BAB I

download BAB I

of 20

description

bab ini berisi pendahuluan mikropal

Transcript of BAB I

BAB I PENDAHULUAN1.1. Sejarah Umum Paleontologi MikroPaleontologi berasal dari kata, Paleo yang berarti masa lampau / kuno dan onthos yang berarti kehidupan kehidupan. Paleontologi adalah merupakan suatu ilmu yang mempelajari sisa-sisa makhluk hidup purba, baik dari fosil-fosilnya maupun jejak-jejak kehidupan yang telah mengalami proses pembatuan. Sedangkan fosil adalah sisa-sisa dari kehidupan masa lampau ataupun segala sesuatu yang menunjukkan kehidupan yang telah membatu dan yang paling muda berumur pleistosen. Pada umumnya fosil ini terjadi pada lingkungan sedimen. Mikropaleontologi merupakan cabang paleontologi yang mempelajari mikrofosil, ilmu ini mempelajari masalah organisme yang hidup pada masa yang lampau yang berukuran sangat renik (mikroskopis), yang dalam pengamatannya harus menggunakan Mikroskop atau biasa disebut micro fossils (fosil mikro). Pembahasan mikropaleontologi ini sesungguhnya sangat heterogen, berasal baik dari hewan maupun tumbuhan ataupun bagian dari hewan atau tumbuahan. Pada ilmu Mikropaleontologi ini dikenal adanya Analisis Biostratigrafi. Dimana biostratigrafi tersebut memiliki hubungan yang sangat erat dalam penentuan umur relatif dan lingkungan pengendapan dari suatu Batuan berdasarkan kandungan fosil yang terkandung dalam Batuan tersebut. Oleh karena itu diadakanlah praktikum Mikropaleontologi dengan acara Biostratigrafi, praktikum ini dilakukan agar memudahkan mahasiswa dalam membuat analisa masalah Biostratigrafi.Mikrofosil, terbagi kepada 4 kategori, yaitu Calcareous, Phospatic, Siliceous, dan Organic. Jenis calcareous, atau berkalkar, adalah dari jenis Coccolith, Foraminifera, Ostracod, dan Calcareous Dinoflagellate. Jenis Phospatic pula terdiri dari jenis Conodonts, Scolecodonts, Shark Fins And Teeth, danc Ichtyoliths. Diatoms, Radiolaria, sebahagian Scolecodonts, Spicules, dan Silicoflagellate tergolong dalam kategori mikrofosil Siliceous. Kategori Organic, terbahagi kepada dua jenis, yaitu, Pollens, dan Spores.

Yang termasuk dalam mikrofosil adalah semua golongan organisme yang berukuran kecil dan juga sisa-sisa dari organisme berukuran besar (invertebrata/vertebrata) yang untuk mempelajarinya dibutuhkan pengamatan di bawah mikroskop.Fosil dalam Paleontologi terbagi menjadi 2 jenis yaitu : Fosil Makro / besar (Macrofossil), yaitu fosil yang dapat dilihat dengan mata biasa (megaskopis), dan Fosil Mikro / kecil (Microfossil), yaitu fosil yang hanya dapat dilihat dengan bantuan alat mikroskop.

Secara garis besar, Paleontologi di bagi menjadi 2, yaitu :1. PaleobotaniPaleobotani(dari bahasa Yunani paleon berarti tua dan botany yang berarti ilmu tentang tumbuhan)adalahcabang dari paleontologiyang khusus mempelajari fosil tumbuhan. Kajian Paleobotani meliputi aspek fosil tumbuhan, rekonstruksi taksa, dan sejarah evolusi dunia tumbuhan.Tujuan mempelajari Paleobotani adalah:a. Untuk rekonstruksi sejarah dunia tumbuhan. Hal ini dapat dilakukan karena fosil tumbuhan dari suatu kolom geologis tertentu berbeda dengan yang terdapat pada kolom geologis lainnya. Dengan demikian dapat diketahui jenis tumbuhan yang ada dari waktu ke waktu, atau dengan kata lain dapat diketahui sejarahnya, khususnya mengenai kapan kelompok tumbuhan tersebut mulai muncul di muka bumi, kapan perkembangan maksimalnya, dan kapan kelompok tumbuhan tersebut punah.b. Untuk keperluan analisa pola dan suksesi vegetasi dari waktu ke waktu.c. Untuk analisa endapan dari masakarbon ( khususnya yang mengandung sisa tumbuhan ), yang berpotensi dalam presiksi sifat- sifat batubara. Dengan demikian dapat diketahui macam batubara serta dari tumbuhan apa batubara tersebut berasal.d. Untuk dapat melakukan dedukasi mengenai aspek-aspek perubahan iklim. Dengan cara ini maka dimungkinkan untuk merekonstruksi lingkungan masa lampau beserta perubahan-perubahan yang terjadi, dan juga untuk mempelajari hubungan antara tumbuhan dengan hewan yang menghuni lingkungan tersebut. Salah satu perubahan iklim yang seringkali dapat diungkap dengan pendekatan ini adalah perubahan ternperatur rata-rata.2. Paleozoologi

Paleozoologi adalah ilmu yang mempelajari sisa-sisa organisma purba yang berasal dari binatang. Paleozoologi atau palaeozoology (bahasa Yunani: , paleon = tua dan , zoon = hewan) adalah adalah cabang dari paleontologi atau paleobiologi, yang bertujuan untuk menemukan dan mengindentifikasi fosil hewan bersel banyak dari sistem geologi atau arkeologi, untuk menggunakan fosil tersebut dalam rekonstruksi lingkungan dan ekologi prasejarah.Jadi tujuan dari mempelajari paleozoology adalah :

a. Rekonstruksi sejarah kehidupan pada masa lampau baik di bidang hewan dan perkembangan manusia. Proses rekonstruksi kehidupan dilakukan melalui rekonstruksi fosil karena fosil ditemukan dalam lapisan / strata geologis yang berlainan sehingga dapat diketahui perkiraan waktu munculnya dan kehidupan makhluk yang telah memfosil tersebut.b. Analisa pola dan suksesi suatu vegetasi dari waktu ke waktu. Kehidupan pada masa purba di mana kondisi bumi masih belum stabil sangat memungkinkan terjadinya perubahan kondisi lingkungan yang ekstrim sehingga mempengaruhi kehidupan spesies dan vegetasi tanaman.

c. Analisa mengenai aspek aspek perubahan iklim yang terjadi. Cara ini bermanfaat untuk merekonstruksi dampak perubahan iklim pada lingkungan, mempelajari bagaimana hubungan antara hewan dan tumbuhan yang hidup pada lingkungan tersebut.

d. Analisa kehidupan biokultural manusia sejak manusia muncul di bumi, proses evolusinya melalui masa dan wilayah distribusinya seluas dan selama mungkin.

e. Analisa proses adaptif yang dilakukan makhluk hidup terhadap perubahan kondisi lingkungan, makhluk yang mampu beradapatasi akan terus bertahan walaupun peiode waktu geologis terus berjalan sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan punah. Proses adaptasi membuka zona adaptif yang baru yaitu suatu kumpulan kondisi hidup dan sumber daya baru yang memberikan banyak kesempatan yang sebelumnya tidak dimanfaatkan. Baik paleobotani maupun paleozoologi sama-sama mempelajari objek-objek yang mempunyai bermacam-macam bentuk dan ukuran. Mulai dari fhylum, lingkungan pengendapan sampai dengan menentukan umur dari suatu fosil tersebut. Berdasarkan ukuran objeknya maka paleontologi dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu : Makropaleontologi adalah cabang dari ilmu paleontologi (paleobotani atau paleozoologi) yang mempelajari objek-objek dengan ukuran yang relatif besar dan tidak memerlukan alat bantu (mikroskop) untuk mempelajari. Mikropaleontologi adalah cabang dari ilmu pada ilmu paleontologi yang khusus mempelajari sermua sisa-sisa yang berukuran kecil sehingga pada pelaksanaannya harus menggunakan alat bantu mikroskop.Ilmu paleontologi mikro mulai berkembang Sejak awal abad 20 ditandai dengan:

1911 : Prof. J.A. Udden dari Augustana College, mempergunakan mikrostratigrafi dan mikrofosil untuk menentukan umur lapisan dan melakukan korelasi umur-umur pemboran air. 1916 : Awal dari pengajaran mikropaleontologi sebagai bidang spesialisasi khusus pada universitas-universitas di Amerika. 1919 : Pembentukan laboratorium mikropaleontologi pertama di Humble dan Rio Bravo Oil Co. 1923 : Didirikan oleh J.A. Cushman(1881-1949) Laboratory forforaminiferal research di Massachussetts, USA, yang pada dekade-dekade selanjutnya berkembang menjadi pusat penelitian mikro paleontologi. 1925 : Awal terbitnya publikasi periodik yang membahas tentang mikrofosil.Sejak 1945, didorong oleh kebutuhan akan minyak bumi, perkembangan mikropaleontologi semakin cepat, dan hingga sekarang mikropaleontologi merupakan ilmu pengetahuan yang praktis diajarkan hampir di seluruh dunia.1.2. Tinjauan Umum Mikropaleontologi merupakan cabang ilmu paleontologi yang khusus mempelajari atau membahas tentang semua sisa-sisa organisme yang biasa disebut mikrofosil, dan yang dibahas antara lain adalah mikrofosil klasifikasinya, morfologi, ekologi dan mengenai kepentingannya terhadap stratigrafi.

Gambar 1.1. Contoh fosil mikro(Benthic Foram)

Setiap fosil (biasanya kecil) untuk mempelajari sifat-sifat dan strukturnya dilakukan dibawah mikroskop. Umumnya fosil ukurannya lebih dari 5 mm namun ada yang berukuran sampai 19 mm seperti genus fusulina yang memiliki cangkang-cangkang yang dimiliki organisme, embrio dari fosil-fosil makro serta bagian tubuh dari fosil makro yang dimana untuk mengamatinya menggunakan mikroskop serta sayatn tipis dari fosil fosil, sifat fosil mikro dari golongan foraminifera kenyataannya foraminifera mempunyai fungsi/berguna untuk mempelajarinya (Jones, 1936).

Gambar 1.2. Skala waktu geologi Dari cara hidupnya fosil mikro dibagi menjadi 2 (dua) :

1. Pellagic (mengambang)

a. Nektonik (bergerak dilaut)

b. Lanktonik (bergerak pasif) mengikuti keadaan sekitarnya

2. Benthonic (pada dasar laut)

a. secile (mikrofosil yang menambat / menempel)

b. Vagile (merayap pada dasar laut)

Dari dua bagian itu digunakan pada ilmu perminyakan dimana dari kedua fosil itu identik dengan hdrokarbon yang terdapat pada trap (jebakan). Dalam geologi struktur dimana dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya sesar, kekar serta lipatan.Beberapa manfaat fosil antara lain sebagai berikut :

1. Dalam korelasi :

Untuk membantu korelasi penampang satu daerah dengan daerah lain baik dibawah permukaan maupun permukaan2. Menetukan umur :

Misalnya umur suatu lensa batupasir yang terletak didalam lapisan serpih yang tebal dapat ditentukan dengan mikrofosil dengan batuan yang melingkupi.

3. Membantu studi mengenai spesies.

4. Dapat memberikan keterangan-keterangan paleontologi yang penting dalam menyusun suatu standart section suatu daerah.

5. Membantu menentukan hubungan batas-batas suatu transgresi / regresi serta tebal atau tipis lapisan berdasarkan kegunaannya dikenal beberapa istilah, yaitu :

1. Fosil index Yaitu fosil yang digunakan sebagai penunjuk umur relatif. Umumnya fosil ini mempunyai penyebaran vertikal pendek dan penyebaran lateral luas, serta mudah dikenal.

Contoh : Globorotalina Tumida sebagai penciri N18 atau miocene akhir.

2. Fosil bathymetry / Fosil kedalaman

Yaitu fosil yang dipergunakan untuk menentukan lingkungan kedalaman pengendapan. Umumnya yang dipakai adalah benthos yang hidup didasar.

Contohnya : Elphidium spp sebagai penciri lingkungan transisi

3. Fosil Horizon/fosil lapisan/fosil diagnostic

Yaitu fosil yang mencirikan suatu kekhasan yang terdapat pada lapisan yang bersangkutan.

Contoh : Globorotalia tumida sebagai penciri N18 atau Miocene akhir

4. Fosil lingkungan

Yaitu fosil yang dapat ditunjukan sebagi penunjuk lingkungan sedimentasi.

Contoh : Radiolaria sebagai penciri laut dalam.5. Fosil iklim

Yaitu fosil yang dapat deperfunakan sebagai penunjuk iklim pada saat itu.

Contoh : Globigerina pachyderma sebagai penciri dari ikoim yang dingin.1.3. Persiapan Penelitian Mikrofosil

1.3.1. Sampling Pengambilan sampelPengambilan sampel batuan di lapangan hendaknya dengan memperhatikan tujuan yang akan dicapai. Untuk mendapatkan sampel yang baik diperhatikan interval jarak tertentu terutama untuk menyusun biostratigrafi.Kriteria-kriteria pengambilan sampel:

a. Memilih sampel batuan insitu dan bukan berasal dari talus, karena dikhawatirkan fosilnya sudah rusak atau tidak insitu.b. Batuan yang berukuran butir halus lebih memungkinkan mengandung fosil, karena batuan yang berbutir kasal tidak dapat mengawetkan fosil. Batuan yang dapat mengawetkan fosil antara lain lempung (clay), serpih (shale), napal (marl), tufa napalan (marly tuff), batu gamping bioklastik, batu gamping dengan campuran batu pasir sangat halus.c. Batuan yang lunak akan memudahkan dalam proses pemisahan fosil.d. Jika endapan turbidit diambil pada endapan berbutir halus, yang diperkirakan merupakan endapan suspense yang juga mencerminkan kondisi normal.

Penguraian/pencucian

Langkah-langkah proses pencucian batuan adalah sebagi berikut :

a. Batuan sedimen ditumbuk dengan palu karet atau palu kayu hingga berukuran dengan diameter 3-6 mm.

b. Larutkan dalam larutan H2O2 (hydrogen peroksida) 50% diaduk dan dipanaskan.

c. Diamkan sampai butiran batuan tersebut terlepas semua (24 jam) jika fosil masih nampak kotor dapat dilakukan dengan perendaman menggunakan air sabun, lalu dibilas dengan air sampai bersih.

d. Keringkan dengan terik matahari dan fosil siap untuk diayak. Pemisahan fosil

Cara memisahkan fosil-fosil dari kotoran adalah dengan menggunakan jarum dari cawan tempat contoh batuan, untuk memudahkan dalam pengambilan fosilnya perlu disediakan air (jarum dicelupkan ke air terlebih dahulu sebelum pengambilan)1.3.2. Kualitas Sampel

Pengambilan suatu contoh batuan untuk analisis mikro paleontologi harus memenuhi kriteria berikut ini :

Bersih : Sebelum merngambil contoh batuan yang dimaksud, kita harus membersihkannya dari lapisan-lapisan pengotor yang menyelimutinya. Bersihkan dengan pisau kecil dari pelapukan ataupun akar tumbuh-tumbuhan, juga dari polen dan serbuk sari tumbuh-tumbuhan yang hidup sekarang,. Khusus untuk sampel pada analisa palynologi, sampel tersebut harus terlindung dari udara terbuka karena dalam udara banyak mengadung polen dan serbuk sari yang dapat menempel pada batuan tersebut. Suatu cara yang cukup baik, bisa dilkukan dengan memasukkan sampel yang sudah dibersihkan tersebut kedalam lubang metal atau fiberglas yang bersih dan bebas karat. Atau dapat juga kita mengambil contoh batuan yang agak besar, baru kemudian sesaat akan dilakukan preparasi kita bersihkan dan diambil bagian dalam/inti dari contoh batuan tersebut.

Reprensentatif dan komplit : Harus dipisahkan dengan jelas antara contoh batuan yang mewakili suatu sisipan ataupun suatu lapisan batuan. Untuk studi yang lengkap, ambil sekitar 200 500 gram batuan sedimen yang sudah dibersihkan. Untuk batuan yang diduga sedikit mengandung mikrofosil, berat contohnya lebih baik dilebihkan. Sebaliknya pada analisa nanno plankton hanya dibutuhkan beberapa gram saja untuk setiap sampelnya.

Pasti : Apabila sampel tersebut terkemas dengan baik dalam suatu kemasan kedap air (plastik) yang diatasnya tertulis dengan tinta tahan air, segala keterangan penting tentang sampel tersebut seperti nomor sampel, lokasi (kedalaman), jenis batuan, waktu pengambilan dan sebagainya maka hasil analisa sampel tersebut akan pasti manfaatnya.

1.3.3. Jenis-jenis Sampel

Secara garis besar, jenis sampel apat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :Sampel permukaan (surface sample) Adalah sample yang diambil pada permukaan tanah. Lokasi dan posisi stratigrafinya dapat diplot dalam peta.Sampel bawah permukaan (sub surface sample), Sampel bawah permukaan adalah sampel yang diambil dari suatu pengeboran. Dari cara pengambilannya, sampel bawah permukaan ini dapat dipisahkan menjadi 4 bagian, yaitu :1. inti bor (core); seluruh bagian lapisan pada kedalaman tertentu diambil secara utuh.

2. sampel hancuran (ditch-cutting); lapisan pada kedalaman tertentu dihancurkan dan dipompa ke luar dan kemudian ditampung.

3. sampel sisi bor (side-wall core); diambil dari sisi-sisi dinding bor dari lapisan pada kedalaman tertentu.

4. Setiap pada kedalaman tertentu pengambilan sampel harus dicatat dengan cermat dan kemungkinan adanya fosil-fosil runtuhan (caving).

1.3.4. Preparasi Fosil

Preparasi adalah suatu proses untuk mengubah contoh batuan yang telah dipilih pada saat sampling menjadi bahan yang siap untuk dianalisis dengan menggunakan. Proses ini pada umumnya bertujuan untuk memisahkan mikrofosil yang terdapat dalam batuan dari material-material lempung (matrik) yang menyelimutinya. Untuk setiap jenis mikrofosil, mempunyai teknik preparasi tersendiri. Polusi, terkontaminasi dan kesalahan dalam prosedur maupun kekeliruan pada pemberian label, harus tetap menjadi perhatian agar mendapatkan hasil optimum.Beberapa contoh teknik preparasi untuk foraminifera & ostracoda, nanno plankton dan pollen dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

Foraminifera kecil & Ostracoda Untuk mengambil foraminifra kecil dan Ostracoda, maka perlu dilakukan preparasi dengan metoda residu. Metoda ini biasanya dipergunakan pada batuan sedimen klastik halus-sedang, seperti lempung, serpih, lanau, batupasir gampingan dan sebagainya.Caranya adalah sebagai berikut, yaitu :1. Ambil 100 300 gram sedimen kering.

2. Apabila sedimen tersebut keras agak keras, maka harus dipecah secara perlahan dengan menumbuknya mempergunakan lalu besi/porselen.

3. Setelah agak halus, maka sedimen tersebut dimasukkan ke dalam mangkok dan dilarutkan dengan NaOH dan H2O2 (10 15%) secukupnya untulk memisahkan mikrofosil dalam batuan tersebut dari matriks (lempung) yang melingkupinya.4. Biarkan selama 5 menit.

5. Setelah bereaksi, kemudian seluruh residu tersebut dicuci dengan air yang hingga semen terlepas.6. Residu yang tertinggal diambil dan kemudian dikeringkan selama 1 minggu dan dikeringkan.

7. Setelah kering, residu tersebut dikemas dalam plastik residu dan diberi label sesuai dengan nomor sampel yang dipreparasi.8. Sampel siap dideterminasi. Foraminifera besar

Biasanya foraminifera besar terdapat pada batugamping atau batugamping pasiran yang mempunyai kekerasan tinggi. Dengan demikian untuk menganalisanya dilakukan dengan mempergunakan sayatan tipis. Prosedurnya adalah sebagai berikut:1. Contoh batuan yang akan dianalisis disayat terlebih dahulu dengan mesin penyayat atau gurinda. Arah sayatan diusahakan memotong struktur tubuh foraminifera besar yang ada didalamnya.

2. Setelah mendapatkan arah sayatan yang dimaksud, contoh tersebut ditipiskan pada kedua sisinya.

3. Poleskan salah satu sisi contoh tersebut dengan mempergunakan bahan abrasif (karbondum) dan air.

4. Setelah itu, tempel sisi tersebut pada objektif gelas (ukuran internasional 43 x 30 mm) dengan mempergunakan Kanada Balsam.

5. Tipiskan kembali sisi lainnya hingga contoh tersebut menjadi transparan dan biasanya ketebalan sekitar 30-50 m.

6. Setelah ketebalan yang dimaksud tercapai, teteskan Kanada Balsam secukupnya dan kemudian ditutup dengan cover glass. Beri label.

7. Sampel siap dideterminasi.Catatan : sayatan yang terlalu tebal akan memberikan gambaran yang kurang detil atau bureng).

Nanno planktonNanno plankton adalah sampel diambil kemudian direndam setelah lumpurnya mengendap, larutan diambil satu tetes saja yang kemudian disimpan di dalam kaca.

1.3.5. Penyajian Mikrofosil

Penyajian Mikrofosil (alat yang digunakan) dalam penyajian mikrofosil ada beberapa tahap yang harus dilakukan, yaitu:1. ObservasiObservasi adalah pengamatan morfologi rincian mikrofosil dengan mempergunakan miroskop. Setelah sampel batuan selesai direparasi, hasilnya yang berupa residu ataupun berbentuk sayatan pada gelas objek diamati di bawah mikroskop. Mikroskop yang dipergunakan terrgantung pada jenis preparasi dan analisis yang dilakukan. Secara umum terdapat tiga jenis mikroskop yang dipergunakan, yaitu mikroskop binokuler, mikroskop polarisasi dan microskop scanning-elektron (SEM).2. Determinasi

Determinasi merupakan tahap akhir dari pekerjaan mikropaleontologis di laboratorium, tetapi juga merupakan tahap awal dari pekerjaan penting selanjutnya, yaitu sintesis. Tujuan determinasi adalah menentukan nama genus dan spesies mikrofosil yang diamati, dengan mengobservasi semua sifat fisik dan kenampakan optik mikrofosil tersebut.

1.3.6. Deskripsian

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada mikrofosil, baik sifat fisik maupun kenampakan optiknya dapat direkam dalam suatu deskripsi terinci yang bila perlu dilengkapi dengan gambar ilustrasi ataupun fotografi. Deskripsi sangat penting karena merupakan dasar untuk mengambil keputusan tentang penamaan mikrofosil yang bersangkutan.1.3.7. Ilustrasi

Sementara itu, gambar dan ilustrasi yang baik harus dapat menjelaskan berbagai sifat khas tertentu dari mikrofosil itu. Juga, setiap gambar ilustrasi harus selalu dilengkapi dengan skala ataupun ukuran perbesarannya.1.3.8. Penamaan

Seorang sarjana Swedia Carl Von Line (1707-1778) yang kemudian melatinkan namanya menjadi Carl Von Linnaeus membuat suatu hukum yang dikenal dengan LAW OF PRIORITY, 1958 yang pada pokoknya menyebutkan bahwa nama yang telah dipergunakan pada suatu individu tidak dipergunakan untuk individu yang lain.

Nama kehidupan pada tingkat genus terdiri dari satu kata sedangkan tingkat spesies terdiri dari dua kata, tingkat subspesies terdiri dari tiga kata. Nama-nama kehidupan selalu diikuti oleh nama orang yang menemukannya. Contoh penamaan fosil sebagai berikut: Globorotalia menardi exilis ( Blow ), 1998Arti dari penamaan adalah fosil hingga subspesies diketemukan oleh BLOW pada tahun 1969. Globorotalia ruber elogatus (D Orbigny), 1826

Arti dari n. sp adalah spesies baru. Pleurotoma carinata GRAY, Var Woodwardi MARTINArti dari penamaan adalah GRAY memberikan nama spesies sedangkan MARTIN memberikan nama varietas. Globorotalia acostaensis pseudopima n sbsp BLOW, 1969Arti dari n.sbsp adalah subspesies. Dentalium (s.str) ruteni MARTINArti dari penamaan adalah fosil tersebut sinonim dengan dentalium rutteni yang diketemukan MARTIN. Globorotalia of tumda Arti dari penamaan ini adalah penemu tidak yakin apakah bentuk tersebut betul Globorotalia tumida tetapi dapat dibandingkan dengan spesies ini. Spaeroidinella aff dehiscensArti dari penamaan tersebut adalah fosil ini berdekatan (berfamily) dengan sphaeroidinella dehiscens. (aff = affiliation).

Ammobaculites sppArtinya mempunyai bermacam-macam spesies Recurvoides spArtinya spesies (nama spesies belum dijelaskan)1.4. Maksud & Tujuan

1.4.1. Maksud

Maksud dari praktikum paleontologi mikro ini untuk melatih mahasiswa agar lebih mendalami materi yang telah disampaikan dalam perkuliahan. Selain itu dari dilaksanakannya praktikum ini mahasiswa akan terlatih dalam menganalisa fosil dan juga untuk melatih mahasiswa dalam bekerjasama dengan anggota kelompoknya. Secara umum maksud pembuatan laporan ini adalah untuk menjelaskan apa itu Paleontologi, disertai dengan deskripsi fosil menurut struktur dan tekstur batuan tersebut berdasarkan jenis fosil.Selain itu untuk memberikan pengetahuan bagi kita khususnya sebagai mahasiswa teknik geologi tentang berbagai jenis fosil di muka bumi ini, berdasarkan ilmu paleontologi tersebut, serta struktur dan tekstur yang dimiliki oleh fosil tersebut, sehingga kita dengan mudah dapat mengenali jenis fosil di lapangan nantinya.1.4.2. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum paleontologi mikro ini adalah sebagai berikut ;

Mendeterminasi suatu fosil berdasarkan sifat fisik dan komponen penyusunnya. Menentukan jenis serta nama fosil berdasarkan sifat fisik dan komponen penyusunnya

1.5. Pengertian Mikropaleontologi Paleontologi berasal dari kata paleo yang artinya masa lampau, onto yang artinya kehidupan dan logos yang artinya adalah ilmu. Jadi secara umum paleontologi berarti ilmu yang mempelajari tentang masa lampau. Paleontologi adalah mempelajari fosil makhluk untuk mempelajari jejak kehidupan dan segala sesuatu tentang zaman purba.Paleontologi dapat diartikan ilmu mengenai fosil sebab jejak kehidupan zaman purba terekam dalam fosil. Sebagai satu cabang ilmu yang memiliki ruang lingkup kajian yang sangat luas, paleontologi tidak dapat berdiri sendiri dan memiliki kaitan yang sangat erat dengan cabang keilmuan yang lain antara lain adalah :

1. Zoologi dengan berbagai cabang keilmuannya seperti mammalogi dan primatologi membantu dalam menganalisis fosil hewan yang ditemukan,sangat berkaitan dengan paleozoologi.

2. Morfologi dibutuhkan sejak proses preparasi / perbaikan fosil yang ditemukan dan rekonstruksi fosil sampai ke tingkat individu.

3. Fisiologi dan Biokimia, ilmu ini penting untuk analisa nutrisi yang dimanfaatkan oleh manusia dan makhluk hidup zaman purba (paleonutrisi), proses dan siklus reproduksi,jarak imunologis serta identifikasi biokimiawi.

4. Arkeologimerupakan ilmu yang mempelajari kebudayaan ( manusia ) pada masa lampau melalui kajian sistematis atas data bendawi yang ditemukan. Peninggalan arkeologis ini sering disebut artefak yaitu alat yang dipakai manusia untuk mengeksploitasi lingkungan. Ilmu ini sangat berkaitan dengan paleontologi karena bermanfaat untuk mempelajari kebudayaan dan mengenali alat yang dipakai oleh manusia purba.

5. Geologi, ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang lapisan pembentuk bumi, proses pembentukannya yang menjadi acuan penentuan umur relatif suatu fosil atau artefak peninggalan manusia purba. Penentuan umur relatif berdasar skala waktu geologis dengan urutan sejarah yang konsisten dan terdiri dari empat zaman yaitu Prakambrium, Paleozoikum, Mesozoikum dan Senozoikum.

6. Radiologi, ilmu ini berguna dalam metode penentuan umur radiometrik yang dipakai untuk menentukan umur batuan dan fosil dalam skala waktu absolut / sebenarnya. Metode ini berdasarkan kandungan isotop suatu unsur dalam fosil yang terkumpul saat organisme masih hidup.

Fosil adalah sisa kehidupan purba yang terawetkan secara alamiah dan terekam pada bahan-bahan dari kerak bumi.sisa kehidupan tersebut dapat berupa cangkang binatang,jejak atau cetakan yang mengalami pembentukan atau penggantian oleh mineral. Catatan fosil ( fossil record ) adalah susunan teratur di mana fosil mengendap dalam lapisan / strata,pada batuan sedimen yang menandai berlalunya waktu geologis.Semakin atas letak strata tempat fosil ditemukan,semakin muda usia fosil tersebut. Fosil dapat digunakan sebagai fosil indeks sebagai penunjuk suatu zaman, masa ataupum kala. Fosil Pelecypodadapat juga dijadikan penentuan lingkungan pengendapannya.Selain itu dengan mempelajari fosil, kita juga dapat mengetahui kesamaan lapisan struktur batuan di suatu daerah, menentukan umur relatif dari lapisan tersebut dan masih banyak lagi manfaatnya.1.6. Cara Hidup Mikrofosil

Cara hidup mikrofosil dapat dibedakan dalam dua golongan besar, yaitu sebagai berikut :1. Pellagic.

Pellagic yaitu cara hidup organisme dengan mengambangkan diri atau mengapung. Cara pellagic ini meliputi: a. Nektonik, yaitu organisme yang hidupnya mengambang sehingga dapat

bergerak bebas atau bergerak secara aktif.

b. Planktonik, yaitu organisme yang hidupnya mengambangkan diri dan bergerak bergantung pada arah arus atau bergerak secara pasif.2. Benthonik.

Benthonik merupakan cara hidup organisme yang berada pada dasar laut.Berdasarkan cara hidupnya maka benthonik dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :a. Sessile yaitu organisme yang hidupnya di dasar laut dengan cara menambatkan diri terhadap benda-benda disekitarnya.

b. Vagille yaitu organisme yang hidupnya di dasar laut dengan cara merayap.

1.7. Kegunaan Mikrofosil Dalam Ilmu Geologi Serta Dunia IndustriMikrofosil sering dipakai untuk memecahkan masalah geologi terutama bagi perusahan perusahan minyak walaupun akhir akhir ini peranannya sedikit tergeser oleh teknologi yang lebih maju yaitu dengan ditemukannya fosil nannoplankton yang ukurannya fantastik kecil ( 3 40 mikron ). Karena itu dalam pengamatan diperlukan mikroskop dengan perbesaran minimum 5000 kali bahkan sampai 20000 kali.Kegunaan Mikrofosil Dalam Ilmu Geologi Serta Dunia Industri antara lain adalah Untuk penentuan umur batuan yang mengandung fosil foraminifera tersebut, Membantu dalam studi lingkungan pengendapan atau fasies, Korelasi stratigrafi dari suatu daerah dengan daerah lain, baik korelasi permukaan atau korelasi bawah permukaan, Membantu menentukan batas batas suatu transgresi dan regresi, misalnya dengan menggunakan foraminifera benthos Rotalia beccarii ( fosil penciri daerah transgresi ), Gyroidina soldanii ( fosil penciri bathial atas) dan lain lain, dan Bahan penyusun Biostratigrafi.

Selain dapat menentukan daerah prospek minyak, mikrofosil juga digunakan dalam menentukan kondisi geologi suatu daerah serta dapat menentukan umur batuan. Dan dengan ilmu ini kita juga dapat menentukan sejarah geologi, menentukan umur dari pada batuan dan lingkungan pengendapannya. Mirofosil juga dapat dipakai sebagai penentu lingkungan pengendapan karena golongan ini hidupnya sangat peka terhadap lingkungan, sehingga hanya hidup pada lingkungan dan kedalaman tertentu. Selain itu karena benthonik hidup di dasar laut baik menambat ataupun merayap. Berdasarkan hal tersebut diatas maka beberapa ahli mengelompokkan suatu komuniti yang hidup sesuai dengan lingkungan hidupnya jika dihubungkan dengan faktor kedalaman yang dikenal dengan nama zona bathymetri. Penelitian tentang fosil foraminifera mempunyai beberapa penerapan yang terus berkembang sejalan dengan perkembangan mikropaleontologi dan geologi. Fosil foraminifera bermanfaat dalam biostratigrafi, paleoekologi, paleobiogeografi, dan eksplorasi minyak dan gas bumi.a. Biostratigrafi

Foraminifera memberikan data umur relatif batuan sedimen laut. Ada beberapa alasan bahwa fosil foraminifera adalah mikrofosil yang sangat berharga khususnya untuk menentukan umur relatif lapisan-lapisan batuan sedimen laut. Data penelitian menunjukkan foraminifera ada di bumi sejak jaman Kambrium, lebih dari 500 juta tahun yang lalu. Foraminifera mengalami perkembangan secara terus-menerus, dengan demikian spesies yang berbeda diketemukan pada waktu (umur) yang berbeda-beda. Foraminifera mempunyai populasi yang melimpah dan penyebaran horizontal yang luas, sehingga diketemukan di semua lingkungan laut. Alasan terakhir, karena ukuran fosil foraminifera yang kecil dan pengumpulan atau cara mendapatkannya relatif mudah meskipun dari sumur minyak yang dalam.b. Paleoekologi dan Paleobiogeografi

Foraminifera memberikan data tentang lingkungan masa lampau (skala Geologi). Karena spesies foraminifera yang berbeda diketemukan di lingkungan yang berbeda pula, seorang ahli paleontologi dapat menggunakan fosil foraminifera untuk menentukan lingkungan masa lampau tempat foraminifera tersebut hidup. Data foraminifera telah dimanfaatkan untuk memetakan posisi daerah tropik di masa lampau, menentukan letak garis pantai masa lampau, dan perubahan perubahan suhu global yang terjadi selama jaman es. Sebuah percontohan kumpulan fosil foraminifera mengandung banyak spesies yang masih hidup sampai sekarang, maka pola penyebaran modern dari spesies-spesies tersebut dapat digunakan untuk menduga lingkungan masa lampau - di tempat kumpulan fosil foraminifera diperoleh - ketika fosil foraminifera tersebut masih hidup. Jika sebuah perconto mengandung kumpulan fosil foraminifera yang semuanya atau sebagian besar sudah punah, masih ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk menduga lingkungan masa lampau. Petunjuk tersebut adalah keragaman spesies, jumlah relatif dari spesies plangtonik dan bentonik (prosentase foraminifera plangtonik dari total kumpulan foraminifera plangtonik dan bentonik), rasio dari tipe-tipe cangkang (rasio Rotaliidae, Miliolidae, dan Textulariidae), dan aspek kimia material penyusun cangkang. Aspek kimia cangkang fosil foraminifera sangat bermanfaat karena mencerminkan sifat kimia perairan tempat foraminifera ketika tumbuh. Sebagai contoh, perban-dingan isotop oksigen stabil tergantung dari suhu air. Sebab air bersuhu lebih tinggi cenderung untuk menguapkan lebih banyak isotop yang lebih ringan. Pengukuran isotop oksigen stabil pada cangkang foraminifera plangtonik dan bentonik yang berasal dari ratusan batuan teras inti dasar laut di seluruh dunia telah dimanfaatkan untuk meme-takan permukaan dan suhu dasar perairan masa lampau. Data tersebut sebagai dasar pemahaman bagaimana iklim dan arus laut telah berubah di masa lampau dan untuk memperkirakan perubahan-perubahan di masa yang akan datang (keakurasiannya belum teruji).c. Eksplorasi Minyak

Foraminifera dimanfaatkan untuk menemukan minyak bumi. Banyak spesies foraminifera dalam skala biostratigrafi mempunyai kisaran hidup yang pendek. Dan banyak pula spesies foraminifera yang diketemukan hanya pada lingkungan yang spesifik atau ter-tentu. Oleh karena itu, seorang ahli paleontologi dapat meneliti sekeping kecil perconto batuan yang diperoleh selama pengeboron sumur minyak dan selanjutnya menentukan umur geologi dan lingkungan saat batuan tersebut terben-uk. Sejak 1920-an industri perminyakan memanfaatkan jasa penelitian mikropaleontologi dari seorang ahli mikrofosil. Kontrol stratigrafi dengan menggunakan fosil foraminifera memberikan sumbangan yang berharga dalam mengarahkan suatu pengeboran ke arah samping pada horison yang mengandung minyak bumi guna meningkatkan produktifikas minyak.I-18