Bab 2

26
10 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan paling mendasar yang dilakukan sedini mungkin dan dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu, artinya layanan yang diberikan kepada anak menyangkup layanan pendidikan, kesehatan dan gizi. Terpadu mengandung arti layanan tidak saja diberikan kepada anak usia dini, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat sebagai satu kesatuan layanan. (Anwar. Dan Ahmad,2009:4) Pendidikan Anak Usia Dini merupakan sebuah konsep tentang perlakuan dini terhadap anak sejak umur 0-6 tahun, batasan anak usia dini jika mengacu pada Essa yaitu 0-8 tahun, maka untuk anak Indonesia yang berada di kelas 1,2 dan 3 SD masih termasuk bagian dari PAUD. Maka bagi mereka tidak ada pengecualian dalam menerima perlakuan sesuai PAUD karena berada pada bawah yang terpisah yaitu pendidikan sekolah bukan prasekolah. Jadi memperlakukan anak sejak usia dini dengan mendidik dan mengajari mereka adalah untuk kesiapan perkembangan selanjutnya yang tidak berarti perlakuan itu akan berbeda ketika anak sudah berada di pendidikan sekolah dan pendidikan prasekolah. Namun karena lemahnya system persekolahan se Indonesia maka hal itu sangat mempengaruhi pendidikan dan pengajaran bagi anak usia dini di kelas 1,2, dan 3 SD yang kemudian mempengaruhi tumbuh kembang seluruh aspek perkembangan anak usia dini. (Wangi, 2005:110) Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi mortorik halus dan kasar), intelegensi (daya pikir, daya

Transcript of Bab 2

Page 1: Bab 2

10

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan paling mendasar yang

dilakukan sedini mungkin dan dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu, artinya

layanan yang diberikan kepada anak menyangkup layanan pendidikan, kesehatan dan

gizi. Terpadu mengandung arti layanan tidak saja diberikan kepada anak usia dini,

tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat sebagai satu kesatuan layanan. (Anwar.

Dan Ahmad,2009:4)

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan sebuah konsep tentang perlakuan dini

terhadap anak sejak umur 0-6 tahun, batasan anak usia dini jika mengacu pada Essa

yaitu 0-8 tahun, maka untuk anak Indonesia yang berada di kelas 1,2 dan 3 SD masih

termasuk bagian dari PAUD. Maka bagi mereka tidak ada pengecualian dalam

menerima perlakuan sesuai PAUD karena berada pada bawah yang terpisah yaitu

pendidikan sekolah bukan prasekolah. Jadi memperlakukan anak sejak usia dini

dengan mendidik dan mengajari mereka adalah untuk kesiapan perkembangan

selanjutnya yang tidak berarti perlakuan itu akan berbeda ketika anak sudah berada di

pendidikan sekolah dan pendidikan prasekolah. Namun karena lemahnya system

persekolahan se Indonesia maka hal itu sangat mempengaruhi pendidikan dan

pengajaran bagi anak usia dini di kelas 1,2, dan 3 SD yang kemudian mempengaruhi

tumbuh kembang seluruh aspek perkembangan anak usia dini. (Wangi, 2005:110)

Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan

dan perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan

perkembangan (koordinasi mortorik halus dan kasar), intelegensi (daya pikir, daya

Page 2: Bab 2

11

cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan

perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat

pertumbuhan dan perkembangan anak (Mansur, 2005 : 88).

Usia dini biasa di sebut dengan golden age karena fisik dan motorik anak

berkembang dan bertumbuh dengan cepat, baik perkembangan emosional, intelektual,

bahasa maupun moral (budi pekerti). Bahkan ada yang menyatakan bahwa pada usia

empat tahun 50% kecerdasan telah tercapai, dan 80% kecerdasan tercapai pada usia

delapan tahun.Adalah hal lumrah jika banyak pihak begitu memperhatikan

perkembangan anak usia emas yang tak akan terulang lagi ini (Partini, 2010 :2).

Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini menurut Suyadi (2010:12) yaitu:

a. Penertian

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan serangkaian upaya sistematis dan

terprogram dalam melakukan pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir

sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani

agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih lanjut.

b. Tujuan

Secara garis besar, tujuan Pendidikan Anak Usia Dini adalah mengembangkan

berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

c. Prinsip-Prinsip dalam Pendidikan Anak Usia Dini

Page 3: Bab 2

12

Dalam melaksanakan Pendidikan Anak Usia Dini terdapat prinsip-prinsip

utama yang harus diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut;

mengutamakan kebutuhan anak, belajar melalui bermain atau bermain seraya belajar,

lingkungan yang kondusif dan menantang, menggunakan pembelajaran terpadu dalam

bermain, mengembangkan berbagai kecakapan atau keterampilan hidup (life skills),

menggunakan berbagai media atau permainan edukatif dan sumber belajar dan

dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang.

Menurut Permendiknas No. 58 tahun 2009 dijelaskan bahwa penyelenggaraan

pendidikan anak usia dini di Indonesia terbagi menjadi dua kelompok, yaitu formal

dan nonformal. Penyelenggaraan PAUD jalur pendidikan formal berbentuk Taman

Kanak-Kanak (TK)/ Raudhatul Athfal (RA) dan bentuk lain yang sederajat, yang

menggunakan program untuk anak usia 4-< 6 tahun. Sedangkan penyelenggarakan

PAUD jalur pendidikan nonformal, berbentuk Taman Penitipan Anak (TPA) dan

bentuk lain yang sederajat, yang menggunakan program untuk anak usia 0-<2 tahun,

2-<4 tahun, 4-<6 tahun, dan program pengasuhan untuk anak usia 0-<6 yahun;

Kelompok Bermain (KB) dan bentuk lain yang sederajat, menggunakan program

untuk anak usia 2-<4 tahun dan 4-<6 tahun. Selain kedua jalur pendidikan tersebut,

ada yang menambahkan dengan jalur informal, yaitu pendidikan anak usia dini yang

dilakukan di dalam keluarga atau rumah tangga.(Muhammad Fadillah, 2012: 75-76)

B. Pola Asuh Orang Tua

1. Teori Dasar Pola Asuh Orang Tua

Page 4: Bab 2

13

Pola asuh orang tua menurut Chabib (1996:110) adalah bagaimana cara orang

tua mendidik anak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut kamus

besar Bahasa Indonesia (2002:114), pengertian pola asuh adalah bentuk (struktur),

system dalam menjaga, merawat, mendidik, dan membimbing anak kecil. Sedangkan

menurut Soetjiningsih (1995:91), pola asuh orang tua adalah suatu model atau cara

mendidik anak yang merupakan suatu kewajiban dari setiap orang tua dalam usaha

membentuk anak yang sesuai dengan harapan masyarakat.

Pola asuh merupakan interaksi antara orang tua dengan anaknya selama

pengasuhan.Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing, dan

mendisiplin serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan dengan norna-norma

yang ada di masyarakat.

Definisi lain menyatakan bahwa: Pola asuh adalah upaya orang tua yang

diaktualisasikan terhadap penataan (1) lingkungan fisik, (2) lingkungan social internal

dan eksternal, (3) pendidikan internal dan eksternal, (4) dialog dengan anak-anaknya,

(5) suasana psikologis, (6) sisoal budaya, (7) perilaku yang ditampilkan pada saat

terjadinya ‘pertemuan’ dengan anak-anak, (8) control terhadap perilaku anak-anak,

(9) menentukan nilai-nilai moral sebagai dasar berperilaku dan yang diupayakan

kepada anak-anak (Shochib, 1998:15).

Dengan demikian, pengertian pola asuh orang tua adalah cara orang tua untuk

mendidik, merawat, membimbing dan mendisiplikan anak. Hal ini dilakukan untuk

Page 5: Bab 2

14

membentuk anak sesuai dengan harapan di masyarakat, agar anak dapat

menyesuaikan aturan yang dibuat untuk disepakati.

2. Tipe Pola Asuh Orang Tua

Secara umum terdapat tiga tipe pola asuh orang tua, yaitu:

a. Tipe Pola Asuh Otoriter (Authoritarian)

Hurloch (2006:156) mengemukakan bahwa orang tua yang mendidik anak

dengan menggunakan pola asuh otoriter memperlihatkan ciri-ciri menerapkan

peraturan ketat, tidak ada kesempatan untuk mengemukakan pendapat, anak harus

mematuhi segala peraturan yang dibuat oleh orang tua, berorientasi pada hukuman

(fisik maupun verbal), dan orang tua jarang memberikan hadiah ataupun pujian

jika anak mematuhi dan menaati aturan.

Pola asuh otoriter adalah bentuk pola asuh yang menakankan pada

pengawasan orang tua atau control kepada anak agar menjadi taat dan patuh

terhadap aturan yang dibuat oleh orang tua. perilaku orang tua dalam berinteraksi

dengan anak bercirikan tegas, suka menghukum, anak dipaksa untuk patuh

terhadap aturan-aturan yang diberiakan oleh orang tua, dan cenderung mengekang

keinginan anak. Orang tua mendorong anak untuk berdisplin, anak tidak diberi

kesempatan untuk mengemukakan atau berbuat sesuatu sesuai dengan

keinginannya.

Hal-hal tersebut di atas dapat menyebabkan anak kurang berinisiatif,

cenderung ragu, dan mudah gugup akibat seringnya mendapat hukuman dari

Page 6: Bab 2

15

orang tua. Anak menjadi tidak disiplin dan nakal. Dengan pola suh seperti ini

anak diharuskan untuk disiplin karena semua keputusan dan peraturan ada di

tangan orang tua.

b. Tipe Pola Asuh Permisif (Permisssive)

Hurloch (2006:158) mengemukakan bahwa orang tua yang menerapkan

pola asuh permisif memperlihatkan ciri-ciri cenderung memberikan kebebasan

penuh pada anak tanpa ada batasan dan aturan dari orang tua, tidak ada hadiah

ataupun pujian meski anak berperilaku social baik, dan tidak ada hukuman meski

anak melanggar aturan.

Gunarsa (2000:20) mengemukakan bahwa orang tua yang menerapkan

pola asuh permisif memberikan kekuasaan penuh pada anak, tanpa dituntut

kewajiban dan tanggung jawab, kurang control terhadap perilaku anak dan hanya

berperan sebagai pemberi fasilitas, serta kurang berkomunikasi dengan anak.

Dalam pola asuh ini, perkembangan kepribadian anak menjadi tidak

terarah, dan mudah mengalami kesulitan jika harus menghadapi aturan yang ada

di masyarakat.Pola asuh ini memandang anak sebagai seorang pribadi dan

mendorong mereka untuk tidak berdisplin dan anak diperbolehkan untuk

mengatur tingkah lakunya sendiri. Dengan pola asuh seperti ini anak mendapatkan

kebebasan sebanyak mungkin dari orang tua tanpa adanya tanggung jawab yang

diberikan kepada anak.

c. Tipe Pola Asuh Demokratis (Authoritative)

Page 7: Bab 2

16

Menurut Hurloch (2006:160) ciri-ciri orang tua yang menerapkan pola

asuh demokratis adalah adanya kesempatan anak untuk berpendapat mengapa

anak melanggar peraturan sebelum hukuman dijatuhkan, hukuman diberikan

kepada perilaku salah, dan memberi pujian ataupun hadiah kepada perilaku yang

benar.

Cirri-ciri pola asuh demokratis yaitu:

1. Adanya kesempatan bagi anak untuk berpedapat

2. Hukuman diberikan akibat perilaku salah

3. Memberi pujian ataupun hadiah kepada perilaku yang benar

4. Orang tua membimbing dan mengarahkan tanpa memaksakan kehendak

kepada anak

5. Orang tua memberi penjelasan secara rasional jika pendapat anak tidak

sesuai

6. Orang tua mempunyai pandangan masa depan yang jelas terhadap anak.

Menurut Gunarsa (2000:22) dalam menanamkan disiplin kepada anak,

orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis memperlihatkan dan

menghargai kebebasan yang tidak mutlak.Dengan bimbingan yang penuh

pengertian, orang tua memberi penjelasan secara rasional dan objektif jika

keinginan dan mendapat anak tidak sesuai.

Berdasarka penjelasan di atas, dalam pola asuh demokratis anak dididik

dengan rasa tanggung jawab, maupun bertindak sesuai dengan norma yang ada,

Page 8: Bab 2

17

terdapat kesamaan hak dan kewajiban orang tua dan anak dalam arti saling

melengkapi, anak dilatih untuk bertanggung jawab. Selain itu, anak juga dilatih

untuk berdisplin.Anak yang displin mampu menunjukkan tanggung jawabnya

dalam bentuk berani menanggung resiko atas konsekuensi dari keputusan yang

telah diambil.

C. Keluarga

1. Ciri Dan Jenis Keluarga

Keluarga menurut pandangan psikologis di dalam, M.I Soelaeman (1994 : 10)

dijelaskan bahwa keluarga psikologis merupakan sekumpulan orang yang hidup

bersama dalam tempat tinggal sama dan masing-masing anggota merasakan ada

pertautan batin sehingga diantara mereka terjadi saling mempengaruhi, saling

memperhatikan dan saling menyerahkan diri.

2. Peranan Keluarga

Maimunah Hasan (2012:18-20) Masa blita adalah masa emas tumbuh

kembang seorang anak, bukan hanya jasmani, tetapi juga jiwa dan kehidupan

sosialnya. Salah asah, salah asih, dan salah asuh biasa buruk akibatnya. Pola

pengasuhan yang tepat bagi si kecil akan mempengaruhi kehidupannya kelak.

Pemberian asah, asih, dan asuh yang tepat dapat mempengaruhi karakter anak.Asah

adalah stimulasi yang diberikan. Asih adalah kasih sayang diberikan oleh orang tua.

Page 9: Bab 2

18

Asuh adalah kecukupan sandang, pangan, papan, dan kesehatan, termasuk pendidikan

yang diperoleh oleh anak.

Pendidikan anak harus dilakukan melalui tiga lingkungan, yaitu keluarga,

sekolah, dan organisasi. Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan

terpenting. Sejak timbulnya peradaban manusia sampai sekarang, keluarga selalu

berpengaruh besar terhadap perkembangan anak manusia. Pendidikan adalah

tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Sekolah

sebagai pembantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga sebab pendidikan yang

pertama dan utama diperoleh anak ialah dalam keluarga.

Peralihan bentuk pendidikan informal/keluarga ke formal/sekolah

memerlukan kerja sama antara orang tua dan sekolah (pendidik). Sikap anak terhadap

sekolah akan dipengaruhi oleh sikap orang tua mereka. Oleh karena itu, diperlukan

kepercayaan orang tua terhadap sekolah (pendidik) yang menggantikan tugasnya

selama di sekolah. Orang tua harus memperhatikan sekolah anaknya dengan

memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan menghargai usahanya serta

menunjukkan kerja samanya dalam cara anak belajar di rumah atau membuat

pekerjaan rumahnya.

Peranan orang tua bagi pendidikan anak adalah memberikan dasar pendidikan,

sikap, dan ketrampilan dasar, seperti pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun,

estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar untuk mematuhi peraturan. Selain itu,

Page 10: Bab 2

19

peranan kelurga adalah mengajarkan nilai-nilai dan tingkah laku yang sesuai dengan

yang diajarkan di sekolah.

Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa bila orang tua berperan dalam

pendidikan, anak akan menunjukkan peningkatan prestasi belajar, diikuti dengan

perbaikan sikap, stabilitas sosioemosional, kedisplinan, serta aspirasi anak untuk

belajar sampai perguruan tinggi, bahkan setelah bekerja dan berumah tangga. Peranan

ayah juga semakin menarik untuk dikaji karena semakin banyak ibu yang semula

sebagai ibu rumah tangga kini menjadi wanita karier/bekerja, sehingga kesempatan,

perhatian, dan perlakuannya terhadap anak menjadi berkurang. Konsekuensinya

adalah sang ayah, bertanggung jawab penuh terhadap pendidikan anak dan sebagai

tulang punggung ekonomi keluarga, juga dituntut berperan aktif dalam pengasuhan

anak.

D. Pola Asuh dan Kreativitas Anak

Maimunah Hasan (2012:21-23) Secara etimologi, pengasuhan berasal dari

kata “asuh” yang artinya memimpin, mengelola, pembimbing, sehingga “pengasuh”

adalah orang yang melaksanakan tugas pembimbing, memimpin, atau mengelola.

Pengasuhan yang dimaksud di sini adalah mengasuh anak. Mengasuh anak adalah

mendidik dan memelihara anak, seperti mengurus makannya, minumnya, pakaiannya,

dan keberhasilannya dalam periode yang pertama sampai dewsa. Dengan pengertian

tersebut, dapat dipahami bahwa pengsuhan anak yang dimaksud adalah

Page 11: Bab 2

20

kepemimpinan dan bimbingan yang dilakukan terhadap anak yang berkaitan dengan

kepentingan hidupnya.

Beberapa pola asuh dari orang tua atau mendidik yang dapat mempengaruhi

kreativtas anak adalah lingkungan fisik, lingkungan social, pendidikan internal dan

eksternal, dialog, suasana psikologis, sosial budaya, perilaku orang tua atau pendidik,

kontrol, menentukan nilai moral.

Dari pola asuh orang tua/pndidik diatas sangat mempengaruhi perkembangan

diri dan pengembangan kreativitas anak didalam kehidupannya. Keterkaitan pola asuh

orang tua/pendidik dengan anak yang mempunyai kreativitas diri dimaksudkan

sebagai upaya orang tua/pendidk dalam meletakkan dasar-dasar disiplin diri kepada

anak dan membantu mengembangkannya, sehingga anak memiliki disiplin diri.

Intensitas kebutuhan anak untuk mendapatkan bantuan dari orang tua/pendidik bagi

kepemilikan dan pengembangan kreativitas diri, menunjukkan adanya kebutuhan

internal, yaitu ketika anak masih membutuhkan banyak bantuan dari orang tua atau

pendidik untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar kreativitas diri

berdasarkan naluri, berdasarkan nalar, sekaligus berdasarka kata hati.

Oleh karena itu kreativitas anak tidak terlepas dari pengasuhan orang

tua/pendidik.Artinya, kreativitas anak erat hubungannya dengan pola asuh yang

diberikan oleh orang tua/pendidik. Mendidik anak pada hakikatnya merupakan usaha

nyata dari pihak orang tua untuk mengembangkan totalitas potensi yang ada pada diri

anak.

Page 12: Bab 2

21

E. Kreativitas

1. Pengertian Kreativitas

Pengertian Kreativitas mengandung beragam definisi di dalamnya. Lawrence

dalam Suratno (2005: 24) menyatakan kreativitas merupakan ide atau pikiran manusia

yang bersifat inovatif, berdaya guna dan dapat dimengerti. Drevdahl dalam Dian

Pramesti (2007:25) menjelaskan kreativitas merupakan kemampuan seseorang

menghasilkan gagasan baru berupa kegiatan atau sintesis pemikiran yang mempunyai

maksud dan tujuan yang ditentukan, bukan fantasi semata.

Dari paparan tersebut penulis menyimpulkan kreativitas adalah kemampuan

untuk menghasilkan gagasan baru, memecahkan masalah dan ide yang mempunyai

maksud dan tujuan yang ditentukan. Sedangkan kreatif merupakan suatu sifat yang

dimiliki oleh seseorang yang mempunyai kreativitas. Krativitas hanya dimiliki oleh

orang yang kreatif. Hal ini dikarenakan hanya orang yang kreatiflah yang mempunyai

ide gagasan yang kreatif dan original. Orang akan menjadi kreatif apabila distimulasi

sejak dini sehingga menjadi anak yang kreatif. Anak dikatakan kreatif apabila mampu

menghasilkan produk secara kreatif serta tidak tergantung dengan orang lain.

2. Pengertian Anak Kreatif

Anak Kreatif yaitu anak yang mampu memperdayakan pikirannya untuk

menghasilkan gagasan baru, memecahkan masalah dan ide yang mempunyai maksud

dan tujuan yang di tentukan. Ketika anak mengekspresikan pikirannya atau

kegiatannya yang berdaya cipta, berinisiatif sendiri, dengan cara-cara yang original,

Page 13: Bab 2

22

maka kita dapat mengatakan bahwa mereka itu adalah anak yang kreatif (Suratno,

2005:10). Individu kreatif dengan sendirinya memiliki motivasi dalam dirinya atau

motivasi intrinsik yang kuat untuk menghasilkan ide atau karya dalam memuaskan

diri bukan karena tekanan dari luar.

3. Pengembangan Kreativitas

Bakat kreatif akan tumbuh dan berkembang jika didukung dengan fasilitas dan

kesempatan yang memungkinkan. Orang tua dan guru harus menyadari keragaman

bakat dan kreativitas anak. Cara mendidik dan mengasuh anak harus disesuaikan

dengan pribadi dan kecepatan masing-masing anak. Pengembangan bakat dan

kreativitas anak dapat diuraikan dengan pendekatan 4P (pribadi, press, proses, dan

produk)

a) Pribadi

Kreativitas sesungguhnya merupakan keunikan individu (berbeda

dengan indivudi lain) dalam berintraksi dengan lingkungannya. Dari ungkapan

atau orang yang unik inilah diharapkan muncul gagasan atau ide baru, pada

akhirnya dapat diciptakan sesuatu produk baru yang inovatif atau belum

pernah ada sebelumnya.

b) Press atau Pendorong

Kreativitas dapat diwujudkan jika didukung oleh lingkungan dan

kemauan dari dalam dirinya yang kuat. Terdapat dua factor pendukung

kemauan seseorang, yaitu kemauan dari dalam (motivasi ekstrinsik). Dalam

Page 14: Bab 2

23

hal ini dorongan dari dalam diri anak yang menjadi pendorong utama lagi

perkembangan kreativitas anak.

c) Proses

Pemunculan kreativitas anak tidak diwujudkan secara instan.

Pemunculan kreativitas diperlukan proses melalui pemberian kesempatan

untuk bersibuk diri secara aktif, karena itu orang tua, lingkungan keluarga dan

juga guru/pendidik hendaknya memberikan kesempatan yang luas kepada

anak untuk beraktivitas melalui kegiatan kreatif

d) Produk

Apabila kondisi pribadi dan kondisi lingkungan cukup mendukung

atau kondusif, maka hal ini memungkinkan seseorang untuk menghasilkan

produk kreatif, karena kondisi pribadi dan lingkungan erat kaitannya dengan

proses kreatif. Orang tua dan guru/pendidik mampu menemui dan mengenali

bakat dan cirri-ciri pribadi anak sejak dini. Bakat dan cirri kreatif yang

dimiliki anak hendaknya dikembangkan dengan cara memberikan dorongan

kepada anak.

Hal tersebut dapat diwujudkan dengan memberikan sarana dan

prasarana bermain anak yang cukup dan mampu menggugah minat anak.

Sarana dan prasarana bermain anak tidak harus mahal, bisa menggunakan

Page 15: Bab 2

24

alat-alat yang ada ataupun membeli mainan yang murah asalkan dapat

dipergunakan. Tetapi harus diingat juga bagaimana pengendalian orang tua

dan guru tetap diperlukan agar bakat kreatif anak yang tumbuh adalah yang

bernilai positif dan tidak membahayakan orang lain.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa cara mengembangkan

kreativitas bisa dilakukan dengan menggunakan pendekatan 4P, yaitu; pribadi,

press atau pendorong, proses dan produk. (Suratno, 2005: 39-43)

4. Bentuk kreativitas Pada Anak Usia Dini

Kreativitas dapat ditinjau dari emat aspek, yaitu :

a) Kreativitas dari aspek pribadi, muncul dari keunikan pribadi individu dalam

interaksi dengan lingkunganya. Setiap anak mempunyai bakat kratif, namun

masing-masing dalam bidang dan kadar yang berbeda-beda. Kreativitas

sebagai kemampuan berpikir meliputi kelancaran, kelenturan, orisinalitas dan

elaborasi. Kelancaran disini berkaitan dengan kemampuan untuk

membangkitkan sejumlah besar ide-ide.

Seseorang yang kreatif dapat memiliki banyak ide, dengan hal tersebut

akan semakin besar kesempatan untuk menemukan ide-ide yang baik.

Kelenturan atau fleksibilitas adalah mampu melihat masalah dari beberapa

sudut pandang. Orang yang kreatif memiliki kemampuan untuk

membangkitkan banyak ide.

Page 16: Bab 2

25

Fleksibilitas secara tidak langsung, menunjukkan kemudahan

mendapatkan informasi tertentu atau berkurangnya kepastian dan kekakuan.

Fleksibilitas merupakan basis keaslian, kemurnian, dan penemuan.

Orisinalitas adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide luar biasa,

memecahkan problem dengan cara yang luar biasa, atau menggunakan hal-hal

atau situasi dalam cara yang luar biasa. Individu yang kreatif membuahkan

tanggapan yang luar biasa, membuat asosiasi jarak jauh, dan membuahkan

tanggapan yang cerdik serta mempunyai gagasan-gagasan yang jarang

diberikan orang lain.

Elaborasi adalah dapat merinci dan memperkaya suatu gagasan. Orang

yang kreatif dapat mengembangkan gagasan-gagasannya secara luas. Penilaian

merupakan kemampuan dalam mengapresiasikan sebuah ide. Orang yang

kreatif memiliki cara-cara sendiri dalam menilai sebuah ide dan hal itu

berbeda dengan orang-orang pada umumnya.

b) Kreativitas ditinjau dari Process (Proses)

Ditinjau sebagai proses, kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati

adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai,

dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi,

dan akhirnya menyaipaikan hasil-hasilnya.

c) Kreativitas ditinjau dari aspek Pendorong menunjuk pada perlunya dorongan

dari dalam individu (berupa minat, hasrat, dan motivasi) dan dari luar

Page 17: Bab 2

26

(lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat) agar bakat kreatif dapat

diwujudkan. sehubungan dengan hal ini pendidik diharapkan dapat memberi

dukungan, perhatian, serta sarana prasarana yang diperlukan.

Kreativitas sebagai proses ialah proses bersibuk diri secara kreatif. Pada anak

usia prasekolah hendaknya kreativitas sebagai proses yang diutamakan, dan

jangan terlalu cepat mengharapkan produk kreatif yang bermakna dan

bermanfaat. Jika pendidik terlalu cepat menuntut produk kreatif yang

memenuhi standar mutu tertentu, hal ini akan mengurangi kesenangan dan

keasyikan anak untuk berkreasi.

d) Kreativitas sebagai produk, merupakan suatu ciptaan yang baru dan

bermakna bagi individu dan /atau bagi lingkunganya. Pada seorang anak, hasil

karyanya sudah dapat disebut kreatif, jika baginya hal itu baru, ia belum

pernah membuat itu sebelumnya, dan ia tidak meniru atau mencontoh

pekerjaan orang lain. Produk kreativitas anak perlu dihargai agar merasa puas

dan semangat berkreasi.

(http://zain.students.uii.ac.id/04/07/2013/permainan dan kreativitas pada anak

usia dini), diakses 4 juli 2013)

Agar bakat dan kreativitas anak dapat tumbuh dan berkembang orang tua,

guru, dan orang-orang terdekat dengan anak membantu anak untuk menemukan bakat

dan kreativitasnya. Press atau Pendorong Kreativitas dapat diwujudkan jika didukung

oleh lingkungan dan kemauan dari dalam dirinya yang kuat.

Page 18: Bab 2

27

Terdapat dua faktor pendukung kemauan seseorang, antara lain:

a) Kemauan dari dalam atau motivasi intrinsik Motivasi

intrinsik yang tumbuh karena adanya kesadaran diri

untuk membangun pengetahuan dan pengalaman tanpa

adanya paksaan. Motivasi intrinsik menjadi pendorong

utama bagi pengembangan kreativitas anak.

b) Motivasi ekstrinsik Motivasi yang tumbuh dari berbagai

sumber seperti penghargaan atas kreasi yang dihasilkan

anak, pujian, daninsetif atas keberhasilan anak.

Proses Kreativitas tidak dapat di wujudkan secara instan. Pemunculan

kreativitas diperlukan proses melalui pemberiankesempatan untuk bersibuk diri

secara kreatif. Yang penting dalam memunculkan kegiatan kreatif adalah pemberian

kebebasan kepada anak untuk melakukan berbagai kegiatan eksperimen dalam rangka

mewujudkan atau melakukan berbagai kegiatan dalam rangka mewujudkan atau

mengekspresikan dirinya secara kreatif.

Produk Produk kreatif dihasilkan oleh kondisi pribadi dan kondisi lingkungan

yang mendukung atau kondusif. Mengingat kondisi pribadi dan kondisi lingkungan

erat kaitannya dengan proses kreatif, maka lingkungan memberikan dorongan dan

kesempatan kepada anak untuk terlibat secara aktif dalam berbagai kegiatan sehingga

mampu menggugah minat anak untuk meningkatkan kreativitas anak.

5. Kondisi yang dapat Menghambat dan Meningkatkan Kreativitas

Page 19: Bab 2

28

Imam Musbikin (2006: 7) menyatakan penghamabat kreativitas anak antara

lain; tidak ada dorongan bereksporasi tidak adanya rangsangan dan kurangnya

pertanyaan yang membangkitkan rasa ingin tahu anak yang dapat menghambat

kreativitas anak, jadwal yang terlalu ketat, terlalu menekankan kebersamaan keluarga

andakala anak membutuhkan waktu untuk menyendiri untuk belajar mengembangkan

imajinasinya sebagai bekal untuk menumbuhkan kreativitasnya dan disiplin otoriter

juga sebagai penghambat anak untuk mengembangkan kreativitasnya.

Selain kondisi yang menghambat kreativitas tersebut di atas, Hurlock (1978:

11) menyatakan bahwa kondisi yang dapat meningkatkan kreativitas anak adalah:

1) WaktuAnak kreatif membutuhkan waktu untuk menuangkan

idea tau gagasan dan konsep-konsep dan mencobanya dalam

bentuk baru atau orginal.

2) Kesempatan menyendiri anak membutuhkan waktu dan

kesempatan menyendiri untuk mengembangkan imajinasinya.

3) Dorongan terlepas seberapa jauh hasil belajar anak

memenuhi standar orang dewasa, mereka memerlukan

dorongan atau motivasi untuk kreatif dan bebas dari ejekan

yang sering kali dilontarkan pada anak kreatif

F. Perkembangan Anak Usia Dini

Perkembangan anak merupakan proses perubahan perilaku dari tidak matang

menjadi matang, dari sederhana menjadi kompleks, suatu evolusi manusia dari

Page 20: Bab 2

29

ketegantungan menjadi mahluk dewasa yang mandiri. Perkembangan anak adalah

suatu proses perubahan dimana anak melajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari

aspek-aspek: gerakan, berpikir, perasaan, dan interaksi baik dengan sesama ataupun

benda-benda dalam lingkungan hidupnya (Anwar. dan Ahmad, 2009:12).

Selain itu perkembangan anak usia dini meliputi beberpa bagian, yaitu:

1. Perkembangan kemampuan motorik

Seiring dengan pertumbuhannya, system syaraf anak anda semakin matang.

Ada dua tipe kemampuan motorik. Yang pertama adalah kemampuan motorik di

mana anda mampu menggerakkan bagian tubuhnya yang besar, seperti tangan dan

kaki. Berjalan, berlari, keseimbangan tubuh dan koordinasi gerak merupakan bentuk

perkembangan anak usia dini pada kemampuan motorik. Yang perlu dievakuasi pada

tahap perkembangan ini adalah kekuatan otot, kualitas gerakan dan sejauh mana anak

mampu melakukan gerakan.

Sedangkan perkembangan kemampuan motorik yang ke dua adalah

kemampuan anak untuk menggerakkan bagian-bagian kecil dari tubuhnya. Seperti jari

tangan, jari kaki dan mata. Kemampuan motorik ini dapat dilihat dari kemampuan

anak melempar dan menangkap sesuatu, menggambar maupun meraih benda.

2. Perkembangan fungsi fisik

Perkembangan anak usia dini pada fungsi fisiknya mengikuti pola tertentu,

diantaranya; perkembangan bagian tubuh yang besar lebih awal dibandingkan bagian

tubuh yang kecil. Misalnya, perkembangan fungsi tangan dan kaki lebih dulu

Page 21: Bab 2

30

dibandingkan jari. Pola selanjutnya adalah perkembangan bagian-bagian utama tubuh

lebih dahulu dibandingkan bagian lainnya.

Bagian-bagian utama seperti lambung, jantung dan organ inti lainnya lebih

dulu dan lebih kuat dibandingkan perkembangan fungsi kaki dan tangan. Dan pola

yang terakhir adalah dari bagian atas tubuh menuju bagian bawah. Perkembangan

anak usia dini untuk memfungsikan fisiknya dimulai dari kepala baru kemudian ke

bagian kaki. Inilah sebab mengapa bayi lebih dulu mampu mengangkat kepalanya

dibandingkan berguling.

3. Perkembangan kemampuan kognitif

Perkembangan anak usia dini meliputi perkembangan kemampuan

kognitifnya. Kemampuan kognitif ini barkaitan dengan daya ingat, kemampuan

menganalisa maupun kemampuannya memecahkan masalah. Anak usia dini adalah

peneliti kecil, mereka aktif melakukan percobaan dan menganalisa apa yang ada di

sekelilingnya.

Di sini dukungan lingkungan untuk menunjang perkembangan kognitif anak

sangat diperlukan. Interaksi yang sehat antara anak dan lingkungan dapat

mengoptimalkan perkembangan kognitifnya.

4. Perkembangan kemampuan berbahasa

Page 22: Bab 2

31

Penelitian menunjukkan bahwa bagaimana cara orang tua berbicara akan

memainkan peran penting dalam perkembangan kemampuan berbahasa pada anak.

para peneliti meyakini bahwa penggunaan bahasa ibu akan memudahkan anak untuk

belajar bahasa lebih cepat. Awalnya anak hanya mampu mengoceh, kemudian dia

mulai bisa mengucapkan sebuah kata. Dengan terus berlatih, anak anda akan mulai

bisa menggabungkan 2 kata, hingga kemudian bisa membuat sebuah kalimat

sederhana. Kemampuan anak berbahasa merupakan cermin dari kecerdasan anak.

Selain dukungan dari orang-orang terdekat maupun lingkungan sekitarnya,

perkembangan anak usia dini perlu didukung pula oleh suplai nutrisi yang

mencukupi. Ini dikarenakan pada masa perkembangan anak usia dini dibutuhkan

zat-zat gizi penting untuk proses pematangan jaringan tubuhnya dan untuk

menyediakan energi dalam proses anak berekplorasi.

(http://www.ibudanbalita.net/perkembangan anak pada masa usia dini.html), diakses

30 Mei 2013)

Sasaran layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah anakyang berada

pada rentang usia 0-6 tahun. Pada penelitian ini sasaran peneliti adalah anak usia dini

yang berumur 3-5 tahun.

G. Kreativitas Anak Usia Dini

Kreativitas perlu dikembangkan sejak dini karena kreativitas mempengaruhi

dan meningkatkan kecerdasan seseorang. Kreativitas merupakan salah satu aspek

penting. Seorang anak lahir membawa potensi kreatif. Dengan potensi kreatif yang

Page 23: Bab 2

32

dimilikinya, anak akan senantiasa membutuhkan aktivitas yang sarat dengan ide – ide

kreatif. Secara alami rasa ingintahu telah dikaruniai oleh sang pencipta. Maka secara

alami pula anak memiliki kemampuan untuk mempelajari sesuatu dengan caranya

sendiri.

Anak-anak senantiasa tumbuh dan berkembang. Mereka menampilkan ciri-ciri

fisik dan psikologis yang berbeda untuk tiap tahap perkembangannya. Masa

anak-anak merupakan masa puncak kreativitasnya, dan kreativitas mereka perlu terus

dijaga dan dikembangkan dengan menciptakan lingkungan yang menghargai

kreativitas itu sendiri.

(Restimustikasari.blogspot.com/2012/12/kreativitas-anak-usia-dini.html), diakses 30

mei 2013).

1. Kreativitas anak usia dini dapat di tinjau dari empat aspek, yaitu:

a) Kreativitas dari aspek pribadi, muncul dari keunikan pribadi individu dalam

interaksi dengan lingkunganya. Setiap anak mempunyai bakat kratif, namun

masing-masing dalam bidang dan kadar yang berbeda-beda.

Kreativitas sebagai kemampuan berpikir meliputi kelancaran, kelenturan,

orisinalitas dan elaborasi. Kelancaran disini berkaitan dengan kemampuan

untuk membangkitkat sejumlah besar ide-ide. Seseorang yang kreatif dapat

memiliki banyak ide, dengan hal tersebut akan semakin besar kesempatan

untuk menemukan ide-ide yang baik. Kelenturan atau fleksibilitas adalah

Page 24: Bab 2

33

mampu melihat masalah dari beberapa sudut pandang.

Orang yang kreatif memiliki kemampuan untuk membangkitkan banyak

ide. Fleksibilitas secara tidak langsung, menunjukkan kemudahan

mendapatkan informasi tertentu atau berkurangnya kepastian dan

kekakuan. Fleksibilitas merupakan basis keaslian, kemurnian, dan

penemuan. Orisinalitas adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide luar

biasa, memecahkan problem dengan cara yang luar biasa, atau menggunakan

hal-hal atau situasi dalam cara yang luar biasa. Individu yang kreatif

membuahkan tanggapan yang luar biasa, membuat asosiasi jarak jauh, dan

membuahkan tanggapan yang cerdik serta mempunyai gagasan-gagasan yang

jarang diberikan orang lain. Elaborasi adalah dapat merinci dan memperkaya

suatu gagasan. Orang yang kreatif dapat mengembangkan gagasan-gagasannya

secara luas. Penilaian merupakan kemampuan dalam mengapresiasikan

sebuah ide. Orang yang kreatif memiliki cara-cara sendiri dalam menilai

sebuah ide dan hal itu berbeda dengan orang-orang pada umumnya.

b) Pendorong menunjuk pada perlunya dorongan dari dalam individu

(berupa minat, hasrat, dan motivasi) dan dari luar (lingkungan keluarga,

sekolah dan masyarakat) agar bakat kreatif dapat diwujudkan. Sehubungan

dengan hal ini pendidik diharapkan dapat memberi dukungan, perhatian, serta

sarana prasarana yang diperlukan.

Page 25: Bab 2

34

c) Kreativitas sebagai proses ialah proses bersibuk diri secara kreatif. Pada anak

usia prasekolah hendaknya kreativitas sebagai proses yang diutamakan, dan

jangan terlalu cepat mengharapkan produk kreatif yang bermakna dan

bermanfaat. Jika pendidik terlalu cepat menuntut produk kreatif yang

memenuhi standar mutu tertentu, hal ini akan mengurangi kesenangan dan

keasyikan anak untuk berkreasi.

d) Kreativitas sebagai produk, merupakan suatu ciptaan yang baru dan bermakna

bagi individu dan /atau bagi lingkunganya. Pada seorang anak, hasil karyanya

sudah dapat disebut kreatif, jika baginya hal itu baru, ia belum pernah

membuat itu sebelumnya, dan ia tidak meniru atau mencontoh pekerjaan

orang lain. Dan yang penting, produk kreativitas anak perlu dihargai agar ia

merasa puas dan tetap bersemangat dalam berkreasi.

Kegiatan kreatif ini bertujuan membentangkan alam pikiran dan

perasaan anak, menjangkau masa lalu, masa kini, dan masa depan, menantang

maka menjajaki bidang-bidang baru, memikirkan hal-hal baru yang belum

terpikir sebelumnya, mengantisipasi akibat-akibat dari kejadian-kejadian

hipotesis, menggunakan daya imajinasi dan firasatnya dalam memecahkan

masalah.

(http://massofa.wordpress.com/2011/09/23/mengenal-kreativitas-anak-sejak-d

ini/), diakses 4 juli 2013

Page 26: Bab 2

35

Pada penelitian ini peneliti mengetahui kreativitas apa saja yang dimiliki anak

usia dini di PAUD mekar Bangsa Kota Blitar, dari pengakuan para orang tua peserta

didik, anak-anaknya memiliki kreativitas seperti menggambar dan bermain, maksud

dari bermain disini anak-anaknya saat mainin mainannya sering kali merusak

mainannya tetapi si anak bisa memperbaikinya lagi, itu salah satu pengakuan

informan yang saya wawancarai.

Wujud kreativitas anak dalam penelitian ini adalah kemampuan anak dalam

mengkreasikan, membuat, menyusun, membangun sesuatu walaupun itu cuma dalam

hal sederhana dan itu semua dari hasil pemikiran mereka sendiri, orang tua atau guru

hanya mengawasi.