bab 12
-
Upload
aufar-zaim -
Category
Documents
-
view
4 -
download
2
description
Transcript of bab 12
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Sistem plambing adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari bangunan gedung,
oleh karena itu perencanaan sistem plambing haruslah dilakukan bersamaan dan
sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan gedung itu sendiri, dalam rangka
penyediaan air bersih baik dari kualitas dan kuantitas serta kontinuitas maupun
penyaluran air bekas pakai atau air kotor dari peralatan saniter ke tempat yang
ditentukan agar tidak mencemari bagian-bagian lain dalam gedung atau lingkungan
sekitarnya.
Setiap usaha dan atau kegiatan pada dasarnya menimbulkan dampak terhadap
lingkungan hidup yang perlu dianalisis sejak awal perencanaannya, sehingga langkah
pengendalian dampak negatif dan pengembangan dampak positif dapat dipersiapkan
sedini mungkin. Dan berdasarkan hal tersebut telah ditetapkan peraturan pemerintah
tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Plambing adalah
seni dan teknologi pemipaan dan peralatan untuk menyediakan air bersih, baik dalam
hal kualitas, kuantitas dan kontinuitas yang memenuhi syarat dan pembuang air
bekas atau air kotor dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemari bagian penting
lainnya untuk mencapai kondisi higienis dan kenyamanan yang diinginkan.
Perencanaan sistem plambing dalam suatu gedung, guna memenuhi kebutuhan air
bersih sesuai jumlah penghuni dan penyaluran air kotor secara efesien dan efektif
(drainase), sehingga tidak terjadi kerancuan dan pencemaran yang senantiasa terjadi
ketika saluran mengalami gangguan.
Agar kebutuhan air minum atau air bersih dapat memenuhi kapasitas total distribusi,
maka kita harus dapat mengetahui kebutuhan air bersih pada suatu lokasi. Oleh
karena itu perlu dibuat rancangan air minum atau air bersih agar kebutuhan air pada
suatu lokasi dapat terpenuhi.
Untuk memenuhi semua kebutuhan air bersih pada mall vx, perlu dilakukan
perancangan pipa, perhitungan debit aliran dan diameter pipa yang akan digunakan
untuk membawa air bersih tersebut. Diharapkan perhitungan system teknik air
minum ini bisa tetap memenuhi kebutuhan air bersih pada mall vx.
I.2.Tujuan
1. Menentukan kapasitas ground tank dan roof tank yang akan digunakan pada mall
vx
2. Menghitung kebutuhan air minum atau air bersih pada mall vx.
3. Merencanakan sistem penyediaan air minum yang mampu memenuhi kebutuhan
pengunjung mall vx
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi dan Persyaratan Air Bersih
2.1.1. Definisi Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air
minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang
memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapun persyaratan yang
dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi
dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping. (Ketentuan
Umum Permenkes No. 416/Menkes/PER/IX/1990).
2.1.2. Persyaratan dalam Penyediaan Air Bersih
2.1.2.1. Persyaratan Kualitas
Persyaratan kualitas menggambarkan mutu dari air baku air bersih. Persyaratan kualitas
air bersih adalah sebagai berikut (Ketentuan Umum Permenkes No.
416/Menkes/PER/IX/1990):
1. Persyaratan fisik
Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu juga
suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih 250 C, dan
apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 250 C ± 300 C.
2. Persyaratan kimiawi
Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang
melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah : pH, total solid,
zat organik, CO2 agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn),
tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam.
3. Persyaratan bakteriologis
Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yang
mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak
adanya bakteri E. coli atau fecal coli dalam air.
4. Persyaratan radioaktifitas
Persyaratan radioaktifitas mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh
mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung radioaktif,
seperti sinar alfa, beta dan gamma
2.1.2.2. Persyaratan Kuantitas (Debit)
Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari banyaknya air
baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang akan dilayani.
Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih yang dialirkan ke
konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih. Kebutuhan air bersih masyarakat
bervariasi, tergantung pada letak geografis, kebudayaan, tingkat ekonomi, dan skala
perkotaan tempat tinggalnya.
2.1.2.3. Persyaratan Kontinuitas
Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi debit yang
relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan. Kontinuitas juga
dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per hari, atau setiap saat
diperlukan, kebutuhan air tersedia. Akan tetapi kondisi ideal tersebut hampir tidak dapat
dipenuhi pada setiap wilayah di Indonesia, sehingga untuk menentukan tingkat
kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan cara pendekatan aktifitas konsumen
terhadap prioritas pemakaian air. Prioritas pemakaian air yaitu minimal selama 12 jam
per hari, yaitu pada jam-jam aktifitas kehidupan, yaitu pada pukul 06.00 – 18.00.
Kontinuitas aliran sangat penting ditinjau dari dua aspek. Pertama adalah kebutuhan
konsumen. Sebagian besar konsumen memerlukan air untuk kehidupan dan
pekerjaannya, dalam jumlah yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan pada waktu
yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan reservoir pelayanan dan fasilitas energi
yang siap setiap saat.
Sistem jaringan perpipaan didesain untuk membawa suatu kecepatan aliran tertentu.
Kecepatan dalam pipa tidak boleh melebihi 0,6–1,2 m/dt. Ukuran pipa harus tidak
melebihi dimensi yang diperlukan dan juga tekanan dalam sistem harus tercukupi.
Dengan analisis jaringan pipa distribusi, dapat ditentukan dimensi atau ukuran pipa yang
diperlukan sesuai dengan tekanan minimum yang diperbolehkan agar kuantitas aliran
terpenuhi.
2.1.2.4. Persyaratan Tekanan Air
Konsumen memerlukan sambungan air dengan tekanan yang cukup, dalam arti dapat
dilayani dengan jumlah air yang diinginkan setiap saat. Untuk menjaga tekanan akhir
pipa di seluruh daerah layanan, pada titik awal distribusi diperlukan tekanan yang lebih
tinggi untuk mengatasi kehilangan tekanan karena gesekan, yang tergantung kecepatan
aliran, jenis pipa, diameter pipa, dan jarak jalur pipa tersebut. Dalam pendistribusian air,
untuk dapat menjangkau seluruh area pelayanan dan untuk memaksimalkan tingkat
pelayanan maka hal wajib untuk diperhatikan adalah sisa tekanan air. Sisa tekanan air
tersebut paling rendah adalah 5 mka (meter kolom air) atau 0,5 atm (satu atm = 10 m),
dan paling tinggi adalah 22 mka (setara dengan gedung 6 lantai).
Menurut standar dari DPU, air yang dialirkan ke konsumen melalui pipa transmisi dan
pipa distribusi, dirancang untuk dapat melayani konsumen hingga yang terjauh, dengan
tekanan air minimum sebesar 10mka atau 1atm. Angka tekanan ini harus dijaga, idealnya
merata pada setiap pipa distribusi. Jika tekanan terlalu tinggi akan menyebabkan
pecahnya pipa, serta merusak alat-alat plambing (kloset, urinoir, faucet, lavatory, dll).
Tekanan juga dijaga agar tidak terlalu rendah, karena jika tekanan terlalu rendah maka
akan menyebabkan terjadinya kontaminasi air selama aliran dalam pipa distribusi.
2.2. Kebutuhan Air Bersih
Kebutuhan air dapat didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan untuk keperluan
rumah tangga, industri, pengelolaan kota dan lain – lain. Prioritas kebutuhan air
meliputi:
2.2.1. Kebutuhan domestik
Merupakan kebutuhan air bersih untuk rumah tangga dan sambungan kran umum.
Jumlah kebutuhan didasarkan pada banyaknya penduduk, persentase yang diberi air
dan cara pembagian air yaitu dengan sambungan rumah atau melalui kran umum.
Jumlah sambungan rumah dihitung dari jumlah pelanggan baru, yaitu 5 orang per
sambungan, sedangkan jumlah kran umumnya didasarkan atas 100 orang per kran
umum. Kebutuhan air per orang per hari disesuaikan dengan standar yang biasa
digunakan serta kriteria pelayanan berdasarkan pada kategori kotanya. Di dalamnya
setiap kategori tertentu kebutuhan air per orang per hari berbeda-beda.
Tabel 2.1 Standar Kebutuhan Air Bersih
Kategori kota Kebutuhan air bersih
(liter/org/hari)
Kota MetropolitanKota BesarKota SedangKota KecilDesa
19017015013060
2.2.2. Kebutuhan non domestik
Kebutuhan non domestik adalah kebutuhan air bersih selain untuk keperluan rumah
tangga dan sambungan kran umum, seperti penyediaan air bersih untuk perkantoran,
perdagangan serta fasilitas sosial seperti tempat-tempat ibadah, sekolah, hotel,
puskesmas, militer serta pelayanan jasa umum lainnya.
2.2.3. Kehilangan air
Kehilangan air pada PDAM diasumsikan sekitar 20 % - 30 %. Hal ini disebabkan oleh
beberapa hal yaitu :
1. Kebocoran pada pipa distribusi akibat bencana alam ataupun akibat aktifitas
manusia,misalnya : proyek perbaikan jalan dan lain sebagainya.
2. Pencurian pada beberapa tempat sering kali tidak dapat dihindari.
3. Kerusakan pada peralatan instalasi misalnya : kerusakan pintu air, kerusakan pipa besi
akibat korosi dan lain sebagainya.
2.2.4. Fluktuasi kebutuhan air
Kebutuhan air tidak selalu sama untuk setiap saat tetapi akan berfluktuasi. Fluktuasi
yang terjadi tergantung pada suatu aktivitas penggunaan air dalam keseharian oleh
masyarakat. Pada umumnya kebutuhan air dibagi dalam tiga kelompok :
1. Kebutuhan rerata
2. Kebutuhan harian maksimum
3. Kebutuhan pada jam puncak
Kebutuhan harian maksimum dan jam puncak sangat diperlukan dalam perhitungan
besarnya kebutuhan air baku, karena hal ini menyangkut kebutuhan pada
hari-hari tertentu dan pada jam puncak pelayanan. Sehingga penting mempertimbangkan
suatu nilai koefisien untuk keperluan tersebut. Kebutuhan air harian maksimum dan jam
puncak dihitung berdasarkan kebutuhan dasar dan nilai kebocoran dengan pendekatan
sebagai berikut :
1. Kebutuhan harian maksimum = (1,10 - 1,15 ) x Qtot
2. Kebutuhan pada jam puncak = (1,15- 3,00) x Qtot
2.3. Sumber Air
Sumber air baku bagi suatu penyediaan air bersih sangat penting, karena selain kuantitas
harus mencukupi juga dari segi kualitas akan berpengaruh terhadap proses pengolahan.
Disamping itu letak sumber air dapat mempengaruhi bentuk jaringan tramsmisi,
distribusi dan sebagainya.
Secara umum sumber air dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Air Hujan
Air hujan adalah uap air yang sudah mengalami kondensasi, kemudian jatuh ke bumi
berbentuk air
2. Air Permukaan
Air permukaan dapat berasal dari sungai, danau dan air tanah yang mengalir keluar
dari bumi (mata air).
3. Air Tanah
Air tanah merupakan air hujan atau air permukaan yang meresap ke dalam tanah dan
bergabung dalam pori-pori tanah yang terdapat pada lapisan tanah yang biasanya
disebut aquifer. Dalam menentukan sumber air baku untuk suatu sistem penyediaan
air bersih diperlukan suatu pertimbangan tertentu, agar air baku yang dipilih selain
memenuhi persyaratan kuantitas dan kualitas juga lebih mudah diperoleh, baik dari
segi teknis maupun ekonomis.
2.4. Sistem Distribusi dan Sistem Pengaliran Air Bersih
2.4.1. Sistem Distribusi Air Bersih
Sistem distribusi adalah sistem yang langsung berhubungan dengan konsumen, yang
mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang telah memenuhi syarat ke seluruh
daerah pelayanan. Sistem ini meliputi unsur sistem perpipaan dan perlengkapannya,
hidran kebakaran, tekanan tersedia, sistem pemompaan (bila diperlukan), dan reservoir
distribusi.
Sistem distribusi air minum terdiri atas perpipaan, katup-katup, dan pompa yang
membawa air yang telah diolah dari instalasi pengolahan menuju pemukiman,
perkantoran dan industri yang mengkonsumsi air. Juga termasuk dalam sistem ini adalah
fasilitas penampung air yang telah diolah (reservoir distribusi), yang digunakan saat
kebutuhan air lebih besar dari suplai instalasi, meter air untuk menentukan banyak air
yang digunakan, dan keran kebakaran. Dua hal penting yang harus diperhatikan pada
sistem distribusi adalah tersedianya jumlah air yang cukup dan tekanan yang memenuhi
(kontinuitas pelayanan), serta menjaga keamanan kualitas air yang berasal dari instalasi
pengolahan. Tugas pokok sistem distribusi air bersih adalah menghantarkan air bersih
kepada para pelanggan yang akan dilayani, dengan tetap memperhatikan faktor kualitas,
kuantitas dan tekanan air sesuai dengan perencanaan awal. Faktor yang didambakan oleh
para pelanggan adalah ketersedian air setiap waktu. Suplai air melalui pipa induk
mempunyai dua macam sistem:
Continuous system
Dalam sistem ini air minum yang disuplai ke konsumen mengalir terus menerus
selama 24 jam. Keuntungan sistem ini adalah konsumen setiap saat dapat
memperoleh air bersih dari jaringan pipa distribusi di posisi pipa manapun. Sedang
kerugiannya pemakaian air akan cenderung akan lebih boros dan bila terjadi sedikit
kebocoran saja, maka jumlah air yang hilang akan sangat besar jumlahnya.
Intermitten system
Dalam sistem ini air bersih disuplai 2-4 jam pada pagi hari dan 2-4 jam pada sore
hari. Kerugiannya adalah pelanggan air tidak bisa setiap saat mendapatkan air dan
perlu menyediakan tempat penyimpanan air dan bila terjadi kebocoran maka air
untuk fire fighter (pemadam kebakaran) akan sulit didapat. Dimensi pipa yang
digunakan akan lebih besar karena kebutuhan air untuk 24 jam hanya disuplai dalam
beberapa jam saja. Sedang keuntungannya adalah pemborosan air dapat dihindari
dan juga sistem ini cocok untuk daerah dengan sumber air yang terbatas.
2.4.2. Sistem Jaringan Distribusi Perpipaan
Sistem jaringan distribusi perpipaan merupakan suatu sarana fisik yang bertujuan
membawa atau memindahkan air minum dan reservoir menuju konsumen di daerah
pelayanan. Selain itu, system distribusi harus pula dilengkapi dengan peralatan dan
perlengkapan lain agar dapat berfungsi dengan baik.
a. Kriteria perencanaan :
Qdesign = Qpeak
Koefisien HW untuk PVC, C = 130 – 140
Koefisien HW untuk Pipa besi, C = 100 – 120
Sisa tekan di ujung pelayanan minimal 10 mka
Pipa yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan kapasitas dan tekanan
b. Metode perhitungan
Dalam perencanaan jaringan pipa distribiusi air minum, digunakan rumus
hazen William sebagai berikut (Triadmodjo,1993):
Q=0.2785.C.D2.63.(Hf/L)
Dimana :
Q = debit air yang mengalir
C = koefisien Hazen Williems
Hf = Kehilangan tekanan meter
L = panjang pipa meter
Tabel Koefisien kekasaran pipa Hazen-Williams
Jenis pipa C
Extremely smooth and straight pipes 140
New Steel or Cast Iron 130
Wood;concrete 120
New Riveted Steel; vitrified 110
Old Cast Iron 100
Very Old and Corroded Cast Iron 80
Sumber : Jack B. Evett, Cheng Liu. Fundamentals of Fluids Mechanics. McGraw Hill. New York. 1987.
2.6. Hidraulika Aliran dalam Perpipaan
2.6.1. Pipa Bertekanan
Suatu pipa bertekanan adalah pipa yang dialiri dalam keadaan penuh. Pipa
semacam ini seringkali lebih murah daripada saluran terbuka atau talang air,
karena pada umumnya mengambil lintasan yang lebih pendek. Bila air langka
didapat, pipa bertekanan dapat digunakan untuk menghindari kehilangan air akan
rembesan yang terjadi pada saluran terbuka. Pipa bertekanan lebih disukai untuk
pelayanan penyediaan air minum, karena kemungkinan tercemarnya lebih sedikit.
Karena insinyur pengairan hampir secara eksklusif menangani masalah aliran
turbulen di dalam pipa.
2.6.2. Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida
Penentuan kecepatan di sejumlah titik pada suatu penampang memugkinkan
untuk membantu dalam menentukan besarnya kapasitas aliran sehingga
pengukuran kecepatan merupakan fase yang sangat penting dalam menganalisa
suatu aliran fluida. Kecepatan dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran
terhadap waktu yang dibutuhkan suatu partikel yang dikenali untuk bergerak
sepanjang jarak yang telah ditentukan. Besarnya kecepatan aliran fluida pada
suatu pipa mendekati nol pada dinding dan mencapai maksimum pada tengah-
tengah pipa. Kecepatan biasanya sudah cukup untuk menempatkan kekeliruan
yang tidak serius dalam masalah aliran fluida sehingga penggunaan kecepatan
sesungguhnya adalah pada penampang aliran. Bentuk kecepatan yang digunakan
pada aliran fluida umumnya menunjukkan kecepatan yang sebenarnya jika tidak
ada keterangan lain yang disebutkan.
2.6.3. Kehilangan Tinggi Tekan
Headloss atau kehilangan tekanan karena gesekan antara cairan dan dinding
pipa dihitung dengan menggunakan rumus Darcy-Weisbach atau Hazen
William. Suatu pipa bertekanan adalah pipa yang dialiri air dalam keadaaan
penuh, pipa bertekanan dapat digunakan untuk menghindari kehilangan air
sikat rembesan dan penguapan yang terjadi pada saluran terbuka. Pipa
bertekanan lebih disukai untuk pelayanan air minum, karena lebih sedikit
kemungkinan tercemar (Ray K. Linsey, Joseph B. Franzini 1985). Masalah
jaringan pipa dipecahkan dengan metode pendekatan yang berturutturut,
karena setiap penyelesaian analisis akan membutuhkan penggunaan berbagai
persamaan sekaligus, yang beberapa di antaranya tidak linear. Suatu prosedur
yang disarankan oleh Hardy Cross (Analysis of flow in Networks of conduits
or Conductors) menuntut bahwa aliran di dalam tiap-tiap pipa dianggap
sedemikian rupa, sehingga asas-asas kontuinitas dipenuhi pada masingmasing
titik simpul. Suatu koreksi terhadap besar aliran yang diandalkan haruslah
dihitung berturut-turut untuk setiap putaran pipa di dalam jaringan yang
bersangkutan, sehingga koreksinya berkurang hingga suatu besaran yang dapat
diterima.
2.7 Plambing
Alat plambing adalah semua peralatan yang dipasang di dalam maupun di luar
gedung untuk menyediakan air panas atau air dingin, dan untuk menyalurkan air
buangan (Noerbambang dan Morimura, 2000).
Fungsi dari peralatan plambing adalah :
a. Sistem Penyediaan air bersih, menyediakan air bersih ke tempat-tempat
yang dikehendaki dengan kualitas, kuantitas, dan tekanan yang cukup.
b. Penyaluran air buangan, membuang air kotor dari tempat-tempat tertentu
tanpa mencemari sistem yang lain serta mencegah masuknya udara tidak
sedap dan air kotor ke dalam ruangan.
c. Penyediaan air untuk pemadam kebakaran, menyediakan air dengan
kuantitas yang cukup dan mudah operasinya apabila terjadi kebakaran.
d. Penyediaan air panas, menyediakan air panas yang cukup dan tidak
mempengaruhi lingkungan sekitarnya.
2.1.2 Prinsip Dasar Instalasi Plambing
Dalam perencanaan dan pemasangan instalasi plambing ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan. Prinsip-prinsip dasar tersebut adalah :
1. Konsep denah alat plambing
Konsep denah alat plambing selain mempertimbangkan pemakaian energi secara
keseluruhan, yang perlu dijadikan dasar peletakan alat plambing adalah segi
arsitektural bangunan atau dapat disebut sebagai aspek estetika tata ruang
bangunan.
2. Perlindungan konstruksi gedung
Perlindungan konstruksi gedung dilakukan karena adanya pembebanan akibat
pemasangan pipa dan perlengkapannya. Untuk keperluan tersebut pipa tidak
boleh langsung dipasang menembus bagian konstruksi, seperti pondasi, balok
atau dinding, karena itu harus dibuat suatu selubung (sleeve) yang terpasang pada
tempat dimana pipa menembus.
3. Perlindungan pipa dari kerusakan
Perlindungan pipa dari kerusakan, penting diperhatikan karena dapat
mempengaruhi kualitas air yang didistribusikan. Beberapa kerusakan yang dapat
terjadi adalah korositas, yang menyebabkan perkaratan, biasanya terjadi pada
pipa besi. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian lapisan aspal atau cat untuk
menahan karat.
4. Perancangan sistem plambing yang baik
Perancangan sistem plambing yang baik adalah dengan memperhatikan
pemasangan katup untuk pengeluaran udara, sehingga tidak menimbulkan
penyumbatan. Pipa mendatar pada sistem pengaliran ke atas sebaiknya dibuat
agak miring ke atas (searah aliran), sedang pada sistem pengaliran ke bawah
sekitar 1/300. Perpipaan yang tidak merata, misalnya melengkung, hendaknya
dipasang katup pelepas udara. Selain itu juga harus dihindarkan membaliknya
arah aliran.
5. Perencanaan sistem pembuangan
Perencanaan sistem pembuangan untuk mencegah tersumbatnya pipa dan
kerusakan pipa akibat turbulensi aliran, maka kemiringan pipa dibuat sama atau
lebih dari diameter pipa. Kecepatan paling baik adalah dalam range 0,6 - 1,2
m/detik.
BAB III
PROSEDUR PERENCANAAN SISTEM PLUMBING
1.1 Prosedur perencanaan
Prosedur suatu perencanaan adalah tata cara atau urutan kerja suatu perhitungan perencanaan
untuk mendapatkan hasil Perencanaan instalasi air bersih, air kotor. Pada mall vx akan
menggunakan sumber air bersih yang berasal dari PDAM setempat.
3.2 Metode Perencanaan Instalasi Plambing
Perencanaan Instalasi air bersih pada pembangunan mall vx terdiri dari 4 lantai, sumber air
bersih berasal dari PDAM. Instalasi air bersih direncanakan dengan menggunakan sistem
tangki bawah (Ground tank) dan tangki atap (Roof tank). Jalur instalasi mengunakan sistem
gravitasi dan pompa.
3.3. Sistem Penyediaan Air Bersih
Penyediaan air bersih ini melayani 4 lantai dengan ketinggian mall setinggi 24 m. Sistem
penyediaan air bersih menggunakan sistem kombinasi yaitu secara gravitasi dan
menggunakan pompa penunjang. Dalam perencanaan instalasi perpipaannya digunakan pipa
PVC kaku, begitu pula dengan sambungan pipa yang digunakan terbuat dari bahan yang
sama dengan pipa.
3.4 Analisis kebutuhan air bersih
Pada mall vx yang akan dibangun menggunakan 2 wc tiap lantai yang rata rata alat plambing
nya adalah wastafel, bak kecil dan kloset. Pada lantai 1 terdapat 3 wastafel 3 kloset dan 3 bak
kecil pada setiap ruang wc. Pada lantai 2 & 4 alat plambing yang digunakan sama dengan
alat plambing pada lantai 1. Pada lantai 3 digunakan 3 wastafel tambahan untuk menunjang
kebutuhan air pada food court yang tersedia.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam membuat sistem plambing dalam suatu bangunan tidak hanya perencanaan
tetapi juga harus bisa merancang desain untuk saluran air bersih maupun air buangan,
dalam denah yang kita miliki yang terdapat komponen alat distribuasi air didalamnya
dihitung jumlah debit air berdasarkan luas bangunan, karena kebutuhan air mall vx
tidak dapat ditentukan melalui jumlah pengunjung yang berbeda setiap hari, maka
digunakan luas efektif dari mall.
Dalam perhitungan perancangan air bersih didapatkan yaitu volume ground tank
sebesar 33 m3 yang berdimensi 3 m x 3,5 m x 3,2 m sedangkan roof tank yang akan
digunakan bervolume 15.000 L yang akan ditempatkan pada setiap ruang saniter.
Kebutuhan air yang dibutuhkan setiap lantai rata rata yaitu 100 L/jam
5.2 Saran
Sebaiknya dalam pembuatan perancangan setiap detail digambar dengan jelas agar
gambar dapat dipahami dengan jelas serta lebih teliti dalam perhitungan agar angka
yang didapatkan adalah angka yang tepat
DAFTAR PUSTAKA
Rusli K, Susanto A, 2009. Perhitungan Debit Pada Sistem Jaringan Pipa Dengan
Metode Hardy Cross menggunakan rumus Hazen Williams dan Manning
.Univ.Maranatha.Bandung
Masduki, Ali Dkk, 2008. Sistem Penyediaan Air Bersih. ITS. Surabaya
Kodoatie, Robert J, 2002. Hidrolika Terapan: Aliran Pada Saluran Terbuka dan
Pipa. Penerbit Andi. Yogyakarta
Totok Sutrisno, C, dkk, 1996. Teknologi Penyediaan Air Bersih. PT. Rineka Cipta,
Jakarta
Prasuhn, Alan L, 1987. Fundamental of Hydraulic Engineering. Holt, Reinhart and
Winston, Inc. International Edition
Linsey Ray K, 1985. Teknik Sumber Daya Air Jilid I. Penerbit Erlangga. Jakarta
Linsey Ray K, 1995. Teknik Sumber Daya Air Jilid II. Penerbit Erlangga. Jakarta