BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis -...
Transcript of BAB 2 Eksplorasi Isu Bisnis -...
Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis
13
BAB 2
Eksplorasi Isu Bisnis
2.1. Peta Pemikiran Konseptual
Gambar 2.1. Conceptual Framework PT Agricinal
Untuk melakukan pengembangan bisnis di PT Agricinal digunakan conceptual
framework diatas, dan akan dijabarkan faktor – faktor yang dijadikan sebagai
dasar dalam pengembangan bisnis terutama dalam kaitannya dengan divisi
trading. Faktor – faktor tersebut adalah Pengidentifikasian pada divisi trading PT
Agricinal untuk mengetahui keadaan dan apakah terjadi permasalahan pada divisi
ini, Menganalisa situasi industri, dan Menganalisa laporan keuangan untuk
mengetahui performa PT Agricinal. Beberapa data untuk menunjang analisa yang
terdapat dalam conseptual framework didapatkan dari hasilwawancara dengan
nara sumber yang berasal dari pihak manajemen PT Agricinal, pengamatan
langsung ke perkebunan dan pabrik PT Agricinal di Bengkulu, dan pada in-depth
interview yang dilakukan pada saat riset di pelabuhan khusus yang dimiliki oleh
Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis
14
PT Agricinal di Bengkulu pada beberapa nahkoda kapal dan awak kapal dari
beberapa kapal tangker lokal maupun asing telah ditemukan data data yang yang
berhubungan dengan produktifitas kapal dan sisi operasional dari kapal. Juga studi
literatureyang berhubungan dengan pelaksanaan proyek akhir ini.
Kemajuan dalam bisnis kelapa sawit Indonesia ditandai dengan semakin
terintegrasinya spesialisasi fungsi dan pembagian kerja berdasarkan fungsi –
fungsi sistem agribisnis. Dari Pengadaan dan Penyaluran sarana produksi, sampai
dengan Produksi Primer ( Budi Daya Pertanian ), dan Pengolahan Agroindustri
Hilir sampai pada proses akhir yaitu pemasaran.
Gambar 2.2. Spesialisasi fungsi dan pembagian kerja berdasarkan fungsi – fungsi sistem
agribisnis
2.1.1. Evaluasi pada divisi trading PT Agricinal
Dalam proyek akhir ini, dasar pemikiran awal yang terbentuk mengacu pada
pemasaran produk CPO. Faktor- faktor utama yang mempengaruhi pemasaran
produk CPO ditentukan dan kemudian akan dijelaskan satu per satu seperti
gambar di bawah ini.
Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis
15
Gambar 2.3. Faktor- faktor utama yang mempengaruhi pemasaran produk CPO
2.1.1.1. Distribusi produk
Perusahaan membutuhkan proses distribusi dan pelaksanaan logistical
management yang baik dan efisien. Namun dalam pelaksanaannya, masih
terdapat berbagai kendala dalam mewujudkan logistical management sesuai
dengan standar yang ditetapkan, dan hal ini menganggu kelancaran penjualan.
Pada bab ini penulis akan membahas hasil yang didapat dari pengamatan secara
langsung pada perusahaan, yaitu berupa data penjualan selama tiga tahun 2005-
2007. Dalam penelitian ini penulis mendeteksi beberapa masalah yang akan diulas
di bawah ini dan akan juga penulis sampaikan pemikiran penyelesaiannya agar
sales selalu lancar, yang menyangkut outbound logistic yaitu masalah pada
kegiatan transportation.
2.1.1.2. Permintaan dan konsumsi domestik dan dunia
Pada tahun 2007 pemerintah telah menerbitkan aturan yang mewajibkan produsen
minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) mendahulukan pasokan untuk
Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis
16
dalam negeri.Kewajiban atau domestic market obligation (DMO) itu diatur dalam
Surat Keputusan Menteri Pertanian.Penerapan DMO adalah sebagai antisipasi
jangka panjang untuk mengamankan kebutuhan kelapa sawit dalam negeri
termasuk mengantisipasi kecenderungan peningkatan permintaan biofuel. �
Konsumsi minyak & lemak dunia sudah bertambah besar dengan stabil selama 25
tahun terakhir.Dua faktor yang mengemudikan ini adalah pertumbuhan penduduk
dunia & pertambahan per capita konsumsi.Hal diperlihatkan pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4. Populasi dan Konsumsi Dunia Terhadap Minyak Nabati
Dunia terus mempunyai kebutuhan dan tidak puas-puasnya terhadap minyak
dengan konsumsi di sekitar 82,5 juta barrels per hari dan terus bertumbuh.
Amerika Serikat mempunyai kebutuhan tertinggi sekitar 20 juta barrels setiap
Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis
17
harinya. Negara China dan India juga mengikuti Amerika sebagai akibat dari
proses industrialisasi di kedua negara ini1.
2.1.1.3. Mutu dan kualitas CPO
Masalah utama pada pabrik pengolahan kelapa sawit di Indonesia adalah tingkat
efisiensi pengolahan yang masih rendah.Penyebabnya, masih menggunakan cara
manual dan sangat tergantung pada si operator.��Dampaknya, terjadi
kelambatan (delay time) yang sangat besar sehingga kuantitas dan kualitas
produksi crude palm oil (CPO) menurun.
Pertumbuhan penduduk dunia yang tinggi mengakibatkan peningkatan konsumsi
pangan, termasuk konsumsi minyak nabati.Kebutuhan minyak nabati dunia ini
terutama dipenuhi dari minyak kelapa sawit. Peningkatan produksi kelapa sawit di
Indonesia telah mendorong devisa sehingga menempatkan Indonesia sebagai
penghasil minyak kelapa sawit dunia terbesar. Persaingan ekspor minyak kelapa
sawit Indonesia dengan Malaysia mengakibatkan produk CPO Indonesia harus
memiliki mutu yang sesuai dengan persyratan internasional. Untuk itu maka
kegiatan produksi terutama kegiatan penanganan panen kelapa sawit dan
pengolahannya menjadi CPO hendaknya dilakukan secara terintregrasi
(Junaran,1995).
2.1.1.4. Harga pasaran
Ketidakstabilan harga pertanian secara umum dihubungkan dengan
ketidakstabilan produksi pertanian yang sebagian besar karena faktor seperti
cuaca.Pada pasar terbuka sampai perdagangan internasional, pergerakan harga ini
juga adalah atribut penentu harga lokal.
Dibawah ini adalah tabel yang menunjukan harga rata – rata, harga teringgi, dan
persentase perubahan harga komoditi minyak nabati internasional dari tahun 2005
sampai tahun 2007.
1 oilworld.com
Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis
18
Sumber dari www.fao.org
Gambar 2.5. Harga Komoditi Internasional
Sejak tahun 2004 harga minyak sawit dunia sudah naik, ada beberapa diskusi yang
membahas tentang harga minyak sawit dunia yang tinggi ini dan trend harga
kedepan. Salah satu berpendapat bahwa harga minyak sawit yang tinggi ini adalah
berbentuk siklus dan muncul karena ledakan permintaan pasar dan masalah di Iraq
serta kombinasi bull run di pasar modal.
Pendapat lain mengatakan bahwa saat ini terjadi perubahan struktur standar pada
pasar minyak yang mencerminkan ketidakefisienan investasi selama 10 tahun
terakhir ini. Perbedaan pendapat ini sangat besar, bila harga saat ini adalah suatu
siklus maka suatu saat akan turun, sedangkan bila karena masalah struktur pasar
maka harga ini akan tetap naik.
Sumber dari BP Statistical Overview, 2005, Energy Information Agency
Gambar 2.6. Harga Crude oil
Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis
19
2.1.1.5. Persaingan
Dari sisi persaingan usaha, struktur industri CPO dan minyak goreng di Indonesia
relatif terintegrasi dan cenderung oligopolistik.Produsen CPO (hulu) memiliki
keterkaitan usaha (kepemilikan) dengan produsen minyak goreng (hilir). Kondisi
yang sama juga terjadi di jalur distribusi, dimana distributor-pengecer diduga
memiliki market power yang signifikan. ��Berbagai kondisi tersebut diduga
mengarah kepada terjadinya oligopoli pricing, dimana baik produsen-distributor
memiliki market power sehingga harga minyak goreng menjadi tidak kompetitif.
2.1.1.6. Pertambahan dan berkurangnya pasokan minyak nabati lainnya
Prospek industri sawit di negeri sudah berkembang sangat pesat, hal ini terbukti
dengan semakin berkembangnya industri ini dari hulu ke hilir dan menjadi
primadona ekspor dari sektor non migas. Di samping memberikan profitabilitas
yang tinggi dan berkesinambungan bagi para pelaku bisnis, industri ini secara
nyata juga ikut meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia bahkan dunia.
Saat ini dengan total produksi mencapai sekitar 16 juta ton pertahun di 2006,
minyak sawit mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan dari 14,7 juta ton
pada 2005 dan 13,6 juta ton di 2004. Peningkatan produksi minyak sawit ini di
masa mendatang akan terus berlanjut, sejalan dengan dukungan teknologi dan
implementasinya, yang didorong oleh kebutuhan konsumsi yang semakin
meningkat. Gejala tersebut membuat masa depan industri kelapa sawit secara
umum akan semakin cerah. Ini dapat ditunjukan dengan beberapa indikator utama
yang menunjukkan kenaikan, seperti luas lahan, angka produksi, ekspor serta
penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut membuat minyak sawit akan men-substitusi
jenis minyak nabati lain, terutama edible oil seperti minyak kedelai, bunga
matahari dan biji lobak. Peningkatan peluang minyak sawit juga di dukung oleh
harga minyak sawit yang relatif lebih rendah apabila dibandingkan dengan jenis
minyak nabati lainnya.
Pertumbuhan yang besar ini tidak hanya terjadi di Indonesia semata, melainkan
juga terjadi di negara lainnya yang memproduksi minyak sawit. Berdasarkan data
oil world Annual 2006, produksi minyak sawit dunia mengalami kenaikan sebesar
Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis
20
7,7% menjadi 37,6 juta ton di bandingkan 35,2 juta ton pada 2005. Ini merupakan
kenaikan terbesar dibandingkan minyak nabati lainnya seperti minyak kedelai
yang mengalami kenaikan sebesar 5,7% menjadi 36,6 juta ton di 2006 dari 34,8 di
tahun sebelumnya.
Tabel2.1 di bawah, berisi detail produksi oils & fats sejak 2003/04, serta prediksi
untuk tahun berikutnya. Peningkatan yang terjadi beberapa tahun ini, diatas rata-
rata peningkatan selama kurun waktu 20 tahun kebelakang.Dapat dilihat pada
tabel, terjadi kenaikan sebesar 17% (22.6 MT) dalam kurun waktu 3 tahun
(termasuk prediksi tahun 2006/07). Hampir seluruh kenaikan ini akibat dari
bertambahnya suplai soybean, palm (termasuk palm kernel), serta rapeseed oil,
yang jumlah total kenaikan dari tiga oil ini mencapai 18.6 MT. Kenaikan sebagian
produk lain cukup menarik untuk dicatat bahwa butter, lard, dan tallow turut
menyumbang kenaikan sebanyak 1.6 MT.
Peningkatan ini semakin memperkuat minyak sawit sebagai primadona minyak
nabati di dunia mengalahkan minyak nabati lainnya. Dengan pasar utama CPO
Indonesia masih di dominasi China dan India yang mengkonsumsi lebih dari 60%
dari total ekspor setiap tahun. Kini Indonesia bersama negara tetangga Malaysia,
telah menguasai lebih dari 85% produksi CPO dunia, dan bukan suatu hal yang
mustahil apabila Indonesia akan berhasil mengungguli Malaysia menjadi
produsen minyak sawit terbesar di dunia.
Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis
21
Tabel 2.1. Produksi Minyak Nabati sejak 2003/2004 dengan prediksi 2006/2007
Million Metric Tons (MMT)
Komoditi lain seperti : Fish oil (~1.0 MMT), Sesame (~0.8 MMT), linseed (~0.7 MMT) dan
Castor (~0.5 MMT)
Source : Oil World Annual 2006
2.2.Analisa Situasi Industri
Kondisi makroekonomi di Indonesia sepanjang tahun 2007 menunjukkan banyak
perbaikan. Target pertumbuhan ekonomi 6,3 persen tercapai. Inflasi dan nilai
tukar rupiah cenderung stabil, suku bunga acuan ( BIrate ) bisa terus diturunkan
dan ini mendorong perbankan menurunkan tingkat bunganya. Investasi
meningkat. Kinerja ekspor nasional yang bagus mendorong cadangan devisa
Indonesia relatif kuat. Situasi politik juga cukup stabil dan gangguan keamanan
nasional tidak banyak terjadi.Gangguan ternyata justru banyak datang dari luar,
terutama dengan harga minyak mentah dunia terus menanjak, terutama ketika
mulai memasuki triwulan keempat.
Ekspor masih akan terus meningkat, terutama dari nonmigas, sebagian besar
karena kenaikan harga pasar internasional. Contohnya adalah ekspor minyak
sawit mentah CPO, sampai september 2007 sudah mencapai US$5,6 miliar.
Kenaikan ini paling banyak disumbang oleh harga CPO yang mencapai US$900
per ton. Sampai akhir tahun 2008 ekspor CPO diperkirakan masih tinggi karena
Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis
22
minyak sawit kini tidak hanya diolah untuk minyak goreng, tapi juga untuk
biodiesel2.
2.2.1. Kondisi Internal Perusahaan
Luas perkebunan dan produksi kelapa sawit di PT Agricinal
Didirikan tahun 1985. Berlokasi di Bengkulu
Kebun inti :
• 8.902 ha di Ds. Pasar Seblat (TM 15-20)
• 2.500 ha di Desa Tunggang (TBM 2-3)
• Pabrik CPO kapasitas 60 ton TBS/jam
• Pabrik PKO kapasitas 100 ton inti/hari
PT Agricinal juga melakukan pembinaan kebun plasma :
• Kab. Bengkulu Utara : 18.300 ha
• Kab. Mukomuko : 1.433 ha
• Kab. Bengkulu Selatan : 1.265 ha
• Kab. Seluma : 340 ha
Saat ini Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTAgricinal beroperasi dengan kapasitas olah
45 ton TBS/jam dan Pabrik inti mengolah 50 ton inti/hari, yang kemudian akan
ditingkatkan kapasitasnya menjadi 60 ton TBS/jam(PKS) dan 100 ton/hari (pabrik
inti).
Pelabuhan khusus dan perdagangan dibangun untuk memenuhi kebutuhan
perdagangan dan pengangkutan PT Agricinal, Pelabuhan Khusus memulai
operasinya sejak akhir tahun 2005.Hingga akhir tahun 2006, Pelsus telah
digunakan untuk mengangkut 72.500 ton CPO3.
Pengembangan Usaha :
Berperan sebagai Mitra Usaha dalam Program Nasional Pemerintah : 2 Tempo, 23 Desember 2007. Liputan khusus prospek ekonomi 2008 3 Data laporan tahunan PT Agricinal
Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis
23
Revitalisasi Perkebunan (Revbun), yaitu pembangunan kebun rakyat.
Dalam 5 tahun akan dibangun seluas 60.000 Ha di Bengkulu dan 64.000
Ha di Kaltim.
Program Kerja :
Bengkulu :
telah memperoleh penyediaan lahan seluas 50.500 Ha, dan
akan segera dibuat ijin lokasi.
Kaltim : Penyediaan lahan telah dicanangkan oleh tiap
kabupaten baik untuk inti maupun plasma.
Volume penjualan dan Laporan penjualan
Laporan penjualan bersih selama periode 1 Januari 2006 s/d 31
Desember 2006 sebesar Rp 215.521.831.403. dengan perincian sebagai
berikut : Tabel 2.2. Tabel Laporan Penjualan Bersih PT Agricinal2007
Transaksi Jumlah ( kg ) Nilai (Rp)
Penjualan CPO 40,534,930 139.137.497.640
Pejualan Inti sawit 5,859,570 9.937.032.110
Palm Kernel Oil 400,000 1.611.000.000
Penjualan Bibit Sawit 304,581 1.642.769.750
Pendapatan Jasa Pelabuhan 845.259.175
Trading CPO 59.348.272.727
Total 215.521.831.403
2.2.2. Isu utama dalam industri minyak sawit
Kenaikan harga minyak sawit sampai pada US$ 900 per ton yang dipercaya
disebabkan oleh meningkatnya permintaan untuk biofuels. Hal ini mengarahkan
pada perubahan besar pada strategi bisnis industri minyak sawit. Alokasi tentang
“foods vs fuels” menjadi lebih jelas dari pada era sekitar 10 tahun yang lalu.
Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis
24
Industri ini harus memperkuat research dan development ( R&D ) untuk
mendukung strategi bisnis pada masa yang akan datang.
2.2.3. Kondisi Persaingan
Fakta di lapangan menunjukan bahwa minyak goreng di Indonesia menunjukkan
trend kenaikan harga.Hal tersebut memicu keresahan di kalangan masyarakat,
belum lagi dapat berdampak kepada kenaikan bahan-bahan makanan pokok
lainnya.Untuk mencegah kenaikan harga ini, pemerintah menerapkan instrumen
pajak ekspor (PE) terhadap CPO yang diharapkan dapat menjadi disinsentif bagi
produsen CPO untuk mengekspor produk mereka. Selain PE, pemerintah juga
menerapkan kebijakan domestic market obligation (DMO) yang memprioritaskan
kestabilan pasokan CPO dalam negeri. ��Dari sisi persaingan usaha, struktur
industri CPO dan minyak goreng di Indonesia relatif terintegrasi dan cenderung
oligopolistik.Produsen CPO (hulu) memiliki keterkaitan usaha (kepemilikan)
dengan produsen minyak goreng (hilir). Kondisi yang sama juga terjadi di jalur
distribusi, dimana distributor-pengecer diduga memiliki market power yang
signifikan. Berbagai kondisi tersebut diduga mengarah kepada terjadinya oligopoli
pricing, dimana baik produsen-distributor memiliki market power sehingga harga
minyak goreng menjadi tidak kompetitif.��Dalam konteks DMO, kebijakan
pemerintah untuk membatasi ekspor CPO dapat dianalisis melalui UU No. 5/1999
tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,
khususnya bagian pengecualian seperti pasal 50.g. Pasal ini mengecualikan
perjanjian/kegiatan berorientasi ekspor dari UU No. 5/1999, sepanjang tidak
mengganggu pasokan dalam negeri.��Apabila diketahui bahwa peningkatan
ekspor tersebut dilatarbelakangi oleh kesepakatan para produsen (direct maupun
indirect), maka hal tersebut tidak dapat dikecualikan dari UU No. 5/1999. Sangat
jelas kesepakatan tersebut telah mengakibatkan ketidakstabilan dalam
pasokan.Dalam hal ini, analisis persaingan usaha menjadi sangat penting
mengingat struktur pasar yang terkonsentrasi dan terintegrasi. ��
Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis
25
2.2.3.1.Penawaran dan Permintaan Produk Kelapa Sawit
Berbagai jenis minyak nabati dan lemak yang ada di pasaran dunia memepunyai
sifat yang dapat saling menggantikan (barang subtitusi), dan oleh karena itu
penawaran dan permintaan produk kelapa sawit harus dibicarakan dalam konteks
ekonomi minyak nabati dan lemak dunia. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
volume permintaan minyak kelapa sawit di pasar domestik dan pasar dunia adalah
sebagai berikut.
1. Pertambahan penduduk dan pertumbuhan gross domestic product
(GDP).
2. Kepentingan politik di masing-masing negara.
3. Letak geografis suatu negara dan biaya transportasi minyak kelap
sawit ke negara tersebut.
4. Akses informasi.
5. Tingkat subtitusi produk.
2.2.3.2. Penawaran dan Produksi Kelapa sawit
Konsumsi minyak kelapa sawit domestik yang tinggi merupakan salah satu faktor
yang mendukung peningkatan produktifitas. Indonesia merupakan negara
produsen terbesar kedua di dunia dan negara konsumen terbesar di dunia dalam
hubungannya dengan kelapa sawit. Keseimbangan penawaran dan permintaan
akan minyak kelapa sawit ini mengakibatkan peran Indonesia menjadi semakin
dominan sebagai negara yang mempengaruhi pola penawaran dan permintaan
minyak kelapa sawit dunia. Pada tahun 2008 ini, negara Indonesia di proyeksikan
akan menjadi negara penghasil minyak kelapa sawit yang terbesar di dunia
melebihi negara Malaysia. Hal ini terutama karena adanya banyak dukungan dari
pemerintah Indonesia. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan produksi
minyak kelapa sawit dalam memenuhi permintaan konsumsidunia adalah sebagai
berikut,
1. Iklim
2. Luas lahan yang tersedia
3. Ketersediaan akan tenaga kerja
Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis
26
4. Dukungan masing-masing negara
5. Gerakan masyarakat pemerhati lingkungan
6. Pendanaan investasi
2.2.3.3. Ketersediaan Produk Pengganti
Ditengah ramainya persaingan beberapa merek minyak goreng berbahan baku
CPO, kini juga hadir di pasaran pesaing-pesaing baru: minyak kanola, minyak
kedelai, dan minyak jagung. Jenis minyak yang sama-sama dipakai untuk
menggoreng ini diyakini oleh para ahli gizi memberi manfaat lebih besar
ketimbang minyak goreng biasa.
2.2.3.4.Kondisi Perekonomian
Secara keseluruhan, tingkat investasi keuangan di Indonesia pada tahun 2007
meningkat pesat. Data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal menunjukan
realisasi investasi asing selama sembilan bulan pertama 2007 meningkat 103%
menjadi US$ 9 miliar dibandingkan pada periode yang sama tahun 2006. Investasi
dalam negri juga meningkat lebih tinggi , 143%, menjadi Rp 33 triliun. Salah satu
faktor yang menyerap investasi adalah perkebunan kelapa sawit4.
Pengaturan alokasi produksi minyak kelapa sawit dalam negeri diatur melalui
surat keputusan bersama (SKB) 3 Menteri, yaitu Menteri Pertanian, Mentri
Perindustrian, dan Mentri Perdagangan nomor 275/KPB/XII/78 tanggal 16
Desember 1978 yang mengatur hal-hal sebagai berikut.
• Jumlah produksi dan rencana ekspor.
• Kapasitas dan kebutuhan masing-masing unit industri pengolahan lanjutan,
seperti minyak goreng, sabun, dan lain-lain.
• Pengawasan penyaluran minyak kelapa sawit ke industri pengolahan
lanjutan.
• Harga ditetapkan oleh pemerintah
4 Badan Koordinasi Penanaman Modal
Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis
27
Berdasarkan SKB 3 Mentri tersebut, pengaturan alokasi produksi minyak kelapa
sawit berdasarkan penggunaan dan harganya ditentukan sebagai berikut.
• Harga minyak kelapa sawit untuk pembuatan minyak goreng ditetapkan di
Belawan.
• Harga minyak kelapa sawit untuk operasi pasar berdasarkan minyak
goreng dikurangi biaya operasional.
• Harga minyak kelapa sawit untuk industri hilir sama dengan harga ekspor
Free On Board (FOB) Belawan.
Prospek pemasaran minyak kelapa sawit sangat cerah karena tekanan permintaan
minyak goreng yang berasal dari minyak kelapa sawit terus meningkat karena
meningkatnya jumlah pertambahan penduduk dan GDP dunia. Selain itu seperti di
sebutkan di awal laporan penelitian ini bahwa prospek pemasaran minyak kelapa
sawit juga dipengaruhi pesatnya perkembangan industri yang berbasis bahan baku
produk kelapa sawit seperti biofuel.
Melihat kecenderungan pasar dan pertimbangan faktor penawaran dan permintaan
maka prospek pemasaran minyak kelapa sawit dalam dua dasawarsa mendatang
cenderung akan meningkat, sepanjang kondisi-kondisi yang mempengaruhi
pembentukan harga dipengaruhi oleh mekanisme pasar secara bebas.
2.3. Analisis Situasi Bisnis
2.3.1. Potensi dan prospek Kelapa Sawit di Indonesia
Kelapa sawit merupakan salah satu produk perkebunan yang memiliki nilai tinggi
dan industrinya termasuk padat karya. Indonesia merupakan negara penghasil
CPO kedua terbesar di dunia setelah Malaysia. Sebagian besar dari CPO itu
diekspor ke India, Eropa dan Cina. Dengan kondisi ini prospek industri kelapa
sawit nasional diperkirakan akan terus meningkat. Optimisme ini muncul karena
harga minyak sawit mentah di pasar dunia terus membaik. Bahkan, harga tersebut
dalam waktu dekat akan meningkat. Indikasi ke arah sana semakin menguat
setelah melihat perkembangan harga pasar.
Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis
28
Manfaat dari buah kelapa sawit sendiri sangat bervariasi. Cukup banyak industri
lain yang dapat menggunakan sebagai bahan baku produknya, seperti minyak
goreng, makanan, kosmetik, bahan bakar dan lain-lain. Akhir-akhir ini industri
kelapa sawit cukup marak dibicarakan, karena dunia saat ini sedang ramai-
ramainya mencari sumber energi baru pengganti minyak bumi yang cadangannya
semakin menipis. Salah satu alternatif pengganti tersebut adalah energi bio diesel
dimana bahan baku utamanya adalah minyak mentah kelapa sawit atau yang lebih
dikenal dengan nama Crude Palm Oil (CPO). Bio diesel ini merupakan energi
alternatif yang ramah lingkungan, selain itu sumber energinya dapat terus
dikembangkan, sangat berbeda dengan minyak bumi yang jika cadangannya sudah
habis tidak dapat dikembangkan kembali. Pertumbuhan permintaan CPO tidak
hanya disebabkan dengan adanya pengembangan energi alternatif tersebut, tetapi
juga disebabkan kenaikan permintaan yang disebabkan oleh pertumbuhan industri
hilirnya. Indonesia sebagai produsen utama bersama Malaysia seharusnya dapat
memperoleh keuntungan dari keadaan tersebut, dengan berkonsentrasi
membangun industri kelapa sawit dan infrastruktur pendukungnya.
2.3.2. Perkembangan Minyak Kelapa Sawit Dunia
Konsumsi minyak sawit (CPO ) dunia dari tahun ke tahun terus menunjukkan tren
meningkat. Pertumbuhan akan permintaan CPO dunia dalam 5 (lima) tahun
terakhir, rata-rata tumbuh sebesar 9,92%5. China dengan Indonesia merupakan
negara yang paling banyak menyerap CPO dunia. Selain itu negara Uni Eropa
juga termasuk konsumen besar pengkomsumsi CPO di dunia.
Seiring dengan meningkatnya konsumsi dunia, ekspor CPO dalam 5 (lima) tahun
terakhir juga menunjukkan trend meningkat, rata-rata peningkatannya adalah
sebesar 11%. Eksportir terbesar didunia didominasi oleh Malaysia dan Indonesia,
kedua negara tersebut menguasai 91% pangsa pasar ekspor dunia. Papua Nugini
berada di urutan ke 3 dengan perbedaan share yang cukup jauh yaitu hanya
berkisar 1,3%. Diprediksikan peningkatan konsumsi dan ekspor ini akan terus
berlanjut bahkan dalam persentase yang lebih besar mengingat faktor yang 5 www.oilworld.com
Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis
29
mendukung hal tersebut cukup banyak, seperti: pertumbuhan penduduk,
pertumbuhan industri hilir, perkembangan energi alternatif, dll. Malaysia dan
Indonesia diprediksikan akan terus menjadi pemain utama dalam ekspor CPO ini,
mengingat belum ada perkembangan yang signifikan dari negara pesaing lainnya.
Bahkan Indonesia diprediksikan akan menyalip Malaysia baik dalam produksi
maupun ekspor CPO, karena didukung oleh luas lahan yang tersedia dimana
Malaysia sudah mulai terbatas.
Gambar 2.7. Perkembangan ekspor dan Konsumsi CPO Dunia
2.3.3. Perkembangan Harga CPO Dunia.
Permasalahan utama perdagangan dunia CPO sebenarnya bukan terletak pada
tingkat permintaan konsumsi atau ekspornya, karena baik konsumsi atau ekspor
dunia cenderung meningkat dengan stabil. Permasalahan utamanya justru terletak
pada fluktuasi harga yang tidak stabil. Fluktuasi harga CPO ini cenderung
dipengaruhi oleh isu-isu yang dibuat oleh negara penghasil produk subtitusi
(saingan CPO), yaitu negara-negara penghasil minyak dari kacang kedelai dan
jagung yang umumnya merupakan negara di Eropa dan Amerika (negara maju).
Isu-isu seperti produk yang tidak higienis, pengrusakan ekosistem hutan termasuk
isu pemusnahan orang utan merupakan isu yang diangkat untuk menjatuhkan
harga CPO dunia. Harga CPO dunia saat ini (Februari 2008) adalah USD900/ton,
relatif tinggi jika dibandingkan dengan harga selama tujuh tahun terakhir,
walaupun pada 1984 harga CPO pernah mencapai USD729/ton.
Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis
30
Gambar 2.8. Perkembangan Harga CPO di Rotterdam
2.3.4. Kondisi Dalam Negeri Industri/perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu sektor unggulan Indonesia
dan kontribusinya terhadap ekspor non migas nasional cukup besar. Dalam enam
tahun terakhir rata-rata share per tahun adalah 6,17% dan setiap tahun cenderung
terus mengalami peningkatan. Ekspor CPO Indonesia setiap tahunnya juga
menunjukkan tren meningkat dengan rata-rata peningkatan adalah 12,97%.
Sampai dengan tahun 2005 luas perkebunan kelapa sawit yang ternanam di
Indonesia adalah 5,6 juta ha, yang terdiri dari: perkebunan rakyat 1,9 juta ha,
perkebunan pemerintah 0,7 juta ha, dan perkebunan swasta 3, 0 juta ha. Rata-rata
pertumbuhan lahan per tahun sebesar 15% atau 200.000 ha per tahun. Sementara
itu, produksi kelapa sawit Indonesia di tahun 2005 telah mencapai 17 juta ton
meningkat 63,7% dibandingkan tahun 2003 yang mencapai 10,4 juta ton.
Sebagian besar lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia terletak di Pulau
Sumatera (69%) disusul Pulau Kalimantan (26%). Dengan adanya rencana
pemerintah membangun 850 km perkebunan kelapa sawit di sepanjang perbatasan
Indonesia dan Malaysia di Pulau Kalimantan maka pada tahun 2020 diprediksikan
luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia akan menjadi 9 juta ha sehingga share
lahan kelapa sawit di Kalimantan naik menjadi 35% sebaliknya Sumatera turun
menjadi 56%6.
6 Data statistik Pemda Sumatra, www.sumbarprov.go.id
Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis
31
Produktifitas kebun kelapa sawit di Indonesia masih kalah dibandingkan
Malaysia. Produktifitas Indonesia berkisar 3,04 ton/ha sedangkan Malaysia
berkisar 3,83 ton/ha. Hal ini lebih disebabkan oleh pemilihan bibit yang kurang
baik, sistem pemupukan yang kurang optimal dan kondisi perkebunan kelapa
sawit di Indonesia yang sudah banyak melewati usia produktif akibat
keterterlambatan dalam melakukan regenerasi pohon kelapa sawit. Ke depan,
pengembangan industri kelapa sawit nasional sangat prospektif karena saat ini
pemerintah Indonesia sedang menjalankan program pengembangan bio diesel
yang menggunakan CPO sebagai bahan bakunya. Dengan demikian kapasitas
penyerapan CPO akan jauh lebih besar lagi disamping nilai tambahnya juga akan
semakin tinggi.
2.3.5. Kendala-Kendala Pengembangan Industri Kelapa Sawit Nasional
Secara makro, prospek industri kelapa sawit di Indonesia cukup baik, tetapi dalam
pelaksanaan pengembangannya cukup banyak kendala yang dihadapi diantaranya
adalah:
1. Kebijakan yang saling tumpang tindih antara pusat dan daerah, seperti
ijin pembukaan lahan yang kadang membuat para pelaku bisnis ragu-ragu
dalam bertindak dan mengakibatkan biaya besar.
2. Infrastruktur yang belum memadai terutama pelabuhan ekspor. Saat ini
kapasitas pelabuhan ekspor kelapa sawit baru mencapai 8 juta ton,
sedangkan total ekspor telah mencapai 10 juta ton lebih, sehingga masih
terdapat kekurangan 2 juta ton. Diprediksikan dengan pertumbuhan lahan
kelapa sawit yang signifikan (jika tidak didukung adanya penambahan
kapasitas pelabuhan baik perluasan atau penambahan pelabuhan baru)
maka industri kelapa sawit dalam 10 tahun bisa terganggu karena akan
banyak hasil produksi yang tidak dapat diekspor, sementara daya tampung
dalam negeri akan semakin terbatas apalagi jika program bio diesel
pemerintah tidak dapat berjalan seperti yang diharapkan.
3. Tumbuhnya industri hilir tidak secepat pertumbuhan industri kelapa
sawit itu sendiri, mengakibatkan nilai jual hasil minyak kelapa sawit
Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis
32
Indonesia bernilai rendah. Ekspor Indonesia baru 42% yang sudah berupa
produk turunan kelapa sawit, sedangkan ekspor industri kelapa sawit
Malaysia sudah 80% lebih berupa produk turunan.
4. Belum adanya grand strategy yang jelas dan terkoordinasi dari
pemerintah untuk mengembangkan industri ini, padahal pemerintah telah
mencanangkan bahwa sektor ini adalah sektor unggulan Indonesia untuk
ekspor non migas dan penyerapan tenaga kerja.
2.4 Manajemen logistik
memberikan kontribusi bagi perusahaan dengan menyediakan dengan tepat dan
akurat produk yang diminta oleh pelanggan, Karena itu customer service atau
pelayanan pelanggan merupakan suatu kegiatan yang penting dalam proses
pemasaran dewasa ini. Dengan pelayanan yang memuaskan pelanggan, akan
tercipta suatu keunggulan bersaing yang tentunya memberikan keuntungan bagi
perusahaan.
Sebelum membahas lebih lanjut, berikut ini pengertian dalam suatu sistem
perusahaan, untuk dapat menyampaikan barang dari satu titik asal ke titik tujuan,
baik di dalam perusahaan (inbound transportation) maupun di luar perusahaan
(outbound transportation), dengan kondisi yang baik dan dalam jumlah serta
waktu yang tepat, maka pihak perusahaan harus menentukan transportasi yang
tepat. Hal mengenai transportasi akan dijelaskan di sub bab di bawah ini.
2.4.1. Transportation
Adalah salah satu unsur dalam kegiatan manajemen logistik. Kegiatan ini
mempunyai dua fungsi utama yaitu product movement dan product storage.
Dalam product movement bagian tranportasi bertanggung jawab terhadap
pergerakan produk, baik produk berupa bahan baku, komponen, barang setengah
jadi, maupun barang jadi. Fungsi berikutnya adalah product storage, transportasi
dapat berperan sebagai tempat penyimpanan sementara, dengan pengertian bahwa
selama pergerakan produk, transportasi dapat digunakan sementara sebagai salah
satu alternatif pilihan untuk sebagai tempat penyimpanan produk, terutama
apabila gudang yang tersedia sudah tidak memadai.
Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis
33
Terdapat beberapa jenis transportasi yang dapat dilakukan untuk memindahkan
CPO, yaitu:
1. Kereta api (rail network)
Keuntungan penggunaan kereta api adalah jadwal pengiriman yang relatif
dapat dipastikan, karena bebas hambatan, ekonomis untuk pengiriman
produk dalam jumlah besar dan jarak yang jauh, serta resiko kerusakan
dan kehilangan yang lebih kecil. Namun kelemahannya adalah lokasi
tujuan dan waktu pengiriman yang sangat terbatas. Hal ini dapat dilakukan
apabila lokasi PMKS dekat dengan jalur kereta api. Pada kasus ini, karena
di propinsi Bengkulu tidak ada jalur kereta api, maka jenis transportasi ini
tidak dapat digunakan.
2. Angkutan darat
Salah satu keunggulan yang menonjol dalam model transportasi ini adalah
kemampuan untuk pengantaran barang secara door-to-door service, dan
fleksibilitas yang tinggi dalam rute maupun jadwal pengiriman. Model
transportasi ini sangat cocok untuk pengiriman jarak dekat dan sedang.
Kelemahannya antara lain adalah terbatasnya kapasitas angkut yang relatif
sedikit dibandingkan model transportasi lain, dan resiko kepadatan lalu
lintas serta kemungkinan produk rusak maupun hilang yang tinggi. Pada
kasus ini, CPO yang sudah dibeli dari perusahaan ini diangkut melalui
jalan darat oleh pihak pembeli menggunakan truk tangki.
3. Angkutan air (water transport)
Model transportasi ini adalah model yang paling tua, paling lambat, dan
sangat terpengaruh oleh cuaca. Karena biaya yang diperlukan relatif sangat
rendah, maka model trasportasi ini sangat cocok untuk mengangkut
produk dalam jumlah yang sangat besar. Jenis transportasi ini biasa
digunakan untuk pengiriman CPO dalam jumlah besar 3000 ton ke atas,
menggunakan kapal tangker.
Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis
34
4. Saluran pipa (pipelines)
Model transportasi ini banyak digunakan untuk mengangkut hasil bumi
seperti minyak, gas, dan batu bara. Memerlukan biaya yang relatif rendah.
Keunikan dibandingkan model transportasi lain adalah kemampuan untuk
beroperasi selama 24 jam.
5. Angkutan udara (air transport)
Keunggulan dari sarana ini adalah kecepatannya namun memiliki biaya
yang paling mahal. Angkutan ini tidak digunakan dalam mengirim CPO
karena walaupun cepat tetapi biaya kirimnya akan menjadi sangat mahal.
Usaha-usaha logistical management perusahaan secara langsung maupun
tidak bermuara pada customer satisfaction. Customer satisfaction ini
sedikit banyak didukung oleh kegiatan customer service. Pada sub bab
selanjutnya, akan dibahas mengenai customer service ini.
2.4.2. Customer Service
Customer service menurut Bernard J. La Londe seperti dikutip oleh Donald J.
Bowersox (Bowersox dan Closs, 1996:66):
“Customer service is a process for providing significant value
added to the supply chain in a cost effective way. This definition
illustrates the trend of think of customer service as a process-
focused orientation that includes supply chain management
concept”.
Jadi, melalui customer service perusahaan harus menciptakan value added atau
nilai tambah bagi pelanggan. Namun yang menjadi masalah adalah bahwa setiap
pelanggan memiliki ukuran tersendiri dalam menerima suatu nilai tambah, karena
itu harus dibuat suatu standar yang menjadi patokan dalam memberikan suatu
nilai tambah bagi kelompok pelanggan tertentu. Hal ini yang perlu
dipertimbangkan adalah faktor biaya dari customer service yang diberikan, apakah
biaya tersebut sudah memberikan hasil yang sebanding bagi perusahaan atau
Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis
35
tidak.
Secara umum penilaian pelanggan terhadap pelayanan meliputi:
1. Timeliness of delivery, terbagi atas:
a. Consistency of delivery or punctuality, yaitu kemampuan
perusahaan untuk memenuhi pesanan pada waktu yang telah
disepakati sebelumnya. Hal ini sangat penting bagi perusahaan dan
juga pelanggan karena bila pengiriman tidak konsisten, akan
mengakibatkan pelanggan kesulitan dalam menentukan waktu
pemesanan dan mengakibatkan biaya safety stock meningkat,
sementara bagi perusahaan akan mengakibatkan penilaian yang
buruk oleh pelanggan.
b. Speed of delivery, yaitu kecepatan perusahaan dalam
mengantarkan barang ke tempat yang harus dituju. Makin cepat
barang tiba di tempat pelangan, maka akan semakin baik, terutama
bagi produk consumer goods, karena konsumen cenderung untuk
memenuhi kebutuhan mereka secepat mungkin. Sedangkan untuk
industrial goods, pelanggan membeli berdasarkan rencana tingkat
persediaan dan produksi. Bagi mereka pengiriman tepat waktu
lebih penting.
2. High levels of order fill
Pemenuhan pesanan yang dimaksud adalah pemenuhan
dalam keseluruhan item yang dipesan. Pelanggan akan berusaha
mencari pemasok tetap yang dapat memenuhi pesanan mereka
dengan tingkat pemenuhan pesanan yang tinggi.
3. Good Communication
Komunikasi merupakan hal penting yang harus
diperhatikan oleh perusahaan, baik komunikasi yang bersifat
internal, antar bagian dalam perusahaan, dan komunikasi eksternal
antar perusahaan dengan pelanggan.
Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis
36
Tujuan komunikasi antara perusahaan dengan pelanggan
antara lain adalah:
1. Menginformasikan perubahan-perubahan, mendiskusikan
masalah-masalah distribusi, memberikan perhatian pada nota
kredit, dan lain-lain.
2. Menginformasikan pesanan dan memberikan informasi tentang
order processing, yaitu tentang status pesanan saat ini, back
order, kekurangan pesanan, dan memberikan informasi tentang
produk yang dihasilkan.
3. Memelihara hubungan antara perusahaan dengan pelanggan
secara pribadi. Untuk menunjang hal ini, perusahaan sebaiknya
memiliki suatu customer database, agar dapat memperhatikan
perkembangan dan keadaan pelanggan. Sehingga akhirnya akan
tercipta suatu hubungan dengan dasar kepercayaan antara
perusahaan dengan pelanggan.
4. Flexibility, Fleksibilitas dalam hal ini berkaitan dengan
kemampuan perusahaan dalam menyesuaikan diri dengan
permintaan dan kebutuhan pelanggan, sebab tidak semua
pelanggan memiliki kebutuhan yang sama terhadap layanan
yang diberikan. Misalnya kesediaan untuk melakukan
pengiriman kilat, mendahulukan pesanan, melakukan
pengiriman di luar jam kerja, menyediakan kemasan tertentu,
dan lain-lain. Fleksibilitas perusahaan dinilai sebagai kesediaan
untuk memberikan respon terhadap kebutuhan pelanggan dan
sebagai keinginan untuk kerjasama, walaupun pelanggan harus
mengeluarkan biaya ekstra untuk itu. Yang perlu diingat adalah
fleksibilitas ini diberikan sejauh masih rasional dan berada
dalam batas kemampuan perusahaan.
5. Availability, Ketersediaan barang berhubungan dengan
pengelolaan persediaan yang baik, sehingga dapat memenuhi
Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis
37
semua pesanan yang diterima.
Penilaiannya dapat dilakukan dengan membandingkan:
1. Jumlah item out of stock dengan keseluruhan item.
2. Jumlah item yang dikirim dengan item yang dipesan.
3. Nilai item yang dikirim dengan item yang dipesan.
4. Jumlah pesanan yang dikirim secara lengkap dengan
jumlah keseluruhan pesanan yang diterima.
Untuk mengukur semua unsur pelayanan diatas, perusahaan perlu memiliki
customer service standard, yaitu standar untuk pelayanan yang diterima
pelanggan.
2.4.3. Peranan manajemen logistik dalam menunjang kelancaran penjualan
Manajemen logistik menjadi penting peranannya pada perusahaan, karena
berdampak pada biaya dan kepuasan pelanggan. Manajemen logistik memberikan
pengaruh yang positif terhadap efisiensi biaya, artinya semakin baik kegiatan
manajemen logistik yang dijalankan perusahaan, akan semakin tinggi efisiensi
dari biayanya. Biaya yang dimaksud meliputi visible cost dan hidden cost.
Dimana visible cost terdiri dari biaya-biaya transportasi, pergudangan, dan
manajemen persediaan. Sedangkan yang dimaksud dengan hidden cost adalah
sales dan opportunity lost, yaitu hilangnya kesempatan untuk mendapatkan
keuntungan akibat tidak ditepatinya jadwal pengambilan barang, pesanan yang
dibatalkan, bahkan pelanggan yang merasa tidak puas sehingga mereka pindah ke
produsen lain.
Dalam kaitannya dengan pemasaran dan kelancaran penjualan produk, maka
hidden cost harus diperhatikan dan dikurangi menjadi seminimal mungkin, salah
satu caranya adalah dengan memberikan customer service yang baik, sehingga
pelanggan akan merasa puas dan mau melakukan pembelian ulang, atau bahkan
dapat menarik pasar yang lebih besar lagi. Kelancaran penjualan ini dapat berarti
kelancaran dalam arus fisik barang dari perusahaan ke pelanggan, maupun
kelancaran dalam penjualan yang bersifat terus menerus.
Bab 2 Eksplorasi Isu Bisnis
38
Perusahaan tempat penulis melakukan penelitian juga melakukan aktivitas
manajemen logistik untuk menunjang kelancaran penjualan produknya. Aktivitas
manajemen logistik ini sangat berarti bagi perusahaan, karena perusahaan ini
bergerak dalam bidang raw materials dari industrial goods, yang hasil
produksinya digunakan oleh pelanggan untuk proses produksi lebih lanjut. Karena
itu, ketepatan dalam jumlah, waktu, jenis, dan kualitas produk sangat diperlukan
untuk menciptakan nilai kepuasan pelanggan. Karena hal tersebut sangat
berpengaruh pada kelancaran proses produksi pada perusahaan pelanggan.
Bila aktivitas-aktivitas dalam manajemen logistik ini telah dijalankan dengan baik
oleh perusahaan, diharapkan hal ini dapat meningkatkan kepuasan pelanggan,
mengurangi biaya perusahaan, dan akhirnya dapat membantu kelancaran
penjualan perusahaan. Dengan demikian manajemen logitik berperan dalam
menunjang kelancaran penjualan CPO pada perusahaan ini.