BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1...
8
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum
2.1.1 Komunikasi
Manusia tidak dapat dipisahkan dari komunikasi, bahkan sebelum
manusia terlahir ke dunia. Ketika masih di kandung ibunya, janin telah
melakukan beberapa tindak komunikasi sederhana, seperti menendang perut
ibunya ketika ia merasa tidak nyaman atau merespon panggilan ibunya.
Tanpa kita sadari pula, dalam setiap kegiatan sehari-hari kita telah
melakukan berbagai tindakan komunikasi. Komunikasi menjadi begitu
penting karena semua orang perlu untuk menyampaikan “sesuatu” (pikiran
atau perasaan) kepada orang lain ( Winarso, 2005: 1). Seperti pendapat yang
dikemukakan oleh Hoveland (Wiryanto, 2008: 6) bahwa komunikasi adalah
proses dimana individu mentransmisikan stimulus untuk mengubah perilaku
individu lain.
Selain hoveland, terdapat para ahli lain seperti Raymon S. Ross, Lyn,
Everett M. Rogers, Harold D. Lasswell, serta Shannon dan Weaver yang
mendefinisikan komunikasi menurut pandangannya masing-masing.
9
Raymon S. Ross (Wiryanto, 2008: 6) mendefinikan komunikasi “suatu
proses menyortir, memilih, dan mengirimkan symbol-simbol sedemikian rupa,
sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari
pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh sang komunikator.”
Everett M. Rogers dan Lawrence Kincaid dalam (Wiryanto, 2008: 6)
menyatakan bahwa komunikasi adalah “suatu proses dimana dua orang atau
lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain,
yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam.”
Shannon dan Weaver (Wiryanto, 2008: 7) mengemukakan bahwa
komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu
sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk
komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan
teknologi.
Sedangkan menurut Harold D. Lasswell (Effendy, 2009: 10), cara yang
tepat untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai
berikut : “who says what in which channel to whom with what effect?”
Mengacu pada paradigm Laswell tersebut, pengertian komunikasi dapat
dirumuskan sebagai proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan melalui media tertentu dengan menimbulkan efek tertentu.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
komunikasi adalah suatu proses dimana terjadi pembuatan, penyampaian, dan
10
pertukaran suatu informasi, gagasan atau pesan baik secara verbal maupun
nonverbal melalui media tertentu guna menimbulkan efek tertentu.
2.1.2 Public relations
Public relations menyangkut kepentingan setiap organisasi, baik
komersial mapun non-komersial. Sebenarnya, Public relations terdiri dari
semua bentuk komunikasi yang terselenggara antara organisasi dengan
publiknya baik dari dalam maupun dari luar organisasi tersebut (Jefkins,
2007 : 2).
Dewasa ini, terdapat banyak definisi Public relations yang telah
ditemukan untuk membantu kita memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam mengenai Public relations. Diantaranya terdapat pula definisi
yang dikemukakan para hli atau organisasi terkait.
British Institute of Public relations dalam Banik (2004 : 5)
mendefinisikan Public relations sebagai “deliberate, planned and
sustained effort to establish and maintain mutual understanding between
an organization with its public.” Public relations adalah upaya yang
disengaja, direncanakan dan dilakukan secaraterus menerus dengan
maksud untuk membangun dan menjaga adanya saling pengertian antar
organisasi dengan publiknya.
11
Menurut Jefkins (2007 : 10), Public relations adalah “semua bentuk
komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun keluar, antara
suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai
tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengetian.”
Edward L. Berneys dalam Rumanti (2004 : 23) menyatakan bahwa
Public relations mempunyai 3 macam arti, yakni sebagai berikut :
1. Memberi informasi kepada masyarakat.
2. Persuasi yang dimaksudkan untuk mengubah sikap dan tingkah laku
masyarakat terhadap lembaga, demi kepentingan dua belah pihak.
3. Usaha mengintegrasikan sikap dan perbuatan antara lembaga dengan
sikap atau perbuatan masyarakat dan sebaliknya.
Menurut Denny Griswold dalam Rumanti (2004 : 9), Public relations
adalah fungsi manajemen yang mengevaluasi perilaku publik,
mengidentifikasi kebijakan dan prosedur organisasi dengan kepentingan
publik dan melaksanakan program tindakan (komunikasi) untuk
mendapatkan pemahaman dan pengetian publik.
Menurut “Pernyataan Meksiko” (The Mexican Statement), hasil
pertemuan asosiasi-asosiasi Public relations seluruh duniapada tahun
1978 di Mexico City, praktik Public relations adalah :
12
“Sebuah seni sekaligus ilmu sosial yang menganalisis berbagai
kecendrungan, memperkirakan setiap kemungkinan
konsekuensinya, memberi masukan dan saran-saran kepada para
pemimpin organisasi, serta menerapkan program-program
tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi dan
kepentingan khalayaknya,” (Jefkins, 2007 : 10-11).
Dari pendapat para ahli dan organisasi diatas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Public relations merupakan upaya yang terencana dan dilakukan
secara terus-menerusuntuk menciptakan saling pengertian antara
satu organisasi dengan publiknya.
2. Public relations merupakan semua bentuk komunikasi yang
terencan oleh organisasi kepada publiknya.
3. Public relations merupakan tindak persuasi yang dimaksudkan
untuk mengubah sikap dan tingkah laku masyarakat terhadap
lembaga, demi kepentingan kedua belah pihak.
4. Public relations merupakan fungsi manajemen dalam
menganalisis setiap kecenderungan sehingga melaksanakan
program tindakan (komunikasi) untuk mencapai tujuan organisasi.
13
2.1.3 Strategi Komunikasi
Sebagai komunikator aktif, pada umumnya perusahaan harus menyusun
strategi komunikasi yang tepat dan cermat, karena komunikasi merupakan proses
yang sangat rumit dan kompleks. Untuk dapat membangun suatu strategi yang
benar, dibutuhkan pengertian akan strategi itu sendiri.
Menurut Effendy (2009 : 29) strategi adalah “perencanaan (planning) dan
manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan”. Sedangkan J. L.
Thompson (Oliver, 2007 : 2), mendefinisikan strategi sebagai berbagai cara
untuk mencapai suatu hasil akhir yang menyangkut tujuan dan sasaran
organisasi.
Strategi komunikasi oleh Effendy (2009 : 29) didefinisikan sebagai
panduan perencanaan komunikasi (communication planning) dengan manajemen
komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Strategi komunikasi harus mampu menunjukkan
bagaimana operasional praktisnya haru dilakukan.
Menurut Smith, tujuan umum dari suatu strategi komunikasi adalah untuk
membangun pengertian dan pemahaman, serta dukungan atas suatu ide, perkara,
jasa dan produk (2005 : 3).
14
2.1.4 Bauran Pemasaran (Promotion Mix)
Dalam penjualan produk atau jasa, tentunya pemasaran merupakan hal
utama yang harus diperhatikan. Saat itulah diperlukannya Bauran Pemasaran
atau Promotion Mix. Bauran Pemasaran menurut Kotler (2005 : 264) adalah
kelompok kiat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai sasaran
pemasarannya dalam pasar sasaran.
Kotler (2005 : 270) juga mengatakan bahwa unsur bauran promosi
(promotion mix) terdiri atas lima perangkat utama, yaitu :
1. Advertising : merupakan semua penyajian non personal, promosi ide-ide,
promosi produk atau jasa yang dilakukan sponsor tertentu yang dibayar
2. Sales Promotion : berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong
keinginan mencoba atau membeli suatu produk atau jasa.
3. Public relation and Publicity : berbagai program untuk mempromosikan
dan/atau melindungi citera perusahaan atau produk individualnya.
4. Personal Selling : Interaksi langsung dengan calon pembeli atau lebih
untuk melakukan suatu presentasi, menjawab langsung dan menerima
pesanan.
5. Direct marketing : penggunaan surat, telepon, faksimil, e-mail dan alat
penghubung nonpersonal lain untuk berkomunikasi secara dengan atau
15
mendapatkan tanggapan langsung dari pelanggan tertentu dan calon
pelanggan.
Hal tersebut diatas dapat menjadi acuan marketing bagi perusahaan produk
dan jasa dalam menjalankan tugas marketingnya, sehingga dapat mencapai
tujuan iklan dan pemasarannya.
2.1.5 Khalayak
Khalayak merupakan kelompok atau orang yang berkomunikasi dengan
suatu organisasi. Jefkins mengidentifikasi adanya 10 khalayak utama yang sering
menjadi subjek khalayak, yakni: (1) masyarakat luas, (2) calon pegawai atau
anggota, (3) para pegawai atau anggota, (4) pemasok jasa dan berbagai macam
barang, (5) para investor (pasar uang), (6) para distributor, (7) para konsumen
dan pemakai produk organisasi, (8) para pemimpin opini, (9) serikat-serikat
pekerja, dan (10) media massa (Jefkins, 2007: 80-81). Penelitian ini
berkonsentrasi pada strategi komunikasi ekternal yang dilancarkan pada jenis
khalayak:
1. Konsumen dan pemakai produk organisasi
Yang dimaksud konsumen dan pemakai produk organisasi bukan
hanya rumah tangga tetapi juga perusahaan pembeli dalam partai
16
besar yang lazim disebut dengan ‘pemasok sekunder’ (Jefkins, 2007:
84).
2. Pemimpin Opini
Mereka terdiri dari orang-orang yang berpengaruh sehingga setiap
pendapatnya bisa jadi menentukan naik-turunnya atau bahkan
jatuhbangunnya suatu organisasi (Jefkins, 2007: 84-85).
3. Media Massa
Media massa merupakan jalur penghubung langsung antara organisasi
dengan khalayaknya. Khalayak jenis ini memerlukan penanganan
yang berbeda dengan khalayak lainya; selain karena fungsi
strategisnya tersebut, media massa memiliki kekuasaan atau kekuatan
guna menentukan apa yang akan dibaca oleh para pembaca karena ia
dapat mengatur isi pemberitaannya sesuai dengan agendanya (Jefkins,
2007:85).
2.1.6 Perusahaan Pelayanan Publik
Pelayanan publik sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik pasal 1 ayat
(1), adalah “kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap
17
warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan / atau pelayanan administratif
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.”
Pada ayat kedua, dijelaskan bahwa organisasi penyelenggara pelayanan
publik adalah:
“satuan kerja penyelenggara pelayanan publik yang berada di
lingkungan institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga
independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk
kegiatan pelayanan publik, dan bada hukum lain yang dibentuk
semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.”
Ruang lingkup pelayanan publik sebagaimana yang diatur dalam
Undang-undang tersebut pasal 5 ayat (1) meliputi pelayanan barang dan jasa
publik serta pelayanan administratif yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan. Ruang lingkup tersebut pada ayat kedua disebutkan meliputi
pendidikan, pengajaran, pekerjaan, dan usaha, tempat tinggal, komunikasi dan
informasi, lingkungan hidup, kesehatan, jaminan sosial, energi, perbankan,
perhubungan, sumber daya alam, pariwisata, dan sector strategis lainnya.
Dalam Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25
Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik perihal pasal 5 ayat 3 huruf b, dituliskan
bahwa salah satu barang publik produksi dari kegiatan penyelenggara pelayanan
18
publik adalah air bersih hasil pengelolaan perusahaan daerah air minum
(PDAM).
2.1.7 Kerangka Pemikiran
Penelitian yang berjudul “Strategi Komunikasi Eksternal Public Relation
PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) Dalam Menghadapi Krisis Air di Daerah
Jakarta Utara,” memiliki kerangka pemikiran sebagai berikut :
Kerangka Pemikiran
Saran Penelitian
Identifikasi Masalah
Ruang Lingkup
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Simpulan Penelitian
19
2.2 Teori Khusus
2.2.1 Tujuan Komunikasi
R. Wayne Pace, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnett menyatakan
bahwa tujuan sentral kegiatan komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama
(Effendy, 2009: 32) yaitu :
1. To secure understanding : memastikan bahwa komunikan mengerti isi
pesan yang diterimanya.
2. To establish acceptance : bagaimana penerimaan itu terus dibina dengan
baik.
3. To motivate action : memotivasi untuk melakukan suatu aksi.
Selain itu, Gerhard Maletzke dalam Effendy (2009 : 33) menyatakan
bahwa faktor yang juga penting dalam komunikasi adalah “The goals which
the communicator sought to achieve ”atau tujuan yang hendak dicapai oleh
pihak komunikator dari proses komunikasi tersebut. Jadi selain memastikan
bahwa terjadi suatu pengertian dalam berkomunikasi, terus membina
penerimaan dengan baik, dan memotivasi, tujuan komunikasi adalah
mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh komunikator.
20
2.2.2 Model Komunikasi
Menurut Mulyana (2007 : 133) model adalah representasi suatu
fenomena, baik nyata maupun abstrak, dengan menonjolkan unsure-unsur
terpenting fenomena tersebut; namun model bukanlah fenomena itu sendiri. Ia
juga menjelaskan bahwa model komunikasi dipakai sebagai alat untuk
menjelaskan fenomena komunikasi dan mempermudah penjelasan tersebut.
Gordon Wiseman dan Larry Barker dalam Mulyana (2007 : 133)
menyatakan bahwa tiga fungsi model komunikasi adalah (1) melukiskan suatu
proses komunikasi, (2) menunjukkan hubungan visual dan (3) membantu
dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi.
Gambar 1 Model Komunikasi Kotlers
Sumber : Effendy, 2009 : 18
Unsur-unsur komunikasi yang terkandung dalam model komunikasi di
atas merupakan faktor-faktor kunci yang perlu diperhatikan untuk
Sender Encoding Receiver Decoding
Media
Message
Noise
Feedback Response
21
menciptakan komunikasi yang efektif. Penjelasan mengenai unsur-unsur
tersebut adalah sebagai berikut (Effendy, 2009 : 18-19) :
1. Sender adalah komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang
atau sejumlah orang .
2. Encoding adalah penyandian, yakni proses pengalihan pikiran kedalam
bentuk lambang.
3. Message adalah pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna
yang disampaikan oleh komunikator.
4. Media adalah saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari
komunikator kepada komunikan.
5. Decoding adalah pengawasandian, yaitu proses dimana komunikan
menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator
kepadanya.
6. Receiver adalah komunikan yang menerima pesan dari komunikator.
7. Response adalah tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah
diterpa pesan.
8. Feedback adalah umpan balik, yakni tanggapan dari komunikan apabila
tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.
22
9. Noise adalah gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses
komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang
berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator.
2.2.3 Proses Komunikasi
Proses Komunikasi menurut Effendy (2009 : 11) adalah “proses
penyampaian pikiran atau perasaan kepada seseorang (komunikator) kepada
orang lain (komunikan). Pikiran tersebut dapat berupa gagasan, informasi,
opini, dan lain-lain yang muncul di benaknya.” Menurutnya (2009 : 11) proses
komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan sekunder
2.2.3.1 Proses Komunikasi Secara Primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan
atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang
(simbol) sebagai media. Lambang tersebut adalah bahasa, kial (gesture),
isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu
menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan
(Effendy, 2009 : 11).
23
2.2.3.2 Proses Komunikasi Sekunder
Effendy (2009 : 16) menjelaskan bahwa proses komunikasi sekunder
adalah “proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang
sebagai media pertama.”
Seorang komunikator menggunakan media sekunder dalam melancarkan
komunikasinya karena komunikannya berada di tempat yang relatif jauh atau
jumlahnya banyak. Surat kabar, radio, televise, majalah, surat, dan lain
sebagainya merupakan media kedua yang sering digunakan untuk mencapai
komunikan dalam jumlah banyak (Effendy, 2009 : 17).
2.2.4 Hambatan Komunikasi
Menurut Effendy (2009 : 11-16), faktor-faktor penghambat dalam
komunikasi adalah sebagai berikut :
1. Hambatan sosio-antro-psikologis
Prose komunikasi bersifat konteks situasional (situational contexts). Oleh
karena itu, komunikator hendaknya memperhatikan situasi, pasalnya
situasi sangat mempengaruhi kelancaran komunikasi, terutama situasi
yang berkaitan dengan faktor sosiologis, antropologis, dan psikologis
komunikan.
24
a. Hambatan sosiologis
Sosiologi adalah ilmu yang mempeljari tentang masyarakat. Dengan
demikian, hambatan sosiologis adalah hambatan yang berhubungan
dengan sosiologi (masyarakat). Masyarakat menurut Effendy (2008 :
12) terdiri dari berbagai golongan dan lapisan yang menimbulkan
perbedaan dalam status sosial, agama, tingkat pendidikan, tingkat
kekayaan, dan sebagainya, yang kesemuanya dapat menjadi hambatan
bagi kelancaran komunikasi.
b. Hambatan Antropologis
Dalam melancarkan komunikasi, seorang komunikator tidak akan
berhasil apabila ia tidak mengenal siapa komunikan yang dijadikan
sasarannya. Mengenal berarti tidak hanya mengetahui siapa namanya,
melainkan mengetahui dan mengenal komunikannya dari segi
antropologisnya juga, misalnya jenis ras, gaya hidup, bahasa
kebiasaan, serta norma yang dianutnya. Effendy (2008: 12).
Contohnya ketika menjadi pembicara di suatu pesantren, seorang
pembicara akan lebih mudah diterima oleh para komunikan jika
berpakaian sopan, dibandingkan ketia mengenakan rok mini. Hal ini
dikarenakan norma dan kebiasaan yang dianut oleh khalayak tersebut.
25
c. Hambatan Psikologis
Faktor psikologis sering kali menjadi hambatan dalam komunikasi.
Hal ini umumnya dikarenakan sang komunikator sebelum
melancarkan komunikasi tidak mengkaji diri komunikan terlebih
dahulu. Komunikasi akan sulit untuk berhasil apabila komunikan
sedang sedih, bingung, marah, kecewa, menaruh prasangka, dan lain
sebagainya (Effendy 2009 : 12).
Prasangka merupakan salah satu hambatan berat dalam kegiatan
komunikasi, karena orang yang berprasangka pada umumnya akan
menarik kesimpulan tanpa menggunakan rasional, dan cenderung akan
menentang apa yang dikomunikasikan oleh komunkator. Prasangka
sebagai faktor psikologis dapat disebabkan oleh aspek antropologis
dan sosiologis. Disebabkan latar belakang mereka yang mungkin
berbeda dengan komunikator dan membawa pengalaman atau label
yang salah mengenai suatu permasalahan atau sang komunikator
sendiri (Effendy 2009 : 13).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ketiga faktor diatas saling
mempengaruhi satu sama lain. Oleh karena itu, komunikator hendaknya
mengkaji terlebih dahulu kondisi sosiologis, antropologis, sosiologis
khalayaknya sehingga dapat mengantisipasi penolakan dan dapat
membangun strategi komunikasi yang tepat dalam menghadapi hambatan
tersebut.
26
2. Hambatan Semantis
Menurut Effendy (2009 : 14), faktor semantis menyangkut bahasa yang
dipergunakan komunikator sebagai media untuk menyalurkan pikiran dan
perasaannya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasinya seorang
komunikator harus benar-benar memperhatikan hambatan ini, sebab salah
ucap atau salah tulis dapat menimbulkan salah pengertian
(misunderstanding) atau salah tafsir (misinterpretation), yang
padagilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication).
Jadi, untuk menghilangkan hambatan semantis dalam komunikasi, seorang
komunikator harus mengucapkan pernyataannya dengan jelas dan tegas,
memilih kata-kata yang tidak menimbulkan persepsi salah (dikarenakan
faktor sosio-antro-psikologis komunikan), dan disusun dengan kalimat
kalimat yang logis (Effendy, 2009 : 15).
3. Hambatan Mekanis
Hambatan mekanis dijumpai pada media sekunder yang dipergunakan
dalam melancarkan komunikasi. Banyak contoh yang terdapat dalam
kehidupan sehari-hari, misalkan berita surat kabar yang sulit dicari
sambungan kolomnya, suara yang tidak jelas oleh penyiar radio, gambar
televisi yang tidak jelas, dan lain sebagainya. Hambatan pada beberapa
media mungkin tidak dapat diatasi oleh komunikator misalnya hambatan
yang dijumpai pada surat kabar, radio, dan televise (Effendy, 2009 : 15).
27
4. Hambatan Ekologis
Hambatan ekologis disebabkan oleh gangguan terhadap proses
berlangsungnya komunikasi yang datangnya dari lingkungan. Misalkan,
hujan yang tiba-tiba turun ketika komunikator sedang berpidato di ruang
terbuka, hal tersebut akan membuat khalayak tidak konsen, mereka
mungkin akan berlarian mencari tempat berteduh; atau kalaupun mereka
bertahan, konsentrasi mereka akan tereduksi oleh suara hujan dan petir
(Effendy, 2009 : 16).
2.2.5 Fungsi Public relations
Onong Uchjana Effendy (Ruslan, 2002 : 9) mengemukakan bahwa empat
fungsi dari Public relations, yaitu :
1. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi.
2. Membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publik.
3. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik dengan menyebarkan
informasi dari organisasi kepada publik dan menyalurkan opini publik
kepada organisasi.
4. Melayani publik dan menasihati pimpinan organisasi demi
kepentingan umum.
28
5. Operasionalisasi dan organisasi Public relations adalah bagaimana
membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publiknya,
untuk mencegah terjadinya rintangan psikologis, baik yang
ditimbulkan dari pihak organisasi maupun dari pihak publiknya.
Menurut Rumanti (2004 : 32) pada dasarnya fungsi Public relations
adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh goodwill, kepercayaan,
saling adanya pengertian dan citra yang baik dari publik.
2. Memiliki sasaran untuk menciptakan opini publik yang bisa diterima
dan menguntungkan semua pihak.
3. Unsur penting dalam manajemen guna mencapai tujuan yang spesifik,
sesuai harapan publik, tetapi merupakan kekhasan organisasi atau
perusahaan. Sangat penting bagaimana organisasi memiliki warna,
budaya, citra dan suasana yang kondusif; peningkatan kinerja dan
produktivitas bisa dicapai secara optimal.
4. Upaya menciptakan hubungan yang harmonis antara organisasi atau
perusahaan dengan publiknya, internal atau eksternal melalui proses
timbal balik, sekaligus menciptakan opini publiksebagai efeknya,
yang sangat berguna sebagai input bagi organisasi yang bersangkutan.
Dari para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa fungsi Public relations
adalah sebagai berikut :
29
1. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi
dan memenuhi harapan publik.
2. Membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publik, baik
publik eksternal maupun internal. Sehingga dapat memperoleh
goodwill, kepercayaan, saling adanya pengertian dan citra yang baik
dari publik.
3. Menjadi jembatan komunikasi antara publik dengan organisasi,
sehingga tercipta suatu komunikasi yang timbale balik dan
mendukung keharmonisan diantara keduanya.
4. Melayani publik dan menasihati pimpinan organisasi demi
kepentingan umum.
2.2.6 Peranan Public relations
Menurut Dozier dan Broom dalam Ruslan (2002 : 20 - 21), peranan
Public relations dalam suatu organisasi dapat dibagi menjadi empat kategori,
yakni sebagai berikut :
1. Penasehat Ahli
Seorang praktisi Public relations yang berpengalaman dan memiliki
kemampuan tinggi dapat membantu mencarikan solusi dalam
30
penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya (public
relationship).
2. Fasilitator Komunikasi
Dalam hal ini, praktisi Public relations bertindak sebagai
komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen dalam
mendengarkan apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya,
serta mampu menjelaskan kembali keinginan dan harapan organisasi
kepada publiknya. Sehingga dengan komunikasi timbal balik tersebut
dapat tercipta saling pengertian, mempercayai, mengharga,
mendukung dan toleransi yang baik dari kedua belah pihak.
3. Fasilitator Proses Pemecahan Masalah
Hal ini dimaksudkan untuk membantu pimpinan organisasi baik
sebagai penasehat (adviser) hingga mengambil tindakan eksekusi
(keputusan) dalam mengatasi persoalan atau krisis yang tengah
dihadapi secara rasional dan professional.
4. Teknisi Komunikasi
Peranan ini menjadi praktisi Public relations sebagai journalist in
resident yang hanya menyediakan layanan teknis komunikasi dalam
komunikasi organisasi, baik secara vertikal (atasan ke bawahan atau
sebaliknya) dan horizontal (komunikasi antara satu level).
31
2.2.7 Ruang Lingkup Public relations
Ruang lingkup tugas public relations dalam sebuah organisasi menurut
Ruslan (2002 : 23) antara lain meliputi aktivitas-aktivitas membina hubungan
kedalam dan luar organisasi.
Publik internal perusahaan adalah publik yang menjadi bagian dari
organisasi itu sendiri. Seorang public relations harus mampu mengidentifikasi
atau mengenali hal-hal yang menimbulkan gambaran negative didalam
publiknya, sebelum organisasi menjalankan suatu kebijakan sehingga dapat
mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan muncul. Kemudian aktivitas
public relations dalam membina hubungan dengan publik eksternalnya adalah
untuk mengusahakan sikap serta gambaran publik umum (di luar organisasi)
yang positif mengenai perusahaan yang diwakilinya (Ruslan, 2002 : 23).
Dengan demikian , dapat disimpulkan bahwa peran public relations pada
dasarnya bersifat dua arah, yaitu berorientasi kedalam (inward looking) dan
keluar (outward looking).
2.2.8 Tugas Public relations
Dalam Rumanti (2004 : 39-40) dijelaskan bahwa terdapat lima tugas
pokok Public relations, yang adalah sebagai berikut :
32
1. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas penyampaian
informasi secara lisan, tertulis, visual (melalui gambar) kepada
publik, supaya public mempunyai pengertian yang benar tentang
organisasi, tujuan, serta kegiatan yang dilakukan.
2. Memonitor, merekam dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat
umum atau masyarakar.
3. Memperbaiki citra organisasi. Bagi seorang Pbulic Relations, citra
yang baik tidak hanya terletak pada bentuk gedung , presentasi, dan
seterusnya, tetapi terletak pada : (1) Bagaimana organisasi bisa
mencerminkan organisasi yang dipercayai, memiliki kekuatan,
mengadakan perkembangan secara berkesinambungan yang selalu
terbuka untuk dievaluasi; (2) dapat dikatakan bahwa citra itu
merupakan gambaran komponen yang kompleks.
4. Tanggung jawab sosial. Public relations merupakan instrumen untuk
bertanggung jawab kepada semua kelompok yang berhak (baik publik
internal maupun publik eksternal) atas tanggunga jawab sendiri.
5. Komunikasi. Dalam menjalankan fungsinya, public relations
menerapkan komunikasi timbal balik kepada tiap publiknya.
33
2.2.9 Strategi Perencanaan Komunikasi
Perencanaan strategi komunikasi mempuyai berbagai pilihan tentang apa
yang akan dilakukan dan disampaikan oleh perusahaannya terhadap suatu
kondisi. Pilihan tersebut dapat berupa strategi proaktif maupun reaktif.
Strategi proaktif adalah pendekatan strategi yang memudahkan
perusahaan untuk mewujudkan suatu program komunikasi yang sesuai dengan
kebutuhan dan kepentingannya. Strategi ini merupakan strategi yang sangat
efektif karena diimplementasikan berdasarkan perencanaan perusahaan.
Termasuk diantaranya adalah strategi aksi (action strategies) dan strategi
komunikasi (communication strategies) (Smith, 2005 : 82).
2.2.10 Taktik Komunikasi
Taktik komunikasi merupakan elemen yang terlihat dari suatu
perencanaan strategi, yakni apa yang orang lihat dan kerjakan dalam rencana
strategi komunikasi (Smith, 2005 : 157).
Terdapat empat kategori taktik komunikasi (Smith, 2005 : 159), yakni
interpersonal communication (komunikasi interpersonal), organizational media
(media organisasi), news media (media massa), advertising and promotional
media (iklan dan media promosi).
34
2.2.10.1 Komunikasi Interpersonal
Taktik komunikasi ini menawarkan keuntungan strategis karena taktik ini
dapat dikontrol oleh perusahaan dimana pesan dan cara penyampaian pesan
dapat diatur sesuai dengan kebutuhan atau kepentingan perusahaan. Taktik ini
sangat persuasif, selain karena dapat dikontrol, organisasi juga dapat
berkomunikasi secara mendalam dan dua arah dengan publiknya (Smith, 2005 :
160-161).
Komunikasi interpersonal dapat dilakukan dengan melibatkan personal
khalayak (personal involvements). Dengan melibatkan personal khalayak secara
aktif dan menyediakan wadah untuk berkomunikasi secara dua arah, perusahaan
dapat mewujudkan suatu saling pengertian diantara kedua belah pihak. Perlibatan
personal khalayak dapat dilaksanakan dengan site visit (kunjungan ke
perusahaan) untuk melihat proses produksi, operasional perusahaan dan
sebagainya. Sehingga publik merasa dekat dengan perusahaan, mengetahui
proses pembuatan produk, mengetahui proses perbaikan di lapangan, lainnya
(Smith, 2005 : 162).
Selain itu, taktik komunikasi interpersonal dapat diwujudkan dengan
menyediakan program pertukaran informasi dengan publik. Pertukaran informasi
dapat dilakukan dengan melakukan gathering, pertemuan informal, pameran,
demonstrasi produk, pidato dan lain sebagainya (Smith, 2005 : 163-165).
35
Special event juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan komunikasi
interpersonal (Smith, 2005 : 165-168), seperti perayaan hari raya tertentu, kontes
olah raga, karnaval, parade, malam dana, dan sebagainya.
2.2.10.2 Media Organisasi
Media organisasi dapat digunakan untuk menjangkau publik yang
tersebar secara luas dan jumlahnya terlalu besar, sehingga tidak memungkinkan
untuk mengimplementasikan taktik komunikasi interpersonal. Media organisasi
juga memiliki kelebihan dalam hal memberikan pengaruh hingga tingkat
menengah. Pada umumnya media organisasi diproduksi untuk memenuhi
kebutuhan para pencari informasi, seperti wartawan, masyarakat yang
berkepentingan, penjelajah web, dan sebagainya (Smith, 2005 : 171).
Media organisasi dapat berupa newsletter, brosur, flyer, fact sheet, user
kits, surat katalog, poster, bill insert (penyisipan beberapa kalimat pesan di faktur
tagihan), surat elektronik (e-mail), dan website (Smith, 2005 : 171-180).
2.2.10.3 Taktik Media Massa
Media massa merupakan sarana komunikasi yang menyediakan
presentasi yang kredibel kepada khalayak luas. Taktik media masa dapat berupa
media cetak (Koran, majalah), media elektronil (televisi, radio), dan media massa
36
interaktif (press conference, interview, talkshow). Taktik ini mempunyai banyak
kelebihan seperti (1) Menjangkau khalayak yang banyak dan luas, (2) Dapat
diperoleh dengan gratis melalui publisitas. Akan tetapi, taktik ini berhubungan
dengan media massa yang tidak dapat dikontrol, namun dengan demikian ia
dipercayai sebagai media yang kredibel (Smith, 2005 : 181).
Taktik Yang sering dilakukan perusahaan adalah menyediakan lembar
fakta, press release, kesempatan wawancara secara langsung dengan spoke-
person dari internal perusahaan, press conference, dan sebagainya bagi para
wartawan (Smith, 2005 : 181).
2.2.10.4 Iklan dan Media Promosi
Taktik ini mengkombinasikan kelebihan taktik media organisasi dan
media massa. Seperti halnya dengan media organisasi, isi dari iklan dan media
promosi dapat dikontrol oleh perusahaan. Selain itu juga dapat menjangkau
khalayak luas dan banyak, sesuai dengan segmentasi khalayak media massa yang
dipakai (Smith, 2005: 201).
2.2.11 Korelasi Antarkomponen Komunikasi dalam Strategi Komunikasi
Pendekatan suatu strategi dapat berbeda sewaktu-waktu bergantung pada
situasi dan kondisi yang ada. Oleh karena itu, dalam merancang suatu strategi
komunikasi perlu diperhitungkan faktor penghambat dan pendukung yang ada
dalam tiap komponen komunikasi seperti sasaran komunikasi (komunikan),
media, pesan, dan komunikator (Effendy, 2009: 32, 35-39).
37
2.2.11.1 Mengenali Sasaran Komunikasi
Sebelum melancarkan komunikasi, penting untuk dipelajari terlebih
dahulu siapa saja dan bagaimana kondisi sasaran komunikasi. Hal yang perlu
diperhatikan dari komunikan adalah faktor-faktor berikut:
1. Faktor kerangka referensi komunikan
Pesan komunikasi yang akan disampaikan kepada komunikan harus
disesuaikan dengan kerangka referensinya. Kerangka referensi
seseorang terbentuk dalam dirinya sebagai hasil dari panduan
pengalaman, pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status sosial,
ideologi, cita-cita dan sebagainya. Kerangka referensi seseorang akan
berbeda dengan orang lain (Effendy, 2009: 36).
2. Faktor situasi dan kondisi komunikan
Yakni situasi atau kondisi fisik dan psikis komunikan pada saat
menerima pesan komunikasi. Komunikasi akan menjadi tidak efektif
apabila komunikator masuk pada saat yang tidak tepat, seperti saat
komunikan sedang marah, sedih, bingung, sakit dan sebagainya
(Effendy, 2009: 36-37).
Untuk mempermudah dalam mengenalinya, publik dapat diklasifikasikan
ke dalam beberapa kelompok (Winarso, 2005: 18-20):
38
1. Secara demografis
Publik yang terkumpul di suatu tempat atau wilayah tertentu di mana
mereka mempunyai minat dan perhatian yang sama terhadap suatu
hal (2005: 18).
2. Secara psikologis
Publik yang mempunyai minat, kepentingan, kebutuhan, dan
perhatian yang sama terhadap suatu hal (2005: 18).
3. Secara sosiologis
Publik yang memiliki karakteristik sama mengenai tingkat
pendidikan, rentang umur, agama, latar belakang budaya, adat istiadat
dan sebagainya (2005: 19-20).
2.2.11.2 Pemilihan Media Komunikasi
Untuk mencapai sasaran komunikasi, komunikator dapat memilih salah
satu atau gabungan dari berbagai media, bergantung pada tujuan yang akan
dicapai, pesan yang akan disampaikan, dan teknik yang dipergunakan (Effendy,
2009: 37).
39
2.2.11.3 Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi
Pesan komunikasi mempunyai tujuan tertentu. Salah satu hal penting
yang harus dicermati seorang komunikator adalah pengertian khalayak akan
pesan dari komunikasinya. Pesan komunikasi terdiri atas isi pesan (the content of
the message) dan lambang (the symbol). Isi pesan bisa satu, tetapi lambang yang
dipergunakan bisa macam-macam seperti bahasa, gambar, gesture (kial), dan
lain-lain (Effendy, 2009: 37 38).
2.2.11.4 Peranan Komunikator Dalam Komunikasi
Ada faktor yang penting pada diri komunikator bila ia melancarkan
komunikasi (Effendy, 2009: 38-39), yaitu sebagai berikut ini:
1. Daya tarik sumber
Seorang komunikator akan berhasil mengubah sikap, opini, dan
perilaku komunikannya, apabila pihak komunikan merasa bahwa
komunikator ikut serta dengannya. Dengan kata lain, komunikan
harus merasa ada kesamaan antara komunikator dengannya sehingga
ia bersedia taat pada isi pesan yang dilancarkan oleh komunikator.
2. Kredibilitas sumber
Faktor lainnya adalah faktor kepercayaan komunikan pada
komunikator. Kepercayaan ini berkaitan dengan profesi atau keahlian