BAB 2 Konsep Persalinan
-
Upload
marisa-ayu-r -
Category
Documents
-
view
36 -
download
0
description
Transcript of BAB 2 Konsep Persalinan
-
5/20/2018 BAB 2 Konsep Persalinan
1/22
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Persalinan
2.1.1 Pengertian
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya
penyulit (APN, 2007).
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran
hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan
sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri
dengan pelepasan plasenta (Varney, 2006).
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.
Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan
keluarga menantikannya selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai peranan
ibu adalah untuk melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah
memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping
itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin
(Saifuddin, 2006 ).
2.1.2 Klafisikasi
Menurut APN (2007), persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu :
1.
Kala I: Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap
(10 cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase: Fase Laten (8 jam) serviks
-
5/20/2018 BAB 2 Konsep Persalinan
2/22
9
membuka sampai 3 cm dan Fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3
cm sampai 10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering selama Fase aktif.
2.
Kala II: Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.
Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
3. Kala III: Dimulai segera setelah lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
4.
KalaIV: Dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama
postpartum.
2.1.3 Etiologi
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui
secara pasti atau jelas. Terdapat beberapa teori antara lain:
1. Penurunan kadarprogesteron
Progesteron menimbulkan relaksasi otot rahim, sebaliknya
Estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat
keseimbangan antara kadar Progesteron dan Estrogen di dalam darah,
tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul
his.
2. Teori oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu
timbul kontraksi otot rahim.
3. Keregangan otot-otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila
dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi
untuk mengeluarkan isinya.
-
5/20/2018 BAB 2 Konsep Persalinan
3/22
10
Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan
makin teregang otot-otot dan otot rahim makin rentan.
4.
Pengaruh janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupanya juga memegang
peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari
biasa.
5.
TeoriProstaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi
salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan
menunjukkan bahwa Prostaglandin F2 dan E2 yang diberikan secara
intra vena, intra dan extraamnial menimbulkan kontraksi myometrium
pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga di sokong dengan adanya kadar
Prostaglandinyang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer
pada ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan (Muchtar,
2002).
2.1.4PatofisiologiPersalinan
1. Tanda permulaanpersalinan
Menurut Manuaba (1998), tanda permulaan peralinan :
a.
Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki
pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak
begitu kentara.
b.
Perut kelihatan lebih melebar, fundus uterus turun.
c.Perasaan sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/materi-asuhan-kebidanan-ii-persalinan.htmlhttp://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/materi-asuhan-kebidanan-ii-persalinan.htmlhttp://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/materi-asuhan-kebidanan-ii-persalinan.htmlhttp://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/materi-asuhan-kebidanan-ii-persalinan.html -
5/20/2018 BAB 2 Konsep Persalinan
4/22
11
d.Perasaan sakit di perut dan di pegang oleh adanya kontraksi. Kontraksi
lemah di uterus, kadang di sebut traise labor pains.
e.
Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah
juga bercampur darah (bloody show).
2. Tanda inpartu.
Menurut Mochtar (1998), tanda inpartu :
a.
Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur.
b.Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena
robekan kecil pada serviks.
c.Kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
d.Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
2.1.5 TahapPersalinan
1. Persalinan kala I
Menurut Azwar (2004),persalinan kala I adalah pembukaan yang
berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap ditandai
dengan:
a. Penipisan dan pembukaan serviks.
b. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada
serviksK(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).
c. Keluarnya lendir bercampur darah.
Menurut Wiknjosasto (2002), kala pembukaan di bagi atas 2 fase yaitu :
a.
Fase laten
Pembukaan serviks berlangsung lambat, dimulai dari
pembukaan 0 sampai pembukaan 3 cm, berlangsung 8 jam.
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/materi-asuhan-kebidanan-ii-persalinan.htmlhttp://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/materi-asuhan-kebidanan-ii-persalinan.htmlhttp://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/materi-asuhan-kebidanan-ii-persalinan.htmlhttp://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/materi-asuhan-kebidanan-ii-persalinan.htmlhttp://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/materi-asuhan-kebidanan-ii-persalinan.htmlhttp://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/materi-asuhan-kebidanan-ii-persalinan.html -
5/20/2018 BAB 2 Konsep Persalinan
5/22
12
b. Fase aktif
Dari pembukaan 3 cm sampai pembukaan 10 cm, belangsung 7 jam,
di bagi atas:
a)Fase akselerasi: dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm menjadi 4.
b)Fase dilatasi maksimal: dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm.
c)
Fase deselarasi: berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan jadi 10 cm.
Kontraksi menjadi lebih kuat dan sering pada fase aktif.
Keadaan tersebut dapat dijumpai pada primigravida maupun
multigravida, tetapi pada multigravida fase laten, fase aktif das fase
deselerasi terjadi lebih pendek.
1. Primigravida
Osteum uteri internum akan membuka terlebih dahulu
sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Keadaan osteum uteri
eksternal membuka, berlangsung kira-kira 1314 jam.
2. Multigravida
Osteum uteri internum sudah membuka sedikit sehingga
osteum uteri internum dan eksternum serta penipisan dan
pendataran serviks terjadi dalam waktu yang bersamaan.
2. Kala II (Pengeluaran)
Menurut Winkjosastro (2002), dimulai dari pembukaan lengkap (10
cm) sampai bayi lahir. Pada primigravida berlangsung 2 jam dan pada
multigravida berlangsung 1 jam.
-
5/20/2018 BAB 2 Konsep Persalinan
6/22
13
Pada kala pengluaran, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama,
kirakira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul
sehingga terjadi tekanan pada otot dasar panggul yang secara reflektoris
menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rectum, ibu merasa
seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka.
Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan
perineum meregang. Dengan his mengedan maksimal kepala janin di
lahirkan dengan sub oksiput di bawah simpisis dan dahi, muka, dagu
melewati perineum. Setelah his istirahat sebentar, maka his akan mulai
lagi untuk mengeluarkan anggota badan bayi.
3. Kala III (Pelepasan Uri)
Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengluaran uri
(Mochtar, 1998). Di mulai segera setelah bayi baru lahir samapi lahirnya
plasenta ysng berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Saifudin, 2001).
1) Tanda dan gejala kala III
Menurut depkes RI (2004) tanda dan gejala kala III adalah:
perubahan bentuk dan tinggi fundus uteri, tali pusat memanjang,
semburan darah tiba.
2)
Fase dalam pengluaran uri (kala III)
Menurut Mochtar (1998) fase dalam pengluaran uri meliputi:
a) Fase pelepasan uri
Cara lepasnya uri ada beberapa macam, yaitu:
-
5/20/2018 BAB 2 Konsep Persalinan
7/22
14
(1) Schultze: lepasnya seperti kita menutup payung, cara ini
paling sering terjadi (80%). Yang lepas duluan adalah
bagian tengah, kemudian seluruhnya.
(2) Duncan: lepasnya uri mulai dari pinggir, uri lahir akan
mengalir keluar antara selaput ketuban pinggir plasenta.
b) Fase pengeluaran uri
Perasat untuk mengetahui lepasnya uri, antara lain:
(1) Kustner, dengan meletakkan tangan disertai tekanan pada
atas simfisis, tali pusat di tegangkan maka bila tali pusat
masuk (belum lepas), jika diam atau maju (sudah lepas).
(2) Klein, saat ada his, rahim kita dorong sedikit, bila tali pusat
kembali (belum lepas), diam atau turun (sudah lepas).
(3) Strassman, tegangkan tali pusat dan ketok fundus bila tali
pusat bergetar (belum lepas), tidak bergetar (sudah lepas),
rahim menonjol di atas simfisis, tali pusat bertambah
panjang, rahim bundar dan keras, keluar darah secara tiba.
4. Kala IV (Observasi)
Menurut Saifuddin (2002), kala IV dimulai dari saat lahirnya
plasena sampai 2 jam pertama post partum.
Observasi yang di lakukan pada kala IV adalah :
a. Tingkat kesadaran
b.
Pemeriksaan tanda vital, tekanan darah, nadi dan pernafasan
c. Kontraksi uterus
d. Perdarahan: dikatakan normal jika tidak melebihi 500 cc.
-
5/20/2018 BAB 2 Konsep Persalinan
8/22
15
2.2 Persalinan Prematur
2.2.1 Pengertian
Persalinan prematur didefinisikan sebagai persalinan yang terjadi
sebelum usia kehamilan lengkap 37 minggu atau 259 hari kehamilan (Beck,
2010).
Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi pada usia
kehamilan kurang dari 37 minggu (Goldenberg, 2008). Persalinan prematur
adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu
(antara 20 minggu sampai kurang dari 37 minggu) atau dengan berat janin
kurang dari 2500 gram (Prawirohardjo, 2007).
2.2.2 Klasifikasi
Menurut Hamilton (2010), klasifikasi persalinan prematur menurut
usia kehamilannya ialah sebagai berikut:
1.
Usia kehamilan 34-36 minggu disebut hampir aterm(near term).
2. Usia kehamilan 32-33 minggu disebut prematur (premature).
3. Usia kehamilan 28-31 minggu disebut prematur berat (severe prematury).
4. Usia kehamilan
-
5/20/2018 BAB 2 Konsep Persalinan
9/22
16
mengukur berat badan ibu sebelum hamil dan kenaikan berat bedan
salama hamil juga dengan mengukur LILA (Lingkaran Lengan Atas) ibu.
2.
Usiaibu
Umur adalah lama waktu hidup yang dihitung sejak ia dilahirkan.
Usia 20-35 tahun adalah usia paling tepat bagi wanita untuk mempunyai
anak, karena usia tersebut merupakan usia reproduksi sehat sehingga
dikenal dengan usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan
(Sarwono, 2008).
Pada ibu yang usia kurang dari 20 tahun, akan mempengaruhi
pertumbuhan dan kesehatan janin, karena belum matangnya alat
reproduksi (Manuaba, 1998).
Sedangkan usia lebih dari 35 tahun merupakan usia yang
cenderung mengakibatkan timbulnya masalah kesehatan seperti
hipertensi, deabetus melitus(DM), anemia, TB paru dan dapat
menimbulkan persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan serta
risiko terjadinya cacat bawaan (Hasan, 2007).
3. Jarak kehamilan
Jarak kehamilan
-
5/20/2018 BAB 2 Konsep Persalinan
10/22
17
4.Paritas
Jumlah anak lebih dari 4 dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan janin sehingga dapat mengakibatkan persalinan prematur
dan perdarahan saat melahirkan karena keadaan rahim biasanya sudah
lemah (Hasan, 2007).
Paritas atau frekuensi ibu melahirkan anak sangat mempengaruhi
kesehatan ibu dan anak, karena kemungkinan terjadinya kesakitan dan
kematian maternal, pada ibu yang baru untuk pertama kalinya hamil agak
lebih tinggi dari pada ibu yang sudah mempunyai anak dua atau tiga.
Setelah anak kelima angkanya menjadi sangat menyolok. Pada ibu
dengan paritas tinggi kematian maternal dan kematian anak menjadi
tinggi, karena sering melahirkan maka didapat hal seperti terganggunya
kesehatan karena kurang gizi terjadinya anemia, perdarahan antepartum,
kehamilan ganda, pre eklamsia dan eklamsia, terjadinya kekendoran pada
dinding perut dan dinding rahim juga kemungkinan lainnya yang dapat
terjadi sehingga dari keadaan tersebut maka akan mudah menimbulkan
penyulit persalinan seperti kelamaan his, partus lama bahkan partus
prematur (Depkes, 2005).
Paritasadalah jumlah persalinan yang telah dilakukan ibu. Paritas
2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian
maternal. Paritas1 dan paritaslebih dari 3 mempunyai angka kematian
maternal lebih tinggi (Prawirohardjo, 2005).
-
5/20/2018 BAB 2 Konsep Persalinan
11/22
18
5. Hidroamnion
Hidroamnion kadang disebut juga polihidroamnion merupakan
keadaan cairan amnion yang berlebih 2000 cc. Hidroamnion dapat
menimbulkan persalinan sebelum kehamilan 28 minggu sehingga dapat
menyebabkan persalinan prematur.
6.
Cervical incompetence
Mulut rahim yang lemah sehingga tidak mampu menahan berat bayi
dalam rahim.
7.Pre-eklampsia/eklampsia
Pre-eklamsia/eklamsia dapat menyebabkan keterlambatan
pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGRdan kelahiran mati. Hal
ini dikarenakan terjadinya perkapuran di daerah placenta, sedangkan
janin memperoleh makanan dan oksigen dari placenta dengan adanya
perkapuran di daerah placenta suplai makanan dan oksigen yang masuk
ke janin berkurang.
8. Ketuban pecah dini (KPD)
Ketuban dinyatakan pecah sebelum waktunya apabila terjadi
sebelum proses persalinan. KPD disebabkan karena berkurangnya
kekuatan membrane yang diakibatkan oleh infeksi yang berasal dari
vagina danserviks.
2.2.4 Tanda dan Gejala
1.
Kontraksi uterus yang teratur sedikitnya 35 menit sekali selama 45
detik dalam waktu minimal 2 jam.
-
5/20/2018 BAB 2 Konsep Persalinan
12/22
19
2. Pada fase aktif, intensitas dan frekuensi kontraksi meningkat saat pasien
melakukan aktivitas.
3.
Usia kehamilan antara 2037 minggu.
4. Taksiran berat janin sesuai usia kehamilan antara 2037 minggu.
5. Presentasi janin abnormal lebih sering ditemukan pada persalinan
preterm.
2.2.5 Patofisiologis
Patofisiologi Persalinan preterm dapat diperkirakan dengan mencari
faktor resiko mayor atau minor. Faktor resiko minor ialah penyakit yang
disertai demam, perdarahan pervaginam pada kehamilan lebih dari 12
minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang per hari,
riwayat abortus pada trimester III, riwayat abortus pada trimester I lebih dari
2 kali. Faktor resiko mayor ialah kehamilan multipel, hidramnion, anomali
uterus, servik terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks
mendatar atau memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu,
riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan
preterm sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat
operasi konisasi dan iritabilitasuterus (Saifuddin, 2007).
2.2.6
Pencegahan
1. Pemeriksaan Antenatal yang berkualitas untuk menurunkan kejadian
berat badan lahir rendah (BBLR)
2.
Pendidikan masyarakat melalui media yang ada tentang bahaya dan
kerugian kelahiranpretermatau BBLR
-
5/20/2018 BAB 2 Konsep Persalinan
13/22
20
3. Mengusahakan makan lebih baik pada masa hamil agar menghindarkan
kekurangan gizi dan anemia
4.
Menghindarkan kerja berat selama hamil
5. Jangan kawin terlalu muda dan terlalu tua (idealnya 20-30 tahun)
6. Perbaiki keadaan sosial ekonomi
7.
Cegah infeksi saluran kencing
8.
Memakai kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan
9. Perbaiki kesalahan lokal seperti laserasi serviks dengan Emmets
operationatau Sirodkaroperation(Hamilton, 2010).
2.2.7Komplikasi
1. Pada Ibu
a. Infeksi Endometrium
Persalinan prematur merupakan hal yang berbahaya karena
potensial meningkatkan kemmatian perinatal sebesar 65-75 %,
umumnya berkatian dengan berat lair rendah.
Persalinan prematur selain berdampak negatif pada bayi juga
berdampak negatif pada ibu dimana setelah persalinan prematur,
infeksi endometrium lebih sering terjadi mengakibatkan sepsis dan
lambatnya penyembuhan luka episiotomi (Rompas, 2004).
Infeksi merupakan akibat dari invansi mikroorganisme patogen
ke dalam tubuh dan reaksi jaringan yang terjadi pada pejamu terhadap
organisme dan toksinnya. Sebenarnya hanya ada beberapa dari beribu-
ribu mikroorganisme di alam ini yang bersifat patogen terhadap
manusia. Organisme yang lainnya berperan sebagai flora normal dan
-
5/20/2018 BAB 2 Konsep Persalinan
14/22
21
mereka ini menimbulkan daya tahan tubuh alamiah terhadap invansi
mikroorganisme patogen. Auto infeksi terjadi jika infeksi yang terjadi
akibat dari organisme patogen yang berasal dari pasien itu sendiri
(Schwartz, 2000).
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam
dari rahim). Infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada
serviks atau infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim.
Infeksi endometrium dapat dalam bentuk akut dengan gejala klinis
sebagai berikut:
a)Nyeri abdomen bagian bawah
b)Mengeluarkan keputihan (leukorea)
c)Kadang-kadang terdapat perdarahan
Dapat terjadi penyebaran:
1)
Meometritis (infeksi otot rahim)
2)Parametritis (infeksi sekitar rahim)
3)Salpingitis (infeksi saluran otot)
4)Ooforitis (infeksi indung telur)
5)Dapat terjadi sepsis (Infeksi menyebar)
Pembentukan pernanahan sehimgga terjadi abses pada tuba atau
indung telur.
Terjadinya endometrium pada saat:
Persalinan, dimana bekas implantasi plasenta masih terbuka,
terutama pada:
1)Persalinan terlantar dan persalinan dengan tindakan
-
5/20/2018 BAB 2 Konsep Persalinan
15/22
22
2)Pada saat terjadi keguguran
3)Saat pemasangan alat rahim yang kurang legeartis (Manuaba,
1998).
b. Kemungkinan kelahiran prematur terulang (Saifuddin, 2010)
Menurut Oxorn (2003) risiko persalinan prematur berulang bagi
wanita yang persalinan pertamanyapreterm, dapat meningkat tiga kali
lipat dibanding dengan wanita yang persalinan pertamanya mencapai
aterm.
Riwayat prematur sebelumnya merupakan ibu yang pernah
mengalami persalinan prematur sebelumnya pada kehamilan yang
terdahulu (Hacker, 2001).
Ibu yang tidak dapat melahirkan bayi sampai usia atermdapat
disebabkan karena kandungan/rahim ibu yang lemah atau faktor lain
yang belum diketahui jelas penyebabnya. Wanita yang telah
mengalami kelahiran prematur pada kehamilan terdahulu memiliki
risiko 20 % sampai 40 % untuk terulang kembali (Varney, 2007).
2. Pada Janin
a.Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat
bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin
sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat
dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan
ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengarui
-
5/20/2018 BAB 2 Konsep Persalinan
16/22
23
kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Wiknjosastro,
2008).
Asfiksia neonatorummerupakan suatu kondisi dimana bayi tidak
dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Betz
dan Sowden, 2002). Keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya
hipoksia, hiperkapnea, sampai asidosis(Hidayat, 2008).
Pada tingkat permulaan gangguan pertukaran gas transport O2
mungkin hanya menimbulkan Asidosis respiratorik. Bila gangguan
berlanjut, dalam tubuh terjadi metabolism anaerobic. Proses ini
berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga sumber glikogen tubuh
terutama dalam jantung dan hati berkurang. Asam organic yang
dihasilkan akibat metabolismus ini akan menyebabkan terjadinya
Asidosis metabolic. Pada tingkat lebih lanjut akan terjadi gangguan
kardiovaskuler.
Asidosis dan gangguan kardiovaskuler ini mempunyai akibat
buruk terhadap sel otak dan dapat menyebabkan kematian anak atau
timbulnya gejala lanjut pada anak yang hidup.
Dalam garis besar perubahan-perubahan yang terjadi pada
asfiksia adalah:
1. Menurunnya tekanan O2arterial
2. Meningkatnya tekananCO2
3.
TurunnyapHdarah
4. Dipakainya simpanan glikogen tubuh untuk metabolismus
anaerobic.
-
5/20/2018 BAB 2 Konsep Persalinan
17/22
24
5. Terjadinya perubahan system kardiovaskuler (Hanifa, 2005).
Nilai 0 1 2Nafas
Denyut jantung
Warna kulit
Gerakan/tonus otot
Refleks(menangis)
Tidak ada
Tidak ada
Biru atau pucat
Tidak ada
Tidak ada
Tidak teratur 100
Merah jambu
Fleksi
Kuat
Tabel 2.2.7 Nilai APGAR (Ghai, 2010)
Klasifikasi asfiksia:
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR:
a.
Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3.
b.
Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6.
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9.
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10 (Ghai, 2010).
b.Hipebilirubinemia
Hiperbilirubinemiaadalah ikterus dengan konsientrasi bilirubin
serum yang menjurus ke arah terjadinya kern ikterus atau ensefalopati
bilirubin bila kadar bilirubin tidak dikendalikan (Mansjoer, 2008).
Patofisiologi bilirubin adalah produk penguraian heme.
Sebagian besar (85-90%) terjadi dari penguraian hemoglobin dan
sebagian kecil (10-15%) dari senyawa lain seperti mioglobin. Sel
retikulo endotel menyerap kompleks haptoglobin dengan hemoglobin
yang telah dibebaskan dari sel darah merah. Sel-sel ini kemudian
-
5/20/2018 BAB 2 Konsep Persalinan
18/22
25
mengeluarkan besi dari heme sebagai cadangan untuk sintesis
berikutnya dan memutuskan cincin heme untuk mengahasilkan
tertapriol bilirubin, yang disekresikan dalam bentuk yang tidak larut
dalam air (bilirubin tidak terkonjugasi, indirek). Karena ketidaklarutan
ini, bilirubin dalam plasma terikat ke albumin untuk diangkut dalam
medium air. Sewaktu zat ini beredar ke dalam tubuh dan melewati
lobus hati, hepatosit melepas bikirubin dari albumin dan menyebabkan
larutnya air drngan mengikat bilirubin ke asam glukoronat (bilirubin
terkonjugasi) direk (Sacher, 2004).
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh pembentukan
bilirubin yang melebihi kemampuan hati normal untuk
mengekskresikannya atau disebabkan oleh kegagalan hati (karena
rusak) untuk mengekskresikan bilirubin yang dihasilkan dalam jumlah
normal. Tanpa adanya kerusakan hati, obstruksi saluran ekskresi hati
juga akan menyebabkan hiperbilirubinemia. Pada semua keadaan ini,
bilirubin tertimbun di dalam darah dan jika konsentrasinya mencapai
nilai tertentu (sekitar 2-2,5mg/dl), senyawa ini akan berdifusi ke
dalam jaringan yang kemudian menjadi kuning. Keadaan ini disebut
ikterus ataujaundice(Murray et al, 2009).
Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis
atau kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut
hiperbilirubinemia. Adapun tanda-tandanya sebagai berikut :
1. Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama
-
5/20/2018 BAB 2 Konsep Persalinan
19/22
26
2. Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau
melebihi 12,5% pada neonatus kurang bulan
3.
Pengangkatan bilirubin lebih dari 5 mg% per hari
4. Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama
5. Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%
6.
Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik (Arief ZR, 2009.
hlm. 29).
c. Sepsis neonatorum
Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus
dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan
penyakit sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga
seringkali tidak terpantau, tanpa pengobatan yang memadahi bayi
dapat meninggal dlam 24 sampai 48 jam (Surasmi, 2003).
Sepsis neonatorumadalah infeksi bakteri pada aliran darah pada
bayi selama empat minngu pertama kehidupan. Insiden sepsis
bervariasi yaitu antara 1 dalam 500 atau 1 dalam 600 kelahiran hidup
(Bobak, 2005).
Patofisiologi
Berdasarkan waktu timbulnya dibagi menjadi 3:
1.Early Onset(dini): terjadi pada 5 hari pertama setelah lahir dengan
manifestasi klinis yang timbulnya mendadak, dengan gejala
sistemik yang berat, terutama mengenai sistem saluran pernafasan,
progesif dan akhirnya syok.
-
5/20/2018 BAB 2 Konsep Persalinan
20/22
27
2.Late Onset(lambat): timbul setelah 5 hari dengan manifestasi klinis
sering disertai adanya kelainan sistem susunan syaraf pusat.
3.
Infeksi nosokomial yaitu infeksi yang sering terjadi pada neonatus
tanpa resiko infeksi yang timbul lebih dari 48 jam saat dirawat di
rumah sakit.
Mekanisme terjadinya sepsis neonatorum :
1.
Antenatal: paparan terhadap mikroorganisme dari ibu (infeksi
ascending melalui cairan amnion, adanya paparan terhadap
mokroorganisme dari traktur urogenitalis ibu atau melalui
penularan transplansental).
2. Selama persalinan: trauma kulit dan pembuluh darah selama
persalinan, atau tindakan obstretri yang invasif.
3.Postnatal: adanya paparan yang meningkat postnatal
(mikroorganisme dari satu bayi ke bayi yang lain, ruangan yang
terlalu penuh dan jumlah perawat yang kurang), adnaya portal pada
kolonisasi dan invansi kuman melalui umbilicus, permukaan
mukosa, mata, kulit.
d. Perkembangan dan pertumbuhannya terhambat
e.
Retinopatiprematuritas
f.Apnea
g. Perdarahan intraventikular
h.
Displasia bronkopulmonal
i. Paten duktus anterious
j. Enterkolitis nekrotikan (Buku Saku Kebidanan, 2010).
-
5/20/2018 BAB 2 Konsep Persalinan
21/22
28
2.3 Kerangka konseptual
Input Proses Output Outcame
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
2.3 Tabel Kerangka Konseptual
Ibu bersalin
Tenaga
kesehatan
Sarana
prasarana
Persalinan
Prematur
Etiologi:
1. Gizi ibu saat hamil
2. Usia ibu
3. Jarak kehamilan
4.Paritas
5. Hidroamnion
6. Cervical incompetence
7.Pre-eklamsia/eklamsia
8. Ketuban pecah dini
Tingginya
AKB
Komplikasi persalinan
prematur:
1. Pada Ibu
a. Infeksi endometriumb. Kemungkinan
kelahiran prematurterulang
2. Pada Janina.Asfiksia
b.
Hiperbilirubinemiac.
Sepsisneonatorumd.Retinopati
prematuritas
e.
Apnea
f.Perdarahan
intraventikular
g.Displasia
bronkopulmonal
h.Paten duktus
anterious
i.
Enterkolitisnekrotikan
-
5/20/2018 BAB 2 Konsep Persalinan
22/22
29
Penjelasan :
Berdasarkan gambar 2.3 dapat dijelaskan bahwa komplikasi pada
persalinan premature antara lain yaitu infeksi endometrium dan
kemungkinan kelahiran premature terulang, asfiksia, hiperbiliribunemia,
sepsis neonatorum, retinopati prematuritas, apnea, perdarahan
intraventrikular, displasia bronkopulmonal, paten duktus arterious, dan
enterokolitis nekrotikan. Sehingga berakibat Perkembangan dan
pertumbuhannya terhambat, cacat bawaan. Tinggi angka kematian bayi
(AKB) salah satunya disebabkan karena kejadian persalinan prematur.