Bab 2 Jembatan

13
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Jembatan adalah suatu struktur konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai saluran irigasi dan pembuang . Sejarah jembatan sudah cukup tua bersamaan dengan terjadinya hubungan komunikasi atau transportasi antara sesama manusia dan antara manusia dengan alam lingkungannya. Macam dan bentuk serta bahan yang digunakan mengalami perubahan sesuai dengan kemajuan jaman dan teknologi, mulai dari yang sederhana sekali sampai pada konstruksi yang mutakhir. Mengingat fungsi dari jembatan yaitu sebagai penghubung dua ruas jalan yang dilalui rintangan, maka jembatan dapat dikatakan merupakan bagian dari suatu jalan, baik jalan raya atau jalan kereta api. Klasifikasi jembatan terbagi 3, yaitu: 1. Menurut kegunaannya. a. Jembatan jalan raya (highway bridge) b. Jembatan pejalan kaki (foot path) c. Jembatan kereta api (railway bridge) d. Jembatan jalan air e. Jembatan jalan pipa f. Jembatan penyebrangan 2. Menurut jenis materialnya. 2

description

LANDASAN TEORI PERENCANAAN JEMBATAN

Transcript of Bab 2 Jembatan

Page 1: Bab 2 Jembatan

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Definisi

Jembatan adalah suatu struktur konstruksi yang berfungsi untuk

menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti

lembah yang dalam, alur sungai saluran irigasi dan pembuang . Sejarah jembatan sudah

cukup tua bersamaan dengan terjadinya hubungan komunikasi atau transportasi antara

sesama manusia dan antara manusia dengan alam lingkungannya. Macam dan bentuk

serta bahan yang digunakan mengalami perubahan sesuai dengan kemajuan jaman dan

teknologi, mulai dari yang sederhana sekali sampai pada konstruksi yang mutakhir.

Mengingat fungsi dari jembatan yaitu sebagai penghubung dua ruas jalan yang

dilalui rintangan, maka jembatan dapat dikatakan merupakan bagian dari suatu jalan,

baik jalan raya atau jalan kereta api. Klasifikasi jembatan terbagi 3, yaitu:

1. Menurut kegunaannya.

a. Jembatan jalan raya (highway bridge)

b. Jembatan pejalan kaki (foot path)

c. Jembatan kereta api (railway bridge)

d. Jembatan jalan air

e. Jembatan jalan pipa

f. Jembatan penyebrangan

2. Menurut jenis materialnya.

a. Jembatan kayu

b. Jembatan baja

c. Jembatan beton bertulang dan pratekan

d. Jembatan komposit

3. Menurut jenis structural.

a. Jembatan dengan tumpuan sederhana (simply supported bridge)

b. Jembatan menerus (continuous bridge)

c. Jembatan kantilever (cantilever bridge)

d. Jembatan integral

e. Jembatan semi integral

f. Jembatan pelengkung tiga sendi

2

Page 2: Bab 2 Jembatan

g. Jembatan rangka (trusses bridge)

h. Jembatan gantung (suspension bridge)

i. Jembatan kable (cable-stayed bridge)

j. Jembatan urung – urung (culverts bridge)

2.2. Dasar Dasar Perencanaan Jembatan

Dalam merencanakan suatu jembatan, perlu memperhatikan hal-hal sebagai

berikut :

1. Pemilihan Lokasi/Alinyemen

Pada umumnya jembatan-jembatan direncanakan dengan mengikuti rencana

alinyemen dari jalan raya yang telah ditentukan terlebih dahulu, akan tetapi dalam

kondisi khusus dimana kemungkinan-kemungkinan untuk membangun jembatan

yang telah ditentukan tersebut tidak memungkinkan (karena kondisi tanah atau

kondisi aliran sungai) maka dimungkinkan alinyemen jalan sedikit dikorbankan.

2. Penentuan Kondisi Eksternal ( geometri jembatan, panjang, lebar dan tinggi )

Pada pemilihan bentang panjang, posisi abutment, pier dan arah jembatan harus

mempertimbangkan unsur-unsur yang paling dominan, yaitu :

Topografi daerah setempat

Kondisi tanah dasar

Kondisi aliran sungai

3. Stabilitas Konstruksi

Stabilitas jembatan tentu saja menjadi tujuan utama dari perencanaan jembatan,

dengan selalu terikat pada prinsip bahwa konstruksi harus memenuhi kriteria : kuat,

kokoh dan stabil. Dalam perencanaan dimungkinkan dilakukan kajian alternatif,

sehingga dipilih alternatif yang paling baik.

4. Ekonomis

Pertimbangan konstruksi juga harus memperhitungkan faktor ekonomis. Dengan

biaya seekonomis mungkin dapat dihasilkan jembatan yang kuat dan aman.

5. Pertimbangan Pelaksanaan

Metode pelaksanaan harus mempertimbangkan kondisi lalu lintas yang ada agar

tetap berjalan dengan aman dan lancar.

Page 3: Bab 2 Jembatan

6. Pertimbangan Pemeliharaan

Pertimbangan aspek pemeliharaan dalam perencanaan jembatan akan tetap

mendapatkan perhatian perencana dalam memilih bahan konstruksi dan tipe

konstruksinya, misalnya faktor pengaruh air, garam zat korosif dan sebagainya.

7. Keamanan dan Kenyamanan

Aspek keamanan merupakan faktor utama dalam perencanaan jembatan, misalnya

dalam pemasangan railing, trotoar tinggi dan lain-lain. Aspek kenyamanan terletak

pada alinyemen di sekitar jembatan ( terutama bila di tikungan ) yang perlu dibuat

dengan jari-jari yang cukup besar dan perbedaan kelandaian yang kecil.

8. Estetika

Bentuk penampilan yang sesuai dengan lingkungan sekitarnya perlu

dipertimbangkan dalam pemilihan tipe setiap elemen konstruksi jembatan.

2.3. Survey Dan Penelitian

Pada perencanaan konstruksi jembatan diperlukan data-data yang digunakan

sebagai dasar perencanaan. Survey perlu dilaksanakan dengan cermat sehingga akan

diperoleh data yang akurat. Adapun data-data yang diperlukan dalam perencanaan

konstruksi jembatan antara lain :

a. Data tanah setempat dimana jembatan akan dibangun. Hal ini penting untuk

menentukan tipe pondasi yang akan digunakan.

b. Data banjir sungai, guna mengetahui tinggi muka air banjir yang akan digunakan

untuk menentukan peil lantai jembatan. Sedangkan kecepatan aliran sungai dan

debit banjir digunakan sebagai dasar untuk merencanakan konstruksi abutment

jembatan.

c. Data tentang kepadatan lalu lintas serta tekanan gandar yang direncanakan akan

melewatinya.

d. Data topografi untuk memperoleh karakteristik topografi daerah perencanaan.

e. Data penunjang lainnya untuk mendapatkan informasi lapangan kaitannya dengan

aspek pelaksanaan dan analisis lainnya, misalnya tentang tenaga kerja, material,

harga satuan dan lain-lain.

Page 4: Bab 2 Jembatan

Setelah data-data teknis lengkap maka diadakan analisis dan selanjutnya akan

ditetapkan antara lain :

Lebar jembatan

Bentang jembatan

Konstruksi jembatan, meliputi konstruksi bagian bawah dan konstruksi bagian

atas jembatan

Material yang dibutuhkan

Setelah perumusan-perumusan selesai, maka dibuat gambar rencana yang sesuai

dengan kondisi lapangan, bagian-bagian pekerjaan dan detail-detail serta dilengkapi

dengan anggaran biaya beserta syarat-syarat teknis dan administrasi.

2.4. Analisa Struktur

Beban-beban yang diperhitungkan dalam analisis struktur untuk sebuah bangunan

jembatan adalah sebagai berikut :

1. Beban Primer, yang terdiri dari :

a. Beban mati (berat sendiri)

b. Beban hidup (beban yang bekerja di atas jembatan)

c. Beban kejut

d. Tekanann Tanah

2. Beban Sekunder, yang terdiri dari :

a. Beban angin

b. Perbedaan suhu

c. Rangkak susut

d. Rem dan traksi

e. Gempa bumi

f. Gesekan pada tumpuan

3. Beban Khusus, yang terdiri dari :

a. Gaya sentrifugal

b. Gaya aliran dan benda hanyutan

c. Gaya dan beban pada saat pelaksanaan

Page 5: Bab 2 Jembatan

2.5. Perencanaan Struktur Bawah

Struktur bawah berfungsi menerima/memikul beban-beban yang diberikan

bangunan atas dan kemudian menyalurkannya ke pondasi. Beban-beban tersebut

selanjutnya oleh pondasi disalurkan ke tanah. Untuk mengetahui jenis pondasi yang

akan digunakan harus diketahui terlebih dahulu mengenai keadaan, susunan dan sifat

lapisan tanah serta daya dukungnya. Masalah-masalah teknik yang sering dijumpai oleh

ahli-ahli teknik sipil adalah dalam menentukan daya dukung dan kemungkinan

penurunan/settlement yang terjadi.

2.5.1. Penyelidikan Tanah

Penyelidikan tanah mencakup penyelidikan di lapangan dan penyelidikan di

laboratorium. Penyelidikan tanah dilaksanakan untuk mengetahui sifat tanah dan daya

dukungnya.Dari penyelidikan tanah dapat ditentukan urutan,ketebalan dan jenis lapisan

tanah kearah lateral dan bila diperlukan elevasi batuan dasar.Penyelidikan tanah

biasanya ditentukan dengan melakukan pengeboran maupun trial pit (sumur

uji).Apabila diinginkan sampel tanah yang mendekati / mewakili kondisi asli maka

penyelidikan tanah dilakukan dengan trial pit.Penyelidikan tanah yang memadai

merupakan suatu pekejaan pendahuluan yang sangat penting pada pekerjaan konstruksi.

2.5.2. Pondasi

Pondasi adalah bagian struktur yang berada dibawah jembatan dan berfungsi

meneruskan beban-beban di atasnya ke tanah keras. Bentuk bangunan pondasi sangat

tergantung dari tanah dasar dibawahnya atau tergantung dari jenis tanah bawah dasar

pondasi, yang menentukan besarnya kuat dukung tanah dan penurunan yang terjadi.

Berikut beberapa jenis pondasi yang sering digunakan yaitu :

1. Pondasi dangkal, digunakan bila lapisan tanah dibawah pondasi yang telah

diperhitungkan dan diperkirakan mampu memikul beban bangunan diatasnya.

Pondasi dangkal mempunyai kedalaman berkisar 0-12 m, tetapi dalam pemilihan

jenis pondasi pun berbeda-beda, tergantung dari struktur tanah yang cocok untuk

pondasi yang telah direncanakan, dan biasanya menggunakan jenis pondasi telapak

atau sumuran (caisson) serta

2. Pondasi dalam merupakan pondasi yang mempunyai kedalaman berkisar >12 m

dan biasanya berupa tiang pracetak, tiang kayu, tiang beton yang dicor ditempat

dengan pipa cassing baja yang ditekan dan dipuntir kedalam tanah atau dengan

pengeboran tanah. Pada umumnya digunakan jenis pondasi tiang pancang.

Page 6: Bab 2 Jembatan

2.5.3. Abutment

Abutment atau kepala jembatan merupakan bangunan yang berfungsi untuk

mendukung bangunan atas dan juga sebagai penahan tanah. Adapun fungsi abutmen ini

antara lain :

Sebagai perletakan balok jembatan atau beam.

Sebagai perletakan plat injak.

Sebagai penerus gaya-gaya yang bekerja pada struktur atas ke pondasi.

Sebagai penahan tekanan tanah aktif.

1. Pembesian Beton.

Pada saat besi diambil dari pabrik maka akan disertai sertifikat tes pabrik sehingga

dapat diketahui kekuatan tarik besi.Apabila tidak ada tes dari pabrik,maka tes

dilakukan di laboratorium. Penempatan besi di lapangan ditata sedemikian rupa

sesuai dengan diameter dan potongan, sehingga memudahkan pengecekan dan

pengambilan pada saat akan dipasang.Pemotongan besi digunakan bar-cutter dan

pembengkokan dilaksanakan dengan bar- bender.

2. Pembesian Pile Cap.

Urutan pelaksanaan pembesian Pile Cap adalah sebagai berikut :

Kebutuhan panjang dan diameter besi rencana diukur.

Semua besi yang telah diukur diberi tanda

Besi dipotong sesuai dengan kebutuhan.

Masing-masing jenis pemotongan dikelompokkan, diikat dan diberi tanda.

Dibuat denah pembantu dengan kayu hingga diperoleh jarak antara besi pada

lokasi pekerjaan.

Penulangan dimulai dari arah tepi pada jarak yang telah ditentukan.

Tulangan pokok diikat dan dibagi dengan kawat pengikat.

Beton decking dipasang dengan ketebalan sesuai rencana.

3. Pekerjaan Bekisting.

Untuk cetakan beton pada abutmen digunakan multipleks diperkuat kayu-kayu stut,

agar memudahkan pembongkaran bekisting dan juga untuk menjaga permukaan

beton maka permukaan bekisting dilapisi dengan minyak bekisting.

4. Pekerjaan Cor beton

Page 7: Bab 2 Jembatan

Pekerjaan ini dilaksanakan pada abutmen jembatan. Urutan pelaksanaan cor beton

antara lain :

Pengukuran / check posisi dan marking / tanda As kolom serta dimensinya.

Membuat sepatu kolom.

Memasang besi struktur kolom.

Chek-list pembesian kolom,bersama direksi / pengawas.

Memasang panel bekisting dan perkuatan yang diperlukan.

Chek list bersama dengan pihak terkait terhadap posisi,dimensi serta

kekokohan bekisting.

Memasang perancah untuk alat bantu kerja.

Menyiapkan beton Ready Mix.

Pelaksanaan cor beton.

2.5.4. Oprit Jembatan

Oprit jembatan berfungsi untuk melandaikan jalan yang menuju dan

meninggalkan jembatan sehingga pada waktu memasuki jembatan tidak terlalu

menanjak. Perencanaan oprit dibuat seekonomis mungkin sehingga dari segi biaya

rendah serta segi estetikanya memenuhi syarat keindahan.

2.5.5. Pilar

Berbeda dengan abutment yang jumlahnya ada 2 (dua) dalam satu jembatan.

Bentuk pilar suatu jembatan harus mempertimbangkan pola pergerakan aliran sungai,

sehingga dalam perencanaanya selain pertimbangan dari segi kekuatan juga

memperhitungkan masalah keamanannya. Dalam segi jumlah pun bermacam-macam

tergantung dari jarak bentangan yang tersedia, keadaan sungai dan keadaan tanah.

2.6. Perencanaan Struktur Atas

Struktur atas jembatan adalah bagian-bagian jembatan yang memindahkan beban-

beban lantai jembatan ke perletakan arah horisontal. Lantai jembatan adalah bagian dari

suatu jembatan yang langsung menerima beban lalu lintas kendaraan, pejalan kaki dan

beban yang membebaninya secara langsung. Secara umum bangunan atas pada

jembatan terdiri dari yaitu :

1. Gelagar Induk

Page 8: Bab 2 Jembatan

Komponen ini terletak pada jembatan yang letaknya memanjang arah jembatan atau

tegak lurus arah aliran sungai. Komponen ini merupakan suatu bagian struktur yang

menahan beban langsung dari pelat lantai kendaraan

2. Gelagar Melintang atau Diafragma

Komponen ini terletak pada jembatan yang letaknya melintang arah jembatan yang

mengikat balok-balok gelagar induk. Komponen ini juga mengikat beberapa balok

gelagar induk agar menjadi suatu kesatuan supaya tidak terjadi pergeseran antar

gelagar induk.

3. Lantai Jembatan

Berfungsi sebagai penahan lapisan perkerasan yang menahan langsung beban lalu

lintas yang melewati jembatan. Komponen ini menahan suatu beban yang langsung

dan ditransferkan secara merata keseluruh lantai kendaraan.

4. Perletakan atau Andas

Terletak menumpu pada abutment dan pilar yang berfungsi menyalurkan semua

beban langsung jembatan ke abutment dan diteruskan ke bagian fondasi.

5. Plat Injak

Plat injak berfungsi menghubungkan jalan dan jembatan sehingga tidak terjadi

perbedaan tinggi keduanya, juga menutup bagian sambungan agar tidak terjadi

keausan antara jalan dan jembatan pada pelat lantai jembatan.

2.7. Sarana Perlengkapan Dan Pendukung

Bangunan pelengkap pada jembatan adalah bangunan yang merupakan pelengkap

dari konstruksi jembatan yang fungsinya untuk pengamanan terhadap struktur jembatan

secara keseluruhan dan keamanan terhadap pemakai jalan. Macam-macam bangunan

pelengkap :

1. Sandaran (Railling )

Merupakan pembatas antara kendaraan dengan pinggiran jembatan. Railling

jembatan berfungsi sebagai pagar pengaman bagi para pengguna jasa jalan, selain

itu juga berfungsi sebagai nilai estetika.

2. Saluran Pembuang (Drainase )

Terletak dikanan-kiri abutment dan di sisi kanan-kiri perkerasan jembatan. Saluran

ini berfungsi untuk mengalirkan air dari perkerasan ke luar jembatan.

Page 9: Bab 2 Jembatan

3. Talud

Talud mempunyai fungsi utama sebagai pelindung abutment dari aliran air

sehingga sering disebut talud pelindung terletak sejajar dengan arah arus sungai.

4. Patok penuntun (Guide post)

Berfungsi sebagai penunjuk jalan bagi kendaraan yang akan melewati jembatan,

biasanya diletakkan sepanjang panjang oprit jembatan.

5. Lampu penerangan

Selain berfungsi untuk penerangan di daerah jembatan pada malam hari juga

berfungsi untuk estetika.

6. Trotoar

Trotoar berfungsi untuk melayani pejalan kaki sehingga memberi rasa aman baik

bagi pejalan kaki maupun pengguna jalan yang lain.