BAB 4 Moral,Etika Dan Akhlak

20
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang................................................................................................ B. Rumusan Masalah........................................................................................... C. Tujuan............................................................................................................ BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Moral,Etika dan Akhlak........................................................ ................ B. Hubungan Tasawuf dengan Akhlak........................................................ ........... C. Aktualisasi Akhlak........................................................ .................................... D. Indikator Manusia Berakhlak..................................................... ....................... E. Fungsi Aktualisasi Akhlak........................................................ .......................... BAB III PENUTUP

description

bab4

Transcript of BAB 4 Moral,Etika Dan Akhlak

Page 1: BAB 4 Moral,Etika Dan Akhlak

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................

B. Rumusan Masalah...........................................................................................

C. Tujuan............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Moral,Etika dan Akhlak........................................................................

B. Hubungan Tasawuf dengan Akhlak...................................................................

C. Aktualisasi Akhlak............................................................................................

D. Indikator Manusia Berakhlak............................................................................

E. Fungsi Aktualisasi Akhlak..................................................................................

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Page 2: BAB 4 Moral,Etika Dan Akhlak

BAB I

PENDAHULUAN

A.Pendahuluan

Pendidikan akhlak dan moral mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat

pentng dalam pembangunan nasional oleh karena pembangunan nasional kita adalah

pembangunan manusia indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat

indonesia. Keberhasilan segala bidang ini di tentukan oleh faktor manusianya yaitu manusia

pembangungan yang bermoral, beretika dan berakhlak mulia. Disamping itu pendidikan

akhlak dan moral diharapkan dapat berperan sebagai filter terhadap kemungkinan

timbulnya dampak negatif.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep Etika, Moral dan Akhlak?

2. Bagaimana korelasi antara akhlak dan ajaran Tasawuf?

3. Bagaimana cara mengaktualisasikan Akhlak dalam kehidupan sehari-hari seorang muslim?

4. Indikator apa saja yang dapat menunjukan bahwa seorang manusia dikatakan telah

memiliki akhlak?

5. Mengapa perlu aktualisasi akhlak dalam kehidupan?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian, pembagian dan peranan dari Etika

2. Untuk mengetahui pengertian dari Moral

3. Untuk mengetahui pengertian dan macam-macam dari Akhlak

Page 3: BAB 4 Moral,Etika Dan Akhlak

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Moral, Etika dan Akhlak

Akhlak secara bahasa berasal dari kata khalaqa ( �َق� َل ) yang kata asalnya khuluqun (َخ�

�َق� َل ,yang berarti perangai, tabi’at, adab atau khalaqun yang berarti kejadian, buatan ( َخ�

ciptaan. Jadi sexara etimologi akhlak itu berarti perangai, adab,tabi’at, atau sistem perilaku

yang dibuat.

Akhlak karenanya secara kebahasaan bisa baik atau buruk tergantung pada tata nilai yang

dipakai sebagai landasannya, meskipun sedara sosiologis di Indonesia kata akhlak sudah

mengandung konotasi baik, jadi “Orang yang berakhlak” berarti orang yang berakhlak baik.

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”

“(agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu.“

Akhlak atau sistem perilaku ini terkjadi melalui suatu konsep atau seperangkat

pengertian tentagng apa dan bagaimana sebaiknya akhlak itu harus terwujud. Konsep atau

seperangkat pengertian tentang apa dan bagaimana sebaiknya akhlak itu seharusnya

disusun oleh manusia dalam sitem ideanya. Sistem idea ini adalah hasil proses (penyebaran)

daripada kaidah-kaidah yang sihayati dan dirumuskan sebelumnya (norma yang bersifat

normatif dan bersifat deskriptif). Kaidah atau makna yang merupakan ketentuan ini timbul

dari satu sitem nilai yang rterdaat didalam AL-Qur’an atau sunnah yang telah dirumuskan

melalui wahyu illahi maupun yang disusun manusia sebaga kesimpulan dari hukum-hukum

yang terdapat dalam alam semesta yang diciptaka Allah SWT.

Page 4: BAB 4 Moral,Etika Dan Akhlak

Setelah pola prilaku terbentuk maka sebagi kelanjutannya akan lahir hasil-hasil dari

pola pilaku tersebut yang berbentuk material (artifacts) maupun non mataerial (konsepsi,

idea). Jadi akhlaqul karimah itu ialah pola prilaku yang dilandaskan pada dan

memanifestasikan nilai-nilai iman,islam dan ihsan. Karena ihsan berarti berbuat baik dan

orang yang ihsan disebut muhsin.

Ciri-Ciri Perbuatan Akhlak:

1) Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.

2) Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.

3) Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari

luar.

4) Dilakukan dengan sungguh-sungguh.

5) Dilakukan dengan ikhlas.

Macam-Macam Akhlak

1. Akhlak kepada Allah

a) Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembahNya sesuai

dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikanketundukkan terhadap

perintah Allah.

b) Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi,baik

diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan

dan ketentraman hati.

c) Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah,

karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia,

sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu

d) Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil

pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.

Page 5: BAB 4 Moral,Etika Dan Akhlak

e) Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya

rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup

dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam

melaksanakan ibadah kepada Allah.

2. Akhlak kepada diri sendiri

a) Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil daripengendalian

nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya.Sabar diungkapkan ketika

melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.

b) Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung

banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan

ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan

perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan

aturan-Nya.

c) Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua,

muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat

iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.

3. Akhlak kepada keluarga

Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara anggota

keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi. Akhlak kepada ibu bapak adalah

berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan. Berbuat baik kepada ibu

bapak dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain :

a) Menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih dengan cara bertutur

kata sopan dan lemah lembut

b) Mentaati perintah

c) Meringankan beban, serta

d) Menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.

4. Akhlak kepada sesama manusia

Page 6: BAB 4 Moral,Etika Dan Akhlak

a) Akhlak terpuji (Mahmudah)

Husnuzan

Berasal dari lafal husnun (baik) dan Adhamu (Prasangka). Husnuzan berarti prasangka,

perkiraan, dugaan baik. Lawan kata husnuzan adalah suuzan yakni berprasangka buruk

terhadap seseorang . Hukum kepada Allah dan rasul nya wajib, wujud husnuzan kepada

Allah dan Rasul-Nya antara lain:

- Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua perintah Allah dan Rasul Nya Adalah untuk

kebaikan manusia.

- Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua larangan agama pasti berakibat buruk.

Hukum husnuzan kepada manusia mubah atau jaiz (boleh dilakukan). Husnuzan kepada

sesama manusia berarti menaruh kepercayaan bahwa dia telah berbuat suatu kebaikan.

Husnuzan berdampak positif berdampak positif baik bagi pelakunya sendiri maupun orang

lain.

Tawaduk

Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang yang merendahkan diri

dalam pergaulan. Lawan kata tawaduk adalah takabur.

Tasamu

Artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling menghargai sesama manusia.

Ta’awun

Ta’awun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu dengan sesama

manusia.

b) Akhlak tercela (Mazmumah)

Hasad

Artinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau cemburu melihat orang lain

beruntung..

Page 7: BAB 4 Moral,Etika Dan Akhlak

Dendam

Dendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati untuk membalas kejahatan.

Gibah dan Fitnah

Membicarakan kejelekan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkan

nama baiknya. Apabila kejelekan yang dibicarakan tersebut memang

dilakukan orangnya dinamakan gibah. Sedangkan apabila kejelekan yang

dibicarakan itu tidak benar, berarti pembicaraan itu disebut fitnah.

Namimah

Adu domba atau namimah, yakni menceritakan sikap atau perbuatan

seseorang yang belum tentu benar kepada orang lain dengan maksud

terjadi perselisihan antara keduanya.

Istilah-Istilah yang Berkaitan dengan Akhlak

Dalam pengertian sehari-hari, perkataan “akhlak” acapkali disamakan pengertainnya

dengan “etika”, “moral”, dan “susila”. Untuk mendapatkan gambaran masing-masing istilah

tersebut sesuai dengan penggunaannya, maka di sini mari kita kaji istilah-istilah tersebut.

Etika

Perkataan “etika” berasal dari bahasa Yunani “ethos”. Kata ethos dalam bentuk

tunggal mempunyai banyak arti: tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang;

kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk jamak (ta etha)

artinya adalah: adat kebiasaan. Dan arti terakhir inilah yang menjadi latar belakang

terbentuknya istilah “etika” yang oleh filsuf Yunani Aristoteles (384-322 SM.) sudah dipakai

untuk menunjukkan filsafat moral. (Bertens, 1994:4).

Dalam filsafat moral, etika didefinisikan sebagai berikut:

a. Ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal

perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. (Ya’qub, 1983:13).

b. (1) Ilmu pengetahuan tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan

kewajiban moral (akhlak); (2) Kumpulan asa atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; (3)

Page 8: BAB 4 Moral,Etika Dan Akhlak

Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. (Kamus Besar

Bahasa Indonesia, 1998).

Dari pengertian etika tersebut, tampak bahwa terdapat istilah “akhlak” yang menjadi

obyek kajian ilmu etika. Boleh jadi karena itulah, maka ada orang yang beranggapan bahwa

etika sama dengan akhlak. Persamaan itu memang ada, karena keduanya membahas

masalah baik dan buruknya tingkah laku manusia. Tujuan etika dalam pandangan filsafat

ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia di setiap waktu dan tempat tentang

ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran

manusia. Akan tetapi dalam usaha mencapai tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena

pandangan masing-masing golongan di dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran

(kriteria) yang berlainan. Setiap golongan mempunyai konsepsi sendiri-sendiri. Sebagai

cabang dari filsafat, maka etika bertitik tolak dari akal pikiran, tidak dari agama. Di sinilah

letak perbedaannya dengan akhlak dalam pandangan Islam. Dalam pandangan Islam, ilmu

akhlak ialah ilmu yang mengajarkan mana yang baik dan mana yang buruk berdasarkan

ajaran Allah dan Rasul-Nya. Ajaran etika Islam sesuai dengan fitrah dan akal pikiran yang

lurus.

Untuk menghindari kesamaran tersebut, maka perlulah kiranya diketahui karakteristik etika

Islam yang membedakannya dengan etika filsafat, yaitu sebagai berikut:

a. Etika Islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah laku yang baik dan

menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk.

b. Etika Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran baik dan buruknya

perbuatan, didasarkan pada ajaran Allah SWT, yaitu Al-Qur’an, dan ajaran Rasul-Nya yaitu

sunnah.

c. Etika Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima oleh seluruh umat

manusia di segala waktu dan tempat.

d. Dengan jaran-ajarannya yang praktis dan tepat, cocok dengan fitrah manusia dan akal

pikiran manusia. Maka etika Islam dapat dijadikan pedoman oleh seluruh umat manusia.

e. Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke jenjang akhlak yang luhur dan

meluruskan perbuatan manusia di bawah pancaran sinar petunjuk Allah SWT menuju

Page 9: BAB 4 Moral,Etika Dan Akhlak

keridhaan-Nya. Dengan melaksanakan etika Islam niscaya akan selamatlah manusia dari

pikiran-pikiran dan perbuatan-perbuatan yang keliru dan menyesatkan. (Ya’qub, 1983:14).

Moral

Perkataan “moral” berasal dari bahasa Latin “mores”, kata jamak dari “mos”, yang

berarti adat kebiasaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1998, kata “moral”

diterjemahkan dengan arti susila. Kata moral selalu mengacu pada baik dan buruknya

manusia sebagai manusia. Jadi bukan mengenal baik-buruknya manusia dari satu segi saja,

misalnya sebagai pegawai, sebagai petani, sebagai ustadz, dsb, melainkan sebagai manusia

secara total. Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya

sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan betul-salahnya

sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik-buruknya sebagai manusia dan bukan

sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas. (Magnis-Suseno, 1987:18).

Ajaran moral memuat pandangan-pandangan tentang nilai-nilai dan norma-norma moral

yang terdapat di antara sekelompok manusia. Sumber pelbagai moralitas dapat berasal dari

satu atau beberapa sumber berikut: tradisi atau adat, agama, atau sebuah ideologi. (Magnis-

Suseno, et.al, 1996:3).

Patut dicatat di sini, hubungan antara etika dan moralitas. Bahwa etika bukan sumber

tambahan moralitas melainkan merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran-ajaran moral.

Pemikiran filsafat mempunyai lima ciri: bersifat rasional, kritis, mendasar, sistematik, dan

normatif.

Maka dengan etika di sini dimaksudkan filsafat moral, atau pemikiran rasional, kritis,

mendasar, dan sistematis tentang ajaran-ajaran moral. Etika menyelidiki mengapa kita harus

mengikuti moralitas tertentu, atau bagaimana kita dapat mengambil sikap yang

bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai moralitas. Perlu diperhatikan bahwa

terkadang kata etika juga dipakai dalam arti yang longgar, yaitu untuk menunjuk pada

keseluruhan pandangan moral kelompok sejauh merupakan kesatuan sistematis (misalnya

“Etika Jawa”).

B. Hubungan Tasawuf dengan Akhlak

Page 10: BAB 4 Moral,Etika Dan Akhlak

Pandangan paling monumental tentang Tasawuf muncul dari Abul Qasim Al-Qusyairy an-

Naisabury, seorang ulama sufi abad ke-4 hijriyah. Al-Qusyairy sebenarnya lebih

menyimpulkan dari seluruh pandangan Ulama Sufi sebelumnya, sekaligus menepis bahwa

Tasawuf atau Sufi muncul dari akar-akar historis, bahasa, intelektual dan filsafat di luar

Islam.Dalam buku Ar-Risalatul Qusyairiyah ia menegaskan bahwa kesalahpahaman banyak

orang terhadap tasawuf semata-mata karena ketidaktahuan mereka terhadap hakikat

Tasawuf itu sendiri. Menurutnya Tasawuf merupakan bentuk amaliyah, ruh, rasa dan pekerti

dalam Islam itu sendiri. Ruhnya adalah firman Allahswt:

“Dan jiwa serta penyempurnaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)

kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu

dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya.”(QS.Asy-Syams:7-8)

”Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang membersihkan diri dan dia

mendzikirkan nama Tuhannya lalu dia shalat.” (QS. Al-A’laa: 14-15)

Berdasarkan pandangan para Sufi itulah akhirnya Al-Qusayiry menyimpulkan bahwa Sufi

dan Tasawuf memiliki terminologi tersendiri, sama sekali tidak berawal dari etimologi,

karena standar gramatika Arab untuk akar kata tersebut gagal membuktikannya. Alhasil,

dari seluruh definisi itu, semuanya membuktikan adanya adab hubungan antara hamba

dengan Allah swt dan hubungan antara hamba dengan sesamanya. Dengan kata lain,

Tasawuf merupakan wujud cinta seorang hamba kepada Allah dan Rasul-Nya, pengakuan

diri akan haknya sebagai hama dan haknya terhadap sesama di dalam amal kehidupan.

Tasawuf adalah proses pendekatan diri pada tuhan dengan cara mensucikan hati sesuci-

sucinya.Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk.Jadi

kaitan/hubungan tasawuf dengan akhlak yaitu bahwa orang yang suci hatinya akan

tercermin dalam air muka dan perilakunya yang baik

C. Aktualisasi Akhlak

Dalam kehidupan, akhlak memegang peranan yang sangat besar. Akhlak berhubungan

erat dengan setiap perbuatan manusia yang diukur dengan wahyu apakah suatu perbuatan

dapat dikatakan baik atau buruk. Dalam akhlak ada nilai dasar apakah perbuatan itu baik

atau buruk. Akhlak mengandung pengertian perbuatan yang timbul melalui sebuah ikhtiar

Page 11: BAB 4 Moral,Etika Dan Akhlak

dan kesengajaan. Perbuatan itu meski diketahui waktu ia melakukan apa yang ia perbuat.

Akhlak pada dasarnya menjelaskan kata antara baik dan buruk. Dalam akhlak juga

menerangkan tujuan yang hendak dicapai dari perbuatan manusia. Selanjutnya akhlak juga

membicarakan tentang jalan ataupun proses yang dilalui oleh manusia untuk mencapai

tujuannya.

Dalam kehidupan yang serba modern sekarang tentu banyak kepentingan yang ada

dalam anggota masyarakat. Mewujudkan masyarakat yang harmonis memerlukan aturan-

aturan yang bersifat universal yang dapat dipertanggungjawabkan secara Ilahi dan

kemanusiaan. Dengan kata lain, aturan tersebut haruslah sesuai dengan tuntutan zaman

yang ada dan sesuai dengan akidah agama. Di sinilah letak urgensi pendidikan akhlak yaitu

dalam merumuskan pendidikan agar selalu berada dalam jalur yang benar dan selalu dalam

orientasi yang lebih baik. Selanjutnya dalam masa yang serba modern ini maka urgensi

pendidikan akhlak yang terpenting adalah bagaimana mewujudkan masyarakat yang

madani.

Masyarakat modern tentunya mempunyai tantangan yang lebih kompleks, untuk itulah

pendidikan akhlak sangat penting dan diharapkan dapat menjadi sarana pembentukan

kepribadian manusia. Dengan demikian urgensi pertama dan utama pendidikan akhlak

adalah membentuk pribadi yang berakhlak. Pembentukan pribadi yang berakhlak tidaklah

terlepas dari tujuan pendidikan Islam. Pendidikan Islam itu sendiri bertujuan membentuk

insan kamil yang tentunya sifat dan sikapnya selalu mencerminkan pribadi muslim.

Pembentukan pribadi muslim yang berakhlak mencakup aspek jasmaniah dan ruhaniah.

Keduanya merupakan target pembentukan pribadi yang berakhlak. Pengaruh modernisasi

dan industrialisasi sebagai dampak dari era globalisasi diharapkan dapat dinetralisasi dengan

tetap mempertahankan akhlakul karimah dalam kehidupan keluarga dan lingkungan

masyarakat.

Pendidikan akhlak dalam era globalisasi sangatlah menentukan. Di saat pendidikan

sekarang ini yang semakin sekuler dan materialis sehingga nilai-nilai akhlak dan moralitas

bermasyarakat dalam erosi yang sangat besar. Manusia cenderung hanya mengejar

tuntutan materi saja dan hal ini membawa manusia pada situasi yang dilematis, manusia

telah kehilangan nilai kemanusiaan. Manusia telah menjadi mesin kehidupan yang harganya

Page 12: BAB 4 Moral,Etika Dan Akhlak

bisa diukur dengan uang atau benda lainnya. Di sini terlihat urgensi pendidikan akhlak agar

manusia tidak kehilangan kemanusiaannya dan selanjutnya terwujud sebuah masyarakat

yang madani.

D. Indikator Manusia Berakhlak

Seorang muslim yang telah mampu mengapliksikan dan mengaktualisasikan akhlak

dalam kehidupan pada umumnya memiliki ciri pada setiap perbuatan yang dilakukan selalu

bernafaskan ajaran Islam. Secara general seorang muslim yang dikatakan berakhlak dapat

dilihat dari beberapa hal antara lain:

• Akhlak telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.

• Akhlak telah diterapkan dengan mudah tanpa melalui proses berpikir yang panjang.

• Akhlak timbul dari kesadaran dari orang tersebut tanpa ada paksaan dan tekanan.

• Akhlak tersebut dilakukan dengan sungguh-sungguh dan ikhlas

E. Fungsi Aktualisasikan Akhlak

Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa menghindar dari berhubungan dengan orang

lain. Dalam berkomunikasi antara satu dengan yang lain, manusia tunduk kepada sistem

komunikasi interpersonal dan komunikasi intrapersonal. Sebagai makhluk psikologis

manusia bukan hanya memotret yang tampak, tetapi juga mempersepsi yang tampak

dengan perangkat kejiwaannya sehingga performance seseorang tidak hanya difahami dari

yang nampak, tetapi juga dari yang di duga berada dibalik yang tampak. Orang kebanyakan,

memang suka menempatkan penampilan luar sebagai ukuran, tetapi bagi orang yang

terpelajar dan beradab, yang paling utama dari kualitas manusia adalah kredibilitas

akhlaknya, kredibilitas moralnya, dan ukuran itulah yang diperhitungkan dalam transaksi

sosial. Kredibilitas akhlak yang dimiliki oleh seseorang akan menjadi kekuatan yang sangat

kuat dalam bernegosiasi dengan orang lain dalam berbagai urusan.

BAB III

Page 13: BAB 4 Moral,Etika Dan Akhlak

PENUTUP

Dengan demikian, akhlak dan Ihsan ialah dua pranata yang berada pada suatu sistem

yang lebih besar yang disebut akhlaqul karimah. Dengan perkataan lain, akhlak adalah

pranata perilaku yang mencerminkan struktur dan pola perilaku manusia dalam segala

aspek kehidupan. Sedang ihsan adalah pranata nilai yang menentukan atribut kualitatif dari

pribadi atau akhlak. Jadi akhlak yang berkualitas ihsan adalah akhlaqul karimah, sedang

pelakunya disebut muhsin, (jamak: muhsinin).

DAFTAR PUSTAKA

Page 14: BAB 4 Moral,Etika Dan Akhlak

Muthtahhari, Murtadha, Falsafah akhlak : kritik atas moralitas Barat; Penerjemah, Faruq bi

Dhiya’. Bandung : Pustaka Hidayah, 1995.

Fakhry, Majid, Etika Dalam Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996.

Al-Jazairi, Syekh Abu Bakar. Mengenal Etika dan Akhlak Islam. Jakarta : Lentera, 2003.

Bakry, Oemar. Akhlak Muslim. Bandung : Angkasa, 1981.

Masyhur, Kahar. Meninjau berbagai Ajaran; Budipekerti/Etika dengan Ajaran Islam. Jakarta :

Kalam Mulia, 1986.

Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2003.

Shaqr, Abdul Badi’, Meneladani Akhlak Nabi. Bandung : PT Mizan Pustaka, 2004.

Darajat , Zakiah, dkk. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta : PT Bulan Bintang, 1984.