BAB I

10

Click here to load reader

description

bab i

Transcript of BAB I

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan

masyarakat pada suatu wilayah tertentu adalah Angka Kematian Ibu (AKI)

melahirkan dan Angka Kematian Bayi (AKB). Sebagaimana diketahui bahwa

pengertian AKI adalah jumlah kematian ibu melahirkan per 100.000 kelahiran

hidup dalam kurun waktu 1 tahun. AKB adalah banyaknya kematian bayi

berusia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu

(Dinas Kesehatan RI, 2010). Jadi semakin besar angka ini menunjukkan

bahwa makin besar masalah kesehatan disuatu wilayah tertentu.

Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tergolong tinggi jika

dibandingkan dengan negara lain di kawasan ASEAN. Berdasarkan Human

Development Report 2010, AKB di Indonesia mencapai 31 per 1.000

kelahiran. Angka itu, 5,2 kali lebih tinggi dibandingkan Malaysia. Juga, 1,2

kali lebih tinggi dibandingkan Filipina dan 2,4 kali lebih tinggi jika

dibandingkan dengan Thailand (Human Development Report, 2010).

Menurut hasil SDKI terjadi penurunan AKB sejak tahun 1991. Pada

tahun 1991 diestimasikan AKB sebesar 68 per 1.000 kelahiran hidup.

Sedangkan hasil SDKI 2007 mengistemasikan AKB sebesar 34 per 1.000

kelahiran hidup. Hasil estimasi tersebut memperhitungkan AKB dalam

periode 5 tahun terakhir sebelum survey (Dinas Kesehatan RI, 2010).

1

Page 2: BAB I

2

Di Indonesia, berdasarkan Hasil Survey Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) penyebab kematian neonatal antara lain BBLR (29%),

asfiksia (27%). Angka kejadian BBLR di Indonesia sangat bervariasi antara

satu daerah dengan lain, yaitu berkisar antara 9 % – 30%, hasil studi di 7

daerah multi center diperoleh angka BBLR dengan rentang 2,1 % - 17,2 %

secara nasional berdasarkan analisa lanjutan SDKI, angka BBLR yang

ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia sehat 2010

yakni maksimal 7%. (Dinas Kesehatan RI, 2008).

Angka Kematian Bayi (AKB) di Nusa Tenggara Barat (NTB) tahun

2010 masih tinggi yaitu sekitar 61,2 per 1.000 kelahiran hidup atau jauh di

atas angka nasional yaitu 35 per 1.000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan

Provinsi NTB, 2009).

Seperti data yang tersaji diatas, masalah-masalah kesehatan yang

dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini adalah masih tingginya angka

kematian bayi, Salah satu kemungkinan penyebab yang berhubungan dengan

kematian neonatal yang terbesar adalah asfiksia dan BBLR yang sangat erat

kaitannya dengan anemia ibu hamil.

Anemia adalah masalah kesehatan masyarakat global yang

berpengaruhi baik di Negara berkembang maupun di negara maju dengan

konsekuensi besar bagi kesehatan manusia serta sosial dan ekonomi

pembangunan. Hal ini terjadi pada semua tahap siklus hidup, namun yang

lebih sering terjadi pada wanita hamil dan anak-anak muda. Pada tahun 2002,

anemia defisiensi zat besi dianggap faktor yang berkontribusi paling besar

untuk beban pokok keseluruhan dari penyakit (WHO, 2008).

Page 3: BAB I

3

Secara umum diasumsikan bahwa 50% dari kasus anemia karena

kekurangan zat besi, namun perbandingan mungkin bervariasi di antara

kelompok penduduk dan di daerah yang berbeda sesuai dengan kondisi lokal.

Faktor risiko utama untuk Anemia defisiensi termasuk asupan zat besi rendah,

penyerapan yang buruk dari zat besi dari diet tinggi dalam senyawa fitat atau

fenolik, dan ketika kebutuhan zat besi sangat tinggi yaitu pertumbuhan dan

kehamilan.

Dari hasil riset yang dilakukan oleh WHO antara tahun 1993-2005,

secara global didapatkan rata-rata sebesar 43,8 % atau sekitar 56,4 juta orang

adalah penderita anemia dalam kehamilan. Kejadian terbesar terjadi pada

wilayah Asia Tenggara dengan prevalensi kejadian Anemia sebesar 48,2 %

atau sekitar 18,1 juta orang. Untuk wilayah Indonesia, melalui penyajian peta

wilayah dapat dilihat bahwa kejadian anemia dalam kehamilan termasuk

dalam zona merah yang diartikan prevalensi anemia dalam kehamilan

Indonesia masih ringgi, yakni lebih dari 40% (WHO, 2008).

Kejadian anemia dalam kehamilan ini dapat membawa akibat negative

pada bayi yang dilahirkan ibu (pregnancy outcome) berupa terjadinya abortus,

kematian neonatal, prematuritas tinggi, kelahiran dengan anemia, infeksi

perinatal, cacat bawaan (kelainan congenital), IUFD (Intra Uterin Fetal

Death), anemia pada bayi, asfiksia dan BBLR (Manuaba, 2010).

Masalah anemia pada ibu hamil sudah menjadi masalah nasional dan

prevalensi anemia ibu hamil di Indonesia antara 50 - 70%. Frekuensi ibu

hamil dengan anemia di Indonesia relatif tinggi yaitu 63,5%. Seorang wanita

hamil yang memiliki Hb kurang dari 10 g/100 ml barulah disebut menderita

Page 4: BAB I

4

anemia dalam kehamilan. Karena itu, para wanita hamil dengan Hb antara 10

sampai 12 g/100ml tidak dianggap anemia patologik, akan tetapi mengalami

anemia fisiologi atau pseudo anemia (Winkjosastro, 2007).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Budwiningtijastuti,

Achmad Surjono dan Muhammad Hakimi dalam jurnal yang berjudul Anemia

Pada Ibu Hamil Trimester III dan Pengaruhnya Terhadap Kejadian Rendahnya

Apgar Skor Vol.18, No. 1 halaman 77-85 (2005) mendapatkan anemia dalam

kehamilan meningkatkan resiko kejadian rendahnya apgar skor yang erat

kaitannya dengan kejadian asfiksia.

Dan dalam jurnal penelitian yang dilakukan Sugeng sucipto dan

Hamam Hadi dengan judul Pengaruh Anemia Selama Masa Kehamilan

Terhadap Kejadian BBLR dan Prematuritas Vol.14, No.1 halaman 69-80

(2001), ada hubungan yang sangat signifikan antara anemia selama masa

kehamilan dengan kejadian BBLR, dan ibu hamil yang menderita anemia

selama kehamilan mempunyai resiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi

dengan berat badan lahir rendah.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menangani permasalahan-

permasalahan tersebut adalah dengan cara meningkatkan pengetahuan tentang

anemia pada ibu hamil sebagai salah satu usaha untuk mengurangi perilaku

atau kebiasaan yang salah ibu hamil yang berkaitan dengan anemia. Selain itu

yang tidak kalah pentingnya adalah peningkatan konsumsi Fe pada ibu hamil

yang berasal dari suplemen maupun dari makanan yang dikonsumsi. Selain itu

diperlukan upaya-upaya yang lebih memadai dan berkesinambungan terhadap

ibu hamil yang menderita anemia selama masa.

Page 5: BAB I

5

Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk mengangkat judul “ Hubungan

Anemia Dalam Kehamilan Dengan Bayi Yang Dilahirkan (Pregnancy

Outcome) di Ruang Bersalin RSUD Patut Patuh Patju Gerung Lombok Barat

Tahun 2011”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan

permasalahannya sebagai berikut: “Apakah ada Hubungan Anemia Dalam

Kehamilan Dengan Kondisi Bayi Yang Dilahirkan (Pregnancy Outcome) di

Ruang Bersalin RSUD Patut Patuh Patju Gerung Lombok Barat Tahun

2011?”.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan anemia dalam kehamilan dengan kondisi bayi yang

dilahirkan (pregnancy outcome) di Ruang Bersalin RSUD Patut Patuh

Patju Gerung Lombok Barat Tahun 2011.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi kejadian anemia dalam kehamilan pada ibu di Ruang

Bersalin RSUD Patut Patuh Patju Gerung Lombok Barat Tahun 2011.

2. Mengidentifikasi dengan kondisi bayi yang dilahirkan (pregnancy

outcome) di Ruang Bersalin RSUD Patut Patuh Patju Gerung Lombok

Barat Tahun 2011.

3. Menganalisa hubungan anemia dalam kehamilan dengan kondisi bayi

yang dilahirkan (pregnancy outcome) di Ruang Bersalin RSUD Patut

Patuh Patju Gerung Lombok Barat Tahun 2011.

Page 6: BAB I

6

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

Secara teoritis melalui hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat

bermanfaat dalam memperkaya ilmu keperawatan khususnya keperawatan

maternitas dan keperawatan anak.

1.4.2 Praktis

1) Bagi Peneliti

Dapat memberikan manfaat bagi peneliti dalam menambah

pengalaman dan pengetahuan untuk mengaplikasikan ilmu yang

diperoleh selama dalam pendidikan.

2) Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peneliti lain

dalam proses penelitian berikutnya.

3) Bagi Petugas Kesehatan.

Dari hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan sehingga dapat

menurunkan angka kejadian yang berhubungan dengan komplikasi

yang ditimbulkan dari anemia dalam kehamilan ini dan juga dapat

mencari solusi atau alternatif dalam mengantisipasi komplikasi anemia

dalam kehamilan sehingga manajemen penatalaksanaan komplikasi

dapat menjadi lebih baik.

4) Bagi Masyarakat

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai informasi

pengetahuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang

Page 7: BAB I

7

anemia dalam kehamilan, sehingga masyarakat bisa mengidentifikasi

secara dini komplikasi yang ditimbulkan.

5) Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dalam

memantau kejadian anemia dalam kehamilan dan dapat meningkatkan

pelayanan untuk ibu hamil.