BAB 1.2

7
 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia dan  pe ny eb ab p al in g se ri ng ke ca c at an pa da or an g de wa s a (A bu ba ka r & I se zu o, 20 12 ) !tro ke "uga meru pakan peny ebab kemat ian keti ga terb anyak di Am erik a !erik at  Ame ri ca n Hea rt As so cia ti on  ta#u n 200$ melapo rkan sekit ar %$ 000 orang di Ame rik a !er ik at ter serang str oke set iap ta# unn ya 'um la# pen derita st rok e di Amer ika !er ikat ters ebut ter catat seb agai sera nga n stro ke pert ama seb anya k 10 000 orang, sedangkan 1 000 merupakan stroke yang berulang !aat ini ada *  "u ta o ra ng d i A mer ik a !e ri ka t ya ng #i du p d al am k et er ba ta sa n +i si k ak ib at s tr ok e dan 1-0. di antaranya menderita cacat menetap ( Cent ers for Dise ase Cont ro l and  Pr e ve nt io n, 200$) 'umla# pen der ita str oke ter us me nin gka t set iap ta# un, buk an #an ya menyerang penduduk usia tua, tetapi "uga dialami ole# mereka yang berusia muda dan  pr od uk ti + Pr e/ al en si pe nd er it a s tr ok e d i Ame ri ka pa da ta #u n 2 00 $ m el ip ut i pe nd er it a stroke dengan pemuli# an total sekitar *0 orang dari 100 000 penderit a, 0%0. dari  pen de ri ta s tro ke me ng al ami p erb aik an + un gs io na l, nam un 1 - 0. cac at per man en, dan 20. memerlukan perawatan institusional pada - bulan set ela# ons et ! ebag ian  be sar pa si en st ro ke me ng al am i c acat te ta p s ta bi l a nt ar a $ bu la n da n t a# un s ete la# stroke dan sepertiganya memerlukan perawatan dan bantuan dalam akti/itas se#ari #ari (Artal & gido, 200$)

Transcript of BAB 1.2

BAB 1PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangPenyakit stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia dan penyebab paling sering kecacatan pada orang dewasa (Abubakar & Isezuo, 2012). Stroke juga merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. American Heart Association tahun 2009 melaporkan sekitar 795.000 orang di Amerika Serikat terserang stroke setiap tahunnya. Jumlah penderita stroke di Amerika Serikat tersebut tercatat sebagai serangan stroke pertama sebanyak 610.000 orang, sedangkan 185.000 merupakan stroke yang berulang. Saat ini ada 4 juta orang di Amerika Serikat yang hidup dalam keterbatasan fisik akibat stroke dan 15-30% di antaranya menderita cacat menetap (Centers for Disease Control and Prevention, 2009).Jumlah penderita stroke terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif. Prevalensi penderita stroke di Amerika pada tahun 2009 meliputi penderita stroke dengan pemulihan total sekitar 460 orang dari 100.000 penderita, 50-70% dari penderita stroke mengalami perbaikan fungsional, namun 15-30% cacat permanen, dan 20% memerlukan perawatan institusional pada 3 bulan setelah onset. Sebagian besar pasien stroke mengalami cacat tetap stabil antara 6-9 bulan dan 5 tahun setelah stroke dan sepertiganya memerlukan perawatan dan bantuan dalam aktivitas sehari-hari (Artal & Egido, 2009).

Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah penderita stroke terbesardi Asia. Setiap 7 orang yang meninggal di Indonesia, 1 diantaranya karena stroke(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Jumlah penderita stroke diIndonesia mencapai 500.000 penduduk setiap tahunnya, sekitar 2,5 % atau125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat (YayasanStroke Indonesia, 2009). Riset Kesehatan Dasar (2013) melaporkan prevalensistroke di Indonesia berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di Sulawesi Utara(10,8%0), diikuti DI Yogyakarta (10,3%0), Bangka Belitung dan DKI Jakartamasing-masing 9,7 per mil. Prevalensi stroke di Sumatera Utara mencapai 10, 3%.Laporan World Stroke Organization (WSO) tahun 2009, memperlihatkanbahwa stroke merupakan penyebab utama hilangnya pekerjaan dan kualitas hidupyang buruk. Kecacatan akibat stroke tidak hanya berdampak bagi penyandangnya,akan tetapi juga berdampak bagi anggota keluarga. Penderita stroke yangmengalami kecacatan bergantung pada dukungan emosional dan fisik dariinformal caregiver yang biasanya adalah anggota keluarga (Akosile, Okoye,Nwankwo, Akosile & Mbada, 2011). Penelitian Artal dan Egido (2009) diAmerika, sebesar 38% penderita stroke mengalami depresi yang disebabkanketidakmampuan bekerja karena cacat dan kegiatan sosial berkurang. Statusfungsional dan depresi yang dialami penderita stroke diidentifikasi sebagaiprediktor kualitas hidup.

Kualitas hidup penderita stroke sangat bergantung pada kualitas penatalaksanaan stroke yang diberikan secara holistik oleh tenaga kesehatan dan interdisiplin yang terdiri dari perawat, dokter, pasien, dan keluarga (Almborg et al, 2009). Penanganan stroke secara umum dibagi menjadi dua tahap. Tahap akut dan tahap paska akut atau tahap pemulihan. Sasaran pengobatan dititikberatkan pada tindakan rehabilitasi, pencegahan komplikasi dan terjadinya stroke berulang (National Institute of Neurological Disorder and Stroke, 2008, Harsono, 2000).Namun apabila pasien stroke ini ditangani dengan baik, maka akan dapat meminimalkan kecacatan dan mengurangi ketergantungan pada orang lain dalam beraktifitas. Perawat mempunyai peranan yang sangat besar dalam memberikan asuhan keperawatan dan dukungan pada pasien stroke dan keluarganya. Peran perawat dimulai dari tahap akut hingga tahap rehabilitasi, serta pencegahan terjadinya komplikasi pada pasien stroke (National Institute of Neurological Disorder and Stroke, 2008).Peran perawat pada tahap paska rehabilitasi bukan hanya dalam hal pencegahan komplikasi dan mengurangi faktor resiko terjadinya stroke berulang, tetapi juga mengidentifikasi kebutuhan akan perencanaan pulang yang sesuai dengan kebutuhan keluarga, dan memberikan informasi yang dibutuhkan, serta mendorong keluarga untuk lebih efektif dalam melaksanakan perannya dan bergerak melampaui ketidakmampuan mereka. Sedangkan peran utama perawat terhadap keluarga pasien stroke yaitu meningkatkan koping keluarga melalui penyuluhan kesehatan (Smeltzer & Bare, 2002). Keluarga pasien sendiri berperan besar dalam tahap pemulihan, sehingga sejak awal perawatan keluarga diharapkan ikut terlibat pada penanganan pasien stroke.Keluarga sebagai caregiver merupakan mitra penting dalam pemberian pelayanan perawatan kesehatan yang kompleks seperti halnya selama perawatanm pasien pasca stroke. Menurut Wilkinson (2009), dengan tren penyakit kronis saat ini, seperti stroke yang menimbulkan ketidakberdayaan, kebutuhan perawatan jangka panjang dan berkurangnya masa rawat di rumah sakit, keberadaan keluarga sebagai caregiver dalam memberikan perawatan sangat berarti bagi pemulihan pasien. Informal caregiver (anggota keluarga atau teman) memberikan perawatan kepada individu dengan berbagai kondisi, seperti pada lansia, demensia dan stroke.Perhatian kesehatan lebih banyak berfokus pada penderita stroke. Keluarga pasien sebagai caregiver yang selalu setia mendampingi selama hampir 24 jam disamping pasien, memberikan perawatan dan memberikan dukungan emosional sering terlupakan untuk diteliti. Perawat menghabiskan waktu terbanyak dengan pasien selama rawat inap, akan tetapi tetap saja mempunyai waktu yang terbatas dalam interaksi dengan pasien stroke (Reinhard et al, 2008). Perhatian pada caregiver ini penting karena keberhasilan pengobatan dan perawatan pasien stroke tidak lepas dari bantuan dan dukungan yang diberikan. Informasi tentang fluktuatif kondisi pasien, tanda dan gejala, respon pasien akan pengobatan yang dijalani, hanya bisa didapatkan dari keluarga pasien yang menjadi caregiver. Given, Given & Sherwood (2011), menyatakan bahwa caregiver merupakan sumber dukungan utama individu dengan stroke dan merupakan orang pertama yang merespon perubahan status pasien selama fase perjalanan penyakitnya.Seseorang yang menjadi caregiver dalam keluarga biasanya dilihat dari kedekatan dan kesempatannya dalam menjalankan perannya. Pada pasien stroke baik sebagai suami/istri, yang menjadi caregiver primer adalah pasangannya, sementara bagi pasien stroke lansia, anak yang sudah beranjak dewasalah yang menjadi caregiver sekunder setelah pasangan lansia tersebut. Caregiver yang sudah berusia lanjut memiliki level ketidakberdayaan lebih besar (Lowenstein & Gilbar, 2000). Given et al (2005) menguraikan bahwa caregiver usia dewasa pertengahan dan bekerja memiliki tingkat gejala depresi tertinggi daripada yang lain, memiliki perasaan seolah akan ditinggalkan pasien, dan gangguan rutinitas sehari-hari menjadi sumber konflik mereka.Beberapa penelitian tentang caregiver menunjukkan hasil bahwa caregiver merasa terbebani dalam merawat pasien stroke dan berdampak negatif terhadap kesehatannya. Sekitar 30-48% caregiver keluarga mengalami stress psikologis lebih besar dibandingkan dengan pasien yang dirawatnya. Williams (2003, dalam Smith & Liehr, 2008) mengungkapkan dalam teori keperawatannya dinamika caregiving (the dinamics of caregiving) bahwa komitmen, harapan dan hubungan caregiver dengan pasien baik di masa lalu, sekarang dan masa depan memiliki pengaruh dalam bentuk caring yang diberikan oleh caregiver. Penelitian kualitatif tentang persepsi keluarga sebagai caregiver di Tanzania, oleh Walker (2007), menunjukkan adanya dampak emosional negatif pada caregiver.Pengalaman caregiver dalam merawat pasien stroke beragam dirasakan masing-masing individu, mengingat keunikan yang ada pada diri manusia. Penelitian kualitatif digunakan dalam menggali hal tersebut. Perhatian pemerintah di beberapa negara maju terhadap caregiver sudah sangat luar biasa, dengan banyak bermunculan organisasi nasional caregiver seperti NFCA (NationalFamily Caregiver Association), National Alliance of caregiver di Amerika Serikat. Semenjak tahun 1997, Amerika Serikat sudah menghargai keberadaan caregiver, hak-hak caregiver dituangkan dalam a caregivers bill of right, dan bulan November dijadikan sebagai bulan nasional caregiver keluarga (NFCA, 2012).Melihat berbagai fenomena terkait peran keluarga sebagai caregiver pasien stroke, peneliti tertarik untuk mengeksplorasi lebih dalam bagaimana pengalaman keluarga sebagai caregiver dalam merawat pasien stroke di rumah. Penelitian ini akan dilakukan dengan pendekatan fenomenologi karena masih sangat sedikit penelitian terkait pengalaman keluarga sebagai caregiver dalam merawat pasien stroke di rumah yang dilakukan dengan desain kualitatif. Selain itu, dengan menggunakan pendekatan fenomenologi akan diperoleh informasi baru yang lebih banyak secara komprehensif dan mendalam terkait fenomena keluarga sebagai caregiver dalam merawat pasien stroke di rumah yang belum tentu dapat diperoleh melalui desain penelitian lain.1.2. Pertanyaan PenelitianAdapun pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengalaman keluarga sebagai caregiver dalam merawat pasien stroke di rumah?1.3. Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi secara mendalam tentang makna pengalaman keluarga sebagai caregiver pasien stroke di rumah.1.4. Manfaat PenelitianPenelitian ini dapat berkontribusi terhadap praktik keperawatan terkait peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara holistik pada pasien stroke dan keluarga sebagai caregiver. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan makna pengalaman keluarga sebagai caregiver pasien stroke sehingga dapat diidentifikasi intervensi keperawatan terhadap caregiver dalam merawat pasien stroke agar dapat meningkatkan kualitas hidup pasien stroke yang dirawatnya di rumah serta kualitas hidup caregiver yang merawatnya, sehingga pada akhirnya akan menurunkan kejadian stroke berulang.Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat mengembangkan riset keperawatan. Data yang ditemukan dapat dipakai sebagai data dasar penelitian selanjutnya terkait permasalahan yang muncul pada keluarga sebagai caregiver dalam merawat pasien stroke di rumah.Penelitian ini juga dapat menjadi masukan bagi pendidikan keperawatan. Peran keluarga sebagai caregiver selama mendampingi pasien sangat penting dalam pemulihan pasien stroke, sehingga penting dipelajari tentang cara meningkatkan kualitas peran dan fungsi caregiver dalam merawat pasien stroke.