BAB I diare

10
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Dibagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya (Ilmu Kesehatan Anak, 2005). Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang terbesar ketiga angka kesakitan dan kematian anak diberbagai negara, termasuk Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah dehidrasi yang disebabkan karena kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja. Penyebab kematian lainnya adalah Disentri, Kurang Gizi dan Infeksi. Balita merupakan golongan umur yang paling banyak

Transcript of BAB I diare

5

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDiare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Dibagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya (Ilmu Kesehatan Anak, 2005). Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang terbesar ketiga angka kesakitan dan kematian anak diberbagai negara, termasuk Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah dehidrasi yang disebabkan karena kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja. Penyebab kematian lainnya adalah Disentri, Kurang Gizi dan Infeksi. Balita merupakan golongan umur yang paling banyak menderita diare dikarenakan daya tahan tubuhnya masih lemah (Widoyono, 2009). Menurut Parashar tahun 2003, di dunia terdapat 6 juta balita yang meninggal tiap tahunnya karena penyakit diare. Sebagian kematian tersebut terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007 : 10).

1Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, di Indonesia penyakit diare menempati urutan kedua dari penyakit infeksi (www.compas.com. Diakses tanggal 06 Januari 2014). Angka kesakitan diare di Indonesia pada tahun 2006 adalah 43,2% dari semua golongan umur dan secara proporsional 55% terjadi pada golongan balita (Depkes RI, 2007 : 1). Pada tahun 2011 berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Jawa Barat angka kejadian diare di Provinsi Jawa Barat berjumlah 1.435.615 kasus. Hasil SKRT diare Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis angka kesakitan diare semua golongan umur pada tahun 2000 berjumlah 301/1000 penduduk, pada tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, sedangkan pada tahun 2006 berjumlah 423/1000 penduduk. Kematian diare pada balita sebesar 75,3 per 100.000 balita dan pada semua golongan umur sebesar 23,2 per 100.000 penduduk semua umur (Hasil SKRT DinKes Kab. Ciamis, 2001). Diare merupakan penyebab kematian nomor 4 (13,2%) pada semua golongan umur dalam kelompok penyakit menular. Proporsi diare sebagai penyebab kematian nomor 1 pada bayi post neonatal (31,4%) sedangkan pada balita (25,2%) (Hasil Riskesdas DinKes Kab.Ciamis, 2007). Pada tahun 2012, diare merupakan penyakit dengan frekuensi Kejadian Luar Biasa (KLB) terbanyak keenam di Kecamatan Banjarsari, yaitu sejumlah 998 kasus pada semua golongan umur (Profil Kesehatan Banjarsari tahun 2012). Berdasarkan hasil Laporan diare pada tahun 2013 di Puskesmas Banjarsari jumlah balita diare sebanyak 603 kasus (14%) dari total jumlah 4.259 balita. Berdasarkan hasil laporan data penemuan klinis diare Puskesmas Banjarsari periode Januari-Desember 2013 Desa Cibadak Kecamatan Banjarsari pada tahun 2013 jumlah balita penderita diare berjumlah 79 (15%), dan 2 orang diantaranya meninggal dunia akibat diare dari total jumlah 583 balita.Faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit diare antara lain faktor lingkungan, faktor balita, faktor ibu, dan faktor Sosial Ekonomi. Faktor risiko paling dominan penyebab timbulnya penyakit diare dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu mengenai hygiene, baik perorangan maupun lingkungan dan pola pemberian makanan. Peran ibu sangat penting dalam merawat dan menjaga anak-anaknya agar tetap terjaga kesehatannya, oleh karena itu pengetahuan ibu mengenai hygiene makanan secara tidak langsung berpengaruh terhadap penurunan angka kejadian diare (Frietman, 1998)Pengetahuan ibu mengenai penatalaksanaan dan pencegahan terhadap diare sangat diperlukan, karena pengetahuan merupakan salah satu komponen faktor predisposisi yang penting. Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan perilaku, tetapi mempunyai hubungan yang positif, yakni dengan peningkatan pengetahuan maka terjadinya perubahan perilaku akan cepat (Notoadmodjo, 2005) Pengetahuan seserorang terutama ibu mengenai prinsip keamanan dan hygiene makanan juga dapat dipengaruhi oleh pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin mudah dalam menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, hal ini sangat penting dalam mendukung upaya pencegahan diare pada balita (Motarjemi Y, 2003). Keadaan sosial ekonomi yang rendah juga sangat erat kaitannya dengan berbagai masalah kesehatan yang dihadapi, hal ini disebabkan karena ketidakmampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi, lingkungan yang sehat, pendidikan serta kebutuhan lainnya ( Effendy N, 1998). Kemiskinan akan mengurangi kemampuan orang tua dalam mendukung perawatan kesehatan yang memadai pada anak, dan kecenderungan untuk memiliki hygiene yang kurang sehingga menyebabkan angka kesakitan dan kematian yang lebih tinggi terhadap penyakit seperti kurang gizi, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), diare, kolera, tipus dan sebagainya (Beharman, 1999)Program pemberantasan penyakit diare saat ini masih memfokuskan tujuan untuk mencegah kematian dan kesakitan karena diare, terutama pada balita. Masih tingginya angka kesakitan dan kematian karena diare dipengaruhi oleh pengetahuan, sosial ekonomi serta pendidikan ibu atau orang tua. Upaya promotif dan preventif mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sudah dilaksanakan dengan baik oleh petugas kesehatan akan tetapi angka kejadian diare masih cukup tinggi di Desa Cibadak, untuk itu peneliti sangat tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai Hubungan Pengetahuan tentang Higine Makanan Pendidikan dan Sosial Ekonomi Ibu Balita dengan Kejadian Diare pada Balita Di Desa Cibadak Kecamatan Banjasari Kabupaten Ciamis.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Apakah ada hubungan pengetahuan tentang higiene makanan, pendidikan serta sosial ekonomi ibu balita dengan kejadian diare pada balita di Desa Cibadak Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis ? 1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan umumUntuk mengetahui adanya hubungan pengetahuan mengenai hygiene makanan, pendidikan serta sosial ekonomi ibu balita dengan kejadian diare pada balita di Desa Cibadak Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis.

1.3.2. Tujuan khusus1. Mengidentifikasi pengetahuan ibu balita tentang higiene makanan balita di Desa Cibadak Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis.2. Mengidentifikasi pendidikan ibu balita di Desa Cibadak Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis.3. Mengidentifikasi sosial ekonomi ibu balita di Desa Cibadak Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis.4. Mengidentifikasi kejadian diare pada balita di Desa Cibadak Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis.5. Menganalisis hubungan pengetahuan ibu balita tentang hygiene makanan dengan kejadian diare pada balita di Desa Cibadak Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis.6. Menganalisis hubungan pendidikan ibu balita dengan kejadian diare pada balita di Desa Cibadak Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis.7. Menganalisis hubungan sosial ekonomi ibu balita dengan kejadian diare pada balita di Desa Cibadak Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis.

1.4 Manfaat PenelitianI.4.1 Bagi penelitiSebagai pengalaman baru dalam melakukan penelitian dan dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dengan keadaan yang ada di masyarakat.1.4.2 Bagi orang tua responden Meningkatkan pemahaman ibu mengenai higiene makanan dan diare sehingga diharapkan angka kejadian diare pada balita dapat berkurang.1.4.3 Bagi tenaga kesehatan Memberikan gambaran informasi kepada tenaga kesehatan mengenai permasalahan yang terjadi pada balita sehingga lebih meningkatkan upaya pencegahan dan pelayanan kesehatan pada balita diare.1.4.4 Bagi institusi pendidikan Dapat dipergunakan sebagai acuan atau studi banding dalam penelitian mahasiswa selanjutnya tentang hubungan pengetahuan tentang higiene makanan pendidikan dan sosial ekonomi ibu balita dengan kejadian diare pada balita.