BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Arnold S...
Transcript of BAB 2 Landasan Teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Arnold S...
7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep balance scorecard
Pada tahun 1992, Kaplan dan Norton menulis serangkaian artikel yang
memperkenalkan konsep Balanced Scorecard. Konsep ini merupakan
pengukuran yang diyakini akan memberikan pandangan yang menyeluruh dan
cepat akan kondisi suatu organisasi bagi level/tingkat atas. Mereka beranggapan
bahwa tradisional pengukuran yang hanya menyertakan aspek finansial tidaklah
cukup, tapi diperlukan aspek lain lagi yang merupakan faktor menentukan bagi
keberhasilan finansial. Maka dalam konsep Balanced Scorecard (BSC),
ditambahkanlah tiga aspek sehingga diharapkan tercapai suatu kesinambungan,
yaitu : customer, internal busines process dan learning and growth.
Di dalam sebuah artikel Harvard Business Review yang di tulis oleh Robert S.
Kaplan dan David P. Norton, menceritakan balance scorecard sebagai tombol
dan indikator yang ada di dalam ruang cockpit sebuah pesawat terbang. Berbagai
kompleksitas yang diperlukan untuk membantu navigasi dan untuk
menerbangkan pesawat tersebut, seorang pilot membutuhkan informasi yang
detail di dalam segala aspek yang dibutuhkan sebagai informasi untuk membantu
mengendalikan pesawat. Seorang pilot membutuhkan informasi mengenai bahan
bakar pesawat, kecepatan angin, kecepatan, pesawat, ketinggian, tujuan dan
8
berbagai indikator yang dapat merangkum kondis i yang sedang terjadi dan
memprediksi akan apa yang harus pilot lakukan. Satu kesalahan di dalam
menetukan keputusan berdasarkan instrumen yang ada, dapat menjadi hal yang
sangat fatal. Hal ini sama seperti dengan kompleksitas di dalam mengatur sebuah
organisasi pada saat ini.
Balance scorecard dapat menjadi sebuah alat dimana para manager dapat
melihat bisnis dari empat sudut pandang penting untuk membantu menjawab
pertanyaan dasar :
• Bagaimana kita memandang pemegang saham? (Financial Perspective)
• Bagaimana cara customer memandang kita? (Customer Perspective)
• Apa yang menjadi keunggulan kita? (Internal perspective)
• Apakah kita bisa terus meningkatkan value dan membuat sesuatu yang
baru? (Innovation and Learning perspective)
Pada waktu memberikan informasi kepada manager senior dari keempat
perspektif tersebut, balance scorecard meminimalisasi berbagai informasi yang
sangat banyak dengan membatasi batas-batas pengukuran yang akan digunakan
sehingga mampu memberikan sebuah informasi yang cepat, efektif, dan efisien,
karena balance scorecard memaksa para manager untuk berfokus kepada hal-hal
yang kritikal.
9
Dalam jurnal Darshana Sedera, Kaplan menjelaskan bahwa banyak sekali
organisasi yang menggunakan metode balance scorecard untuk 1:
• Mengklarifikasi dan menterjemahkan visi dan strategi
• Mengkomunikasikan dan menghubungkan objectives strategic dan
pengukuran
• Perencanaan, set target dan menyelaraskan strategic initiatives.
• Meningkatkan dampak dari strategi dan meningkatkan pembelajaran dari
hasil analisis strategi tersebut.
1 A Balanced Scorecard Approach to Enterprise Systems Performance Measurement;2001; Darshana Sedera; Hal
10
Gambar 2.1 Balance Scorecard perspektif (Kaplan dan Norton,1992)
Keunggulan terbesar dari Balance Scorecard adalah memberikan wewenan g
pimpinan perusahaan melakukan peninjauan terhadap kegiatan perusahaan dari
empat atau sudut pandang yang saling bersangkutan satu sama lain. Hal ini akan
menghubungkan strategi dengan kinerja disamping itu tetap mempertahankan
pengukuran keuangan saat ini.
2.2 IT balance scorecard
Kemajuan teknologi dalam beberapa tahun terakhir, membuat perusahaan
merasakan kebutuhan untuk pengelolaan strategi TI yang sesuai dan sejalan
(align) dengan Business strategy. Menurut Martinsons, Davison, dan Tse (1999)
IT Balance Scorecard adalah alat untuk mengukur dan mengevaluasi aktivitas
11
sistem informasi dari empat perspektif yaitu : user orientation, business value,
internal process, dan future readiness2. Martinsons, Davison, dan Tse (1999)
menyarankan bahwa keempat perspektif Balanced Scorecard memerlukan
modifikasi agar dapat secara efektif menjadi IT Scorecard. Alasan mereka adalah
bahwa Unit TI dalam suatu perusahaan biasanya melayani kebutuhan internal,
dan proyek yang dilaksanakan biasanya dikerjakan untuk kepentingan end user
dan organisasi secara keseluruhan.
framework dasar dari keempat perspektif dapat dilihat pada tabel 2.1 dan
hubungan antara keempat perspektif dapat dilihat pada gambar 2.2.
Tabel 2.1 Empat perspektif IT Balance Scorecard menurut Martinsons3
User orientation Business Value
Misi : memberikan layanan dan
produk nilai tambah ke end-user
Tujuan : membangun dan menjaga citra
dan reputasi yang baik dengan end-
user; mencari kemungkinan
penggunaan TI; memuaskan kebutuhan
end-user; dan menjadikan penyedia
Misi : memberikan kontribusi
sehingga dapat memberikan nilai
bisnis
Tujuan : membangun dan menjaga
citra dan reputasi menejemen,
memastikan bahwa proyek-proyek
yang dikerjakan oleh divisi TI dapat
2 Maris Martinsons, Robert Davison, Dennis Tse ;The balanced scorecard: a foundation for the strategic management of information systems; 1999; Hal. 71
3 Maris Martinsons, Robert Davison, Dennis Tse ;The balanced scorecard: a foundation for the strategic management of information systems; 1999; Hal. 76
12
layanan dan produk TI yang disukai. memberikan nilai bisnis, pengendalian
biaya-biaya TI, dan memberikan
layanan-layanan yang terbaik kepada
pihak ketiga.
Internal Process Future readiness
Misi : menyediakan layanan dan
produk TI dengan cara yang efisien dan
efektif.
Tujuan : Mengantisipasi dan
memberikan saran terhadap permintaan
end-user dan manajemen, efisien dalam
merencanakan dan mengembangkan
aplikasi TI, efisien dalam
mengoperasikan dan mengelola
aplikasi TI, efisien dalam mendapatkan
dan menguji hardware dan software
baru, dan menyediakan pelatihan
dengan biaya efektif yang dapat
memuaskan end-user.
Misi : meyediakan peningkatan yang
berkelanjutan dan kesempatan untuk
menghadapi tantangan masa depan.
Tujuan : mengantisipasi dan bersiap
diri terhadap problem TI yang
mungkin muncul, secara berlanjut
meningkatkan keahlian TI melalui
pelatihan dan pengembangan, secara
berkala meng-upgrade aplikasi TI,
hardware, dan software, melaksanakan
riset terhadap teknologi baru dengan
biaya efektif dan kesesuaiannya
terhadap bisnis.
13
Gambar 2.2 Hubungan antara keempat perspektif dalam IT Balance Scorecard, menurut martinsons.4
IT balance scorecard adalah strategic management system dan di dalam
pembuatannya harus memiliki beberapa elemen penting 5yaitu :
• Misi : Memberi-tahukan tujuan dari perusahaan.
• Visi : Gambaran perusahaan dan apa yang akan dilakukan kedepan
• Tujuan strategis : terjemahan dari visi dan misi perusahaan
4 Maris Martinsons, Robert Davison, Dennis Tse ;The balanced scorecard: a foundation for the strategic management of information systems; 1999; Hal. 77
5 Maris Martinsons, Robert Davison, Dennis Tse ;The balanced scorecard: a foundation for the strategic management of information systems; 1999; Hal. 75
14
• Pengukuran kinerja : Tujuan strategis dapan diukur dengan baik dengan
menentukan indikator-indikator penting.
Sedangkan menurut Wim Van Grembergen di dalam bukunya yang berjudul
“Strategies for Information Technology”, bahwa IT Balance Scorecard adalah
sebuah alat yang dapat digunakan untuk mengukur dan mengatur kinerja TI dan
digunakan untuk menyelaraskan antara bisnis dan TI. 6Win Van Grembergen
berpendapat bahwa TI harus dikelola sebagai sebuah bisnis agar interaksi antara
strategi TI dan strategi bisnis harus bisa di jaga dan di atur dengan baik7.
Wim Van Grembergen menjelaskan bahwa perspektif user orientation mewakili
user evaluation, Operational Excellence mewakili proses pekerjaan departemen
TI di dalam develop dan deliver aplikasi, perspektif future orientation mewakili
sumber daya manusia dan sumber daya teknologi yang dibutuhkan untuk
memberikan layanan yang terbaik, dan perspektif business contribution
menjelaskan nilai bisnis yang dihasilkan dari investasi TI8.
6 Wim Van Grembergen, “Strategies for Information Technology Governance”;2004; Hal. 130.
7Wim Van Grembergen, “ Aligning Business and Information Technology through the Balanced Scorecard at a Major Canadian Financial Group: its Status Measured with an IT BSC Maturity Model”;2001;Hal.7
8 Wim Van Grembergen, “Strategies for Information Technology Governance”;2004; Hal. 131.
15
Tabel 2.2 Generik IT Balance Scorecard9
USER ORIENTATION BUSINESS CONTRIBUTION
Pertanyaan
Bagaimana user memandang
departemen TI?
Misi
Sebagai penyedia system informasi
yang efisien dan efektif
Sasaran
• Kepuasan User
• Sistem yang lebih bersahabat
dengan user (user friendly)
• Bekerja sama dengan user
Pertanyaan
Bagaimana manajemen memandang
departemen TI?
Misi
Untuk mendapatkan kontribusi bisnis
yang reasonable dari departemen TI
Sasaran
• Mengkontrol pengeluaran TI
• Nilai bisnis dari Proyek TI
• Penyediaan kapabilitas untuk
model bisnis yang baru
OPERATIONAL EXCELLENCE FUTURE ORIENTATION
Pertanyaan
Seberapa besar efektivitas dan efisiensi
Pertanyaan
Seberapa besar peluang posisi TI untuk
9 Wim Van Grembergen, “Strategies for Information Technology Governance”;2004; Hal. 131.
16
dari proses TI yang ada
Misi
Memberikan layanan system IT yang
efektif dan efisien.
Sasaran
• Efisiensi dan efektivitas dari
dampak pengembangan sistem
• Operasional yang efektif dan
efisien
menghadapi tantangan masa depan
Misi
Mengembangkan kesempatan untuk
menjawab tantangan masa depan
Sasaran
• Training dan edukasi staf TI
• Keahlian staf TI
• Penelitian terhadap teknologi yang
baru
• Membuat portfolio aplikasi
Dalam gambar 2.3 hubungan antara IT scorecard dan business scorecard dapat
diilustrasikan. Baik IT Development dan IT Operational. Balance scorecard
adalah enabler dari IT strategic balance scorecard yang menjadi enabler dari
business balance scorecard. Gabungan dari setiap scorecard yang dibuat
menjadi saling terkait dan akan menjadi faktor penting di dalam menyelaraskan
teknologi informasi dengan strategi bisnis dan akan membantu untuk
menentukan bagaimana nilai bisnis dapat diciptakan melalui teknologi informasi.
17
Gambar 2.3 IT Balance Scorecard casecade (Wim Van Grembergen, 2001) 10
Hubungan antara setiap perspektif dapat digambarkan dengan hubungan sebab-
akibat. Dari hubungan sebab-akibat ini dapat membantu kita bagaimana
memahami kontribusi TI terhadap bisnis akan terwujud.11
Membangun dasar pembelajaran adalah sebuah enabler (future orientation)
untuk melakukan peran dalam melaksanakan visi dan misi departemen TI
(operational excellence) dan menjadi enabler untuk mengukur sampai sejauh
mana harapan terhadap bisnis (Customer expectations) sehingga pada akhirnya
harus mengarah dan memastikan efektivitas dari IT governance (Corporate
Contribution).
10 Wim Van Grembergen, “Strategies for Information Technology Governance”;2004; Hal. 132.
11 Wim Van Grembergen, “Strategies for Information Technology Governance”;2004; Hal. 140.
18
Gambar 2.4 Hubungan sebab-akibat pada IT balance scorecard12
2.3 Analisis SWOT
Analisis SWOT (SWOT Analysis) adalah suatu metode perencanaan strategis
yang digunakan untuk menilai kembali faktor yang menjadi kekuatan
(Strengths), Kelemahan (Weaknesses), Peluang (Opportunities), dan Ancaman
(Threats) yang mungkin terjadi dalam mencapai suatu tujuan dari kegiatan
proyek/kegiatan usaha atau institusi/lembaga dalam skala yang lebih luas. Untuk
keperluan tersebut diperlukan kajian dari aspek lingkungan baik yang berasal
12 Wim Van Grembergen, “Strategies for Information Technology Governance”;2004; Hal. 140.
19
dari lingkungan internal maupun eskternal yang mempengaruhi pola strategi
institusi/lembaga dalam mencapai tujuan. Metode ini paling sering digunakan
dalam metode evaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan dilakukan.
Analisis SWOT hanya menggambarkan situasi yang terjadi bukan sebagai
pemecah masalah.
Johnson dan Scholes di dalam bukunya yang berjudul exploring corporate
strategy menjelaskan bahwa dalam penyusunan SWOT terdapat empat langkah
utama yang harus dilakukan, yaitu :
1. Mengidentifikasi existing strategy yang telah ada dalam institusi sebelumnya.
Strategi ini bisa jadi bukan merupakan strategi yang disusun berdasarkan
kebutuhan institusi menghadapi gejala perubahan lingkungan eksternal yang
ada melainkan merupakan strategi turunan yang telah ada sejak lama dipegang
institusi.
2. Mengidentifikasi perubahan-perubahan lingkungan yang dihadapi institusi
dan masih mungkin terjadi di masa mendatang.
3. Membuat cross tabulation antara strategi yang ada saat ini dengan perubahan
lingkungan yang ada.
4. Menentukan kategorisasi kekuatan dan kelemahan berdasarkan penilaian
apakah strategi yang saat ini ada masih sesuai dengan perubahan lingkungan
di masa mendatang : Jika masih sesuai strategi tersebut menjadi
kekuatan/peluang, dan sudah tidak sesuai merupakan kelemahan.
20
Analisis SWOT terdiri dari empat perspektif, yaitu:
1. Strengths (kekuatan)
merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau
konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan yang
terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
2. Weakness (kelemahan)
merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek
atau konsep bisnis yang ada.Kelemahan yang dianalisis merupakan yang
terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
3. Opportunities (peluang)
merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi.
Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau
konsep bisnis itu sendiri. misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah,
kondisi lingkungan sekitar.
4. Threats (ancaman)
merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat
mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
21
Tabel 2.3 Analisis SWOT
Hal-hal yang Positif
Untuk mencapai
tujuan
Hal-hal yang negatif
Yang mengganggu
pencapaian tujuan
Faktor internal
Strengths / Kekuatan
Sesuatu yang menjadi
kekuatan perusahaan di
dalam mencapai tujuan.
Weaknesses /
Kelemahan
Hal-hal yang buruk
yang menjadi
kelemahan perusahaan
di dalam mencapai
tujuan.
Faktor eksternal
Opportunities /
Kesempatan
Sesuatu yang baik yang
dapat menjadi peluang
yang dapat digunakan
untuk mencapai tujuan
perusahaan..
Threats / Ancaman
Sesuatu hal yang tidak
baik yang dapat
menjadi penghalang
bagi perusahaan di
dalam mencapai tujuan
perusahaan.
22
2.4 Analytic Hierarchy Process (AHP)
Untuk mendapatkan hasil dari IT Balance Scorecard dan mendapatkan nilai dari
Capability Maturity Model dapat menggunakan Analytic Hierarchy Process,
AHP pada IT Balance Scorecard hanya bertujuan untuk mendapatkan hasil KPI
yang telah ditetapkan. Jessica Keyes mengusulkan untuk pembobotan setiap IT
Balance scorecard dengan menggunakan metode AHP.
Menurut Jessica Keyes AHP adalah suatu metode yang digunakan untuk
menentukan prioritas elemen berdasarkan perhitungan matematis yang
menggunakan elemen-elemen yang ada kemudian dibandingkan dengan elemen-
elemen yang lain13.
AHP dikembangkan oleh Thomas Saaty sekitar tahun 1970an, dan merupakan
salah satu metode pembuat keputusan dengan menggunakan model matematis.
AHP membantu dalam penentuan prioritas antara item yang satu dengan item
lainnya dengan analisis perbandingan berpasangan dari masing-masing item.
AHP menggunakan skala prioritas dalam perbandingan antara satu item dengan
item lainnya. Berikut ini adalah skala prioritas yang digunakan pada metode
AHP.
Langkah-langkah umum penggunaan metode AHP dalam pemberian bobot
sesuai dengan prioritas item adalah sebagai berikut:
13 Jessica Keyes, Implementing The IT Balance Scorecard,2005, Hal. 399.
23
1. Pendefinisian masalah dan penetapan tujuan. Karena AHP sendiri juga
merupakan suatu metode pengambilan keputusan, maka perlu ditetapkan
tujuan dari penggunaan AHP ini, dimana dalam penelitian ini tujuan
utamanya adalah penentuan perspektif IT Balanced Scorecard yang paling
penting, kemudian diikuti dengan penentuan sasaran strategis yang paling
penting, dan terakhir adalah penentuan KPI yang paling penting.
2. Penyusunan masalah dalam struktur hirarki. Setelah didapatkan sasaran
dan KPI untuk masing-masing sasaran, selanjutnya dapat dibentuk hirarki.
Gambar 2.4 Struktur hirarki IT Balance Scorecard dalam AHP.
3. Menyusun prioritas untuk tiap elemen masalah pada tingkat hirarki.
Setelah proses ini akan didapatkan bobot untuk masing-masing elemen,
sehingga akan diketahui prioritas terpenting pada tiap-tiap elemen.
Langkah awal pada proses ini adalah dengan melakukan kuesioner
24
menggunakan kuesioner perbandingan berpasangan sehingga akhirnya
akan didapatkan matriks perbandingan dan juga bobot untuk masing-
masing elemen.
Berikut ini merupakan contoh kuesinoner perbandingan berpasangan yang
mengukur kepentingan atau prioritas dari tiap-tiap KPI.
Frekuensi pertemuan steering committee dari LOB IT.
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Indeks keterlibatan IT dalam pengembangan aplikasi strategis.
x
Pada contoh diatas berarti bahwa KPI frekuensi pertemuan steering
committee dari LOB IT lebih penting daripada KPI indeks keterlibatan IT
dalam pengembangan aplikasi strategis sebesar lima poin.
Frekuensi pertemuan steering committee dari LOB IT.
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Indeks keterlibatan bisnis dalam pengembangan aplikasi strategis.
x
Pada contoh diatas berarti bahwa KPI frekuensi pertemuan steering
committee dari LOB (Line Of Business) IT sama pentingnya dengan KPI
Indeks keterlibatan bisnis dalam pengembangan aplikasi strategis.
25
4. Pembobotan
Dari kuesinoer yang telah dibagikan dapat dirangkum dalam suatu tabel
perbandingan prioritas KPI. Berikut ini merupakan contoh tabel
perbandingan KPI dimana data didapat dari hasil pengambilan data
melalui kuesioner perbandingan berpasangan.
Tabel 2.4 Tabel perbandingan KPI
KPI 1 KPI 2 KPI 3 KPI 4
KPI 1 1 ½ 1/5 1/3
KPI 2 2 1 1/3 1
KPI 3 5 3 1 1/2
KPI 4 3 1 2 1
Dalam praktek sebenarnya KPI yang perlu dibandingkan dan didapatkan nilainya
adalah KPI yang beradai dibawah garis diagonal yang bernilai 1.
Sedangkan nilai KPI yang berada di atas garis diagonal yang bernilai 1 dapat
diperoleh dengan memanfaatkan persamaan matematika, yaitu jika A:B = X,
maka B:A = 1/X.
Setelah data diperoleh dari hasil kuesioner, maka dapat dilakukan pembobotan,
yaitu dengan cara membagi tiap-tiap nilai, dengan total nilai dalam satu kolom.
26
Sebagai contoh untuk KPI 1 yang mempunyai nilai 1, maka yang perlu dilakukan
adalah dengan membagi nilai 1 dengan total keseluruhan kolom, dalam hal ini 1,
2, 5, dan 3. Jadi 1 / (1 + 2 + 5 + 3), atau 1 / (11) , yaitu 0.09.
Berikut ini contoh hasil pembobotan yang dilakukan dengan rumus diatas.
Tabel 2.5 Tabel pembobotan
KPI 1 KPI 2 KPI 3 KPI 4
KPI 1 0.09 0.09 0.057 0.117
KPI 2 0.181 0.181 0.094 0.353
KPI 3 0.455 0.545 0.283 0.177
KPI 4 0.273 0.181 0.567 0.353
Selanjutnya akan dilakukan perumusan dari tabel pembobotan, sehingga akan
diperoleh bobot untuk masing-masing KPI. Rumus untuk memperoleh bobot
untuk tiap-tiap KPI adalah dengan menjumlahkan bobot tiap baris KPI kemudian
dibagi dengan total KPI, dalam hal ini berjumlah 4.
Berikut ini merupakan contoh perhitungan total bobot untuk tiap-tiap KPI.
KPI 1, (0.09 + 0.09 + 0.057 + 0.117) / 4 = 0.089 atau 8.9%
KPI 2, (0.181 + 0.181 + 0.094 + 0.353) / 4 = 0.202 atau 20.2%
KPI 3, (0.455 + 0.545 + 0.283 + 0.177) / 4 = 0.365 atau 36.5%
KPI 4, (0.273 + 0.181 + 0.567 + 0.353) / 4 = 0.344 atau 34.4%
27
Jadi bobot untuk KPI 1 adalah 0.089, bobot untuk KPI 2 adalah 0.202, bobot
untuk KPI 3 adalah 0.365 dan bobot untuk KPI 4 adalah 0.344.
Jika dijumlahkan antara 0.089 + 0.202 + 0.365 + 0.344, maka akan menghasilkan
total 1 atau jika diubah dalam persen adalah 100%.
Terdapat beberapa hal yang menjadi elemen dari contoh perhitungan bobot pada
tabel yang ada di atas.
a. Bobot.
Bobot didapat dari perhitungan tingkat kepentingan KPI dengan menggunakan
metode AHP yang telah dilakukan sebelumnya. Total keseluruhan bobot
haruslah 100%.
b. Target
Target merupakan sasaran pencapaian perusahaan dan nilainya ditentukan
oleh perusahaan.
c. Realisasi
Realisasi merupakan kenyataan kinerja dari tiap-tiap KPI.
d. Score
Score didapat dengan melihat tabel score. Score untuk tiap-tiap KPI dapat
sama dan dapat juga berbeda tergantung bagaimana pengukurannya.
28
e. Total
Total didapat dari perkalian antara score dengan bobot.
Dalam penerapan pengelolaan kinerja sistem dengan IT Balanced Scorecard
perlu adanya pembobotan untuk masing-masing perspektif, sasaran strategis, dan
key performance indicators yang telah ditetapkan. Pembobotan ini akan
menunjukkan prioritas antara satu point item dalam hal ini KPI, terhadap KPI
lainnya.
1. Pembobotan terhadap keempat perspektif IT Balanced Scorecard.
Pembobotan ini bertujuan untuk mendapatkan prioritas antara suatu
perspektif terhadap perspektif lainnya.
2. Pembobotan terhadap sasaran strategis.
Pembobotan ini bertujuan untuk mendapatkan prioritas antara suatu
sasaran strategis terhadap sasaran strategis lainnya baik dalam perspektif
yang sama atau secara global.
3. Pembobotan terhadap KPI.
Pembobotan ini bertujuan untuk mendapatkan prioritas antara satu KPI
terhadap KPI lainnya dalam suatu sasaran strategis.
29
Tabel 2.6 Perbandingan berpasangan berdasarkan AHP Saaty14
Nilai Definisi Penjelasan
1 Equally important Dua elemen yang memiliki tingat kepentingan
yang sama.
3 Moderately more
Important
Salah satu elemen dari dua elemen yang ada
cukup berpengaruh dari elemen yang lain.
5 Strongly more
Important
Salah satu elemen dari dua elemen yang ada
memiliki tingkat kepentingan yang lebih tinggi
dari elemen yang lain.
7 Very strongly
more important
Salah satu elemen memiliki pengaruh yang
tinggi dibandingkan dengan elemen yang lain.
9 Extremely more
Important
Terjadi perbedaan pengaruh yang sangat tinggi
antara elemen yang ada.
2,4,6,8 Intermediate
judgment values
Penilaian antara sama, sedang, sangat, sangat
kuat, dan sangat-sangat kuat.
Timbal
Balik
Bila elemen X adalah penilaian dari I yang
dibandingkan dengan J, maka 1/v adalah
penilaian dari J dibandingkan dengan I
14 Jessica Keyes, Implementing The IT Balance Scorecard,2005, Hal. 76.
30
2.5 Capability Maturity Model
Untuk mengukur IT balance scorecard Wim van Grembergen mengusulkan
untuk menggunakan suatu maturity model yang berdasarkan pada Capability
Maturity Model 15yang dibuat dari Oleh Software Engineering Institute.
Model penilaian yang digunakan :
Level 1 Initial
Ada bukti bahwa perusahaan telah mengakui adanya kebutuhan untuk suatu
sistem pengukuran untuk departemen TI. Dan adaknya pendekatan secara ad hoc
untuk mengukur TI yang ada sehubungan dengan dua kegiatan utama proses TI,
yaitu kegiatan operasional dan pengembangan sistem.
Level 2 Repeatable
Manajemen menyadari konsep IT balanced scorecard dan telah
mengkomunikasikan maksud dari adanya IT Balance Scorecard untuk
menentukan tindakan yang tepat. Langkah-langkah dikumpulkan dan disajikan
kepada manajemen ke dalam sebuah scorecard. hubungan antara hasil
pengukuran dan faktor pendorong kinerja didefinisikan secara umum, namun
belum tepat, hubungan antara pembuatan dokumentasi atau integrasi menjadi
proses perencanaan proses strategis dan operasional. Proses untuk pelatihan
scorecard dan review dilakukan secara informal.
15 15 Wim Van Grembergen, “Strategies for Information Technology Governance”;2004; Hal. 141
31
Level 3 Defined
Manajemen standar, IT balance scorecard didokumentasikan dan
dikomunikasikan melalui pelatihan formal. Proses scorecard telah memiliki
terstruktur dan telah terhubung dengan siklus perencanaan bisnis yang ada.
Kebutuhan untuk penyesuaian telah dikomunikasikan tetapi penyesuain tersebut
tidak konsisten. Manajemen memahami dan menerima kebutuhan untuk
mengintegrasikan IT balance scorecard dalam proses penyesuaian bisnis dan TI.
Upaya yang dilakukan untuk mengubah proses adalah melalui penyesuaian.
Level 4 Managed
IT balance scorecard diintegrasikan secara penuh ke dalam perencanaan strategis
dan operasional dan review sistem yang ada terhadap bisnis dan TI. Kaitan antara
ukuran hasil dan faktor pendorong kinerja secara sistematis ditinjau kembali dan
direvisi berdasarkan analisis dari hasil yang sudah ada. Adanya pengertian dan
pemahaman dari masalah yang ada di semua level departemen, yang didukung
oleh pelatihan formal. Target jangka panjang dan prioritas untuk TI ditetapkan
melalui proyek-proyek investasi dan terkait dengan IT scorecard. Pada akhirnya
hubungan dari tujuan individual terhubung dengan scorecard yang ada dan
intensif sistem yang ada terhubung dengan pengukuran IT Balance Scorecard.
Level 5 Optimized
IT Balance Scorecard secara penuh sesuai dengan framework bisnis manajemen
strategi dan visi yang ada secara berkala di review kembali. Pengukuran dan
32
hasilnya merupakan bagian dari hasil laporan kepada manajemen dan secara
sistematis ditindaklanjuti oleh manajemen senior dan TI. dan dilakukan
Monitoring, self-assessment dan komunikasi yang dapat digunakan di dalam
organisasi dan adanya penggunaan teknologi yang optimal untuk mendukung
pengukuran, analisis, komunikasi dan pelatihan.Penentuan penyesuaian
berdasarkan Capability Maturity Model adalah sebagai berikut :
Tabel 2.7 Pengukuran Maturity Level IT Balance Scorecard
Level Keterangan
Level 1 Adanya kebutuhan sistem pengukuran untuk TI
Level 2 Suatu scorecard telah diperkenalkan dan dikomunikasikan
Level 3 IT BSC telah distandarisasi, didokumentasi dan dikomunikasikan secara
resmi
Level 4 IT BSC telah diintegrasikan kedalam perencanaan operasional dan
strategis dan sistem review dari bisnis dan TI.
Level 5 IT BSC telah sesuai dan selaras dengan framework manajemen strategis
bisnis dan visi selalu di review, di update, dan ditingkatkan.