Bab 2 Karakteristik Pemakai Jalan.doc
-
Upload
amrizal-bin-amran -
Category
Documents
-
view
68 -
download
7
Transcript of Bab 2 Karakteristik Pemakai Jalan.doc
BAB I I KARAKTERISTIK PEMAKAI JALAN
BAB II
Karakteristik Pemakai Jalan
2.1. Pemakai Jalan
Pemakai jalan dalam hal ini siapa pun yang memakai fasilitas jalan,
yaitu pengemudi kendaraan bermotor dan tidak bermotor dan pejalan kaki.
Namun tidak termasuk para pengguna trotoar untuk berjualan ataupun
pengemudi becak, angkot maupun mobil lainnya yang sedang mengetem,
dalam hal ini disebut sebagai hambatan samping.
Mengetahui perilaku pemakai jalan khususnya pengemudi kendaraan
bermotor merupakan hal yang penting bagi para ahli teknik lalu lintas karena
berpengaruh kepada karakteristik lalu lintas.
Untuk keperluan perencanaan, perancangan dan pengaturan fasilitas
lalu lintas diperlukan data pemakai jalan, meliputi :
a. Jumlah
b. Umur
c. Jenis kelamin
d. Dst.
2.2. Karakteristik Pengemudi
Karakteristik pengguna jalan bervariasi dari satu orang ke orang lain, baik
karakteristik mentalnya maupun karakteristik phisik pengguna jalan. Dalam
merancang lalu lintas perlu dipahami karaktaristik pengguna agar bisa
menggunakan semua variabel karakteristik pengguna jalan dalam
merencanakan, mengoperasikan serta mengendalikan lalu lintas yang aman,
aman, efisien dan berwawasan lingkungan. Karakteristik pengguna jalan
merupakan bagian yang sangat penting untuk diketahu oleh para perencana
Rekayasa Lalu Lintas 2-1
BAB I I KARAKTERISTIK PEMAKAI JALAN
lalu lintas. Pemahaman karakteristik pengguna jalan perlu dibedakan antara
pengguna kendaraan dan pejalan kaki.
2.2.1.Karakteristik Mental
Ada empat karakteristik yang mempengaruhi mental seorang pengemudi,
yaitu secara kecerdasan/inteligensia, motivasi, belajar dan emosi.
2.2.1.1. Kecerdasan
Istilah kecerdasan diturunkan dari kata inteligensi. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, inteligensi adalah kemampuan berurusan dengan
abstraksi- abstraksi mempelajari suatu kemampuan menangani situasi-
situasi baru.
Secara umum, kecerdasan (inteligensi) merupakan suatu konsep abstrak
yang diukur secara tidak langsung oleh para psikolog melalui tes inteligensi
untuk mengestimasi proses intelektual / kesanggupan mental untuk
memahami, menganalisis secara kritis cermat dan teliti, serta menghasilkan
ide-ide baru secara efektif dan efisien, sehingga kajian-kajian kecelakaan
yang terkait dengan kecerdasan menunjukkan semakin tinggi kecerdasan
akan semakin baik menganalisis keadaan untuk mengambil langkah
pengemudian kendaraan yang lebih tepat.
2.2.1.2. Motivasi
Pertimbangan motivasi untuk melakukan perjalanan merupakan bagian dasar
perencanaan lalu lintas. Motivasi dipengaruhi oleh kelelahan suasana bathin
pengemudi dan kejenuhan sehingga pengemudi menjadi kurang hati-hati dan
beresiko terhadap kecelakaan.
Upaya meningkatkan motivasi dilakukan melalui pendekatan keagamaan,
pendidikan, reward dan punishment kepada pengemudi. Punishment bisa
dilakukan oleh aparat penegak hukum melalui penegakan hukum yang tegas,
khusus untuk perusahaan angkutan umum atau supir perusahaan diakukan
dengan penetapan aturan perusahaan yang dikendalikan oleh perusahaan.
Untuk pelaksanaannya dapat menggunakan sistem informasi moder yang
memanfaatkan satelit GSM, tapi dilain pihak untuk meningkatkan motivasi
perlu memberikan insentif.
Rekayasa Lalu Lintas 2-2
BAB I I KARAKTERISTIK PEMAKAI JALAN
2.2.1.3. Belajar
Untuk bisa mengendalikan kendaraan dalam lalu lintas dengan sempurna,
pengguna jalan senantiasa harus meningkatkan keahliaannya dan
pengetahuannya. Semakin berpengalaman seorang pengemudi semakin
mulus mengemudikan kendaraannya dan semakin rendah pelanggaran yang
dilakukannya, dengan catatan bahwa pengemudi senantiasa diawasi oleh
aparat, dan diambil tindakan kalau melakukan pelanggaran.
2.2.1.4. Emosi
Emosi seorang pengemudi akan mempengaruhi keputusan yang akan
dibuatnya atas dasar pengalaman yang dimilikinya, kecerdasannya serta
pengendalian yang dilakukan atas jalannya operasional lalu lintas. Usia
seseorang juga mempengaruhi emosi dalam berlalu lintas. Seorang pejalan
kaki yang sedang menyeberang akan mempunyai reaksi yang berbedaa
antara kelompok orang tua (manula), kelompok orang dengan usia produktif
dan kelompok usia anak-anak.
2.2.2.Karakteristik Fisik
Karakteristik phisik yang paling penting dari seorang pengemudi adalah
kemampuannya untuk bisa melihat dengan jelas objek tetap berupa jalan
dan perlengkapan diatasnya yang mencakup bidang penglihatannya dan
buta warna.
2.2.2.1. Bidang Penglihatan
Bidang pelinghatan dapat dikelompokkan atas:
1. Kerucut penglihatan tajam 3° sampai 10° disekitar pusat pandangan yang
biasanya digunakan untuk membaca, terfokus pada objek yang dilihat.
2. Kerucut cukup jelas 10° to 12° disekitar pusat pandangan warna dan
bentuk dapat terlihat dengan jelas, rambu dipinggir jalan terlihat.
3. Pandangan sekeliling 90° kekiri kanan pusat pandangan, adanya
pergerakan disini masih terdeteksi. Sudut pandang semakin mengecil
Rekayasa Lalu Lintas 2-3
BAB I I KARAKTERISTIK PEMAKAI JALAN
dengan bertambahnya kecepatan, khususnya kalau melihat dari ruang
kemudi seperti ditunjukkan dalam gambar berikut:
Gambar 2.1 Bidang Penglihatan
Gambar 2.2 Sudut pandang semakin mengecil dengan bertambahnya
kecepatanRekayasa Lalu Lintas 2-4
BAB I I KARAKTERISTIK PEMAKAI JALAN
2.2.2.2. Titik Buta
Titik buta dalam berkendara adalah bagian dari sekeliling kita yang tidak bisa
kelihatan pada saat mengemudikan kendaraan, karena beberapa alasan
seperti jangkauan pandangan yang terbatas cermin, terhalang oleh muatan
yang dibawa. Titik buta mobil penumpang adalah di sebelah kiri dan kanan
pengemudi seperti ditunjukkan dalam gambar di bawah ini. Untuk kendaraan
box, truk dan truk peti kemas, pandangan melalui cermin tengah tidak ada
jadi mereka tergantung kepada cermin pintu. Kendaraan yang tinggi seperti
bus, truk tidak bisa melihat di sekitar mereka yang rendah.
Gambar 2.3 Titik Buta
Pada Gambar 2.3 di atas kendaraan biru bisa melihat kendaraan hijau tetapi
tidak bisa melihat kendaraan merah (di titik buta) melalui cermin yang ada di
kendaraan
Truk dengan kereta gandengan dan truk dengan kereta tempelan juga
mempunyai kelemahan dalam melihat kaca sepion terutama pada saat
membelok, yang mengaikibatkan dia tidak bisa melihat apa yang terjadi di
belakangnya, selain itu kendaraan lain juga bisa berjalan terlalu dekat di
belakang truk trailer untuk berlindung dari terpaan angin, dan hal ini sangat Rekayasa Lalu Lintas 2-5
BAB I I KARAKTERISTIK PEMAKAI JALAN
berbahaya sebab kendaraan yang di belakang tidak mengetahui kalau tiba-
tiba truk trailer yang di depan mengerem kendaraannya. Sangatlah penting
agar pengemudi trailer mengetahui anda berada di belakang.
Gambar 2.1 Tiga buah cermin yang dipergunakan untuk memperluas
pandangan pengemudi trailer
Ada beberapa langkah yang dilakukan untuk menghilangkan pengaruh titik
buta antara lain dengan:
menggunakan cermin cembung untuk memperluas pandangan,
menggunakan beberapa cermin sekaligus, sehingga dapat diperoleh
gambaran yang lebih jelas mengenai keadaan disekeliling kendaraan,
cermin di belakang yang biasa digunakan pada minibus,
ataupun yang modern adalah penggunaan kamera video sehingga dapat
melihat kondisi di belakang kendaraan secara lebih jelas, bahkan ada
layar yang ditempatkan didashboard dilengkapi dengan lintasan yang
akan dilewati.
sensor jarak yang dipergunakan pada saat kendaraan sedang berjalan
ataupun berjalan mundur.
Rekayasa Lalu Lintas 2-6
BAB I I KARAKTERISTIK PEMAKAI JALAN
2.2.3.Observasi pengemudi
Selain penglihatan pengemudi juga melakukan beberapa obeservasi yang
mesti dilakukan saat mengemudikan kendaraan yaitu:
1. Observasi penglihatan
2. Observasi perasaan
3. Observasi pendengaran
4. Observasi yang tidak penting
- observasi penciuman
- observasi terhadap lapar
- observasi terhadap panas
- observasi rabaan
2.2.4.Keputusan pengemudi
Pada setiap rangsangan yang diterima, pengemudi harus memutuskan sikap
apa yang harus ia lakukan terhadap rangsangan tersebut. Keputusan ini
sangat erat kaitannya dengan keselamatan selama di perjalanan.
Faktor yang mempengaruhi keputusan pengemudi antara lain :
1. Observasi
2. Tujuan
3. Pertimbangan
4. Waktu
2.2.5.Faktor yang mempengaruhi perilaku pengemudi
2.2.5.1. Pengaruh dari dalam
1. Fisiologis
Contoh :
- ketajaman penglihatan
- ketajaman pendengaran
2. Psikologis
Seperti :
- perception ( tanggapan terhadap rangsangan )
- intellection/ identification (pengenalan terhadap rangsangan yang baru
diterima )
Rekayasa Lalu Lintas 2-7
BAB I I KARAKTERISTIK PEMAKAI JALAN
- emotion/decision ( keputusan untuk merespon rangsangan )
- volicion/reaction ( reaksi tindakan terhadap rangsangan )
Faktor psikologis yang sering mempengaruhi pengemudi antara lain :
- sifat sabar dan atau sifat marah
- kecenderungan untuk mengikuti perilaku pengemudi lain
- pertimbangan yang “ dungu “ ( dull ) hal ini timbul bila melewati rute
jalan yang belum dikenal
- dalam keadaan darurat ( emergency ) hanya terpusat pada satu
pertimbangan yang akan menghasilkan satu keputusan untuk
bertindak
- perhatian dan daya reaksi menjadi lamban karena terlalu lama
berkendaraan
- latar belakang sosial/ tingkat sosial.
2.2.5.2. Pengaruh dari luar
1. Tata guna lahan/tanah dan aktifitasnya
Contoh : sekolah, pasar, kaki lima, dsb
2. Cuaca
3. Fasilitas jalan
4. Karakteristik aliran lalu lintas
5. Banyaknya pejalan kaki
6. Banyaknya pedagang K – 5
2.2.6.Waktu Reaksi
Waktu yang diperlukan antara melihat suatu kejadian, mengolah informasi
tersebut diotak untuk kemudian mengambil reaksi disebut sebagai waktu
reaksi, atau didalam berbagai referensi disebut sebagai PIEV time sebagai
singkatan dari Perception, Intelection, Emotion dan Volition atau Perception –
Reaction time.
Perception, merupakan saat pandangan mata yang menangkap adanya
suatu keadaan/ancaman dihadapan pengemudi.
Rekayasa Lalu Lintas 2-8
BAB I I KARAKTERISTIK PEMAKAI JALAN
Intelection, informasi yang diperoleh mata selanjutnya dikirim ke otak
oleh syaraf mata, informasi diolah oleh otak dengan menggunakan
kecerdasan otak dengan menggunakan ingatan masa lalu ataupun
analisis keadaan.
Emotion, pengambilan keputusan diotak, mengenai langkah yang akan
dilakukan untuk menghadapi keadaan/ancaman dengan berbagai
pertimbangan-pertimbangan yang sering-sering dipengaruhi oleh
emosional pengemudi.
Volition, merupakan instruksi yang telah diolah untuk diteruskan melalui
syaraf kepada tindakan yang akan diambil oleh tangan, dan kaki
pengemudi.
Contoh PIEV :
Pengemudi sedang mendekati suatu simpang yang bersinyal. Pengemudi
pertama kali melihat lampu lalu lintas warna merah menyala
( perception ), kemudian ia mengenalinya sebagai tanda untuk berhenti
( intellection ), kemudian ia memutuskan untuk berhenti (emotion), dan
akhirnya menginjak pedal rem ( volition/reaction ).
Lamanya waktu PIEV ( PIEV time ) sekitar 0.5 detik untuk rangsangan yang
sangat sederhana sampai ± 3 – 4 detik untuk rangsangan yang sulit/berat.
Dari hasil penelitian terhadap angka yang lebih rendah yaitu sekitar 0.25
detik sampai dengan 1.5 detik. American Association of State Highway and
Transportation Officials ( AASHTO ) menganjurkan waktu PIEV 2.5 detik untuk
keperluan perancangan yang meliputi reaksi untuk berhenti atau reaksi
pengereman.
Waktu PIEV seorang pengemudi rata-rata 2,5 detik tetapi dapat lebih cepat
pada orang-orang tertentu seperti pembalap yang harus mengambil
tindakan/langkah dengan sangat cepat dan lebih lama pada orang-orang
yang lebih tua, minum obat, kelelahan, gangguan phisik pada penderita
cacat, cuaca.
Besarnya waktu reaksi ini penting dalam merancang berbagai perangkat lalu
lintas seperti pada survai arus jenuh pada persimpangan, dalam perhitungan
Rekayasa Lalu Lintas 2-9
BAB I I KARAKTERISTIK PEMAKAI JALAN
waktu hijau/merah pada Alat Pengendali Isyarat Lalu Lintas (APILL),
penempatan rambu dan lain sebagainya.
Waktu PIEV dipengaruhi sejumlah factor, yaitu :
- bertambahnya umur
- kelelahan
- kompleksnya isyarat atau tugas
- pelemahan fisik akibat cacat fisik
- pengaruh alcohol dan obat bius
2.2.7.Jarak Reaksi dan Jarak Henti
Jarak yang diperlukan untuk pengemudi bereaksi disebut jarak reaksi (dp),
dihitung dengan persamaan berikut ini:
dp = 1,469 V.t ( ft )
= 0,278 V.t ( m )
Dimana:
V = kecepatan kendaraan ( mph atau kph )
t = waktu reaksi (menurut AASHTO t = 2,5 detik)
Jarak pengereman (dr) yaitu jarak yang diperlukan untuk melakukan
pengereman dihitung dengan persamaan berikut ini:
dr = v² / { 30 ( f ± g ) } ( ft )
= v² / { 225 ( f ± g ) } ( m )
keterangan :
v = kecepatan kendaraan ( mph atau kph )
f = koefisien gesek normal antara ban
g = besarnya landai jalan
( - ) turun
( + ) naik
Jarak henti ( ds ) yaitu total penjumlahan jarak reaksi dan jarak rem yaitu:
ds = dp + dr (m)
Rekayasa Lalu Lintas 2-10
BAB I I KARAKTERISTIK PEMAKAI JALAN
2.3. Karakteristik Pejalan Kaki
Karakteristik pejalan kaki mempengaruhi rancangan dan lokasi alat kontrol
bagi pejalan kaki.
Karakteristik pejalan kaki meliputi :
a. kecepatan berjalan
b. jenis kelamin pejalan kaki
2.4. Karakteristik Kendaraan
2.4.1. Satuan Kendaraan
Berbagai jenis kendaraan beroperasi di jalan raya. Jenis – jenis kendaraan
dibuat sesuai dengan kebutuhan yang ada baik dilihat dari segi ukuran,
berat, kemampuan angkat, kemampuan berjalan maupun dari segi
estetikanya ( bentuk bodi, dsb ). Contoh – contoh kendaraan seperti
kendaraan tidak bermotor seperti becak, sepeda, andong, kereta sorong, dsb,
kemudian kendaraan bermotor seperti sepeda motor, mobil van
( penumpang atau boks ), pick – up, jeep, sedan, truk tunggal, bis, truk
gandeng, tronton, trailer, dsb.
Dalam melakukan perancangan, pengawasan dan peraturan lalu lintas,
ukuran, kekuatan dan kemampuan berjalan suatu kendaraan yang
merupakan factor – factor utama karakteristik suatu kendaraan, berpengaruh
sangat besar.
Guna memudahkan dalam perancangan bermacam kendaraan digolongkan 4
( empat ) jenis utama yaitu mobil penumpang, truk tunggal, truk gandeng
dan truk trailer.
Tabel 2.1 Dimensi serta kemampuan kendaraan yang direkomendasikan
AASHTO
HAL REKOMENDASI AASHTO
Lebar ( in ) 10,2
Tinggi ( in ) 13,5
Panjang ( in ) :
Truk tunggal 40
Rekayasa Lalu Lintas 2-11
BAB I I KARAKTERISTIK PEMAKAI JALAN
Traktor semi trailer
Kombinasi lain
55
65
Muatan gander ( lb ) :
Sumbu tunggal
Sumbu tandem
20.000
34.000
Berat bruto max ( lb ) 86.500
Sumber : Rekomendasi AASHTO, terbit tahun 1974 ( dalam Teknik Jalan
Raya, ed – IV, Clarkson H. Oglesby )
Keterangan :
1 yard = 3 ft = 36 inch = 9,144 . 10-1 m
1 lb = 4,535924 . 10-1 kg
1 ft = 0,3048 m
Hampir di setiap jalan raya dilewati oleh mobil penumpang maupun truk
sehingga standar desain harus ditetapkan agar memenuhi kebutuhan
keduanya. Untuk memudahkan dalam kesamaan satuan, jenis kendaraan –
kendaraan tersebut diequivalensikan dengan nilainya terhadap mobil
penumpang dan diberi satuan EMP (equivalent mobil penumpang) atau SMP (
satuan mobil penumpang ). Yang khas dari mobil penumpang adalah yang
berhubungan dengan tinggi mata pengemudi serta perilaku pada kecepatan
yang relative tinggi sehingga memerlukan criteria tersendiri. Sesuai dengan
perkembangan jaman, maka perubahan – perubahan memaksa kita untuk
mengubah standar desainnya pula. Perancang mobil penumpang semakin
cenderung membuat mobil yang lebih kecil, lebih ringan dan lebih rendah
karena harga dan biaya bahan bakar yang tinggi serta perkembangan
lingkungan dalam pemakaian bahan bakar. Perubahan lainnya akan tetap
terjadi pada tahun – tahun mendatang. Dilain pihak ukuran, berat dan
karakteristik lain yang ditetapkan untuk kendaraan angkutan barang sangat
berkaitan dengan standar lebar lajur, ruang bebas vertical dan beban pada
perkerasan dan jembatan. Untuk menekan biaya operasi pengangkutan
barang, pihak industri pengangkutan cenderung membuat truk – truk yang
lebih lebar, lebih panjang dan lebih berat sehingga daya angkutnya lebih
besar.
Rekayasa Lalu Lintas 2-12
BAB I I KARAKTERISTIK PEMAKAI JALAN
Tabel 2.2 Nilai konversi satuan mobil penumpang pada simpang
Jenis KendaraanNilai emp untuk tiap
pendekat
Mobil Penumpang 1,0
Kendaraan Roda 3 0,8
Sepeda Motor 0,2
Truk ringan 1,5
Truk sedang 1,3
Truk besar 2,5
Mikrobis 1,8
Bis besar 2,2
Sumber: Rekayasa Lalulintas, 2002
2.4.2 KARAKTERISTIK TENAGA GERAK
a. Tahanan Gelinding ( Rolling Resistance )
Tahanan ini timbul karena :
1. Terjadi gesekan antara ban dan permukaan jalan.
2. Terjadi perubahan bentuk ban pada permukaan jalan karena
berat kendaraan.
3. Tergilasnya partikel kasar permukaan jalan ( kerikil atau pertikel
pecahan aspal ).
4. Tidak ratanya jalan.
5. Gesekan internal pada roda, as serta transmisi gigi – gigi.
Tabel 2.3 Rolling Resistance kendaraan mobil penumpang modern yang berjalan di
perkerasan tinggi
Kecepatan
( km/jam )
Rolling Resistance
( kg/m ton kend )
≤ 96,5 12,247
> 96,5+ 10 % tiap penambahan kec.sebesar
16 km/jam
Rekayasa Lalu Lintas 2-13
BAB I I KARAKTERISTIK PEMAKAI JALAN
Tabel 2.4 Rolling Resistance kecepatan rendah pada berbagai perkerasan
Uniform
speed
( km/jam )
Badly broken
patched asphalt
( kg/mnt )
Dry, well-packed
gravel
( kg/mnt )
Loose
sand
( kg/mnt )
32,1 13,15 14.06 15,876
48,3 15,42 15,876 18,14
64,4 18,14 22,68 25,85
80,5 23,13 28,12 34,47
b. Tahanan Udara ( Air Resistence )
Ra = 0,0011 A . V² ( kg )
Keterangan :
Ra = tahanan udara ( kg )
A = luas bagian muka kendaraan ( m² )
V = kecepatan kendaraan ( km/jam )
c. Tahanan Tanjakan ( Grade Resistence )
Rg = 10 . W. g
Keterangan :
Rg = tahanan tanjakan ( kg )
W = berat kotor kendaraan ( ton )
g = kemiringan ( % )
d. Tahanan Lengkung ( Curve Resistance )
Gaya yang bekerja melalui kontak roda depan kendaraan dengan
perkerasan yang diperlukan untuk membelokkan kendaraan sepanjang
lengkung/tikungan disebut sebagai tahanan lengkung. Makin cepat suatu
kendaraan bergerak makin sulit untuk merubah arahnya.
Tabel 2.5 Tahanan Lengkung pada Berbagai Ukuran Lengkung dan
Kecepatan
Curvature Speed Resistance
Rekayasa Lalu Lintas 2-14
BAB I I KARAKTERISTIK PEMAKAI JALAN
( km/jam ) ( kg )Degree Radius ( m )
5 349,3 80,5 18
5 349,3 96,5 36
10 174,65 48,3 18
10 174,65 64,4 54
10 174,65 80,5 108
e. Tahanan Kelembaman ( Inersia Resistance )
Ri = 28,0 . W . a
Keterangan :
Ri = tahanan kelembaman ( kg )
W = berat kotor kendaraan ( ton )
a = percepatan ( kg/j/detik )
f. Daya Kuda ( Horse Power )
Daya kuda merupakan kemampuan maksimum suatu mesin dalam
menghasilkan tenaga yang dinyatakan dalam daya kuda ( HP )
P = 0,0036 . R . V
Keterangan :
P = daya actual yang digunakan ( HP )
R = jumlah total tahanan yang terjadi ( kg )
V = kecepatan kendaraan ( km/jam )
Tabel 2.6 Berat kosong dan nilai daya kuda normal beberapa kendaraan
Jenis kendaraanEmpty weight with
drive abroad
( kg )
Nominal
HP
Engine speed
given HP
( rpm )
Intermediate type
PC
1814 195 4800
Pick up truck 2041 125 3800
Single unit truck,
two axle, six tire
4535 142 3800
Rekayasa Lalu Lintas 2-15
BAB I I KARAKTERISTIK PEMAKAI JALAN
Two axle semi
trailer, tractor
9070 175 3200
g. Rasio Berat dan Daya Kuda
Rasio berat dan daya kuda suatu kendaraan berguna untuk
mengidentifikasi kinerja keseluruhan karakteristik kendaraan, khususnya
membuat perkiraan kinerja kendaraan.
Semakin rendah rasio berat/ daya - kuda maka kemampuan aksi dari
kendaraan makin tinggi.
Rasio dinyatakan dalam satuan metric kg/metric ton.
h. Kinerja Percepatan Kendaraan
Kemampuan percepatan kendaraan perlu diketahui karena beberapa hal :
untuk mengevaluasi jarak pandang minimum yang disyaratkan untuk
menyiap
untuk menentukan panjang minimum dari lajur percepatan pada
rambu Yield dan STOP serta pada interchanges ( simpang susun ).
Angka percepatan normal merupakan suatu factor dalam perancangan
panjang siklus sinyal lalu lintas, perhitungan ekonomis bahan bakar dan
nilai waktu perjalanan.
Jarak tempuh selama percepatan dari berhenti yaitu :
da = 0,139 a . t²
keterangan :
da = jarak tempuh selama percepatan ( m )
a = percepatan ( kph/sec )
t = waktu percepatan ( sec )
Tabel 2.7 Angka percepatan maksimum berbagai tipe kendaraan
VehicleTypical weight
( lb )
Maximum acceleration rates
( mph/sec )
0 – 15 From 40 From 60
Large car 4.800 10.0 4.0 2.5
Rekayasa Lalu Lintas 2-16
BAB I I KARAKTERISTIK PEMAKAI JALAN
Inter car 4.000 8.0 4.0 2.0
Compact 3.000 8.0 3.0 1.1
Smalll car 2.100 6.0 1.2 0.7
Pick up 5.000 8.0 1.8 1.5
SU truck 12.000 2.0 0.6 0.6
Combination vehicle 45.000 2.0 0.4 -
Sumber Institute of Traffic Engineers, 1982
Tabel 2.8 Angka percepatan normal
Speed change
( kph )
Acceleration
( kphps )
Deceleration
( kphps )
0 – 24 5,3 8,5
0 – 48 5,3 7,3
48 – 64 5,3 5,3
64 – 80 4,2 5,3
80 – 97 3,2 5,3
97 - 113 2,1 5,3
i. Kinerja Perlambatan Kendaraan
Perlambatan kendaraan bermotor terjadi bila pedal gas dilepas, karena
efek memperlambat dari tahanan gerak, termasuk kekuatan kompresi
mesin.
1. Perlambatan tanpa pengereman
Nilainya besar pada kecepatan tinggi. Untuk perubahan sebesar 8
km/jam besar perlambatan rata – rata pada kecepatan permukaan
90 – 110 km/jam adalah sebesar 3,5 km/jam/detik, 60 – 80 km/jam
adalah 2,4 km/jam/detik, 25 – 50 km/jam adalah 1,4 km/jam/detik
Perlambatan maksimum ;
Tabel 2.9 Angka perlambatan maksimum
KendaraanKecepatan
( km/jam )
Perlambatan
( km/jam/detik )
Rekayasa Lalu Lintas 2-17
BAB I I KARAKTERISTIK PEMAKAI JALAN
Mobil
penumpang
80 22 – 32
truk 30 15 - 30
2. Perlambatan dengan pengereman
Informasi angka perlambatan maksimum digunakan untuk
mengestimasi jarak henti pengereman minimum dalam keadaan
darurat. Jarak henti pengereman minimum terjadi bila angka
perlambatan maksimum dan koefisien antara ban kendaraan dan
permukaan [erkerasan adalah maksimum.
j. Kinerja Pengereman Kendaraan
Kinerja pengereman dipengaruhi oleh :
1. Sistem pengereman kendaraan
2. Tipe dan kondisi ban
3. Tipe dan kondisi permukaan jalan
Jarak yang dibutuhkan pada perlambatan suatu kendaraan yaitu :
db = jarak pengereman ( m )
v = kecepatan permulaan ( kph )
u = kecepatan akhir ( kph )
f = koefisien gesekan ke muka ban dan permukaan
jalan
g = gradient ( % )
( + ) naik
( - ) turun
Rekayasa Lalu Lintas 2-18