Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan

download Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan

of 18

Transcript of Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan

  • 8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan

    1/18

     

    LAPORAN FINAL  

    IV- 1

    4.1 

    ANALISIS KONDISI FISIK DAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN

    4.1.1 

    Analisis Daya Dukung Tanah

    Pemahaman yang ekstensif terhadap kondisi tanah pada sebuah tapak akan membentuk untuk menentukan

    kesesuaian tapak dalam menunjang perancangan tata bangunan dan lingkungan.

    Secara geomorfologi kawasan ini merupakan daerah satuan dataran aluvial serta endapan aluvium. Dengan

    mengacu pada tabel dibawah ini, maka kawasan perencanaan dapat disimpulkan bahwa ditinjau dari daya

    dukung tanah memiliki tingkat kesesuaian pengembangan kegiatan perkotaan sebagai kawasan terbangun

    adalh sangat baik.

    Tabel IV .1

    Daya Dukung Tanah Kawasan Panorama Lingkar Timur Untuk Pengembangan Sistem Aktifitas

    Perkotaan Berdasarkan Jenis dan Sifat Tanah

    Jenis tanah Sifat Tingkat Kesesuian

    Alluvial Geysol, Planosol, Hidromorf Kelabu, Laterik air tanah Tidak peka Sangat baik

    Latosol Agak peka Baik

    Brown Forests Oil, Non Calcic Brown,Mediteran Kurang Peka Kurang baik

     Andosol, Laterite, Grumusol, Spodosol, Podsolic Peka Tidak baik

    Regosol, Litosol, Organosol, Renzina Sangat Peka Sangat Tidak baik

    Sumber : Pedoman Perencanaan teknis 

    4.1.2 

    Analisis Tapak Dalam Geologi Wilayah

     Analisis ini bertujuan sebagai pemahaman terhadap adanya sumber daya dan pembatas-pembatas geologi

    wilayah (sesar, jalur gempa dll) yang sangat penting untuk menjamin tata bangunan dan lingkungan dari

    bahaya geologi (gempa, gunung api, longsor, dll) selanjutnya berguna bagi kegiatan rekayasa komponen

    tapak dan sistem sumberdaya alam yang lain.

    Secara umum kawasan perencanaan yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Gading Cempaka

    merupakan kawasan yang berada di garis Zona Gempa dengan klasifikasi berdasarkan RTRW Kota

    Bengkulu adalah Zona C (Zona Kuat). Zona C yaitu daerah yang mempunyai struktur batuan yang sangat

    kuat, sehingga jika terjadi gempa getaran pada zona tersebut relatif rendah dan dampak kerusakan relatif

    kecil.

    4.1.3  Analisis Kondisi Topografi dan Kemiringan Tapak

    A.  Daya dukung variabel kemiringan lahan dalam pengembangan kegiatan perkotaan

    Kemiringan lahan merupakan faktor penting dalam penentuan lahan yang potensial untuk

    pengembangan perkotaan. Salah satu pedoman yang banyak digunakan perencana kota adalah

    klasifikasi kesesuaian yang dibuat oleh Mabbery (1972). Menurut Mabbery, wilayah yang potensial untuk

    dikembangkan sebagai kawasan perkotaan adalah pada lahan dengan kemiringan sampai dengan 15 %

    Kawasan perencanaan merupakan daerah yang relatif datar sampai landai yang merupakan bagaian dari

    wilayah Kecamatan Gading Cempaka dengan kemiringan lereng adalah 3 – 15 % dan ketinggian wilayah

  • 8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan

    2/18

     

    LAPORAN FINAL  IV- 2

    berkisar antara 0  – 10 M sampai dengan 25  – 50 M. Karakter lahan tersebut sangat berpotensi untuk

    pembangunan berbagai jenis pembangunan fisik, baik pembangunan sarana maupun prasarana

    kawasan dalam rangka pemenuhan kebutuhan ruang bagi aktifitas perkotaan. Hal tersebut juga didukung

    oleh Mabbery  yang menyebutkan bahwa lahan yang potensial untuk dijadikan sebagai lahan terbangun

    adalah berada pada lahan dengan kemiringan berkisar antara 0  – 5 %.

    Tabel IV.2

    Tingkat Kesesuaian Pengembangan Kegiatan Perkotaan

    di Kawasan Panorama Lingkar Timur Menurut Klasifikasi Kemiringan Lahan

    Kemiringan Lahan KlasifikasiTingkat Kesesuian

    Pengembangan Lahan Perkotaan

    0 –  8 % Datar Sangat baik

    9 – 15 % Landai Baik

    15 – 25% Agak curam Terbatas

    26 – 40 % Curam Sangat terbatas

    > 40 % Sangat curam Mutlak konservasi

    Sumber : Pedoman Perencanaan Teknis

    Tabel IV.3

    Rekomendasi Pengembangan Kegiatan Perkotaan

    di Kawasan Panorama Lingkar Timur Berdasarkan Daftar Kemiringan Lahan Mabbery

    Kesesuian

    Peruntukan lahan Perkotaan

    Kemiringan (%)

    0-3 3-5 5-10 10 -15 15-30 30-14 >40

    RTH dan Rekreasi umum              

    Bangunan Terstruktur

           

    Perkotaan Umum        

    Perumahan

     

     

     

     

    Pusat perdagangan/ Jasa

       

    Industri  

     

    Sistem Septik

       

    Jalan Umum

     

     Jalan Raya

       

    Jalan Kereta Api  

    Lapangan Terbang

     

    Sumber : Diolah berdasarkan daftar Mabbery. 

    Berdasarkan penjelasan di kedua tabel tersebut diatas, maka dapat dismpulkan bahwa kawasan

    perencanaan yaitu Kawasan Panorama Lingkar Tmur ditinjau dari segi kelerngan dan ketinggian wilayah

    adalah memiliki kesesuaian yang sangat baik hingga baik dan dapat direkomendasikan berbagai sistem

    aktifitas kawasan terbangun sebagaimana dapat dilihat pada tabel IV.3.

    B. 

    Daya dukung variabel kemiringan lahan dalam sistem jaringan drainase

    Tingkat kemampuan lahan suatu areal untuk drainase ditentukan oleh bentuk lahannya terutama

    kemiringan lerengnya. Selain itu jenis dan sifat fisik batuan/tanah juga akan berpengaruh terhadap

    drainase.

    Lahan yang datar atau kemiringan lerengnya 0  –  3 % merupakan areal yang kurang mampu untuk

    drainase, pada areal ini sering terjadi genangan. Lahan yang kemiringan lerengnya > 3 % dapat

    diklasifikasikan memiliki kemampuan drainase baik. Batuan yang kurang kedap air seperti lempung,

    porositasnya kecil sehingga mempunyai kemampuan drainase yang buruk. Dengan kemiringan lereng

    kawasan perencanaan yang berkisar antara 3 – 15 % maka pada kawasan ini diperkirakan tidak memiliki

    kendala dalam sistem jaringan drainase.

    4.1.4 

    Analisis Kondisi Hidrologi

    Kondisi hidrologi di Kawasan Panorma Lingkar Timur dipengaruhi oleh kondisi hidrologi secara umum di Kota

    Bengkulu. Sumber air tanah dangkal pada umumnya mencapai debit 5 Lt/detik dengan kontinuitas cukup 

    kualitas air yang baik  sedangkan air tanah dalam mencapai debit air 2 Lt/detik dengan kontinuitas cukup dan

    kondisi kualitas baik .

    Kondisi hidrologi terkait dengan sistem sanitasi lingkungan yang mengarah pada pola jaringan drainase

    kawasan sebagai saluran limpasan air hujan menunjukkan belum terkelola secara intensif dan kondisi

    sebaran jaringan yang tidak merata bahkan kondisinya kurang memadai. Kondisi tersebut jika tidak ditangani

    secara serius akan dapat mengakibatkan terjadinya genangan pada daerah dataran rendah pada musim

    hujan.

    Kondisi iklim kota bengkulu juga turut mempengaruhi kondisi hidrologi pada kawasan perencanaan. Iklim din

    Kota Bengkulu adalah iklim tropis dengan temperatur rata-rata 22o  C  – 32 o C. Lama penyinaran matahari

    rata-rata berkisar antara 40  – 80 % dengan kelembaban udara 80  – 87%. Curah hujan rata-rata mencapai

    268,17 mm/bln dengan jumlah rata-rata hari hujan setiap bulannya adalah 18 hari hujan. Kondisi iklim yang

    relatif panas ini pelu diimbangi dengan ketersediaan ruang terbuka hijau yang proporsional, khususnya di

    sepanjang koridor jalan kawaan perencanaan sehingga mampu meningkatkan suasana nyaman bagi iklim

  • 8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan

    3/18

     

    LAPORAN FINAL  IV- 3

    lokal kawasan serta fungsi sekologis kawasan untuk menetralisir kondisi udara yang cenderung terpengaruh

    oleh polusi udara akibat aktifitas pergerakan (polusi udara oleh kendaraan bermotor).

    4.1.5 

    Analisis Tautan Tata Guna Lahan Sekitar Tapak

    Penggunaan lahan di kawasan perencanaan terdiri dari tiga jenis penggunaan lahan, yaitu:

    1. 

    Komersil (Perdagangan dan jasa)

    2. 

    Permukiman (dengan dilengkapi oleh fasilitas pelayanan sosial)

    3. 

    Ruang terbuka hijau/taman rekreasi

     Arah perkembangan tata guna lahan pada kawasan perencanaan seiring dengan perkembangan sistem

    aktifitas perkotaan akan semakin mengarah pada peningkatan kebutuhan ruang fasilitas perkotaan

    khususnya disektor ekonomi perdagangan dan jasa. Hal ini telah terindikasi dengan adanya alih fungsi lahan

    kawasan permukiman yang terletak di sekitar jalan-jalan utama telah berubah fungsi menjadi kawasan

    perdagangan dan jasa, khususnya kawasan di ruas Jalan Manggis yang merupakan pengaruh dari

    perkembangan kegiatan di perekonomian di ruas Jalan Salak Raya.

    Sedangkan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dan ditangani adalah perkembangan penggunaanlahan yang semakin mengarah pada peningkatan kebutuhan lahan untuk permukiman seiring dengan laju

    pertambahan penduduk dan keterdesakan kawasan permukiman di ruas Jalan Manggis yang telah beralih

    fungsi menjadi kawasan komersil. Dinamika kependududkan yang semakin meningkat yang dipengaruhi oleh

    faktor internal dan eksternal juga akan semakin mempertajam peningkatan kebutuhan fasilitas pelayanan

    sosial khsusunya pada pusat-pusat permukiman yang demikian juga membutuhkan ruang yang representatif

    bagi pengalokasian fasilitas pelayanan sosial tersebut.

    Fungsi kawasan di sekitar tapak/kawasan perencanaan pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan fungsi

    penggunaan lahan di kawasan perencanaan yang membentuk linkage. Dengan demikian perlu diperhatikan

    lebih intensif mengenai arah perkembangan penggunaan lahan pada masa yang akan datang dan

    penekanan pada aspek penataan serta pengendalian pemanfaatan r uang.

    4.1.6 

    Pembatas Untuk Konservasi : Perlindungan Setempat

    Untuk mendapatkan peruntukan lahan yang baik pada kawasan perencanaan (Kawasan Panorama Lingkar

    Timur) perlu juga dipertimbangkan lahan-lahan yang tidak boleh dibangun untuk memberikan keseimbangan

    ekologi lingkungan setempat. Pada dasarnya tidak ada faktor pembatas yang sangat signifikan, faktor yang

    menjadi pembatas penggunaan lahan pada kawasan perencanaan ini bersifat konvensional yang terdiri dari:

    1. 

    Kawasan sempadan jalan

    2.  Kawasan sempadan sungai

    Meskipun kawasan perencanaan berada pada garis zona gempa (Zona C /Zona Kuat), dimana Zona C

    merupakan daerah yang mempunyai struktur batuan yang sangat kuat, sehingga jika terjadi gempa getaran

    pada zona tersebut relatif rendah dan dampak kerusakan relatif kecil, namun hal tersebut bukan merupakan

    suatu permasalahan mengingat struktur geologi kawasan memiliki daya dukung yang baik untuk dapatmeminimalisasi pengaruh getaran gempa terhadap kerusakan bangunan. Namun meskipun demikian perlu

     juga diantisipasi dengan sistem pembangunan gedung yang tahan gempa guna mencegah terjadinya

    kerusakan bangunan yang parah.

    Penetapan kawasan perlindungan setempat yang merupakan faktor pembatas tersebut akan disesuaikan

    dengan kebijakan peraturan daerah yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Bengkulu ataupun merujuk

    kepada kebijakan/peraturan/standar nasional.

    4.2 

    ANALISIS SOSIAL KEPENDUDUKAN

    Penduduk merupakan salah satu faktor yang cukup penting dan bersifat dinamis, serta menentukan dalam

    proses perencanaan kota maupun wilayah, karena faktor penduduk erat kaitannya dengan kegiatan sosial-

    ekonomi yang dibangkitkan. Oleh sebab itu untuk melihat kecenderungan perkembangan kota dimasa

    mendatang dapat diketahui melalui analisis kependudukannya. Analisis kependudukan merupakan tahapan

    yang sangat penting dalam setiap proses perencanaan. Selanjutnya analisis kependudukan ini dimaksudkan

    sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan besarnya skala kegiatan dan kebutuhan fasilitas di wilayah

    perencanaan.

    4.2.1 

    Perkiraan Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhannya

    Perkembangan jumlah penduduk sangat berpengaruh terhadap perkembangan kegiatan perkotaan, semakin

    tinggi perkembangan jumlah penduduk akan semakin berkembang pula sistem aktifitas yang telah ada.

    Implikasi dari peningkatan jumlah tersebut berupa peningkatan kebutuhan terhadap sarana dan prasarana

    wilayah yang mendukung dan secara langsung akan berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhanlahannya. Dalam analisis ini mengacu pada data dasar tingkat kelurahan yang termasuk dalam kawasan

    perencanaan. Adapun sebagaimana telah dijelaskan wilayah kelurahan yang termasuk dalam kawasan

    perencanaan adalah Kelurahan Panorama, Kelurahan Dusun Besar dan Kelurahan Lingkar Timur yang

    seluruhnya berada di Kecamatan Gading Cempaka.

  • 8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan

    4/18

     

    LAPORAN FINAL  IV- 4

    Mengacu pada data dasar yang diperoleh, pada tahun 2005 jumlah penduduk Kelurahan Panorama

    mencapai 10.269 jiwa, Kelurahan Dusun Besar mencapai 12.152 jiwa dan Kelurahan Lingkar Timur 6.048

     jiwa dan Kecamatan Gading Cempaka jumlah penduduknya mencapai 82.544 jiwa. Berdasarkan hasil

    analisis dengan mencau pada data dasar yaitu tahun 2005, pada sepuluh tahun mendatang hingga tahun

    2017 jumlah penduduk di ketiga kelurahan tersebut diperkirakan mencapai 32.457 jiwa dan pada masa 20

    tahun mendatang (tahun 2027) diperkirakan akan mencapai 37.985 jiwa Sedangkan laju pertumbuhan

    penduduk mencapai angka rata-rata yaitu 1,32%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel IV.4 dan IV.5.

    Tabel IV.4

    Proyeksi Jumlah Penduduk Kawasan Perencanaan

    (Kelurahan Panorama, Dusun Besar dan Lingkar Timur) Tahun 2007 - 2027

    NoTahun

    Proyeksi

    Jumlah Penduduk Kelurahan (Jiwa)Jumlah (Jiwa)

    Panorama Dusun Besar Lingkar Timur

    1 2007 10.542 12.475 6.209 29.226

    2 2012 11.256 13.320 6.629 31.205

    3 2017 12.018 14.223 7.078 33.319

    4 2022 12.832 15.187 7.557 35.575

    5 2027 13.701 16.216 8.068 37.985

    Sumber: Hasil Analisis, 2007

    Tabel IV.5

    Rata-Rata Laju Pertumbuhan Penduduk Kawasan Perencanaan

    (Kelurahan Panorama, Dusun Besar dan Lingkar Timur) Tahun 2006 - 2027 

    No Kelurahan LPP 2006-2027 (%)

    1 Panorama 1,32

    2 Dusun Besar 1,32

    3 Lingkar timur 1,32

    Rata-rata 1,32

    Sumber: Hasil Analisis, 2007

    4.2.2  Distribusi dan Kepadatan Penduduk 

    Dengan mengacu pada hasil analisis proyeksi penduduk pada tahun mendatang, diperoleh bahwa pada

    tahun 2017 kepadatan tertinggi adalah di Kelurahan Lingkar Timur yang mencapai 81 jiwa/ha dan kepadatan

    terendah yaitu berada di Kelurahan Dusun Besar yang mencapai 38 jiwa/ha. Dengan melihat kondisi tersebut

    diatas (Tabel IV.3.), distribusi penduduk tertinggi berada di Kelurahan Dusun Besar yang pada tahun 2017

    mencapai 14.223 jiwa dan terendah di Kelurahan Lingkar Timur yang mencapai 7.078 jiwa. Untuk lebih

     jelasnya mengenai kepadatan penduduk berdasarkan tahun proyeksi dapat dilihat pada Tabel IV.6..

    Tabel IV.6

    Perkiraan Kepadatan Penduduk Kawasan Perencanaan

    (Kelurahan Panorama, Dusun Besar dan Lingkar Timur) Tahun 2007  – 2017

    No Tahun ProyeksiKepadatan Penduduk (Jiwa/Ha)

    Rata-Rata Kepadatan (Jiwa/Ha)Panorama Dusun Besar Lingkar Timur

    1 2007 60 33 71 55

    2 2012 64 35 76 59

    3 2017 69 38 81 63

    4 2022 73 40 87 67

    5 2027 78 43 93 71

    Sumber: Hasil Analisis, 2007

    4.2.3  Pengaruh Peningkatan Penduduk Terhadap Perkembangan Kawasan Perencanaan 

    Peningkatan jumlah penduduk dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal wilayah. Peningkatan

    penduduk yang cenderung semakin meningkat mengakibatkan peningkatan pelayanan sarana dan prasarana

    kota yang semakin mempertajam peningkatan kebutuhan lahan untuk pemenuhan sarana dan prasarana

    tersebut dari segi kuantitas. Peningkatan jumlah penduduk juga merupakan salah satu sumberdaya dalam

    pelaksanaan pengembangan wilayah, namun jika perkembangannya tidak terkendali dengan efektif, akan

    dapat meningkatkan permasalahan baik dibidang tata ruang maupun sosial lainnya.

    Perkembangan sistem kegiatan perkonomian perdagangan

    dan jasa yang berlangsung disepanjang koridor kawasan

    perencanaan telah membentuk konsentrasi secara kerungan

    yang bersifat linear mengikuti jaringan Jl. Salak Raya dan

    sekitarnya. Selain itu juga dengan adanya sistem aktifitas

    perdagangan yang terwadahi oleh blok kawasan secara

    khusus berupa pasar (Pasar Panorama) sebagai wadah

    aktualisasi dari kegiatan perdagangan skala regional oleh

    penduduk pada kawasan perencanaan dan sekitarnya yang

    terkait dengan kebutuhan pelayanan sarana perekonomian memiliki kontribusi dalam memperkuat struktur

    ekonomi makro Kota Bengkulu. Hal ini merupakan salah satu gambaran korelasi antara kependudukan

    terhadap perkembangan kawasan perencanaan secara positif. Namun disatu sisi dampak negatif tersebut

     juga terlihat melalui indikasi yang menggambarkan ketika daya tampung lahan strategis untuk aktifitas

  • 8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan

    5/18

     

    LAPORAN FINAL  IV- 5

    perdagangan dan jasa pada kawasan perencanaan (koridor Jl. Salak Raya dan sekitarnya) sudah mengalami

    pengurangan daya tampun untuk aktifitas tersebut dapat mengakibatkan pergeseran fungsi lahan

    disekitarnya yang sebelumnya merupakan peruntukan sebagai kawasan permukiman. Selain itu juga akan

    menimbulkan merebaknya sektor informal yang merupakan aktifitas perdagangan dan jasa oleh masyarakat

    setempat yang bermodal rendah yang memanfaatkan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukkannya,

    seperti jalur pedestrian, badan jalan dan lainnya. Hal ini salah satunya diakibatkan karena persaingan

    penduduk/masyarakat lokal untuk turut berperan dalam melaksanakan aktifitas perdagangan dan jasa namuntidak memiliki modal yang lebih memadai sehingga bertindak untuk mengambil/memanfaatkan ruang-ruang

    yang tidak sesuai dengan peruntukkannya. Kondisi ini merupakan fenomena yang dilematis dalam

    pemanfaatan lahan untuk mampu mengakomodasikan sistem aktiftas masyarakat lokal/pada kawasan

    perencanaan yang kebutuhan lahan tersebut semakin meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk dan

    lahan stategis tersebut terbatas luasannya.

    Gambar 4.1

    Ilustrasi Pengaruh Perkembangan Penduduk Terhadap Kondisi Tata Ruang Kawasan

    Sebagai gambaran mengenai pengaruh atau hubungan antara peningkatan jumlah penduduk terhadap

    perkembangan kawasan perencanaan dapat dilihat pada tabel IV. 7.

    Tabel IV. 7

    Pengaruh Peningkatan Jumlah Penduduk Terhadap Ruang Kawasan Perencanaan dan Sistem

    Aktifitas Yang Telah dan Sedang Berlangsung Pada Kawasan Perencanaan

    No Aspek Pengaruh Positif Pengaruh Negatif

    1 Perekonomian(perdagangandan jasa)

      Sebagai salah satu faktor utamapertumbuhan ekonomi, yangmampu menyebabkanpeningkatan pertumbuhanekonomi melalui daya dukungSDM dan pelaksanaan sertapengembangan sistem aktifitasperkonomian (perdagangan dan

     jasa)

      Peningkatan jumlah pelakuperdagangan dan jasa dapatmemberikan kontribusi dalampengembangan ekonomi KotaBengkulu

      Perluasan kesempatan kerjamelalui pengembangan kegiatanperdagangan dan jasa yangdipengaruhi oleh bertambahnyakegiatan perdagangan dan jasapada Koridor Jl. Salak Raya dansekitarnya seiring bertambahnya

     jumlah penduduk yang kemudianbergerak dalam kegiatanperdagangan dan jasa

      Pertumbuhan penduduk yang semakinmeningkat dan cenderung berprofesi sebagaiPKL dapat mengurangi citra kawasanperdaganagan dan jasa yang representatif baiksecara visual maupun fungsional mengingatfenomena pada Koridor Kawasan Perencanaan(Sepanjang Jl. Salak Raya) banyak ditemui PKLyang merupakan sektor infromal (dalam kegiatanperdagangan dan jasa) yang menempati ruangyang bukan sebagai peruntukkannya

      Perkembangan penduduk yangbermatapencaharian dibidang perdagangan dan

     jasa semakin meningkat dengan tidakdisertainya alokasi fungsi ruang perdagangandan jasa yang memadai dapat menimbulkan alihfungsi lahan yang tidak sesuai denganperuntukannya, seperti halnya yang terjadi diKoridor JL. Manggis yang sebelumnya

    merupakan kawasan yang berfungsi sebagaipermukiman telah berubah menjadi kawasankomersil (perdagangan dan jasa).

    2 Pola tata gunalahan danbangunan

      Pengaturan penggunaan lahandan pemanfaatannya bagikelangsungan sistem aktifitasyang telah dan akan berlangsungoleh penduduk dalam rangkaoptimalisasi pemanfaatansumber daya alam/lahan

       Alih fungsi lahan yang tidak sesuai denganperuntukkannya bila tidak adanya kejelasanrencana pemanfaatan ruang yang disertairencana pengendalian dan pemantauanpemanfaatan ruang

      Peningkatan kepadatan bangunan yang tidakterkendali yang dapat menimbulkan degradasi

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

  • 8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan

    6/18

     

    LAPORAN FINAL  IV- 6

    No Aspek Pengaruh Positif Pengaruh Negatif

      Pemerataan kepadatanbangunan dengan polapengaturan yang mengacu padarencana tata ruang kota/kawasan

      Peningkatan nilai lahan seiringpeningkatan kebutuhan terhadaplahan yang semakin meningkatyang mengindikasikan bahwalahan yang sebelumnya belumtermanfaatkan sesuai dengandaya dukungnya telah mampumemiliki nilai produktif yangmeningkat, dengan demikianakan dapat meningkatkan nilailahan dari nilai semula

      Optimalisasi sumberdayaalam/lahan yang sebelumnyadikategorikan sebagai lahan tiduratau tidak termanfaatkan dapatmenjadi lebih bermanfaat.

    fisik-lingkungan dan visual serta ekonomi bilatidak terkendali oleh rencana pemanfaatan ruangsesuai dengan aspek pengendalianpemanfaatan ruang

      Konsentrasi bangunan yang semakin tinggi dantidak merata bila terjadi kegagalan implementasipengaturan tata guna lahan dan pengaturan tatabangunan dan lingkungan.

    3 Sarana danprasaranakawasan

      Peningkatan kebutuhan saranadan prasarana kota seiringpeningkatan jumlah penduduk,

    yang dapat terpenuhi melaluiimplementasi rencana tata ruangkota/kawasan sebagai salah satuindikasi keberhasilanpelaksanaan pembangunan

      Optimalisasi pemanfaatansumberdaya lahan dalam dayadukungnya untuk memenuhikebutuhan sarana dan prasaranakota/kawasan

      Pemerataan pelayanan saranadan prasarana kota/kawasandalam kesinambungannnyaterhadap pemerataan distribusipenduduk yang terencanasehingga dapat menekan lahantidur

      Keterbatasan lahan pada kawasan-kawasantertentu dapat menimbulkan konflik penggunaanlahan dalam memenuhi kebutuhan sarana dan

    prasarana kota/kawasan dapat mengakibatkanketersisihan alokasi penyediaan sarana dan

    prasarana kota/kawasan  Peningkatan sarana dan prasarana

    kota/kawasan pada kawasan padat penduduk

    dan padat bangunan akan menyulitkan prosespenyediaanya akibat benturan dengankepentingan penggunaan lahan, dengandemikian diperlukan pola manajemen lahan yanghandal dan dalam pembangunan saranaprasarana akan membutuhkan pembiayaan yangbesar dalam proses pengadaan saranaprasarana tersebut mengingat diperkirakan akanterjadinya proses pembebasan lahan

    No Aspek Pengaruh Positif Pengaruh Negatif

      Degradasi fisik/lingkungan dan visual akibatkemungkinan tersisihkannya kepentinganterhadap peningkatan pelayanan prasaranakota/kawasan, hal ini dapat terjadi jika dalamkawasan berkepadatan penduduk dan bangunanyang tinggi akan mengkesampingan sistemsanitasi lingkungan yang memadai dan ketikamasyarakat hanya berorientasi pada polapemanfaatan lahan yang terfokus padapemenuhan kebutuhan bangunan hunianataupun bangunan komersil serta masyarakatberkepadatan tinggi tidak memperhatikankualitas lingkungan

    4 Transportasi   Perkembangan sistem aktifitaspotensial, khususnya kegiatankomersil (perdagangan dan jasa)yang berlangsung di Zona Kdapat meningkatkan peranpelayanan jasa transportasi,dengan demikian dapatberkontribusi dalammeningkatkan pendapatanmasyarakat lokal melaluipengembangan jasa transportasi

    yang didukung oleh kelengkapansarana dan prasaranatransportasi

      Sebagai salah satu indikatorbahwa peningkatan jumlahpenduduk mampumenggerakkan perkembangan

     jasa pelayanan dibidangtransportasi, dengan disertaiadanya peningkatan bangkitanmaka diperlukan pola penataantransportasi yang handal dengandemikian dapat mewujudkansalah satu aspek tata ruang yangberfungsi optimal yaitu sistemtransportasi dan daya dukungserta pelayanan sarana danprasarana transportasi yangberkesinambungan terhadappola perkembangan sistemaktifitas (perekonomian dan lainsebagainya)

      Jika tidak disertai dengan penataan sistem jaringan dan sistem transportasi yang optimaldan memadai, maka peningkatan jumlahpenduduk dengan disertainya peningkatanbangkitan/pergerakan (orang, barang dan jasa)sebagai konsekuensi perkembangan sistemaktifitas penduduk yang semakin meningkatmaka dapat menyebabkan tingkat kerawanangangguan sirkulasi dan mobilisasi (orang, barangdan jasa) pada kawasan perencanaan. Sebagaicontoh adalah kemacetan lalu lintas yang terjadi

    akibat tingginya pergerakan/bangkitan yang tidakdisertai keseimbangan daya dukung

    pelayanan jaringan transportasi (jalan) yangmemadai, dalam artian kapasitas jalan tidakmampu menampung pergerakan yang semakinmeningkat, dengan demikian dibutuhkan polapenataan sistem transportasi yang sesuai

      Keterbatasan lahan dalam memenuhipeningkatan pelayananan jaringan transportasisebagai salah satu konsekuensi terhadappeningkatan pergerakan akibat peningkatan

     jumlah penduduk, memiliki kecenderungansulitnya penyediaan lahan untuk pengembangan

     jaringan jalan (pelebaran jalan, pembangunan

  • 8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan

    7/18

     

    LAPORAN FINAL  IV- 7

    No Aspek Pengaruh Positif Pengaruh Negatif

     jaringan jalan dll) akibat tersisihkannyakepentingan ruang peruntukan bagipengembangan sistem jaringan transportasi(jalan) oleh karena fokus perkembanganpenggunaan lahan untuk kegiatan perekonomianmasyarakat (perdagangan dan jasa)

      Perkembangan penduduk yang semakinmeningkat disertai perkembangan aktifitasperekonomian yang meningkat dapatmengakibatkan terjadinya alih fungsi ruang(disekitar ruas jalan) yang diakibatkan olehkelompok masyarakat bermodal rendahberkeinginan untuk berperan dalam kegiatanperdagangan yang pada akhirnya menempatiruang yang bukan sebagai perntukannya (sektorinfromal yang menempati badan jalan,pedestrian way dll) dapat menimbulkangangguan sirkulasi dalam tatanan sistemtransportasi

    Sumber: Hasil Analisis, 2007

    4.3  ANALISIS SARANA DAN PRASARANA

    4.3.1  Penggunaan Standar Kebutuhan Sarana Umum

    Penggunaan standar kebutuhan sarana umum pada kawasan perencanaan didasari oleh tingkat pemenuhan

    kebutuhan sarana kawasan melalui penyediaan unit-unit fasiltas pelayanan yang dibutuhkan oleh penduduk

    baik pada saat ini maupun perkiraan kebutuhan sarana tersebut pada masa yang akan datang sesuai dengan

    perkiran jumlah penduduk hingga tahun rencana. Selain itu, dengan diperkirakannya kebutuhan unit sarana

    kawasan, maka perkembangan secara kuantitas sarana tersebut akan berpengaruh pada pola pengadaan

    lahan sebagai ruang alokasi sarana yang dibutuhkan hingga akhir tahun rencana, dengan demikian perlu

    perkiraan jumlah unit sarana berdasarkan jenis dan standar pelayanan minimal terhadap penduduk, sehingga

    dapat diketahui luasan lahan yang dibutuhkan. Adapun jenis sarana pelayanan yang akan diidentifikasi dan di

    perkirakan jumlah unit kebutuhannya hingga akhir tahun rencana yaitu tahun 2027 yaitu:

    a. 

    Pendidikan, dalam perhitungannya menggunakan standar sebagai berikut:

    1).  Sekolah taman kanak-kanak (TK) melayani 700 jiwa penduduk dengan luas minimal 1.200 m2 

    2).  SD melayani 6.400 jiwa penduduk dengan luas 1.500 m 2/unit

    3). 

    SLTP melayani 12.000 jiwa penduduk dengan luas 10.000 m2/unit, lokasi digabungkan dengan

    lapangan

    4). 

    SLTA /SMU melayani 28.000 jiwa penduduk dengan luas minimal 1. 500 m2/unit, lokasi digabungkan

    dengan lapangan.

    Tabel IV.8

    Kebutuhan Fasilitas Pendidikan Pada Kawasan Panorama Lingkar Timur Tahun 2012 - 2027

    No TahunProyeksi

    Jumlah(Jiwa)

    TK SD SLTP SMU

    Unit Luas (m2) Unit Luas (m2) Unit Luas (m2) Unit Luas (m2)

    1 2012 31.205 45 54.000 5 7.500 3 30.000 1 20.000

    2 2017 33.319 48 57.600 5 7.500 3 30.000 1 20.000

    3 2022 35.575 51 61.200 5 7.500 3 30.000 1 20.0004 2027 37.985 54 64.800 6 9.000 3 30.000 1 20.000

    Sumber: Hasil Analisis, 2007

    b.  Kesehatan, dalam perhitungannya menggunakan standar sebagai berikut:

    1).  Rumah sakit melayani 240.00 penduduk dengan lus lahan 86.400 m2 

    2).  Puskesmas melayani 30.000 penduduk dengan lus lahan 650 m2 

    3). 

    Puskesmas pembantu melayani 6.000 penduduk dengan luas lahan 500 m2

     

    4). 

    BKIA dan RS Bersalin melayani 10.000 penduduk dengan lus lahan 1.600 m2 

    5). 

    Balai pengobatan melayani 3.000 penduduk dengan luas 300 m2.

    6). 

    Praktek dokter melayani 5.000 penduduk dengan luas lahan 300 m2 (bersatu dngan rumah)

    7). 

     Apotik melayani 10.000 penduduk dengan luas lahan 350 m2 

    Tabel IV.9

    Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Pada Kawasan Panorama Lingkar Timur Tahun 2012 - 2027

    NoTahun

    Proyeksi

    Jumlah

    (Jiwa)

    PraktekDokter

    ApotikBalai

    PengobatanBKIA / RSBersalin

    PuskesmasPembantu

    Puskesmas

    Unit Luas(m2)

    Unit Luas(m2) Unit

    Luas(m2) Unit

    Luas(m2) Unit

    Luas(m2) Unit

    Luas(m2)

    1 2012 31.205 6 1.800 3 1.050 10 3.000 3 4.800 5 2.500 1 650

    2 2017 33.319 7 2.100 3 1.050 11 3.300 3 4.800 6 3.000 1 650

    3 2022 35.575 7 2.100 4 1.400 12 3.600 4 6.400 6 3.000 1 650

    4 2027 37.985 8 2.400 4 1.400 13 3.900 4 6.400 6 3.000 1 650

    Sumber: Hasil Analisis, 2007

  • 8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan

    8/18

     

    LAPORAN FINAL  IV- 8

    c. 

    Peribadatan, dalam perhitungannya menggunakan standar sebagai berikut:

    1). 

    Masjid kecamatan melayani 120.000 dengan luas lahan 4.000 m2 

    2). 

    Masjid melayani 30.000 penduduk dengan luas lahan 1.750 m2 

    3). 

    Langgar melayani 2.500 penduduk dengan luas lahan 300 m2 

    Tabel IV.10

    Kebutuhan Fasilitas Peribadatan Pada Kawasan Panorama Lingkar Timur Tahun 2012 - 2027

    NoTahun

    ProyeksiJumlah(Jiwa)

    Masjid Langgar

    Unit Luas (m2) Unit Luas (m2)

    1 2012 31.205 1 1.750 12 3.600

    2 2017 33.319 1 1.750 13 3.900

    3 2022 35.575 1 1.750 14 4.200

    4 2027 37.985 1 1.750 15 4.500

    Sumber: Hasil Analisis, 2007

    d. 

    Pemerintahan, dalam perhitungannya menggunakan standar sebagai berikut:

    1). 

    Kantor Camat melayani 12.000 penduduk, dengan luas lahan 1.000 m 2 

    2). 

    Kantor Polsek melayani 12.000 penduduk, dengan luas lahan 300 m2 

    3). 

    Kantor Pos Cabang melayani 12.000 penduduk, dengan luas lahan 500 m2 

    4). 

    Kantor Telepon melayani 12.000 penduduk, dengan luas lahan 300 m2 

    5). 

    Kantor Pemadam Kebakaran melayani 12.000 penduduk, dengan luas lahan 300 m2 

    6). 

    Kantor Koramil melayani 12.000 penduduk, dengan luas lahan 300 m 2 

    7). 

    Kantor KUA melayani 12.000 penduduk, dengan luas lahan 300 m 2 

    8).  Kantor Cabang Dinas melayani 12.000 penduduk, dengan luas lahan 300 m 2 

    9).  Kantor kelurahan melayani 3.000 penduduk, dengan luas lahan 500 m2 

    Tabel IV.11

    Kebutuhan Fasilitas Pemerintahan Pada Kawasan Panorama Lingkar Timur Tahun 2012 - 2027

    No Tahun Proyeksi Jumlah (Jiwa)Kelurahan

    Unit Luas (m2)

    1 2012 31.205 3 1.500

    2 2017 33.319 3 1.500

    3 2022 35.575 3 1.5004 2027 37.985 3 1.500

    Sumber: Hasil Analisis, 2007

    e. 

    Perdagangan dan Jasa, dalam perhitungannya menggunakan standar sebagai berikut:

    1). 

    Pusat perbelanjaan Kota (shopping center ) melayani 480.000 jiwa, dengan luas lahan 96.000 m 2.

    lokasi berada di pusat kota

    2). 

    Pusat perbelanjaan dan niaga melayani 120.000 jiwa, dengan luas lahan 36.000 m 2. lokasi berada

    di pusat kecamatan (kota)

    3). 

    Pusat perbelanjaan (toko dan pasar) melayani 30.000 jiwa, dengan luas lahan 13.500 m 2. lokasi

    berada di pusat lingkungan

    4). 

    Warung/Kios melayani 250 jiwa dengan luas 100 m 2, ditengah kelompok permukiman

    Tabel IV.12

    Kebutuhan Fasilitas Perdagangan dan Jasa Pada Kawasan Panorama Lingkar Timur

    Tahun 2012 - 2027

    NoTahun

    ProyeksiJumlah(Jiwa)

    Kios PertokoanPusat Perbelanjaan(Toko dan Pasar)

    Unit Luas (m2) Unit Luas (m2) Unit Luas (m2)

    1 2012 31.205 125 12.500 12 14.400 1 13.500

    2 2017 33.319 133 13.300 13 15.600 1 13.5003 2022 35.575 142 14.200 14 16.800 1 13.500

    4 2027 37.985 152 15.200 15 18.000 1 13.500

    Sumber: Hasil Analisis, 2007

  • 8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan

    9/18

     

    LAPORAN FINAL  IV- 9

    f. 

    Taman Hiburan, Olah Raga dan Ruang terbuka, dalam perhitungannya menggunakan standar sebagai

    berikut:

    Taman dan Lapangan Olah Raga

    1). 

    Taman tempat bermain melayani 250 jiwa dengan luas 250 m2 

    2). 

    Taman lingkungan melayani 2.500 jiwa dengan luas 1.250 m 2 

    3). 

    Taman dan lapangan olah raga melayani 30.000 jiwa dengan luas 9.000 m 2 

    4). 

    Taman dan lapangan olah raga melayani 120.000 jiwa dengan luas 24.000 m 2 

    Tabel IV.13

    Kebutuhan Fasilitas Taman dan Lapangan Olah Raga

    Pada Kawasan Panorama Lingkar Timur Tahun 2012 - 2027

    NoTahun

    ProyeksiJumlah(Jiwa)

    Taman (Tempat Bermain) Taman Lingkungan Taman dan Lap. OR

    Unit Luas (m2) Unit Luas (m2) Unit Luas (m2)

    1 2012 31.205 125 31.250 12 15.000 1 9.000

    2 2017 33.319 133 33.250 13 16.250 1 9.000

    3 2022 35.575 142 35.500 14 17.500 1 9.0004 2027 37.985 152 38.000 15 18.750 1 9.000

    Sumber: Hasil Analisis, 2007

    Kebudayaan dan Rekreasi

    1).  Balai pertemuan melayani 3.000 jiwa dengan luas 300 m2 

    2).  Gedung serba guna lingkungan melayani 30.000 jiwa dengan luas 1.000 m 2 

    3).  Gedung serba guna kecamatan melayani 120.000 jiwa dengan luas 3.000 m2 

    4).  Gedung kesenian melayani 480.000 jiwa dengan luas 2.000 m2 

    5). 

    Bioskop melayani 480.000 jiwa dengan luas 2.000 m2 

    Tabel IV.14

    Kebutuhan Fasilitas Kebudayaan dan Rekreasi Pada Kawasan Panorama Lingkar Timur

    Tahun 2012 - 2027

    NoTahun

    ProyeksiJumlah(Jiwa)

    Kebudayaan dan RekreasiGedung Serba Guna

    Lingkungan

    Unit Luas (m2) Unit Luas (m2)

    1 2012 31.205 10 3.000 1 1.0002 2017 33.319 11 3.300 1 1.000

    3 2022 35.575 12 3.600 1 1.000

    4 2027 37.985 13 3.900 1 1.000

    Sumber: Hasil Analisis, 2007

    Ruang Terbuka Hijau

    1).  Ruang terbuka 15 m2/penduduk dengan luas 15 m2 

    2). 

    Pemakaman umum melayani 120.000 jiwa dengan luas 200.000 jiwa

    Tabel IV.15

    Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Panorama Lingkar Timur Tahun 2012 - 2027

    No Tahun Proyeksi Jumlah (Jiwa) Luas (m2)

    1 2012 31.205 468.075

    2 2017 33.319 499.785

    3 2022 35.575 533.625

    4 2027 37.985 569.775

    Sumber: Hasil Analisis, 2007

    g. 

    Perumahan, dalam perhitungannya menggunakan standar sebagai berikut:

    Standar kebutuhan fasilitas hunian yaitu rumah didasari oleh tipe rumah yang terbagi menjadi 3 kelas

    dengan proporsi adalah 1 : 3: 6 (kavling besar : kavling sedang : kavling kecil) :

    1). 

    Kavling besar 600 – 800 m2 

    2). 

    Kavling sedang 400 – 500 m2 

    3).  Kavling kecil 130 – 300 m2 

  • 8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan

    10/18

     

    LAPORAN FINAL  IV- 10

    Tabel IV.16

    Kebutuhan Ruang Perumahan Pada Kawasan Panorama Lingkar Timur Tahun 2012 – 2027

    NoTahun

    Proyeksi

    Jumlah

    (Jiwa)KK

    Kavling Kecil Kavling Sedang Kavling Besar Jumlah Total

    Unit Luas (m2) Unit Luas (m2) Unit Luas (m2) Unit Luas (m2)

    1 2012 31.205 6.241 3745 1.123.380 1.872 936.150 624 499.280 6.241 2.558.810

    2 2017 33.319 6.664 3998 1.199.484 1.999 999.570 666 533.104 6.664 2.732.158

    3 2022 35.575 7.115 4269 1.280.700 2.135 1.067.250 712 569.200 7.115 2.917.150

    4 2027 37.985 7.597 4558 1.367.460 2.279 1.139.550 760 607.760 7.597 3.114.770

    Sumber: Hasil Analisis, 2007

    4.3.2  Kebutuhan Pelayanan Prasarana Kawasan

    Pembahasan prasarana kawasan khususnya mengenai kebutuhan pelayanannya dimaksudkan untuk

    mengetahui jaringan dan perkiraan kebutuhan pada masa yang akan datang. Analisis ini meliputi air bersih,

    listrik, telpon, drainase, limbah dan persampahan.

    A. 

    Drainase

    Sistem pada kawasan perencanaan terdiri dari saluran tertutup dan saluran terbuka. Saluran tertutup

    hanya terdapat pada ruas jalan tertentu seperti Jalan Salak Raya, Jalan Manggis dan Jalan Semangkayang merupakan koridor kawasan perencanaan. Sedangkan saluran terbuka umumnya berada di

    lingkungan hunian di Zona R dan O, yang dibangun pada jalan local dan lingkungan. Kondisi saluran

    drainase pada umumnya sudah mampu mengalirkan air hujan, hanya di beberapa ruas jalan kondisi

    bangunanya terlihat sudah mulai rusak.

    Permasalahan drainase pada kawasan perencanaan dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

    1. 

    Belum seluruh ruas jalan kawasan perencanaan memiliki saluran drainase, jaringan yang ada sebagian

    besar terdapat di wilayah yang telah terbangun yakni di ruas jalan Salak Raya, Jl. Manggis dan sebagian

    di Jl. Muhajirin.

    2. 

    Dari seluruh jaringan drainase yang ada, sebagian besar berupa saluran terbuka. Saluran tertutup hanya

    terdapat di salah Jalan Salak Raya dan sebagian sisi koridor Jalan Muhajirin3.

     

    Kondisi saluran drainase secara fisik telah memadai namun belum berfungsi dengan baik. Hal ini

    ditunjukkan dengan masih banyaknya tumpukan sampah di dalam saluran ini serta beberapa titik saluran

    digenangi air yang menimbulkan polusi udara. Saluran drainase yang ada belum terawat dengn baik.

    4.  Terdapat beberapa saluran yang kurang lancar mengalirkan air.

    5.  Pemeliharaan saluran drainase masih kurang

    6. 

    Saluran Drainase masih digunakan untuk pembuangan sampah.

    7. 

    Kota Bemgkulu belum mempunyai Master Plan/Out Line Plan Drainase sehingga penataan drainase

    kawasan perencanaan masih belum otimal dan terencana

    B. 

    Air bersih

    Untuk menunjang keberlangsungan hidup manusia, air bersih mutlak diperlukan, untuk itu penyediaan airbersih perlu ditingkatkan baik baik kuntitas maupun kualitas air. Air bersih di kawasan perencanaan

    mengikuti pola pelayanan air bersih di Kota Bengkulu yang berasal dari PDAM dan air sumur, sumber air

    baku PDAM berasal dari air Nelas di Desa Cahaya Negeri Kabupaten Seluma dan Air Bengkulu di Desa

    Surabaya.

    1. 

    Kebutuhan air bersih berdasarkan standar adalah 150 liter/orang/hari.

    2. 

    Standar kebutuhan air melalui Sambungan Rumah Tangga diasumsikan 1 unit untuk 5 jiwa

    3. 

    Pelayanan Hidran Umum diasumsikan 1 unit untuk 100 jiwa.

    Sampai akhir tahun perencanaan diperirakan pasokan air bersih masih mencukupi.

    Tabel IV.17

    Kebutuhan Air Bersih Pada Kawasan Panorama Lingkar Timur Tahun 2012  – 2027

    NoTahun

    ProyeksiJumlah(Jiwa)

    Kebutuhan VolumeAir Bersih/Hari (Liter)

    Jumlah SambunganRumah tangga

    Jumlah SambunganHidran Umum

    1 2012 31.205 4.680.750 6.241 312

    2 2017 33.319 4.997.850 6.664 333

    3 2022 35.575 5.336.250 7.115 356

    4 2027 37.985 5.697.750 7.597 380

    Sumber: Hasil Analisis, 2007

    C. 

    Air kotor

    Penanganan limbah dimaksudkan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kebersihan

    lingkungan. Penanganan limbah ditujukan pada limbah manusia (Human Waste).

    Pengelolaan limbah di Kota Bengkulu masih dilakukan secara individu dan semi komunal, begitu juga

    pada kawasan perencanaan. Berdasarkan RTRW Kota Bengkulu 2005-2012, pelayanan sanitasi

    lingkungan ditargetkan sekitar 80% dari jumlah penduduk dengan melengkapi fasilitas pribadi, fasilitas

  • 8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan

    11/18

     

    LAPORAN FINAL  IV- 11

    umum, system sawarage dan pembangunan instalasi pengolahan. Kriteria atau asumsi yang digunakan

    untuk target layanan yang diingkinkan adalah sebagai berikut :

    1.  Fasilitas Umum

      Kakus Keluarga : 50% jumlah penduduk target

      MCK : 25% jumlah penduduk target

     

    Septick Tank Komunal : 25% jumlah penduduk target

    2. 

    Dasar Asumsi Pelayanan:

      1 KK terdiri dari 5 orang

      1 Kakus Keluarga : 1 KK

      1 Kakus Umum : 4KK

      1 MCK : 10 KK

      1 Septick Tank Komunal : 20 KK

    Tabel IV.18

    Kebutuhan Prasarana Air Kotor Pada Kawasan Panorama Lingkar Timur Tahun 2007 –

     2027

    NoTahun

    ProyeksiJumlah(Jiwa)

    JumlahKK

    KakusKeluarga

    KakusUmum

    MCKSeptick Tank

    Komunal

    1 2007 29.226 5.845 5.845 1.461 585 292

    2 2012 31.205 6.241 6.241 1.560 624 312

    3 2017 33.319 6.664 6.664 1.666 666 333

    4 2022 35.575 7.115 7.115 1.779 712 356

    5 2027 37.985 7.597 7.597 1.899 760 380

    Sumber: Hasil Analisis, 2007

    D.  Persampahan

    Persampahan di kawasan perencanaan baru sebagian yang dikelola oleh Dinas Kebersihan, selebihnya

    masih dilakukan secara swakelola oleh masyarakat dengan cara ditimbun dan dibakar. Dengan asumsi

     jumlah timbulan sampah yang dihasilkan 2,5 liter/orang/hari untuk rumah t angga dan 0,4 liter/orang/hari

    (mengacu pada Revisi RTRW Kota Bengkulu 2005 - 2012) jumlah timbulan sampah di kawasan

    perencanaan sampai akhir tahun perencanaan yaitu 2027 dapat dihitung sebagai berikut:

    Tabel IV.19

    Perkiraan Timbulan Sampah Pada Kawasan Perencanaan

    (Kelurahan Panorama, Dusun Besar dan Lingkar Timur) Tahun 2007 - 2027

    NoTahun

    Proyeksi

    Perkiraan Timbulan Sampah (M3 /hari)

    Panorama Dusun Besar Lingkar Timur

    Rumah Tangga Non RT Rumah Tangga Non RT Rumah Tangga Non RT

    1 2007 26,36 4,22 31,19 4,99 15,52 2,482 2012 28,14 4,50 33,30 5,33 16,57 2,65

    3 2017 30,05 4,81 35,56 5,69 17,70 2,83

    4 2022 32,08 5,13 37,97 6,07 18,89 3,02

    5 2027 34,25 5,48 40,54 6,49 20,17 3,23

    Sumber: Hasil Analisis, 2007

    Dengan prediksi jumlah timbulan sampah tersebut, maka diperlukan prasarana pengumpul yang

    memadai. Pada saat ini pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan adalah dengan

    pengumpulan sampah sementara di TPS berupa container yang terletak di Zona K Blok K1 di Kawasan

    Pasar Panorama, dan untuk melayani kawasan terhadap fasilitas persampahan masih dirasakan kurang,

    hal ini ditunjukkan dengan bertumpuknya sampah (membentuk seperti TPS) pada beberapa lokasi pada

    koridor seperti di ruas Jalan Sudirman dengan demikian diperlukan peningkatan pelayanan dengan

    memperhatikan perkiraan timbunan sampah.

    E. 

    Listrik

    Pelayanan jaringan listrik di Kota Bengkulu telah menjangkau hampir seluruh wilayah kota dan pada

    kwasan perencanaan seluruhnya sudah terlayani oleh jaringan listrik yang meiliki pola jaringan linear

    mengikuti jaringan jalan. Penggunaan energi listrik tidak hanya untuk kebutuhan rumah tangga, tapi juga

    untuk kegiatan usaha dan kegiatan social. Kebutuhan listrik pada tahun perencanaan dihitung

    berdasarkan standar sabagai berikut :

    1. 

    Kebutuhan perumahan meliputi:

     

    Rumah kavling kecil 450 watt/unit

      Rumah kavling sedang 900 watt/unit

      Rumah kavling besar 1.300 watt/unit

    2.  Kegiatan non rumah tangga diperkirakan mencapai 50% dari total kebutuhan rumah tangga

    3.  Penerangan jalan 10% dari total rumah tangga .

  • 8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan

    12/18

     

    LAPORAN FINAL  IV- 12

    Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan daya listrik dapat dilihat pada tabel IV.20 

    Tabel IV.20

    Kebutuhan Daya Listrik Pada Kawasan Panorama Lingkar Timur Tahun 2007 – 2027

    NoTahun

    Proyeksi

    Jumlah (Jiwa) KKKavling Kecil Kavling Sedang Kavling Besar Jumlah Total Non Rumah Tangga

    Watt

    Penerangan Umum

    (Watt)

    Total Kebutuhan Daya

    Listrik (Watt)Unit Watt Unit Watt Unit Watt Unit Watt

    1 2012 31.205 6.241 3745 1.685.070 1.872 1.685.070 624 811.330 6.241 4.181.470 2.090.735 209.074 2.299.809

    2 2017 33.319 6.664 3998 1.799.226 1.999 1.799.226 666 866.294 6.664 4.464.746 2.232.373 223.237 2.455.610

    3 2022 35.575 7.115 4269 1.921.050 2.135 1.921.050 712 924.950 7.115 4.767.050 2.383.525 238.353 2.621.878

    4 2027 37.985 7.597 4558 2.051.190 2.279 2.051.190 760 987.610 7.597 5.089.990 2.544.995 254.500 2.799.495

    Sumber: Hasil Analisis, 2007

    F. 

    Telepon

    Telepon pada saat sekarang sudah menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat. Pada saat sekarang telah

    berkembang jaringan telpon cellular sehungga lebih mempermudah dalam berkomunikasi. Prasarana

    telepon di pada kawasan perencanaan cukup memadai, warung telekomunikasi (wartel), kiosteldan KBU

    tersebar di seluruh bagian kawasan perencanaan, khususnya di sepanjang koridor kawasanperencanaan (Zona K). Bagi wilayah yang belum mendapatkan jaringan telpon, masyarakat dapat

    menggunakan telpon celuler yang tidak menggunakan jaringan.

    4.3.3 

    Kebutuhan Ruang Parkir Sebagai Sarana Pendukung Kegiatan Komersil (Perdagangan dan

    Jasa)

    Kegiatan potensial pada kawasan perencanaan adalah

    kegiatan perdagangan dan jasa yang memiliki peranan penting

    dalam menopang struktur perekonomian kawasan dan Kota

    Bengkulu secara umum. Kegiatan ini mebutuhkan sarana

    pendukung berupa parkir yang memadai terkait dengan pola

    sirkulasi kawasan yang cenderung tidak teratur dengan adanya

    sistem parkir “on street ” yang dapat menimbulkan gangguan

    pergerakan/lalu lintas pada koridor Jalan Salak Raya.

    Tipe parkir yang diarahkan dalam penataan sirkulasi dan parkir pada Zona K (K1 dan K2) adalah parkir off

    street  yang berbentuk pelataran parkir (Openspace Parking). Kebutuhan lahan parkir mengacu pada standar

    kebutuhan luasan parkir pada kawasan perdagangan, yaitu:

    1. 

    Luas lantai bangunan pertokoan/perbelanjaan 2.250 - 36.000 m2 membutuhkan 4 petak tiap 90 m 2 

    2. 

    Luas lantai bangunan pertokoan/perbelanjaan 36.000 - 54.000 m2 membutuhkan 4 - 5 petak tiap 90 m2

    Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan petak dan luasan parkir dapat dilihat pada tabel IV.21

    Tabel IV.21

    Kebutuhan Petak dan Luasan Parkir Pada Zona K (Komersil: Perdagangan, Jasa dan Pasar)

    Zona / Blok Luas Lantai (Ha) M2  Jumlah Petak Parkir Luas Petak Parkir (m2)

    K2 47.930 533 3.493,56

    K1 23.550 262 1.716,53

    Sumber: Hasil Analisis, 2007  

    4.4  FIGURE GROUND 

    Teori figure ground  dipahami dari tata kota sebagai hubungan tekstural antara bentuk yang dibangun dan

    ruang terbuka. Analisis figure ground  adalah alat yang dapat digunakan untuk mengidentifikasikan sebuah

    tekstur dan pola  – pola sebuah tata ruang perkotaan, serta mengidentifikasikan masalah keteraturan ruang

    perkotaan. Kemampuan untuk menentukan pola  –  pola dapat membantu menangani masalah mengenai

    ketepatan dan perubahan dalam perencanaan tata ruang kota serta membantu menentukan pedoman  – 

    pedoman dasar untuk menentukan sebuah perencanaan tata ruang dan lingkungan kota yang konkret sesuai

    tekstur konteksnya.

  • 8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan

    13/18

     

    LAPORAN FINAL  IV- 13

    Suatu lingkungan binaan tidak dapat dirasakan tanpa adanya suatu bagan kognitif yang mendasarinya.

    Beberapa pola pengarah (pola lama dan/atau pola baru) harus ada sehingga suatu bentuk dapat

    dimunculkan. Bentuk  – bentuk tersebut selalu menggambarkan suatu kesesuaian antara organisasi ruang

    fisik dan organisasi ruang sosial.

    Dalam dinamika perkembangan kota terdapat 4 (empat) proses perubahan terhadap bentuk dan struktur kota

    yaitu :

    1. 

    Perluasan fisik, yaitu proses pengisian dan perluasan areal ke arah pinggiran kota yang pada umumnya

    terjadi di sepanjang jalur jalan utama (regional) dan juga pembentukan wilayah  – wilayah baru pinggir

    kota.

    2. 

    Pergeseran, yaitu perubahan struktur kota akibat pergeseran penggunaan yang disebabkan adanya

    penyesuaian – penyesuaian penggunaan terhadap kebutuhan pelayanan baru.

    3. 

    Pembangunan wilayah perumahan, yaitu pembangunan atau pergerakan wilayah  – wilayah perumahan

    karena motif – motif ekonomi dan sosial penduduk.

    4. 

    Pergantian ekonomi, yaitu pergantian fungsi ekonomi akibat adanya peningkatan nilai (harga) tanah

    misalnya karena kawasan perumahan terpenetrasi oleh kegiatan nonperumahan (perdagangan).

    Melihat ke empat proses perubahan bentuk dan struktur ruang kota, berdasarkan perubahan yang terjadi di

    Kawasan Panorama Lingkar Timur menunjukkan adanya perubahan akibat adanya perluasan fisik dan

    pembangunan (sebagai ruang terbangun) fasilitas perdagangan dan jasa. Bentuk Kawasan Panorama

    Lingkar Timur sebagai salah satu pola dasar kota yang disebabkan oleh hubungan pola aktivitas yang terjadi

    memiliki susunan kawasan yang bersifat heterogen, dimana dua (atau lebih) pola berbenturan, yaitu bersifat

    mengelompok dan menyebar dalam tata ruang kota yang diawali oleh terbentuknya kawasan  –  kawasan

    permukiman telah mulai bergeser menjadi kawasan komersil sebagaimana terjadi di sekitar ruas Jl. Manggis

    dan Jl. Semangka sebagai efek dari perkembangan kegiatan komersil disekitar ruas Jl. Salak raya dan Blok

    Pasar Panorama. Untuk lebih jelasnya mengenai pola figure ground kawasan Panorama Lingkar Timur dapat

    dilihat pada gambar 4.2

    4.5  ANALISIS TATA MASA BANGUNAN

    4.4.1  Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

    Koefisien dasar bangunan merupakan prosentase perbandingan antara luas penggunaan lantai bangunan

    terhadap luas kawasan peruntukan. Dalam perhitungan KDB ini dapat diketahui tingkat kepadatan bangunan

    pada masing-masing blok, dengan demikian dapat ditentukan langkah pengaturan dan pengendalian KDB

    kawasan perencanaan secara umum berdasarkan fungsi dari masing-masing blok peruntukan. Untuk lebih

     jelasnya mengenai KDB tiap blok dalam kawasan perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel IV.22

    Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Kawasan Panorama Lingkar Timur

    No Zona/BlokKoefisien Dasar

    Bangunan (%)

    Tipologi Penggunaan Lahan

    1

    K: Zona Komersil

    K1 65 % Pasar Panorama

    K2 36 %Perdagangan dan Jasa (Koridor Kawasan:Jalan Salak Raya, Jalan Manggis danJalan Semangka)

    2

    R : Zona Permukiman

    R1 46 % Permukiman kepadatan tinggi

    R2 36 % Permukiman kepadatan sedang

    R3.A 10 % Permukiman kepadatan rendah

    R3.B 16 %

    3 O : Zona RTH/Taman Wisata 3 % Ruang terbuka hijau/wisata rekreasi

    Sumber: Hasil Analisis, 2007

    4.4.2 

    Koefisien Lantai Bangunan (KLB)

    Rata-rata ketinggian bangunan pada kawasan perencanaan relatif bervariasi yang dipengaruhi oleh pola

    penggunaan bangunan pada masing-masing zona pada kawasan perencanaan. Untuk lebih jelasnya dapat

    dilihat pada tabel berikut:

    TabelIV.23

    Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Kawasan Panorama Lingkar Timur

    No Zona/BlokRata-rata Jumlah lantai Bangunan

    (eksisting)Koefisien Lantai

    Bangunan

    1

    K (Komersil: Toko – Ruko – Pasar – Jasa Perbankan – Jasa Pendukung lainnya)

    K1 1 lantai 0,65

    K2 1 – 3 lantai 2,63

    2

    R (Lingkungan Hunian: Kepadatan Rendah –

     Sedang –

     Tinggi)R1 1 – 2 lantai 0,46

    R2 1 – 2 lantai 0,36

    R3.A1 lantai

    Rencana Pembangunan RUSUNAWA 5 lantai0,1

    R3.B 1 lantai 0,16

    3 O : RTH (Taman Wisata Remaja) 1 lantai 0,03

    Sumber: Hasil Analisis, 2007

  • 8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan

    14/18

     

    LAPORAN FINAL  IV- 14

    Gam

    bar4.2

    PetaFig

    ureGround

  • 8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan

    15/18

     

    LAPORAN FINAL  IV- 15

    4.4.3 

    Garis Sempadan Bangunan (GSB)

    Garis sempadan bangunan (GSB) adalah jarak yang dihitung dari jalan batas kapling terluar hingga batas

    bangunan. GSB berfungsi sebagai jarak bebas bangungan yang dapat bermanfaat sebagai estetika ruang,

    menyediakan untuk ruang terbuka hijau/pekarangan, dan estetika bangunan di persimpangan.

    Tabel III.24

    Analisis Kondisi GSB Pada Kawasan Perencanaan

    Zona K Zona R Zona O

      Garis Sempadan Bangunan(GSB) di sepanjang Jl. SalakRaya masih belum teratur,dengan rata-rata 8 – 10 m

      Garis Sempadan Bangunan(GSB) di sepanjang Jl. Manggisdan Jalan Semangka masihbelum teratur, dengan rata-rata 3

     – 8 m

      Garis SempadanBangunan (GSB) disepanjang jalanlingkunganpermukiman masihbelum teratur,dengan rata-rata 3 – 6 m yangdimanfaatkansebagai halamanrumah

      Pada zona ini ditinjau dari GSBtidak ada permasalahan, hal inimengingat bahwa zona inimerupakan RTH Kawasan WisataTaman Remaja dan keberadaanbangunan hanya bangunan kantordinas pemerintah, ruang penjagakarcis, ruang untuk kios skala lokaldan ruang untuk berteduhpengunjung

    Sumber: Hasil Analisis, 2007  

    4.4.4 

    Analisis Intensitas Penggunaan Lahan

     Analisis ini ditujukan untuk mengetahui intensitas penggunaan ruang kota berdasarkan hasil perhitungan luas

    penggunaan blok peruntukan lahan, jumlah bangunan, luas lantai dan lain-lain. Rumus matematis dari

    intensitas penggunaan tanah ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

    1,903 + Log KLB

    I P L : ---------------- --------

    0,381

    Keterangan:

    IPL : Intensitas Penggunaan Lahan

    K L B : Koefisien Lantai Bangunan

    Tabel IV.25

    Intensitas Bangunan Kawasan Panorama Lingkar Timur

    No Zona/BlokIntensitasBangunan

    Klasisfikasi

    1 Zona K

    K1 4,50 Tinggi

    K2 6,10 Tinggi2 Zona R

    R1 4,11 Tinggi

    R2 3,83 Tinggi

    R3.A 2,37 Sedang

    R3.B 2,91 Sedang

    3 Zona O 1,00 Rendah

    Keterangan: 5,10 Tinggi

    Sumber: Hasil Analisis, 2007

    4.6  ANALISIS VISUAL

    Dalam analisis ini akan diuraikan mengenai kondisi visual dan

    pengaruhnya terhdap pembentukan citra kawasan berdasarkan

    fungsi dan alokasi penggunaan lahan. Untuk lebih jelasnya dapat

    dilihat pada tabel berikut:

  • 8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan

    16/18

     

    LAPORAN FINAL  IV- 16

    Gambar

    4.3

    PetaKDBdanKLB

  • 8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan

    17/18

     

    LAPORAN FINAL  IV- 17

    Tabel IV.26

    Analisis Kesan Visual Zona Kawasan Panorama Lingkar Timur

    No Zona/Blok Kesan Visual Terhadap Kawasan

    1 K Zona komersil perdagangan dan jasa (toko, ruoko, pasar dan pertokoan serta jasa yangterakomodasi secara keruangan)

    K1 (PasarPanorama)

    Blok ini merupakan bagian dari Zona K yang khusus dialokasikan dalam menampung k egiatanperdagangan skala regional berupa pasar, yaitu Pasar Panorama. Ketidakteraturan pola

    bangunan dan kecenderungan kepadatan yan g berlebih dan tidak tertata secara keruanganmengakibatkan kesan blok pasar yang cenderung kumuh, apalagi dengan bercampurnya dengankegiatan pemberhentian sementara (terminal) angkutan umum yang pada dasarnya ruang (blok)kawasan tersebut kurang memadai dengan percampuran kedua aktifitas tersebut. Sektor informal(PKL) yang menempati ruang diantara tepian jalan yang seharusnya diperuntukkan sebagai areapejalan kaki telah turut serta meberikan andil dalam penurunan citra kawasan perdagangan yangtertata.

    K2 (KoridorJalanSalakRaya,JalanManggis,dan JalanSemangka)

    Zona K merupakan kawasan komersil perdagangan dan jasa yang berbentuk deretan bangunanpertokoan dan sektor jasa dengan rata-rata ketinggian bangunan 1-3 lantai (dominan adalah 2lantai) yang membentuk skyline kawasan terlihat variatif reliefnya.

     Adanya sektor informal yang tidak tertata disepanjang jalan dan parkir pada bahu jalanmenimbulkan kesan viusal yang mengurangi nilai estetis zona tersebut. Ketidakteraturan sistemsirkulasi dan pola pemberhentian angkutan umum yang sembarang telah turut sertamenyebabkan kesemarwutan terhadap kawasan (blok zona K) hal ini dapat menimbulkan citrakoridor kawasan yang tidak tertata dengan optimal. Dorongan pergeseran fungsi ruang yangmerupakan peruntukan permukiman menjadi bagian dari kegiatan komersil telah mampumemberikan dampak secara keruangan khususnya mengenai fungsi bangunan bercampur, jika

    tidak diimbangi dengan pola pengendalian dan pengaturan bangunan maka dapat menimbulkankecenderungan secara visual kawasan tersebut tidak memiliki spesifikasi fungsi yang jelas karenaakan selalu mengalami perubahan yang tidak sesuai dengan ketentuan dasar fungsi bangunansesuai yang telah ditetapkan, baik secara normatif maupun fungsi ruang dalam bangunan yangterkesan “terpaksa” 

    2 R Zona permukiman yang mengindikasikan permukiman kepadatan tinggi, sedang dan rendahdalam kawasan perencanaan. Zona ini dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkunganhunian yang relatif masih terbatas.

    R1 Kesan visual dari blok R1 merupakan blok khusus hunian yang masih memerlukan perhatian lebiholeh pemerintah mengenai penataan kawasan. Blok permukiman ini merupakan blok y angmemiliki tingkat kepadatan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan p eruntukan blok R2 dan R3sebagai lingkungan hunian. Kepadatan bangunan yang relatif sangat padat memberikancitra/kesan visual yang tidak teratur.

    R2 Blok ini merupakan peruntukan permukiman dengan pola kepadatan bngunan sedang, beberapaelemn ruang yang ada pada bolk ini belum sepenuhnya tertata. Ruang terbuka belumsepenuhnya terencana dan tertata, jaringan drainase pada blok ini belum temanfaatkan secara

    optimal mengingat kondisi yang tidak terawat. Munculnya kegiatan perdagangan skala lokal dan jasa pelayanan tingkat lingkungan permukiman dapat menyebabkan kumuhnya lingkungankawasan permukiman. Secara visual blok ini memiliki kondisi tatanan yang masih membutuhkanpola penataan dan pengaturan bangunan dan lingkungan secara tegas dan terencana.

    R3.A Blok ini memiliki pola kepadatan bangunan yang masih rendah jika dibandingnkan dengan blok-blok lainnya d kawasan perencanaan, e lemen-elemen ruang masih belum menunjukkanpermsalahan yang signifikan mengingat kondisi kepadatan yang masih rendah. KetersediaanRTH yang masih luas memberikan dampak positif bagi kawasan perencanaan baik secaraekologis maupun sebagai cadangan lahan pada masa yang akan datang. Namun pola penataandan pengendalian bangunan dan lingkungan pada kawasan ini perlu juga ditekankan sebagai

    No Zona/Blok Kesan Visual Terhadap Kawasan

    upaya antispasi perkembangan yang tidak terencana. Penataan pola jaringan drainase dan jalanserta RTH perlu mendapatkan perhatian. Blok ini masih mencerminkan kesan v isual yang masihalami dengan RTH yang masih banyak. Pada blok ini juga direncanakan adanya RUSUNAWAyang pada saat ini berada pada tahap pembangunan.

    R3.B Blok ini memiliki karakteristik yang sama dengan blok R3.B yaitu blok yang memiliki polapenggunaan lahan sebagai lingkungan permukiman dan pada saat ini merupakan kepadatanrendah.

    3 O Blok O merupakan peruntukan sebagai RTH (Taman Wisata Remaja). Penataan ruang terbuka

    hijau sudah terencana tetapi masih belum teratur, rata-rata ditanami pohon-pohon alami danbelum memiliki nilai keindahan dan seni RTH yang bernilai wisata dan keindahan. Namunbeberapa kondisi yang permasalahan elemen pendukung (jalur sirkulasi lokal) yang muncul dandapat mengurangi nilai visual terhadap kawasan antara lain: pedestrian kurang nyaman dan tidakmemberikan kesan tempat wisata dan lebar jalan yang ada pada awal segmen ini sempitsehingga tidak mencukupi dibuat pedestrian. Dengan demikian untuk meningkatkan nilai estetikakawasan perlu dilakukan peningkatan dan penandaan pada pintu masuk kawasan agar memilikicitra yang lebih mengarah, Tata letak peruntukan RTH y ang memiliki nilai wisata perluditingkatkan dan dikembangkan peruntukkan sehingga memiliki nilai jual yang lebih baik, danSistem pedestrian pada kawasan ini perlu ditingkatkan dan d ibedakan antara pejalan kaki danpengguna kendaraan

    Sumber: Hasil Analisis, 2007

    4.7 

    ANALISIS HUBUNGAN FUNGSIONAL DAN ORGANISASI RUANG 

    Seperti telah dikemukakan di depan bahwa elemen yang akan membentuk ruang wilayah perencanaan

    diantaranya terdiri dari :

    1. 

    Perdagangan dan Jasa (Ruko, Pertokoan, Jasa Perbankan dan lainnya)

    2. 

    Pasar Panorama

    3. 

    Parkir Area

    4. 

    Jalan

    5. 

    Terminal angkutan perkotaan

    6. 

    Fasilitas pelayanan sosial

    7. 

    Taman Ruang Terbuka Hijau (RTH Wisata Taman Remaja)

    8. 

    Perumahan dan Permukiman

    Elemen –elemen tersebut dalam penempatannya dapat dibedakan satu dengan yang lain terutama yang

    memiliki hubungan antar fungsi yang kuat, sedangkan elemen yang tidak memiliki hubungan fungsional kuat

    dalam penempatannya harus dijauhkan. Kuat dan tidaknya hubungan antara elemen tersebut tergantung

  • 8/18/2019 Bab 4 - Analisis Penanganan Tata Lingkungan Dan Bangunan

    18/18

     

    LAPORAN FINAL  IV- 18

    seberapa pentingnya elemen yang satu mendukung/menunjang dalam kondisi yang tidak memungkinkan

    kedua elemen yang memiliki hubungan fungsional kuat didekatkan, maka dapat saja penempatannya relatif

    cukup jauh tetapi perlu ditunjang dengan aksesibilitas yang baik. Secara diagram elemen  –  elemen

    pembentuk struktur ruang wilayah perencanaan wilayah dapat dilihat pada gambar berikut ini.

    Gambar 4.4

    Hubungan Fungsional Antar Elemen

    Hubungan Lemah

    Hubungan Sedang

    Hubungan Kuat

    Terminal Angkutan Umum

    Jalan

    Area Parkir

    Pasar Panorama

    Perdagangan dan Jasa

    Fasilitas Pelayanan Sosial

    Taman Ruang Terbuka Hijau (Taman remaja)

    Perumahan Permukiman