BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/55472/2/BAB_I.pdfdi Kalimantan memiliki sungai...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/55472/2/BAB_I.pdfdi Kalimantan memiliki sungai...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebijakan merupakan hal yang melekat dalam suatu daerah. Kebijakan
dikeluarkan melalui pemerintah daerah guna mengatur kehidupan masyarakat di
daerah tersebut. Pemerintah daerah dalam menjalankan fungsi desentralisasi
mengeluarkan kebijakan sesuai dengan kondisi daerah tersebut serta tidak
bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi di atasnya sesuai hierarki dalam
peraturan perundang-undangan. Masing-masing daerah karena itu memiliki
perbedaan kebijakan menyesuaikan dengan potensi dan keadaan daerahnya.
Pulau Kalimantan merupakan salah satu pulau besar di Indonesia yang
wilayahnya masih terdapat cukup banyak hutan dan sungai-sungai. Setiap provinsi
di Kalimantan memiliki sungai misalnya Sungai Kapuas di Kalimantan Barat,
Sungai Kahayan di Kalimantan Tengah, Sungai Barito di Kalimantan Selatan,
Sungai Mahakam di Kalimantan Timur serta Sungai Kayan di Kalimantan Utara.
Sungai-sungai tersebut merupakan lima dari banyak sungai yang dimiliki oleh
masing-masing provinsi di Pulau Kalimantan.
Provinsi Kalimantan Selatan merupakan salah satu provinsi di Pulau
Kalimantan yang memiliki banyak sungai. Sungai terbesar yang melintasi provinsi
ini adalah Sungai Barito yang memiliki banyak anak sungai. Sejak zaman dahulu,
konsentrasi pemukiman penduduk terletak di sepanjang sungai. Banyak kota-kota
2
di Provinsi Kalimantan Selatan karena itu hingga sekarang terletak di muara sungai
atau tepi pantai.1
Salah satu kota yang memiliki banyak sungai di Pulau Kalimantan adalah
Kota Banjarmasin. Kota Banjarmasin merupakan ibukota Provinsi Kalimantan
Selatan. Kota tersebut dijuluki sebagai “Kota Seribu Sungai”. Julukan tersebut
didasarkan atas potensi dan kondisi geografis yang dimiliki Kota Banjarmasin.
Banyaknya sungai-sungai yang mengelilingi kota menjadi alasan Kota Banjarmasin
memperoleh julukan tersebut. Sungai-sungai di Kota Banjarmasin sejak zaman
dahulu telah dimanfaatkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal
tersebut menjadikan sungai sebagai potensi daerah Kota Banjarmasin hingga
sekarang.
Data dari Dinas Sumber Daya Air dan Drainase Kota Banjarmasin
menunjukkan jumlah total sungai dan anak sungai adalah sebanyak 195 sungai yang
terdiri dari 102 sungai dan 93 sungai belum teridentifikasi. 102 sungai tersebut
terdiri dari 3 sungai besar, 45 sungai sedang, serta 54 sungai kecil.2 Hal ini
menunjukkan bahwa Kota Banjarmasin memang memiliki banyak sungai yang
membentang di wilayahnya namun masih banyak sungai juga yang belum
teridentifikasi dan diberi nama.
Potensi sungai-sungai yang ada di Kota Banjarmasin dapat diolah dan
dikelola oleh pemerintah daerah guna mencukupi kebutuhan masyarakat. Sungai-
1 Rochgiyanti, Fungsi Sungai Bagi Masyarakat di Tepian Sungai Kuin, Jurnal Komunitas, 2011 Vol. III No. 01,
hlm. 52 2 Dinas Sumber Daya Air dan Drainase Kota Banjarmasin, Jaringan Sungai dan Anak Sungai Kota Banjarmasin,
ditulis pada 23 Mei 2016 melalui Website Dinas Sumber Daya Air dan Drainase Kota Banjarmasin: http://sdad.banjarmasinkota.go.id, diakses pada 12 Februari 2019
3
sungai dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan air bersih, pengairan dan irigasi,
pembangkit listrik, sarana transportasi, budidaya perikanan serta sarana pariwisata.3
Hal tersebut dapat dikembangkan mengingat potensi utama yang dimiliki kota
Banjarmasin adalah sungai. Pemerintah bersama masyarakat karenanya harus
saling bekerja sama dalam mewujudkan Kota Banjarmasin sebagai “Kota Seribu
Sungai” yang sebenarnya.
Gambar 1.1 Sungai Martapura Tahun 1914
Sumber : Dinas PUPR Kota Banjarmasin, dikutip pada tahun 2019
Masyarakat Banjar sejak zaman dahulu telah memanfaatkan sungai untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka (lihat gambar 1.1). Sungai dijadikan sebagai
sarana transportasi, air minum, kegiatan mandi dan mencuci dan sebagainya. Hal
ini terjadi sejak ratusan tahun lalu sehingga membentuk “Budaya Orang Sungai”
bagi masyarakat yang melakukan aktivitas sehari-harinya selalu bersinggungan
3 Faris Ali Sidqi, Pengelolaan Sungai Menurut Peraturan Daerah Kota Banjarmasin No 2 Tahun 2007, Al’Adl,
2016, Vol. VIII No. 02, hlm. 88-89
4
dengan sungai. Istilah “Orang Sungai” dan “Orang Dagang” selalu melekat kepada
masyarakat Banjar dan sekitarnya. Hal ini dikarenakan kebiasaan masyarakat
Banjar sejak zaman dahulu memanfaatkan sungai untuk kebutuhan ekonomi, salah
satunya dengan berdagang. Hal ini kemudian wajar dengan hadirnya pasar terapung
sejak berabad-abad lalu di Banjarmasin dari hasil kolaborasi antara sungai dan
perdagangan tersebut.
Sungai-sungai di Kota Banjarmasin seiring perkembangannya sejak zaman
Pemerintahan Kesultanan Banjar hingga sekarang mulai mendapati masalah dengan
banyaknya bangunan milik masyarakat yang berdiri di atas bantaran sungai (lihat
gambar 1.2). Bangunan-bangunan milik masyarakat tersebut berdiri sepanjang
aliran sungai khususnya di Sungai Martapura. Kondisi ini sangat memperburuk
kondisi Kota Banjarmasin yang sebelumnya menjadikan sungai sebagai beranda
utama masyarakat Banjar. Hal ini juga menjadikan sungai semakin menyempit dan
mengalami pendangkalan.
Gambar 1.2 Bangunan Masyarakat di atas bantaran sungai
Sumber : Dinas PUPR Kota Banjarmasin, dikutip pada tahun 2019
5
Pemerintah dalam mengatasi permalasahan tersebut kemudian melakukan
upaya revitalisasi sungai guna mengembalikan fungsi sungai sebagaimana
mestinya. Revitalisasi ini dilaksanakan dengan membebaskan lahan-lahan di
bantaran sungai yang telah didirikan bangunan di atasnya serta membuat aturan
yang salah satunya merupakan larangan mendirikan bangunan di atas sungai dan
menetapkan sempadan sungai. Hal ini kemudian menjadi latar belakang
dirumuskannya Perda Kota Banjarmasin Nomor 2 tahun 2007 tentang Pengelolaan
Sungai dan Perda Kota Banjarmasin Nomor 31 Tahun 2012 tentang Penetapan,
Pengaturan Pemanfaatan Sempadan Sungai dan Bekas Sungai. Pengaturan sungai
juga tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banjarmasin pada Perda
Kota Banjarmasin Nomor 5 Tahun 2013.
Pengelolaan sungai yang baik sangat diperlukan dalam mengelola setiap
sungai di Indonesia khususnya yang ada di Kota Banjarmasin. Pengelolaan sungai
hendaknya mengintegrasikan masing-masing kewenangan institusi dalam
mencapai tujuan yang sama. Pengelolaan sungai integratif tidak hanya melibatkan
pemerintah, tetapi juga masyarakat dan pihak swasta. Pemerintah daerah harus
mampu mengelola potensi kekayaan daerah. Pengelolaan tersebut di masa sekarang
karenanya dapat dilakukan dengan mengintegrasikan peran masing-masing antara
berbagai institusi di dalam pemerintah, swasta, dan juga masyarakat. Pengelolaan
sungai secara integrative tertuang dalam Perda Kota Banjarmasin Nomor 2 Tahun
2007 pasal 2 ayat 1 yang berbunyi :
“Pemerintah Kota bersama-sama dengan institusi lain yang terkait,
masing-masing sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya,
menyelenggarakan upaya pengamanan sungai dan daerah sekitarnya
6
meliputi : (a) Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS); (b) Pengendalian
daya rusak air ; (c) Pengendalian pengaliran sungai; (d) Perlindungan
tebing sungai karena erosi”.
Sungai menjadi potensi besar bagi Kota Banjarmasin untuk dimanfaatkan
dengan sebaik-baiknya, khususnya di bidang pariwisata. Menurut anggota DPRD
Kota Banjarmasin, H. Achmad Rudiani, beliau mengatakan bahwa sektor
pariwisata memiliki potensi besar dalam meningkatkan PAD Kota Banjarmasin.
Hal ini mengingat bahwa Kota Banjarmasin tidak memiliki sumber daya alam
seperti kabupaten-kabupaten lain di Kalimantan Selatan.4 Wisata sungai karena itu
merupakan salah satu potensi besar bagi Pemerintah Kota Banjarmasin dalam
meningkatkan PAD.
Pemerintah Kota Banjarmasin hingga saat ini telah banyak melaksanakan
pembangunan berbasis sungai. Program revitalisasi di kawasan bantaran Sungai
Martapura dimanfaatkan pula untuk pembangunan kawasan wisata dengan tetap
mempertahankan sungai sebagai objek utamanya. Hal ini mengingat potensi utama
Kota Banjarmasin adalah sungai sehingga dimanfaatkan salah satunya untuk
pariwisata. Ada beberapa destinasi wisata di Kota Banjarmasin yang berkaitan
dengan sungai seperti beberapa di antaranya yaitu Siring Sungai Martapura, Pasar
Terapung Muara Kuin, Pulau Kembang, Makam dan Mesjid Sultan Suriansyah
serta destinasi wisata lainnya yang semakin dikembangkan. Hal ini menjadi
4 Wartaniaga.com, PAD Sektor Pariwisata Perlu Dimaksimalkan, ditulis pada 16 Agustus 2017 melalui website
Wartaniaga.com: https://wartaniaga.com, dikutip pada 13 Maret 2019
7
perhatian berbagai kalangan karena pembangunan Kota Banjarmasin dengan
konsep sungainya sejak zaman dahulu menjadi hal yang harus dipertahankan.
Pembangunan pariwisata berbasis sungai yang terus dipertahankan Kota
Banjarmasin adalah Wisata Pasar Terapung. Pasar Terapung telah melekat dengan
Kota Banjarmasin sejak ratusan tahun yang lalu. Budaya Pasar Terapung
merupakan peninggalan Pemerintahan Kesultanan Banjar yang tumbuh secara
alami.5 Hal ini dikarenakan Banjarmasin sebagai ibu negeri (ibukota) Kesultanan
Banjar yang wilayahnya banyak diliputi sungai sehingga jalur transportasi banyak
menggunakan sungai. Hal ini pula yang melatarbelakangi terciptanya Pasar
Terapung di Kota Banjarmasin hingga saat ini.
Pasar Terapung di Banjarmasin telah dikenal hingga ke Mancanegara. Situs
Liputan6.com mengabarkan Pasar Terapung Muara Kuin menjadi salah satu dari
lima pasar terapung terbaik di dunia.6 Pasar terapung ini telah ada sejak masa
Kesultanan Banjar. Letaknya ada di Kecamatan Banjarmasin Utara pada pertemuan
antara sungai Barito dengan Sungai Kuin namun lokasinya sekarang mulai bergeser
mengikuti jalur strategis Kelotok.
Pemerintah Kota Banjarmasin pada tahun 2015 menggagas pembangunan
pasar terapung baru di Sungai Martapura dengan nama Pasar Terapung Siring
Sungai Martapura (Pierre Tendean) yang merupakan pasar terapung buatan. Pasar
terapung ini mulai ditambahkan dermaga pada tahun 2017 untuk bersandarnya
5 Tribunbanjarmasin.com, Sejarah Pasar Terapung versi Kalselpedia, Ada Dukuh, Panyambangan hingga
Bapanduk, ditulis pada 18 Januari 2019 melalui Tribun Banjarmasin: http://banjarmasin.tribunnews.com dikutip pada 12 Maret 2019
6 Firstrianisa Gustiawati, 5 Pasar Apung Terbaik di Dunia, Indonesia Salah Satunya, ditulis pada 17 Desember 2016 melalui Liputan 6: https://www.liputan6.com, dikutip pada 12 Maret 2019
8
perahu pedagang. Pembangunan kawasan wisata Siring Sungai Martapura saat ini
dikatakan telah mampu meningkatkan pendapatan masyarakat lokal dan pedagang
tradisional.7 Pasar terapung buatan ini merupakan upaya dalam melestarikan wisata
pasar terapung yang mulai kehilangan eksistensinya seiring perkembangan zaman.
Pasar Terapung Muara Kuin dalam penelitian Chandra Karta Yudha dan
kawan-kawan memiliki sekitar 200 perahu. Perahu di pasar terapung ini didominasi
oleh perahu-perahu tradisional atau disebut jukung sedangkan sisanya adalah
perahu bermotor atau disebut kelotok. Jukung adalah perahu kecil yang berukuran
panjang 3-5 meter dan lebar 1 meter sedangkan Klotok adalah perahu yang
digerakkan dengan mesin diesel.8
Adanya dua pasar terapung menjadi kebanggaan bagi warga Kota
Banjarmasin. Pembangunan pasar terapung buatan yang digagas Pemerintah Kota
Banjarmasin merupakan upaya mempertahankan Pasar Terapung Banjarmasin yang
sudah mulai kehilangan eksistensinya. Pembangunan tersebut didasarkan karena
Pasar Terapung Muara Kuin yang dahulu ramai dikunjungi wisatawan kini mulai
ditinggalkan salah satunya karena biaya yang mahal untuk menuju ke sana. Upaya
pemerintah daerah melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan sejauh ini tetap
memberikan stimulasi berupa akses menuju Pasar Terapung Muara Kuin dari Siring
Sungai Martapura.9
7 Gusti Marliani,(2017), Analisis Pengaruh Pembangunan Objek Wisata Sungai Terhadap Pendapatan
Masyarakat Lokal Dan Pedagang Tradisional (Studi Pada Objek Wisata Manara Pandang Piere Tendean Banjarmasin), Jurnal Scientific, 2017, Vol. I No. 01, hlm. 40
8 Chandra Karta Yudha dkk, (2018). Model Revitalisasi Pasar Tradisional Terapung Untuk Menunjang Logistik Wilayah Pedalaman : Studi Kasus Sungai Barito, Jurnal Teknik ITS, 2018, Vol. VII No. 1, hlm. E40
9 Desy Sugianti, Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Pasar Terapung Berbasis Kearifan Lokal di Kota
Banjarmasin, Jurnal Tata Kelola Seni, 2016, Vol. II No. 02, hlm. 25
9
Pengelolaan sungai untuk dimanfaatkan guna mengembangkan wisata pasar
terapung Kota Banjarmasin menjadi perhatian utama dalam karya tulis ini. Penulis
mencoba menghubungkan antara pengelolaan sungai Kota Banjarmasin di masa
sekarang dengan pengembangan wisata dari pemanfaatan sungai tersebut. Ada
banyak manfaat yang diperoleh dari sungai sebagaimana dijelaskan sebelumnya.
Salah satu potensi paling besar untuk pendapatan daerah adalah dengan
memanfaatkannya sebagai sarana pariwisata. Penulis karena itu mengambil judul
penelitian “Kebijakan Pengelolaan Sungai Integratif dalam Pengembangan
Wisata Pasar Terapung Kota Banjarmasin : Studi pada Pasar Terapung
Siring Sungai Martapura”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut.
1. Bagaimana kebijakan pengelolaan sungai integratif dalam pengembangan
wisata pasar terapung Kota Banjarmasin ?
2. Bagaimana peran masyarakat dalam pengembangan wisata pasar terapung
Kota Banjarmasin ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian
sebagai berikut.
1. Kebijakan pengelolaan sungai integratif dalam pengembangan wisata pasar
terapung Kota Banjarmasin.
10
2. Memahami peran masyarakat dalam pengembangan wisata pasar terapung
Kota Banjarmasin.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik
bersifat teoritis maupun praktis, di antaranya sebagai berikut.
A. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam
perkembangan ilmu pengetahuan terkait pengelolaan sungai untuk pengembangan
wisata Kota Banjarmasin. Hasil penelitian ini selain itu juga diharapkan dapat
menambah wawasan keilmuan pembaca serta menjadi referensi bagi pihak-pihak
yang melakukan penelitian serupa.
B. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut.
Pertama, dapat menjadi bahan evaluasi dan kajian bagi pemerintah dalam
melaksanakan pembangunan daerah. Kedua, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi referensi untuk meningkatkan kesadaran bagi masyarakat terkait
pentingnya sungai bagi kehidupan.
1.5 Definisi Konseptual
A. Kebijakan
Kebijakan menjadi salah satu hal terpenting dalam suatu pemerintahan.
Pemerintah selalu merumuskan kebijakan dalam memecahkan permasalahan
masyarakat. Hal itu pula yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembangunan.
Pelaksanaan pembangunan harus memiliki dasar agar bisa dilaksanakan seutuhnya.
11
Kebijakan menurut Dye diartikan sebagai pilihan pemerintah untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu (whatever governments choose to do or
not to do).10 Pemerintah dalam mengambil suatu kebijakan harus benar-benar
memikirkan kebijakan tersebut dapat bermanfaat ataukah tidak. Perlu analisis yang
matang dalam pertimbangan merumuskan suatu kebijakan. Pemerintah karena itu
dapat memilih untuk melakukan suatu tindakan ataukah tidak.
Kebijakan Pemerintah Kota Banjarmasin dalam menanggapi permasalahan
pasar terapung merupakan pilihan pemerintah yang harus dipertimbangkan secara
matang. Program revitalisasi pasar terapung dalam hal ini menjadi pilihan
pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Infrastruktur atau hal-hal yang
terperinci lainnya dalam konteks lokasi pasar terapung yang baru merupakan
pilihan yang telah dipilih oleh pemerintah. Pemerintah kemudian mengisi pasar
terapung tersebut dengan memberdayakan masyarakat.
B. Pengelolaan Sungai Integratif
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan istilah Pengelolaan Sungai
Integratif yang merupakan sinonim dari Pengelolaan DAS (Daerah Aliran Sungai)
Terpadu. Suyono berpendapat Pengelolaan Sungai Integratif adalah serangkaian
kegiatan dengan berbagai cara yang saling terkait dengan penuh pertimbangan
untuk mencapai suatu tujuan. Tujuannya yaitu mencapai kelestarian DAS agar
dapat memberikan manfaat yang maksimal dan berkesinambungan bagi
kesejahteraan manusia.11 Pengelolaan DAS Terpadu sangat memungkinkan bagi
10 Dye dalam Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, 2012, Jakarta: Penerbit Salemba Humanika 11 Suyono dalam Naharuddin dkk, Buku Ajar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Aplikasinya dalam Proses
Belajar Mengajar, 2018, Palu: Untad Press
12
pemerintah untuk menjalin kerjasama dengan berbagai elemen baik dari pihak
swasta maupun perguruan tinggi atau bahkan pihak masyarakat.
Notohadiprawiro menjelaskan ada beberapa alasan pengelolaan DAS harus
diselenggarakan secara terpadu.12 Pertama, adanya keterkaitan pengelolaan
sumberdaya alam dan pembinaan aktivitas manusia dalam penggunaannya. Kedua,
pengelolaan DAS dari segi jenis ilmu yang mendasarinya bercirikan multidisiplin.
Ketiga, penyelenggaraan pengelolaan DAS bersifat lintas sektoral, sehingga tidak
ada instansi yang mempunyai kewenangan secara utuh.
Pengelolaan sungai di Banjarmasin saat ini mulai banyak diperhatikan tidak
hanya oleh pemerintah, tetapi juga dari perguruan tinggi maupun komunitas-
komunitas pecinta lingkungan. Hal ini dikarenakan permasalahan Kota
Banjarmasin dalam sepuluh tahun terakhir ini yang menyebabkan sungai tercemar
dan keruh akibat sampah dan lalu lintas perahu motor dan kapal-kapal kecil di
wilayah Banjarmasin. Kerja sama dari berbagai pihak karena itu sangat diperlukan
untuk menanggulangi permasalahan tersebut agar sungai dapat lebih banyak
diperoleh manfaat darinya.
C. Pengembangan Wisata
Pengembangan wisata merupakan bentuk dari konsep pariwisata
berkelanjutan (Sustainable Tourism) dan pembangunan berkelanjutan (Sustainable
Development). Hal ini merupakan upaya pemerintah dalam melaksanakan
pembangunan khususnya di bidang pariwisata. Pengembangan wisata karena itu
12 Notohadiprawiro dalam Sudaryono, Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu, Konsep
Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol. III No. 02, hlm. 153-158
13
menjadi sebuah keharusan pemerintah dalam menata suatu daerah serta untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat.
Pengembangan wisata dimaksudkan untuk meningkatkan daya tarik sebuah
destinasi wisata. Para wisatawan harus memperoleh kesan terbaik saat berwisata ke
destinasi wisata di suatu daerah. Hal ini berarti para wisatawan harus memperoleh
pengalaman terbaik ketika berkunjung ke suatu daerah. Hal ini juga dimaksukan
agar wisatawan tersebut tidak menyesal berkunjung ke destinasi wisata tersebut.
Inilah tujuan pengembangan wisata yang perlu diupayakan agar wisata di suatu
daerah memperoleh hasil yang maksimal.
1.6 Definisi Operasional
A. Kebijakan Pengelolaan Sungai Integratif dalam Pengembangan
Wisata Pasar Terapung Kota Banjarmasin
Kebijakan Pengelolaan Sungai Integratif meliputi peran pemerintah dalam
melaksanakan pembangunan wisata sungai khususnya wisata pasar terapung. Peran
pemerintah dalam hal ini sangat berkaitan dengan kebijakan, program, tindakan
maupun hasil yang diperoleh. Peran pemerintah tersebut karenanya dapat dibagi
menjadi beberapa poin sebagai berikut.
1. Perda Kota Banjarmasin Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Sungai
2. Pengelolaan Sungai di Kota Banjarmasin
3. Kebijakan Wisata Berbasis Sungai Kota Banjarmasin
4. Pembangunan Kawasan Siring Sungai Martapura
5. Kegiatan Pengelolaan dan Pengembangan Wisata Pasar Terapung
14
B. Peran Masyarakat dalam Pengembangan Wisata Pasar Terapung
Pemerintah dalam melaksanakan pembangunan wisata sungai tidak terlepas
dari peran masyarakat. Masyarakat juga bahkan sangat memungkinkan akan
mendukung peran pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan. Peran masyarakat
dalam hal ini dapat dibagi menjadi beberapa poin sebagai berikut.
1. Partisipasi Masyarakat dalam Wisata Pasar Terapung
2. Dampak Ekonomi Pasar Terapung terhadap Kehidupan Masyarakat
1.7 Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Jenis penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk
menyelidiki suatu keadaan yang terjadi dan disajikan dalam bentuk laporan
penelitian. Hasil penelitian tidak dimanipulasi ataupun direkayasa oleh peneliti.
Peneliti hanya memotret objek atau wilayah yang diteliti kemudian memaparkan
apa adanya melalui laporan penelitian secara lugas.13
B. Sumber Data
1. Primer
Sumber data primer adalah sumber yang dikumpulkan peneliti melalui
sumber yang pertama.14 Ssumber data primer pada penelitian ini adalah Kepala
Bidang Pengembangan Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Banjarmasin, Kepala Bidang Sungai Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang,
dan Kepala Asosiasi Pedagang Pasar Terapung Siring Sungai Martapura.
13 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, 2010, Jakarta: Rineka Cipta 14 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, 2006, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
15
2. Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang dikumpulkan peneliti guna
menunjang sumber data primer.15 Sumber data sekunder pada penelitian ini adalah
dokumentasi berupa potret lapangan, data digital serta data tertulis.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan kegiatan pemantauan perhatian
terhadap suatu objek menggunakan seluruh alat indera.16 Observasi dalam
penelitian ini dilakukan dengan melihat langsung fenomena kegiatan ekonomi di
pasar terapung, kunjungan wisatawan serta keadaan lingkungan sekitar pasar
terapung. Adapun pada penelitian ini menggunakan catatan dalam melakukan
pengamatan keadaan di lapangan dan sekitarnya.
2. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh data dari terwawancara.17 Wawancara pada
penelitian ini dilakukan untuk menggali informasi tentang peran pemerintah dalam
pengelolaan dan pengembangan wisata pasar terapung serta peran masyarakat dan
dampak pasar terapung terhadap ekonomi masyarakat sekitar. Terwawancara akan
dijelaskan di sub subyek penelitian.
15 Ibid 16 Arikunto. Op Cit, hlm. 156 17 Ibid, hlm. 155
16
3. Dokumentasi
Dokumentasi asal katanya adalah dokumen yang berarti barang-barang
tertulis.18 Dokumentasi dalam penelitian ini diperoleh dari data-data tertulis yang
dimiliki subjek penelitian. Data-data tersebut dalam hal ini dapat berupa dokumen
tentang pasar terapung, laporan jumlah wisatawan, potret lapangan, dan lain-lain.
D. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini antara lain :
1. Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Banjarmasin
2. Kepala Bidang Sungai Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota
Banjarmasin
3. Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Terapung Siring Sungai Martapura
E. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kota Banjarmasin. Adapun lokasi
penelitian secara rinci adalah Kantor Dinas PUPR Kota Banjarmasin di Jl. Brigjen
Hasan Basri No.82 Kecamatan Banjarmasin Utara, Kantor Disbudpar Kota
Banjarmasin Jl. Banua Anyar Kecamatan Banjarmasin Timur, serta Pasar Terapung
Siring Sungai Martapura di Jl. Kapt. Pierre Tendean Kecamatan Banjarmasin
Tengah.
18 Ibid, hlm. 158
17
F. Teknik Analisis Data
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara
dan dokumentasi. Peneliti akan terlebih dahulu menganalisa data-data yang telah
diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi. Peneliti kemudian akan
memasukkan data-data yang sesuai kebutuhan penelitian ke dalam pembahasan
disertai keterangan ataupun deskripsi.
2. Reduksi Data
Reduksi data dilakukan dengan menyisihkan data-data yang tidak
diperlukan. Reduksi data dilakukan sejak pengumpulan data awal penelitian.
Reduksi data dilakukan dengan cara meringkas data, mencocokkan kesesuaian
dengan tema serta hal lainnya yang diperlukan dengan maksud menyisihkan data
yang tidak relevan.
3. Display Data
Display data dilakukan dengan menyajikan data-data yang telah melalui tahap
reduksi. Kemudian data tersebut dimasukkan ke dalam bagian pembahasan dalam
bentuk teks naratif, matriks, diagram, tabel maupun bagan. Peneliti akan
menarasikan data-data yang diperoleh melalui observasi, wawancara maupun
dokumentasi pada saat melaksanakan turun lapang.
4. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan di akhir kegiatan analisis data. Kesimpulan
akan diperoleh dari rangkaian kegiatan yang telah disusun dengan mengacu pada
18
data yang telah diperoleh. Penelitian akan menghasilkan kesimpulan yang
merupakan makna dari penelitian tersebut.