Bab i
-
Upload
pebriyanti -
Category
Education
-
view
2.508 -
download
0
Transcript of Bab i
Bab I
Pendahuluan
A. Latar belakang Masalah
Sastra berbicara tentang hidup dan kehidupan, tentang berbagai
persoalan hidup manusia, tentang kehidupan di sekitar manusia yang
diungkapkan dengan cara dan bahasa yang khas. Artinya, baik cara
pengungkapan maupun bahasa yang dipergunakan untuk mengungkapkan
berbagai persoalan hidup, atau biasa disebut gagasan adalah khas sastra,
khas dalam pengertian yang lain dari pada yang lain. Artinya,
pengungkapan dalam bahasa sastra berbeda dengan cara-cara
pengungkapan bahasa selain sastra, yaitu cara-cara pengungkapan yang
telah menjadi lazim. Dalam bahasa sastra lebih bernuansa keindahan
daripada kepraktisan. Karakteristik tersebut juga berlaku dalam sastra
anak.
Sastra mengandung eksplorsi mengenai kebenaran kemanusiaan.
Sastra juga menawarkan berbagai bentuk motivasi manusia untuk berbuat
sesuatu yang dapat mengandung pembaca untuk mengidentifikasikannya.
Apalagi jika pembaca itu adalah anak-anak yang fantasinya baru
berkembang dan dapat menerima segala macam cerita terlepas dari cerita
itu masuk akal atau tidak.
Sastra anak diyakini memiliki kontribusi yang besar bagi
perkembangan kepribadian anak dalam proses menuju kedewasaan. Sastra
diyakini mampu mempergunakan sebagai salah sarana untuk menanam,
memupuk, mengembangkan, dan bahkan melestarikan nilai-nilai yang
diyakini baik dan berharga oleh keluarga, masyarakat dan bangsa. Karena
adanya pewarisan nilai-nilai itulah eksistensi suatu masyarakat dan bangsa
1
dapat dipertahankan. Penanaman nilai-nilai dapat dilakukan sejak anak
masih belum dapat berbicara dan belum membaca. Nyanyian-nyanyian
yang biasa didendangkan seorang ibu untuk membujuk agar si buah hati
segera tidur atau sekadar untuk menyenangkan, pada hakikatnya juga
bernilai kesastraan dan sekaligus mengandung nilai yang besar bagi
perkembangan kejiwaan anak, misalnya nilai kasih sayang dan keindahan.
Anak tidak dapat tumbuh secara wajar tanpa dukungan kasih sayang dan
kasih sayang itu, antara lain: dapat diekspresikan lewat nyanyian yang
bernilai keindahan. Berbagai cerita yang dimaksudkan untuk
dikonsumsikan kepada anak dapat diperoleh dan diberikan, antara lain
lewat sastra anak (children literature). Anak memiliki potensi keindahan,
potensi yang bernilai seni dalam dirinya, baik dalam pengertian menikmati
maupun berekspresi. Dalam hal ini si ibulah yang mula-mula berjasa
menggali potensi itu, berjasa menanam dalam jiwa, menikmati dalam rasa
dan indera, dan mengekspresikan dalam bentuk tingkah laku verbal dan
nonverbal.
2
B. Rumusan masalah
Dari Latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Jelaskan Pengertian sastra anak?
2. Jelaskan perbedaan genre sastra anak dengan genre sastra dewasa?
3. Sebutkan dan jelaskan genre sastra anak, menurut Lukens?
4. Bagaimana cara perkembangan kontribusi sastra anak ke dalam
nilai personalia?
5. Apa saja nilai pendidikan kontribusi sastra anak yang sedang
dalam proses pertumbuhan?
C. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut .
1. Agar dapat mengetahui sastra anak
2. Agar dapat mengetahui apa perbedaan genre sastra anak dengan
genre sastra dewasa.
3. Agar dapat mengetahui macam-macam sastra anak menurut
Lukens.
4. Agar dapat mengetahui cara perkembangan kontribusi sastra anak
ke dalam nilai personalia.
5. Agar dapat mengetahui apa saja nilai pendidikan kontribusi sastra
anak.
3
Bab II
Pembahasan
1. Pengertian Sastra Anak
Disekolah Dasar, Pembelajaran Sastra dimaksudkan Untuk
meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasikan karya sastra.
Menurut Huck (1987 : 630-623) bahwa pembelajaran sastra di SD
harus memberi pengalaman pada siswa yang akan berkontribusi pada
4 tujuan, yakni :
1. Pencarian kesenangan Pada buku
2. Menginterprestasikan bacaan sastra
3. Mengembangkan kesadaran bersastra
4. Mengembangkan apresiasi
Pembelajaran sastra di SD adalah Pembelajaran sastra anak. Sastra
anak adalah karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-
anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak, yaitu anak
yang berusia antara 6-13 tahun. Sastra anak menurut lukens (2003:9)
menawarkan dua hal utama, yaitu kesenangan dan pemahaman.
Sedangkan menurut Hunt (1995:61), sastra anak adalah sastra yang
menyangkut baik kehidupan manusia, binatang, tumbuhan, maupun
kehidupan yang lain. Namun, apapun isi kandungan cerita yang
dikisahkan mestilah berangkat dari sudut pandang anak, berada dalam
jangkauan pemahaman emosional dan pikiran anak.
4
Dari beberapa kutipan diatas disimpulkan bahwa sastra anak
adalah karya sastra yang dapat dipahami oleh anak, Sastra anak
bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan imbauan tertentu yang
dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam kehidupan. Di dalam
buku sastra anak dapat mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta
memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi seorang anak. Jenis
sastra anak meliputi prosa, puisi, dan drama. Jenis prosa dan puisi
dalam sastra anak sangat menonjol.
2. Perbedaan Genre Sastra Anak Dengan Genre Sastra Dewasa?
Perbedaan Genre sastra anak dengan sastra dewasa. Menurut
Lukens (2003:8) perbedaan antara keduanya bukan terdapat spesies
atau hakikat kemanusiaan, melainkan pada tingkat pengalaman dan
kematangan. Perbedaan antara sastra anak dan dewasa adalah terdapat
dal hal tingkatan pengalaman yang dikisahkan, bukan pada hakikat
kemanusiaan yang dikisahkan. Sama halnya dengan sastra dewasa,
sastra anak pun hadir untuk menawarkan kesenangan dan pemahaman.
Hanya saja sastra anak memiliki sejumlah keterbatasan baik yang
menyangkut pengalaman kehidupan yang dikisahkan maupun bahasa
yang dipergunakan untuk mengekspresikan. Pengalaman anak masih
terbatas, maka anak belum dapat memahami cerita yang melibatkan
pengalaman hidup yang kompleks. Bahasa sastra anak masih lebih
lugas, apa adanya, dan tidak terbelit. Alur cerita haruslah sederhana,
mudah dipahami, dan diimajinasikan.
Genre dapat dipahami sebagai suatu macam atau tipe
kesastraan yang memiliki seperangkat karakteristik umum (Lukens,
2003:13). Sedangkan menurut Mitchell (2003:5-6) genre menunjuk
pada pengertian tipe atau kategori pengelompokan karya sastra yang
5
biasanya berdasarkan atas stile, bentuk, atau isi. Pembicaraan tentang
genre sastra anak dengan perbedaan genre dalam sastra dewasa, yaitu
dalam tiga besar genre puisi, fiksi, dan drama dengan masing-masing
memiliki subgenre. Namun, gengre sastra anak faktanya tidak
sederhana itu, maka perbedaan genre kedalam tiga macam terseebut
sengaja dilakukan.
Di bawah ini dikemukakan genre sastra anak lukens (2003:14-
34). Perbedaan itu tampak berbeda dengan genre sastra dewasa, dan
juga berdasarkan tiga pemikiran perlunya pembicaraan genre di atas. Ia
terlihat lebih rinci, tetapi terjadi ketumpangtindihan di sana-sini karena
suatu cerita dapat dimasukkan ke dalam lebih dari satu subgenre
dengan kriteria yang berbeda.
3. Secara garis besar Lukens mengelompokan genre sastra anak ke
dalam enam macam, yaitu
1. Realisme
Realisme dalam sastra dapat dipahami bahwa cerita yang
dikisahkan itu mungkin saja ada dan terjadi walau tidak harus
bahwa ia memang benar-benar ada dan terjadi. Peristiwa dan
jalinan pristiwa yang dikisahkan masuk akal, logis. Cerita
merepresentasikan berbagaia peristiwa, aksi dan interaksi, yang
seolah-olah memang benar, dan penyelesaiannya pun masuk akal
dan dapat dipercaya (plusibel). Jadi, karakteristik umum cerita
realisme adalah narasi fiksional yang menampilkan tokoh dengan
karakter yang menarik yang dikemas dalam latar tempat dan waktu
yang dimungkinkan. Ada, beberapa cerita yang dapat
dikategorikan ke dalam realisme yaitu cerita realistik, realisme
binatang, realisme historis, dan cerita olahraga.
6
2. Fiksi Formula
Genre ini sengaja disebut fiksi formula karena memiliki
pola-pola tertentu yang membedakanya dengan jenis yang lain.
Walau hal itu tidak mengurangi orisinalitas cerita yang dikreasikan
oleh penulis, keadaan itu mau tidak mau merupakan sesuatu yang
bersifat membatasi. Jenis sastra anak yang dapat dikategorikan
kedalam fiksi formula adalah cerita misteri dan detektif, cerita
romantis, dan novel serial.
3. Fantasi
Fantasi dapat dipahami sebagai “the willing suspension of
disbelief”, (Coleridge, via Lukens, 1999:20), cerita yang
menawarkan sesuatu yang sulit diterima. Cerita fantasi
dikembangkan lewat imajinasi yang lazim dan dapat diterima
sehingga sebagai sebuah cerita dapat diterima oleh pembaca. Jenis
sastra anak yang dapat dikelompokkan ke dalam fantasi ini adalah
cerita fantasi, fantasi tingkat tinggi, dan fiksi sain.
4. Sastra Tradisional
Istilah “Tradisional” dalam kesastraan (Traditional
literature atau folk literature). Sastra Tradisional adalah sastra
rakyat yang tidak jelas kapan penciptaannya dan tidak pernah
diketahui pengarangnya yang diwariskan secara turun-temurun
terutama lewat sarana lisan atau dalam tulisan (tangan).
Tampaknya ada banyak cerita tradisional yang bersifat “universal”,
dan itu menunjukan adanya universalitas keinginan dan kebutuhan
manusia. Kisah semacam Cinderella misalnya, dapat ditemukan di
berbagai belahan didunia dalam bentukyang mirip. Jenis cerita
yang dikelompokkan ke dalam genre ini adalah fabel, dongeng
rakyat, mitologi, legenda, dan epos.
7
5. Puisi
Puisi adalah bentuk sastra didalamnya terdapat
pendayagunaan berbagai unsur bahasa untuk mencapai efek
keindahan. Genre puisi anak dapat berwujud puisi-puisi lirik
tembang-tembang anak tradisional, lirik tembang-tembang
ninabobo, puisi naratif, dan puisi tradisional. Puisi personal adalah
puisi modern yang sengaja ditulis untuk anak-anak oleh penulis
dewasa maupun anak-anak. Puisi jenis ini dapat berbicara tentang
apa saja sepanjang yang menarik perhatiaan penulis. Misalnya,
berbicara tentang alam, keindahan alam, ibu dan kebaikan hati ibu,
adik baru, persahabatan, binatang piaraan, dan lain-lain
sebagaimana yang dapat dilihat misalnya, pada majalah anak-anak.
6. Nonfiksi
Bacaan nonfiksi yang sastra ditulis secara artistik sehingga
jika dibaca oleh anak , anak akan memperoleh pemahaman dan
sekaligus kesenangan. Ia akan membangkitkan pada diri anak
perasaan keindahan yang berwujud efek emosional dan intektual.
Untuk kepentingan praktis, bacaan nonfiksi dapat dikelompokan ke
dalam subgenre buku informasi dan biografi.
7. Pembagian Genre yang Diusulkan
Pembagian genre sastra anak berdasarkan analogi
pembagian genre sastra dewasa dengan masih memanfaatkan
pembagian lukens. Genre sastra anak cukup dibedakan ke dalam
fiksi, nonfiksi, puisi, sastra tradisional, dan komik dengan
masing-masing memiliki subgenre. Dasar pembagiannya adalah
bentuk pengungkapan dan isi yang diungkapkan, namun juga
mempertimbangkan adanya sastra tradisional. Sebagaimana
Lukens dan dengan argumentasi yang sama, genre drama
sementara tidak dimasukan dalam pembagian genre ini.
8
4. Nilai Personal
a. Perkembangan Emosional
Anak usia dini yang belum dapat berbicara atau baru berada
dalam tahap perkembangan bahasa satu kata atau kalimat dalam
dua-tiga kata ikut tertawa-tawa ketika diajak bernyanyi bersama
sambil bertepuk tangan. Hal itu dapat dipahami bahwa sastra lisan
yang berwujud puisi-lagu tersebut dapat merangsang kegembiraan
anak, merangsang emosi anak untuk bergembira, bahkan ketika
anak masih berstatus bayi.
Dalam perkembangan selanjutnya setelah anak dapat
memahami cerita, baik diperoleh lewat pendengaran, misalnya
diceritai atau dibacakan, maupun lewat kegiatan membaca sendiri,
anak akan memperoleh demonstrasi kehidupan sebagaimana yang
diperagakan oleh para tokoh cerita akan bertingkah laku baik
secara verbal maupun nonverbal yang menunjukan sikap
emosionalnya, seperti ekspresi gembira, sedih, takut, terharu,
simpati dan empati, benci dan dendam, memaafkan dan lain-lain
secara kontekstual sesuai dengan alur cerita.
b. Perkembangan Intektual
Lewat cerita, anak tidak hanya memperoleh “kehebatan”
kisah yang menyenangkan dan memuaskan hatinya. Cerita
menampilkan urutan kejadian yang mengandung logika
pengurutan, logika pengaluran. Logika pengaluran memperlihatkan
hubungan antarperistiwa yang diperani oleh tokoh baik protagonis
maupun antagonis. Hubungan yang dibangun dalam
pengembangan alur pada umumnya berupa hubungan sebab akibat.
Artinya, suatu peristiwa terjadi akibat atau mengakibat terjadinya
9
peristiwatersebut yang lain. Untuk dapat memahami cerita itu, anak
harus mengikuti logika hubungan tersebut.
Hal itu berarti secara langsung atau tidak langsung anak
“mempelajari” hubungan yang terbangun itu, dan bahkan juga ikut
mengkritiskannya. Mungkin saja anak mempertanyakan alasan
tindakan lain yang lebih bernuansa “mengapa”-nya. Jadi, lewat
bacaan yang dihadapinya itu aspek intektual anak ikut aktif, ikut
berperan, dalam rangka pemahaman dan pengkritisan cerita yang
bersangkutan. Dengan kata lain, dengan kegiatan membaca cerita
itu, aspek intektual ank juga ikut terkembangkan.
c. Perkembangan Imajinasi
Berhadapan dengan sastra, baik itu yang berwujud suara
maupun tulisan, sebenarnya kita lebih berurusan dengan masalah
imajinasi, sesuatu yang abstrak yang berada di dalam jiwa, sedang
secara fisik sebenarnya tidak terlalu berarti. Dengan membaca
bacaan cerita sastra imajinasi anak dibawa berpetualang ke
berbagai penjuru dunia melewati batas waktu dan tempat, tetapi
tetap berada di tempat, dibawa untuk mengikuti kisah cerita yang
dapat menarik seluruh kedirian anak. Lewat cerita itu anak akan
memperoleh pengalaman yang luar biasa (vicarious experince)
yang setengahnya mustahil diperoleh dengan cara-cara selain
membaca sastra.
d. Pertumbuhan Rasa Etis dan Religius
Selain menunjang pertumbuhan dan perkembangan unsur
emosional, intektual, imajinasi, dan rasa sosial, bacaan cerita sastra
juga berperan dalam pengembangan aspek personalitas yang lain,
yaitu rasa etis dan religius. Nilai-nilai sosial, moral, etika, dan
religius perlu ditanamkan kepada anak sejak dini secara efektif
lewat sikap dan perilaku hidup keseharian. Contoh sikap dan
perilaku tokoh cerita yang diberikan kepada anak, lewat cerita ibu
10
(pencerita) atau membaca sendiri jika sudah bisa, dapat dipandang
sebagai salah satu cara penanaman nilai-nilai tersebut kepada anak.
5. Nilai Pendidikan
a. Eksplorasi dan Penemuan
Ketika membaca cerita, pada hakikatnya anak dibawa
untuk melakukan sebuah eksplorasi, sebuah penjelajahan,
sebuah pertualangan imajinatif, ke sebuah dunia relatif yang
belum dikenalnya yang menawarkan berbagai pengalaman
kehidupan.
Dalam penjelajahan secara imajinatif itu anak dibawa
dan dikritiskan untuk mampu melakukan penemuan-
penemuanprediksi bagaiman solusi ditawarkan. Misalnya ikut
menebak sesuatu seperti dalam cerita detektif dan misterius,
menemukan bukti-bukti, alasan bertindak, menemukan jalan
keluar kesulitan yang dihadapi tokoh, dan lain-lain temasuk
memprediksikan bagaiman penyelesaian kisahnya. Beerpikir
secara logis dan kritis yang demikian dapat dibiasakn atu
dilatihkan lewat eksplorasi dan penemuan-penemuan dalam
bacaan cerita sastra.
b. Pengembangan Bahasa
Bahasa digunakan untuk memahami dunia yang
ditawarkan, tetapi sekaligus sastra juga berfungsi
meningkatkan kemampuan berbahasa anak, baik menyimak,
membaca, berbicara, maupun menulis. Anak akan belajar cepat
karena bahasa yang diperolehnya langsung berada dalam
konteks pemakaian yang sesungguhnya. Disamping itu, dalam
akuisisi bahasa itu anak akan mengerahkan seluruh aspek
11
personalitasnya, sikap dan egonya terbuka lebar. Hal itu akan
sulit diulangi pmbelajar bahasa dewasa karena sikap egonya
sudah ikut berbicara dan cenderung menutup diri.
c. Pengembangan nilai keindahan
Ketika anak berusia 1-2 tahun dininabobokkan dengan
nyanyina, dengan kata-kata yang bersajak dan berirama indah,
anak sebenarnya belum dapat memahami makna di balik kata-
kata itu, tetapi sudah dapat merasakan keindahan. Hal itu dapat
dilihat dan reaksi anak, misalnya yang berupa ekspresi wajah
yang ceria dan tertawa-tawa, atau gerakan anggota tubuh yang
lain. Barangkali perlu disepakati bahwa berbagai aktivitas yang
menunjang pertumbuhan dan perkembangan bahasa anak
tersebut dapat dikategorikan sebagai tahap awal pengenalan
sastra kepada anak, pengenalan dan pemicu bakat dan apresiasi
keindahan kepada anak.
Sebagai salah satu bentuk karya seni, sastra memiliki
aspek keindahan. Keindahan itu dalam genre puisi antara lain
dicapai dengan permainan bunyi, kata, dan makna. Keindahan
dalam genre fiksi antara lain dicapai lewat penyajian cerita
yang menarik dan diungkap lewat bahasa yang tepat. Artinya,
aspek bahasa itu mampu mendukung hidupnya cerita,
mendukung ekspresi, sikap dan prilaku tokoh, mendukung
gagasan tentang dunia yang disampaikan, dan dari aspek
bahasa, stuktur dan ungkapanyang tepat. Cerita menjadi indah
karena isi kisahnya mengharukan dan dikemas dalam bahasa
yang menyenangkan.
d. Penanaman Wawasan Multikultural
Lewat sastra dapat dijumpai berbagai sikap dan
perilaku hidup yang mencerminkan budaya suatu masyarakat
yang berbeda dengan masyarakat yang lain. Misalnya,
12
perbedaan invisible culture di antara berbagai kelompok sosial
mengundang konflik jika kita tidak pandai-pandai
menempatkan diri dalam bersikap ketika berhadapan dengan
warga dari kultur lain. Tingkah laku dan sikap seseorang dapat
dibentuk dan diajarkan lewat pendidikan, lewat pembelajaran
pemahaman antarbudaya dan salah satunya lewat bacaan sastra.
Menurut Norton & Norton (1994:355), aktivitas
pembacaan buku sastra komparatif merupakan cara dan sumber
penting pembelajaran wawasan multikultural karena ia akan
memberanikan anak untuk mengidentifikasi dan mengapresiasi
kemiripan dan perbedaan litas dan budaya.
e. Penanaman Kebiasaan Membaca
Kata-kata bijak yang mengatakan bahwa buku adalah
jendela ilmu pengetahuan. Tetapi, penyakit malas membaca ini
menjangkiti siapa saja, sejak dari anak-anak sekolah,
mahasiswa, guru dan dosen. Sungguh keadaan ironis dan
memperhatikan. Pentingnya budaya membaca huga telah
ditegaskan Taufik Ismail (2003). Dalam tulisanya yang
berjudul “Agar Anak Bangsa Tak Rabun Membaca Tak
Pincang Mengarang” (2003:9), ia mengatakan peradaban
bangsa ditentukan oleh penanaman literasi buku di sekolah.
Misalnya, dengan penyediaan buku bacaan yang baik dan
menarik di sekolah.
13
Penutup
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa sastra anak
adalah karya sastra yang sangat penting bagi seorang anak. Karena
sastra anak dapat memberikan suatu pemahaman dan kesenangan bagi
seorang anak. Didalam buku sastra anak dapat mengembangkan
imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan
praktis bagi seorang anak. Anak juga dapat mengetahui apa saja
perbedaan-perbedaan antara genre sastra anak dengan genre dewasa.
Misalnya, perbedaan antara genre sastra anak dengan genre sastra
dewasa dilihat dari pengalaman dan kematang. Sastra anak memiliki
keterbatasan baik yang menyangkut pengalaman kehidupan yang
dikisahkan maupun bahasa yang dipergunakan untuk megekspresikan.
Pengalaman anak masih terbatas, maka anak belum dapat memahami
cerita yang melibatkan pengalaman hidup yang kompleks. Sedangkan
sastra dewasa lebih banyak sebuah pengalaman dibandingkan sastra
anak karena tingkat penalaran, pemahaman , pemikiran lebih luas
kematangannya. Sastra anak diyakini memiliki kontribusi yang besar
bagi perkembangan kepribadiaan anak dalam proses pertumbuhan
menuju kedewasaan itu dapat dilihat dari nilai personal dan nilai
pendidikan. Tahap perkembangan nilai personal antara lain
perkembangan emosional, perkembangan intektual, perkembangan
imajinasi, pertumbuhan rasa etis dan religius. Sedangkan nilai-nilai
pendidikan sastra anak antara lain eksplorasi, perkembangan bahasa,
pengembangan nilai keindahan, penanaman wawasan multikultural
dan penanaman kebiasaan membaca.
14
B. Saran
1. Sastra anak sangatlah penting terutama bagi seorang anak, karena
dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang hal-hal
yang berkaitan dengan sastra anak.
2. Sastra anak juga dapat mengembangkan imajinasi dan kreativitas,
serta dapat memberikan pengetahuan keterampilan praktis bagi
seorang anak.
3. Sastra anak dapat memberikan suatu pemahaman dan kesenangan
bagi seorang anak. Oleh karena itu, baca dan pahamilah buku
sastra anak.
15
Daftar Pustaka
Ismail,Taufik.2003.”Agar Anak Bangsa Tak Rabun Membaca Tak Pincnag
Mengarang”,Yogyakarta: Pidato Penganugerahan Gelar Kehormatan
Doktor Honoris Causa di Bidang Pendidikan Sastra, di Universitas Negeri
Yogyakarta.
Nurgiantoro,Burhan.2005.Pengantar Pemahaman Dunia Anak.Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Mula,Harahap.2007.Tentang Sastra Anak.blogspot.com.diakses 16-04-2007.
www.wahidin.com/Hakikat anak/2009/18/03/apresiasi.html.
16