BAB I PENDAHULUANrepository.ubb.ac.id/464/1/BAB I.pdf · 2018. 2. 22. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1...

4
DIMITRIOS nr. 72 / 12 - 25 aprilie 2015 – apariţie bilunară foaia parohială a Bisericii Sf. Dumitru - Poştă www.sfantuldumitruposta.ro Cuvântul Săptămânii Cuvântul Săptămânii https://www.facebook.com/RevistaDimitrios Hristos a înviat! Hristos a înviat! pr. paroh Mihai Gojgar Îmi imaginez că foarte mulţi dintre cei care primiţi ziarul veţi parcurge acest articol la o zi, două sau mai multe după ce veţi fi luat Lumină din Biserică. În primul rând, mă bucur că aţi venit alături de noi, că am fost împreună la ceasul cel mai important din anul bisericesc. Că am avut ocazia să mărturisim, umăr la umăr, inimă lângă inimă, fundamentul credinţei creştine: Hristos a înviat! Ştiu, însă, şi că cei mai mulţi nu veţi sta la toată Slujba de Înviere. Viaţa de parohie arată că o zecime dintre cei prezenţi la miezul nopţii se regăsesc în sfintele lăcaşuri şi spre ora 4 dimineaţa. Nu, nu am de gând să critic asta. Deşi, admit, mi-ar plăcea să ciocnim împreună ouă roşii, să gustăm puţină brânză şi o felie de cozonac. Iar aceste mângâieri gastronomice se petrec după ce preotul le binecuvântează, aproape de ora 4. Tot atunci se împarte şi pâinea numită „paşti”, care se consumă în fiecare dimineaţă a Săptămânii Luminate. Vă rog, totuşi, să aveţi în vedere că aspectele exterioare, vizibile ale credinţei noastre, cum ar fi mersul cu lumânarea aprinsă până acasă, ori luarea paştelui în fiecare zi sau în noaptea aceea, imediat după ce am ajuns în căminele noastre, la ora 1, nu sunt suficiente. Ele reprezintă ornamentaţii liturgice pioase, care exprimă fastul şi bucuria Învierii Domnului, dar nu sunt esenţa sărbătorii. Fundamentul prăznuirii stă în celebrarea în Biserică a acestor evenimente. Faceţi din Paşte un eveniment comunitar, nu doar unul familial. Aduceţi-vă aminte de cei săraci, de cei bolnavi, de cei singuri, de cei părăsiţi. Oferiţi o parte din bucatele pe care le pregătiţi şi vă veţi înfrumuseţa sărbătoarea. Învierea este un praznic al jertfei şi victoriei asupra morţii, dar şi o surpriză cosmică. Învierea Domnului rămâne o acţiune unică, neasemuită şi irepetabilă. Ce-ar fi să ne hrănim din acest exemplu, să imităm neprevăzutul inspirat de resurecţia Mântuitorului? batem la uşa celor singuri care nu se aşteaptă să primească nici o vizită şi nici un salut, să ciocnim ouă cu oameni care suferă de tristeţe şi solitudine nedorită, să căutăm la telefon rude uitate demult? Surpriza oferă bucurie, dăruieşte viaţă. Poate şi în modul acesta Dumnezeu ne dă şansa de a fi împreună-lucrători la salvarea unor suflete îndurerate şi golite de afecţiune. Să fie acesta paştele nostru! Termenul „paşti” înseamnă în ebraică “trecere”; să trecem şi noi peste fluviul obişnuinţelor şi rutinei noastre anuale şi să mergem pe malul celălalt, unde bucuria, surpriza, dăruirea, zâmbetul, entuziasmul pot aduce apropierea de semeni, de Dumnezeu. Sărbători cu bucurie în suflet şi iubirea dăruirii! Hristos a înviat!

Transcript of BAB I PENDAHULUANrepository.ubb.ac.id/464/1/BAB I.pdf · 2018. 2. 22. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1...

Page 1: BAB I PENDAHULUANrepository.ubb.ac.id/464/1/BAB I.pdf · 2018. 2. 22. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam hidup bermasyarakat, alat tukar dalam mendapatkan sesuatu sudah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam hidup bermasyarakat, alat tukar dalam mendapatkan sesuatu sudah

dikenal sejak lama. Dahulu dengan barter atau menukar suatu benda dengan benda

lain yang senilai sudah menjadi aktivitas yang wajar. Namun semakin

berkembangnya zaman, cara barter sudah tidak dipergunakan lagi dalam proses

transaksi, melainkan menggunakan suatu alat tukar yang memiliki nilai tertentu

sesuai dengan bahan dasar pemuatannya. Akhirnya saat ini telah lahir alat tukar

yang sangat terkenal dengan nama uang. Uang, sebagai alat yang paling penting

dalam melakukan transaksi sudah digunakan oleh seluruh manusia di setiap

penjuru dunia. Termasuk para penyandang disabilitas seperti tunanetra salah

satunya.

Penyandang tunanetra mengenali nominal uang dengan cara meraba

nominal uang yang akan digunakan, untuk uang Rp100.000 terdapat lingkaran dua

dibagian kiri gambar pahlawan, uang Rp 50.000 terdapat segitiga dua dibagian

kiri gambar pahlawan, uang Rp 20.000 terdapat kotak dua dibagian kiri gambar

pahlawan, dan uang Rp 10.000 lingkaran satu di bagian kiri gambar pahlawan.

Tidak semua tunanetra dapat mengenali nominal uang dengan cara meraba,

sebagian dari tunanetra mengenali nominal uang dengan cara bertanya pada orang

lain. Meminta bantuan seseorang untuk mengetahui nilai nominal uang yang

dimilikinya dan membuat sebuah tanda pada setiap nilai mata uang yang sudah

diketahui nilai mata uangnya. (Aidil, 2016)

Sejauh ini, para penyandang tunanetra menggunakan 2 cara konvensional

seperti menyusun atau mengurutkan nominal uang kertas, dengan cara menyusun

atau mengurutkan nominal uang yang ada, tunanetra jauh dapat mengenali ada

berapa saja nominal uang yang masih dimilikinya dan membuat lipatan pada

uang, cara ini jauh lebih mudah tetapi tunanetra tetap harus menggunakan daya

ingatnya untuk membedakan nominal uang tersebut, biasanya bila ada tiga lembar

uang kertas yang berbeda nominal, tunanetra akan melipat uang tersebut dengan

Page 2: BAB I PENDAHULUANrepository.ubb.ac.id/464/1/BAB I.pdf · 2018. 2. 22. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam hidup bermasyarakat, alat tukar dalam mendapatkan sesuatu sudah

2

lipatan yang berbeda. Namun kedua cara tersebut masih memiliki beberapa

kelemahan, yaitu dari segi daya ingat tunanetra, kondisi fisik uang, tidak ada

pembanding untuk diidentifikasi dan tidak adanya faktor penentu kejujuran pada

saat bertransaksi jual-beli barang dan jasa orang yang diajak bertransaksi

memberikan uang sesuai dengan besar nilai nominal uang yang seharusnya dan

mengarahkan dalam menyusun uang secara benar. (Dwinggara, 2012)

Pemerintah Indonesia khususnya perlu diakui sudah memberikan sedikit

kontribusi dalam memberikan aksesibilitas mata uang Rupiah terhadap tunanetra,

desain uang tahun emisi (TE) 2016 dilakukan penyempurnaan fitur kode tunanetra

(blind code) dengan mengubah desain pada bentuk kode tunanetra berupa efek

rabaan (tactile effect) untuk membantu membedakan antar pecahan dengan lebih

mudah. Tetapi dirasa masih belum efektif karena peredarannya masih sedikit dan

memerlukan waktu yang lama untuk menggantikan uang tahun emisi sebelumnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penyusun ingin merancang alat

bantu sederhana bagi tunanetra dengan output suara yang dapat mengenali

nominal uang kertas dengan judul “Rancang Bangun Alat Pendeteksi Nominal

dan Keaslian Uang Kertas untuk Penyandang Tunanetra Berbasis Arduino”

dengan tujuan untuk membantu dan mempermudah tunanetra dalam aktifitas

transaksi jual beli barang dan jasa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang, rumusan masalah adalah bagaimana

cara mendeteksi nominal dan keaslian uang kertas guna membantu penyandang

tunanetra.

1.3 Batasan Masalah

Dalam batasan masalah yang dihadapi diperlukan ruang lingkup

permasalahan terhadap alat yang akan dirancang, hal ini bertujuan agar

pembahasan tidak terlalu meluas, maka ruang lingkup yang akan dibahas adalah

sebagai berikut:

Page 3: BAB I PENDAHULUANrepository.ubb.ac.id/464/1/BAB I.pdf · 2018. 2. 22. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam hidup bermasyarakat, alat tukar dalam mendapatkan sesuatu sudah

3

1. Alat hanya dapat mendeteksi uang kertas Rupiah yaitu mata uang

Indonesia.

2. Nominal uang dari pecahan Rp 1.000,00; Rp 2.000,00; Rp 5.000,00; Rp

10.000,00; Rp 20.000,00; Rp 50.000,00 dan Rp 100.000,00.

3. Uang yang dideteksi hanya uang percobaan yakni dua macam uang setiap

nominal dengan tahun emisi yang berbeda (tahun emisi 2016 dan tahun

emisi 2014 dengan kondisi yang layak).

4. Penelitian dibatasi hanya sampai pembuatan model alat dan sistem

pendeteksi uang kertas.

5. Mengetahui nominal dan keaslian uang kertas melalui suara.

6. Mikrokontroler yang digunakan adalah Arduino Uno.

7. Sensor yang digunakan adalah sensor warna TCS3200, LDR (Light

Dependent Resistor) dan LED Ultraviolet.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Membuat alat untuk membantu penyandang tunanetra dalam mengenali

nominal dan keaslian uang kertas.

2. Membantu penyandang tunanetra mengenali nominal dan keaslian uang

kertas.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat alat pendeteksi nominal dan keaslian uang kertas untuk tunanetra

berbasis Arduino ini adalah dapat membantu penyandang tunanetra atau yang

mengalami gangguan penglihatan dalam mengenali nominal uang serta keaslian

uang kertas.

1.6 Keaslian Penelitian

Rapsudia (tahun 2013) melakukan penelitian tentang Identifikasi Uang

Kertas Berdasarkan Warna Dengan Metode Template Matching. Penelitian ini

membahas mengenai identifikasi uang dengan menggunakan metode template

matching. Software dirancang menggunakan Borland Delphi.

Page 4: BAB I PENDAHULUANrepository.ubb.ac.id/464/1/BAB I.pdf · 2018. 2. 22. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam hidup bermasyarakat, alat tukar dalam mendapatkan sesuatu sudah

4

Widianto dkk. (tahun 2013) melakukan penelitian tentang Rancang Bangun

Alat Deteksi Warna untuk Membantu Penderita Buta Warna Berbasis

Mikrokontroler AVR ATMega16. Penelitian ini membahas mengenai

perancangan alat bantu pendeteksi warna bagi penderita buta warna menggunakan

sensor TCS3200 dan ATMega16.

Porbadi (tahun 2014) melakukan penelitian Alat Deteksi Nominal Uang

Kertas untuk Penyandang Tuna Netra. Penelitian ini membahas mengenai

perancangan alat pendeteksi nominal uang kertas menggunakan sensor warna

TCS3200-DB dan Mikrokontroller ATMega16.

Raharjo dkk. (tahun 2016) melakukan penelitian Detektor Warna dengan

Luaran Suara. Penelitian ini membahas mengenai pendeteksi warna dengan

menggunakan sensor warna TCS3200 dengan luaran suara menggunakan

DFPlayer mini dan speaker.

Berdasarkan beberapa penelitian diatas, maka penulis akan merancang alat

deteksi nominal uang kertas menggunakan sensor warna TCS3200 dan Arduino

yang membedakan dengan penelitian sebelumnya adalah deteksi keaslian uang

kertas menggunakan LDR (Light Dependent Resistor) dan LED Ultraviolet.

Nominal uang yang digunakan mulai dari Rp 1.000,00; Rp 2.000,00; Rp 5.000,00;

Rp 10.000,00; Rp 20.000,00; Rp 50.000,00 hingga Rp 100.000,00.

1.7 Sistematika Penulisan

Agar pelaksanaan analisis perancangan alat ini tidak menyimpang dari

permasalahan yang ada, maka diperlukan sistematik. Dalam penulisan laporan

penelitian ini digunakan sistematika yang berguna untuk memahami dalam setiap

isi dari tugas akhir ini secara keseluruhan. Untuk itu penulis menerangkan

pengertian dari beberapa bab secara rinci dari hasil analisis tersebut.

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang hal-hal yang membahas tentang latar belakang

pemilihan judul skripsi, rumusan masalah, batasan masalah, manfaat

dan tujuan penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Page 5: BAB I PENDAHULUANrepository.ubb.ac.id/464/1/BAB I.pdf · 2018. 2. 22. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam hidup bermasyarakat, alat tukar dalam mendapatkan sesuatu sudah

5

Merupakan landasan teoritis yang digunakan dalam penelitian, dan

tugas akhir ini, yaitu Tinjauan Pustaka dari beberapa jurnal dan Dasar

Teori berupa Uang, Tunanetra, Arduino Uno, Sensor Warna TCS3200,

LED Ultraviolet, LDR (Light Dependent Resistor), DFPlayer Mini, dan

Speaker.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai alat dan bahan, proses kerja penelitian,

langkah penelitian meliputi studi literatur, perancangan sistem,

pembuatan sistem, pengujian sistem, analisa hasil dan penanggulangan

yang akan terjadi pada saat pelaksanaan penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan hasil dari penelitian yang akan dilakukan dengan

cara menganalisis data dari hasil pembacaan nominal dan keaslian uang

kertas.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan

dan saran untuk kesempurnaan dari proses analisis data hasil

pembacaan nominal dan keaslian uang kertas.