BAB I

27

Click here to load reader

description

jjk

Transcript of BAB I

BAB IPENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANGDewasa ini keperawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar. Anak sebagai klien tidak lagi dipandang hanya sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai makhluk unik yang memiliki kebutuhan spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Masa todler berada dalam rentang dari masa kanak-kanak mulai berjalan sendiri sampai mereka berjalan dan berlari dengan mudah, yaitu mendekati usia 12 sampai 36 bulan. Todler tersebut ditandai dengan peningkatan kemandirian yang di perkuat dengan kemampuan mobilitas fisik dan kognitif lebih besar. Todler terus meningkatkan kewaspadaan terhadap kemampuan mereka untuk mengontrol dan senang dengan keberhasilan usaha keterampilan baru ini. Keberhasilan ini membuat mereka mengulangi usaha untuk mengontrol lingkungan mereka. Ketidakberhasilan usaha pada pengontrolan dapat menimbulkan perilaku negatif dan temper tantrum. Perilaku ini paling umum terjadi pada saat orang tua menghalangi tindakan mandiri pertama kalinya. Orang tua melihat hal tersebut seagai perilaku yang paling bermasalah selama tahun toddler dan waktu untuk mengekpresikan rasa prustasi dengan mencoba untuk membuat batasan hukum yang konsisten dan sambil secara simultan mendorong kemandirian.(potter,perry,2005 hal 660)

1. TUJUAN PENULISAN1. Tujuan UmumSetelah membahas tentang Konsep Asuhan Keperawatan pada Todler mahasiswa mampu memahami konsep dasar system Konsep Asuhan Keperawatan pada Todler.1. Tujuan KhususSetelah membahas tentang system Konsep Asuhan Keperawatan pada Todler mahasiswa mampu :1. Memahami dan menjelaskan Konsep Tumbuh Kembang Todler.1. Memahami dan menjelaskan Masalah Kesehatan Todler.1. Memahami dan menjelaskan Bimbingan Dan Antisipasi Todler.1. Memahami dan menjelaskan Asuhan Keperawatan Todler1. METODE PENULISANDalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode deskriptif, yang diperoleh dari literature dari berbagai media baik buku maupun internet yang disajikan dalam bentuk makalah.1. SISTEMATIKA PENULISANSistematika dalam penulisan makalah ini adalah :BAB I:Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan, Metode, dan SistematikaPenulisan.BAB II: Terdiri dari konsep tumbuh kembang todler, masalah kesehatan todler, bimbingan dan antisipasi todler dan asuhan keperawatan todlerBAB III: Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.

BAB IITINJAUAN TEORI

1. KONSEP TUMBUH KEMBANG TODLERMasa todler berada dalam rentang dari masa kanak-kanak mulai berjalan sendiri sampai mereka berjalan dan berlari dengan mudah, yaitu mendekati usia 12 sampai 36 bulan. (Potter & Perry, 2005. Hal 660) Terdapat berbagai pandangan tentang teori pertumbuhan dan perkembangan anak. Berikut ini akan diuraikan teori perkembangan fisik, psikoseksual, psikososial, kognitif, dan perkembangan motorik. (Supartini , 2004. Hal 59)1. Perkembangan fisik (Muscari, 2005. Hal 43)Parameter Umuma. Peningkatan ukuran tubuh terjadi secara bertahap bukan secara linier yang menunjukan karakteristik percepatan atau perlambatan pertumbuhan pada masa toddler.1) Tinggi badana) Rata-rata todler bertambah tinggi sekitar 7,5 cm per tahun.b) Rata-rata tinggi todler usia 2 tahun sekitar 86,6 cm. Tinggi badan pada usia 2 tahun adalah setengah dari tinggi dewasa yang diharapkan.2) Berat badana) Rata-rata pertambahan berat badan todler adalah 1,8-2,7 kg per tahun.b) Rata-rata berat badan todler usia 2 tahun adalah 12,3 kg.c) Pada usia 2,5 tahun berat badan todler mencapai empat kali berat lahir.3) Lingkar kepala (LK)a) Pada usia 1 sampai 2 tahun, ukuran LK sama dengan lingkar dada.b) Total laju peningkatan LK pada tahun kedua adalah 2,5 cm, kemudian berkurang menjadi 1,25 cm per tahun sampai usia 5 tahun.b. Karakteristik todler dengan penonjolan abdomen adalah akibat otot-otot abdomen yang kurang berkembang.c. Kaki yang melengkung biasanya menetap selama masa todler karena otot kaki harus menahan berat tubuh yang relative lebih besar.Nutrisi1. Kebutuhan nutrisi1. Kecepatan pertumbuhan berkurang secara dramatis sehingga kebutuhan todler terhadap kalori, protein, dan cairan menurun.1. Kebutuhan kalori adalah 102 kkal/kg/hari1. Kebutuhan protein adalah 1,2 g/kg/hari1. Susu harus dibatasi tidak lebih dari sekitar 1 liter setiap hari untuk membantu menjamin asupan makanan yang kaya zat besi. Pemeriksaan hematokrit harus dilakukan untuk skrining anemia.1. Todler dengan diet vegetarian tidak menerima protein nabati yang cukup. Mereka harus dirujuk ke ahli gizi.1. Pilihan dan pola makan1. Pada usia 12 bulan, kebanyakan todler makan makanan keluarga.1. Pada usia 18 bulan, sebagian besar todler mengalami anoreksia fisiologis dan menjadi pemilih dalam hal makanan,menginginkan suatu makanan (menginginkan makanan tertentu, seperti roti lapis mentega kacang dan jeli untuk periode beberapa hari), dan makan dalam jumlah besar pada suatu hari dan sangat sedikit dihari berikutnya.1. Todler memilih makan sendiri dan lebih menyukai makan dalam porsi kecil makanan yang enak (mengundang selera).1. Todler lebih menyukai satu jenis makanan dalam piring dari pada makanan yang dicampur. Berbagai jenis makanan harus ditawarkan, tetapi makanan yang sama harus sering diberikan sehingga todler dapat mengenal jenis makanan tersebut.1. Orang tua harus menganjurkan penggunaan peralatan makan, tetapi menyadari bahwa todler lebih menyukai menggunakan tangan.1. Pendidikan anak dan keluarga1. Pemberian kudapan bergizi yang sering dapat menggantikan makanan utama ; namun, ingatkan orangtua untuk tidak menawarkan kudapan satu jam sebelum waktu makan untuk menghindari menurunnya nafsu makan todler.1. Todler beresiko mengalami aspirasi sejumlah makanan yang kecil seperti kacang. Todler dapat juga tersedak wortel mentah, seledri, dan hotdog.1. Ingatkan orangtua untuk menggunakan makanan sebagai suatu penghargaan atau hukuman.

Pola tidur1. Total kebutuhan tidur menurun selama tahun kedua sampai rata-rata 12 jam per hari.1. Kebanyakan todler tidur siang satu kali sehari sampai akhir tahun kedua dan ketiga.1. Masalah tidur umum terjadi dan dapat disebabkan rasa takut berpisah.1. Ritual waktu tidur dan objek transisi yang melambangkan rasa aman, seperti selimut atau seperangkat mainan, akan sangat membantu.

Kesehatan gigi1. Jumlah gigi primer (20 gigi desidua) lengkap ketika mencapai usia 2,5 tahun.1. Kunjungan ke dokter gigi pertama kali harus dilakukan sebelum usia todler 2,5 tahun.1. Orang tua harus membersihkan gigi todler dengan sikat gigi lembut dan air, dan kemudian selah-selah gigi dengan benang halus. Pasta gigi mungkin tidak digunakan karena todler tidak akan menyukai busanya. Pasta gigi berfluorida berbahaya jika tertelan.1. Todler memerlukan suplemen fluoride jika sumber air ditempat tinggalnya tidak mengandung fluorida.1. Diet harus rendah makanan yang bersifat kariogenik mis, gula pasir, yang dapat meningkatkan karies gigi.Eliminasi1. Karakteristik fases berubah sesuai dengan makanan yang ditambahkan dalam diet. Makanan yang berwarna (seperti, gelatin, gula bit, minuman berwarna, dan buah arbei) dapat mewarnai fases.1. Pengeluaran urine rata-rata selama masa anak adalah 500-1000 ml/hari.

1. Perkembangan Psikoseksual (Sigmunt Freud)Selama fase kedua yaitu fase anal, menginjak tahun pertama sampai tahun ketiga, kehidupan anak berpusat pada kesenangan anak, yaitu selama perkembangan otot sfingter. Anak senang menahan fases, bahkan bermain-main dengan fases nya sesuai dengan keinginannya. Dengan demikian, toilet training adalah waktu yang tepat dilakukan pada periode ini. (Supartini, 2004. Hal 59)

Menurut Muscari, 2005. Hal 49a. Perkembangan tahap anal dimulai dari usia 8 bulan sampai 4 tahun.b. Zona erogenus terdiri dari anus dan bokong, dan aktivitas seksual berpusat pada pembuangan dan penahanan sampah tubuh.1) Focus todler bergantian dari area oral ke area anal, dengan penekanan pada pengendalian defekasi saat ia mencapai pengendalian neuromuscular terhadap sfingter anal.2) Todler mengalami kepuasan dan frustasi saat ia menahan dan mengeluarkan, memasukan, dan melepaskan.3) Konflik antara menahan dan melepaskan secara bertahap diselesaikan seiring dengan kemajuan latihan defekasi ; penyelesaian terjadi saat kemampuan mengendalikan benar-benar terbentuk.

Manifestasi klinis1. Seksualitas mulai berkembang1. Masturbasi dapat terjadi akibat dari eksplorasi tubuh.1. Mempelajari kata-kata dapat dikaitkan dengan anatomi dan eliminasi.1. Perbedaan jenis kelamin menjadi jelas.1. Toilet training adalah tugas utama todler1. Todler sebelum usia 18-24 biasanya belum siap (penyuluhan anak dan keluarga)1. Latihan defekasi dilakukan sebelum melatih buang air kecil ; latihan buang air kecil yang tuntas pada malam hari biasanya tidak terjadi sampai usia 4 atau 5 tahun.1. Tempat pembuangan (misalnya pispot dan WC) harus menawarkan keamanan ; kaki anak harus mencapai lantai (untuk defekasi).

Toilet TrainingAdalah latihan untuk berkemih dan defekasi. Pada tahapan usia 1 sampai 3 tahun atau usia todler, kemampuan sfingter uretra untuk mengontrol rasa ingin berkemih dan sfingter ani untuk mengontrol defekasi mulai berkembang. Biasanya sejalan dengan anak mampu berjalan, kedua sfingter tersebut semakin mampu mengontrol rasa ingin berkemih dan defekasi. Walaupun demikian dari satu anak ke orang lain berbeda kemampuan dalam pencapaian tersebut, bergantung pada beberapa faktor baik fisik maupun psikologis, yang biasanya sampai usia 2 tahun. (Supartini, 2004, hal 161)

1. Perkembangan Psikososial (Erick Erikson)Pada usia todler perkembangan psikososial berfokus pada Otonomi VS Rasa Malu & Ragu. Perkembangan otonomi berpusat pada kemampuan anak untuk mengontrol tubuh dan lingkungannya. Anak ingin melakukan hal-hal yang ingin dilakukannya sendiri dengan menggunakan kemampuan yang sudah mereka miliki, seperti berjalan, berjinjit, memanjat, dan memilih mainan atau barang yang di inginkannya. Pada fase ini, anak akan meniru prilaku orang lain disekitarnya dan hal ini merupakan proses belajar. Sebaliknya, perasaan malu dan ragu akan timbul apabila anak merasa dirinya kerdil atau saat mereka dipaksa oleh orang tua nya atau orang dewasa lainnya untuk memilih atau berbuat sesuatu yang dikehendaki mereka. (Supartini Yupi, 2004. Hal 61)Menurut erikson (1963), perasaan autonomi muncul selama masa todder. Anak-anak mencoba kemandirian dengan memnggunakan ootot-oto mereka yang berkembang untukl melakukan apa saja untuk mereka senditri dan menjadi ahli dari fungsi tubuh tubuh mereka. Kemauan kekuatan mereka sering diperlihatkan dalam perilaku yang negatif pada saat pengasuh berusaha untuk mengrahkan tindakan mereka. Temper tantrum mungkin terjadi pada saaat toddler frustasi dengan batasan orang tua. Orang tua perlu memberi toddler kemandirian bertahap, membiarkan mereka melakukan hal-hal yang tidak membahayakan diri mereka sendiri dan orang lain. Tindakan ini mencegah mereka dari perasaan ragu tentang kemampuan mereka untuk melakukan hal-hal yang mereka mampu pelajari atau merasakan perasaan malu untuk hal-hal yang telah mereka lakukan. Batasan ketegatsan, kesabaran, dan dukungan memungkinkan toddler mengembangkan perilaku yang diterima secara sosial dimana ini merupakan tujuan dari bimingan orang tua. (Potter & Perry, 2005. Hal 662 )Secara sosial, toddler tetap secara kuat terikat dengan orang tua mereka dan merasa takut untuk berpisah dari orang tua. Kehadiran mereka membuat toddler, merasa aman, da mersa ingin tahu mereka ditandai dengan eksplorasi mereka terhadap lingkungan. Kemampuan perkembangan daya grak yang terbaru dan keingintahuan yang tidak terpenuhi dari toddler menempatkan mereka pada bahaya untuk keselamatan mereka sendiri. Toddler membutuhkan pengawasan yang ketat setiap waktu dan khususnya pada saat dalam lingkungan yang tidak terdapat child-profed. Keracunan sering terjadi karena anak-anak menjelang usia 2 tahun tertarik meletakkan bendaatau sustansi lainnya dalam mulut mereka untuk mempelajari benda-benda tersebut. Untungnya, tindakan ini tidak selalu menimbulkan kematian, tapi mereka memiliki banyak kensekuesi negati seperti neumonia kimiawi. Orang tua yang bijksana memindahkan atau menyimpan semua kemungkinan yang beracun, termasuk tumbuh-tumbuhan, bahan pembersih, dan obat-obatan. Tindakan orang tua ini menciptakan lingkungna yang lebih aman perilaku ekplorasi. (Potter & Perry, 2005. Hal 662 )Kekurangan kewaspadan toddler pada bahaya air dan keterampilan berjalan yang baru saja berkembang bergaung untuk memuat anak tenggelam yang merupak penyebab utama dari kecelakaan yang menyebabkan kematian dalam kelompok usia ini. Batasan lingkungan merupakan hal yang dsangat penting untuk keselamatan toddler. Keselamatan dalah kendaraan bermobil membutuhkan toddler untuk tetap ditempat duduk mobil, walaupun mereka berkata (sering dengan keras) ahwa mereka lebih suka untuk bergerak dengan bebas dalam mobil. Anak anak sering belajar melepaskan pengikat dalam mobil, dan orang tua harus tegas dalam pemecahan masalah mereka untuk tidak mengemudi kecuali anak-anak terikat secara aman. Toddler secra penuh bergantung pada orang tua mereka akan keselamatan fisik. (Potter & Perry, 2005. Hal 662 )1. Perkembangan Kognitif (Piaget)Pencapaian todler terhadap perkembangan benda permanen, kemampuan mereka untuk mengingat kemampuan, dan kemampuan permulaan mereka untuk menempatkan pemikiran kedalam kata pada kira-kira usia 2 tahun melihatkan transisi mereka dari perkembangan kognitif tahap sensori motorik ketahap pemikiran pra-operasional ( poaget, 1992). Todler mengenali bahwa mereka adalah sesuatu yang terpisah dari ibu mereka, tetapi mereka tidak mampu mengkonsumsi pandangan dari orang lain. Mereka menunjukkan simbol untuk menunjukkan benda, tempat dan orang. Fungsi ini di demonstrasikan pada saat anak meniru perilaku orang lain, yang mereka lihat lebih awal, mengandaikan suatu benda ( menggunakan jari-jari dalam menggunakan senjata), dan menggunakan bahasa untuk meminta benda yang tidak ada (meminta botol) Anak menggunakan hampir sepuluh kata. (Potter & Perry, 2005. Hal 662 )

Anak usia 24 bulan memiliki kosakata sampai 300 kata dan secara umum mampu berbicara dalam kalimat pendek. Ekspresi verbal seperti saya yang melakukan itu dan itu milik saya memperlihatkan penggunaan kata ganti pada usia 2 tahun dan keinginan untuk mandiri dan mengontrol. Walaupun kosakata yang dimiliki oleh todler yang lebih tua sudah meluas, keanyakan orang tua memberi komentar bahwa kata kesukaan anak mereka adalah tidak sampai tahun ketiga. Karena perkembangan moral anak-anak secara dekat berhubungan dengan kemampuan kognitif mereka, perkembangan moral todler hanya permulaan dan juga merupakan egosentris. bagaimanapun juga mereka mengerti fakta bahwa beberapa perilaku membawa hasil yang menyenangkan(penguatan positif ) dan yang lain membawa hasil yang tidak menyenangkan ( penguatan negatif). (Potter & Perry, 2005. Hal 662 )

1. Perkembangan motorik (muscari, 2005. Hal 43)a. Motorik kasarKeterampilan motorik utama masa todler adalah lokomotor.1) Todler berjalan tanpa bantuan pada usia 15 bulan.2) Todler berjalan menaiki tangga dengan berpegangan pada satu tangan saat usia 18 bulan.3) Todler berjalan menaiki dan menuruni tangga dengan satu langkah pada usia 24 bulan.4) Todler melompat dengan kedua kaki pada usia 30 bulan.

b. Motorik halus1) Todler membangun menara dua blok dan mencoret-coret secara spontan pada usia 15 bulan.2) Todler membangun menara tiga sampai empat blok pada usia 18 bulan.3) Todler meniru coretan vertical pada usia 24 bulan.4) Todler membangun menara delapan blok dan meniru tanda silang pada usia 30 bulan.

1. Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi(Supartini, 2004. Hal 190)Anak akan menunjukan berbagai prilaku sebagai reaksi terhadap pengalaman hospitalisasi. Reaksi tersebut bersifat individual dan sangat bergantung pada tahapan usia perkemangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem pendukung yang tersedia, dan kemampuan koping yang dimiliki. Pada umumnya, reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri.Pada anak usia todler bereaksi terhadap hospitalisasi sesuai dengan sumber stresnya. Sumber stres yang utama adalah cemas akibat perpisahan. Respon prilaku anak sesuai dengan tahapannya, yaitu tahap protes, putus asa, dan pengingkaran (denial). Pada tahap protes, perilaku yang ditunjukan adalah menangis kuat, menjerit memanggil orang tua, atau menolak perhatian yang di berikan orang lain. Pada tahap putus asa, prilaku yang ditunjukan adalah, menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang menunjukan minat untuk bermain dan makan, sedih dan apatis. Pada tahap pengingkaran, perilaku yang ditunjukan adalah secara samar mulai menerima perpisahan, membina huungan secara dangkal dan anak mulai terlihat menyukai lingkungannya.Oleh karena itu adanya pembatasan terhadap pergerakannya, anak akan kehilangan kemampuannya mengontrol diri dan anak menjadi tergantung pada lingkungannya. Akhirnya, anak akan kemali mundur pada kemampuan sebelumnya atau regresi. Terhadap perlukaan yang dialami atau nyeri yang dirasakan karena mendapatkan tindakan invasif, seperti injeksi, infus, pengambilan darah, anak akan meringis, menggigit bibirnya, dan memukul. Walaupun demikian, anak dapat menunjukan lokasi rasa nyeri dan mengkomunikasikan rasa nyerinya.1. Masalah Kesehatan Toddler (Supartini, 2004. Hal 190)2. Tuberkulosis Sampai saat ini dibeberapa negara, tuberkulosis masih merupakan penyebab kematian. Penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang sebagian besar menyerang masyarakat dengan kelas sosial ekonomi rendah karena umumnya masyarakat ini mengalami gangguan nutrisi sehingga daya tahan tubuh rendah dan tinggal di pemukiman yang padat dan tidak sehat sehingga mudah terjadi penularan penyakit. Apabila seorang anak terkena tuberkulosis, organ tubuh yang akan terkena adalah paru-paru, kelenjar, tulang, sendi, dan selaput otak. Cara penularan adalah melalui droplet atau percikan air ludah, sedangkan reservoar adalah manusia. Imunisasi yang dapat mencegah penyakit ini adalah BCG. Ada kesulitan untuk menilai dampak imunisasi BCG terhadap angka kejadian tuborkulosis karena banyaknya faktor yang mempengaruhi, seperti pemukiman yang padat dan tidak sehat dan bayaknya sumber penularan di masyarakat yang tidak mendapat pengobatan yang tepat. Walaupun demikian, dampak vaksinasi BCG paling tidak apa bila terkena penyakit, akan lebih ringan sehingga menurunkan angka kematian atau kecacatan. (Supartini, 2004. Hal 177)2. TetanusPenyakit infeksi ini disebabkan oleh Mycobacterium tetani yang berbentuk spora masuk kedalam luka terbuka, berkembang biak secara anaerobik, dan membentuk toksin. Tetanus yang khas terjadi pada usia anak adalah tetanus neonatorum.tetanus neonatorum dapat menimbulkan kematian karana terjadi kejang, sianosis dan henti nafas. Reservoarnya adalah kotoran hewan atau tanah yang terkontaminasi kotoran hewan dan manusia. Gejala awal ditunjukan dengan mulut mencucu dan bayi tidak mau menyusu. Kekebalan pada penyakit ini hanya diperoleh dengan imunisasi atau vaksinasi lengkap karena riwayat penyakit tetanus tidak menyebabkan kekebalan pada anak. Imunisasi yang diberikan tidak hanya DPT pada anak, tetapi juga TT pada calon pengantin (TT caten), TT pada ibu hamil yang diberikan pada saat antenatal care (ANC), dan DT pada anak sekolah dasar kelas 1 dan 6. (Supartini, 2004. Hal 178-179)2. CampakPenyebab penyakit infeksi ini adalah virus morbili yang menular melalui droplet gejala awak ditunjukan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul pada bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar kewajah dan anggota badan. Selain itu timbul gekala seperti flu disertai mata berair dan kemerahan (konjungtivitas). Setelah 3 sampai 4 hari, kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1 sampai 2 minggu dan apa bila sembuh, kulit anak tampak seperti bersisik. Imunisasi diberikan pada anak usia 9 bulan dengan rasional kekebalan dari ibu terhadap penyakit campak berangsur akan hilang sampai usia 9 bulan. Komplikasi yang harus dicegah adalah, otitis media, konjungtivitis berat, enteritis, dan pneumonia, terlebih pada anak dengan status gizi buruk. (Supartini, 2004. Hal 179)

1. Bimbingan dan Antisipasi Toddler1. Kecenderungan Kecelakaan Pada Anak Toddler (Supartini, 2004. Hal 157)kecelakaan pada anak usia toddler sering kali mengakibatkan kondisi yang fatal pada anak, yaitu kematian. Kondisi yang dimaksud, diantaranya terbabrak motor/mobil, luka bakar, keracunan, jatuh, dan tenggelam. Kondisi tersebut sebenarnya tidak perlu terjadi apabila orang tua memahami tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak, khususnya usia toddler. Pemahaman tentang tingkat perkembangan anak tentunya perlu diikuti dengan pemahaman tentang pentingnya antisipasi terhadap bahaya yang dapat muncul karena aktivitas gerak yang khas dari anak usia toddler, yaitu tidak bisa diam dan bergerak terus. Kecenderungan terjadi kecelakaan pada anak usia toddler dilatarbelakangi oleh kondisi berikut: a. Anak usia toddler sedang mengembangkan keterampilan motorik kasarnya yang membuat mereka bergerak terus, berlari, berjinjit, naik-turun tangga, pagar, atau mainan, serta sepedanya.b. Anak usia odler mengalami penigkatan kemampuan motorik halus ketika mereka semakin terampil menggenggam sesuatu, membuka dan menutup botol, membuka dan menutup lemari yang tidak dikunci, jendela, dan pintu, serta menggengam dan melempar benda-benda kecil. Dengan demikian, mereka mencoba terus kemampuan motorik halusnya dengan benda-benda yang ada disekelilingnya, sementara mereka belum mengetahui bahaya yang mengancam akibat mengeksplorasi benda di sekelilingnya.c. Anak toddler mempunyai rasa ingin tahu yang besar dibanding dengan anak usia lainnya dan senang mencoba melakukan sesuatu yang belum dikenalnya, padahal ia belum dapat membaca sehingga belum tahu hal-hal yang membahayakannya. Ia tertarik untuk selalu mencoba.d. Anak laki-laki cenderung lebih berpotensi mengalami kecelakaan dari pada anak perempuan karena lebih aktif bergerak.e. Anak yang tidak dijaga sewaktu bermain saat orang tuanya sedang bekerja, sibuk dengan kegiatan lainnya, terlalu letih, atau merasa ada orang lain yang telah menjaganya, menyababkan anak berisiko untuk mengalami kecelakaan.f. Risiko kecelakaan akan lebih besar terjadi saat anak lapar dan lelah karena pada saat itu kemampuan tenaga menurun dan mungkin anak merasa lemah atau lesu. g. Anak marasa asing dengan lingkungan atau orang yang menjaganya karena tidak mengenal denga baik.h. Anak belum tahu dan belum berpengalaman dalam upaya melindungi diri dari bahaya kecelakaan. 2. Upaya Pencegahan Terhadap Kecelakaan Dirumah (Supartini, 2004. Hal 159)Untuk memahami upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan, terutama dilingkungan rumah, orang tua harus diajak berpikir tentang kemungkinan adanya bahaya dilingkungan rumah. Bahaya umum yang dapat terjadi, di antaranya.a. Lantai rumah yang licin atau basah, pada saat sedang dipel atau ada air tumpah dilantai.b. Rumah dengan tangga yang curam dan tidak ada pegangan.c. Alat makan dan minuman yang terbuat dari bahan yang dapat pacah karena apabila anak menggunakan kemudian pecah, hal ini berisiko terjadi perlukaan pada anak.d. Penyimpanan obat dan zat yang berbahaya lainnya yang terbuka dan dapat dijangkau anak. Misalnya, obat-obat P3K, cairan pembersih lantai, dan insektisida seperti baygon.e. Adanya sumur yang terbuka, rumah yang menggunakan sumber air sumur gali selongsong atau tampa selongsong, terdapat resiko yang sangat besar untuk terjadi kecelakaan pada anak karena tidak mengetahui behayanya bermain di sisi sumur tersebut.f. Adanya parit didepan atau disamping rumah walaupun kecil, tetapi jika parit tidak ditertutup, anak-anak yang bermain dipinggirnya dapat terjatuh.g. Rumah yang letaknya di pinggir jalan raya, terlebih lagi jika tidak ada pagar pengaman.h. Kompor atau alat memasak yang letaknya dapat dijangkau anak-anak.i. Kabel listrik yang berantakan, terlalu panjang, anak bisa menganggap kabel tersebut sebagai mainan tali atau ditariknya.j. stop-kontak yang tidak tertutup dan dapat dijangkau anak karena anak bisa penasaran ingin memegang, bahkan mencoloknya dengan jari atau benda lain.

3. Pendidikan kesehatan untuk orang tua (Supartini, 2004. Hal 163)a. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan secara individual ataupun berkelompok dengan menggunakan prinsip pendidikan kesehatan , yaitu sebagai berikut (suliha dkk., 2002)b. Diberikan berdasarkan pada kebutuhan spesifik klien. Oleh karna itu, pada pengkajian, perawat harus menemukan hal apa yang sudah atau belum dipahami oleh orang tua. Sejauh mana orang tua telah memahami proses tumbuh-kembang anaknya dan upaya apa yang harus dilakukannya untuk menstimulasi perkembangan anak, memelihara, dan menigkatkan kesehatannya.c. Pendidikan kesehatan yang diberikan bersifat menyeluruh. Apabila materi yang diberikan adalah tentang pencegahan kecelakaan pada anak, materi itu harus mencakup seluruh aspek yang terkait, yaitu tumbuh-kembang anak, bahaya yang dapat terjadi pada anak berkaitan dengan masalah yang ada dalam tahapan perkembangan anak tertentu dan upaya pencegahannya, dengan mempertimbangkan kemampuan orang tua menerimanya. Tanamkan pada orang tua bahwa anak berada dalam proses tumbuh-kembang sehingga masalah tentang bahaya dapat setiap risiko saat muncul, terutama pada anak yang berusia lebih kecil (misalnya, bayi dan toddler).d. Harus terjadi interaksi timbal-balik antara perawat dan orang tua dan bukan hanya perawat sepihak yang aktif memberikan materi pendidikan kesehatan. Akan tetapi, yang terpenting bagaimana orang tua berproses sampai memahaminya dan dapat melaksanakannya. Orang tua harus mempunyai kenyakinan bahwa peran mereka begitu penting dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak dan mempertahankan serta meningkatkan kesehatan anak. Untuk itu, proses belajar harus diciptakan sedemikian rupa supaya orang tua aktif berpikir dan berdiskusi dengan perawat. e. Pendidikan kesehatan diberikan dengan mempertimbangkan usia klien yang menerimanya. Sangat dimungkinkan orang tua yang masih muda dan baru mempunyai anak mempunyai pengalaman yang berbeda dalam merawat anak dibandingkan dengan orang tua yang lebih tua dan mempunyai beberapa anak dan berpengalaman dalam perawatan anak dirumah sakit. Dianjurkan untuk tidak memberikan materi terlalu banyak dalam waktu yang relatif singkat dan gunakan bahasa yang mudah dipahami orang tua. f. Proses pendidikan kesehatan harus memperhatikan prinsip belajar dan mengajar. Artinya, perawat sebagai pemberi pendidikan kesehatan harus memahami faktor pendukung dan penghambat terjadinya proses belajar pada orang tua, keberadaan orang tua pada fase apa dalam menerima materi pendidikan kesehatan, karakteristik orang tua dalam belajar, dan menggunakan metode, media, dan alat bantu pembelajaran yang efektif. g. Perubahan perilaku pada orang tua menjadi tujuan utama pendidikan kesehatan yang diberikan. Oleh karna itu, perawat perlu memahami konsep berubah dan latar belakang sosial budaya orang tua yang akan memengaruhi terjadinya perubahan pada orang tua memahami pertumbuhan dan perkembangan anak dan upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan anaknya adalah tujuan antara dan tujuan akhirnya orang tua dapat mendidik anak secara bertahap, agar anak menyadari kemampuan perkembangan yang telah dicapainya dan upaya pencegahan kecelakaan serta menghindari diri dari bahaya.

1. Asuhan Keperawatan ToddlerCedera, resikoa) DefinisiBeresiko mengalami cedera sebagai akibat dari kondisi lingkungan yang berinteraksi dengan sumber-sumber adaptif dan pertahanan individu.b) Faktor resikoInternal usia perkembangan ( fisiologis, psikososial ) penyakit imun atau autoimun malnutrisi disfungsi biokimiawi (mis: disfungsi sensori) fisik (mis: kulit rusak, hambatan ) psikologis (orientasi afektif )c) eksternalBiologis tingkat imunisasi komunitas mikroorganismeKimia obat-obatan (mis: bahan pengawet,kafein,pewarna,agens farmasi,alkohol) zat gizi (mis: vitamin dan jenis makanan) racun polutan

FisikRancangan, struktur dan penataan komunitas, bangunan, atau peralatan jenis kendaraan atau transportasi. Individu atau penyedia layanan kesehatan (agens nosokomial; pola pengaturan staf, pola kognitif,afektif,dan psikomotor).d) Diagnosis yang disarankan Jatuh resiko, infeksi resiko, trauma resiko. Setiap orang berisiko mengalami kecelakaan dan cedera, pada diagnosis ini hanya untuk orang yang memerlukan intervensi keperawatan guna mencegah cedera.e) Aktivitas keperawatan1. PengkajianIdentifikasi faktor lingkunagn yang memungkinkan resiko terjatuh (mis: lantai licin, karpet yang sobek, anak tangga tanpa pagar pengaman, jendla, dan kolam renang).2. Identifikasi faktor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan rumah misalnya perubahan status mental , derajat keracunan, keletihan, usia kematangan, pengobatan, dan defisit motorik atau sensorik (mis: berjalan dan keseimbangan).f) Penyuluhan untuk orang tua4. Berikan materi edukasi yang berhubungan dengan startegi dan tindakan untuk mencegah cedera.4. Peringatkan orang tua tentang perlunya mendampingi anak yang masih kecil ketika mereka bermain dengan air 4. Ajarkan orang tua tentang keamanan api dan kebakaran.4. Ajarkan orang tua pentingnya keamanan saat bermain.4. Ajarkan keamanan senjata kepada orang tua dan anak.

BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanMasa todler berada dalam rentang dari masa kanak-kanak mulai berjalan sendiri sampai mereka berjalan dan berlari dengan mudah, yaitu mendekati usia 12 sampai 36 bulan. Terdapat berbagai pandangan tentang teori pertumbuhan dan perkembangan anak diantaranya perkembangan fisik, psikoseksual, psikososial, kognitif, dan perkembangan motorik. Dimana pada pertumbuhan fisiknya akan terlihat dari bertambah tinggi dan berat badan anak, dari perkembangan psikoseksual anak todler berada pada fase anal dan perkembangan psikososialnya otonom VS rasa malu dan ragu. Tugas anak pada usia toddler ialah mulai berlajar menerapkan toilet training. Adapun masalah kesehatan yang dialami pada usia toddler antara lain : Tuberkulosis, Tetanus, Campak.

B. Saran Setelah pembuatan makalah ini sukses diharapkan agar mahasiswa giat membaca makalah ini, dan mencari ilmu yang kebih banyak diluar dari makalah ini terkait tentang meteri dalam pembahasan, dan tidak hanya berpatokan dengan satu sumber ilmu ( materi terkait ).Saran yang disampaikan kepada Mahasiswa Keperawatan adalah :1. Agar lebih memahami konsep tumbuh kembang.2. Agar lebih memahami masalah kesehatan toddler.3. Agar lebih memahami bimbingan dan antisipasi toddler.4. Agar lebih memahami asuhan keperawatan toddler.

DAFTAR PUSTAKAPotter & Perry, (2005).Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses, dan praktik. Volume 1, Edisi 4. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Supartini Yupi, (2004). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak,Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Musacari Mary E, (2005). Keperawatan pediatrik edisi 3,Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Ahern Nancy R, (2012). Buku saku diagnostik keperawatan edisi 9. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Konsep Keperawatan Anak TodlerPage 18