempunyai tujuan
dan kepentingan lain yang bertentangan dengan tujuan utama perusahaan dan sering
mengabaikan kepentingan pemegang saham. Perbedaan kepentingan antara manajer
dan pemegang saham ini mengakibatkan timbulnya konflik yang biasa disebut agency
conflict, hal tersebut terjadi karena manajer mengutamakan kepentingan pribadi,
sebaliknya pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi dari manajer karena
apa yang dilakukan manajer tersebut akan menambah biaya bagi perusahaan sehingga
menyebabkan penurunan keuntungan dan profitabilitas perusahaan yang berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
terhadap harga saham sehingga menurunkan nilai perusahaan (Jensen dan Meckling,
1976).
Konflik antara manajer dan pemegang saham atau yang sering disebut dengan
masalah keagenan dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang
dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan tersebut diantaranya dengan adanya
kepemilikan saham oleh manajemen. Dengan kepemilikan saham oleh manajerial,
diharapkan manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan para principal karena
manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja yang disebabkan oleh adanya
rasa memiliki atas sebagian perusahaan yang akhirnya akan dapat meningkatkan nilai
perusahaan.
Riset-riset pengembangan yang dilakukan perusahaan dalam upaya
meningkatkan kinerja perusahaan yang secara berkesinambungan dilakukan, mungkin
dampaknya tidak dirasakan saat ini namun dalam jangka panjang akan dirasakan oleh
perusahaan. Banyaknya kompetitor yang hadir menyebabkan perusahaan berusaha
terus menerus melakukan penelitian-penelitian untuk menemukan hal baru, yang
berbeda dengan kompetitornya.
Kebijakan dalam pengambilan keputusan investasi terkait dengan Investment
Opportunity Set pun akan dilakukan dengan pertimbangan yang matang karena salah
dalam pengambilan keputusan investasi akan berdampak negatif terhadap kinerja
perusahaan dimasa yang akan datang, sebab hal ini menjadi salah satu acuan investor
dalam mengambil keputusan investasi terkait dengan profitabilitas perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Umumnya investor lebih tertarik dengan perusahaan-perusahaan besar secara
ukuran, baik besar dalam aktivanya maupun dalam penjualannya. Sifat alamiah dasar
manusia yang selalu ingin menghindari resiko yang melahirkan sebuah pandangan
bahwa dengan aktiva maupun tingkat penjualan yang besar maka perusahaan tersebut
memiliki resiko yang lebih kecil dalam kesulitan pengembalian modal karena
perusahaan besar umumnya sudah berada pada tahap maturaty sehingga investor
lebih percaya untuk menanamkan modalnya pada perusahaan besar dan menyebabkan
nilai perusahaan naik.
Dewan komisaris dibentuk dalam upaya mengawasi dan memberi petunjuk
serta arahan kepada pengelola perusahaan atau manajemen. Dalam hal ini,
manajemen bertanggung jawab untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing
perusahaan, sedangkan dewan komisaris bertanggung jawab untuk mengawasi
manajemen. Hal ini berarti dewan komisaris dapat melakukan pengawasan sehingga
menjamin bahwa manajemen bertindak sesuai dengan pemilik perusahaan (Investor)
dan informasi yang dimilki oleh manajemen akan diungkapkan semua kepada para
stakeholders, sehingga tingkat kepercayaan investor terhadap perusahaan menjadi
meningkat dan juga akan meningkatkan nilai perusahaan.
Dalam menjalankan tugasnya, Dewan Komisaris berfungsi untuk mendukung
tercapainya pelaksanaan iklim disiplin dan pengendalian tata kelola yang baik
sehingga dapat mengurangi kesempatan terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan
perusahaan. Menjadi menarik untuk diteliti karena pada dasarnya perusahaan di
Universitas Sumatera Utara
Indonesia dikelola oleh sebagian besar anggota keluarga sendiri sehingga tingkat
independensinya dipertanyakan.
Menahan sejumlah kas dalam perusahaan pun dapat juga merupakan
informasi yang berharga bagi investor dalam mengambil keputusan investasi.
Penentuan tingkat Cash Holding perusahaan merupakan salah satu keputusan
keuangan penting yang harus diambil oleh seorang manajer keuangan. Cash Holding
dapat digunakan untuk beberapa hal, antara lain dibagikan kepada para pemegang
saham berupa dividen, melakukan pembelian kembali saham, melakukan investasi
atau menyimpannya untuk kepentingan perusahaan dimasa depan. Perusahaan harus
dapat menjaga kas yang dimiliki pada tingkat yang optimal karena menahan kas yang
terlalu besar dalam aktiva misalnya adalah hal yang tidak produktif karena akan
memerlukan biaya yang tinggi dalam pemeliharaannya. Para investor akan melihat
situasi ini sebagai sebuah sinyal yang menggambarkan tingkat efektifitas manajemen
perusahaan dalam mengelola dananya dan menjadi andil dalam menentukan naik dan
turunnya nilai perusahaan.
Nilai perusahaan juga dapat dilihat dari kemampuan perusahaan membayar
dividen. Besarnya dividen ini dapat mempengaruhi harga saham. Apabila dividen
yang dibayar tinggi, maka harga saham cenderung tinggi sehingga nilai perusahaan
juga tinggi. Sebaliknya apabila dividen yang dibayarkan kecil maka harga saham
perusahaan tersebut juga rendah. Kemampuan membayar dividen erat hubungannya
dengan kemampuan perusahaan memperoleh laba. Jika perusahaan memperoleh laba
Universitas Sumatera Utara
yang besar, maka kemampuan membayar dividen juga besar. Oleh karena itu, dengan
dividen yang besar akan meningkatkan nilai perusahaan.
Fenomena ini berdasarkan pada tujuan investor melakukan investasi yang
pada umumnya adalah untuk mendapatkan keuntungan berupa dividen atau capital
gain. Pemegang saham selalu berharap untuk mendapat dividen dalam jumlah besar
atau minimal relatif stabil dari tahun ke tahun. Sebagian lagi dari laba bersih
perusahaan merupakan laba ditahan yang akan disiapkan oleh perusahaan untuk
melakukan investasi kembali (Reinvestment). Hal inilah yang merupakan inti dari
kebijakan dividen, khususnya dalam menentukan dividend payout ratio.
Setiap faktor-faktor tersebut memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap
nilai perusahaan. Namun dari banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
perusahaan, penelitian ini menggunakan variabel Corporate Social Responsibility,
Leverage, Investment Opportunity Set, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial,
Profitabilitas, Komisaris Independen, Cash Holding, dan Dividend Payout Ratio
didalam mempengaruhi nilai perusahaan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah : Apakah Corporate Social Responsibility (CSR), Leverage, Investment
Opportunity Set (IOS), Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial, Profitabilitas,
Komisaris Independen, Cash Holding, dan Dividend Payout Ratio berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
secara simultan dan parsial terhadap nilai perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic
Index?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis secara simultan dan parsial pengaruh Corporate Social Responsibility
(CSR), Leverage, Investment Opportunity Set (IOS), Ukuran Perusahaan,
Kepemilikan Manajerial, Profitabilitas, Komisaris Independen, Cash Holding, dan
Dividend Payout Ratio terhadap nilai perusahaan.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi Peneliti
Diharapkan penelitian ini mampu menjadi pelatihan intelektual yang diharapkan
dapat menambah pemahaman terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
perusahaan.
2. Bagi Peneliti selanjutnya dan Akademisi
Penelitian ini diharapkan akan melengkapi temuan-temuan empiris yang telah ada
dibidang akuntansi untuk kemajuan dan pengembangan ilmiah dimasa yang akan
datang.
3. Bagi Manajemen dan Investor
Bagi manajemen sebagai bahan masukan dan sumbangan informasi dalam
pengambilan keputusan dan penentuan strategi perusahaan untuk meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
nilai perusahaan. Sedangkan bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal.
1.5. Originalitas
Variabel penelitian ini merupakan replikasi dari beberapa penelitian
diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2010) yang meneliti
tentang Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Nilai Perusahaan. Hasil
dari penelitiannya menyebutkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan
antara variabel Board Independence, Profitabilitas, dan Investment Opportunity Set
terhadap nilai perusahaan. Selain itu juga ditemukan variabel Struktur Kepemilikan
Manajemen dan Dividend Payout Ratio memiliki pengaruh positif dan tidak
signifikan dengan nilai perusahaan, namun terdapat hubungan negatif antara nilai
perusahaan dengan variabel Cash Holding dan Finance Risk (Leverage).
Alasan melakukan replikasi adalah peneliti ingin melihat apakah faktor-faktor
yang mempengaruhi nilai perusahaan, hasilnya masih konsisten pada periode
pengamatan yang berbeda. Penelitian sebelumnya dilakukan pada tahun 2004-2008,
sedangkan pada penelitian ini dilakukan selama empat tahun berturut-turut yaitu
2007-2010 dengan asumsi penelitian dilakukan untuk melihat apakah faktor-faktor
tersebut memiliki konsistensi terhadap hasilnya ketika tahun pengamatannya diubah
dan karakteristik saham-saham perusahaannya berbeda. Penelitian sebelumnya
meneliti pada perusahaan non keuangan, sedangkan penelitian ini dilakukan pada
seluruh perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index yang merupakan saham-
Universitas Sumatera Utara
saham syariah selama empat tahun berturut-turut dengan kriteria-kriteria yang telah
ditentukan. Penelitian terdahulu menggunakan uji Ordinary Least Square (OLS)
sedangkan penelitian ini menggunakan regresi linier berganda. Perbedaan lainnya
adalah adanya penambahan variabel lain yaitu Corporate Social Responsibility, yang
merupakan salah satu variabel penelitian oleh Yuniasih dan Wirakusuma (2007), serta
Ukuran Perusahaan yang merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Herawaty
(2008).
Alasan memasukkan variabel Corporate Social Responsibility dalam
penelitian ini adalah dikarenakan beberapa penelitian terdahulu yang mencari
pengaruh antara Corporate Social Responsibility dan nilai perusahaan menemukan
hasil yang berbeda-beda dan juga dikarenakan Corporate Social Responsibility
merupakan isu penting yang sedang dioptimalkan oleh pemerintah khususnya dalam
mengatasi kerusakan lingkungan akibat pemanasan global.
Variabel Ukuran Perusahaan menjadi salah satu variabel yang diikut sertakan
dalam penelitian ini karena karakteristik investor di Indonesia pada umumnya lebih
menyukai menanamkan modalnya pada perusahaan dengan ukuran aktiva yang besar
dibandingkan perusahaan dengan skala aktiva yang kecil. Ukuran Perusahaan juga
dijadikan sebagai penambahan variabel penelitian karena ingin melihat apakah
investor melihat ukuran perusahaan sebagai penentu dalam investasi pada saham-
saham yang terdaftar di Jakarta Islamic Index, karena saham-saham Jakarta Islamic
Index adalah saham-saham yang memang berasal dari perusahaan dengan kapitalisasi
Universitas Sumatera Utara
besar, penelitian ini dimaksudkan melihat dan menganalisis apakah fenomena yang
telah dikemukakan dapat dibuktikan secara empiris.
Universitas Sumatera Utara