Bab 21410160131

13
7/23/2019 Bab 21410160131 http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410160131 1/13 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Hakikat Pembelajaran Biologi 1. Hakikat Belajar Mengajar Keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan  pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat  berlangsung secara efektif. Pembelajaran tidak semata-mata menyampaikan materi sesuai dengan target kurikulum, tanpa memperhatikan kondisi siswa, tetapi  juga terkait dengan unsure manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan  prosedur yang saling mempengaruhi demi mencapai tujuan pembelajaran (Putra, 2013: 15-17). Jadi, pembelajaran adalah interaksi dua arah antara guru dan siswa serta teori dan praktik. Belajar dimulai dengan adanya dorongan, semangat dan upaya yang timbul dalam diri seseorang sehingga orang itu melakukan kegiatan belajar. Kegiatan belajar yang dilakukan menyesuaikan dengan tingkah lakunya dalam upaya meningkatkan kemampuan dirinya. Dalam hal ini, belajar adalah prilaku mengembangkan diri melalui proses penyesuain tingkah laku. (Majid, 2013:33) Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah  proses mental yang terjadi dalam diri seseoran, sehingga menyebabkan munculnya perubahan prilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari. (Sanjaya, 2010:112). Lebih lanjut lagi, Majid (2013: 33) menjelaskan bahwa terdapat enam unsur yang dapat membedakan antara kegiatan belajar dan bukan belajar, yakni mencakup tujuan  belajar yang ingin dicapai, motivasi, hambatan, stimulus dari lingkungan,  persepsi, dan respon peserta didik. Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Karena itu, proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah  berakhirnya melakukan aktivitas belajar (Djamarah, 2010: 38).

Transcript of Bab 21410160131

Page 1: Bab 21410160131

7/23/2019 Bab 21410160131

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410160131 1/13

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A.  Tinjauan Tentang Hakikat Pembelajaran Biologi

1.  Hakikat Belajar Mengajar

Keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan

aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan

 pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat

 berlangsung secara efektif. Pembelajaran tidak semata-mata menyampaikan

materi sesuai dengan target kurikulum, tanpa memperhatikan kondisi siswa, tetapi

 juga terkait dengan unsure manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan

 prosedur yang saling mempengaruhi demi mencapai tujuan pembelajaran (Putra,

2013: 15-17). Jadi, pembelajaran adalah interaksi dua arah antara guru dan siswa

serta teori dan praktik.

Belajar dimulai dengan adanya dorongan, semangat dan upaya yang

timbul dalam diri seseorang sehingga orang itu melakukan kegiatan belajar.

Kegiatan belajar yang dilakukan menyesuaikan dengan tingkah lakunya dalam

upaya meningkatkan kemampuan dirinya. Dalam hal ini, belajar adalah prilakumengembangkan diri melalui proses penyesuain tingkah laku. (Majid, 2013:33)

Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah

 proses mental yang terjadi dalam diri seseoran, sehingga menyebabkan

munculnya perubahan prilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi

individu dengan lingkungan yang disadari. (Sanjaya, 2010:112). Lebih lanjut lagi,

Majid (2013: 33) menjelaskan bahwa terdapat enam unsur yang dapat

membedakan antara kegiatan belajar dan bukan belajar, yakni mencakup tujuan

 belajar yang ingin dicapai, motivasi, hambatan, stimulus dari lingkungan,

 persepsi, dan respon peserta didik.

Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan sebagai

objek dari kegiatan pengajaran. Karena itu, proses pengajaran tidak lain adalah

kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Belajar pada

hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah

 berakhirnya melakukan aktivitas belajar (Djamarah, 2010: 38).

Page 2: Bab 21410160131

7/23/2019 Bab 21410160131

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410160131 2/13

10

Sedangkan menurut Putra (2013: 25-26) dalam bukunya yang berjudul

 Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains menyebutkan bahwa

 pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa dalam menghadapi kehidupan

masyarakat sehari-hari. Dalam hal ini, lebih lanjut Putra menjelaskan bahwa

sekolah dan masyarakat adalah suatu integrasi yang dapat menimbulkan suatu

implikasi sebagai berikut:

a. 

Tujuan pembelajaran ialah mempersiapkan siswa agar bias hidup dalam

masyarakatnya.

 b. 

Kegiatan pembelajaran berlangsung dalam hubungan sekolah dan masyarakat.

c.  Siswa belajar secara aktif. Artinya, siswa tidak hanya belajar aktif di

laboratorium sekolah dan mencari pengalaman kerja dalam berbagai lapangan

kehidupan, tetapi juga aktif bekerja langsung di masyarakat. Dengan cara ini,

semua potensi siswa dapat berkembang.

d.  Guru juga bertugas sebagai komunikator. Maksudnya, guru bertugas sebagai

 penghubung antara sekolah dan masyarakat. Guru mempersiapkan rencana

awal pembelajaran, kemudian menyusun rencana lengkap bersama siswa

sebagai persiapan pelaksanaan di lapangan.

Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan

suatu aktivitas yang dilakukan seseorang secara sadar sehingga mengalami

 perubahan tingkah laku pada diri individu yang diperoleh dari pengalaman

melalui arahan atau bimbingan dari seorang pendidik sehingga menghasilkan

 pengetahuan dan keterampilan.

2.  Hakikat Pembelajaran Biologi 

Biologi merupakan ilmu yang mengkaji objek dan persoalan gejala alam.

Menurut teori modern, proses pembelajaran tidak tergantung sekali kepada

keberadaan guru (pendidik) sebagai pengelola proses pembelajaran. Hal ini

didasarkan bahwa proses belajar pada hakikatnya merupakan interaksi antara

 peserta didik dengan objek yang dipelajari. Berdasarkan hal ini maka peranan

sumber dan media belajar tidak dapat dikesampingkan dalam proses pembelajaran

 biologi.

Proses belajar biologi menurut Djohar dalam Sutarsih (2010: 9) merupakan

 perwujudan dari interaksi subjek (peserta didik) dengan objek yang terdiri dari

 benda, kejadian, proses, dan produk. Pendidikan biologi harus diletakkan sebagai

Page 3: Bab 21410160131

7/23/2019 Bab 21410160131

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410160131 3/13

11

alat pendidikan, bukan sebagai tujuan pendidikan, sehingga konsekuensinya

dalam pembelajaran hendaknya memberi pelajaran kepada subyek belajar untuk

melakukan interaksi dengan obyek belajar secara mandiri, sehingga dapat

mengeksplorasi dan menemukan konsep. Dengan demikian pembelajaran biologi

menekankan adanya interaksi antara subyek dan obyek yang dipelajari. Interaksi

tersebut memberi peluang kepada siswa untuk berlatih belajar dan mengerti

 bagaimana belajar, mengembangkan potensi rasional pikir, ketrampilan, dan

kepribadian serta mengenal permasalahan biologi dan pengkajiannya.

Putra (2013: 52-53) menyatakan bahwa sains secara sederhana ialah

 pengetahuan yang didapatkan dengan metode tertentu yaitu metode ilmiah,

 berbasis penelitian dan penemuan serta berdasarkan fakta-fakta. Lebih lanjunya,

Putra menjelaskan sains bias dianggap sebagai aplikasi, dengan penguasaan

 pengetahuan produk sains dapat dipergunakan untuk menjelaskan, mengolah dan

memanfaatkan, memprediksi fenomena alam, serta mengembangkan disiplin ilmu

lainnya dan teknologi.

Dalam pembelajaran Biologi, lingkungan alam sekitar merupakan

laboratorium yang mempunyai peranan penting karena adanya gejala-gejala alam

yang dapat memunculkan persoalan-persoalan sains. Untuk mendapatkan objek

Biologi, alam dengan segenap fenomenanya telah menyediakan informasi yang

dapat digunakan dalam kehidupan manusia. Sejalan dengan hal tersebut, Djohar

(1987 dalam Suratsih, 2010) menyatakan bahwa terdapat enam syarat-syarat

sumber belajar, yaitu:

a.  Kejelasan potensi

 b. 

Kesesuaian dengan tujuan belajar

c.  Kejelasan sasaran

d. 

Kejelasan informasi yang dapat diungkap

e. 

Kejelasan pedoman eksplorasi

f.  Kejelasan perolehan yang diharapkan.

3.  Pembelajaran Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL)

a.  Pengertian dan karakteristik PBKL

Keunggulan lokal adalah segala sesuatu yang menjadi ciri khas

kedaerahan yang mencakup aspek ekonomi, budaya, teknologi informasi,

Page 4: Bab 21410160131

7/23/2019 Bab 21410160131

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410160131 4/13

12

komunikasi, ekologi dan sebagainya yang menjadi keunggulan suatu daerah,

(Dwitagama, 2007 dalam Asmani, 2012: 29).

Keunggulan lokal harus dikembangkan dari potensi daerah. Potensi daerah

merupakan potensi sumber daya spesifik yang dimiliki oleh suatu daerah,

misalnya potensi budidaya apel dan pariwisata yang dimiliki oleh kota Malang,

Jawa Timur. Menurut Ahmad Sudrajat konsep pengembangan keunggulan lokal

diinspirasi dari berbagai potensi, yaitu potensi sumber daya alam (SDA), sumber

daya manusia (SDM), potensi geografis, potensi budaya dan potensi historis,

(Asmani, 2012: 29-38).

Tujuan penyelenggaraan pendidikan berbasis keunggulan lokal adalah

agar siswa mengetahui keunggulan lokal daerah tempat mereka tinggal,

memahami berbagai aspek yang berhubungan dengan keunggulan lokal tersebut.

Kemudian mampu mengolah sumber daya, terlibat dalam pelayanan/jasa atau

kegiatan lain yang berkaitan dengan keunggulan lokal, sehingga memperoleh

 penghasilan sekaligus melestarikan budaya, tradisi, dan sumber daya yang

menjadi unggulan daerah, serta mampu bersaing secara nasional dan global,

(Asmani, 2012: 41).

Pembelajaran berbasis keunggulan lokal adalah suatu bentuk pembelajaran

yang memadukan sekolah dengan kebudayaan yang berkembang dimasyarakat.

Proses pembelajaran ini melibatkan masyarakat setempat dengan cara

menyesuaikan dan membawa budaya masyarakat setempat dengan bahan ajar di

sekolah. Tujuan pembelajaran dalam konteks ini dirumuskan bersama antara

guru, masyarakat (komite sekolah), pejabat pendidikan setempat dan komponen

lainnya.

Karakteristik utama pembelajaran berbasis keunggulan lokal adalah

dengan dimasukannya unsur-unsur potensi lokal setempat kedalam proses

 pembelajaran, mulai dari bahan ajar yang disesuaikan dengan dengan

kebudayaan lokal setempat, metode pengajaran yang menuntut siswa untuk

mampu mengkombinasikan keunggulan lokal dengan konsep pelajaran yag

dipelajarinya, serta berbagai media pembelajaran yang secara tidak langsung

dapat memadukan keunggulan lokal dengan pelajaran yang dilakukan disekolah.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam

melaksanakan proses pembelajaran berbasis keunggulan lokal antara lain: (1)mempersiapkan materi sesuai dengan kondisi budaya masyarakat yang akan

Page 5: Bab 21410160131

7/23/2019 Bab 21410160131

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410160131 5/13

13

diamati; (2) membuat bahan ajar yang disesuaikan dengan dengan kebudayaan

lokal setempat; (3) merancang skenario pembelajaran yang akan digunakan

selaras dengan tuntunan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan bersama

antara guru, masyarakat (komite sekolah), pejabat pendidikan setempat dan

komponen lainnya; (4) pemilihan metode dan media pengajaran yang menuntut

siswa untuk mampu mengkombinasikan kebudayaan lokal dengan konsep

 pelajaran yag dipelajarinya disekolah; (5) pembelajaran dapat dimulai dengan

memberikan tugas yang relevan.

Sedangkan menurut Ahmad (2012: 11) langkah-langkah yang dapat

dilakukan dalam pengembangan pendidikan berbasis keunggulan lokal adalah

sebagai beriku:

1. 

Penyusunan desain,

2.  Kajian konsep,

3.  Study literature dan lapangan,

4.  Penyusunan model,

5.  Uji coba model,

6.  Analisis hasil,

7. 

Perbaikan/penyempurnaan model,

8. 

Seminar (presentasi hasil),

9.  Finalisasi model, dan

10.  Pelaporan.

Berikut ini adalah strategi implementasi PBKL yang disampaikan oleh

Mursal, 2011 dalam Asmani, 2012: 62-63.

1. 

Tahap inventarisasi keunggulan lokal

Tahap ini dilakukan untuk mengidentifikasi seluruh keunggulan lokal

yang ada di daerah. Keunggulan lokal diinventarisasi dari setiap aspek

sumber daya manusia, sumber daya alam, geografis, sejarah, dan budaya

yang dapat dilakukan melalui teknik observasi, wawancara atau studi

literatur.

2. 

Tahap analisis kesiapan satuan pendidikan

Pada tahap ini pendidik atau tim yang ditugaskan sekolah

menganalisis semua kelebihan/keunggulan internal dan eksternal satuan

 pendidikan yang dilihat dari berbagai aspek dengan cara mengelompokkankeunggulan yang saling berkaitan satu sama lain.

Page 6: Bab 21410160131

7/23/2019 Bab 21410160131

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410160131 6/13

14

3. 

Tahap penentuan tema dan jenis keunggulan lokal

Tahap ini mempertimbangkan tiga hal, yaitu: 1) hasil inventarisasi

 potensi keunggulan lokal yang bernilai komparatif dan kompetitif, 2) hasil

analisis internal dan eksternal satuan pendidikan, serta 3) minat dan bakat

 peserta didik.

4.  Tahap implementasi lapangan

Tahap implementasi lapangan harus disesuaikan dengan kemampuan

masing-masing satuan pendidikan, mengacu pada hasil analisis factor

eksternal dan internal, hasil inventarisasi potensi keunggulan lokal, minat

serta bakat peserta didik. Selain itu, harus memperhatikan kompetensi yang

telah dikembangkan atau diterapkan.lebih baik yang dipilih adalah

keunggulan lokal yang dominan pada elemen  skill (keterampilan), sehingga

PBKL bias dilaksanakan melalui mata pelajaran keterampilan.

b. Agrowisata Durian Sinapeul sebagai Keunggulan Lokal Kecamatan

Sindangwangi, Majalengka

Dalam rangka mempercepat pencapaian visi Kabupaten Majalengka,

 pemerintah Kabupaten Majalengka memuliki rancangan visi untuk

kepariwistaan sesuai dengan Master Plan Kepariwisataan dan Desain ObjekWisata Kabupaten Majalengka 2006  –  2015 adalah “Majalengka sebagai salah

satu daerah tujuan wisata unggulan di Jawa Barat yang berbasis ekowisata dan

agrowisata”. Struktur wilayah pengembangan pariwisata dan satuan kawasan

unggulan di Kabupaten Majalengka, Kecamatan Sindangwangi, Rajagaluh,

Leuwimunding, Sukahaji, Cigasong dan Majalengka termasuk kepada kawasan

 pariwisata II tengah yang merupakan kawasan pengembangan antara Utara dan

Selatan yang menyediakan berbagai fasilitas daya tarik wisata alamiyah dan

 budaya khusus yang merupaka citra dari pariwisata Kabupaten Majalengka.

Kecamatan Sindangwangi merupakan salah satu daerah di Kabupaten

Majalengkan yang tersohor dengan keunggulan lokal daerahnya yaitu dengan

mengembangkan wisata agro dengan komoditas perlindungan tanaman lokal

durian Sinapeul.

Durian unggul asli Indonesia memiliki jenis yang beragam, diantaranya

adalah sukun, sunan, petruk, sitokong, hepe, perwira dan siriwig. Durian

Sinapeul merupakan salah satu jenis/ ragam durian yang dikembangkan dari

Page 7: Bab 21410160131

7/23/2019 Bab 21410160131

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410160131 7/13

15

durian lokal perwira. Sejak tahun 1993, durian ini telah dikembangkan dengan

menggunakan teknik perbanyakan tanaman yaitu dengan cara okulasi sebanyak

67 pohon yang ditanam pada lahan seluas areal 3/7 Ha untuk dijasikan sebagai

 pohon induk.

Teknik okulasi yang dikembangkan dalam perbanyakan tanaman

tersebut, hingga sekarang terus dikembangkan oleh kelompok usaha tani

masyarakat daerah Sinapeul yaitu kelompok usaha Sari Tani. Agrowisata Durian

sinapeul ini sudah banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal baik dengan tujuan

 berwisata keluarga maupun dengan tujuan penelitian dalam proses pembelajaran.

B.  Hasil Belajar

Peran guru dalam kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual,

menuntut guru mengkreasi lingkungan belajar secara positif (creating positive

learning environment ) dan memberdayakan peserta didik (empowering students).

Tujuannya adalah untuk mewujudkan pengelolaan kelas yang efektif dan inovatif,

sehingga dihasilkan lulusan yang berwawasan global dan kompehensif (Sudarwan,

2002).

Hasil Belajar merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang

telah melakukan suatu proses dari pengalaman belajar. Hasil belajar ini ditunjukkan

melalui perubahan perilaku yang semakin baik. Kemampuan-kemampuan yang

dimiliki dari hasil belajar ini merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari

 pengetahuan dalam proses belajar. Sehingga seseorang yang melakukan proses belajar

dalam hidupnya akan memiliki pengetahuan intelektual dan kemampuan (life skill )

yang diminatinya.

Menurut Sudjana (2012: 23-31) terdapat tiga ranah yang menjadi Objek

 penilaian hasil belajar, yaitu :

1. 

Ranah Kognitif

a.  Pengetahuan

Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge

dalam taksonomi Bloom. Pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus,

 batasan, definisi, istilah, pasal, nama tokoh, dan nama kota.

 b.  Pemahaman

Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah pemahaman. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu

Page 8: Bab 21410160131

7/23/2019 Bab 21410160131

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410160131 8/13

16

yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan,

atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain.

c.  Aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi

khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.

d. 

Analisis

Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau

 bagian-bagian sehingga jelas hirarki dan susunannya. Analisis merupakan

kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe

sebelumnya.

e. 

Sintesis

Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh

disebut sintesis.

f.  Evaluasi

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin

dilihat dari segi tujuan, cara kerja, pemecahan, metode, materi, dll.

2. 

Ranah Afektif

Ranah efektif berkenaan dengan sikap dan nilai. ada beberapa jenis kategori

ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau

sederhana sampai tingkat yang kompleks, yaitu :

a.  Reciving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan

(Stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi,

gejala, dan lain-lain.

 b.  Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap

stimulasi yang datang dari luar.

c. Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilaidan kepercayaan terhadap gejala

atau stimulus.

d. organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi,

termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai

yang telah dimilikinya.

e. karekteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai

yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dantingkah lakunya.

Page 9: Bab 21410160131

7/23/2019 Bab 21410160131

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410160131 9/13

17

3. 

Ranah Psikomotor

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skiil) dan

kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni :

a. 

Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).

 b.  Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.

c.  Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual,

membedakan auditif, motoris, dan lain-lain.

d.  Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan.

e. 

Gerakan-gerakan  skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada

keterampilan yang kompleks.

f.  Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti

gerakan ekspresif dan interpretatif.

Dari berbagai pengertian menurut para tokoh tersebut maka dapat penulis

simpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu sikap yang terbentuk dari proses

 pembelajaran yang melibatkan faktor-faktor tertentu seperti kognitif, afektif dan

 psikomotor. Selain itu hasil belajar juga bisa berupa kemampuan dan informasi

yang telah didapat selama proses pembelajaran.

C. 

Landasan Teori Spermatophyta 

Istilah Spermatophyta berasal dari bahasa Yunani, sperma berarti biji dan phyta

 berarti tumbuhan.  Kelompok tumbuhan ini tubuhnya dapat dibedakan antara akar,

 batang, dan daun. Pembuluh angkut berupa pembuluh-pembuluh halus,

memanjang mulai dari akar, melalui batang menuju daun. Ciri khas tumbuhan biji

adalah memiliki biji sebagai alat perkembangbiakan. Kebalikan dari spora yang

merupakan sel tunggal, biji adalah struktur multiseluler dan jauh lebih kompleks.

a. 

Perkembangbiakan (reproduksi) 

Perkembangbiakan secara generatif/seksual dengan membentuk biji yang

diawali dengan pembentukan gamet ( gametogenesis), penyerbukan ( polinasi),

 peleburan gamet jantan dan betina ( fertilisasi) yang menghasilkan Misal, kemudian

menjadi embrio.  Perkembangan secara vegetatif/aseksual dengan organ-organ

vegetatif (tunas, tunas adventif, rhizoma, stolon).

 b.  Klasifikasi Spermatophyta 

Berdasarkan bijinya, Spermatophyta dibedakan ke dalam dua sub divisio,yaitu:

Page 10: Bab 21410160131

7/23/2019 Bab 21410160131

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410160131 10/13

18

1) 

Gymnospermae (tumbuhan biji terbuka), ciri-cirinya adalah:

-  Bunganya berupa strobilus yang mampu menghasilkan sekret berupa tetes

getah yang berisi sel kelamin jantan pada strobilus jantan dan sel telur pada

strobilus betina

-  Bakal biji terdapat di luar permukaan dan tidak dilindungi oleh daun buah.

-  Merupakan tumbuhan heterospora yaitu menghasilkan dua jenis spora

 berlainan.

-  Dalam reproduksi terjadi pembuahan tunggal.

Manfaat gymnospermae yaitu untuk industri kertas dan korek api, untuk obat-

obatan, untuk makanan, tanaman hias

2) 

Angiospermae (tumbuhan biji tertutup)

Golongan tumbuhan berbiji tertutup disebut juga tumbuhan berbunga dan

masuk ke dalam divisi Magnoliophyta. Angiospermae dianggap sebagai

golongan tumbuhan dengan tingkat perkembangan yang tertinggi. Ciri-ciri

tumbuhan Angiospermae adalah sebagai berikut:

-  Memiliki bunga yang sesungguhnya

Memiliki daun yang pipih, lebar, dengan susunan tulang-tulang yang

 beraneka ragam

-  Bakal biji atau biji tidak tampak, karena terbungkus dalam suatu badan yang

 berasal dari daun buah, yaitu putik.

-  Selisih waktu yang relative pendek antara penyerbukan dan pembuahan

-  Adanya pembuahan ganda.

Angiospermae digolongkan ke dalam dua kelas, yaitu:

a)  Monocotyledon (monokotil)

Ciri-cirinya adalah memiliki kotiledon tunggal dan batang bagian atas

tidak bercabang. Famili yang termasuk pada tumbuhan monokotil adalah

 Liliaceae, Amarylidaceae, Poaceae, Zingiberaceae, Musaceae, Orchidaceae,

 Arecaceae, Areceae.

 b) 

 Dicotyledon (dikotil) 

Ciri utamanya adalah memiliki dua kotiledon (berkeping biji dua).

Famili yang termasuk pada tumbuhan ini adalah  Euphorbisceae, Moraceae,

 Papilionaceae, Caesa pipiaceae, Mimosaceae, Malvaceae, Born bacaceae, Rutaceae, myrtaceae, Verbenaceae, Rubiaceae.

Page 11: Bab 21410160131

7/23/2019 Bab 21410160131

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410160131 11/13

19

D.  Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suratsih (2010) yang berkaitan dengan

keterlaksanaan pembelajaran biologi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

atau Kurikulum 2006, menunjukkan bahwa potensi lokal yang dimiliki sekolah belum

dimanfaatkan secara optimal dalam kegiatan pembelajaran biologi, sedang pemanfaatn

 potensi sekolah merupakan salah satu karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan atau Kurikulum 2006. Penyelenggaraan pembelajaran biologi belum

mencerminkan karakteristik satuan pendidikan di tiap sekolah. Pembelajaran biologi

masih menggunakan acuan yang dikembangkan bersama dalam forum MGMP.

Belum banyak perubahan dalam pola pembelajaran biologi menggunakan

kurikulum 2006 dibandingkan dengan pola pembelajaran biologi menggunakan

kurikulum 1994. Artinya, pembelajaran biologi masih didominansi dengan metode

ceramah, interaksi antara subyek belajar dengan objek belajar biologi masih minim,

sedang hakikat pembelajaran biologi adalah terjadinya interaksi yang sesungguhnya

antara subyek belajar dengan objek belajar biologi. Objek belajar biologi berupa

makhluk hidup dan segala aspek kehidupannya.

Sedangkan Eny Winaryati melakukan penelitian mengenai pengembangan

model pembelajaran wisata lokal pada tahun 2010, menyatakan guru sains dituntut

untuk mengkreasi pembelajaran agar dapat memberikan pengalaman mendalam bagi

siswanya. Potensi daerah dengan segala kelebihan dan permasalahannya, dapat

dijadikan sumber belajar dan laboratorium bagi pembelajaran sains. Model

 pembelajaran wisata lokal menjadi sangat relevan untuk meningkatkan pembelajaran

sains menjadi lebih bermakna. Potensi daerah menjadi sangat penting untuk

didayagunakan melalui suatu konsep pembelajaran bermakna. Maka menjadi suatu

kebutuhan bagi lembaga pedidikan untuk mendesaian suatu model pembelajaran

 berpendekatan potensi daerah. Model pembelajaran yang didesain dan dikembangkan

dengan memanfaatkan kebutuhan daya saing global.

Berdasarkan hasil penelitian I Wayan Suastra dan Ketut Tika (2011) diperoleh

 bahwa model pembelajaran berbasis budaya dapat memberikan pengaruh yang lebih

 baik terhadap peningkatan prestasi belajar sains siswa dibandingkan dengan

menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini disebabkan karena beberapa

alasan,  pertama, model pembelajaran berbasis budaya dapat membantu siswa dalam

menjembatani antara pengetahuan budaya mereka dengan sains di sekolah.  Kedua,  pembelajaran berbasis budaya membuat siswa lebih mandiri dan memberikan peluang

Page 12: Bab 21410160131

7/23/2019 Bab 21410160131

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410160131 12/13

20

siswa untuk lebih mengeksplor kemampuannya sendiri.  Ketiga,  model pembelajaran

 berbasis budaya didesain berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran konstruktivisme

dimana pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa ( student centered ), sedangkan guru

hanya sebagai fasilitator dan mediator.

E.  Kerangka Pemikiran

Di dalam proses belajar mengajar di kelas sudah seharusnya guru memiliki

gaya mengajar yang baik, dimana guru harus memilki keterampilan dalam hal meramu

materi pembelajaran dengan mengaitkannya dengan konsep nyata dalam kehidupan

siswa sehari-hari di masyarakat, terutama dengan sains-sains lokal daerahnya sendiri.

Kegiatan pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar

siswa adalah dengan mengajak siswa untuk belajar dari potensi atau keunggulan lokal

yang ada disekitarnya. Keunggulan lokal yang berkaitan langsung dengan konsep

ekosistem adalah potensi yang dimiliki daerah agraris Majalengka khususnya Desa

Ujungberung Kecamatan Sindangwangi,yakni agrowisata durian yang dikelola oleh

kelompok usaha tani daerah setempat. Lokasi ini dapat dijadikan sebagai laboratorium

alam yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran biologi pada konsep

 plantae.

Berawal dari alasan di atas, maka peneliti mencoba menyusun pembelajaran

 biologi yang diterapkan dengan cara memasukkan keunggulan lokal agrowisata

sebagai refleksi konkrit pada sub konsep Spermatophyta di kelas X MAN Rajagaluh.

Secara skematis, kerangka pemikiran pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

Page 13: Bab 21410160131

7/23/2019 Bab 21410160131

http://slidepdf.com/reader/full/bab-21410160131 13/13

21

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran

F.  Hipotesis Penelitian

Terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa antara yang diterapkan

 pembelajaran biologi berbasis keunggulan lokal agrowisata durian Sinapeul dengansiswa yang tidak diterapkan pembelajaran biologi berbasis keunggulan lokal

agrowisata durian Sinapeul  pada sub konsep Spermatophyta di kelas X MA Negeri

Rajagaluh.

Solusi

Pembelajaran berbasis

keunggulan lokal

GuruSiswa

Peningkatan hasil belajar

siswa

Analisis

Evaluasi

Kesimpulan

Permasalahan

Interaksi

Pembelajaran konvensional(hanya berfokus pada buku

teks)