BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN non -departemen …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-01077-IF...

29
54 BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Profil Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah lembaga pemerintah non-departemen yang berada dibawah koordinasi Kementerian Negara Riset dan Teknologi yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi. 3.1.1 Gambaran Umum Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Proses pembentukan BPPT bermula dari gagasan Mantan Presiden Soeharto kepada Prof Dr. Ing. B.J. Habibie pada tanggal 28 Januari 1974. Dengan surat keputusan no. 76/M/1974 tanggal 5 Januari 1974, Prof Dr. Ing. B.J. Habibie diangkat sebagai penasehat pemerintah dibidang advance teknologi dan teknologi penerbangan yang bertanggung jawab langsung pada Presiden dengan membentuk Divisi Teknologi dan Teknologi Penerbangan (ATTP) Pertamina. Melalui surat keputusan Dewan Komisaris Pemerintah Pertamina No.04/Kpts/DR/DU/1975 tanggal 1 April 1976, ATTP diubah menjadi Divisi Advance Teknologi Pertamina. Kemudian diubah menjadi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No.25 tanggal 21 Agustus 1978. Diperbaharui dengan Surat Keputusan Presiden No.47 tahun 1991.

Transcript of BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN non -departemen …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-01077-IF...

Page 1: BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN non -departemen …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-01077-IF Bab3001.pdf5 Ir. M. Hatta Rajasa 2001-2004 6 Dr. Kusmayanto Kadiman 2004-2006 7 Prof.

54

BAB 3

SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

3.1 Profil Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah lembaga

pemerintah non-departemen yang berada dibawah koordinasi Kementerian Negara

Riset dan Teknologi yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di

bidang pengkajian dan penerapan teknologi.

3.1.1 Gambaran Umum Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Proses pembentukan BPPT bermula dari gagasan Mantan Presiden

Soeharto kepada Prof Dr. Ing. B.J. Habibie pada tanggal 28 Januari 1974.

Dengan surat keputusan no. 76/M/1974 tanggal 5 Januari 1974, Prof Dr. Ing.

B.J. Habibie diangkat sebagai penasehat pemerintah dibidang advance

teknologi dan teknologi penerbangan yang bertanggung jawab langsung pada

Presiden dengan membentuk Divisi Teknologi dan Teknologi Penerbangan

(ATTP) Pertamina. Melalui surat keputusan Dewan Komisaris Pemerintah

Pertamina No.04/Kpts/DR/DU/1975 tanggal 1 April 1976, ATTP diubah

menjadi Divisi Advance Teknologi Pertamina. Kemudian diubah menjadi

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi melalui Keputusan Presiden

Republik Indonesia No.25 tanggal 21 Agustus 1978. Diperbaharui dengan

Surat Keputusan Presiden No.47 tahun 1991.

Page 2: BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN non -departemen …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-01077-IF Bab3001.pdf5 Ir. M. Hatta Rajasa 2001-2004 6 Dr. Kusmayanto Kadiman 2004-2006 7 Prof.

55

Berikut nama-nama kepala BPPT dari awal berdiri hingga sekarang:

Tabel 3.1 - Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

NO Nama Periode

1 Prof. Dr.Ing. B.J. Habibie 1974-1998

2 Prof. Dr. Rahardi Ramelan 1998-1998

3 Prof. Dr. Zuhal MSEE 1998-1999

4 Dr. A.S. Hikam 1999-2001

5 Ir. M. Hatta Rajasa 2001-2004

6 Dr. Kusmayanto Kadiman 2004-2006

7 Prof. Ir. Said Djauharsyah Jenie, Sc.D 2006-2008

8 Dr. Ir. Marzan A. Iskandar 2008-Sekarang

Di dalam perjalanan waktu selama hampir 30 tahun, BPPT mengalami

beberapa kali penyesuaian organisasi sesuai dengan perkembangan jaman.

Demikian pula kebijakan, bahwa jabatan Kepala BPPT yang selama ini selalu

dirangkap oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi (MNRT), telah berubah

sejak bulan April 2006, dengan diterbitkannya Keputusan Presiden Republik

Indonesia Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pengangkatan Kepala BPPT, di mana

Kepala BPPT sejak saat itu tidak lagi identik dengan MNRT.

Sesuai dengan keterampilan dan keahliannya, pegawai BPPT

ditempatkan di berbagai bidang pekerjaan dan disiplin keilmuan yang

tercermin dari konstelasi pembidangan pada Struktur Organisasi BPPT, yang

terbagi ke dalam:

Page 3: BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN non -departemen …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-01077-IF Bab3001.pdf5 Ir. M. Hatta Rajasa 2001-2004 6 Dr. Kusmayanto Kadiman 2004-2006 7 Prof.

56

1. Kedeputian Teknis, dengan 20 Pusat Teknologi dan 17 Unit Pelaksana

Teknis (UPT).

2. Sekretariat Utama, dengan 6 Biro/Pusat.

3. Inspektorat, dan

4. Pusat Pelayanan Teknologi

BPPT saat ini didukung dengan sarana dan prasarana fisik dan

laboratoria yang dilengkapi dengan peralatan dan perangkat uji, baik perangkat

keras maupun perangkat lunak, dan tersebar di berbagai lokasi di tanah air,

yaitu Jakarta, Serpong, Ciampea, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, dan

Lampung. Kekinian dalam metoda pengkajian dan penerapan teknologi selalu

dijaga dan dipertahankan melalui peningkatan kemampuan sumber daya

manusianya, agar sesuai dengan perkembangan teknologi yang terjadi, dan

selalu siap tersedia untuk mendukung kegiatan BPPT dalam melaksanakan

tugas dan pelayanannya, baik kepada pihak industri dan instansi pemerintah

pusat dan daerah, maupun kepada unsur masyarakat lainnya.

Kemitraan dengan berbagai instansi pemerintah pusat dan daerah,

industri, perguruan tinggi, dan lembaga masyarakat lainnya baik di dalam

negeri maupun di luar negeri digunakan BPPT sebagai salah satu strategi

pelaksanaan misi untuk mencapai visi BPPT.

Page 4: BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN non -departemen …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-01077-IF Bab3001.pdf5 Ir. M. Hatta Rajasa 2001-2004 6 Dr. Kusmayanto Kadiman 2004-2006 7 Prof.

57

3.1.2 Visi dan Misi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Untuk memberikan arah dan panduan jelas bagi seluruh pegawai BPPT,

maka telah disusun rencana strategis BPPT, yang meliputi ungkapan visi dan

misi organisasi. Visi dan misi organisasi tersebut ditetapkan bersama dalam

suatu rapat kerja BPPT pada Tahun 2005, seperti berikut:

a. Visi

Visi dari BPPT adalah mewujudkan teknologi sebagai pilar utama

pembangunan untuk meningkatkan daya saing industri dalam rangka

peningkatan kesejahteraan masyarakat.

b. Misi

Misi dari BPPT diantaranya :

• Meningkatkan daya saing industri.

• Mewujudkan BPPT sebagai agen pembangunan masyarakat dalam

bidang teknologi.

• Menyusun kebijakan dan penerapan teknologi.

• Mengembangkan BPPT sebagai pusat unggulan teknologi dan SDM

yang handal (technology center of excellence).

3.1.3 Tugas Pokok, Fungsi dan Wewenang

• Tugas Pokok

Melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengkajian dan penerapan

teknologi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Page 5: BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN non -departemen …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-01077-IF Bab3001.pdf5 Ir. M. Hatta Rajasa 2001-2004 6 Dr. Kusmayanto Kadiman 2004-2006 7 Prof.

58

• Fungsi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

1. Pengkajian & penyusunan kebijakan nasional di bidang pengkajian dan

penerapan teknologi.

2. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPPT.

3. Pemantauan, pembinaan dan pelayanan terhadap kegiatan instansi

pemerintah dan swasta dibidang pengkajian dan penerapan teknologi

dalam rangka inovasi, difusi, dan pengembangan kapasitas, serta

membina alih teknologi.

4. Penyelenggaraan pembinaan & pelayanan administrasi umum di

bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi & tatalaksana,

kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan & rumah

tangga.

• Wewenang Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Wewenang yang dimiliki BPPT yaitu:

� Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya.

� Perumusan kebijakan dibidangnya untuk mendukung pembangunan

secara makro.

� Penetapan sistem informasi di bidangnya.

Kewenangan lain yang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu:

1. Perumusan & pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengkajian &

penerapan teknologi.

Page 6: BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN non -departemen …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-01077-IF Bab3001.pdf5 Ir. M. Hatta Rajasa 2001-2004 6 Dr. Kusmayanto Kadiman 2004-2006 7 Prof.

59

2. Pemberian rekomendasi penerapan teknologi & melaksanankan audit

teknologi.

3.2 Struktur Organisasi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Gambar pada halaman berikut merupakan bagan struktur organisasi yang

berjalan di BPPT.

Gambar 3.1 - Struktur Organisasi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

(BPPT)

Kepala

BPPT

Inspektorat

Sekretaris Utama

Deputi Pengkajian Kebijakan Teknologi

Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam

Deputi Teknologi

Industri Agroindustri dan Bioteknologi

Deputi Teknologi Informasi Energi dan Material

Deputi Teknologi

Industri Rancang

Bangun dan Rekayasa

Pusat Pengkajian

Kebajikan Inovasi

Teknologi

Pusat Pengkajian dan

Penerapan Teknologi

Inventarisasi Sumber Daya Alam

Pusat Teknologi

Produksi Pertanian

Pusat Pengkajian

Kebijakan Difusi

Teknologi

Pusat Teknologi

Pengembangan

Sumber Daya Mineral

Pusat Teknologi

Agroindustri

Pusat Pengkajian

Kebijakan Peningkatan

Daya Saing

Pusat Teknologi

Sumber Daya Lahan

Wilayah dan Mitigasi

Pusat Teknologi

Bioindustri

Pusat Audit Teknologi

Pusat Pengkajian dan

Penerapan Teknologi

Lingkungan

Pusat Teknologi

Farmasi dan Medika

Pusat Teknologi

Informasi dan

Komunikasi

Pusat Teknologi

Konversi dan Konservarsi Energi

Pusat Teknologi Pengembangan

Sumberdaya Energi

Pusat Teknologi

Material

Pusat Teknologi Industri Proses

Pusat Teknologi Industri

Manufaktur

Pusat Teknologi Industri Pertahanan dan Keamanan

Pusat Teknologi Industri

dan Sistem Transportasi

Biro Perencanaan

Biro Keuangan

Biro Sumberdaya

Biro Umum dan Humas

Pusat Pembinaan

Pendidikan dan Pelatihan

Pusat Data . Informasi dan Standarisasi

BPPT Engineering

Manusia dan Organisasi

Page 7: BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN non -departemen …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-01077-IF Bab3001.pdf5 Ir. M. Hatta Rajasa 2001-2004 6 Dr. Kusmayanto Kadiman 2004-2006 7 Prof.

60

3.2.1 Profil Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK)

Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK) merupakan salah

satu unit kerja di lingkungan Kedeputian Teknologi Informasi Energi dan

Material (TIEM) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang

berlokasi di Gedung Teknologi 3 Lantai 2 Kompleks PUSPIPTEK, Serpong -

Tangerang. PTIK dipimpin oleh seorang direktur.

Anggota PTIK berjumlah 93 orang, 77 orang diantaranya PNS. 46

orang PNS memiliki tingkat pendidikan S2 dan S3 dalam berbagai latar

belakang pendidikan.

Sumber Anggaran BPPT:

1. DIPA BPPT

2. Non DIPA BPPT

3. Insentif Ristek

4. Mitra Kerja (Swasta, Pemda, Instansi Pemerintah lainnya)

3.2.2 Struktur Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK)

Gambar 3.2 - Struktur Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK)

Page 8: BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN non -departemen …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-01077-IF Bab3001.pdf5 Ir. M. Hatta Rajasa 2001-2004 6 Dr. Kusmayanto Kadiman 2004-2006 7 Prof.

61

3.2.3 Tugas dan Fungsi Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK)

Tugas PTIK adalah melaksanakan pengkajian dan penerapan di bidang

teknologi informasi dan komunikasi. Tugas ini dilaksanakan dalam rangka

melaksanakan fungsi BPPT sesuai Peraturan Presiden Nomor 64 tahun 2005

dengan kewenangan antara lain sbb:

a. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya.

b. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan

secara makro.

c. Penetapan informasi di bidangnya.

d. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, yaitu:

• Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengkajian

dan penerapan teknologi.

• Pemberian rekomendasi penerapan teknologi dan melaksanakan audit

teknologi.

3.2.4 Laboratorium Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK)

PTIK BPPT memiliki testing labs yang mendukung berbagai macam

kegiatan internal dan eksternal PTIK. Lab ini memiliki berbagai perangkat

dan peralatan yang digunakan untuk mengukur dan meneliti beberapa bidang

antara lain:

1. ELKON

• Electromagnetic Compatibility and Interference (EMC & EMI)

Page 9: BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN non -departemen …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-01077-IF Bab3001.pdf5 Ir. M. Hatta Rajasa 2001-2004 6 Dr. Kusmayanto Kadiman 2004-2006 7 Prof.

62

• Optronic and Photonic

• Telemetry

• Mobile Communication

• Surveillance and Navigation

2. FOSSKOM

• Free/Open Source Software (FOSS) Technology

• Interoperability

• Security

• Advanced Computing

Kegiatan utama dari Lab ELKON dan FOSSKOM adalah :

1. Menetapkan measurement, standarisation, testing, quality (MSTQ).

2. Menetapkan research dan development pada teknologi di bidang yang

sebutkan diatas.

3.3 Sistem Yang Sedang Berjalan

Sistem yang sedang berjalan pada testbed PTIK adalah sebuah jaringan yang

berbasis Multiprotocol Label Switching (MPLS) Virtual Private Network (VPN)

dengan fitur Traffic Engineering (TE) dan juga Quality of Service (QoS) dengan

model Differentiated Service (DiffServ). Sistem ini menggunakan marking MPLS

EXP bit di layer 2, ketika paket memasuki cloud MPLS.

Marking paket tersebut berfungsi untuk mengkategorikan paket yang masuk

ke dalam jaringan tersebut. Paket diklasifikasikan berdasarkan protokol dan nomor

port. Paket protokol UDP dengan port 1234 diklasifikasikan sebagai kelas VIDEO,

Page 10: BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN non -departemen …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-01077-IF Bab3001.pdf5 Ir. M. Hatta Rajasa 2001-2004 6 Dr. Kusmayanto Kadiman 2004-2006 7 Prof.

63

paket protokol TCP dengan nomor port 21 diklasifikasikan sebagai kelas DATA

dan paket protokol dengan nomor port selain UDP 1234 dan TCP 21

diklasifikasikan sebagai kelas class-default.

PTIK – BPPT saat ini akan melakukan riset yaitu merepresentasikan sebuah

jaringan Internet service provider dalam skala lab (testbed). Pengujian yang

dilakukan adalah testbed tersebut berperan sebagai Internet service provider yang

memberikan pelayanan untuk melakukan video streaming berstandar high definition

(HD), pengiriman data dengan menggunakan protokol FTP dan pengiriman data

biasa seperti email dan browsing. Jaringan Internet service provider yang akan

diimplementasikan berbasis MPLS VPN dengan menggunakan traffic engineering.

MPLS digunakan sebagai backbone karena MPLS menawarkan kecepatan dalam

pengiriman paket data dan dapat digunakan sebagai basis untuk menjalankan traffic

engineering. Sedangkan traffic engineering berfungsi untuk pemindahan jalur

ketika jalur terbaik (best path) mengalami kemacetan atau congestion. Selain itu

akan ditambahkan juga layanan Quality of Service pada jaringan tersebut untuk

menjamin kualitas layanan untuk pelanggan.

Setelah jaringan berbasis MPLS VPN dibangun dan menerapkan traffic

engineering dan QoS, maka parameter yang akan diuji apakah terjadi penurunan

jitter dan packet loss untuk trafik video streaming dan apakah bandwidth untuk

trafik FTP dan trafik selain video streaming dan FTP sudah sesuai dengan yang

telah disepakati atau tidak.

Page 11: BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN non -departemen …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-01077-IF Bab3001.pdf5 Ir. M. Hatta Rajasa 2001-2004 6 Dr. Kusmayanto Kadiman 2004-2006 7 Prof.

64

Gambar berikut adalah topologi fisik sistem yang sedang berjalan pada PTIK

BPPT.

Gambar 3.3 – Topologi Sistem Yang Sedang Berjalan

Perancangan topologi diatas dibuat berdasarkan keterbatasan perangkat yang

dimiliki oleh PTIK – BPPT. Skenario trafik, akan dialirkan data video berstandar

HD berformat 720p dengan metode streaming menggunakan perangkat lunak VLC.

Standar HD dipilih karena akan menghasilkan gambar yang berkualitas, contohnya

bila pengirim menampilkan gambar seperti flowchart, maka sisi penerima akan

melihat flowchart tersebut secara detil. Untuk skenario layanan FTP dan data

lainnya akan menggunakan perangkat lunak Jperf.

Page 12: BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN non -departemen …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-01077-IF Bab3001.pdf5 Ir. M. Hatta Rajasa 2001-2004 6 Dr. Kusmayanto Kadiman 2004-2006 7 Prof.

65

3.3.1 Perangkat Jaringan Yang Digunakan

Tabel dibawah ini adalah perangkat jaringan unit host / end user yang

digunakan pada sistem yang sedang berjalan.

Tabel 3.2 – Spesifikasi Perangkat Unit Host / End User

No Perangkat Jumlah Spesifikasi Unit

1 Komputer Server 1 - IBM System X3650

- Intel Xeon E5420 2.50 GHz 64 Bit

- Hardisk 136 GB

- RAM Memory 4 GB

- VGA ATI ES 1000 (Onboard) A12

- Monitor menggunakan APC melalui

perangkat KVM Switch

2 Komputer client 1

3 Komputer client 1

Page 13: BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN non -departemen …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-01077-IF Bab3001.pdf5 Ir. M. Hatta Rajasa 2001-2004 6 Dr. Kusmayanto Kadiman 2004-2006 7 Prof.

66

Tabel dibawah ini adalah spesifikasi perangkat jaringan / network

device yang digunakan pada sistem yang sedang berjalan.

Tabel 3.3 – Spesifikasi Perangkat Jaringan / Network Device

No Perangkat Jumlah Spesifikasi Unit

1 Router Cisco 7206 1 Tiga interface Gigabit Ethernet dan satu

interface Fast Ethernet

2 Router Cisco 3845 1 Dua interface Gigabit Ethernet, dua

interface serial, dan dua interface Fast

Ethernet

3 Router Cisco 2811 2 Masing-masing unit memiliki

spesifikasi; dua interface Fast Ethernet

dan dua interface serial

4 Router Juniper J6350 1 Empat interface Gigabit Ethernet dan

dua interface Serial

5 Multi-layer switch

Cisco 3560

1 Unit ini memiliki spesifikasi; 28 port

Gigabit Ethernet

6 Multi-layer switch

Juniper EX3200

1 Unit ini memiliki spesifikasi; 24 port

Gigabit Ethernet

7 Kabel UTP 1 Straight UTP dan Cross-Over UTP

Page 14: BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN non -departemen …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-01077-IF Bab3001.pdf5 Ir. M. Hatta Rajasa 2001-2004 6 Dr. Kusmayanto Kadiman 2004-2006 7 Prof.

67

3.3.2 MPLS VPN

Perangkat - perangkat yang digunakan pada sistem testbed yang

sedang berjalan adalah router, switch, dan multi-layer switch dari vendor

Cisco dan Juniper. Di dalam cloud MPLS sistem yang sedang berjalan ini,

terdapat 2 buah router Provider Edge (PE), yaitu router Cisco 3845 dan

router Cisco 7206, dan 2 buah router Provider (P) yaitu router Cisco 2811.

Routing protocol yang digunakan untuk menghubungkan jaringan router-

router yang ada di dalam cloud MPLS adalah routing protocol berjenis Open

Shortest Path First (OSPF). Pada bagian pelanggan (Customer Edge),

perangkat jaringan yang digunakan adalah router Juniper J6350 pada CE_A,

multi-layer switch Cisco 3650 pada CE_B, dan multi-layer switch Juniper ex-

3200 pada CE_C. Routing protocol yang digunakan untuk menghubungkan

jaringan CE ke PE adalah static routing protocol.

Jaringan CE_A menggunakan IP Network 192.168.100.0/24, jaringan

CE_B menggunakan IP Network 192.168.200.0/24 dan jaringan CE_C

menggunakan IP Network 192.168.101.0/24. Koneksi CE_A terhubung

dengan PE1 menggunakan IP Network 192.168.1.0/30, sementara itu koneksi

CE_B terhubung dengan PE2 menggunakan IP Network 192.168.1.8/30, dan

koneksi CE_C terhubung dengan PE1 meggunakan IP Network

192.168.1.4/30. IP interface loopback 0 router CE_A adalah 6.6.6.6/32, IP

interface loopback 0 router CE_B adalah 7.7.7.7/32, sedangkan IP interface

loopback 0 router CE_C adalah 9.9.9.9/32.

Pembagian alamat IP pada router pelanggan dapat dilihat secara detail

pada tabel berikut.

Page 15: BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN non -departemen …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-01077-IF Bab3001.pdf5 Ir. M. Hatta Rajasa 2001-2004 6 Dr. Kusmayanto Kadiman 2004-2006 7 Prof.

68

Tabel 3.4 – Pembagian IP Address Pada Router Client

Router Loopback 0 IP Address Interface

CE_A 6.6.6.6/32 192.168.100.1/24 Ge 0/0/0

192.168.1.2/30 Ge 0/0/1

CE_B 7.7.7.7/32 192.168.200.1/24 Ge 0/7

192.168.1.10/30 Ge 0/5

CE_C 9.9.9.9/32 192.168.101.1/24

192.168.1.6/30

Ge 0/0/6

Ge 0/0/5

Cloud MPLS VPN sendiri menggunakan beberapa IP Network, yaitu

subnet 172.16.1.0/30 untuk koneksi antara PE1 dengan P1, subnet

172.16.1.4/30 untuk koneksi antara P1 dengan PE2, subnet 172.16.1.8/30

untuk koneksi antara PE1 dengan P2, dan subnet 172.16.1.12/30 untuk

koneksi antara P2 dengan PE2.

IP interface loopback 0 router PE1 adalah 1.1.1.1/32, IP interfae

loopback 0 P1 adalah 2.2.2.2/32, IP interface loopback P2 adalah 4.4.4.4/32,

dan IP interface loopback PE2 adalah 5.5.5.5/32.

Tabel berikut adalah pembagian alamat IP di dalam cloud MPLS.

Tabel 3.5 – Pembagian IP Address di dalam cloud MPLS

Router Loopback 0 IP Address Interface

PE1 1.1.1.1/32 172.16.1.1/30

172.16.1.9/30

Ge -0/0

Ge-0/1

Page 16: BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN non -departemen …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-01077-IF Bab3001.pdf5 Ir. M. Hatta Rajasa 2001-2004 6 Dr. Kusmayanto Kadiman 2004-2006 7 Prof.

69

P1 2.2.2.2/32 172.16.1.2/30 Fe-0/0

172.16.1.5/30 Fe-0/1

P2 4.4.4.4/32 172.16.1.10/30

172.16.1.13/30

Fe-0/0

Fe-0/1

PE2 5.5.5.5/32 172.16.1.6/30

172.16.1.14/30

Ge-0/1

Ge-0/3

Pada router pelanggan site 1 dan site 2, setiap client menggunakan

static routing protocol. Static routing protocol tersebut dimasukkan ke dalam

sebuah virtual routing forwarding (VRF) yang sama untuk setiap client,

sehingga hanya terdapat sebuah VRF yaitu VRF VPN1. Table VRF tersebut

terdapat di router PE1 dan router PE2.

VRF ini digunakan untuk memisahkan routing table yang dimiliki

setiap client, sehingga terjadi pemisahan traffic data antara setiap client

secara virtual. Tujuannya adalah untuk memberikan tingkat keamanan yang

baik pada jaringan MPLS. Akan tetapi, fitur VRF pada sistem yang sedang

berjalan ini tidak terlalu terlihat fungsinya. Hal ini dikarenakan VPN yang

didefinisikan hanya 1, yaitu VPN1. Jaringan di dalam cloud MPLS sendiri

menggunakan routing protocol OSPF yang menunjuk loopback 0 setiap

router sebagai router-id dan berada pada area yang sama, yaitu area 100.

Setiap router di dalam cloud MPLS menggunakan process-id yang sama,

yaitu process-id 100.

Selain itu, jaringan pada cloud MPLS juga menggunakan routing

protocol BGP (MP-BGP) pada router PE1 dan router PE2. Fungsinya adalah

Page 17: BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN non -departemen …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-01077-IF Bab3001.pdf5 Ir. M. Hatta Rajasa 2001-2004 6 Dr. Kusmayanto Kadiman 2004-2006 7 Prof.

70

untuk melewatkan Route Distinguisher (RD) dari pelanggan A di site 1 ke

pelanggan A di site 2 dan begitu juga sebaliknya. Loopback 0 pada router

PE1 dan router PE2 didefinisikan sebagai router-id. Route Distinguisher

untuk VPN1 milik client A adalah 100:1. Sedangkan routing protocol yang

digunakan oleh pelanggan juga menggunakan static routing protocol.

Sehingga, terjadi redistribute antara static routing dengan MP-BGP pada

router PE1 dan router PE2.

Koneksi antara router PE dan router CE tidak directly connected

(langsung terhubung), akan tetapi melalui sebuah switch layer 2. Fungsinya

adalah untuk melakukan segmentasi dari setiap VLAN untuk VPN-nya. Di

router PE1 terdapat dua buah sub-interface (interface virtual) sedangkan di

router PE2 terdapat satu buah sub-interface (interface virtual) untuk

pendefinisian VLAN VPN1. Untuk mendistribusikan VLAN antara router

dengan switch, switch dan router harus memiliki sebuah koneksi physical

yang didefinisikan sebagai interface mode trunk. VLAN Trunking IEEE

802.1q ini bersifat Open System, sehingga dapat digunakan pada

perangkat-perangkat jaringan buatan Cisco maupun Juniper.

3.3.3 Traffic Engineering

Di dalam cloud MPLS, dibuat dua buah tunnel traffic engineering, yaitu:

1. Tunnel 1

Tunnel ini dibuat secara eksplisit dan di beri nama ATAS dengan

pemilihan opsi jalur 1. Untuk jalur yang menuju ke server (selanjutnya

Page 18: BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN non -departemen …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-01077-IF Bab3001.pdf5 Ir. M. Hatta Rajasa 2001-2004 6 Dr. Kusmayanto Kadiman 2004-2006 7 Prof.

71

akan dinamai jalur “pergi”), tunnel 1 ini dibuat di router PE1 dengan IP

interface loopback 0-nya 1.1.1.1/32 dan tujuan akhirnya adalah router

PE2 dengan IP interface loopback 0-nya adalah 5.5.5.5/32. Sedangkan

jalur yang menuju ke client yang berada di router CE_A dan router

CE_C (selanjutnya akan dinamai jalur “kembali”), tunnel 1 ini dibuat di

router PE2 dengan IP interface loopback 0-nya adalah 5.5.5.5/32 dan

tujuan akhirnya adalah router PE1 dengan IP interface loopback 0-nya

adalah 1.1.1.1/32.

Baik, jalur “pergi” maupun jalur “kembali”, tunnel ini melewati

router P1 dengan IP interface loopback 0-nya adalah 2.2.2.2/32. Jalur

“pergi” tunnel 1 ini adalah PE1 – P1 – PE2, sedangkan jalur “kembali”

tunnel 1 adalah PE2 – P1 – PE1. Tunnel ATAS ini diberikan prioritas 2.

Ini artinya, tunnel ATAS adalah tunnel cadangan karena jalur tunnel

tersebut “dianggap” sebagai jalur yang bukan jalur terbaik (best-path),

atau jalur underutilizied (jalur yang selain best-path).

Bandwidth yang disediakan untuk pelanggan VPN1 pada tunnel

ATAS adalah sebesar 4,096 Mbps dari total 90 Mbps yang tersedia.

Jumlah tersebut (4,096 Mbps) adalah nilai total bandwidth yang disewa

oleh pelanggan di router CE_A dan router CE_C. Metode yang

digunakan untuk mengalirkan trafik ke dalam tunnel 1 ini adalah dengan

static routing protocol.

2. Tunnel 2

Tunnel ini dibuat secara eksplisit dan diberi nama BAWAH dengan

pemilihan opsi jalur 1. Untuk jalur yang menuju ke server (selanjutnya

Page 19: BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN non -departemen …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-01077-IF Bab3001.pdf5 Ir. M. Hatta Rajasa 2001-2004 6 Dr. Kusmayanto Kadiman 2004-2006 7 Prof.

72

akan dinamai jalur “pergi”), tunnel 2 ini dibuat di router PE1 dengan IP

interface loopback 0-nya adalah 1.1.1.1/32 dan tujuan akhirnya adalah

router PE2 dengan IP interface loopback 0-nya adalah 5.5.5.5/32.

Sedangkan jalur yang menuju ke client yang berada di router CE_A dan

router CE_C (selanjutnya akan dinamai jalur “kembali”), tunnel 2 ini

dibuat di router PE2 dengan IP interface loopback 0-nya adalah

5.5.5.5/32 dan tujuan akhirnya adalah router PE1, dengan IP interface

loopback 0-nya adalah 1.1.1.1/32.

Baik jalur “pergi” maupun jalur “kembali”-nya, tunnel ini melewati

router P2 dengan IP interface loopback 0-nya adalah 4.4.4.4/32. Jalur

“pergi” tunnel ini adalah PE1 – P2 – PE2, sedangkan jalur “kembali”

tunnel 2 ini adalah PE2 – P2 – PE1. Tunnel BAWAH ini diberikan

prioritas 1. Ini artinya, tunnel BAWAH adalah tunnel utama karena jalur

tunnel tersebut “dianggap” sebagai jalur terbaik (best-path).

Bandwidth yang disediakan untuk pelanggan VPN1 pada tunnel

ATAS adalah sebesar 4,096 Mbps dari total 90 Mbps yang tersedia.

Jumlah tersebut (4,096 Mbps) adalah nilai total bandwidth yang disewa

oleh pelanggan di router CE_A dan router CE_C. Metode yang

digunakan untuk mengalirkan trafik ke dalam tunnel 2 ini adalah dengan

static routing protocol.

Page 20: BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN non -departemen …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-01077-IF Bab3001.pdf5 Ir. M. Hatta Rajasa 2001-2004 6 Dr. Kusmayanto Kadiman 2004-2006 7 Prof.

73

3.3.4 Quality of Service

Pada sistem yang sedang berjalan tersebut, model Quality of Service

(QoS) yang digunakan adalah Differentiated Service (DiffServ). Marking

layer 2 yang digunakan ketika memasuki cloud MPLS adalah Exp Bit.

Bandwidth yang disediakan untuk pelanggan adalah sebesar 4,096 Mbps dari

total bandwidth yang ada, yaitu 90 Mbps. Jaminan bandwidth layanan video

streaming adalah 2 Mbps, sedangkan jaminan bandwidth untuk layanan FTP

adalah sebesar 1 Mbps, dan jaminan bandwidth untuk layanan data adalah

sebesar 786 Kbps.

Pada router PE1, dilakukan klasifikasi berdasarkan protokol dan

nomor port. Paket protokol UDP dengan nomor port 1234 diklasifikasikan

sebagai kelas VIDEO, paket protokol TCP dengan nomor port 21

diklasifikasikan sebagai kelas DATA, dan paket protokol dengan nomor port

selain UDP 1234 dan TCP 21 diklasifikasikan sebagai kelas class-default.

Pembagian klasifikasi dapat dilihat pada tabel pada dibawah ini (tabel 3.6).

Tabel 3.6 – Klasifikasi Kelas Layanan QoS

Kelas Protokol Nomor Port

VIDEO UDP 1234

DATA TCP 21

*class-default Selain port 1234

dan port 21

Page 21: BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN non -departemen …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-01077-IF Bab3001.pdf5 Ir. M. Hatta Rajasa 2001-2004 6 Dr. Kusmayanto Kadiman 2004-2006 7 Prof.

74

Policy yang diberi nama TUNNEL adalah sebagai berikut:

1. Paket kelas VIDEO

Policing paket pada kelas ini dibatasi sebesar 2,048 Mbps dengan nilai

normal burst sebesar 0,384 MBps dan nilai extended burst sebesar 0,768

MBps. Paket tersebut lalu diberi marking dengan nilai experimental bit 5.

Paket yang melewati policing diatas akan di-drop.

2. Paket kelas DATA

Policing paket pada kelas ini dibatasi sebesar 1,024 Mbps dengan nilai

normal burst sebesar 0,128 MBps dan nilai extended burst sebesar 0,256

MBps. Paket tersebut diberi marking dengan nilai experimental bit 3.

Paket yang melewati policing akan di-drop.

3. Paket kelas class-default

Policing paket pada kelas ini dibatasi sebesar 0,768 Mbps dengan nilai

normal burst sebesar 0,096 MBps dan nilai extended burst sebesar 0,192

MBps. Paket tersebut diberi marking dengan nilai experimental bit 0.

Paket yang melewati policing akan di-drop.

Page 22: BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN non -departemen …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-01077-IF Bab3001.pdf5 Ir. M. Hatta Rajasa 2001-2004 6 Dr. Kusmayanto Kadiman 2004-2006 7 Prof.

75

3.4 Permasalahan Yang Sedang Dihadapi

Permasalahan pertama yang dihadapi oleh sistem yang sedang berjalan adalah

ketika client ingin mengirim data ke server, aliran data tersebut hanya melewati satu

tunnel saja. Hal ini mengakibatkan apabila beberapa client mengirim data dengan

bandwidth yang besar akan menimbulkan kepadatan trafik jaringan. Otomatis delay

paket akan lebih tinggi dan akan mengurangi kinerja dari router. Permasalahan ini

diakibatkan adanya fungsi CEF (Cisco Express Forwarding) pada router Cisco.

CEF memiliki default load balancing per destinasi, artinya CEF hanya akan

melakukan load balancing apabila paket yang dikirim memiliki tujuan yang

berbeda.

Permasalahan kedua adalah aliran data selalu melewati tunnel 2, yang jalurnya

adalah PE1 – P2 – PE2. Data dengan nomor port dan protokol apapun serta tidak

peduli seberapa besar data tersebut tetap akan melewati tunnel 2 ketika dialiri ke

jaringan. Hal yang sama juga terjadi ketika server ingin mengirim kembali ke

client. Aliran data juga selalu melewati tunnel 2. Terlihat bahwa tunnel 1 traffic

engineering “menganggur”. Seolah-olah keberadaan tunnel 1 tidak dihiraukan.

Permasalahan ini diakibatkan karena router ID PE2 lebih tinggi dari router ID PE1

sehingga paket selalu melewati tunnel 2.

3.4.1 Pembuktian Masalah

Dibawah ini adalah gambar sniffing paket menggunakan perangkat

lunak Wireshark tunnel 1 di router PE1 ketika jaringan dialiri data dengan

nomor port 1234 menggunakan protokol UDP.

Page 23: BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN non -departemen …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-01077-IF Bab3001.pdf5 Ir. M. Hatta Rajasa 2001-2004 6 Dr. Kusmayanto Kadiman 2004-2006 7 Prof.

76

Gambar 3.4 Hasil Sniffing Tunnel 1 di Router PE1 Dengan

Nomor Port Data 1234

Ketika jaringan dialiri data dengan nomor port 1234 menggunakan

protokol UDP dari client di router CE_A dengan IP Address 192.168.100.10

ke server dengan 192.168.200.10, tidak ada aliran data yang masuk ke tunnel

1 di router PE1.

Dibawah ini adalah gambar sniffing paket menggunakan perangkat

lunak Wireshark tunnel 1 di router PE1 ketika jaringan dialiri data dengan

nomor port 21 menggunakan protokol TCP.

Page 24: BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN non -departemen …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-01077-IF Bab3001.pdf5 Ir. M. Hatta Rajasa 2001-2004 6 Dr. Kusmayanto Kadiman 2004-2006 7 Prof.

77

Gambar 3.5 Hasil Sniffing Tunnel 1 di Router PE1 Dengan Nomor

Port Data 21

Ketika jaringan dialiri data dengan nomor port 21 menggunakan

protokol TCP dari client di router CE_A dengan IP Address 192.168.100.10

ke server dengan 192.168.200.10, tidak ada aliran data yang masuk ke tunnel

1 di router PE1.

Gambar berikut adalah gambar sniffing paket menggunakan perangkat

lunak Wireshark tunnel 1 di router PE1 ketika jaringan dialiri data dengan

nomor port 5001 (default) menggunakan protokol TCP.

Page 25: BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN non -departemen …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-01077-IF Bab3001.pdf5 Ir. M. Hatta Rajasa 2001-2004 6 Dr. Kusmayanto Kadiman 2004-2006 7 Prof.

78

Gambar 3.6 Hasil Sniffing Tunnel 1 di Router PE1 Dengan Nomor Port

Data 5001

Ketika jaringan dialiri data dengan nomor port 5001 (default)

menggunakan protokol TCP dari client di router CE_A dengan IP Address

192.168.100.10 ke server dengan 192.168.200.10, tidak ada aliran data yang

masuk ke tunnel 1 di router PE1.

Gambar berikut adalah gambar sniffing paket menggunakan perangkat

lunak Wireshark tunnel 2 di router PE1 ketika jaringan dialiri data dengan

nomor port 1234 menggunakan protokol UDP.

Page 26: BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN non -departemen …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-01077-IF Bab3001.pdf5 Ir. M. Hatta Rajasa 2001-2004 6 Dr. Kusmayanto Kadiman 2004-2006 7 Prof.

79

Gambar 3.7 Hasil Sniffing Tunnel 2 di Router PE1 Dengan Nomor Port

Data 1234

Seperti yang terlihat pada gambar diatas (gambar 3.8), ketika jaringan

dialiri data dengan nomor port 1234 menggunakan protokol UDP dari client

di router CE_A dengan IP Address 192.168.100.10 ke server dengan

192.168.200.10, aliran data masuk ke tunnel 2 di router PE1.

Gambar berikut adalah gambar sniffing paket menggunakan perangkat

lunak Wireshark tunnel 2 di router PE1 ketika jaringan dialiri data dengan

nomor port 21 menggunakan protokol TCP.

Page 27: BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN non -departemen …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-01077-IF Bab3001.pdf5 Ir. M. Hatta Rajasa 2001-2004 6 Dr. Kusmayanto Kadiman 2004-2006 7 Prof.

80

Gambar 3.8 Hasil Sniffing Tunnel 2 di Router PE1 Dengan Nomor Port Data 21

Seperti yang terlihat pada gambar diatas, ketika jaringan dialiri data

dengan nomor port 21 menggunakan protokol TCP dari client di router

CE_A dengan IP Address 192.168.100.10 ke server dengan IP Address

192.168.200.10, aliran data masuk ke tunnel 2 di router PE1.

Gambar berikut adalah gambar sniffing paket menggunakan perangkat

lunak Wireshark tunnel 2 di router PE1 ketika jaringan dialiri data dengan

nomor port 5001 (default) menggunakan protokol TCP.

Page 28: BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN non -departemen …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-01077-IF Bab3001.pdf5 Ir. M. Hatta Rajasa 2001-2004 6 Dr. Kusmayanto Kadiman 2004-2006 7 Prof.

81

Gambar 3.9 – Hasil Sniffing Tunnel 2 di Router PE1 Dengan Nomor Port

Data 5001

Ketika jaringan dialiri data dengan nomor port 5001 (default)

menggunakan protokol TCP dari client di router CE_A dengan IP Address

192.168.100.10 ke server dengan 192.168.200.10, aliran data masuk ke

tunnel 2 di router PE1.

3.5 Solusi Pemecahan Masalah

Dari permasalahan yang dihadapi pada sistem yang sedang berjalan diberikan

solusi terbaik guna mengoptimalkan jaringan yaitu mengubah fungsi CEF yang

awalnya melakukan load balancing per destinasi menjadi load balancing per paket

dengan penambahan metode Per-Packet Load Balancing. Metode Per-Packet Load

Balancing membagi-bagi paket dengan tujuan yang sama secara berurutan dengan

banyaknya jalur pengiriman data.

Page 29: BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN non -departemen …thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-01077-IF Bab3001.pdf5 Ir. M. Hatta Rajasa 2001-2004 6 Dr. Kusmayanto Kadiman 2004-2006 7 Prof.

82

Per-Packet Load Balancing diaktifkan di kedua buah router PE, yaitu router

PE1 dan router PE2. Per-Packet Load Balancing memilih jalur pengiriman paket

dengan teknik round-robin dimana saat pengiriman paket tidak melihat isi dari

paket tersebut. Ketika client mengirim paket ke server, paket langsung diteruskan

oleh router PE pada kedua tunnel secara bergantian tanpa dilihat isi paket tersebut.

Hal sebaliknya juga terjadi ketika server ingin mengirim paket kembali ke client.

Dengan menerapkan metode Per-Packet Load Balancing di jaringan akan

meminimalisir terjadinya kepadatan jaringan.