BAB 4 REV 15

19
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.01 Gambaran Penelitian Penelitian dengan tujuan mengetahui hubungan efikasi diri terhadap peran perempuan dalam pengurangan risiko bencana erupsi Gunung Slamet di Desa Melung Kabupaten Banyumas dilakukan pada Bulan Desember 2014 di Desa Melung Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas. Penelitian dilakukan dengan memilih responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Kemudian peneliti mengunjungi responden dengan cara door to door. Jumlah responden dalam penelitin ini yaitu 116 responden. Pada penelitian ini peneliti menyajikan hasil penelitian berupa gambaran karakteristik responden meliputi umur, pendidikan, dan pekerjaan, gambaran tingkat efikasi diri perempuan dalam pengurangan risiko bencana, gambaran tingkat peran perempuan dalam pengurangan risiko bencana erupsi Gunung Slamet, dan gambaran tingkat hubungan efikasi diri terhadap peran perempuan dalam pengurangan risiko bencana erupsi Gunung Slamet. 4.02 Hasil Penelitian 41 Universitas Jenderal Soedirman

description

Revisi banyak

Transcript of BAB 4 REV 15

52

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.01 Gambaran PenelitianPenelitian dengan tujuan mengetahui hubungan efikasi diri terhadap peran perempuan dalam pengurangan risiko bencana erupsi Gunung Slamet di Desa Melung Kabupaten Banyumas dilakukan pada Bulan Desember 2014 di Desa Melung Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas. Penelitian dilakukan dengan memilih responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Kemudian peneliti mengunjungi responden dengan cara door to door. Jumlah responden dalam penelitin ini yaitu 116 responden. Pada penelitian ini peneliti menyajikan hasil penelitian berupa gambaran karakteristik responden meliputi umur, pendidikan, dan pekerjaan, gambaran tingkat efikasi diri perempuan dalam pengurangan risiko bencana, gambaran tingkat peran perempuan dalam pengurangan risiko bencana erupsi Gunung Slamet, dan gambaran tingkat hubungan efikasi diri terhadap peran perempuan dalam pengurangan risiko bencana erupsi Gunung Slamet.4.02 Hasil Penelitian4.02.1 Karakteristik Responden, Tingkat Efikasi Diri, dan Tingkat Peran Perempuan dalam Pengurangan Risiko Bencana Erupsi Gunung Slamet di Desa MelungKarakteristik responden, tingkat efikasi diri, dan tingkat peran perempuan dalam pengurangan risiko bencana erupsi Gunung Slamet di Desa Melung disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. Data karakteristik responden, tingkat efikasi diri, dan tingkat peran perempuan dalam pengurangan risiko bencana erupsi Gunung Slamet di Desa Melung dapat dilihat pada tabel 4.1.

Pada tabel tersebut dapat terlihat karakteristik responden pada penelitian ini meliputi umur, pendidikan, dan pekerjaan. Lebih dari setengah responden memiliki umur pada dewasa awal yaitu 72 responden (62,1%). Pendidikan terakhir responden paling banyak pada pendidikan SD yaitu sebanyak 80 responden (69%) dan pekerjaan responden sebagian besar adalah ibu rumah tangga yang berjumlah 100 responden (86,2%). Pada tabel 4.1 juga menjelaskan tingkat efikasi diri perempuan di Desa Melung dikategorikan dalam tingkat rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat efikasi diri perempuan sebagian besar tinggi yaitu berjumlah 84 responden (72,4%). Sama dengan tingkat efikasi diri perempuan, peran perempuan dalam pengurangan risiko bencana erupsi Gunung Slamet di Desa Melung juga dikategorikan dalam tingkat rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Menurut hasil penelitian didapatkan lebih dari setengah responden (66,4%) memiliki peran sedang dalam pengurangan risiko bencana erupsi Gunung Slamet di Desa Melung.Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden, Tingkat Efikasi Diri, dan Tingkat Peran Perempuan dalam Pengurangan Risiko Bencana Erupsi Gunung Slamet di Desa MelungVariabelKategoriFrekuensi Persentase (%)

Umur

Pendidikan

Pekerjaan

Efikasi diri

Peran perempuanDewasa awal (20-40)Dewasa madya (41-60)SD

SMP

Pegawai swasta

Wiraswasta

Ibu rumah tanggaRendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggiRendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi724480

36

4

12

1000

13

84

195

77

33

162,137,969

31

3,4

10,3

86,20

11,2

72,4

16,44,3

66,4

28,4

0,9

4.02.2 Tingkat Hubungan Efikasi Diri Terhadap Peran Perempuan dalam Pengurangan Risiko Bencana Erupsi Gunung Slamet

Tingkat hubungan efikasi diri terhadap peran perempuan dalam pengurangan risiko bencana eripsi Gunung Slamet di Desa Melung Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas seperti pada tabel 4.2 di bawah ini.Tabel 4.2 Tingkat Hubungan Efikasi Diri Terhadap Peran Perempuan dalam Pengurangan Risiko Bencana Erupsi Gunung Slamet di Desa Melung Kabupaten Banyumas

Peran perempuan

Efikasi diri

r

p

n0,421

0,000116

Berdasarkan hasil uji statistik Rank Sperman diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan bermakna antara efikasi diri dengan peran perempuan dalam pengurangan risiko bencana erupsi Gunung Slamet di Desa Melung Kabupaten Banyumas. Jumlah responden (n) pada penelitian ini yaitu 116 responden. Nilai kekuatan korelasi (r) yaitu 0,421 atau pada tingkat sedang dan nilai kemaknaan (p) yaitu 0,000 atau terdapat korelasi yang bermakna. Pada penelitian ini didapatkan hubungan antara efikasi diri dengan peran perempuan dalam pengurangan risiko bencana erupsi Gunung Slamet adalah hubungan positif sehingga ketika efikasi diri meningkat akan diikuti peningkatan peran.4.03 Pembahasan4.03.1 Deskripsi Karakteristik Responden

Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi umur, pendidikan, dan pekerjaan. Deskripsi karakteristik responden tersebut yaitu sebagai berikut :a. Umur

Berdasarkan data demografi responden, lebih dari setengah responden pada dewasa awal (62,1%). Usia dewasa dapat digolongkan menjadi dua yaitu dewasa awal dengan usia 20-40 dan dewasa madya dengan usia 41-60 (Lestari, 2007). Pada rentang usia dewasa, baik itu dewasa awal maupun dewasa madya memiliki peran yang sama dan lebih produktif dibandingkan dengan usia perkembangan yang lain. Dewasa awal dan dewasa madya juga memiliki efikasi diri yang sama. Hal ini juga terlihat dari hasil peran perempuan menurut penelitian Rini (2011) yang mengungkapkan usia dewasa yaitu antara 20 sampai 60 tahun cenderung memiliki lebih banyak peran yang dilakukan dibandingkan dengan perempuan usia lanjut. Hal tersebut karena pada usia dewasa dinilai lebih produktif, sedangkan pada usia lanjut banyak kapasitas fisik dan kognitif yang menurun. Menurut Bandura dalam penelitian Wantiyah (2010) pada setiap tahap perkembangan usia seseorang akan mengalami perubahan tingkat efikasi diri. Seseorang mulai berfokus pada efikasi dirinya ketika memasuki usia dewasa.

Penelitian ini dilakukan pada perempuan dengan rentang usia dewasa yaitu dewasa awal dan dewasa madya. Dewasa awal maupun dewasa madya memiliki tingkat peran dan efikasi diri yang sama. Dewasa awal dan dewasa madya juga memiliki tingkat peran dan produktifitas yang sama karena pada usia tersebut seseorang memiliki tanggung jawab lebih dalam keluarga maupun masyarakat sehingga pada usia tersebut seseorang mulai aktif berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat. Pada usia dewasa juga seseorang memiliki tingkat efikasi diri yang tidak jauh berbeda dan rata-rata tinggi, karena pada usia dewasa seseorang mulai fokus pada efikasi dirinya.

b. Pendidikan

Pada hasil distribusi karakteristik pendidikan responden, didapatkan hasil sebagian besar perempuan memiliki pendidikan SD (69%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Puspitasari (2014) yang dilakukan di Desa Melung. Sebagian besar responden pada penelitian Puspitasari juga memiliki pendidikan SD, karena di Desa Melung sebagian besar warga berpendidikan SD. Menurut penelitian Udin (2010), melalui pendidikan sedikit banyak seseorang akan memperoleh informasi tentang persoalan-persoalan tertentu. Semakin tinggi pendidikan yang telah ditempuh akan diiringi oleh pengetahuan dan wawasan yang luas dibandingkan dengan seseorang yang berpendidikan rendah. Pengetahuan dan wawasan yang luas tersebut akan menumbuhkan dorongan dan minat dalam diri seseorang untuk berperan dalam kegiatan di masyarakat. Winarna & Murni (2007) juga mengungkapkan hal yang serupa. Penelitian tersebut diungkapkan background berupa pendidikan akan berpengaruh terhadap peran yang ditunjukkan. Pendidikan yang jalani akan menghasilkan sebuah pengetahuan. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang didasarkan pada tingkat pendidikan akan memiliki kemampuan memahami permasalahan sehingga terbentuk peran sesuai dengan yang diharapkan. Penelitian Rini (2011) menunjukkan pendidikan yang ditempuh merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan kompetensi kognitif. Ketika seseorang mememperoleh pendidikan, maka pendidikan tersebut akan menjadi sarana untuk mengembangkan kemampuan kognitif dan pengetahuannya yang menjadi dasar pembentukan keyakinan diri. Responden pada penelitian ini yaitu perempuan dengan tingkat mendidikan SD dan SMP dimana pendidikan SD dan SMP merupakan jenjang pendidikan formal tingkat dasar dan tergolong pendidikan rendah. Keadaan tingkat pendidikan rendah tersebut akan diikuti oleh rendahnya tingkat pengetahuan dan wawasan. Rendahnya pengetahuan dan wawasan akan berdampak pada peran perempuan yang rendah. Pada penelitian ini sebagian besar perempuan memiliki peran sedang dan tinggi, hanya sedikit perempuan yang memiliki peran rendah. Hal tersebut karena pengetahuan dan wawasan tentang bencana erupsi tidak hanya didapat melalui pendidikan formal. Perempuan juga dapat memiliki pengetahuan dari informasi di media elektronik dan dari masyarakat sekitar. Sama halnya dengan efikasi diri perempuan, rendahnya pendidikan perempuan akan menyebabkan rendahnya kemampuan kognitif dan pengetahuannya yang menjadi dasar pembentukan keyakinan diri. Pada penelitian ini sebagian besar perempuan memiliki efikasi diri tinggi dan tidak ada yang memiliki efikasi diri rendah. Hal tersebut karena pengetahuan dan wawasan tentang bencana erupsi tidak hanya didapat melalui pendidikan formal.c. Pekerjaan

Responden pada penelitian ini sebagian besar adalah sebagai ibu rumah tangga (82,6%). Status pekerjaan perempuan seperti perempuan tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga ataupun perempuan yang bekerja memiliki perbedaan dalam peran dan efikasi diri. Penelitian Ananda (2013) mengungkapkan perempuan yang bekerja memiliki kepercayaan diri lebih tinggi dibandingkan perempuan yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga. Kepercayaan diri yang tinggi akan membuat seseorang berani dan berinisiatif tinggi untuk melakukan suatu hal sehingga memiliki peran lebih tinggi. Penelitian Udin (2010) juga mengungkapkan seseorang yang berpekerjaan baik seperti pegawai negri sipil juga akan lebih banyak memiliki kelonggaran secara materi maupun non-materi dalam berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan yang ada. Status pekerjaan juga akan berpengaruh pada efikasi diri. Seseorang yang bekerja akan memiliki efikasi lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang tidak bekerja. Status pekerjaan sangat berhubungan dengan aktualisasi diri seseorang dan mendorong seseorang lebih percaya diri pada kemampuan yang dimiliki (Wartiyah, 2010). Pekerjaan perempuan berpengaruh terhadap peran perempuan dalam pengurangan risiko bencana dan efikasi diri. Perempuan yang bekerja akan memiliki rasa percaya diri lebih tinggi pada kemampuan yang dimiliki karena memiliki aktualisasi diri yang baik. Selain memiliki rasa percaya diri pada kemampuan yang dimiliki, perempuan yang bekerja juga akan memiliki kepercayaan diri untuk berperan dan tanggung jawab lebih tinggi daripada perempuan yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga saja. Kepercayaan diri dan rasa tanggung jawab tersebut yang akan menumbuhkan keberanian dan inisiatif untuk berperan dalam pengurangan risiko bencana. Perempuan yang bekerja juga memiliki kelonggaran materi dan non materi untuk berperan dalam kegiatan di masyarakat.4.03.2 Gambaran Tingkat Efikasi Diri Perempuan di Desa Melung Kabupaten BanyumasPenelitian ini menunjukkan tingkat efikasi diri perempuan di Desa Melung sebagian besar tinggi. Tingkat efikasi diri perempuan tinggi yaitu sebanyak 84 responden (72.4%). Efikasi diri perempuan tinggi ditunjukkan dengan para perempuan merasa yakin atas kemampuan yang dimiliki untuk melakukan berbagai tindakan dalam mengatasi masalah akibat erupsi Gunung Slamet.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Mulyati et al (2010) yang didapatkan hasil efikasi diri korban erupsi merapi sebagian besar pada tingkat sedang. Korban erupsi merapi merasa biasa saja dengan kemampuan yang dimiliki untuk melakukan tindakan terkait erupsi gunung. Para korban tidak merasa optimis dan juga tidak merasa pesimis dengan kemampuan yang dimiliki. Menurut Mulyati et al, hal tersebut dipengaruhi oleh pengalaman yang akan mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan yang biasanya dipengaruhi oleh kegagalan atau mungkin keberhasilan pada pengalaman sebelumnya.

Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian Herdwiyanti & Sudaryono (2013) di daerah dampak bencana Gunung Kelud. Penelitian Herdwiyanti & Sudaryono didapatkan hasil bahwa pada daerah tersebut individu dengan efikasi diri rendah lebih banyak daripada efikasi diri tinggi. Sebagian besar subjek di penelitian tersebut tidak merasa optimis dalam melakukan kesiapsiagaan bencana karena belum pernah mengalami peristiwa bencana alam sebelumnya.

Pada penelitian ini, sifat bencana dan dampak yang ditimbulkan pada erupsi Gunung Slamet tidak sebesar dan separah bencana erupsi Gunung Merapi dan Gunung Kelud. Erupsi Gunung Slamet yang terjadi tidak menimbulkan dampak yang besar dan erupsi Gunung Slamet juga sering terjadi meskipun dengan intensitas yang rendah sehingga perempuan yang bermukim di lereng Gunung Slamet sudah memiliki pengalaman tentang erupsi Gunung Slamet. Pengalaman tersebut membuat perempuan mampu mengendalikan diri dan menguasai keadaan ketika terjadi erupsi. Sifat bencana dan pengalaman tersebut yang mempengaruhi tingkat efikasi perempuan tinggi.

Selain karena faktor pengalaman dan sifat bencana, efikasi diri perempuan pada penelitian ini tinggi juga dipengaruhi oleh umur perempuan. Umur merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat efikasi diri. Menurut Bandura dalam penelitian Wantiyah (2010) pada setiap tahap perkembangan usia. Saat bayi dilahirkan belum memiliki kepedulian terhadap dirinya. Pada anak-anak dan usia sekolah, efikasi diri secara kognitif terbentuk dan berkembang dari lingkungan dan teman bermainnya. Pada usia remaja, efikasi diri berkembang melalui pengalaman yang dihadapi. Memasuki usia dewasa, seseorang mulai berfokus pada efikasi dirinya. Efikasi diri pada lansia akan menurun karena berfokus pada menerimaan dan penolakan pada kemampuannya seiring dengan kemunduran fisik dan intelektual yang dialami. Pada penelitian ini perempuan yang dipilih memiliki umur dalam tingkat dewasa baik itu dewasa awal maupun dewasa madya. Pada usia dewasa efikasi diri sudah terbentuk dan pada usia tersebut perempuan mulai berfokus pada efikasi dirinya. Hal tersebut yang membuat tingkat efikasi diri perempuan pada penelitian ini sebagian besar memiliki efikasi diri tinggi.4.03.3 Gambaran Peran Perempuan dalam Penguranan Risiko Bencana Erupsi Gunung Slamet di Desa Melung Kabupaten Banyumas

Penelitian ini menunjukkan peran perempuan dalam pengurangan risiko bencana di Desa Melung sebagian besar pada tingkat sedang (66,4%). Perempuan melakukan peran dalam pengurangan risiko bencana namun tidak banyak peran yang dilakukan seperti yang seharusnya dilakukan dalam pengurangan risiko bencana. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Lisna et al (2011) yang mengungkapkan banyak peran yang dilakukan perempuan dalam penanggulangan bencana banjir di Kecamatan Meurudu dan Teunom Kabupaten Aceh Jaya. Perempuan berperan aktif tidak hanya di kegiatan dalam rumah tapi juga kegiatan di masyarakat karena para perempuan merasa sudah biasa melakukan hal tersebut dan mendapat dukungan. Perbedaan dengan penelitian ini bisa jadi dipengaruhi oleh adat atau budaya jawa tentang peran perempuan. Penelitian Rahayu et al. (2010) mengatakan bahwa dalam masyarakat tradisional jawa, perempuan memiliki peran di ranah domestik yang hanya berperan dalam lingkup rumah tangga sedangkan laki-laki memiliki peran di ranah publik. Setiawati & Zulkaida (2007) juga mengungkapkan di era kesetaraan gender masih ada pendapat bahwa tabu hukumnya bagi perempuan untuk berperan di bidang publik, jika perannya tidak sebangun dengan perannya dalam rumah tangga seperti mengasuh anak dan mengurus rumah tangga. Penelitian ini dilakukan di Jawa dengan responden usia dewasa yang bermukim di wilayah pedesaan. Letak desa yang agak jauh dari kota memungkinkan perempuan belum terpapar dengan perkembangan jaman sehingga masih mengikuti adat atau budaya tentang peran perempuan.

Peran perempuan yang sedang juga dapat dipengaruhi oleh faktor pekerjan. Penelitian Ananda (2013) didapatkan hasil perempuan yang bekerja memiliki kepercayaan diri lebih tinggi dibandingkan perempuan yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga. Kepercayaan diri yang tinggi akan membuat seseorang berani dan berinisiatif tinggi untuk melakukan suatu hal sehingga memiliki peran lebih tinggi.

Penelitian ini dilakukan pada perempuan di daerah jawa dan sebagian besar responden tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga. Hal tersebut dapat berefek kepercayaan diri perempuan kurang dan menyebabkan kurangnya keberanian serta inisiatif perempuan untuk melakukan peran dalam pengurangan risiko bencana. Perempuan hanya aktif pada beberapa peran pada lingkup rumah tangga yang menyangkut anak, keluarga, dan segala sesuatu yang berada di rumah. Perempuan kurang aktif pada peran dalam lingkup masyarakat seperti sosialisasi dan kegiatan lain tentang kebencanaan yang memerlukan partisipasi seluruh masyarakat. 4.03.4 Hubungan Efikasi Diri dengan Peran Perempuan dalam Penguranan Risiko Bencana Erupsi Gunung Slamet di Desa Melung Kabupaten BanyumasHasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara efikasi diri dengan peran perempuan dalam pengurangan risiko bencana erupsi Gunung Slamet (p=0,000). Efikasi diri merupakan keyakinan diri pada kemampun yang dimiliki untuk melakukan suatu hal. Sedangkan peran adalah perilaku yang dimainkan oleh seseorang. Menurut teori Lawrence Green dalam Halimah (2010), efikasi diri merupakan salah satu faktor perilaku yaitu predisposing factors (faktor dari diri sendiri).

Pada penelitian Zulkaida et al. (2007) dikatakan bahwa efikasi diri akan berpengaruh pada perilaku yang ditunjukkan. Keyakinan tentang kemampuan diri akan mendorong individu untuk mengarahkan segala tenaga, usaha, dan perilakunya untuk mencapai tujuan diharapkan.

Ferridianto (2012) dalam penelitiannya mengungkapkan efikasi diri memiliki peranan penting dalam mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan tertentu. Seseorang dengan efikasi diri yang tinggi memiliki inisiatif dan akan timbul keberanian mengambil keputusan serta bertindak sehingga persepsi efikasi diri akan menentukan jenis perilaku dan usaha yang dilakukan. Penelitian Arsanti (2009) didapatkan hasil efikasi diri berpengaruh signifikan dengan peran dan kinerja seseorang. Efikasi diri akan mengatur fungsi di dalam diri manusia melalui proses kognitif, motivasi, afektif, dan proses keputusan. Fungsi dalam diri tersebut akan mempengaruhi perilaku individu dalam meningkatkan atau menurunkan usaha. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Mulyati et al. (2010) yang mengungkapkan individu yang berefikasi diri tinggi memiliki sifat-sifat antara lain memiliki pandangan positif terhadap kegagalan dan menerima kekurangan yang dimilikinya apa adanya, lebih aktif, dapat mengambil pelajaran dari masa lalu, mampu merencanakan tujuan dan membuat rencana kerja, lebih kreatif menyelesaikan masalah dan selalu berusaha lebih keras untuk mendaptkan hasil kerja yang maksimal. Perempuan akan percaya dengan kemampuannya dan akan timbul perilaku dan usaha untuk melakukan peran yang diharapkan melalui sifat-sifat tersebut. Tingkat efikasi diri perempuan berbanding lurus dengn tingkat peran dalam pengurangan risiko bencana. Peningkatan efikasi diri perempuan akan diikuti peningkatan peran dalam pengurangan risiko bencana. Hal tersebut karena efikasi diri merupakan faktor dari dalam diri perempuan yang ketika efikasi diri perempuan meningkat, maka perempuan akan merasa percaya pada kemampuan yang dimiliki sehingga ada dorongan dari dalam diri untuk melakukan suatu hal melalui perilaku yang diharapkan seperti berperan dalam pengurangan risiko bencana. Hubungan antara efikasi diri dengan peran perempuan dalam pengurangan risiko bencana erupsi Gunung Slamet pada penelitian ini pada tingkat sedang. Hubungan antara efikasi diri dengan peran perempuan sedang karena terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi peran perempuan selain faktor efikasi diri. Faktor lain yang dapat mempengaruhi peran perempuan yaitu budaya atau adat yang termasuk dalam enabling factors (faktor pemungkin) dan pekerjaan yang termasuk dalam reinforcing factors (faktor penguat) dalam teori Lawrence Green dalam Halimah (2010). Penelitian Rahayu et al. (2010) dikatakan dalam masyarakat tradisional jawa, perempuan memiliki peran di ranah domestik yang hanya berperan dalam lingkup rumah tangga sedangkan laki-laki memiliki peran di ranah publik. Penelitian ini dilakukan pada parempuan jawa dimana dalam masyarakat tradisional jawa, perempuan memiliki peran dalam lingkup rumah tangga sedangkan peran di luar rumah adalah peran laki-laki. Budaya atau adat tersebut yang menyebabkan perempuan pada penelitian ini sebagian besar tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga sedangkan pekerjaan perempuan dapat mempengaruhi peran perempuan.

Penelitian Ananda (2013) berpendapat serupa. Pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi seberapa tinggi peran yang dilakukan. Seseorang yang tidak bekerja memiliki kepercayaan diri lebih rendah dibandingkan perempuan yang bekerja. Padahal kepercayaan diri tersebut membuat seseorang berani dan berinisiatif tinggi untuk melakukan suatu hal sehingga memiliki peran lebih tinggi.

Penelitian Udin (2010) juga mengungkapkan seseorang yang bekerja memiliki peran lebih di masyarakat. Hal tersebut karena seseorang yang bekerja lebih banyak memiliki kelonggaran secara materi maupun non-materi dalam berpartisipasi di kegiatan masyarakat.

Responden pada penelitian ini sebagian besar tidak bekerja atau menjadi ibu rumah tangga. Perempuan yang tidak bekerja dapat memiliki kepercayaan diri yang kurang dan menyebabkan kurangnya keberanian serta inisiatif perempuan untuk melakukan peran dalam pengurangan risiko bencana. Perempuan yang tidak bekerja juga tidak memiliki kelonggaran materi maupun non-materi untuk kegiatan di masyarakat seperti kegiatan masyarakat dalam rangka pengurangan risiko bencana.

4.04 Keterbatasan Penelitian

Penelitian hubungan efikasi diri terhadap peran perempuan dalam pengurangan risiko bencana erupsi Gunung Slamet di Desa Melung Kabupaten Banyumas ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan-keterbatasan tersebut yaitu karakteristik responden berupa pekerjaan tidak homogen dan adat atau budaya yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti sehingga dapat menjadi bias.

41Universitas Jenderal SoedirmanUniversitas Jenderal Soedirman