BAB 1,2 Makalah Gx Menstruasi
Transcript of BAB 1,2 Makalah Gx Menstruasi
Keperawatan Maternitas
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-
sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat
pubertas dan menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun
mungkin faktor-faktor kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya
dimulai antara umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan
wanita, status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung
kira-kira sekali sebulan sampai wanita mencapai usia 45 - 50 tahun, sekali lagi tergantung
pada kesehatan dan pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita untuk
bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir dari masa-masa kehamilan seorang
wanita. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari, namun berkisar antara 21 hingga
40 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang berbeda
dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk
kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut.
Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh
wanita setiap bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa tahap yang
dikendalikan oleh interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, kelenjar dibawah
otak depan, dan indung telur. Pada permulaan daur, lapisan sel rahim mulai berkembang
dan menebal. Lapisan ini berperan sebagai penyokong bagi janin yang sedang tumbuh bila
wanita tersebut hamil. Hormon memberi sinyal pada telur di dalam indung telur untuk
mulai berkembang. Tak lama kemudian, sebuah telur dilepaskan dari indung telur wanita
dan mulai bergerak menuju tuba Falopii terus ke rahim. Bila telur tidak dibuahi oleh
sperma pada saat berhubungan intim (atau saat inseminasi buatan), lapisan rahim akan
berpisah dari dinding uterus dan mulai luruh serta akan dikeluarkan melalui vagina.
Periode pengeluaran darah, dikenal sebagai periode menstruasi (atau mens, atau haid),
berlangsung selama tiga hingga tujuh hari. Bila seorang wanita menjadi hamil, menstruasi
bulanannya akan berhenti. Oleh karena itu, menghilangnya menstruasi bulanan merupakan
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Menstruasi 1
Keperawatan Maternitas
tanda (walaupun tidak selalu) bahwa seorang wanita sedang hamil. Kehamilan dapat di
konfirmasi dengan pemeriksaan darah sederhana.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi menstruasi ?
2. Bagaimana siklus menstruasi ?
3. Apakah definisi dari gangguan dalam menstruasi ?
4. Apakah definisi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi ?
5. Bagaimana patofisiologi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi ?
6. Bagaimana manifestasi klinis gangguan dalam mentruasi ?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis dari macam – macam gangguan dalam
mentruasi ?
8. Bagaimana Web of Caution dari macam – macam gangguan dalam menstruasi ?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan dalam menstruasi ?
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Menjelaskan patofisiologi dan asuhan keperawatan gangguan dalam menstruasi.
1.3.2. Tujuan khusus
1. Menjelaskan definisi dari menstruasi
2. Menjelaskan siklus menstruasi
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Menstruasi 2
Keperawatan Maternitas
3. Menjelaskan definisi dari gangguan dalam menstruasi
4. Menjelaskan definisi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi
5. Menjelaskan patofisiologi dari macam – macam gangguan dalam
menstruasi
6. Menjelaskan manifestasi klinis gangguan dalam mentruasi
7. Menjelaskan penatalaksanaan medis dari macam – macam gangguan dalam
mentruasi
8. Menjelaskan Web of Caution dari macam – macam gangguan dalam
menstruasi
9. Menjelaskan Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan dalam
menstruasi
1.4. Manfaat
1. Pembaca dapat memahami definisi, etiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan
medis, serta patofisiologi gangguan yang terjadi pada saat menstruasi.
2. Pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat memahami asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan pada saat menstruasi.
3. Perawat dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan
gangguan dalam menstruasi.
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Menstruasi 3
Keperawatan Maternitas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya
lapisan endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan terkait pada jaringan sasaran pada
saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena
tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan – perubahan siklik maupun
lama siklus menstruasi (Greenspan et al, 1998).
Menstruasi adalah keluarnya darah melalui vagina, yang berasal dari rahim,
berlangsung secara teratur, sebagai aspek dari kerja hormon-hormon retorik (Yanto
Kadarusman,2000).
Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai
dengan pendarahan dan terjadi setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi
yang terjadi terus menerus setiap bulannya disebut sebagai siklus menstruasi. menstruasi
biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga anda menopause (biasanya
terjadi sekitar usia 45 – 55 tahun). Normalnya, menstruasi berlangsung selama 3 – 7 hari.
2.2. Siklus menstruasi
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Menstruasi 4
Keperawatan Maternitas
Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90% wanita
memiliki siklus 25 – 35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari,
namun beberapa wanita memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi indikasi
adanya masalah kesuburan.
Panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama periode menstruasi
hari dimana pendarahan dimulai disebut sebagai hari pertama yang kemudian dihitung
sampai dengan hari terakhir – yaitu 1 hari sebelum perdarahan menstruasi bulan berikutnya
dimulai.
Seorang wanita memiliki 2 ovarium dimana masing-masing menyimpan
sekitar 200.000 hingga 400.000 telur yang belum matang/folikel (follicles). Normalnya,
hanya satu atau beberapa sel telur yang tumbuh setiap periode menstruasi dan sekitar hari
ke 14 sebelum menstruasi berikutnya, ketika sel telur tersebut telah matang maka sel telur
tersebut akan dilepaskan dari ovarium dan kemudian berjalan menuju tuba falopi untuk
kemudian dibuahi. Proses pelepasan ini disebut dengan “OVULASI”.
Pada permulaan siklus, sebuah kelenjar didalam otak melepaskan hormon
yang disebut Follicle Stimulating Hormone (FSH) kedalam aliran darah sehingga membuat
sel-sel telur tersebut tumbuh didalam ovarium. Salah satu atau beberapa sel telur kemudian
tumbuh lebih cepat daripada sel telur lainnya dan menjadi dominant hingga kemudian
mulai memproduksi hormon yang disebut estrogen yang dilepaskan kedalam aliran darah.
Hormone estrogen bekerjasama dengan hormone FSH membantu sel telur yang dominan
tersebut tumbuh dan kemudian memberi signal kepada rahim agar mempersiapkan diri
untuk menerima sel telur tersebut. Hormone estrogen tersebut juga menghasilkan lendir
yang lebih banyak di vagina untuk membantu kelangsungan hidup sperma setelah
berhubungan intim.
Ketika sel telur telah matang, sebuah hormon dilepaskan dari dalam otak
yang disebut dengan Luteinizing Hormone (LH). Hormone ini dilepas dalam jumlah
banyak dan memicu terjadinya pelepasan sel telur yang telah matang dari dalam ovarium
menuju tuba falopi. Jika pada saat ini, sperma yang sehat masuk kedalam tuba falopi
tersebut, maka sel telur tersebut memiliki kesempatan yang besar untuk dibuahi.
Sel telur yang telah dibuahi memerlukan beberapa hari untuk berjalan
menuju tuba falopi, mencapai rahim dan pada akhirnya “menanamkan diri” didalam rahim.
Kemudian, sel telur tersebut akan membelah diri dan memproduksi hormon Human
Chorionic Gonadotrophin (HCG). Hormone tersebut membantu pertumbuhan embrio
didalam rahim.
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Menstruasi 5
Keperawatan Maternitas
Jika sel telur yang telah dilepaskan tersebut tidak dibuahi, maka endometrium
akan meluruh dan terjadilah proses menstruasi.
2.3. Gangguan dalam menstruasi
2.3.1. Definisi
Gangguan menstruasi adalah kelainan-kelainan pada keadaan menstruasi yang
dapat berupa kelainan atau kelainan dari jumlah darah yang dikeluarkan dan lamanya
perdarahan.
2.3.2. Macam – macam gangguan menstruasi
2.3.2.1. Premenstrual Tension (Ketegangan Prahaid)
a. Definisi
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Menstruasi 6
Keperawatan Maternitas
Keteganagan prahaid adalah keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu
minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid dan menghilang sesudah
haid datang walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti.
b. Etiologi
Etiologi ketegangan prahaid tidak jelas, tetapi mungkin faktor penting
ialah ketidakseimbangan esterogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan
dan natrium, penambahan berat badan, dan kadang-kadang edema. Dalam
hubungan dengan kelainan hormonal, pada tegangan prahaid terdapat defisiensi
luteal dan pengurangan produksi progesteron.
Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial, dll.juga
memegang peranan penting. Yang lebih mudah menderita tegangan prahaid
adalah wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid
dan terhadap faktor-faktor psikologis.
c. Patofisiologi
Meningkatnya kadar esterogen dan menurunnya kadar progesteron di dalam
darah, yang akan menyebabkan gejala deprese dan khususnya gangguan mental.
Kadar esterogen akan mengganggu proses kimia tubuh ternasuk vitamin B6
(piridoksin) yang dikenal sebagai vitaminanti depresi karena berfungsi
mengontrol produksi serotonin. Serotonin penting sekali bagi otak dan syaraf, dan
kurangnya persediaan zat ini dalam jumlah yang cukup dapat mengakibatkan
depresi.
Hormon lain yang dikatakan sebagai penyebab gejala premenstruasi adalah
prolaktin. Prolaktin dihasilkan sebagai oleh kelenjar hipofisis dan dapat
mempengaruhi jumlah esterogen dan progesteron yang dihasilkan pada setiap
siklus. Jumlah prolaktin yang terlalu banyak dapat mengganggu keseimbangan
mekanisme tubuh yang mengontrol produksi kedua hormon tersebut. Wanita
yang mengalami sindroma pre-menstruasi tersebut kadar prolaktin dapat tinggi
atau normal.
Gangguan metabolisme prostaglandin akibat kurangnya gamma linolenic
acid (GLA). Fungsi prostaglandin adalah untuk mengatur sistem reproduksi
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Menstruasi 7
Keperawatan Maternitas
(mengatur efek hormon esterogen, progesterone), sistem saraf, dan sebagai anti
peradangan.
d. Manifestasi klinis
Keluhan terdiri dari gangguan emosional berupa iritabilitas, gelisah,
insomnia, nyeri kepala, perut kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri pada
mammae, dsb. Sedang pada kasus yang berat terdapat depresi, rasa ketakutan,
gangguan konsentrasi, dan peningkatan gejala-gejal fisik tersebut diatas.
e. Terapi
- Progesteron sintetik dosis kecil dapat diberikan selama 8 jam sampai 10 hari
sebelum haid
- Metiltestosteron 5mg sebagai tablet isap, jangan lebih dari 7 hari
- Pemberian diuretik selama 5 hari dapat bermanfaat
- Pemakaian garam dibatasi dan minum sehari-hari dikurang selama 7-10 hari
sebelum haid
- Psikoterapi suportif
2.3.2.2. Disminorea
a. Definisi
Disminorea adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai membuat
wanita tersebut tidak dapat bekerja dan harus tidur. Nyeri sering bersamaan
dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah. Dikenal
adanya disminore primer dan sekunder.
Nyeri haid atau disminorea ada dua macam :
Nyeri haid primer
Timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu,
tepatnya setelah stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah
menikah dan melahirkan. Nyeri haid itu normal, namun dapat berlebihan jika
dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik, dan seperti stres, shock, penyempitan
pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh yang
menurun. Gejala tersebut tidak membahayakan kesehatan.
Nyeri haid sekunder
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Menstruasi 8
Keperawatan Maternitas
Biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit atau kelainan yang
menetap seperti infeksi rahim, kista atau polip, tumor sekitar kandungan, kelainan
kedudukan rahim yang mengganggu organ dan jaringan di sekitarnya.
b. Etiologi
Penyebab pasti disminore primer belum diketahui. Diduga faktor
psikis sangat berperan terhadap timbulnya nyeri. Disminore primer umumnya
dijumpai pada wanita dengan siklus haid berovulasi. Penyebab tersering
disminore sekunder adalah endometriosis dan infeksi kronik genitalia interna.
c. Patofisiologi
Pada disminorea primer :
Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan mengalami
regresi dan hal ini akan mengakibatkan penurunan kadar progesteron.
Penurunan ini akan mengakibatkan labilisasi membran lisosom, sehingga
mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2. Fosfolipase A2 ini
akan menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membran sel
endometrium menghasilkan asam arakhidonat. Adanya asam arakhidonat
bersama dengan kerusakan endometrium akan merangsang kaskade asam
arakhidonat yang akan menghasilkan prostaglandin, antara lain PGE2 dan
PGF2 alfa. Wanita dengan disminorea primer didapatkan adanya
peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang akan
merangsang miometrium dengan akibat terjadinya peningkatan kontraksi
dan distrimi uterus. Akibatnya akan terjadi penurunan aliran darah ke uterus
dan ini akan mengakibatkan iskemia. Prostaglandin sendiri dan
endoperoksid juga menyebabkan sensitisasi dan selanjutnya menurunkan
ambang rasa sakit pada ujung-ujung syaraf aferen nervus pelvicus terhadap
rangsang fisik dan kimia.
Pada disminorea sekunder :
Adanya kelainan pelvis, misalnya : endometriosis, mioma uteri,
stenosis serviks, malposisi uterus atau adanya IUD dapat menyebabkan
kram pada uterus sehingga timbul rasa nyeri.
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Menstruasi 9
Keperawatan Maternitas
d. Manifestasi klinis
Disminore Primer
Usia lebih muda
Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur
Sering pada nulipara
Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik
Nyeri timbul mendahului haid
Nyeri meningkat pada hari pertama dan kedua saat haid
Tidak dijumpai keadaan patologi pelvik
Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik
Sering memberikan respons terhadap pengobatan medikamentosa
Pemeriksaan pelvik normal
Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala
Disminore Sekunder
Usia lebih tua
Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur
Tidak berhubungan dengan paritas
Nyeri sering terasa terus-menerus dan tumpul
Neri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah
Berhubungan dengan kelainan pelvik
Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi
Seringkali memerlikan tindakan operatif
Terdapat kelainan pelvik
e. Terapi
Penerangan dan nasihat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa disminore adalah gangguan
yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan
diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, lingkungan penderita.
Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan
olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi.
Pemberian obat analgesik
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Menstruasi 10
Keperawatan Maternitas
Dewasa ini telah banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat
diberikan sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan
istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk
mengurangi penderitaan.
Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi
aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-obat paten beredar di pasaran ialah
antara novalgin, ponstan, acet-aminophen dan sebagainya.
Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat
sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-
benar disminore primer, atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan
pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat
dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.
Terapi dengan obat nonstreoid antiprostaglandin
Memegang peranan yang makin penting terhadap disminore primer.
Termasuk disini indometasin, ibuprofen, dan naproksen dalam kurang lebih
70% penderita dapat disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan.
Hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid mulai 1 sampai 3 hari
sebelum haid dan pada hari pertama haid.
2.3.2.3. Perdarahan Uterus Abnormal
1) Hipermenore (Menorraghia)
a. Definisi
Hipermenore adalah perdarahan berkepanjangan atau berlebihan
pada waktu menstruasi teratur. Bisa disebut juga dengan perdarahan haid
yang jumlahnya banyak hingga 6-7 hari, ganti pembalut 5-6 kali/hari
tetapi masih memiliki siklus-siklus yang teratur.
Pada hipermenore perdarahan menstruasi berat berlangsung sekitar
8-10 hari dengan kehilangan darah lebih dari 80ml.
b. Etiologi
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Menstruasi 11
Keperawatan Maternitas
40-60% wanita yang mengaku mengalami perdarahan hebat saat
haid tidak ada patologi pada sistem reproduksinya dan hal ini
disebut perdarahan uterus disfungsional.
Penyebab lokal seperti : myomata, endometril polip, uterus retro
versi, first menstrual period after childbirth or abortion (MPT),
tumor sel granulosa di ovarium.
Penyakit sistemik, seperti hipertiroidisme dan gangguan perdarahan.
Penggunaan IUCD (Intra Uterine Contraceptive Device).
Penggunaan IUCD akan meningkatkan aliran menstruasi.
Hypopalsia Uteri, menurut beratnya hipoplasia dapat mengakibatkan
amenorrhoe (uterus sangat kecil), hipermenorrhoe (uterus kecil jadi
luka kecil).
Astheni, Menorrhagia terjadi karena tonus otot pada umumnya
kurang.
Sealama atau sesudah menderita suatu penyakit atau karena terlalu
lelah, juga karena tonus otot kurang.
Hypertensi.
Decompensatio cordis.
Infeksi : endometriosis, salphingitis.
Retroflexio uteri, karena kandungan pembuluh darah balik.
Penyakit darah : Hemofili.
c. Patofisiologi
Pada siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi Gonadotropin
releasing hormon (GnRH), yang menstimulasi pituitary agar melepaskan
Folicle-stimulating hormone (FSH). Hal ini pada gilirannya menyebabkan
folikel di ovarium tumbuh dan matur pada pertengahan siklus, pelepasan
leteinzing hormon (LH) dan FSH menghasilkan ovulasi. Perkembangan
folikel menghasilkan esterogen yang berfungsi menstimulasi endometrium
agar berproliferasi. Setelah ovum dilepaskan kadar FSH dan LH rendah.
Folikel yang telah kehilangan ovum akan berkembang menjadi korpus
luteum, dan korpus luteum akan mensekresi progesteron. Progesteron
menyebabkan poliferasi endometrium untuk berdeferemnsiasi dan
stabilisasi. 14 hari setelah ovulasi terjadilah menstruasi. Menstruasi berasal
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Menstruasi 12
Keperawatan Maternitas
dari dari peluruhan endometrium sebagai akibat dari penurunan kadar
esterogen dan progesteron akibat involusi korpus luteum.
Siklus anovulasi pada umumnya terjadi 2 tahun pertama setelah
menstruasi awal yang disebabkan oleh HPO axis yang belum matang.
Siklus anovulasi juga terjadi pada beberapa kondisi patologis.
Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan adanya
stimulasi dari FSH, tetapi dengan berkurangnya LH, maka ovulasi tidak
terjadi. Akibatnya tidak ada korpus luteum yang terbentuk dan tidak ada
progesteron yang disekresi. Endometrium berplroliferasi dengan cepat,
ketika folikel tidak terbentuk produksi esterogen menurun dan
mengakibatkan perdarahan. Kebanyakan siklus anovulasi berlangsung
dengan pendarahan yang normal, namun ketidakstabilan poliferasi
endometrium yang berlangsung tidak mengakibatkan pendarahan hebat.
d. Manifestasi klinis
Menorrhagia yang berat dapat menyebabkan anemia.
Gejala lain yang dapat menyertainya antara lain :
1) Sakit kepala
2) Kelemahan
3) Kelelahan
4) Kesemutan pada kaki dan tangan
5) Meriang
6) Penurunan konsentrasi
e. Terapi
Terapi spesifik untuk menorrhagia diberikan berdasarkan :
1) Umur dan riwayat kesehatan
2) Kondisi sebelumnya
3) Toleransi pada terapi pengobatan spesifik
Terapi untuk menorrhagia, yaitu :
1) Suplemen zat besi (jika kondisi menorrhagia disertai anemia,
kelainan darah yang disebabkan oleh defisiensi sel darah merah
atu hemoglobin).
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Menstruasi 13
Keperawatan Maternitas
2) Prostaglandin inhibitor seperti medications (NSAID), seperti
aspirin atau ibuprofen.
3) Kontrasepsi oral (ovulation inhibitor)
4) Progesteron (terapi hormon)
5) Hysteroctomy (operasi untuk menghilangkan uterus)
2) Amenore
a. Definisi
Amenore bukan suatu penyakit tetapi merupakan gejala. Amenore
adalah tidak adanya haid selama 3 bulan atau lebih.
Klasifikasi amenore :
1) Amenore primer, tejadi apabila seseorang wanita belum pernah
mendapat menstruasi dan tidak boleh didiagnosa sebelum
pasien mencapai usia 18 tahun
2) Amenore sekunder ialah hilangnya haid selama menarche
3) Amenore yang normal hanya terjadi sebelum masa pubertas,
selama kehamilan, selama menyusui dan setelah menapause.
b. Etiologi
1. Tertundanya menarke ( menstruasi pertama )
2. Kelainan bawaan pada pada sistem kelamin ( misalnya tidak
memiliki rahim atau vagina, adanya sekat pada vagina, serviks yang
sempit, lubang pada selaput yang menutupi vagina terlalu sempit /
himen imperforata )
3. Penurunan berat badan yang drastis ( akibat kemiskinan, diet
berlebihan, anoreksia nervosa, bulimia, dan lain – lain )
4. Kelainan bawaan pada sistem kelamin
5. Kelainan kromosom ( misalnya sindroma Turner atau sindroma
Swyer ) dimana sel hanya mengandung 1 kromosom X )
6. Obesitas yang ekstrim
7. Hipoglikemia
8. Disgenesis gonad
9. Hipogonadisme hipogonadotropik
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Menstruasi 14
Keperawatan Maternitas
10. Sindroma feminisasi testis
11. Hermafrodit sejati
12. Penyakit menahun
13. Kekurangan gizi
14. Penyakit Cushing
15. Fibrosis kistik
16. Penyakit jantung bawaan ( sianotik )
17. Kraniofaringioma, tumor ovarium, tumor adrenal
18. Hipotiroidisme
19. Sindroma adrenogenital
20. Sindroma Prader-willi
21. Penyakit ovarium polikista
22. hiperplasia adrenal kongenital
Penyebab amenore sekunder :
1. Kehamilan
2. Kecemasan akan kehamilan
3. Penurunan berat badan yang drastis
4. Olah raga yang berlebihan
5. Lemak tubuh kurang dari 15 – 17 % extreme
6. Mengkonsumsi hormon tambahan
7. Obesitas
8. Stres emosional
9. Menopause
10. Kelinan endrokin ( misalnya sindorma Cushing yang
menghasilkan sejumlah besar hoemon kortisol oleh
kelenjar adrenal )
11. Obat – obatan ( misalnya busulfan, klorambusil,
siklofosfamid, pil KB, fenotiazid )
12. Prosedur dilatasi kuratesa
13. Kelainan pada rahim, seperti mola hidatidosa ( tumor
plasenta ) dan sindrom Asherman ( pembentukan
jaringan parut pada lapisan rahim akibat infeksi atau
pembedahan )
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Menstruasi 15
Keperawatan Maternitas
c. Patofisiologi
Tidak adanya uterus, baik itu sebagai kelainan atau sebagai bagian
dari sindrom hemaprodit seperti testicular feminization, adalah penyebab
utama dari amenore primer. Testicular feminization disebabkan oleh
kelainan genetik. Pasien dengan aminore primer yang diakibatkan oleh
testicular feminization menganggap dan menyampaikan dirinya sebagai
wanita yang normal, memiliki tubuh feminin. Vagina kadang – kadang tidak
ada atau mengalami kecacatan, tapi biasanya terdapat vagina. Vagina
tersebut berakhir sebagai kantong kosong dan tidak terdapat uterus. Gonad,
yang secara morfologi adalah testis berada di kanal inguinalis. Keadaan
seperti ini menyebabkan pasien mengalami amenore yang permanen.
Amenore primer juga dapat diakibatkan oleh kelainan pada aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hypogonadotropic amenorrhoea
menunjukkan keadaan dimana terdapat sedikit sekali kadar FSH dan SH
dalam serum. Akibatnya, ketidakadekuatan hormon ini menyebabkan
kegagalan stimulus terhadap ovarium untuk melepaskan estrogen dan
progesteron. Kegagalan pembentukan estrogen dan progesteron akan
menyebabkan tidak menebalnya endometrium karena tidak ada yang
merasang. Terjadilah amenore. Hal ini adalah tipe keterlambatan pubertas
karena disfungsi hipotalamus atau hipofosis anterior, seperti adenoma
pitiutari.
Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu penyebab
amenore primer. Hypergonadotropic amenorrhoea adalah kondisi dimnana
terdapat kadar FSH dan LH yang cukup untuk menstimulasi ovarium tetapi
ovarium tidak mampu menghasilkan estrogen dan progesteron. Hal ini
menandakan bahwa ovarium atau gonad tidak berespon terhadap
rangsangan FSH dan LH dari hipofisis anterior. Disgenesis gonad atau
prematur menopause adalah penyebab yang mungkin. Pada tes kromosom
seorang individu yang masih muda dapat menunjukkan adanya
hypergonadotropic amenorrhoea. Disgenesis gonad menyebabkan seorang
wanita tidak pernah mengalami menstrausi dan tidak memiliki tanda seks
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Menstruasi 16
Keperawatan Maternitas
sekunder. Hal ini dikarenakan gonad ( oavarium ) tidak berkembang dan
hanya berbentuk kumpulan jaringan pengikat.
Amenore sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi
hipotalamus-hipofosis-ovarium. Hal ini berarti bahwa aksis hipotalamus-
hipofosis-ovarium dapat bekerja secara fungsional. Amenore yang terjadi
mungkin saja disebabkan oleh adanya obstruksi terhadap aliran darah yang
akan keluar uterus, atau bisa juga karena adanya abnormalitas regulasi
ovarium sperti kelebihan androgen yang menyebabkan polycystic ovary
syndrome.
c. Manifestasi klinis
Manifestasi klinisnya bervariasi, tergantung penyebabnya.
Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak
akan ditemukan tanda – tanda pubertas seperti pembesaran payudara,
pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut ketiak serta perubahan bentuk
tubuh.
Jika penyebanya adalah kehamilan, akan ditemukan morning
sickness dan pembesaran perut.
Jika penyebabnya adalah kadar hoemon tiroid yang tinggi maka
gejalanya adalah denyut jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat
dan lembab.
Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat ( moon face ), perut
buncit, dan lengan serta tungkai yang lurus.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore :
Sakit kepala
Galaktore ( pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan
tidak sedang menyusui )
Gangguan penglihatan ( pada tumor hipofisa )
Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
Vagina yang kering
Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti
pola pria ), perubahan suara dan perubahan ukuran payudara
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Menstruasi 17
Keperawatan Maternitas
d. Terapi
Pengobatan untuk kasus amenore tergantung kepada penyebabnya.
Jika penyebanya adalah penurunan berat badan yang drastis atau obesitas,
penderita dianjurkan untuk menjalani diet yang tepat. Jika penyebabnya
adalah olah raga yang berlebihan, penderita dianjurkan untuk
menguranginya.
Jika seorang anak perempuan yang belum pernah mengalami
menstruasi ( amenore primer ) dan selama hasil pemeriksaan normal, maka
dilakukan pemeriksaan setiap 3 – 6 bulan untuk memantau perkembangan
pubertasnya.
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Menstruasi 18
Keperawatan Maternitas
WOC
Hipotalamus keseimbangan progesterone & estrogen terganggu
GnRH proses kimia tubuh terganggu (metab vit B6)
Hipofisis Anterior vit B6
FSH & LH serotonin
Ovarium ovum depresi
Tak terangsang tak dibuahi PMS
Estrogen & progesteron regresi korpus luteum (menstruasi)
Siklus menstruasi (-) progesteron↓
Amenore primer membran lisosom labil
Tanda seks sekunder tak terjadi enzim fosfolipase A2 menghidrolisis fosfolipid
MK: Bagian citra tubuh as. arachidonat Iskemia
Harga diri rendah
kaskade as. Arachidonat Disminorea primer
PG: PGE & PGF 2a Nyeri haid
Miometrium MK: Nyeri
intoleran aktivitas, ansietas
Kontraksi dan disritmia uterus↑
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Menstruasi 19
Keperawatan Maternitas
Aliran darah uterus↓
PMS
Kelemahan umum nyeri payudara acne mood labil
Intoleran aktivitas nyeri Gg.intregitas kulit ansietas
Stress, penyakit, obat-obatan
Siklus mens terganggu
Siklus mens tidak terjadi perdarahan banyak
Amenore sekunder perdarahan uterus disfungsional(tumor,infeksi dll)
MK: Ansietas, nyeri menoragi, metromenoragi oligomenore
Anemi hipovolemi ansietas
Pusing kelelahan
Gg rasa nyaman intoleran aktivitas
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Menstruasi 20
Keperawatan Maternitas
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
3.1 Contoh Kasus
Nn.N berumur 19 th, belum kawin, datang ke dokter dengan keluhan kolik abdomen pada
hari pertama, kedua dan ketiga menstruasi, mudah merasa lelah, tekanan darah 90/60
mmHg, merasa gelisah, pada saat melakukan aktivitas nyeri abdomen bertambah, terlihat
pucat dan lemas.
3.2 Pengkajian
3.2.1 Keluhan utama: nyeri abdomen
3.2.2 Riwayat penyakit saat ini:
Pasien mengeluh nyeri abdomen pada saat menstruasi hari pertama sampai
ketiga, pasien mengeluh lemas dan tidak bisa melakukan aktivitas sehari – hari.
3.2.3 Riwayat menstruasi:
Menarche usia: 12 th Siklus: 28 hari
Banyaknya: normal Lamanya: 7 hari
HPHT: 2 hari yg lalu Keluhan: disminore
3.2.4 Pemeriksaan fisik
Observasi pemeriksaan fisik (ROS: Review of System): Keadaan umum,
kesadaran, TTV: TD, nadi, suhu badan, RR.
1. Breath
Pola nafas: teratur, Jenis: normal, Suara nafas: vesikuler, tidak terdapat sesak
nafas.
2. Blood
Tekanan darah rendah (90/60 mmHg), Akral basah dan dingin
3. Brain
Penurunan konsentrasi, Pusing, Sklera/ konjungtiva anemia
4. Bladder
Warna kuning dan volume 1,5 L/hari
5. Bowel
Nafsu makan: baik, Porsi makan habis, Minum (1500cc/hari), Kebersihan
mulut: bersih, Mukosa: lembab, Tenggorokan: normal, Peristaltik (9x/menit),
BAB (1x/hari), Konsistensi: padat, Bau: Khas, Kuning kecoklatan.
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Menstruasi 21
Keperawatan Maternitas
6. Bone
Badan mudah capek, Nyeri pada punggung.
3.3. Analisis Data
No. DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1
2
DS:
Penyebab
timbulnya nyeri:
disminore.
Nyeri dirasakan
meningkat saat
aktivitas
Lokasi nyeri
abdomen
Skala nyeri
menunjukkan
lebih dari
Nyeri sering dan
terus – menerus
DO:
Wajah tampak
menahan nyeri
DS:
Pasien
menyatakan
mudah lelah
DO:
Nadi lemah (TD
90/60 mmHg)
Px. terlihat pucat
Sclera/
konjungtiva
anemi
Menstruasi
↓
Regresi korpus luteum
↓
progesteron↓
↓
Miometrium
terangsang
↓
Kontraksi&disritmia
uterus↑
↓
Aliran darah ke uterus↓
↓
Iskemia
↓
Nyeri haid
Menstruasi
↓
Pendarahan
↓
Anemia
↓
Kelemahan
↓
Intoleran aktivitas
Nyeri akut
Intoleran aktivitas
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Menstruasi 22
Keperawatan Maternitas
3 DS:
Px. menyatakan
merasa gelisah
DO:
Pucat
Memperlihatkan kurang
inisiatif
Menstruasi
↓
Nyeri haid
↓
Kurang pengetahuan
↓
Ansietas
Ansietas
3.4 Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi
2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat anemia
3. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen
3.5 Intervensi keperawatan
1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi
Tujuan:
Nyeri dapat diadaptasi oleh pasien
Kriteria hasil:
Skala nyeri 0-1
Pasien tampak rileks
INTERVENSI RASIONAL
1. Beri linkungan tenang dan kurangi
rangsangan penuh stress
2. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian analgesic
3. Ajarkan strategi relaksasi (misalnya
nafas berirama lambat, nafas dalam,
bimbingan imajinasi
1. Meningkatkan istirahat dan
meningkatkan kemampuan koping
2. Analgesik dapat menurunkan nyeri
3. Memudahkan relaksasi, terapi non
farmakologi tambahan
4. Penggunaan persepsi sendiri atau
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Menstruasi 23
Keperawatan Maternitas
4. Evaluasi dan dukung mekanisme
koping px
5. Kompres hangat
prilaku untuk menghilangkan nyeri
dapat membantu mengatasinya lebih
efektif
5. Mengurangi rasa nyeri dan
memperlancar aliran darah
2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat nyeri abdomen
Tujuan:
Pasien dapat beraktivitas seperti semula
Kriteria hasil:
Pasien dapat mengidentifikasi faktor – faktor yang memperberat dan
memperingan intoleran aktivitas
Pasien mampu beraktivitas
INTERVENSI RASIONAL
1. Beri lingkungan tenang dan perode
istirahat tanpa gangguan, dorong
istirahat sebelum makan
2. Tingkatkan aktivitas secara bertahap
3. Berikan bantuan sesuai kebutuhan
1. Menghemat energi untuk aktivitas
dan regenerasi seluler/ penyembuhan
jaringan
2. Tirah baring lama dapat menurunkan
kemampuan
3. Menurunkan penggunaan energi dan
membantu keseimbangan supply dan
kebutuhan oksigen
4. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen
Tujuan:
Pasien bisa kembali
Kriteria hasil:
Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Menstruasi 24
Keperawatan Maternitas
Pasien menunjukkan relaksasi
Pasien menunjukkan perilaku untuk menangani stres
INTERVENSI RASIONAL
1. Libatkan pasien/ orang terdekat
dalam rencana perawatan
2. Berikan lingkungan tenang dan
istirahat
3. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi/ memerlukan
perilaku koping yang digunakan
pada masa lalu
4. Bantu pasien belajar mekanisme
koping baru, misalnya teknik
mengatasi stres
1. Keterlibatan akan membantu pasien
merasa stres
berkurang,memungkinkan energi
untuk ditujukan pada penyembuhan
2. Memindahkan pasien dari stress luar
meningkatkan relaksasi; membantu
menurunkan ansietas
3. Perilaku yang berhasil dapat
dikuatkan pada penerimaan masalah
stress saat ini, meningkatkan rasa
control diri pasien
4. Belajar cara baru untuk mengatasi
masalah dapat membantu dalam
menurunkan stress dan ansietas
BAB IV
PENUTUP
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Menstruasi 25
Keperawatan Maternitas
4.1. Simpulan
Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya
lapisan endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi
antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan terkait pada jaringan
sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting
dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan
perubahan – perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi.
Gangguan menstruasi adalah kelainan-kelainan pada keadaan menstruasi
yang dapat berupa kelainan atau kelainan dari jumlah darah yang dikeluarkan dan
lamanya perdarahan.
Macam – macam gangguan menstruasi :
Menurut gangguan siklusnya :
1. polimenore (sering)
2. oligomenore (jarang)
3. tidak teratur
4. amenore (tidak haid)
Menurut gangguan perdarahan :
1. hypermenore (banyak)
2. hypomenore (sedikit)
3. spotting (perdarahan bercak)
Perdarahan diluar haid (metroragia)
PERTANYAAN
1. Siklus menstruasi endometrium terdiri dari empat fase, yaitu
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Menstruasi 26
Keperawatan Maternitas
1. fase menstruasi
2. fase proliferasi
3. fase sekresi
4. fase iskemi
key : E
2. Perdarahan haid yang jumlahnya banyak, disebut kelainan menstruasi
a. hipermenore
b. hipomenore
c. metroragia
d. oligomenore
e. amenore
key : A
3. Manifestasi klinis dari premenstrual tension syndrome adalah
1. iritabilitas
2. gelisah
3. insomnia
4. nyeri kepala
key : E
4. Perdarahan di luar siklus haid disebut
a. polimenore
b. oligomenore
c. hipermenore
d. metroragia
e. spotting
key : A
5. Manifestasi klinis dari disminorea sekunder adalah
a. usis lebih tua
b. usia lebih muda
c. timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur
d. hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Menstruasi 27
Keperawatan Maternitas
e. sering pada nulipara
key : B
6. Perdarahan uterus abnormal, yang termasuk pada gangguan siklusnya ialah
a. polimenore
b. hipomenore
c. hipermenore
d. menoragia
e. metroragia
key : A
7. Perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi pada
1. siklus ovulatorik
2. siklus anovulatorik
3. folikel persisten
4. menarche
key : A
8. Manifestasi klinis dari disminorea primer adalah
a. tidak di jumpai keadaan patologi pelvik
b. nyeri serang terasa terus menerus dan tumpul
c. tidak berhubungan dengan adanya ovulasi
d. seringkali memerlukan tindakan operatif
e. terdapat kelainan pelvik
key : A
9. PG (prostaglandin) dihasilkan oleh kebanyakan organ tubuh terutama
1. prostat
2. hipotalamus
3. endometrium
4. ovarium
key : B
10. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien disminorea adalah
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Menstruasi 28
Keperawatan Maternitas
1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi
2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat anemia
3. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen
4. Gangguan integritas kulit b.d inflamasi uterus
Key : A
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Menstruasi 29