Bab 2.Kondisi Wilayah A3 160211
description
Transcript of Bab 2.Kondisi Wilayah A3 160211
-
II-1
PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN
LAPORAN AKHIR
2.1. SEJARAH PERKEMBANGAN KOTA TANGERANG SELATAN
Kota Tangerang Selatan dibentuk pada tanggal
29 Oktober 2008 berdasarkan UU No.51/2008 tentang
Pembentukan Kota Tangerang Selatan. Kota
Tangerang Selatan terdiri dari 7 kecamatan yang
dahulunya bagian dari Kabupaten Tangerang.
Wilayah Kota Tangerang Selatan berkembang
begitu pesat, karena berbatasan langsung dengan
wilayah DKI Jakarta, Kabupaten Bogor, Kota Depok,
Kabupaten Tangerang serta Kota Tangerang. Selain
itu, wilayahnya juga terkait langsung dalam dinamika
pembangunan nasional.
Letak Kota Tangerang Selatan yang strategis,
yaitu berbatasan langsung dengan DKI Jakarta,
mendorong lahirnya Instruksi Presiden Nomor 13 tahun
1976 yang menetapkan daerah ini sebagai bagian dari
wilayah pengembangan Jabotabek yang dipersiapkan
untuk mengurangi ledakan penduduk DKI. Selain
itu, ditunjang oleh mudahnya aksebilitas dengan kota
Jakarta dan kota-kota penting di Provinsi Banten dan
Provinsi Jawa Barat melalui ruas jalan tol dan jalur
Pantura, akan memberikan kemudahan untuk saling
berinteraksi antar kota-kota tersebut. Ditambah
dengan dekatnya akses menuju Bandara
Internasional Soekarno-Hatta, maka aksebilitas kota
semakin terbuka dengan kota-kota di seluruh
Indonesia, bahkan manca negara.
Kota Tangerang Selatan memiliki wilayah
seluas 14.719 hektar. Pertumbuhan fisik kota
menunjukkan besarnya kawasan terbangun kota,
yaitu seluas 10.596,10 Ha atau 71,99 % dari seluruh
luas Kota Tangerang Selatan yang terdiri dari
kawasan perumahan dan permukiman (67,54 %),
kawasan industri (1,14) % serta kawasan
perdagangan dan jasa (3,31 %).
Dalam perkembangan kegiatannya, di Kota
Tangerang Selatan terdapat beberapa pusat
pertumbuhan dari fungsi perumahan, yaitu
Kecamatan Ciputat, Kecamatan Pamulang, dan
Kecamatan Pondok Aren dengan perumahan
Bintaro dan Kecamatan Serpong dengan
perumahan Bumi Serpong Damai (BSD) dan Alam
Sutera. Sampai saat ini, pembangunan perumahan
Bab 2
-
II-2
PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN
LAPORAN AKHIR
di wilayah Kota Tangerang Selatan sudah terdapat 128
kawasan perumahan dengan sebaran di Kecamatan
Ciputat 45 kawasan, Kecamatan Pamulang 40
kawasan, Kecamatan Ciputat Timur 32 kawasan,
Kecamatan Pondok Aren 25 kawasan, Kecamatan
Serpong 18 kawasan, Kecamatan Serpong Utara 14
kawasan dan Kecamatan Setu 9 kawasan.
Fasilitas perdagangan dan jasa yang tumbuh dan
berkembang di wilayah Kota Tangerang Selatan berupa
pasar modern maupun tradisional, bank, BPR,
KUD/Koperasi, kompleks ruko dan minimart. Pasar
tradisional yang terdapat di tanah milik Pemerintah
Daerah adalah sebanyak 6 unit, yaitu pasar ciputat,
pasar ciputat permai, pasar jombang, pasar bintaro
sektor 2, pasar serpong dan pasar gedung hijau.
Seluruhnya berfungsi kecuali pasar Gedung Hijau.
Secara total, luas lahan yang ditempati oleh pasar-
pasar tersebut adalah 25.721 m2 dengan 1.966 kios,
865 los dan 1.795 pedagang kaki lima.
Sektor industri ditandai dengan keberadaan
industri di wilayah Kota Tangerang Selatan tersebar
dibeberapa bagian kota. Dalam perkembangannya
hingga saat ini, di Wilayah Kota Tangerang Selatan
terdapat lima jenis industri kerajinan, yaitu kerajinan
kayu berjumlah 165 unit, anyaman 28 unit, gerabah 1
unit, kain 293 unit dan makanan 164 unit. Selain industri
kerajinan tersebut, juga terdapat 7 unit pabrik yang di
dalamnya terdapat 1 kawasan industri.
Sektor perdagangan dan jasa di Kota Tangerang
Selatan tumbuh beiringan dengan pesatnya
pengembangan perumahan yang ada di wilayah ini.
Sektor ini tumbuh pada saat terjadinya peningkatan
aktifitas manusia yang akhirnya menuntut tersedianya
pemenuhan atas kebutuhan primer maupun sekunder
manusia itu sendiri. Sektor ini mempunyai prospek
cerah di masa depan seiring dengan terus
berkembangnya sentra-sentra permukiman baru,
perluasan permukiman lama, dan perindustrian yang
terus tumbuh di kota ini. Hal ini dimungkinkan
mengingat kebutuhan atas sarana papan beriringan
dengan bertambahnya jumlah penduduk akibat
tingginya angka migrasi, baik karena mereka bekerja di
sentra-sentra kegiatan ekonomi kota Tangerang
Selatan, maupun penduduk komuter dari DKI Jakarta
yang memilih bertempat tinggal di wilayah Kota
Tangerang Selatan tetapi tetap bekerja di DKI Jakarta.
Sebagai fungsi pendidikan, di wilayah Kota Tangerang
Selatan telah tersebar sarana pendidikan dari mulai
Sekolah Taman Kanak-kanak sampai dengan
perguruan tinggi. Skala fasilitas adalah untuk kualitas
lokal, nasional, dan internasional.
2.2. KONDISI GEOGRAFI DAN WILAYAH ADMINISTRASI
Kota Tangerang Selatan terletak di bagian
timur Propinsi Banten yaitu pada titik koordinat
10638 - 10647 Bujur Timur dan 061330 -
062230 Lintang Selatan. Secara administratif,
wilayah Kota Tangerang Selatan terdiri dari 7 (tujuh)
kecamatan, 49 (empat puluh sembilan) kelurahan
dan 5 (lima) desa dengan luas wilayah berdasarkan
Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Kota Tangerang Selatan adalah
seluas 147, 19 Km2 atau 14.719 hektar. Namun
berdasarkan hasil digitasi atas peta rupabumi
bakosurtanal luas wilayah adalah 16.506,8 hektar.
Untuk kepentingan akurasi pemetaan dan kajian
dalam RTRW ini maka selanjutnya luas ini yang
akan digunakan dalam proses analisa hingga
rencana.
Batas administrasi wilayah Kota Tangerang
Selatan adalah sebagai berikut :
Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi DKI
Jakarta dan Kota Tangerang
Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi DKI
Jakarta dan Kota Depok
Sebelah Selatan berbatasan dengan
Kabupaten Bogor dan Kota Depok
Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten
Tangerang
-
II-3
PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN
LAPORAN AKHIR
No Kecamatan Luas Wilayah
(Hektar) (UU 51/2008)
Luas Daerah (Hektar) (Digitasi
Peta RTRW)
Deviasi Luas (Hektar)
Deviasi Luas (%)
1. Serpong 2.404 2.836,90 432,90 15,3%
2. Serpong Utara
1.784 2.228,60 444,60 19,9%
3. Ciputat 1.838 2.106,00 268,00 12,7%
4. Ciputat Timur
1.543 1.775,80 232,80 13,1%
5. Pamulang 2.682 2.869,10 187,10 6,5%
6. Pondok Aren
2.988 2.993,50 5,50 0,2%
7. Setu 1.480 1.696,90 216,90 12,8%
Jumlah 14.719 16.506,80 1.787,80 10,8%
Sumber : Hasil analisis 2010
Wilayah Kota Tangerang Selatan dilintasi oleh
Kali Angke, Kali Pasanggrahan dan Sungai Cisadane
sebagai batas administrasi kota di sebelah barat. Letak
geografis Kota Tangerang Selatan yang berbatasan
dengan provinsi DKI Jakarta pada sebelah utara dan
timur memberikan peluang pada Kota Tangerang
Selatan sebagai salah satu daerah penyangga provinsi
DKI Jakarta. Selain itu, wilayah ini juga menjadi daerah
perlintasan yang menghubungkan Provinsi Banten
dengan Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat.
Kota Tangerang Selatan terdiri dari 7 kecamatan
yang dahulunya bagian dari Kabupaten Tangerang,
yaitu: a) Kecamatan Setu; b) Kecamatan Serpong; c)
Kecamatan Serpong Utara; d) Kecamatan Pondok
Aren; e) Kecamatan Pamulang; f) Kecamatan Ciputat;
dan g) Kecamatan Ciputat Timur.
Kecamatan dengan wilayah paling besar di Kota
Tangerang Selatan terdapat di Kecamatan Pondok
Aren dengan luas 2.993 hektar atau 20,30% dari luas
keseluruhan Kota Tangerang Selatan. Sedangkan
kecamatan dengan luas paling kecil adalah Kecamatan
Setu dengan luas 1.696,9 hektar atau 10,06%. Untuk
lebih jelasnya lihat Tabel 2.1
Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Tangerang Selatan
Dirinci Per Kecamatan
Gambar 2.1
Peta Administrasi Kota Tangerang Selatan
-
II-4
PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN
LAPORAN AKHIR
Gambar 2.1
Peta Administrasi Kota Tangerang Selatan
-
II-5
PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN
LAPORAN AKHIR
Gambar 2.2
Peta Administrasi Kecamatan Serpong
-
II-6
PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN
LAPORAN AKHIR
Gambar 2.3
Peta Administrasi Kecamatan Serpong Utara
-
II-7
PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN
LAPORAN AKHIR
Gambar 2.4
Peta Administrasi Kecamatan Ciputat
-
II-8
PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN
LAPORAN AKHIR
Gambar 2.5
Peta Administrasi Kecamatan Ciputat Timur
-
II-9
PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN
LAPORAN AKHIR
Gambar 2.6
Peta Administrasi Kecamatan Pamulang
-
II-10
PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN
LAPORAN AKHIR
Gambar 2.7
Peta Administrasi Kecamatan Pondok Aren
-
II-11
PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN
LAPORAN AKHIR
2.3. KONDISI FISK DASAR DAN PENGGUNAAN LAHAN
Gambar 2.8
Peta Administrasi Kecamatan Setu
-
II-12
PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN
LAPORAN AKHIR
2.3.1 Klimatologi
Cuaca dan iklim adalah proses interaktif alami
(kimia, biologis dan fisis) di alam, khususnya di
atmosfer. Hal ini terjadi karena adanya sumber energi,
yaitu Matahari dan gerakan rotasi Bumi pada poros
(kurang 24 jam) serta revolusi Bumi mengelilingi
Matahari. Dalam peristiwa ini, pendekatan fisis lebih
dominan daripada kimia dan biologis. Cuaca sebagai
kondisi udara sesaat dan iklim sebagai kondisi udara
rata-rata dalam kurun waktu tertentu merupakan hasil
interaksi proses fisis.
Iklim selalu berubah menurut ruang dan waktu.
Dalam skala waktu perubahan iklim akan membentuk
pola atau siklus tertentu, baik harian, musiman, tahunan
maupun siklus beberapa tahunan . Selain perubahan
yang berpola siklus, aktivitas manusia menyebabkan
pola iklim berubah secara berkelanjutan, baik dalam
skala global maupun skala lokal.
Perubahan iklim didefinisikan sebagai perubahan
pada iklim yang dipengaruhi langsung atau tidak
langsung oleh aktivitas manusia yang merubah
komposisi atmosfer, yang akan memperbesar
keragaman iklim teramati pada periode yang cukup
panjang (Trenberth, Houghton and Filho. 1995). Iklim
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perkembangan dan pertumbuhan tanaman, oleh karena
itu iklim merupakan salah satu data yang sangat
diperlukan dalam perencanaan wilayah terutama
keperluan pertanian.
a. Curah Hujan
Dari analisis data pada Tabel dibawah yang
diperoleh dari Stasiun Geofisika Klas I Tangerang,
diketahui bahwa hujan tahunan berkisar antara 2128
mm (rata-rata 145,3 mm), dengan penyebaran keadaan
curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari, yaitu
664 mm, sedangkan rata-rata curah hujan dalam
setahun adalah 145,3 mm, hari hujan tertinggi pada
terjadi bulan Februari dengan hari hujan sebanyak 28
hari.
Tabel 2.3 Banyaknya Curah Hujan dan Hari Hujan
Di Stasiun Geofisika Klas 1 Tangerang 2008
Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan (Hari)
Januari 138 13
Februari 664 28
Maret 98 12
April 198 14
Mei 55 7
Juni 141 8
Juli 1 1
Agustus 48 8
September 2 2
Nopemberber 81 11
Oktober 174 13
Desember 144 20
Rata-Rata 145,3 11,4
Sumber : Stasiun Geofisika Klas I Tangerang - BMKG, 2009
b. Suhu
Temperatur udara rata-rata berkisar antara
23,7 - 32,3 0C, temperatur maksimum tertinggi pada
bulan September dan Oktober yaitu 33,6 0C dan
temperatur minimum terendah pada bulan Juli yaitu
22,7 0C.
Tabel 2.4
Temperatur Udara Maksimum dan Minimum di Stasiun Geofisika Klas 1 Tangerang Tahun
2008
Bulan Temperatur (C)
Minimum Maksimum Rata-rata
1 Januari 23.80 30.40 26.70
2 Februari 23.50 30.80 26.60
3 Maret 23.70 33.00 27.50
4 April 23.90 32.80 27.90
5 Mei 24.20 32.70 27.80
6 Juni 24.00 32.90 27.90
7 Juli 22.90 32.80 27.30
8 Agustus 23.20 33.10 27.70
9 September 23.60 34.50 28.50
10 Oktober 24.10 34.00 28.40
11 Nopember 24.10 32.90 27.80
12 Desember 23.90 32.20 27.70
Rata-rata 23.74 32.68 27.65
Sumber : Stasiun Geofisika Klas I Tangerang - BMKG, 2009
c. Kelembaban Udara
Kelembaban udara merupakan salah satu
komponen iklim yang berpengaruh terhadap laju
evapotranspirasi dan perkembangan penyakit.
Pada Tabel dibawah ditunjukkan bahwa Kota
Tangerang Selatan mempunyai kelembaban udara
relatif rata-rata yaitu sebesar 80,3 % atau berkisar
antara 75 88 %. Kelembaban udara ini cocok
untuk mendukung pertumbuhan makluk hidup dan
-
II-13
PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN
LAPORAN AKHIR
sekaligus tidak cukup basah untuk perkembangan
penyakit.
Tabel 2.5 Kelembaban Udara dan Intensitas Matahari Di Stasiun Geofisika Klas 1 Tangerang 2008
Bulan Kelembaban
Udara (%) Intensitas
Matahari (%)
1 Januari 84 31
2 Februari 84 22
3 Maret 81 62
4 April 82 43
5 Mei 82 47
6 Juni 79 60
7 Juli 75 64
8 Agustus 75 83
9 September 72 77
10 Oktober 74 69
11 Nopember 79 45
12 Desember 81 42
Rata-rata 79.0 53.8
Sumber : Stasiun Geofisika Klas I Tangerang - BMKG, 2009
d. Lama Penyinaran
Penyinaran matahari sebagai energi diperlukan
untuk pertumbuhan vegetatif dan pembentukkan buah.
Lama penyinaran matahari berpengaruh langsung
terhadap proses fotosintesa suatu tanaman. Lama
penyinaran merupakan salah satu komponen iklim yang
berpengaruh terhadap laju evapotranspirasi. Pada
Tabel diatas menunjukkan bahwa Kota Tangerang
Selatan mempunyai lama penyinaran rata-rata yaitu
sebesar 51,8 % atau berkisar antara 36 77 %. Lama
penyinaran matahari yang optimum bagi pertumbuhan
tanaman lebih besar 41 % atau 1800 jam per tahun.
e. Kecepatan Angin
Kecepatan angin merupakan salah satu
komponen iklim yang berpengaruh terhadap laju
evapotranspirasi. Data kecepatan angin relatif cocok
untuk pertumbuhan tanaman pertanian. Kecepatan
angin dapat memperbesar penguapan air dari tanaman
dan tanah, disamping juga menyebabkan daun rontok
dan aborsi bunga. Pada Tabel dibawah ditunjukkan
bahwa Kota Tangerang Selatan mempunyai kecepatan
angin rata-rata yaitu sebesar 4,6 m/detik atau berkisar
antara 3-7 m/detik dan kecepatan angin maksimum nya
sebesar 40 m/detik atau berkisar antara 2540 m/detik.
Tabel 2.6
Rata-rata Kecepatan Angin Di Stasiun Geofisika Klas 1 Tangerang 2008
Bulan
Kecepatan Angin
Kecepatan Rata-
rata (Km/jam)
Arah Kecepatan Maksimum (Km/jam)
Arah
1 Januari 6 W 30 NW
2 Februari 7 W 40 W
3 Maret 5 W 50 W
4 April 5 N 30 N
5 Mei 4 N 30 E
6 Juni 6 N 49 N
7 Juli 5 N 35 E
8 Agustus 5 N 40 N
9 Sept 5 N 35 NE
10 Oktober 5 N 30 NE
11 Nopember 7 W 30 W
12 Desember 4 W 30 N
Rata-rata 5.3 35.8
Sumber : Stasiun Geofisika Klas I Tangerang - BMKG, 2009
f. Arah Angin
Arah angin merupakan salah satu komponen
iklim. Pada Tabel 6. menunjukkan bahwa Kota
Tangerang Selatan mempunyai arah angin ke utara
yaitu terjadi pada bulan Mei - Oktober dan kearah
barat pada bulan Mopember April.
2.3.2 Topografi
Sebagian besar wilayah Kota Tangerang
Selatan merupakan dataran rendah, dimana
sebagian besar wilayah Kota Tangerang Selatan
memiliki topografi yang relatif datar dengan
kemiringan tanah rata-rata 0 3% sedangkan
ketinggian wilayah antara 0 25 m dpl.
Untuk kemiringan pada garis besarnya terbagi atas
2 (dua) bagian, yaitu :
1. Kemiringan antara 0 3% meliputi Kecamatan
Ciputat, kecamatan Ciputat Timur, Kecamatan
Pamulang, Kecamatan Serpong dan
Kecamatan Serpong Utara.
2. Kemiringan antara 3 8% meliputi Kecamatan
Pondok Aren dan Kecamatan Setu.
2.3.3 Geologi
-
II-14
PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN
LAPORAN AKHIR
Berdasarkan Peta Lembar Jakarta dan
Kepulauan Seribu Nomor 1209 tahun 1992 yang
dikeluarkan oleh Direktorat Geologi Departemen
Pertambangan dan Energi, kondisi geologi Kota
Tangerang Selatan pada umumnya terbentuk oleh dua
formasi batuan yaitu :
Batuan Aluvium (Qa) yang terdiri dari aluvial ungai
dan rawa yang berbentuk pasir, lempung, lanau,
kerikil, kerakal dan sisa tumbuhan. Jenis tanah ini
pada dasarnya merupakan lapisan yang subur bagi
tanaman pertanian.
Batuan Gunung Api yang berupa material lepas
yang terdiri dari lava andesit, dasit, breksi tuf dan
tuf. Secara fisik Lava Andesit berwarna kelabu-
hitam dengan ukuran sangat halus, afanitik dan
menunjukkan struktur aliran, dan Breksi Tuf dan
Tuf pada umumnya telah lapuk, mengandung
komponen Andesit dan Desit. Pada umumnya
tanah jenis ini digunakan sebagai kebun
campuran, permukiman dan tegalan
Kota Tangerang Selatan merupakan daerah yang
relatif datar. Adapun pada beberapa Kecamatan
terdapat lahan yang bergelombang seperti di
perbatasan antara Kecamatan Setu dan kecamatan
Pamulang serta sebagian di kecamatan Ciputat Timur.
Kondisi geologi Kota Tangerang Selatan umumnya
adalah batuan alluvium, yang terdiri dari batuan
lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah.
Berdasarkan klasifikasi dari United Soil Classification
System, batuan ini mempunyai kemudahan dikerjakan
atau workability yang baik sampai sedang, unsur
ketahanan terhadap erosi cukup baik oleh karena itu
wilayah Kota Tangerang Selatan masih cukup layak
untuk kegiatan perkotaan.
2.3.4 Geomorfologi
Berdasarkan Peta Lembar Jakarta dan
Kepulauan Seribu Nomor 1209 tahun 1992 maka Kota
Tangerang Selatan termasuk satuan morfologi dataran
pantai dan kipas gunungapi Bogor. Dataran pantai
yang dicirikan oleh permukaannya yang nisbi datar
drngan ketinggian antara 0 15 m di atas permukaan
laut. Dataran ini termasuk dataran rendah Jakarta
(Bemmelen, 1949). Sedangkan kipas gunungapi bogor
yang menyebar dari selatan ke utara dengan Bogor
sebagai puncaknya. Satuan ini ditempati oleh rempah-
rempah gunungapi berupa tuf, konglomerat dan breksi
yang sebagian telah mengalami pelapukan kuat,
berwarna merah kecoklatan.
2.3.5 Hidrologi
Dalam perencanaan suatu areal, informasi
mengenai kondisi hidrologi sangat diperlukan. Pola
drainase di pegunungan/perbukitan umumnya
dendritik, sedangkan di dataran rendah sungai ini
bermeander. Secara garis besar dijumpai 2 sistem
perairan alami yaitu perairan hulu (hinterland
drainage) dan perairan pantai (seawater drainage).
Masing-masing sistem mempunyai
karakteristik yang khas, baik ditinjau dari daerah
asal, kualitas air, maupun pola drainasenya.
Keadaan hidrologi umumnya berkaitan erat dengan
keadaan fisiografi daerah ini dan berpengaruh
langsung terhadap sumberdaya lahan dan
potensinya.
Sistem hidrologi di Kota Tangerang Selatan
terdiri atas :
1. Air permukaan, yaitu diartikan sebagai air yang
mengalir atau muncul di permukaan. Aliran air
permukaan yang terdapat di wilayah ini berupa
aliran sungai Cisadane, Sungai Angke dan
sebagian wilayah dilewati sungai
Pesanggrahan. Ada juga saluran-saluran alam
yang dialiri air sepanjang tahun sebagai
penampung drainase lokal. Saluran semacam
ini cenderung meluap pada musim hujan.
2. Air Tanah, air tanah di wilayah Kota
Tangerang Selatan secara kualitas dalam
kondisi baik, hal ini menyebabkan banyak
-
II-15
PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN
LAPORAN AKHIR
penduduk yang masih menggunakannya sebagai
air bersih. Potensi air tanah Kota Tangerang
Selatan, Berdasarkan laporan studi potensi dan
pengembangan sumberdaya air tersebar di
Kabupaten Tangerang, Dinas PU kabupaten
Tangerang tahun 2002 diketahui bahwa potensi
air sungai dan situ/rawa merupakan potensi air
permukaan di Kota Tangerang Selatan
berdasarkan Satuan Wilayah Sungai (SWS)
menunjukkan potensi sebagai berikut :
Debit terkecil rata-rata bulanan SWS
Cisadane Ciliwung, sebesar 2,551 m/dt
diwakili oleh pengukuran Sungai Cidurian,
stasiun Parigi dalam tahun 1995, sedang
debit terbesar rata-rata bulanan sebesar
115,315 m/dt, diukur di Sungai Cisadane,
stasiun Batu Beulah dalam periode 1991
sampai 1998.
Mata air jumlahnya ada 3 yang semuanya
berlokasi di Kecamatan Ciputat dengan total
debit 210 liter/detik.
Air hujan yang setelah dianalisis dengan
perhitungan neraca air menunjukkan bahwa
Kabupaten Tangerang termasuk juga Kota
Tangerang Selatan mengalami defisit air
pada bulan Maret sampai bulan November
(8 bulan) sementara surplus air hanya
terjadi pada bulan Desember, Januari dan
Februari (3 Bulan).
Air tanah dangkal, debit air tanah di
Kabupaten Tangerang termasuk juga Kota
Tangerang Selatan berkisar antara 3 10
liter/detik/km. Air tanah ini cenderung
diambil secara berlebihan di sepanjang
jalan-jalan utama terutama oleh
industri/pabrik.
Untuk di permukiman warga rata-rata
kedalaman air tanah mencapai 5 10 meter.
Terdapat juga penggunaan air tanah dalam,
melalui pompa deepwell pada kawasan-kawasan
perumahan baru yang dikelola pengembang
swasta.
Mengenai gambaran kualitas air sungai
dan air tanah di Kota Tangerang Selatan bila
mengacu kepada gambaran kualitas air sungai
Cisadane sebagai sungai yang terbesar maka
didapatkan pencemaran yang cukup bervariasi
yang ditunjukkan oleh beberapa parameter. Lebih
Untuk lebih jelas lihat di tabel berikut
Tabel 2.7 Karakteristik Sungai Cisadane
Sungai Kuantitas
Parameter Pencemar yang
melebihi Baku Mutu (kelas III)
PP 82/2001
Hulu Tengah Hilir
Cisadane Panjang 140
km luas
1.411 km
Debit rata -
rata bulanan
115,315
m/det
Kekeruhan,
COD, Total
Kolom
COD,
Oksigen
terlarut
COD
Total
Koliform
Sumber : Hasil Pemantauan Kualitas Air Tahun 2002 (BPSDA Kabupaten Tangerang)
2.3.6 Jenis Tanah
Secara umum penyebaran dan sifat-sifat
tanah berkaitan erat dengan keadaan landformnya.
Hal ini terjadi karena hubungannya dengan proses
genetis dan sifat batuan atau bahan induk serta
pengaruh sifat fisik lingkungan. Landform sebagai
komponen lahan dan tanah sebagai elemennya
sangat tergantung pada faktor-faktor tersebut.
Dilihat dari data jenis tanah berdasarkan
keadaan geologi, di wilayah Kota Tangerang
Selatan sebagian besar terdiri dari batuan endapan
hasil gunung api muda dengan jenis batuan kipas
aluvium dan aluvium/aluvial. Sedangkan dilihat dari
sebaran jenis tanahnya, pada umumnya di Kota
Tangerang Selatan berupa asosiasi latosol merah
dan latosol coklat kemerahan. Oleh karena itu
-
II-16
PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN
LAPORAN AKHIR
secara umum lahan cocok untuk pertanian/
perkebunan. Jenis tanah yang sangat sesuai dengan
kegiatan pertanian tersebut makin lama makin
berubah penggunaannya untuk kegiatan lainnya yang
bersifat non-pertanian. Sedangkan untuk sebagian
wilayah seperti di Kecamatan Serpong dan
Kecamatan Setu jenis tanahnya ada yang
mengandung pasir khususnya untuk daerah yang
dekat dengan Sungai Cisadane.
2.3.7 Penggunaan Tanah
Berdasarakan data eksisting penggunaan lahan
di Kota Tangerang Selatan sebagian besar adalah
untuk perumahan dan permukiman yaitu seluas 8.621,
032 Ha atau 52,8 % dari 16.506,8 Ha. Sawah dan
ladang menempati posisi kedua terluas dengan
1.119,525 Ha atau 6,8 %. Dan penggunaan lahan
lainnya terlihat pada tabel berikut.
Tabel 2.8
Eksisting Penggunaan Lahan Di Kota Tangerang Selatan
NO JENIS PENGGUNAAN LAHAN LUAS (M2) PROSENTASE
1 Perumahan dan Permukiman 8.621.032 52,8
2 Industri/Kawasan Industri 217,950 1,4
3 Perdagangan dan Jasa 667,148 4,1
4 Sawah, Ladang, dan Kebun 1.119,525 6,8
5 Semak belukar 400,675 2,4
6 Pasir dan galian 238,246 1,5
7 Tambak/kolam/Empang 304,044 1,9
8 Tanah Kosong 644,611 3,9
Kawasan Militer 43,503 0,3
Pendidikan 71,697 0,4
Puspitek 405,508 2,5
Pariwisata dan olahraga 293,352 1,8
Bandara Pondok cabe 109,626 0,67
Lain-lain 1.000,465 6,13
Jumlah 16,506.,80 100.00
-
II-17
PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN
LAPORAN AKHIR
Gambar 2.9
Peta Kondisi Topografi 2010
-
II-18
PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN
LAPORAN AKHIR
Gambar 2.10
Peta kondisi Lereng 2010
-
II-19
PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN
LAPORAN AKHIR
Gambar 2.11
Peta Kondisi Geologi 2010
-
II-20
PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN
LAPORAN AKHIR
Gambar 2.12
Peta Kondisi Geomorfologi 2010
Gambar 2.13
-
II-21
PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN
LAPORAN AKHIR
Peta Kondisi Hidrologi Air Permukaan 2010
Gambar 2.14
-
II-22
PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN
LAPORAN AKHIR
Peta Kondisi Hidrologi Air Tanah 2010
Gambar 2.15
-
II-23
PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN
LAPORAN AKHIR
Peta Kondisi Jenis Tanah 2010
Gambar 2.16
-
II-24
PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN
LAPORAN AKHIR
Peta Kondisi Penggunaan Lahan 2010
2.4. PENDUDUK DAN KETENAGAKERJAAN 2.4.1 Jumlah Penduduk
-
II-25
PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN
LAPORAN AKHIR
Berdasarkan data hasil SP 2010, penduduk Kota
Tangerang Selatan pada tahun 2010 berjumlah 1.303.509
jiwa dengan komposisi 658.701 laki-laki dan 644.868
perempuan. Rasio penduduk mencapai 102,15. Penduduk
paling banyak berada di Kecamatan Pondok Aren sebesar
307.104 jiwa dengan rasio 103,08. Sedangkan jumlah
penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Setu dengan
jumlah penduduk 64.985 jiwa dan rasio sebesar 104,84.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.9. Dilihat dari tren
yang ada, maka angka pertumbuhan penduduk mencapai
4,6% pertahun. Angka pertumbuhan pada tiap kecamatan
sebagaimana terlihat pada Grafik 3.1 berikut ini.
Grafik 2.17 Grafik Pertumbuhan Penduduk
di Kota Tangerang Selatan
2.4.2 Kepadatan Penduduk
Dengan wilayah seluas 147,19 Km2, kepadatan
penduduk di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2010
mencapai 8.856 orang/Km2. Kepadatan tertinggi berada
di Kecamatan Ciputat Timur (11.881 orang/Km2), dan
kepadatan terendah berada di Kecamatan Setu (4.391
orang/Km2). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
2.10
Tabel 2.10 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Kota
Tangerang Selatan 2010
No Kecamatan Jumlah
Penduduk (Orang)
Luas Wilayah
(Km2)
Kepadatan (Orang/Km2)
1. Serpong 137,398 24,04 5.715
2. Serpong Utara
126,291 17,84 7.079
3. Ciputat 195,900 18,38 10.658
4. Ciputat Timur
183,330 15,43 11.881
5. Pamulang 288,511 26,82 10.757
6. Pondok Aren
307,154 29,88 10.280
7. Setu 64,985 14,80 4.391
Jumlah 1,303,569 147,19 8.856
Sumber : Sensus Penduduk Kota Tangerang Selatan, 2010
2.4.3 Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk berdasarkan kelompok
umur menunjukan bahwa usia 30 34 tahun (10,34 %)
merupakan kelompok usia terbesar, sedangkan terkecil
berada pada usia 60-64 tahun (2.16 %). Lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 2.11dan Diagram 2.18.
Tabel 2.11
Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kota Tangerang Selatan Tahun
2010
No Kelompok
Umur Laki-laki
(%) Perempuan
(%) Jumlah (%)
1. 0 4 2.48% 2.28% 4.76% 2. 5 9 4.19% 3.91% 8.10% 3. 10 14 4.62% 4.30% 8.92% 4. 15 19 4.46% 4.19% 8.65% 5. 20 24 4.41% 4.39% 8.80% 6. 25 29 5.04% 5.24% 10.27% 7. 30 34 5.06% 5.28% 10.34% 8. 35 39 4.79% 4.85% 9.64% 9. 40 44 4.40% 4.18% 8.58% 10. 45 49 3.60% 3.53% 7.13% 11. 50 54 2.96% 2.68% 5.63% 12. 55 59 2.12% 1.62% 3.74% 13. 60 - 64 1.19% 0.97% 2.16%
14. > 65 1.62% 1.67% 3.28%
Jumlah 50.92% 49.08% 100.00%
Sumber : Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Tahun 2010
Gambar 2.18
Struktur Umur Penduduk Kota Tangerang Selatan Tahun 2010
-
II-26
PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN
LAPORAN AKHIR
Tabel 2.9 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan 2007- 2010
Tabel 2.12 Jumlah Pencari Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kota Tangerang Selatan Tahun 2008
No Kecamatan
2007 2008 2010
Laki-laki Perempuan Jumlah
Rasio
Jenis
Kelamin
Laki-laki Perempuan Jumlah
Rasio
Jenis
Kelamin
Laki-laki Perempuan Jumlah
Rasio
Jenis
Kelamin
1. Serpong 50.680 49.675 100.355 102,02 51.657 51.076 102.733 101,14 68,129 69,269 137,398 98.35%
2. Serpong Utara 38.385 39.014 77.399 98,29 39.058 40.176 79.234 97,22 62,889 63,402 126,291 99.19%
3. Setu 28.815 27.604 56.419 104,39 29.426 28.332 57.758 103,86 33,260 31,725 64,985 104.84%
4. Pamulang 125.886 12.315 248.201 102,92 128.652 125.433 254.085 102,57 146,141 142,370 288,511 102.65%
5. Ciputat 82.886 78.840 161.726 105,13 84.634 80.925 165.559 104,58 99,387 96,513 195,900 102.98%
6. Ciputat Timur 80.351 80.053 160.404 100,37 81.938 82.269 164.207 99,60 93,057 90,273 183,330 103.08%
7. Pondok Aren 125.667 121.203 246.870 103,68 128.306 124.420 252.726 103,12 155,838 151,316 307,154 102.99%
Jumlah 532.670 518.704 1.051.374 102,69 543.671 532.631 1.076.302 102,07
Sumber : Profil Kota Tangerang Selatan Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Tahun 2010
Tingkat Pendidikan Serpong Serpong
Utara Ciputat
Ciputat Timur
Pamulang Pondok
Aren Setu
Kota Tangerang
Selatan
Sarjana 268 52 77 150 384 19 10 960
D3 99 59 23 131 71 2 12 397
D1-D2 49 105 6 42 77 0 77 356
SLTA 1591 578 168 226 559 78 2290 5490
SLTP 237 498 12 263 18 7 352 1387
SD 164 126 0 15 0 8 5 318
drop out SD 1 0 0 0 0 0 0 1
Jumlah 2409 1418 286 827 1109 114 2746 8909
Sumber: Profil Kota Tangerang Selatan 2010
-
II-27
PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN
LAPORAN AKHIR
0 20000 40000 60000
Aparatur Kelurahan
Industri rakyat
TNI & POLRI
Pensiunan (PNS, TNI & POLRI)
Petani
Pertukangan
Pengangguran
Buruh Industri
Buruh Tani
PNS
Pedagang Aparatur Kelurahan
Industri rakyat
TNI & POLRI
Pensiunan (PNS, TNI & POLRI)
Petani
Pertukangan
Pengangguran
Buruh Industri
Buruh Tani
PNS
Pedagang
2.4.4 Ketenagakerjaan
Berdasarkan struktur umur penduduk Kota
Tangerang Selatan tahun 2010, maka terlihat bahwa
jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun)
mencapai 74,95%. Ini meningkat dari tahun 2008
yang hanya mencapai 62,1%. Sedangkan usia
penduduk belum produktif dan tidak produktif
mencapai 25,05%. Ini akan terkait dengan angka
beban ketergantungan yang mencapai 33,43 yaitu dari
100 orang penduduk usia produktif harus menanggung
sekitar 33 orang penduduk usia belum/tidak produktif.
Meskipun penduduk usia ku- agdar15 takrang 15
tahun dan penduduk usia diatas 65 tahun termasuk
penduduk belum/tidak produktif, namun faktanya
banyak diantara mereka yang bekerja membantu
ekonomi rumahtangga.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
mencapai 89% dengan jumlah pengangguran sebesar
6,8%. Berdasarkan tingkat pendidikan pencari kerja,
pencari kerja dengan tingkat pendidkan SLTA
merupakan kelompok pencari kerja terbesar dengan
jumlah 5.490 orang dari total 8.909 orang atau
sebesar 61,62%.
Pencari kerja dengan tingkat pendidikan
perguruan tinggi (DIDII, DIII dan Sarjana) juga
tercatat cukup besar yaitu berjumlah 1.713 orang atau
19,23%. Sedangkan untuk pencari kerja terkecil
adalah pencari kerja tak tamat SD hanya sebanyak 1
orang atau sebesar 0,01% dari semua tingkat
pendidikan di Kota Tangerang Selatan. Lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 3.12. Sedangkan bila dilihat
dari asal pencari kerja, kebanyakan berasal dari
Kecamatan Serpong (27,04%) dan yang paling sedikit
dari Kecamatan Pondok Aren (1,28%).
Dilihat dari jenis mata pencaharian penduduk,
pekerjaan sebagai pedagang dimiliki oleh sebagian
besar penduduk, setelah itu berturut-turut sebagai
PNS dan buruh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Diagram 2.19.
Gambar 2.19 Diagram Jenis Matapencaharian Penduduk Kota
Tangerang Selatan
2.5. KONDISI EKONOMI
2.5.1. Produk Domestik Regional Bruto
Pada tahun 2008, Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Kota
Tangerang Selatan adalah sebesar Rp. 8.931.176,87
Juta sedangkan PDRB adh konstan adalah sebesar
Rp. 4.560.506,50 Juta. Angka-angka tersebut
meningkat dari total PDRB adh berlaku pada tahun
2007 yang sebesar Rp. 7.649.549.15 Juta, dan PDRB
adh konstan yang sebesar Rp. 4.168.900,45 Juta.
Perkembangan PDRB Kota Tangerang Selatan
cenderung menunjukkan peningkatan dari tahun ke
tahun, demikian juga dengan PDRB per kapita. Pada
pertengahan tahun 2010, PDRB perkapita mencapai
8,83 juta rupiahdengan LPE sebesar 7,53% dan
tingkat inflasi 5,57%. Kondisi ini meningkat dari tahun
2008 dengan PDRB perkapita hanya 8,35 juta rupiah
dengan LPE 9,39% dan tingkat inflasi mencapai
6,73%. Pada tahun 2008, berdasarkan PDRB adh
konstan, laju pertumbuhan ekonomi (LPE) adalah
sebesar 7,24%.
Percepatan pertumbuhan ekonomi Kota
Tangerang Selatan pada tahun 2008 terutama
didukung oleh percepatan pada sektor perdagangan,
hotel, restoran dan sektor keuangan, persewaan, dan
jasa perusahaan yang tumbuh sangat signifikan.
Secara keseluruhan, semua sektor ekonomi di Kota
Tangerang Selatan menunjukkan pertumbuhan positif
-
II-28
PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN
LAPORAN AKHIR
kecuali sektor pertanian yang menunjukkan
pertumbuhan negatif.
Dengan jumlah penduduk pertengahan tahun
2008 mencapai 1.069.872 orang, PDRB per kapita
adh berlaku adalah sebesar Rp.8,347.885,10
sedangkan PDRB per kapita adh konstan adalah Rp.
4.262.661,55. Pada tahun 2009, PDRB per kapita adh
berlaku sebesar Rp. 9.112.654,51 dan PDRB per
kapita adh konstan mencapai Rp.4.451.902,67.
Perkembangan PDRB Kota Tangerang Selatan dalam
kurun waktu 3 tahun terakhir mengalami peningkatan.
Pertumbuhan nilai PDRB antara tahun 2007 sampai
dengan tahun 2008 sebesar 16,75%. Pada periode
2008-2009 nilai PDRB meningkat 13,40%.
Dilihat per kecamatan, maka Kecamatan Ciputat
Timur memberikan kontribusi yang paling besar yaitu
29,57% dengan nilai mencapai 2,641.006,08 juta
rupiah. Sedangkan Kecamatan Setu memberikan
kontribusi yang terkecil yaitu 3,51% atau 313.455,19
juta rupiah.
Tabel 2.13 PDRB Kota Tangerang Selatan adh Berlaku Menurut Lapangan Usaha
No.
Lapangan Usaha 2007 2008 2009
(Juta Rupiah) (Juta Rupiah) (Juta Rupiah)
1 Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 74,983.51 80,553.93 85,852.88
2 Pertambangan dan Penggalian 1,908.27 2,000.84 2,329.84
3 Industri Pengolahan 1,418,037.41 1,523,643.32 1,597,109.90
4 Listrik, Gas, dan Air 309,285.61 333,727.13 353,223.41
5 Bangunan 464,580.68 612,900.47 727,978.59
6 Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel 2,269,822.62 2,764,649.33 3,169,264.08
7 Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi 1,066,692.18 1,243,504.52 1,480,574.95
8 Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah, dan Jasa Perusahaan 950,475.49 1,121,421.73 1,284,263.73
9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 1,093,763.39 1,248,775.60 1,427,252.42
Jumlah 7,649,549.15 8,931,176.87 10,127,849.79
Sumber : Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Badan
Tabel 2.14 PDRB Kota Tangerang Selatan adh Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha
No.
Lapangan Usaha 2007 2008 2009
(Juta Rupiah) (Juta Rupiah) (Juta Rupiah)
1 Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 47,078.75 46,816.15 47,592.92
2 Pertambangan dan Penggalian 1,191.28 1,198.72 1,336.74
3 Industri Pengolahan 808,724.23 822,793.85 836,534.51
4 Listrik, Gas, dan Air 183,109.06 186,348.60 194,546.29
5 Bangunan 298,779.29 335,232.29 377,739.75
6 Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel 1,321,093.11 1,495,790.80 1,630,458.24
7 Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi 420,973.68 461,500.81 524,725.99
8 Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah, dan Jasa Perusahaan 455,298.37 513,390.46 575,576.65
9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 632,652.69 697,434.80 759,355.80
Jumlah 4,168,900.45 4,560,506.50 4,947,866.89
Sumber : Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Badan
-
II-29
PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN
LAPORAN AKHIR
Tabel 2.15
PDRB dan PDRB per kapita Kota Tangerang Selatan Per Kecamatan (2008)
Sumber : Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Tahun 2010
2.5.2. Struktur Ekonomi
Struktur ekonomi Kota Tangerang Selatan
didominasi oleh sektor-sektor tersier, yaitu
pengangkutan dan komunikasi; perdagangan, hotel
dan restoran; jasa-jasa; serta bank, persewaan dan
jasa perusahaan. Sektor tersier ini memberikan
kontribusi hampir 72,68% (adh Berlaku tahun 2009).
Sektor sekunder (industri pengolahan; listrik, gas dan
air bersih; dan konstruksi) memberikan kontribusi
26,45%, dan sektor primer (pertanian, pertambangan
dan penggalian) hanya memberikan kontribusi 0,87%.
Jika dilihat kecenderungan dari tahun 2007-2009,
sektor primer dan sekunder mengecil kontribusinya
sedangkan sektor tersier meningkat kontribusinya.
Perekonomian Kota Tangerang Selatan,
sebagian besar digerakkan oleh sektor perdagangan
dan jasa yang juga paling banyak menyerap tenaga
kerja hingga mencapai 45,46%. Sektor lain yang juga
menyerap tenaga kerja cukup besar adalah sektor
industri pengolahan (18,5%); jasa kemasyaarakatan,
Kecamatan
PDRB Jumlah Penduduk
Pertengahan Tahun 2008
(orang)
PDRB per Kapita
(Rupiah) Juta Rupiah %
1. Serpong
1,761,071.41 19.72%
102,428
17,193,261.69
2. Serpong Utara
1,502,028.96 16.82%
79,003
19,012,302.84
3. Setu
313,455.19 3.51%
55,969
5,600,514.34
4. Pamulang
975,582.18 10.92%
251,714
3,875,756.55
5. Ciputat 713,331.01 7.99%
165,069
4,321,411.09
6. Ciputat Timur
2,641,006.80 29.57%
163,713
16,131,930.87
7. Pondok Aren
1,024,701.33 11.47%
251,977
4,066,646.27
Jumlah
8,931,176.87 100.00%
1,069,873
8,347,885.10
Tabel 2.16 PDRB Menurut Kelompok Sektor
Kota Tangerang Selatan
No. Uraian
2007 2008 2009
Pertumbuhan (Juta Rupiah)
Distribusi
(%) (Juta Rupiah)
Distribusi
(%) (Juta Rupiah)
Distribusi
(%)
Atas Dasar Harga Berlaku
1 Primer 76,891.78 1.01% 82,554.77 0.92% 88,182.72 0.87%
2 Sekunder 2,191,903.70 28.65% 2,470,270.92 27.66% 2,678,311.90 26.45%
3 Tersier 5,380,753.68 70.34% 6,378,351.18 71.42% 7,361,355.17 72.68%
Total 7,649,549.15
8,931,176.87
10,127,849.79
Atas Dasar Harga Konstan 2000
1 Primer 48,270.03 1.16% 48,014.87 1.05% 48,929.67 0.99% 0.01%
2 Sekunder 1,290,612.57 30.96% 1,344,374.74 29.48% 1,408,820.54 28.47% 1.35%
3 Tersier 2,830,017.85 67.88% 3,168,116.88 69.47% 3,490,116.68 70.54% 7.59%
Total 4,168,900.45
4,560,506.50
4,947,866.89
-
II-30
PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN
LAPORAN AKHIR
Tabel 2.17 Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Lapangan Usaha di Kota Tangerang Selatan Tahun 2008
No. Lapangan Pekerjaan Utama Jumlah Tenaga Kerja
(orang) Persentase
1 Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 7,995 1.40%
2 Pertambangan dan Penggalian 733 0.13% 3 Industri Pengolahan 105,443 18.50%
4 Listrik, Gas, dan Air 1,486 0.26%
5 Bangunan 54,423 9.55%
6 Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel 259,034 45.46%
7 Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi 63,934 11.22%
8 Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah, dan Jasa Perusahaan 4,191 0.74%
9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 72,595 12.74%
Jumlah 569,834 100.00%
Sumber : Profil Kota Tangerang Selatan Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Tahun 2010
sosial dan perorangan (12,74%); serta sektor
angkutan, pergudangan dan komunikasi (11,22%).
Berdasarkan Sensus Ekonomi 2006, jumlah
perusahaan menengah dan besar di Kota Tangerang
Selatan berjumlah 65 unit dengan penyerapan tenaga
kerja sebanyak 11.162 orang pekerja. Kegiatan
perdagangan dan jasa tersebar hampir di seluruh
wilayah Kota Tangerang Selatan. Namun, yang paling
menonjol adalah kegiatan perdagangan dan jasa di
sepanjang koridor jalan-jalan utama seperti Jalan
Raya Serpong, Jalan Raya Ceger, Jalan Raya Bintaro
Utama Jalan kesehatan, Jalan Raya Pondok Betung
- Jalan Raya WR Supratman, Jalan Raya Pamulang
Ciputat, Jalan Raya Pamulang Pondok Cabe dan
Jalan Raya Ir. H. Juanda (Ciputat Raya).
Fasilitas perdagangan dan jasa yang tersedia
berupa pasar, baik modern maupun tradisional, bank,
BPR, KUD/koperasi, kompleks ruko dan minimart.
Pasar tradisional yang terdapat di tanah milik
pemerintah daerah adalah sebanyak 6 unit, yaitu
Pasar Ciputat, Pasar Ciputat Permai, Pasar Jombang,
Pasar Bintaro Sektor 2, Pasar Serpong, dan Pasar
Gedung Hijau. Seluruhnya berfungsi kecuali Pasar
Gedung Hijau. Secara total, luas lahan yang ditempati
oleh pasar-pasar tersebut adalah 25.721 m2 dengan
1.966 kios, 865 los dan 1.795 pedagang kaki lima.
Berdasarkan tanda daftar perusahaan (TDP),
terdapat perseroan terbatas (PT), comanditer
venotschaap/perseroan komanditer (CV), perusahaan
perorangan (PO), koperasi, firma, dan bentuk usaha
lain yang keseluruhannya berjumlah 5.146 unit. Yang
paling banyak adalah adalah PT yaitu berjumlah 2.467
unit sedangkan yang paling sedikit adalah firma yang
hanya berjumlah 2 unit.
Industri bukan merupakan sektor utama yang
menggerakkan perekonomian Kota Tangerang
Selatan. Namun demikian, perannya masih lebih besar
dibandingkan dengan sektor primer seperti sektor
pertanian. Ada lima jenis industri kerajinan yang
terdapat di Kota Tangerang Selatan, yaitu kerajinan
kayu berjumlah 165 unit, anyaman 28 unit, gerabah 1
unit, kain 293 unit dan makanan 164 unit. Selain itu
industri kerajian tersebut, juga terdapat 7 unit pabrik
yang di dalamnya terdapat 1 kawasan industry.
-
II-31
PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN
LAPORAN AKHIR
Tabel 2.19 Sebaran Fasilitas Perdagangan dan Jasa
Kota Tangerang Selatan Tahun 2007
Kecamatan
Sebaran
Pasar Modern
Pasar Tradisional
Bank BPR KUD/
Koperasi Kompleks
Ruko Minimart
Serpong 2 1 21 0 0 10 8
Serpong Utara 1 0 4 1 0 5 3
Ciputat 1 0 5 2 0 4 13
Ciputat Timur 1 1 9 0 0 15 13
Pamulang 1 2 9 0 1 20 23
Pondok Aren 1 2 12 0 0 6 4
Setu 1 2 1 1 0 0 7
Jumlah (unit) 8 8 61 4 1 60 71
Sumber : Profil Kota Tangerang Selatan Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Tahun 2010
Tabel 2.20 Sebaran Industri Kecil, Menengah/Besar di Kota Tangerang Selatan
Kecamatan
Jenis Industri
Kerajinan Kayu
Kerajinan Anyaman
Kerajinan Gerabah
Kerajinan kain
Industri Makanan
Pabrik
Serpong 8 5 0 0 12 0
Serpong Utara 7 0 0 0 13 5
Ciputat 35 1 0 6 18 0
Ciputat Timur 64 0 0 4 10 0
Pamulang 33 4 0 2 39 1
Pondok Aren 5 3 1 281 3 0
Setu 13 15 0 0 69 1 (kawasan
industri)
Jumlah 165 28 1 293 164 7
Sumber : Profil Kota Tangerang Selatan Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Tahun 2010
Tabel 2.18 Jumlah Perusahaan Menengah dan Besar Menurut Status Penanaman Modal dan
Jumlah Tenaga Kerja Menurut Kecamatan Di Kota Tangerang Selatan
Kecamatan
Status Penanaman Modal Pekerja Produksi Pekerja Lainnya
Jumlah
PMDN PMA Non Fas
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
Serpong - - -
Serpong Utara - - -
Setu - - -
Pamulang 6 - 11 963 2,613 213 234 4,023
Ciputat 4 2 22 3,095 2,436 641 413 6,585
Ciputat Timur - - -
Pondok Aren 2 - 18 303 189 42 43 577
Jumlah 12 2 51 4,361 5,238 896 690 11,185
Sumber : Profil Kota Tangerang Selatan Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Tahun 2010
-
II-32
PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN
LAPORAN AKHIR
2.5.3. Keuangan Daerah
1) APBD 2009
Pendapatan
Dalam APBD Tahun Anggaran 2009, pendapatan
daerah hanya berasal dari lain-lain pendapatan daerah
yang sah, yaitu dari pendapatan hibah, bagi hasil
pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya,
dan bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah
daerah lainnya. Hal tersebut disebabkan pendapatan
asli daerah, baik pajak maupun retribusi, masih masuk
ke dalam pendapatan daerah Pemerintah Kabupaten
Tangerang. Kota Tangerang Selatan juga belum
mendapatkan dana perimbangan baik berupa bagi
hasil pajak / bagi hasil bukan pajak, dana alokasi
umum maupun dana alokasi khusus, karena peraturan
mengenai dana perimbangan ditetapkan sebelum
ditetapkannya Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008
Tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di
Propinsi Banten. Dalam perkembangannya,
pendapatan asli daerah sudah dapat diterima
langsung oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan,
tidak lagi seperti asumsi awal yang harus masuk ke
dalam kas Pemerintah Kabupaten Tangerang.
Dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran 2009,
total pendapatan daerah Kota Tangerang Selatan
direncanakan sebesar Rp.191.699.005.762,00
yang berasal dari pendapatan asli daerah (PAD)
dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Pendapatan Asli Daerah. PAD berasal dari pajak,
retribusi daerah dan lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah. Besar target PAD adalah
sebesar Rp.25.367.150.025,00 yang berasal dari
pajak sebesar Rp.15.397.425.025,00, retribusi
Rp.9.219.725.000,00 dan lain-lain PAD yang sah
Rp.750.000.000,00.
Kota Tangerang Selatan juga belum
mendapatkan dana perimbangan baik berupa
bagi hasil pajak / bagi hasil bukan pajak, dana
alokasi umum maupun dana alokasi khusus, oleh
karenanya target capaian untuk dana
perimbangan adalah nol.
Lain-lain pendapatan daerah yang sah berasal
dari pendapatan hibah, bagi hasil pajak dari
provinsi dan pemerintah daerah lainnya, dan
bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah
daerah lainnya. Pendapatan hibah sebesar
Rp.15.000.000.000,00, bagi hasil pajak dari
provinsi dan pemerintah daerah lainnya sebesar
Rp.131.331.855.737,00 dan bantuan keuangan
dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya
sebesar Rp.20.000.000.000,00. Pendapatan
hibah seluruhnya berasal dari Pemerintah
Kabupaten Tangerang, sedangkan bantuan
keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah
lainnya adalah bantuan dana dari Pemerintah
Propinsi Banten sebesar Rp.5.000.000.000,00.
Besar hibah dan bantuan keuangan tersebut
sesuai dengan yang ditetapkan dalam UU No. 51
Tahun 2008. Selain itu, Pemerintah Propinsi
Banten juga memberikan bantuan khusus
pendidikan (specific grant) sebesar
Rp.15.000.000.000,00.
Belanja
Besar alokasi belanja Tahun Anggaran 2009 adalah
sebesar Rp.191.698.355.762,00 yang dialokasikan
untuk belanja seluruh SKPD Kota Tangerang Selatan.
Belanja langsung dialokasikan sebesar
Rp.137.997.533.096,00 dengan rincian belanja
pegawai sebesar 25.439.759.820,00, belanja
barang dan jasa Rp.67.035.480.416,00 dan
belanja modal Rp.45.522.292.860,00.
Belanja tidak langsung dialokasikan sebesar
Rp.53.700.822.666,00. Dari jumlah tersebut,
sebesar Rp.37.999.149.862,20 merupakan
belanja pegawai; Rp.9.783.787.000,00
merupakan belanja hibah yang diperuntukkan
bagi Bantuan Operasional Pendidikan Daerah
dan untuk badan / lembaga / organisasi
kemasyarakatan; Rp.4.917.885.803,80
merupakan belanja bantuan sosial yang
dialokasikan untuk bantuan sosial organisasi
kemasyarakatan; dan Rp.1.000.000.000,00
merupakan belanja tidak terduga. Tidak ada
-
II-33
PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN
LAPORAN AKHIR
rencana alokasi untuk belanja bunga, belanja
subsidi, belanja bagi hasil dan belanja bantuan
keuangan.
Pembiayaan
Dari segi pembiayaan, tidak ada kebijakan untuk
mendapatkan penerimaan maupun melakukan
pengeluaran pembiayaan. Belum ada sisa lebih
perhitungan anggaran daerah tahun 2008, pencairan
dana cadangan, serta penerimaan piutang daerah
karena Perubahan APBD Tahun Anggaran 2009
merupakan perubahan dari rencana penganggaran
pertama yang disusun Pemerintah Kota Tangerang
Selatan yaitu APBD Tahun Anggaran 2009. Selain itu,
juga belum ada rencana penerimaan pembiayaan dari
penerimaan pinjaman daerah dan obligasi daerah.
Tidak ada rencana pengeluaran daerah, baik dari
pembentukan dana cadangan, penyertaan modal
(investasi), pembayaran pokok utang dan pemberian
pinjaman daerah.
2) APBD 2010
Pendapatan
Dalam APBD Tahun Anggaran 2010, pendapatan
daerah berasal dari pendapatan asli daerah (PAD),
dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah
yang sah.
Target PAD tahun 2010 adalah sebesar
Rp.88.002.147.993,00 yang berasal dari pajak,
retribusi daerah dan lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah.
Besar dana perimbangan Kota Tangerang
Selatan adalah Rp.395.414.035.000,00 yang
berasal dari bagi hasil pajak / bagi hasil bukan
pajak, dana alokasi umum sebesar dan dana
alokasi khusus.
Lain-lain pendapatan daerah yang sah adalah
sebesar Rp.180.340.767.587,00 berasal dari
pendapatan hibah, bagi hasil pajak dari provinsi
dan pemerintah daerah lainnya, dan bantuan
keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah
lainnya.
Belanja
Besar alokasi belanja Tahun Anggaran 2010 adalah
sebesar Rp.686.333.782.638,57 yang dialokasikan
untuk belanja langsung dan tidak langsung Kota
Tangerang Selatan.
Belanja langsung dialokasikan sebesar Rp.
326.315.706.512,00 dengan rincian belanja
pegawai sebesar Rp. 61.411.511.500,00, belanja
barang dan jasa Rp122.254.044.941,00 dan
belanja modal Rp142.650.150.071,00.
Belanja tidak langsung dialokasikan sebesar
Rp.360.018.076.126,57. Dari jumlah tersebut,
sebesar Rp.296.173.763.241,57 merupakan
belanja pegawai; Rp.45.050.000.000,00
merupakan belanja hibah yang diperuntukkan
bagi Bantuan Operasional Pendidikan Daerah
dan untuk badan / lembaga / organisasi
kemasyarakatan; Rp.5.110.000.000,00
merupakan belanja bantuan sosial yang
dialokasikan untuk bantuan sosial organisasi
kemasyarakatan; Rp.5.000.000.000,00
merupakan belanja bagi hasil dan belanja
bantuan keuangan; dan Rp.8.684.312.885,00
merupakan belanja tidak terduga. Tidak ada
rencana alokasi untuk belanja bunga dan belanja
subsidi.
-
II-34
Tabel 2.21 Ringkasan APBD Kota Tangerang Selatan 2010
Sumber : Profil Kota Tangerang Selatan Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Tahun 2010
Pembiayaan
Besar penerimaan pembiayaan adalah
Rp.22.576.832.058,57 yang seluruhnya berasal dari
sisa lebih perhitungan anggaran daerah tahun 2009.
Tidak ada rencana pengeluaran daerah, baik dari
pembentukan dana cadangan, penyertaan modal
(investasi), pembayaran pokok utang dan pemberian
pinjaman daerah.
Ringkasan pendapatan, belanja dan pembiayaan
selengkapnya tertera pada Tabel 2.19.
2.6. KONDISI SOSIAL DAN BUDAYA
Indikator makro pembangunan di antaranya
adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang
menjadi ukuran pembangunan dalam pemenuhan tiga
unsur, yaitu peluang berumur panjang dan sehat,
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai dan
peluang untuk merealisasikan pengetahuan yang
dimiliki dalam kegiatan produktif. IPM Kota Tangerang
Selatan pada tahun 2008 adalah sebesar 75,1.
Sedangkan pada pertengahan tahun 2009 mencapai
75,50. Angka tersebut merupakan angka tertinggi
kabupaten/kota di Provinsi Banten dan termasuk ke
dalam kategori menengah atas.
Tabel 2.22 Perbandingan IPM Kota Tangerang Selatan
dengan Wilayah Sekitarnya
No. Provinsi/Kabupaten/Kota IPM
(2008)
1 Kota Tangerang Selatan 75,10
2 Kota Bogor 74,64
3 Kota Depok 76,85
4 Kota Tangerang 75,16
5 Kota Bekasi 73,73
6 Kabupaten Bogor 68,1
7 Kabupaten Tangerang 70,65
8 Provinsi Banten 69,70
9 Provinsi DKI Jakarta 77,03
10 Provinsi Jawa Barat 71,12
Sumber: www.bps.go.id; Daerah Dalam Angka 2009
Penduduk dengan permasalahan
kesejahteraan sosial ini tidak memiliki data series.
Namun begitu, permasalahan kesejahteraan sosial
akan cenderung meningkat karena perubahan gaya
hidup, perubahan lingkungan, himpitan ekonomi,
dan semakin terbukanya media komunikasi.
-
II-35
2.6.1. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu sektor yang
penting dalam hal peningkatan kualitas manusia.
Indikator pendidikan yaitu angka melek huruf (AMH)
dan rata-rata lama sekolah (RLS) digunakan sebagai
variabel dalam menghitung indeks pembangunan
manusia (IPM) selain indikator kesehatan dan indikator
ekonomi. AMH Kota Tangerang Selatan pada tahun
2008 adalah sebesar 98,9% sedangkan RLS sebesar
10,0 tahun. Kedua angka ini merupakan angka AMH
dan RLS tertinggi di Provinsi Banten. Pada pertengahan
tahun 2009, angka AMH Kota Tangerang Selatan
mencapai 99,2% dan RLS 10,5 tahun.
Komposisi penduduk berdasarkan tingkat
pendidikan tahun 2008 menunjukkan bahwa penduduk
dengan tingkat pendidikan SLTA berjumlah paling besar
yaitu 29,22%. Penduduk dengan tingkat pendidikan
perguruan tinggi (sarjana muda dan sarjana) juga cukup
tinggi, yaitu 29,05%. Profil penduduk berdasarkan
tingkat pendidikan cenderung mirip antar kecamatan,
kecuali untuk Kecamatan Setu. Pada kecamatan lain,
tidak tercatat penduduk yang tidak lulus SD atau
penduduk buta huruf (belum melek aksara) namun di
Kecamatan Setu masih ada dengan angka sebesar
0,52%. Penduduk dengan tingkat pendidikan perguruan
tinggi di kecamatan lain melebihi angka 29% namun di
Kecamatan Setu hanya sebesar 15,10%.
Dilihat dari sisi prasarana, masih banyak hal yang
perlu ditingkatkan. Jumlah total unit sekolah adalah
sebesar 667 unit dengan rincian 236 sekolah negeri, 5
madrasah negeri, 292 sekolah swasta dan 134
madrasah swasta. Ruang kelas rusak SD negeri
mencapai 213 ruang dari total ruang kelas SD negeri
sebanyak 1.169 ruang atau 18,22%. Ruang kelas rusak
SMP negeri mencapai 27 ruang dari total ruang kelas
SMP negeri sebanyak 486 ruang atau 5,56%,
sedangkan SMA negeri mencapai 17 ruang dari total
312 ruang atau 5,45%. Pada tahun 2009 dilakukan
rehabilitasi terhadap 9 unit SD dan 9 unit SMP yang
rusak dengan rincian ruang kelas SD sebanyak 48 lokal
sedangkan ruang kelas SMP sebanyak 29 lokal.
Dari sisi kompetensi pendidik, masih banyak guru yang
belum tersertifikasi. Sedangkan dari sisi sarana belajar,
masih banyak sekolah yang belum memiliki
perpustakaan dan laboratorium. Karena itu,
peningkatan kompetensi guru baik tingkat dasar
maupun tingkat menengah serta penyediaan sarana
belajar masih harus diprioritaskan.
Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka
Partisipasi Murni (APM) kecamatan-kecamatan Kota
Tangerang Selatan masih rendah, terutama pada
pendidikan tingkat menengah, yang ditunjukkan dengan
APK dan APM SMA / SMK yang masih di bawah 70%.
Selain karena tingkat partisipasi, rendahnya APK dan
APM diduga juga disebabkan oleh banyaknya
penduduk usia sekolah yang tidak bersekolah di
wilayah Kota Tangerang Selatan, melainkan
bersekolah di daerah seperti Kota Tangerang dan
DKI Jakarta. Dilihat dari sisi pendidikan tinggi, di
Kota Tangerang Selatan terdapat 14 unit perguruan
tinggi/akademi di antaranya Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Sekolah Tinggi
Akutansi Negara (STAN), Institut Teknologi
Indonesia (ITI), Swiss Germany University (SGU)
dan Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ).
Tabel 2.23
Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Kecamatan di
Kota Tangerang Selatan Tahun 2008
Kecamatan SD SMP SMA
APK APM APK APM APK APM
Serpong 118.40 98.59 120.83 83.62 80.01 61.79
Pamulang 80.17 66.92 58.96 36.46 62.40 50.14
Ciputat 109.45 91.21 109.42 82.47 79.75 54.01
Pondok Aren 71.62 59.17 52.72 36.41 31.25 22.21
Serpong Utara 88.51 71.09 80.31 70.17 60.56 49.91
Ciputat Timur 58.44 49.01 60.69 58.84 79.65 61.90
Setu 85.85 71.13 60.17 59.05 54.00 41.07
Jumlah Rata-
rata 87.49 72.45 77.59 61.00 63.95 48.72
Sumber : Profil Kota Tangerang Selatan Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Tahun 2010
-
II-36
Tabel 2.24 Data Terkait Kesehatan Keluarga Miskin Menurut Kecamatan
di Kota Tangerang Selatan Tahun 2008
No Kecamatan
Rumah Tangga
Rawan Gakin
(unit)
Peserta
Jamkesmas
(Jiwa)
Anak umur 0-11
bulan Gakin
(orang)
Anak umur 11-59
bulan Gakin
(orang)
Ibu Hamil
Gakin
(orang)
1 Serpong 4.711 14.562 38 158 34
2 Serpong Utara 5.707 17.831 52 333 41
3 Setu 6.605 20.773 20 105 48
4 Pamulang 13.195 45.954 25 325 107
5 Ciputat 7.079 25.933 78 125 60
6 Ciputat Timur 4.538 16.666 33 364 39
7 Pondok Aren 17.998 57.392 76 1.199 133
Kota Tangerang
Selatan 59.833 199.111 322 2.609 462
Sumber : Profil Kota Tangerang Selatan Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Tahun 2010
2.6.2. Kesehatan
Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan dapat
tercermin dari tingkat kesehatan masyarakat yang
merupakan salah satu indikator pembangunan
manusia. Salah satu indikator kesehatan adalah Angka
Harapan Hidup (AHH) yang menunjukkan perkiraan
lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak
ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Indikator
ini dalam perhitungannya didapatkan dari Angka Lahir
Hidup (ALH) dan Angka Masih Hidup (AMH). Kedua
angka ini sangat dipengaruhi oleh kondisi
kesehatanalita dan kesehatan reproduksi ibu.
Pelayanan kesehatan dan sarana prasarana kesehatan
terkait hal tersebut merupakan hal yang penting.
Pada tahun 2008, AHH Kota Tangerang Selatan
adalah sebesar 68,8 dengan indeks AHH sebesar 73.
Hal ini mengindikasikan bahwa penduduk Kota
Tangerang Selatan rata-rata bisa mencapai usia 68,8
tahun. Pada pertengahan tahun 2009 AHH Kota
Tangerang Selatan mencapai 69 tahun.
Selain indikator makro tesebut, kondisi
kesehatan masyarakat juga diantaranya dapat dilihat
dari keadaan gizi balita, kondisi kesehatan ibu,
kesehatan keluarga miskin, dan kesehatan orang lanjut
usia. Dilihat dari keadaan gizi balita, masih ada balita
dengan status gizi buruk yang tentunya harus
mendapat perhatian khusus dari Pemerintah
Daerah. Dari 63.439 orang balita yang ditimbang,
sebesar 91,54% dalam keadaan gizi baik, 0,51%
gizi buruk, 5,75% gizi kurang dan 2,21% gizi lebih.
Terdapat cukup banyak rumah sakit bersalin
dan praktek bidan swasta serta sudah ada
pelayanan Pelatihan Obstetri Neonatal Emergensi
Dasar (PONED) di Puskesmas Ciputat, namun
belum ada pusat pelayanan kesehatan ibu ataupun
unit pelayanan kesehatan ibu di Puskesmas yang
lengkap dengan cakupan yang besar yang
dibutuhkan terutama untuk melayani ibu hamil dari
kalangan masyarakat miskin. Hal ini menjadi penting
karena kesehatan ibu merupakan salah satu unsur
penentu angka harapan hidup.
Masih cukup banyak keluarga miskin yang
membutuhkan bantuan dari segi kesehatan.
Menurut catatan Dinas kesehatan, masih ada
59.833 rumah tangga miskin dengan 2.931 orang
Penyakit menular masih menjadi permasalahan
yang harus mendapatkan perhatian serius. Penyakit
menular yang tercatat oleh Dinas Kesehatan di
antaranya demam berdarah, filariasis, tuberculosis,
HIV/AIDS, Pneumonia, infeksi menular seksual
(IMS), diare, kusta, difteri dan campak. Penyakit
dengan angka kejadian tertinggi adalah diare
dengan 10.533 kejadian disusul pneumonia dengan
2.473 kejadian. Penyakit menular lain dengan angka
-
II-37
Tabel 2.25 Jumlah Rumah Tangga Hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial Menurut Kecamatan di Kota
Tangerang Selatan Tahun 2008
No Kecamatan Rumah
Tangga
Penerima BLT
Rumah Tangga
Sasaran PPLS08
Kepala &
Anggota RTS
PPLS 08
Jumlah
Penduduk
(jiwa)
Presentase RTS
Terhadap Jumlah
Penduduk
1 Serpong 2.463 2.420 5.317 102.733 5.18%
2 Serpong Utara 1.742 1.590 5.453 79.234 6,88%
3 Setu 1.993 1.817 6.313 57.758 10,93%
4 Pamulang 5.963 5.299 18.119 254.085 7,13%
5 Ciputat 2.438 1.848 6.086 165.559 3,68%
6 Ciputat Timur 1.685 928 4.003 164.207 2,44%
7 Pondok Aren 2.820 2.411 7.353 252.302 2,91%
Kota Tangerang
Selatan 19.104 16.303 52.644 1.076.302
4,89%
Sumber : Profil Kota Tangerang Selatan Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Tahun 2010
kejadian yang besar adalah tuberculosis (625 kejadian)
dan demam berdarah (154 kejadian). Kejadian
HIV/AIDS yang tercatat di Puskesmas adalah sebanyak
3 kejadian, yaitu di Ciputat dan Ciputat Timur, namun
angka yang sesungguhnya diduga jauh lebih besar
karena banyak pasien yang diduga berobat di RSUD
Kabupaten Tangerang atau rumah sakit lain di Jakarta
serta fenomena gunung es yang biasanya terjadi pada
penyakit ini.
Jumlah peserta KB aktif adalah 114.433 orang dari
189.433 orang yang termasuk kelompok PUS
sedangkan peserta KB baru adalah 18.522 orang.
Petugas Keluarga Berencana berjumlah petugas KB
sebanyak 54 orang yang terdiri dari 6 orang PLKB/PKB,
24 orang dokter dan 24 orang bidan.
2.6.3. Agama
Berdasarkan komposisi penduduk menurut
agama yang dipeluk, sebagian besar penduduk
memeluk agama Islam yaitu sebanyak 90,98%.
Penduduk selebihnya memeluk agama Protestan
(4,07%), Kristen (3,14%), Budha (1,21%) dan Hindu
(0,60%). Sarana peribadatan yang tersedia untuk
para pemeluk agama adalah mesjid sebanyak 436
buah, langgar/mushola 968 buah, gereja 42 buah,
vihara/kuil 7 buah.
2.6.4. Kesejahteraan Masyarakat
Panti sosial yang terdapat di Kota Tangerang
Selatan adalah panti asuhan anak sejumlah 14 panti
dan tresna werdha sejumlah 5 panti dan bina
grahita sejumlah 1 panti. Potensi dan sumber daya
kesejahteraan sosial di antaranya adalah tenaga
kesejahteraan masyarakat, organisasi masyarakat,
karang taruna dan panti sosial.
Penyandang masalah kesejahteraan sosial
masih banyak dan beragam jenis permasalahannya.
Dari dua puluh empat jenis permasalahan,
penyandang yang paling banyak adalah anak
jalanan, wanita rawan sosial, lansia berumur lebih
dari 60 tahun yang terlantar, korban bencana alam
setahun lalu, penduduk di daerah rawan bencana
alam, keluarga fakir miskin, dan penduduk yang
tinggal di rumah tidak layak huni. Ada yang memang
-
II-38
permasalahan khas daerah perkotaan seperti anak
jalanan dan pengemis namun ada juga yang bukan.
Untuk orang terinfeksi HIV/AIDS dinyatakan tidak ada.
Hal ini kemungkinan besar disebabkan belum ada data
terpisah per kecamatan yang disebabkan oleh sifat
kerahasiaan berkaitan dengan domisili individu-individu
tersebut. Namun diperkirakan angkanya cukup besar
yang di antaranya disebabkan oleh lokasi yang
berbatasan dengan DKI Jakarta sehingga memudahkan
penyebaran HIV dari Ibukota.
Jumlah rumah tangga penerima Bantuan
Langsung Tunai (BLT) di Kota Tangerang Selatan
adalah sebanyak 19.104 RT. Jumlah penerima paling
banyak di Pamulang yaitu sebanyak 5.963 rumah
tangga, sedangkan paling sedikit di Ciputat Timur yaitu
sebanyak 1.685 rumah tangga. Menurut hasil
Pendataan Program Perlindungan Sosial (2008) yang
memverifikasi hasil sensus BLT tahun 2005, terjadi
penurunan jumlah RTS menjadi 16.303 RT dengan
jumlah kepala dan anggota rumah tangga 58.093 orang
atau 4,89% jika dibandingkan dengan jumlah penduduk
pada tahun 2008. Persentase tersebut lebih kecil jika
dibandingkan dengan persentase di Kabupaten
Tangerang (dengan 36 kecamatan) yang sebesar
19,18% (687.797 orang jumlah kepala dan anggota
RTS dari 3.585.269 orang penduduk) dengan jumlah
rumah tangga sasaran sebanyak 189.236 RTS.
Di Provinsi Banten, Kota Tangerang Selatan
menempati posisi kedua setelah Kota Cilegon dalam
hal persentase penduduk miskin (RTS) yang paling
sedikit. Jika dilihat per kecamatan, persentase jumlah
kepala dan anggota rumah tangga RTS tertinggi adalah
di Setu dengan 10,93% dan yang terendah adalah di
Ciputat Timur dengan 2,44%.
-
II-39
Tabel 2.26 Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Menurut Kecamatan
di Kota Tangerang Selatan Tahun 2008
No Jenis Serpong
Serpong Utara
Setu Pamulang Ciputat Ciputat Timur
Pondok Aren
Kota Tangerang Selatan
1 Balita Terlantar 648 14 7 12 9 9 - 735
2 Anak terlantar 115 - 410 - - - - 525
3 Anak Nakal 37 8 101 85 99 72 31 433
4 Anak Jalanan 24 2 35 68 559 516 2 1.206
5 Anak 5-21 Korban Kekerasan 8 - 8 12 - - - 28
6 Wanita 22-59 Korban Kekerasan 7 - - - - - - 7
7 Wanita Rawan Sosial 247 161 965 1 - - 5 1.379
8 Lansia >60 th Terlantar 97 4 1.162 - 13 12 6 1.294
9 Lansia >60 th Korban Kekerasan 8 - - - - - - 8
10 Anak Cacat Usia 5-21 119 36 - 55 63 - 48 321
11 Penyandang Cacat 79 30 111 81 64 57 63 485
12 Penyandang Cacat Exs TBC 1 - 3 38 - 10 39 91
13 Penyandang Cacat Exs Kusta - - 3 20 - 16 - 39
14 Mantan Napi 66 4 26 466 18 60 11 651
15 Pekerja Seks Komersial 14 10 75 38 - - - 137
16 Waria 13 - - - - - 1 14
17 Pengemis 15 7 27 27 109 92 - 277
18 Pemulung - - 164 164 - - 70 234
19 Gelandangan 2 - - - 17 12 1 45
20 Exs Korban NAPSA 49 7 16 16 6 6 22 122
21 Pengidap HIV/AIDS - - - - - - - -
22 Korban Bencana Sosial/Pengungsi - - - - - - - -
23 Korban Bencana Alam setahun Lalu 5 2.638 1.775 8 21 86 3 5.516
24 Penduduk Di Daerah Rawan Bencana 284 9 1.873 81 7 558 6.250 9.062
25 Kelurga Fakir Miskin 2.182 2.140 3.431 107 122 130 5.698 13.810
26 Yang Tinggal Di Rumah Tidak Layak Huni
315 61 1.222 6 8 7 130 1.649
27 Keluarga Bermasalah Sosial Pisikologis
- - - - - - - -
28 Keluarga Rentan Sosial Ekonomi - - - - - - - -
Sumber : Profil Kota Tangerang Selatan Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Tahun 2010
-
II-40
2.7. KONDISI SISTEM DAN JARINGAN TRANSPORTASI
2.7.1 Moda Angkutan
Moda angkutan di Kota Tangerang Selatan
berupa kendaraan umum penumpang baik berupa
minibus/angkutan kota, taxi, bus/feeder bus serta kereta
api dengan sebaran stasiun Pasar Serpong, Rawa
Buntu (BSD), Tegal Rotan (Pondok Aren), Ciputat
Jombang) dan Ciputat Timur Pondok Ranji. Ada juga
angkutan barang yang melayani untuk kebutuhan
pengangkutan barang mulai dari mobil pick-up hingga
truk. Selain itu terdapat juga moda angkutan ojek motor
dan becak.
Penduduk dalam melakukan aktivitas sehari-hari
seperti dalam rangka bekerja, sekolah, belanja,
rekreasi/hiburan atau kegiatan lainnya, umumnya
menggunakan kendaraan jenis angkutan umum mikro
bus dan minibus/angkutan kota, selain mobil pribadi,
taksi dan kereta api untuk melayani perjalanannya.
Penduduk yang tinggal di kompleks perumahan yang
letaknya jauh dari jalan raya dan atau tidak/belum
terjangkau angkutan minibus angkot, biasanya untuk
menjangkau tempat pangkalan mobil atau ke jalan raya
yang dilintasi angkutan umum, dapat dilakukan dengan
cara berjalan kaki ataupun dengan menggunakan
angkutan ojek motor atau becak.
Berdasarkan tinjauan tersebut terlihat sekilas
bahwa sistem pelayanan angkutan umum di wilayah
Kota Tangerang Selatan saat ini memberikan
gambaran sebagai sistem pelayanan yang
pemanfaatannya masih terbatas hanya pada jalur
utama dan sebagian kecil kawasan perumahan.
Bila ditinjau dari jangkauan operasinya, moda
angkutan lingkup lokasi di wilayah Kota Tangerang
Selatan mempunyai jangkauan operasi pelayanan jarak
dekat, yaitu dilayani oleh minibus/angkutan kota,
sedangkan untuk jangkauan operasi yang jarak jauh
dilayani oleh Bus. Angkutan jenis minibus/angkutan
kota juga melayani wilayah perbatasan, yaitu antar
wilayah Tangerang Selatan dengan DKI Jakarta,
Kabupaten Bogor, Kabupaten/Kota Tangerang.
Angkutan umum penumpang yang beroperasi di
Wilayah Tangerang Selatan lebih didominasi oleh jenis
kendaraan minibus/non bus dibandingkan mikrobus
atau bus, serta mempunyai jangkauan operasi
pelayanan sampai ke lingkungan perumahan (door to
door service).
Jumlah trayek angkutan yang ada di Kota
Tangerang Selatan sebanyak 39 trayek. Paling banyak
di Ciputat yang melayani hingga 19 trayek.
2.7.2 Jaringan Jalan
Jaringan jalan merupakan prasarana terpenting
dalam sistem transportasi. Keterkaitan wilayah satu
dengan wilayah lain atau hubungan antara satu wilayah
dengan wilayah lain tidak lepas dari suatu sistem
transportasi yang dihubungkan dengan jaringan
jalan. Pengaruh tersebut dapat terjadi dari pola
sistem transportasi internal dan sistem transportasi
eksternal. Transportasi internal Kota Tangerang
Selatan akan berpengaruh terhadap pola
pergerakan internal Kota Tangerang Selatan dan
wilayah sekitarnya. Sedangkan sistem transportasi
yang lebih luas dalam arti keadaan transportasi
yang dipengaruhi oleh pola-pola pergerakan antar
wilayah atau kota/kabupaten. Elemen-elemen yang
mendukung sistem transportasi adalah sarana
dalam hal ini moda atau alat angkut dan prasarana
atau infrastruktur yang berupa jaringan jalan.
Pola jaringan jalan di Kota Tangerang Selatan
pada umumnya berbentuk grid dengan kondisi alam
yang relatif datar amat memungkinkan pola jalan
seperti ini dibuat untuk mendukung pergerakan
penduduk. Jangkauan pelayanan jalan pada saat
ini di Kota Tangerang Selatan sudah hampir merata
pada semua wilayah hanya ada beberapa jalan
yang rusak dan belum diperbaiki.
Menurut Dinas Pekerjaan Umum dalam
Kompilasi data awal Kota Tangerang Selatan, total
panjang jalan Kota Tangsel adalah 137,773 km dan
diperkirakan 5% rusak ringan, 5% rusak sedang dan
20% rusak berat.
-
II-41
Jaringan jalan yang ada di Kota Tangerang
Selatan sendiri terdiri atas :
Jalan Arteri Primer
Jalan arteri primer dalam wilayah Kota Tangerang
Selatan merupakan terusan jalan arteri primer luar
wilayah. Jalan arteri melalui atau menuju kawasan
primer. Jalan arteri primer dirancang berdasarkan
kecepatan rencana paling rendah 60 km/jam.
Lebar badan jalan arteri primer tidak kurang dari 8
meter. Lalu lintas yang terjadi di jalan ini
merupakan lalu lintas regional. Untuk itu lalu lintas
tersebut tidak boleh terganggu oleh lalu lintas
ulang-alik, dan lalu lintas lokal dari kegiatan lokal.
Kendaraan angkutan berat dan dan kendaraan
umum bus dapat diizinkan melalui jalan ini. Jumlah
jalan masuk/akses tidak boleh lebih pendek dari
500 meter. Jalur khusus untuk kendaraan yang
lebih lambat harus disediakan. Jalan arteri primer
yang ada di Kota Tangerang Selatan adalah jalan
tol Jakarta Serpong sepanjang 11,07 km.
Tabel 2.17 Trayek Angkutan Umum di Wilayah Kota Tangerang Selatan Tahun 2008
No Wilayah Jumlah Trayek Trayek/Jurusan Jenis Moda Angkutan
1 Ciputat 19 Ciputat Lembah Bukit Angkutan Kota
Ciputat J ombang Angkutan Kota
Ciputat Muncul Serpong Angkutan Kota
Ciputat Jombang Terminal BSD Angkutan Kota
Ciputat - Pd. Ranji Bintaro Mall Arinda Angkutan Kota
Ciputat - Pondok Aren Angkutan Kota
Ciputat - Serua Permai Angkutan Kota
Ciputat Serua Bukit Ciater BSD Angkutan Kota
Ciputat Pamulang Pondok Benda Angkutan Kota
Ciputat Pamulang Reni Jaya Angkutan Kota
Ciputat Sawangan Angkutan Kota
Ciputat - Pondok Labu Angkutan Kota
Ciputat Kota Bus AC
Ciputat Blok M Bus Non-AC
Ciputat Pulo Gadung Bus AC
Ciputat Senen Bus AC
Ciputat Kampung Rambutan Kopaja
Rempoa Blok M Kopaja
2 Pondok Aren 5 Pondok Aren (Arinda) Kebayoran Lama Angkutan Kota
Pondok Jagung Parigi Bintaro Plaza Gintung Angkutan Kota
Pondok Kacang Jombang Angkutan Kota
Bintaro Plaza Pamulang Bus AC
Bintaro Ratu Plaza Bus AC/ Feeder Busway
3 BSD/Serpong 13 BSD Cikokol (Kota Tangerang) Angkutan Kota
BSD Pasar Serpong Angkutan Kota
BSD Cikarang Bus AC
BSD Mangga Dua Bus AC/ Feeder Busway
BSD Ratu Plaza Bus AC/ Feeder Busway
BSD Pasar Baru Bus AC/ Feeder Busway
Serpong Kalideres Angkutan Kota
Serpong Cisauk Angkutan Kota
Serpong Prumpung Angkutan Kota
Serpong Cikokol Angkutan Kota
Tangerang Serpong Bogor Bus Kecil Non AC
Tangerang Serpong Sukabumi Bus Kecil Non AC
Serpong Legok Angkutan Kota
4 Pondok Cabe 2 Pamulang Lebak Bulus Angkutan Kota
Lebak Bulus Sawangan Angkutan Kota
-
II-42
Jalan Arteri Sekunder
Jalan arteri sekunder menghubungkan kawasan
primer dengan kawasan sekunder satu, kawasan
sekunder satu dengan kawasan sekunder kedua.
Jalan ini dirancang berdasarkan kecepatan
rencana paling rendah 30 km/jam. Lebar jalan tidak
kurang dari 8 meter. Lalu lintas cepat pada jalan ini
tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.
Akses langsung dibatasi tidak lebih pendek dari
250 meter. Lokasi berhenti dan parkir pada badan
jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak
diizinkan pada jam sibuk. Panjang Arteri Sekunder
di Kota Tangerang Selatan adalah 29,26 Kilometer.
Jalan Kolektor Primer
Jaringan jalan mulai dari batas DKI Jakarta
Ciputat Timur sampai batas Depok merupakan
jaringan jalan nasional dengan Rumija 40 meter
dan panjang 9 km.
Jalan Kolektor Sekunder
Jalan kolektor sekunder menghubungkan antar
kawasan sekunder kedua, kawasan sekunder
kedua dengan kawasan sekunder ketiga. Jalan ini
dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 20 km/jam. Lebar badan jalan tidak kurang
dari 7 meter. Kendaraan angkutan berat tidak
diizinkan melalui fungsi jalan ini di daerah
permukiman. Lokasi parkir pada badan jalan
dibatasi. Harus mempunyai kelengkapan jalan
yang cukup seperti rambu marka, lampu pengatur
lalu lintas dan penerangan jalan. Adapun jalan di
Kota Tangerang Selatan yang termasuk jalan
kolektor sekunder antara lain adalah jalan yang
menghubungkan batas Kota Tangerang Serpong
Utara Serpong Setu Batas Kabupaten Bogor
yang merupakan jalan provinsi dengan rumija 40
meter dan panjang 16 km. Ruas jalan yang
menghubungkan Serpong dan Setu dengan
Rumija 30 meter dan panjang 6 km. Ruas jalan
yang menghubungkan jalan raya Serpong dengan
jalan raya Ciputat dengan Rumija 30 meter dan
panjang 6,5 km.
Jalan Lokal Primer
Jalan lokal primer dalam wilayah Kota Tangerang
Selatan merupakan terusan jalan lokal primer luar
Kota Tangerang Selatan dan melalui atau menuju
kawasan primer atau jalan primer lainnya. Jalan ini
dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 20 km/jam. Kendaraan barang dan bus
dapat diizinkan melalui jalan ini. Lebar jalan tidak
kurang dari 6 meter. Termasuk dalam jalan ini
diantaranya adalah ruas jalan Pamulang II Rawa
Buntu, ruas jalan Pondok Kacang Jombang.
Jalaan Lokal Sekunder
Jalan lokal sekunder menghubungkan antar
kawasan ketiga atau dibawahnya, kawasan
sekunder dengan perumahan. Jalan ini
didesain berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 10 km/jam. Lebar badan jalan
lokal sekunder tidak kurang dari 5 meter.
Kendaraan angkutan barang dan bus tidak
diizinkan melalui jalan ini. Termasuk dalam
jalan ini adalah jalan pada kawasan
perumahan-perumahan yang ada di Kota
Tangerang Selatan.
-
II-43
Tabel 2.18 Kondisi Jalan Wilayah Kota Tangerang Selatan
No
Nama Jalan/ Ruas Jalan
Status Jalan
Panjang Jalan (Km)
Kondisi Jalan
Baik
Sedang
Rusak
1 Jl. Raya Serpong Pahlawan Seribu
Arteri Sekunder
5.88
2 Jl. Letnan Sutopo (BSD) Ciater
Kolektor Sekunder
3.96
3 Jl. Kapten Subianto (BSD) Rawa Buntu
Arteri Sekunder
3.67
4 Jl. Ciater Raya Bukit Indah
Kolektor Sekunder
2.54
5 Jl. Astek Jombang
Kolektor Sekunder
3.55
6 Jl. Jombang Raya Aria Putra
Kolektor Sekunder
3.63
7 Jl. Aria Putra Pasar Ciputat
Kolektor Sekunder
3.06
8 Jl. Otista Dewi Sartika Pasar Ciputat
Arteri Sekunder
1.94
9 Jl. Pamulang Raya Pajajaran
Arteri Sekunder
2.18
10 Jl. Setia Budi Cabe Raya
Kolektor Sekunder
2.15
11 Jl. Cabe Raya Cirendeu
Kolektor Sekunder
7.00
12 Jl. Ir. H. Juanda Pasar Jum'at
Arteri Sekunder
3.52
13
Jl. Tegal Rotan Cendrawasih Ki Hajar Dewantoro Pasar Ciputat
Kolektor Sekunder
5.16
14 Jl. Rempoa Gintung
Kolektor Sekunder
2.65
15 Jl. Menteng Raya (Bintaro) Bintaro Utama
Kolektor Sekunder
3.41
16
Jl. Pondok Betung Raya WR. Supratman (IAIN Ciputat)
Kolektor Sekunder
6.02
No
Nama Jalan/ Ruas Jalan
Status Jalan
Panjang Jalan (Km)
Kondisi Jalan
Baik
Sedang
Rusak
17 Jl. Ceger Raya Pondok Betung
Kolektor Sekunder
5.31
18 Jl. Pondok Kacang Parigi
Kolektor Sekunder
4.15
19 Jl. Elang (Bintaro) Menteng Raya (Bintaro)
Kolektor Sekunder
1.99
20 Jl. Graha Bunga Parigi
Kolektor Sekunder
6.25
21 Jl. Bhayangkara Mas Mansyur
Kolektor Sekunder
3.95
22 Jl. Sutera Utama (Alam Sutera)
Kolektor Sekunder
4.58
23 Jl. Raya Puspiptek Pamulang
Arteri Sekunder
2.78
24 Jalan Tol Serpong Bintaro
Arteri Primer
11.07
25 Jl. German Center Muncul
Arteri Sekunder
7.14
26 Jl. Rawa Buntu Viktor Arteri Sekunder
2.15
27 Jalan Lingkar Selatan Arteri Sekunder
2.71
28 Parakan Ciater Raya Kolektor Sekunder
3.41
Sumber : Kompilasi Data Awal Kota Tangerang Selatan Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Tahun 2009
2.7.3 Terminal
Jumlah terminal yang ada di Kota Tangerang
Selatan yang resmi hanya 1 buah yaitu di Pondok
Cabe namun saat ini tidak dimanfaatkan dan dalam
kondisi tidak terurus. Adapun terminal di BSD juga
belum optimal dimanfaatkan. Selama ini kendaraaan
angkutan umum (Angkot dan lainnya) lebih banyak
parkir (ngetem) di pinggir jalan menunggu naik dan
turun penumpang yang biasanya berlokasi di sekitar
pasar, stasiun, kompleks perumahan, persimpangan
jalan dsb.
Kondisi saat ini dengan telah beroperasinya
Fly Over (FO) Ciputat tuntutan akan kebutuhan
terminal semakin dirasakan karena jika tidak
dibangun terminal maka pembangunan FO Ciputat
akan percuma saja karena hanya memindahkan
kemacetan tetapi bukan dilihat sebagai suatu sistem
yang utuh dan saling mendukung dalam pelayanan
sistem transportasi Kota Tangerang Selatan.
2.7.4 Kereta Api
Wilayah Kota Tangerang Selatan yang dilalui
oleh lintasan rel kereta api antara lain wilayah
Serpong (Stasiun Pasar Serpong), Stasiun Rawa
Buntu (BSD), Stasiun Tegal Rotan (Pondok Aren),
Ciputat (Stasiun Jombang) dan Ciputat Timur
(Stasiun Pondok Ranji). Kereta api yang melintas
adalah kereta api penumpang dan kereta api
-
II-44
barang. Moda angkutan kereta api ini lebih banyak
dipilih warga Kota Tangerang Selatan yang beraktifitas
di Jakarta karena berbagai pertimbangan lebih cepat,
murah atau memang lokasi stasiunnya yang berdekatan
dengan kantor / tempat kerja mereka.
Jalur ganda kereta api jurusan Ser