Bab 2
-
Upload
sandy-permana -
Category
Documents
-
view
9 -
download
3
Transcript of Bab 2
10
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan paling mendasar yang
dilakukan sedini mungkin dan dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu, artinya
layanan yang diberikan kepada anak menyangkup layanan pendidikan, kesehatan dan
gizi. Terpadu mengandung arti layanan tidak saja diberikan kepada anak usia dini,
tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat sebagai satu kesatuan layanan. (Anwar.
Dan Ahmad,2009:4)
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan sebuah konsep tentang perlakuan dini
terhadap anak sejak umur 0-6 tahun, batasan anak usia dini jika mengacu pada Essa
yaitu 0-8 tahun, maka untuk anak Indonesia yang berada di kelas 1,2 dan 3 SD masih
termasuk bagian dari PAUD. Maka bagi mereka tidak ada pengecualian dalam
menerima perlakuan sesuai PAUD karena berada pada bawah yang terpisah yaitu
pendidikan sekolah bukan prasekolah. Jadi memperlakukan anak sejak usia dini
dengan mendidik dan mengajari mereka adalah untuk kesiapan perkembangan
selanjutnya yang tidak berarti perlakuan itu akan berbeda ketika anak sudah berada di
pendidikan sekolah dan pendidikan prasekolah. Namun karena lemahnya system
persekolahan se Indonesia maka hal itu sangat mempengaruhi pendidikan dan
pengajaran bagi anak usia dini di kelas 1,2, dan 3 SD yang kemudian mempengaruhi
tumbuh kembang seluruh aspek perkembangan anak usia dini. (Wangi, 2005:110)
Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan
dan perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan (koordinasi mortorik halus dan kasar), intelegensi (daya pikir, daya
11
cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan
perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan anak (Mansur, 2005 : 88).
Usia dini biasa di sebut dengan golden age karena fisik dan motorik anak
berkembang dan bertumbuh dengan cepat, baik perkembangan emosional, intelektual,
bahasa maupun moral (budi pekerti). Bahkan ada yang menyatakan bahwa pada usia
empat tahun 50% kecerdasan telah tercapai, dan 80% kecerdasan tercapai pada usia
delapan tahun.Adalah hal lumrah jika banyak pihak begitu memperhatikan
perkembangan anak usia emas yang tak akan terulang lagi ini (Partini, 2010 :2).
Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini menurut Suyadi (2010:12) yaitu:
a. Penertian
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan serangkaian upaya sistematis dan
terprogram dalam melakukan pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani
agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih lanjut.
b. Tujuan
Secara garis besar, tujuan Pendidikan Anak Usia Dini adalah mengembangkan
berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
c. Prinsip-Prinsip dalam Pendidikan Anak Usia Dini
12
Dalam melaksanakan Pendidikan Anak Usia Dini terdapat prinsip-prinsip
utama yang harus diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut;
mengutamakan kebutuhan anak, belajar melalui bermain atau bermain seraya belajar,
lingkungan yang kondusif dan menantang, menggunakan pembelajaran terpadu dalam
bermain, mengembangkan berbagai kecakapan atau keterampilan hidup (life skills),
menggunakan berbagai media atau permainan edukatif dan sumber belajar dan
dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang.
Menurut Permendiknas No. 58 tahun 2009 dijelaskan bahwa penyelenggaraan
pendidikan anak usia dini di Indonesia terbagi menjadi dua kelompok, yaitu formal
dan nonformal. Penyelenggaraan PAUD jalur pendidikan formal berbentuk Taman
Kanak-Kanak (TK)/ Raudhatul Athfal (RA) dan bentuk lain yang sederajat, yang
menggunakan program untuk anak usia 4-< 6 tahun. Sedangkan penyelenggarakan
PAUD jalur pendidikan nonformal, berbentuk Taman Penitipan Anak (TPA) dan
bentuk lain yang sederajat, yang menggunakan program untuk anak usia 0-<2 tahun,
2-<4 tahun, 4-<6 tahun, dan program pengasuhan untuk anak usia 0-<6 yahun;
Kelompok Bermain (KB) dan bentuk lain yang sederajat, menggunakan program
untuk anak usia 2-<4 tahun dan 4-<6 tahun. Selain kedua jalur pendidikan tersebut,
ada yang menambahkan dengan jalur informal, yaitu pendidikan anak usia dini yang
dilakukan di dalam keluarga atau rumah tangga.(Muhammad Fadillah, 2012: 75-76)
B. Pola Asuh Orang Tua
1. Teori Dasar Pola Asuh Orang Tua
13
Pola asuh orang tua menurut Chabib (1996:110) adalah bagaimana cara orang
tua mendidik anak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut kamus
besar Bahasa Indonesia (2002:114), pengertian pola asuh adalah bentuk (struktur),
system dalam menjaga, merawat, mendidik, dan membimbing anak kecil. Sedangkan
menurut Soetjiningsih (1995:91), pola asuh orang tua adalah suatu model atau cara
mendidik anak yang merupakan suatu kewajiban dari setiap orang tua dalam usaha
membentuk anak yang sesuai dengan harapan masyarakat.
Pola asuh merupakan interaksi antara orang tua dengan anaknya selama
pengasuhan.Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing, dan
mendisiplin serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan dengan norna-norma
yang ada di masyarakat.
Definisi lain menyatakan bahwa: Pola asuh adalah upaya orang tua yang
diaktualisasikan terhadap penataan (1) lingkungan fisik, (2) lingkungan social internal
dan eksternal, (3) pendidikan internal dan eksternal, (4) dialog dengan anak-anaknya,
(5) suasana psikologis, (6) sisoal budaya, (7) perilaku yang ditampilkan pada saat
terjadinya ‘pertemuan’ dengan anak-anak, (8) control terhadap perilaku anak-anak,
(9) menentukan nilai-nilai moral sebagai dasar berperilaku dan yang diupayakan
kepada anak-anak (Shochib, 1998:15).
Dengan demikian, pengertian pola asuh orang tua adalah cara orang tua untuk
mendidik, merawat, membimbing dan mendisiplikan anak. Hal ini dilakukan untuk
14
membentuk anak sesuai dengan harapan di masyarakat, agar anak dapat
menyesuaikan aturan yang dibuat untuk disepakati.
2. Tipe Pola Asuh Orang Tua
Secara umum terdapat tiga tipe pola asuh orang tua, yaitu:
a. Tipe Pola Asuh Otoriter (Authoritarian)
Hurloch (2006:156) mengemukakan bahwa orang tua yang mendidik anak
dengan menggunakan pola asuh otoriter memperlihatkan ciri-ciri menerapkan
peraturan ketat, tidak ada kesempatan untuk mengemukakan pendapat, anak harus
mematuhi segala peraturan yang dibuat oleh orang tua, berorientasi pada hukuman
(fisik maupun verbal), dan orang tua jarang memberikan hadiah ataupun pujian
jika anak mematuhi dan menaati aturan.
Pola asuh otoriter adalah bentuk pola asuh yang menakankan pada
pengawasan orang tua atau control kepada anak agar menjadi taat dan patuh
terhadap aturan yang dibuat oleh orang tua. perilaku orang tua dalam berinteraksi
dengan anak bercirikan tegas, suka menghukum, anak dipaksa untuk patuh
terhadap aturan-aturan yang diberiakan oleh orang tua, dan cenderung mengekang
keinginan anak. Orang tua mendorong anak untuk berdisplin, anak tidak diberi
kesempatan untuk mengemukakan atau berbuat sesuatu sesuai dengan
keinginannya.
Hal-hal tersebut di atas dapat menyebabkan anak kurang berinisiatif,
cenderung ragu, dan mudah gugup akibat seringnya mendapat hukuman dari
15
orang tua. Anak menjadi tidak disiplin dan nakal. Dengan pola suh seperti ini
anak diharuskan untuk disiplin karena semua keputusan dan peraturan ada di
tangan orang tua.
b. Tipe Pola Asuh Permisif (Permisssive)
Hurloch (2006:158) mengemukakan bahwa orang tua yang menerapkan
pola asuh permisif memperlihatkan ciri-ciri cenderung memberikan kebebasan
penuh pada anak tanpa ada batasan dan aturan dari orang tua, tidak ada hadiah
ataupun pujian meski anak berperilaku social baik, dan tidak ada hukuman meski
anak melanggar aturan.
Gunarsa (2000:20) mengemukakan bahwa orang tua yang menerapkan
pola asuh permisif memberikan kekuasaan penuh pada anak, tanpa dituntut
kewajiban dan tanggung jawab, kurang control terhadap perilaku anak dan hanya
berperan sebagai pemberi fasilitas, serta kurang berkomunikasi dengan anak.
Dalam pola asuh ini, perkembangan kepribadian anak menjadi tidak
terarah, dan mudah mengalami kesulitan jika harus menghadapi aturan yang ada
di masyarakat.Pola asuh ini memandang anak sebagai seorang pribadi dan
mendorong mereka untuk tidak berdisplin dan anak diperbolehkan untuk
mengatur tingkah lakunya sendiri. Dengan pola asuh seperti ini anak mendapatkan
kebebasan sebanyak mungkin dari orang tua tanpa adanya tanggung jawab yang
diberikan kepada anak.
c. Tipe Pola Asuh Demokratis (Authoritative)
16
Menurut Hurloch (2006:160) ciri-ciri orang tua yang menerapkan pola
asuh demokratis adalah adanya kesempatan anak untuk berpendapat mengapa
anak melanggar peraturan sebelum hukuman dijatuhkan, hukuman diberikan
kepada perilaku salah, dan memberi pujian ataupun hadiah kepada perilaku yang
benar.
Cirri-ciri pola asuh demokratis yaitu:
1. Adanya kesempatan bagi anak untuk berpedapat
2. Hukuman diberikan akibat perilaku salah
3. Memberi pujian ataupun hadiah kepada perilaku yang benar
4. Orang tua membimbing dan mengarahkan tanpa memaksakan kehendak
kepada anak
5. Orang tua memberi penjelasan secara rasional jika pendapat anak tidak
sesuai
6. Orang tua mempunyai pandangan masa depan yang jelas terhadap anak.
Menurut Gunarsa (2000:22) dalam menanamkan disiplin kepada anak,
orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis memperlihatkan dan
menghargai kebebasan yang tidak mutlak.Dengan bimbingan yang penuh
pengertian, orang tua memberi penjelasan secara rasional dan objektif jika
keinginan dan mendapat anak tidak sesuai.
Berdasarka penjelasan di atas, dalam pola asuh demokratis anak dididik
dengan rasa tanggung jawab, maupun bertindak sesuai dengan norma yang ada,
17
terdapat kesamaan hak dan kewajiban orang tua dan anak dalam arti saling
melengkapi, anak dilatih untuk bertanggung jawab. Selain itu, anak juga dilatih
untuk berdisplin.Anak yang displin mampu menunjukkan tanggung jawabnya
dalam bentuk berani menanggung resiko atas konsekuensi dari keputusan yang
telah diambil.
C. Keluarga
1. Ciri Dan Jenis Keluarga
Keluarga menurut pandangan psikologis di dalam, M.I Soelaeman (1994 : 10)
dijelaskan bahwa keluarga psikologis merupakan sekumpulan orang yang hidup
bersama dalam tempat tinggal sama dan masing-masing anggota merasakan ada
pertautan batin sehingga diantara mereka terjadi saling mempengaruhi, saling
memperhatikan dan saling menyerahkan diri.
2. Peranan Keluarga
Maimunah Hasan (2012:18-20) Masa blita adalah masa emas tumbuh
kembang seorang anak, bukan hanya jasmani, tetapi juga jiwa dan kehidupan
sosialnya. Salah asah, salah asih, dan salah asuh biasa buruk akibatnya. Pola
pengasuhan yang tepat bagi si kecil akan mempengaruhi kehidupannya kelak.
Pemberian asah, asih, dan asuh yang tepat dapat mempengaruhi karakter anak.Asah
adalah stimulasi yang diberikan. Asih adalah kasih sayang diberikan oleh orang tua.
18
Asuh adalah kecukupan sandang, pangan, papan, dan kesehatan, termasuk pendidikan
yang diperoleh oleh anak.
Pendidikan anak harus dilakukan melalui tiga lingkungan, yaitu keluarga,
sekolah, dan organisasi. Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan
terpenting. Sejak timbulnya peradaban manusia sampai sekarang, keluarga selalu
berpengaruh besar terhadap perkembangan anak manusia. Pendidikan adalah
tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Sekolah
sebagai pembantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga sebab pendidikan yang
pertama dan utama diperoleh anak ialah dalam keluarga.
Peralihan bentuk pendidikan informal/keluarga ke formal/sekolah
memerlukan kerja sama antara orang tua dan sekolah (pendidik). Sikap anak terhadap
sekolah akan dipengaruhi oleh sikap orang tua mereka. Oleh karena itu, diperlukan
kepercayaan orang tua terhadap sekolah (pendidik) yang menggantikan tugasnya
selama di sekolah. Orang tua harus memperhatikan sekolah anaknya dengan
memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan menghargai usahanya serta
menunjukkan kerja samanya dalam cara anak belajar di rumah atau membuat
pekerjaan rumahnya.
Peranan orang tua bagi pendidikan anak adalah memberikan dasar pendidikan,
sikap, dan ketrampilan dasar, seperti pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun,
estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar untuk mematuhi peraturan. Selain itu,
19
peranan kelurga adalah mengajarkan nilai-nilai dan tingkah laku yang sesuai dengan
yang diajarkan di sekolah.
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa bila orang tua berperan dalam
pendidikan, anak akan menunjukkan peningkatan prestasi belajar, diikuti dengan
perbaikan sikap, stabilitas sosioemosional, kedisplinan, serta aspirasi anak untuk
belajar sampai perguruan tinggi, bahkan setelah bekerja dan berumah tangga. Peranan
ayah juga semakin menarik untuk dikaji karena semakin banyak ibu yang semula
sebagai ibu rumah tangga kini menjadi wanita karier/bekerja, sehingga kesempatan,
perhatian, dan perlakuannya terhadap anak menjadi berkurang. Konsekuensinya
adalah sang ayah, bertanggung jawab penuh terhadap pendidikan anak dan sebagai
tulang punggung ekonomi keluarga, juga dituntut berperan aktif dalam pengasuhan
anak.
D. Pola Asuh dan Kreativitas Anak
Maimunah Hasan (2012:21-23) Secara etimologi, pengasuhan berasal dari
kata “asuh” yang artinya memimpin, mengelola, pembimbing, sehingga “pengasuh”
adalah orang yang melaksanakan tugas pembimbing, memimpin, atau mengelola.
Pengasuhan yang dimaksud di sini adalah mengasuh anak. Mengasuh anak adalah
mendidik dan memelihara anak, seperti mengurus makannya, minumnya, pakaiannya,
dan keberhasilannya dalam periode yang pertama sampai dewsa. Dengan pengertian
tersebut, dapat dipahami bahwa pengsuhan anak yang dimaksud adalah
20
kepemimpinan dan bimbingan yang dilakukan terhadap anak yang berkaitan dengan
kepentingan hidupnya.
Beberapa pola asuh dari orang tua atau mendidik yang dapat mempengaruhi
kreativtas anak adalah lingkungan fisik, lingkungan social, pendidikan internal dan
eksternal, dialog, suasana psikologis, sosial budaya, perilaku orang tua atau pendidik,
kontrol, menentukan nilai moral.
Dari pola asuh orang tua/pndidik diatas sangat mempengaruhi perkembangan
diri dan pengembangan kreativitas anak didalam kehidupannya. Keterkaitan pola asuh
orang tua/pendidik dengan anak yang mempunyai kreativitas diri dimaksudkan
sebagai upaya orang tua/pendidk dalam meletakkan dasar-dasar disiplin diri kepada
anak dan membantu mengembangkannya, sehingga anak memiliki disiplin diri.
Intensitas kebutuhan anak untuk mendapatkan bantuan dari orang tua/pendidik bagi
kepemilikan dan pengembangan kreativitas diri, menunjukkan adanya kebutuhan
internal, yaitu ketika anak masih membutuhkan banyak bantuan dari orang tua atau
pendidik untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar kreativitas diri
berdasarkan naluri, berdasarkan nalar, sekaligus berdasarka kata hati.
Oleh karena itu kreativitas anak tidak terlepas dari pengasuhan orang
tua/pendidik.Artinya, kreativitas anak erat hubungannya dengan pola asuh yang
diberikan oleh orang tua/pendidik. Mendidik anak pada hakikatnya merupakan usaha
nyata dari pihak orang tua untuk mengembangkan totalitas potensi yang ada pada diri
anak.
21
E. Kreativitas
1. Pengertian Kreativitas
Pengertian Kreativitas mengandung beragam definisi di dalamnya. Lawrence
dalam Suratno (2005: 24) menyatakan kreativitas merupakan ide atau pikiran manusia
yang bersifat inovatif, berdaya guna dan dapat dimengerti. Drevdahl dalam Dian
Pramesti (2007:25) menjelaskan kreativitas merupakan kemampuan seseorang
menghasilkan gagasan baru berupa kegiatan atau sintesis pemikiran yang mempunyai
maksud dan tujuan yang ditentukan, bukan fantasi semata.
Dari paparan tersebut penulis menyimpulkan kreativitas adalah kemampuan
untuk menghasilkan gagasan baru, memecahkan masalah dan ide yang mempunyai
maksud dan tujuan yang ditentukan. Sedangkan kreatif merupakan suatu sifat yang
dimiliki oleh seseorang yang mempunyai kreativitas. Krativitas hanya dimiliki oleh
orang yang kreatif. Hal ini dikarenakan hanya orang yang kreatiflah yang mempunyai
ide gagasan yang kreatif dan original. Orang akan menjadi kreatif apabila distimulasi
sejak dini sehingga menjadi anak yang kreatif. Anak dikatakan kreatif apabila mampu
menghasilkan produk secara kreatif serta tidak tergantung dengan orang lain.
2. Pengertian Anak Kreatif
Anak Kreatif yaitu anak yang mampu memperdayakan pikirannya untuk
menghasilkan gagasan baru, memecahkan masalah dan ide yang mempunyai maksud
dan tujuan yang di tentukan. Ketika anak mengekspresikan pikirannya atau
kegiatannya yang berdaya cipta, berinisiatif sendiri, dengan cara-cara yang original,
22
maka kita dapat mengatakan bahwa mereka itu adalah anak yang kreatif (Suratno,
2005:10). Individu kreatif dengan sendirinya memiliki motivasi dalam dirinya atau
motivasi intrinsik yang kuat untuk menghasilkan ide atau karya dalam memuaskan
diri bukan karena tekanan dari luar.
3. Pengembangan Kreativitas
Bakat kreatif akan tumbuh dan berkembang jika didukung dengan fasilitas dan
kesempatan yang memungkinkan. Orang tua dan guru harus menyadari keragaman
bakat dan kreativitas anak. Cara mendidik dan mengasuh anak harus disesuaikan
dengan pribadi dan kecepatan masing-masing anak. Pengembangan bakat dan
kreativitas anak dapat diuraikan dengan pendekatan 4P (pribadi, press, proses, dan
produk)
a) Pribadi
Kreativitas sesungguhnya merupakan keunikan individu (berbeda
dengan indivudi lain) dalam berintraksi dengan lingkungannya. Dari ungkapan
atau orang yang unik inilah diharapkan muncul gagasan atau ide baru, pada
akhirnya dapat diciptakan sesuatu produk baru yang inovatif atau belum
pernah ada sebelumnya.
b) Press atau Pendorong
Kreativitas dapat diwujudkan jika didukung oleh lingkungan dan
kemauan dari dalam dirinya yang kuat. Terdapat dua factor pendukung
kemauan seseorang, yaitu kemauan dari dalam (motivasi ekstrinsik). Dalam
23
hal ini dorongan dari dalam diri anak yang menjadi pendorong utama lagi
perkembangan kreativitas anak.
c) Proses
Pemunculan kreativitas anak tidak diwujudkan secara instan.
Pemunculan kreativitas diperlukan proses melalui pemberian kesempatan
untuk bersibuk diri secara aktif, karena itu orang tua, lingkungan keluarga dan
juga guru/pendidik hendaknya memberikan kesempatan yang luas kepada
anak untuk beraktivitas melalui kegiatan kreatif
d) Produk
Apabila kondisi pribadi dan kondisi lingkungan cukup mendukung
atau kondusif, maka hal ini memungkinkan seseorang untuk menghasilkan
produk kreatif, karena kondisi pribadi dan lingkungan erat kaitannya dengan
proses kreatif. Orang tua dan guru/pendidik mampu menemui dan mengenali
bakat dan cirri-ciri pribadi anak sejak dini. Bakat dan cirri kreatif yang
dimiliki anak hendaknya dikembangkan dengan cara memberikan dorongan
kepada anak.
Hal tersebut dapat diwujudkan dengan memberikan sarana dan
prasarana bermain anak yang cukup dan mampu menggugah minat anak.
Sarana dan prasarana bermain anak tidak harus mahal, bisa menggunakan
24
alat-alat yang ada ataupun membeli mainan yang murah asalkan dapat
dipergunakan. Tetapi harus diingat juga bagaimana pengendalian orang tua
dan guru tetap diperlukan agar bakat kreatif anak yang tumbuh adalah yang
bernilai positif dan tidak membahayakan orang lain.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa cara mengembangkan
kreativitas bisa dilakukan dengan menggunakan pendekatan 4P, yaitu; pribadi,
press atau pendorong, proses dan produk. (Suratno, 2005: 39-43)
4. Bentuk kreativitas Pada Anak Usia Dini
Kreativitas dapat ditinjau dari emat aspek, yaitu :
a) Kreativitas dari aspek pribadi, muncul dari keunikan pribadi individu dalam
interaksi dengan lingkunganya. Setiap anak mempunyai bakat kratif, namun
masing-masing dalam bidang dan kadar yang berbeda-beda. Kreativitas
sebagai kemampuan berpikir meliputi kelancaran, kelenturan, orisinalitas dan
elaborasi. Kelancaran disini berkaitan dengan kemampuan untuk
membangkitkan sejumlah besar ide-ide.
Seseorang yang kreatif dapat memiliki banyak ide, dengan hal tersebut
akan semakin besar kesempatan untuk menemukan ide-ide yang baik.
Kelenturan atau fleksibilitas adalah mampu melihat masalah dari beberapa
sudut pandang. Orang yang kreatif memiliki kemampuan untuk
membangkitkan banyak ide.
25
Fleksibilitas secara tidak langsung, menunjukkan kemudahan
mendapatkan informasi tertentu atau berkurangnya kepastian dan kekakuan.
Fleksibilitas merupakan basis keaslian, kemurnian, dan penemuan.
Orisinalitas adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide luar biasa,
memecahkan problem dengan cara yang luar biasa, atau menggunakan hal-hal
atau situasi dalam cara yang luar biasa. Individu yang kreatif membuahkan
tanggapan yang luar biasa, membuat asosiasi jarak jauh, dan membuahkan
tanggapan yang cerdik serta mempunyai gagasan-gagasan yang jarang
diberikan orang lain.
Elaborasi adalah dapat merinci dan memperkaya suatu gagasan. Orang
yang kreatif dapat mengembangkan gagasan-gagasannya secara luas. Penilaian
merupakan kemampuan dalam mengapresiasikan sebuah ide. Orang yang
kreatif memiliki cara-cara sendiri dalam menilai sebuah ide dan hal itu
berbeda dengan orang-orang pada umumnya.
b) Kreativitas ditinjau dari Process (Proses)
Ditinjau sebagai proses, kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati
adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai,
dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi,
dan akhirnya menyaipaikan hasil-hasilnya.
c) Kreativitas ditinjau dari aspek Pendorong menunjuk pada perlunya dorongan
dari dalam individu (berupa minat, hasrat, dan motivasi) dan dari luar
26
(lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat) agar bakat kreatif dapat
diwujudkan. sehubungan dengan hal ini pendidik diharapkan dapat memberi
dukungan, perhatian, serta sarana prasarana yang diperlukan.
Kreativitas sebagai proses ialah proses bersibuk diri secara kreatif. Pada anak
usia prasekolah hendaknya kreativitas sebagai proses yang diutamakan, dan
jangan terlalu cepat mengharapkan produk kreatif yang bermakna dan
bermanfaat. Jika pendidik terlalu cepat menuntut produk kreatif yang
memenuhi standar mutu tertentu, hal ini akan mengurangi kesenangan dan
keasyikan anak untuk berkreasi.
d) Kreativitas sebagai produk, merupakan suatu ciptaan yang baru dan
bermakna bagi individu dan /atau bagi lingkunganya. Pada seorang anak, hasil
karyanya sudah dapat disebut kreatif, jika baginya hal itu baru, ia belum
pernah membuat itu sebelumnya, dan ia tidak meniru atau mencontoh
pekerjaan orang lain. Produk kreativitas anak perlu dihargai agar merasa puas
dan semangat berkreasi.
(http://zain.students.uii.ac.id/04/07/2013/permainan dan kreativitas pada anak
usia dini), diakses 4 juli 2013)
Agar bakat dan kreativitas anak dapat tumbuh dan berkembang orang tua,
guru, dan orang-orang terdekat dengan anak membantu anak untuk menemukan bakat
dan kreativitasnya. Press atau Pendorong Kreativitas dapat diwujudkan jika didukung
oleh lingkungan dan kemauan dari dalam dirinya yang kuat.
27
Terdapat dua faktor pendukung kemauan seseorang, antara lain:
a) Kemauan dari dalam atau motivasi intrinsik Motivasi
intrinsik yang tumbuh karena adanya kesadaran diri
untuk membangun pengetahuan dan pengalaman tanpa
adanya paksaan. Motivasi intrinsik menjadi pendorong
utama bagi pengembangan kreativitas anak.
b) Motivasi ekstrinsik Motivasi yang tumbuh dari berbagai
sumber seperti penghargaan atas kreasi yang dihasilkan
anak, pujian, daninsetif atas keberhasilan anak.
Proses Kreativitas tidak dapat di wujudkan secara instan. Pemunculan
kreativitas diperlukan proses melalui pemberiankesempatan untuk bersibuk diri
secara kreatif. Yang penting dalam memunculkan kegiatan kreatif adalah pemberian
kebebasan kepada anak untuk melakukan berbagai kegiatan eksperimen dalam rangka
mewujudkan atau melakukan berbagai kegiatan dalam rangka mewujudkan atau
mengekspresikan dirinya secara kreatif.
Produk Produk kreatif dihasilkan oleh kondisi pribadi dan kondisi lingkungan
yang mendukung atau kondusif. Mengingat kondisi pribadi dan kondisi lingkungan
erat kaitannya dengan proses kreatif, maka lingkungan memberikan dorongan dan
kesempatan kepada anak untuk terlibat secara aktif dalam berbagai kegiatan sehingga
mampu menggugah minat anak untuk meningkatkan kreativitas anak.
5. Kondisi yang dapat Menghambat dan Meningkatkan Kreativitas
28
Imam Musbikin (2006: 7) menyatakan penghamabat kreativitas anak antara
lain; tidak ada dorongan bereksporasi tidak adanya rangsangan dan kurangnya
pertanyaan yang membangkitkan rasa ingin tahu anak yang dapat menghambat
kreativitas anak, jadwal yang terlalu ketat, terlalu menekankan kebersamaan keluarga
andakala anak membutuhkan waktu untuk menyendiri untuk belajar mengembangkan
imajinasinya sebagai bekal untuk menumbuhkan kreativitasnya dan disiplin otoriter
juga sebagai penghambat anak untuk mengembangkan kreativitasnya.
Selain kondisi yang menghambat kreativitas tersebut di atas, Hurlock (1978:
11) menyatakan bahwa kondisi yang dapat meningkatkan kreativitas anak adalah:
1) WaktuAnak kreatif membutuhkan waktu untuk menuangkan
idea tau gagasan dan konsep-konsep dan mencobanya dalam
bentuk baru atau orginal.
2) Kesempatan menyendiri anak membutuhkan waktu dan
kesempatan menyendiri untuk mengembangkan imajinasinya.
3) Dorongan terlepas seberapa jauh hasil belajar anak
memenuhi standar orang dewasa, mereka memerlukan
dorongan atau motivasi untuk kreatif dan bebas dari ejekan
yang sering kali dilontarkan pada anak kreatif
F. Perkembangan Anak Usia Dini
Perkembangan anak merupakan proses perubahan perilaku dari tidak matang
menjadi matang, dari sederhana menjadi kompleks, suatu evolusi manusia dari
29
ketegantungan menjadi mahluk dewasa yang mandiri. Perkembangan anak adalah
suatu proses perubahan dimana anak melajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari
aspek-aspek: gerakan, berpikir, perasaan, dan interaksi baik dengan sesama ataupun
benda-benda dalam lingkungan hidupnya (Anwar. dan Ahmad, 2009:12).
Selain itu perkembangan anak usia dini meliputi beberpa bagian, yaitu:
1. Perkembangan kemampuan motorik
Seiring dengan pertumbuhannya, system syaraf anak anda semakin matang.
Ada dua tipe kemampuan motorik. Yang pertama adalah kemampuan motorik di
mana anda mampu menggerakkan bagian tubuhnya yang besar, seperti tangan dan
kaki. Berjalan, berlari, keseimbangan tubuh dan koordinasi gerak merupakan bentuk
perkembangan anak usia dini pada kemampuan motorik. Yang perlu dievakuasi pada
tahap perkembangan ini adalah kekuatan otot, kualitas gerakan dan sejauh mana anak
mampu melakukan gerakan.
Sedangkan perkembangan kemampuan motorik yang ke dua adalah
kemampuan anak untuk menggerakkan bagian-bagian kecil dari tubuhnya. Seperti jari
tangan, jari kaki dan mata. Kemampuan motorik ini dapat dilihat dari kemampuan
anak melempar dan menangkap sesuatu, menggambar maupun meraih benda.
2. Perkembangan fungsi fisik
Perkembangan anak usia dini pada fungsi fisiknya mengikuti pola tertentu,
diantaranya; perkembangan bagian tubuh yang besar lebih awal dibandingkan bagian
tubuh yang kecil. Misalnya, perkembangan fungsi tangan dan kaki lebih dulu
30
dibandingkan jari. Pola selanjutnya adalah perkembangan bagian-bagian utama tubuh
lebih dahulu dibandingkan bagian lainnya.
Bagian-bagian utama seperti lambung, jantung dan organ inti lainnya lebih
dulu dan lebih kuat dibandingkan perkembangan fungsi kaki dan tangan. Dan pola
yang terakhir adalah dari bagian atas tubuh menuju bagian bawah. Perkembangan
anak usia dini untuk memfungsikan fisiknya dimulai dari kepala baru kemudian ke
bagian kaki. Inilah sebab mengapa bayi lebih dulu mampu mengangkat kepalanya
dibandingkan berguling.
3. Perkembangan kemampuan kognitif
Perkembangan anak usia dini meliputi perkembangan kemampuan
kognitifnya. Kemampuan kognitif ini barkaitan dengan daya ingat, kemampuan
menganalisa maupun kemampuannya memecahkan masalah. Anak usia dini adalah
peneliti kecil, mereka aktif melakukan percobaan dan menganalisa apa yang ada di
sekelilingnya.
Di sini dukungan lingkungan untuk menunjang perkembangan kognitif anak
sangat diperlukan. Interaksi yang sehat antara anak dan lingkungan dapat
mengoptimalkan perkembangan kognitifnya.
4. Perkembangan kemampuan berbahasa
31
Penelitian menunjukkan bahwa bagaimana cara orang tua berbicara akan
memainkan peran penting dalam perkembangan kemampuan berbahasa pada anak.
para peneliti meyakini bahwa penggunaan bahasa ibu akan memudahkan anak untuk
belajar bahasa lebih cepat. Awalnya anak hanya mampu mengoceh, kemudian dia
mulai bisa mengucapkan sebuah kata. Dengan terus berlatih, anak anda akan mulai
bisa menggabungkan 2 kata, hingga kemudian bisa membuat sebuah kalimat
sederhana. Kemampuan anak berbahasa merupakan cermin dari kecerdasan anak.
Selain dukungan dari orang-orang terdekat maupun lingkungan sekitarnya,
perkembangan anak usia dini perlu didukung pula oleh suplai nutrisi yang
mencukupi. Ini dikarenakan pada masa perkembangan anak usia dini dibutuhkan
zat-zat gizi penting untuk proses pematangan jaringan tubuhnya dan untuk
menyediakan energi dalam proses anak berekplorasi.
(http://www.ibudanbalita.net/perkembangan anak pada masa usia dini.html), diakses
30 Mei 2013)
Sasaran layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah anakyang berada
pada rentang usia 0-6 tahun. Pada penelitian ini sasaran peneliti adalah anak usia dini
yang berumur 3-5 tahun.
G. Kreativitas Anak Usia Dini
Kreativitas perlu dikembangkan sejak dini karena kreativitas mempengaruhi
dan meningkatkan kecerdasan seseorang. Kreativitas merupakan salah satu aspek
penting. Seorang anak lahir membawa potensi kreatif. Dengan potensi kreatif yang
32
dimilikinya, anak akan senantiasa membutuhkan aktivitas yang sarat dengan ide – ide
kreatif. Secara alami rasa ingintahu telah dikaruniai oleh sang pencipta. Maka secara
alami pula anak memiliki kemampuan untuk mempelajari sesuatu dengan caranya
sendiri.
Anak-anak senantiasa tumbuh dan berkembang. Mereka menampilkan ciri-ciri
fisik dan psikologis yang berbeda untuk tiap tahap perkembangannya. Masa
anak-anak merupakan masa puncak kreativitasnya, dan kreativitas mereka perlu terus
dijaga dan dikembangkan dengan menciptakan lingkungan yang menghargai
kreativitas itu sendiri.
(Restimustikasari.blogspot.com/2012/12/kreativitas-anak-usia-dini.html), diakses 30
mei 2013).
1. Kreativitas anak usia dini dapat di tinjau dari empat aspek, yaitu:
a) Kreativitas dari aspek pribadi, muncul dari keunikan pribadi individu dalam
interaksi dengan lingkunganya. Setiap anak mempunyai bakat kratif, namun
masing-masing dalam bidang dan kadar yang berbeda-beda.
Kreativitas sebagai kemampuan berpikir meliputi kelancaran, kelenturan,
orisinalitas dan elaborasi. Kelancaran disini berkaitan dengan kemampuan
untuk membangkitkat sejumlah besar ide-ide. Seseorang yang kreatif dapat
memiliki banyak ide, dengan hal tersebut akan semakin besar kesempatan
untuk menemukan ide-ide yang baik. Kelenturan atau fleksibilitas adalah
33
mampu melihat masalah dari beberapa sudut pandang.
Orang yang kreatif memiliki kemampuan untuk membangkitkan banyak
ide. Fleksibilitas secara tidak langsung, menunjukkan kemudahan
mendapatkan informasi tertentu atau berkurangnya kepastian dan
kekakuan. Fleksibilitas merupakan basis keaslian, kemurnian, dan
penemuan. Orisinalitas adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide luar
biasa, memecahkan problem dengan cara yang luar biasa, atau menggunakan
hal-hal atau situasi dalam cara yang luar biasa. Individu yang kreatif
membuahkan tanggapan yang luar biasa, membuat asosiasi jarak jauh, dan
membuahkan tanggapan yang cerdik serta mempunyai gagasan-gagasan yang
jarang diberikan orang lain. Elaborasi adalah dapat merinci dan memperkaya
suatu gagasan. Orang yang kreatif dapat mengembangkan gagasan-gagasannya
secara luas. Penilaian merupakan kemampuan dalam mengapresiasikan
sebuah ide. Orang yang kreatif memiliki cara-cara sendiri dalam menilai
sebuah ide dan hal itu berbeda dengan orang-orang pada umumnya.
b) Pendorong menunjuk pada perlunya dorongan dari dalam individu
(berupa minat, hasrat, dan motivasi) dan dari luar (lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat) agar bakat kreatif dapat diwujudkan. Sehubungan
dengan hal ini pendidik diharapkan dapat memberi dukungan, perhatian, serta
sarana prasarana yang diperlukan.
34
c) Kreativitas sebagai proses ialah proses bersibuk diri secara kreatif. Pada anak
usia prasekolah hendaknya kreativitas sebagai proses yang diutamakan, dan
jangan terlalu cepat mengharapkan produk kreatif yang bermakna dan
bermanfaat. Jika pendidik terlalu cepat menuntut produk kreatif yang
memenuhi standar mutu tertentu, hal ini akan mengurangi kesenangan dan
keasyikan anak untuk berkreasi.
d) Kreativitas sebagai produk, merupakan suatu ciptaan yang baru dan bermakna
bagi individu dan /atau bagi lingkunganya. Pada seorang anak, hasil karyanya
sudah dapat disebut kreatif, jika baginya hal itu baru, ia belum pernah
membuat itu sebelumnya, dan ia tidak meniru atau mencontoh pekerjaan
orang lain. Dan yang penting, produk kreativitas anak perlu dihargai agar ia
merasa puas dan tetap bersemangat dalam berkreasi.
Kegiatan kreatif ini bertujuan membentangkan alam pikiran dan
perasaan anak, menjangkau masa lalu, masa kini, dan masa depan, menantang
maka menjajaki bidang-bidang baru, memikirkan hal-hal baru yang belum
terpikir sebelumnya, mengantisipasi akibat-akibat dari kejadian-kejadian
hipotesis, menggunakan daya imajinasi dan firasatnya dalam memecahkan
masalah.
(http://massofa.wordpress.com/2011/09/23/mengenal-kreativitas-anak-sejak-d
ini/), diakses 4 juli 2013
35
Pada penelitian ini peneliti mengetahui kreativitas apa saja yang dimiliki anak
usia dini di PAUD mekar Bangsa Kota Blitar, dari pengakuan para orang tua peserta
didik, anak-anaknya memiliki kreativitas seperti menggambar dan bermain, maksud
dari bermain disini anak-anaknya saat mainin mainannya sering kali merusak
mainannya tetapi si anak bisa memperbaikinya lagi, itu salah satu pengakuan
informan yang saya wawancarai.
Wujud kreativitas anak dalam penelitian ini adalah kemampuan anak dalam
mengkreasikan, membuat, menyusun, membangun sesuatu walaupun itu cuma dalam
hal sederhana dan itu semua dari hasil pemikiran mereka sendiri, orang tua atau guru
hanya mengawasi.