BAB 3 Revisi Dr.yunita
Click here to load reader
-
Upload
nahl-firdausi -
Category
Documents
-
view
96 -
download
2
Transcript of BAB 3 Revisi Dr.yunita
![Page 1: BAB 3 Revisi Dr.yunita](https://reader037.fdocument.pub/reader037/viewer/2022100400/557202a24979599169a3dddd/html5/thumbnails/1.jpg)
21
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
1.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris. Penelitian
eksperimental merupakan kegiatan percobaan (experiment) yang bertujuan untuk
mengetahui suatu pengaruh yang timbul akibat adanya perlakuan tertentu
(Notoatmojo, 2002).
1.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Parasitologi Fakultas
Kedokteran , Laboratorium Bologi Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Jember dan Laboratorium Biosains Poli Teknik
Jember. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Agustus 2010 – februari 2011
1.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini menggunakan mencit galur BALB/c jantan yang
berusia sekitar 6-8 minggu. Mencit tersebut dikembangbiakan di Laboratorium
Hewan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Jumlah mencit yang akan
digunakan yaitu sebanyak 30 mencit yang akan dibagi dalam 3 kelompok
perlakuan.
1.4. Definisi Operasional
a. Kelenjar saliva An. aconitus merupakan salah satu organ tubuh nyamuk
betina yang terdiri dari dua pasang dan disetiap bagian terdapat tiga lobus
yang menempel dibagian torak dan kepala nyamuk dengan fungsi sebagai
penghail saliva yang akan dimanfaatkan oleh Plasmodium sebagai
transportasi ke tubuh manusia yang diisolasi dengan metode diseksi dari
WHO (1975) dan Waitayakul, et al (2006) dengan modifikasi.
b. Derajat parasitemia menunjukkan infeksi parasit Plasmodium berghei
stadium aseksual dalam darah dengan indikasi dari rasio jumlah eritrosit
![Page 2: BAB 3 Revisi Dr.yunita](https://reader037.fdocument.pub/reader037/viewer/2022100400/557202a24979599169a3dddd/html5/thumbnails/2.jpg)
22
yang terinfeksi Plasmodium stadium trophozoit maupun scizont dalam 1000
eritosit dalam persen (Sutanto dan Pribadi, 2008).
c. Vaksin Pellet
Vaksin pellet adalah pellet kelenjar saliva Anopheles aconitus yang telah
melalui proses Freeze and Thaw, homogenisasi dengan water sonication,
sentrifuse dengan kecepatan 20.000g pada suhu 40C selama 15 menit
kemudian dicampurkan dengan Alumunium hydroxide adjuvant.
d. Vaksin Supernatan
Vaksin supernatan adalah supernatan kelenjar saliva Anopheles aconitus
yang telah melalui proses Freeze and Thaw, homogenisasi dengan water
sonication, sentrifuse dengan kecepatan 20.000g pada suhu 40C selama 15
menit kemudian dicampurkan dengan Alumunium hydroxide adjuvant.
e. Vaksin kontrol
Vaksin kontrol adalah vaksin yang dibuat dengan mencampurkan TBS dan
Alumunium hydroxide adjuvant kemudian di resuspensi dan vortex.
1.1.
![Page 3: BAB 3 Revisi Dr.yunita](https://reader037.fdocument.pub/reader037/viewer/2022100400/557202a24979599169a3dddd/html5/thumbnails/3.jpg)
2 minggu 4 hari2 minggu
S
K
SP
PIM 1 IM 2 IM 3
K1 K6K2 K7K3 K8K4 K9K5 K10
K1 K2K3 K4K5 K6K7 K8K9 K10
K1 K2K3 K4K5 K6K7 K8K9 K10
Inokulasi Plasmodium
berghei
Pemeriksaan derajat parasitemia
23
1.2. Rancangan Penelitian
![Page 4: BAB 3 Revisi Dr.yunita](https://reader037.fdocument.pub/reader037/viewer/2022100400/557202a24979599169a3dddd/html5/thumbnails/4.jpg)
24
1.1. Instrumen Penelitian
1.2.1. Alat Penelitian
Alat-alat yang diperlukan pada penelitian ini adalah eppendoft, water
sonicator, 1 set mikropipet, tabung valcon, cyrotube, microdissection kit,
mikroskop, alumonium foil, gelas ukur, gelas beaker, magnetic stirrer, auto clave,
disposable pipet, vortex, Laminar air flow, spuit, obyek glass, cover glass, gunting
bedah,jarum pentul, pinset, hemositometer, water sonicator,Heater, centrifuge, ph
Meter, dan tabung schoot, disposable pipet.
1.1.1. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2000 pasang isolat
salivary gland A. Aconitus, TBS ( Tris Buffer Saline ), PBS (Phosphate Buffer
Saline), Aluminium hidroksida, Methanol, Alkohol, zat warna Giemsa,
chloroform, vacutainer heparin, complete medium, medium plus, freezing
solution.
1.2. Prosedur Penelitian
1.2.1. Preparasi Kelenjar Saliva Anopheles aconitus.
Penelitian ini membutuhkan ± 2000 pasang kelenjar saliva Anopheles
aconitus betina yang steril. Tahap isolasi kelenjar saliva nyamuk ini terdiri dari
proses mematikan nyamuk, proses diseksi kelenjar saliva, dan proses
penyimpanan. Proses mematikan nyamuk dilakukan dengan menggunakan
chloroform, setelah itu dilakukan diseksi kelenjar saliva yang prosesnya dikenal
dengan nama microdissection.
Pada proses microdissection, nyamuk diletakkan di sebelah kanan pada
disposable petri disk yang sebelumnya telah diberi 1 tetes PBS terlebih dahulu.
Jarum diseksi di tangan kiri menekan dengan lembut bagian thoraks nyamuk dan
jarum diseksi di tangan kanan menarik bagian kepala dengan perlahan-lahan
hingga tampak kelenjar saliva nyamuk yang melekat di bagian kepala (berbentuk
seperti sosis,berupa badan refraktil). Kemudian, kelenjar saliva tersebut disedot
![Page 5: BAB 3 Revisi Dr.yunita](https://reader037.fdocument.pub/reader037/viewer/2022100400/557202a24979599169a3dddd/html5/thumbnails/5.jpg)
25
dengan menggunakan mikropipet. Apabila kelenjar saliva nyamuk tidak terlihat,
maka dengan menggunakan jarum diseksi di tangan kanan, thoraks yang telah
terpisah dari kepala ditetesi 1 tetes PBS, kemudian thoraks ditekan dengan lembut
di lokasi sedikit diatas jarum diseksi kiri hingga kelenjar saliva keluar secara
perlahan,ambil kelenjar tersebut dengan menggunakan mikropipet.
Kelenjar saliva yang telah dikumpulkan diletakkan dalam eppendoft yang
telah ditambahkan TBS (Tris Buffer Saline) kemudian disimpan dalam suhu
-20oC.
1.1.1. Pembuatan Vaksin
Persiapan imunisasi dilakukan dengan cara membuat vaksin yang berasal
dari kelenjar saliva yang telah diisolasi. Isolat kelenjar saliva Anopheles aconitus
tersebut dihomogenisasi terlebih dahulu, disentrifus dan ditambahkan Alumunium
hidroksida sebagai adjuvantnya.
Proses homogenisasi dilakukan dengan cara freeze and thaw yang
kemudian dilanjutkan dengan sonication. Isolat kelenjar saliva yang beku (-20oC)
direbus dalam air yang sudah mendidih ( 80-90 oC) selama 5 menit kemudian
dilakukan sonication dengan menggunakan water sonicator. Setelah homogenisasi
selesai, isolat tersebut disentrifus dengan kecepatan 20.000g pada suhu 4ºC
selama 15 menit sehingga didapatkan pellet (SG-1) sebagai vaksin I dan
supernatan (SG-2) sebagai vaksin II, yang keduanya dipakai untuk imunisasi.
Kontrol dibuat dengan tris buffer saline yang diinjeksikan pada kelompok kontrol.
Proses ini dilanjutkan dengan penambahan gel aluminium hidroksida
(alhydrogel,Sigma) dalam jumlah yang sama pada ketiga vaksin tersebut dan
disimpan dalam suhu ruangan selama 2 jam atau dalam suhu 4ºC overnight.
1.1.2. Preparasi Hewan Coba
Aklimatisasi pada mencit BALB/c dilakukan selama 2 minggu sebelum
imunisasi di Laboratorium Farmakologi FK UNEJ. Tiga puluh mencit BALB/c
dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan dengan jumlah yang sama. Kelompok
pertama akan diimunisasi dengan vaksin I (berisi pellet kelenjar saliva), kelompok
![Page 6: BAB 3 Revisi Dr.yunita](https://reader037.fdocument.pub/reader037/viewer/2022100400/557202a24979599169a3dddd/html5/thumbnails/6.jpg)
26
kedua akan diimunisasi dengan vaksin II( berisi supernatan kelenjar saliva) dan
kelompok ketiga merupakan kontrol yang akan diinjeksi dengan adjuvant plus
tris-saline buffer.
1.1.3. Imunisasi Kelenjar Saliva Anopheles aconitus pada Mencit BALB/c
Imunisasi pada masing-masing kelompok mencit BALB/c dilakukan
selama 3 kali dengan interval waktu 2 minggu. Vaksin disuntikkan secara
subkutan pada bagian femur (paha) mencit dengan volume 100 µl. Setiap satu
minggu setelah proses imunisasi tersebut, dilakukan bedah kardial pada satu
mencit di setiap kelompok vaksin untuk diambil darahnya yang diperlukan untuk
uji serologis.
1.1.4. Preparasi Plasmodium berghei
Plasmodium berghei yang akan diinokulasikan didapat dari mencit
donor. Mencit BALB/c yang akan dijadikan donor diinokulasi dengan isolat
P.berghei dari isolat beku (Thawing). Mencit donor yang telah diinokulasi
dilakukan pemeriksaan hapusan darah tepi hingga mencapai derajat parasitemia
minimal 15% . Plasmodium berghei yang berada di darah mencit diambil dengan
pembedahan intracardial. darah yang telah diambil dimasukkan dalam heparin
vacutainner dan sebagian yang tersisa di ujung spuit diambil untuk pemeriksaan
jumlah eritrosit sebagai acuan pengambilan volume darah dari mencit untuk
memastikan jumlah Plasmodium berghei yang masuk adalah 5 X 106 dengan
hemositometer dibawah mikroskop. Setelah volume darah yang akan diambil
diketahui, ditambahkan medium complete hingga memenuhi jumlah untuk
diinokulasikan pada setiap mencit dengan volume 200µl.
1.1.5. Inokulasi Plasmodium berghei pada Mencit BALB/c
Inokulasi Plasmodium berghei pada masing-masing kelompok mencit
BALB/c dilakukan 2 minggu setelah imunisasi yang ketiga. Plasmodium berghei
disuntikkan secara intraperitoneal pada daerah peritoneal perut mencit.
![Page 7: BAB 3 Revisi Dr.yunita](https://reader037.fdocument.pub/reader037/viewer/2022100400/557202a24979599169a3dddd/html5/thumbnails/7.jpg)
27
1.1.6. Pemeriksaan Derajat Parasitemia
Pemeriksaan derajat parasitemia mencit BALB/c yang telah diinokulasi
dilakukan setelah empat hari inokulasi dan dilakukan selama tujuh hari berturut-
turut. Pemeriksaan menggunakan mikroskop perbesaran 100 x dengan hapusan
darah tepi mencit dengan pewarnaan giemsa.
1.2. Penyajian Data
Data yang diperoleh selama proses penelitian ini dicatat dalam buku catatan
harian (Log Book) dan disimpan dalam komputer. Penyajian data ditunjang
dengan adanya tabel dan gambar.
![Page 8: BAB 3 Revisi Dr.yunita](https://reader037.fdocument.pub/reader037/viewer/2022100400/557202a24979599169a3dddd/html5/thumbnails/8.jpg)
Koleksi Nyamuk Anopheles aconitus dan Preparasi Kelenjar Saliva
Pembuatan vaksin
Imunisasi kelenjar saliva
Kelompok pellet
Imunisasi I
Kelompok kontrolKelompok supernatan
Imunisasi III
Pembuatan Hapusan Darah Tepi 7 hari
berturut
Inokulasi Plasmodium berghei
Imunisasi II
Pengambilan Data
28
1.3. Alur Penelitian