Bab 1 Revisi Bu Tika
-
Upload
nahl-firdausi -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
Transcript of Bab 1 Revisi Bu Tika
-
7/31/2019 Bab 1 Revisi Bu Tika
1/4
BAB1. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Malaria merupakan infeksi parasitik yang paling penting di negara sedang
berkembang di kawasan tropik dan subtropik (Harijanto, 2000). Prevalensi infeksi
malaria di dunia mencapai 300 sampai 500 juta orang per tahun sedangkan tingkat
kematian akibat malaria mencapai angka dua sampai lima juta orang pertahun
(Ncokazi and Egan, 2005). Malaria juga menjadi masalah besar dalam kesehatan
masyarakat di Indonesia (Dahlan et al, 2005). Di Indonesia, penyakit malaria
menyebabkan 199.576 mortalitas per tahun (WCOINO, 2009).
Kebijakan Departemen Kesehatan RI untuk menanggulangi kasus malaria di
Indonesia adalah dengan melaksanakan program pemberantasan malaria (Malaria
Control). Penentuan prioritas program ini salah satunya berdasarkan pada kriteria
pengendalian kasus dan vektor. Pemerintah memberikan prioritas tersebut pada
daerah transmigran, pemukiman baru dan daerah yang berbatasan dengan daerah
potensial wabah (Harijanto, 2000). Program pengendalian kasus adalah
pengobatan kepada penderita yang diduga dan terbukti secara pemeriksaan
laboratorium menderita malaria. Program pengendalian vektor malaria dengan
cara memutus rantai penularan malaria, mengurangi laju penularan dari vektor ke
manusia, dengan mencegah dan atau mengurangi jumlah kontak nyamuk vektor-
parasit-manusia (Hiswani, 2004). Namun upaya upaya tersebut tidak optimal
karena menimbulkan masalah seperti resitensi pada palsmodium maupun nyamuk
Anopheles sebagai vektor malaria (Rahman, 2007).
Upaya lain untuk mengeradikasi malaria adalah dengan vaksin malaria
(Moorthy et al, 2004). Vaksin malaria yang dikembangkan saat ini meliputi tiga
tipe, vaksin eksoeritrositik, vaksin eritrositik, dan Transmission Blocking Vaccine
(TBV). Transmission Blocking Vaccine memiliki kelebihan dalam mencegah
penyebaran parasit dibandingkan jenis yang lain untuk negara berkembang
(WHO, 2000) dengan cara TBV menginduksi terbentuknya antibodi pada host
-
7/31/2019 Bab 1 Revisi Bu Tika
2/4
2
(Rahman, 2007; Sharman and Pathak, 2008) sehingga transmisi parasit stadium
sporozoit dari tubuh vektor ke dalam host dihambat.
Pendekatan TBV yang sedang dikembangkan saat ini adalah menggunakan
kelenjar saliva vektor malaria. Kelenjar saliva vektor malaria telah diketahui
mengandung komponen aktif secara farmakologis yang dapat memodulasi sistem
hemostasis vertebrata, penghambatan vasokonstriksi dan perkembangan faktor
inflamasi serta respon imun saat penghisapan darah (Ribiero, 1987; Titus et al.,
2006). Modulasi sistem hemostasis melibatkan bahan-bahan yang terkandung
dalam kelenjar saliva seperti zat antihemostatik, anti-inflamasi dan imunosupresi
(Ribiero et al, 2003 dalam Donovan et al, 2007). Keadaan tersebut juga
memberikan keuntungan bagi agen penyakit seperti Plasmodium yang ada di
dalam saliva untuk masuk ke dalam tubuh hospes. Komponen aktif dari kelenjar
saliva ini diduga meningkatkan transmisi pathogen dari tubuh vektor (Titus and
Ribero, 1990; Jones et al, 1992). Hal ini berdasarkan hipothesis bahwa kelenjar
saliva vektor malaria mengandung protein yang dapat memodulasi sistem imun
inang sehingga memudahkan parasit masuk ke tubuh inang (Barreau et al., 1995).
Dalam perjalanan pengembangan TBV berbasis kelenjar saliva vektor malaria
pada penelitian yang dilakukan oleh Donovan et al,2007 menunjukkan bahwa
gigitan nyamuk vektor malaria yang diberikan secara berulang dapat mencegah
pertumbuhan Plasmodium yoelii pada tubuh hewan coba. Penelitian lain yang
menggunakan kelenjar saliva vektor sand flies pada Leishmaniasis juga
menunjukkan adanya hambatan pertumbuhan patogen pada hewan coba
(Kamhawi et al, 2000; Valenzuela et al,2001). Penelitian ini mendasari hipotesis
bahwa kelenjar saliva vektor malaria dapat mencegah terjadinya penyebaran
parasit sehingga dapat dijadikan sebagai kandidat untuk pengembangan TBV.
Salah satu vektor malaria yang berpotensi menyebarkan Plasmodium adalah
bergenusAnopheles (Prianto et al, 2006). Dari 80 spesiesAnopheles yang ada, 24
spesies yang berpotensi sebagai vektor malaria dan salah satunya adalah
Anopheles aconitus (Barodji et al., 2001; Dale et al., 2005; Depkes RI,2008).
Anopheles aconitus banyak terdapat di daerah lembah Menoreh dan dataran tinggi
Dieng, Jawa tengah (Barcus et al., 2002). Kelenjar saliva nyamukAnopheles
-
7/31/2019 Bab 1 Revisi Bu Tika
3/4
3
aconitus berpotensi sebagai kandidat target pengembangan TBV berbasis vektor
dan strategi melawan malaria di Indonesia. Banyak penelitian yang memaparkan
bahwa pengukuran derajat parasit dengan kepadatan parasit yang rendah akan
menurunkan tingkat mortalitas dan morbiditas dari infeksi malaria(Mcberrau et
al., 1987). Dalam penelitian ini, potensi kelenjar saliva Anopheles aconitus
sebagai kandidat vaksin TBV diamati dengan pengamatan terhadap
perkembangan parasit dalam tubuh hewan coba pasca injeksi ekstrak kelenjar
saliva nyamukAnopheles aconitus sebagai vaksin model TBV.
1.2Rumusan MasalahBagaimana derajat parasitemia pada mencit BALB-C pasca infeksi
Plasmodium berghei setelah sebelumnya diinjeksi dengan ekstrak kelenjar
salivaAnopheles aconitus sebagai vaksin model TBV?
1.3Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian bertujuan untuk mempelajari potensi kelenjar saliva Anopheles
aconitus sebagai kandidat target dalam pengembangan TBV melawan malaria.
1.3.2 Tujuan Khusus
Secara khusus, penelitian ini bertujuan:
1. Mengukuran derajat parasitemi pada mencit BALB-C yangdiinokulasi P. berghei paska injeksi pellet, supernatant, dan kontrol
kelenjar salivaAnopheles aconitus.
2. Mengetahui perbedaan derajat parasitemia pada kelompok pellet,supernatan, dan kontrol mencit BALB-C yang iinjeksi P. berghei.
-
7/31/2019 Bab 1 Revisi Bu Tika
4/4
4
1.4MANFAAT PENELITIANHasil dari penelitian ini memiliki beberapa manfaat antara lain:
1. Penelitian ini akan memberikan informasi tentang pengaruh vaksinkelenjar saliva Anopheles aconitus terhadap derajat parasitemi pada
mencit BALB-C.
2. Penelitian ini merupakan tahap penting untuk mengembangkan vaksinmalaria berbasis TBV di Indonesia.
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai vaksin model untukpenelitian lebih lanjut tentang TBV berbasis kelenjar saliva vektor
malariaAnopheles aconitus.