BAB 1 PENDAHULUAN -...
Transcript of BAB 1 PENDAHULUAN -...
1
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan upaya yang sengaja direncanakan oleh pihak
yang terkait (baik pemerintah maupun masyarakat) guna mengembangkan
potensi manusia untuk meningkatkan kemampuannya dalam menghadapi
kehidupan. Pendidikan di Indonesia dikategorikan dalam 4 tahap, yaitu
pendidikan usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. Dari keempat tahap ini, pendidikan anak usia dini
(PAUD) adalah pendidikan yang penting dan sebagai pondasi bagi
pendidikan selanjutnya.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah “suatu
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan
usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut” (pasal 1, butir 14). PAUD sebagai pendidikan yang
diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, mempunyai kelompok
sasaran anak usia 0-6 tahun yang sering disebut sebagai masa emas
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PAUD PASCA PROGRAM PPAUDBATCH I DAN IIA DI KABUPATENKULON PROGO(Studi Komparasi Partisipasi dalam Pelaksanaan Kegiatan PAUD di Desa Hargorejo, Sidomulyo, danKaliagung)NITA ARFIYANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
2
perkembangan (golden age atau golden moment). Di samping itu, pada
usia ini anak-anak masih sangat rentan, dan apabila penanganannya tidak
tepat justru dapat merugikan anak tersebut. Oleh karena itu
penyelenggaraan PAUD harus memperhatikan dan sesuai dengan tahap-
tahap perkembangan anak. PAUD tidak dimaksudkan untuk mencuri start
apa yang seharusnya diperoleh anak pada jenjang pendidikan dasar,
melainkan untuk memberikan fasilitasi pendidikan yang sesuai bagi anak
agar mereka memiliki kesiapan baik secara fisik, mental, maupun
sosial/emosional, dalam rangka memasuki pendidikan lebih lanjut. PAUD
menjadi bagian yang penting untuk dikaji karena kualitas hidup sumber
daya manusia Indonesia mendatang ditentukan oleh anak-anak saat ini,
sehingga anak-anak patut mendapat perhatian yang khusus untuk
menanamkan budi pekerti yang baik sejak dini.
Namun demikian, The World Bank melalui World Development
Indivators (2004) menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang
angka partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) terendah di ASEAN
yaitu sekitar 20%.1 Direktur PAUD Direktorat Jenderal Pendidilan Luar
Sekolah (Ditjen PLS) Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas)
Gutama mengakui bahwa angka partisipasi PAUD di Indonesia rendah.
1 dalam Laporan Review Kebijakan : Pendidikan dan Perawatan Anak Usia Dini di Indonesia (2005), UNESCO.
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PAUD PASCA PROGRAM PPAUDBATCH I DAN IIA DI KABUPATENKULON PROGO(Studi Komparasi Partisipasi dalam Pelaksanaan Kegiatan PAUD di Desa Hargorejo, Sidomulyo, danKaliagung)NITA ARFIYANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
3
“Di Indonesia masih di bawah 20, padahal di negara dengan penghasilan rendah telah mencapai 24. Di negara-negara ASEAN, Indonesia juga masih di bawah. Vietnam misalnya 43, Filipina 33, Thailand 86 serta Malaysia 89," kata Gutama saat diskusi Problem Pendidikan di Indonesia, di Universitas Muhammadiyah
Purwokerto, Jawa Tengah, Sabtu (8/7). 2
Menurut Gutama, di Indonesia tahun 2005 tercatat ada 28 juta anak
usia 0-6 tahun. Jumlah anak usia PAUD yakni 2-4 tahun mencapai 11,8 juta.
Dari jumlah tersebut, yang ikut PAUD baru sekitar 10,10.3
Gambar 1.1
Grafik Perbandingan Angka Partisipasi PAUD 2001-2002
Sumber : World Development Indicator (2004), The World Bank dalam Laporan
Review Kebijakan : Pendidikan dan Perawatan Anak Usia Dini (2005) UNESCO
Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa tingkat partisipasi
kasar di Indonesia dalam pendidikan anak usia dini sebesar 20% pada
tahun 2001-2002, masih tertinggal dari banyak negara-negara yang sedang
2 Dharmawan, Liliek. 10 Juli 2006. “Partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini RI salah Satu Terendah di Dunia”. Media Indonesia 3 Ibid.
20 24 26 27 33 40 40 43
79 86 89 90
0102030405060708090
100
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PAUD PASCA PROGRAM PPAUDBATCH I DAN IIA DI KABUPATENKULON PROGO(Studi Komparasi Partisipasi dalam Pelaksanaan Kegiatan PAUD di Desa Hargorejo, Sidomulyo, danKaliagung)NITA ARFIYANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
4
berkembang lainnya seperti India dan Vietnam GDPnya perkapita lebih
rendah dari Indonesia menunjukkan tingkat partisipasinya 26% dan 43%
pada saat yang sama. Di tingkat ASEAN, angka partisipasi Indonesia juga
masih tertinggal jauh dari negara Filipina, Vietnam, dan Thailand, dan
Malaysia yang masing-masing memiliki 33%, 43%, 86%, dan 89%. Pada
tingkat global negara-negara yang pendapatannya rendah rata-rata
partisipasinya 24%, masih lebih tinggi dari Indonesia yang 20%.
Kemudian pemerintah menetapkan pemerataan akses dan
pengembangan kualitas layanan pendidikan anak usia dini sebagai suatu
prioritas pembangunan dalam rencana strategis pendidikan nasional.
Penetapan ini dilakukan salah satunya untuk menjawab kondisi yang ada,
dimana 99% dari layanan PAUD masih disediakan oleh sektor swasta dan
untuk melayani anak-anak dari dari keluarga dengan penghasilan tinggi di
perkotaan (UNESCO, 2003)4.
Mengharapkan sektor swasta untuk dapat menjangkau layanan
PAUD, khususnya di pedesaan dan wilayah terpencil menjadi tidak
realistis. Walaupun pada wilayah-wilayah tertentu telah ada kontribusi
masyarakat dan peran LSM serta organisasi keagamaan. Menyadari
keterbatasan tersebut, pemerintah telah mempertimbangkan investasi yang
penting ini melalui strategi yang dituangkan dalam bentuk program
pendidikan dan pengembangan anak usia dini yang disingkat Program
PPAUD. Program ini bertujuan untuk :
4 Dalam Laporan Review Kebijakan : Pendidikan dan Perawatan Anak Usia Dini, 2005, UNESCO
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PAUD PASCA PROGRAM PPAUDBATCH I DAN IIA DI KABUPATENKULON PROGO(Studi Komparasi Partisipasi dalam Pelaksanaan Kegiatan PAUD di Desa Hargorejo, Sidomulyo, danKaliagung)NITA ARFIYANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
5
(1) Mempromosikan layanan yang terdesentralisasi dan berbasis
masyarakat, serta meguatkan kemampuan masyarakat pada
layanan tersebut,
(2) Mentargetkan keluarga dan masyarakat miskin untuk
pembiayaan penyediaan layanan PPAUD,
(3) Menguatkan kemampuan sistem pengelolaan dalam
perencanaan, penjaminan kualitas, serta pemantauan dan
evaluasi tingkat pusat, propinsi dan kabupaten.
Program PPAUD ini merupakan pengejawantahan strategi
pemerintah untuk memastikan bahwa anak-anak usia 0-6 tahun dari
keluarga yang kurang beruntung ekonominya di wilayah pedesaan dapat
berpartisipasi. Program PPAUD adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan bagi anak berusia 0-6 tahun dalam aspek-aspek pendidikan,
kesehatan, dan perbaikan gizi yang dilakukan oleh lembaga/lingkungan
yang terdiri dari keluarga, sekolah, lembaga-lembaga perawatan,
keagamaan dan pengasuhan anak yang berpengaruh besar pada tumbuh-
kembang anak.
Melalui surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
No.070/P/2006 tanggal 16 Oktober 2006, pemerintah memutuskan daerah
layanan Program PPAUD di Indonesia terdiri dari 50 kabupaten di 21
propinsi dan terpilih 3000 desa miskin. Pemilihan desa sasaran didasarkan
atas pendekatan minat masyarakat dan kriteria yang telah ditentukan yang
diharapkan dapat menjangkau sasaran secara optimal. Indikator umum
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PAUD PASCA PROGRAM PPAUDBATCH I DAN IIA DI KABUPATENKULON PROGO(Studi Komparasi Partisipasi dalam Pelaksanaan Kegiatan PAUD di Desa Hargorejo, Sidomulyo, danKaliagung)NITA ARFIYANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
6
yang digunakan adalah (1) Indeks kemiskinan, (2) Jumlah anak 0-6 tahun,
(3) Jumlah penduduk. Sedangkan indikator khususnya yaitu (1)
pernyataan minat masyarakat mengikuti Program PPAUD, dan (2)
kesanggupan menyediakan kontribusi masyarakat berupa uang tunai,
bahan material dan tenaga.5
Program PPAUD mulai dilaksanakan pada tahun 2009. Setelah
adanya Program PPAUD ini angka partisipasi kasar PAUD nasional mulai
menanjak naik. Data Kementerian Pendidikan Nasional menyebutkan
bahwa pada tahun 2009/2010 APK (Angka Partisipasi Kasar) PAUD secara
nasional mencapai 53,70%6.
5 Ibid. hal. 10 6 Materi disampaikan Dr. Erman Syamsuddin (Direktur Pembinaan PAUD Kemdiknas) di Kulon Progo, 19 April 2011 dalam acara Sosialisasi Kebijakan, Strategi, dan Program PAUD
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PAUD PASCA PROGRAM PPAUDBATCH I DAN IIA DI KABUPATENKULON PROGO(Studi Komparasi Partisipasi dalam Pelaksanaan Kegiatan PAUD di Desa Hargorejo, Sidomulyo, danKaliagung)NITA ARFIYANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
7
Gambar 1.2
Grafik APK PAUD Nasional, 2009/2010
Sumber : Kemdiknas, 2011
Melihat data di atas, pada tahun 2009/2010 Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) menempati urutan pertama dengan APK 109%,
sedangkan urutan terakhir ditempati oleh Propinsi Nusa Tenggara Timur
dengan APK 27,41%. Daerah yang berada di atas APK nasional yaitu
53,70% sebanyak 13 propinsi, yaitu DIY, Bangka Belitung, Jawa Timur,
Nanggroe Aceh Darusalam, Kepulauan Riau, Jawa Tengah, Sutra, Sumatra
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PAUD PASCA PROGRAM PPAUDBATCH I DAN IIA DI KABUPATENKULON PROGO(Studi Komparasi Partisipasi dalam Pelaksanaan Kegiatan PAUD di Desa Hargorejo, Sidomulyo, danKaliagung)NITA ARFIYANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
8
Barat, Kalimantan Tengah, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Bengkulu, dan
Maluku Utara. Sedangkan 20 propinsi lain masih di bawah APK nasional.
Selain DIY sebagai peringkat pertama dalam pencapaian APK pada
tahun 2009/2010, DIY juga sebagai salah satu daerah yang menjadi sasaran
program PPAUD. Di antara 5 kabupaten/kota di DIY, hanya Kabupaten
Kulon Progo dan Gunung Kidul yang menjadi sasaran program PPAUD.
APK PAUD di DIY dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.1
APK PAUD DIY tahun 2009/2010
No Kab/Kota Potensi 0-6 th
Perserta PAUD
APK PAUD
1 Kab. Bantul 58,306 62,579 107.33%
2 Kab. Gunung Kidul 79,274 77,558 97.84%
3 Kab. Kulon Progo 38,323 41,575 108.49%
4 Kab. Sleman 64,540 76,710 118.86%
5 Kota Yogyakarta 43,415 50,997 117.46%
Sumber : Kemdiknas, 2011
Kabupaten Gunung Kidul dan Kulon Progo sebagai sasaran program
PPAUD, mencapai APK 97,84% untuk Kabupaten Gunung Kidul dan APK
108,49% untuk Kabupaten Kulon Progo. Dengan pertimbangan tersebut,
penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Kulon Progo yang memiliki
APK PAUD lebih besar daripada Kabupaten Gunung Kidul pada tahun
2009/2010.
Untuk Kabupaten Kulon Progo sendiri, setelah dilakukan proses
seleksi dan pemilihan, ditetapkanlah 60 desa sasaran program PPAUD.
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PAUD PASCA PROGRAM PPAUDBATCH I DAN IIA DI KABUPATENKULON PROGO(Studi Komparasi Partisipasi dalam Pelaksanaan Kegiatan PAUD di Desa Hargorejo, Sidomulyo, danKaliagung)NITA ARFIYANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
9
Pelaksanaan di tingkat desa melibatkan 120 Tim Pelaksana Kegiatan (TPK)
yang dipilih oleh masyarakat. Setiap desa terdiri atas 2 TPK. TPK atau
pengelola kegiatan dipilih dari para kader atau warga masyarakat yang
telah mendapatkan pelatihan yang terdiri dari Ketua, Sekretaris,
Bendahara, Tenaga Pendidik dan Tenaga Pendamping. Layanan program
PPAUD ekuivalen dengan layanan Kelompok Bermain, Taman Penitipan
Anak, dan Satuan PAUD Sejenis, seperti gambar berikut :
Gambar 1.3
Jenis Layanan Pendidikan Anak Usia Dini
Sumber : DPIU7 Kab. Kulon Progo, 2011
7 DPIU (Distric Proggram Implementation Unit) adalah unit pelaksana program PPAUD
pada tingkat Kabupaten.
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PAUD PASCA PROGRAM PPAUDBATCH I DAN IIA DI KABUPATENKULON PROGO(Studi Komparasi Partisipasi dalam Pelaksanaan Kegiatan PAUD di Desa Hargorejo, Sidomulyo, danKaliagung)NITA ARFIYANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
10
PAUD jalur formal terdiri atas TK dan RA, sedangkan nonformal
terdiri atas KB, TPA, dan SPS. Pendidikan informal yaitu pendidikan
dalam keluarga dan masyarakat. Sedangkan layanan PPAUD bisa berupa
Pusat PAUD, PAUD Kunjung, atau Kombinasi.
Pembiayaan Program PPAUD bersumber dari pinjaman lunak luar
negeri (IDA Credit) melalui Bank Dunia, Hibah luar negeri (Dutch Grant),
dukungan Pemerintah Pusat dan dana pendampingan APBD Kabupaten.
Setiap TPK memperoleh dana 90 juta rupiah yang digunakan untuk
membiayai Kegiatan Pembelajaran, Kegiatan Kesehatan dan Gizi, Kegiatan
Renovasi Pusat Kegiatan, serta Kegiatan Manajemen dan Operasional
Program selama 3 tahun.8
Program PPAUD di Kulon Progo dilaksanakan selama tiga tahun,
dimulai sejak 2009 dan berakhir di bulan 2011 (Desa Batch I dan IIA), tahun
2010 sampai 2012 (Desa Batch IIb dan IIIA) dan tahun 2011 sampai 2013
(Desa Batch IIIb). Kabupaten Kulon Progo yang mengikuti program
PPAUD tersebar dalam 11 kecamatan, yaitu Wates, Panjatan, Galur,
Lendah, Sentolo, Pengasih, Kokap, Girimulyo, Nanggulan, Kalibawang,
dan Samigaluh. Untuk lebih jelasnya, berikut tabel persebaran program
PPAUD di Kabupaten Kulon Progo.
8 Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini. 2011. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Program PPAUD di Masyarakat. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Hal.1
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PAUD PASCA PROGRAM PPAUDBATCH I DAN IIA DI KABUPATENKULON PROGO(Studi Komparasi Partisipasi dalam Pelaksanaan Kegiatan PAUD di Desa Hargorejo, Sidomulyo, danKaliagung)NITA ARFIYANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11
11
Tabel 1.2
Jumlah desa yang melaksanakan program PPAUD
No Kecamatan Jumlah desa
1 Temon 0 desa
2 Wates 4 desa
3 Panjatan 9 desa
4 Galur 4 desa
5 Lendah 5 desa
6 Sentolo 8 desa
7 Pengasih 7 desa
8 Kokap 5 desa
9 Girimulyo 4 desa
10 Nanggulan 3 desa
11 Kalibawang 4 desa
12 Samigaluh 7 desa
Jumlah 60 desa
Sumber : DPIU Kab. Kulon Progo, 2011
Berdasarkan data di atas, Kecamatan Temon adalah satu-satunya
kecamatan yang tidak menjalankan program PPAUD sedangkan
kecamatan lain hampir seluruh wilayah desanya menjalankan program
tersebut. Hal itu terjadi karena Kecamatan Temon memiliki warga miskin
yang paling sedikit dibanding dengan kecamatan lain.
Masa Program PPAUD untuk Desa Batch I dan IIA yang terdiri atas
30 desa dan 60 TPK telah berakhir pada 31 Desember 2011 lalu. Setelah
program berakhir, nasib kegiatan selanjutnya diserahkan kepada
masyarakat setempat. Keberlanjutan Pasca Program PPAUD ini menjadi
tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pemerintah. Dinas
Pendidikan Kabupaten Kulon Progo menyebutkan, lembaga PAUD pasca
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PAUD PASCA PROGRAM PPAUDBATCH I DAN IIA DI KABUPATENKULON PROGO(Studi Komparasi Partisipasi dalam Pelaksanaan Kegiatan PAUD di Desa Hargorejo, Sidomulyo, danKaliagung)NITA ARFIYANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
12
program PPAUD yang berakhir pada 2011 lalu, yang semula terdiri atas 60
TPK kini berkembang menjadi 129 lembaga mandiri per 31 Juli 2012.
Pengelolaan kegiatan yang berbasis masyarakat seperti ini dapat
terlaksana dengan baik bila masyarakat turut ambil bagian di dalamnya.
Pembangunan selama ini sekedar diartikan sebagai transformasi ekonomi
sehingga paradigma yang dikembangkan adalah bagaimana mengubah
keadaan masyarakat dari miskin menjadi tidak miskin. Paradigma ini
menyebabkan transformasi sosial dalam arti pemanfaatan kreativitas
sebagai pemerataan akses ke sumber kekuasaan belum tercapai, padahal
transformasi sosial adalah aspek yang cukup urgen dalam pembangunan
masyarakat. Sehingga tidak mengherankan jika insiatif masyarakat belum
berkembang dan mereka masih tetap bergantung pada pemegang
kekuasaan.
Bertitik tolak dari kondisi tersebut, pendekatan pembangunan yang
banyak dikembangkan saat ini adalah upaya memperkuat kemampuan
masyarakat lokal dengan menumbuhkan inistif dan prakarsa lokal. Prinsip
ini dikembangkan dengan bertitik tolak dari asumsi dasar pembangunan
masyarakat, dimana pembangunan masyarakat pada hakekatnya adalah
sebuah proses perubahan sosial yang bersifat multidimensional, dan
pembangunan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan
kapasitas masyarakat serta menciptakan hubungan serasi antara needs dan
resources.9 Proses transformasi sosial yang bermakna haruslah bergerak dari
9 Dalam Suparjan dan Hempri Suyatno (2003 : 36)
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PAUD PASCA PROGRAM PPAUDBATCH I DAN IIA DI KABUPATENKULON PROGO(Studi Komparasi Partisipasi dalam Pelaksanaan Kegiatan PAUD di Desa Hargorejo, Sidomulyo, danKaliagung)NITA ARFIYANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
13
alam diri manusia yaitu teraktualisasinya prakarsa, swadaya, percaya pada
kemampuan sendiri dan berbagai kualitas lainnya yang dijadikan landasan
pembangunan masyarakat. Jim Ife10 mengungkapkan 22 prinsip
pembangunan masyarakat yang diperlukan dalam upaya mewujudkan
keberhasilan pembangunan masyarakat, dan salah satu diantaranya adalah
partisipasi.
Dalam konsep good governance yang belakangan ini menjadi isu
sentral dalam pengelolaan administrasi publik, konsep partisipasi menjadi
salah satu indikator dalam tercapainya tujuan dan cita-cita bangsa dan
negara. Oleh para teoritisi dan praktisi administrasi publik Indonesia,
istilah good governance telah diterjemahkan dalam berbagai istilah, misalnya
penyelenggaraan pemerintahan yang amanah (Bintaro Tjokroamidjoyo),
tata pemerintahan yang baik (UNDP), pengelolaan pemerintahan yang
baik dan bertanggungjawan (LAN), dan ada juga yang mengartikan secara
sempit sebagai pemerintahan yang bersih (clean government).
Perbedaan paling poko antara konsep government dan governance
terletak pada bagaimana cara penyelenggaraan otoritas politik, ekonomi
dan administrasi dalam pengelolaan urusan suatu negara. Konsep
“pemerintahan” berkonotasi peranan pemerintah yang lebih dominan
dalam penyelenggaraan berbagai otoritas tadi. Sedangkan dalam
governance mengandung makna bagaimana cara suatu bangsa
mendistribusikan kekuasaan dan mengelola sumber daya dan berbagai
10 Ibid, hal. 36-42
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PAUD PASCA PROGRAM PPAUDBATCH I DAN IIA DI KABUPATENKULON PROGO(Studi Komparasi Partisipasi dalam Pelaksanaan Kegiatan PAUD di Desa Hargorejo, Sidomulyo, danKaliagung)NITA ARFIYANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
14
14
masalah yang dihadapi masyarakat. Dengan kata lain, konsep governance
terkadung unsur demokratis, adil, transparan, rule of law partisipasif dan
kemitraan. Sehingga IIAS (dalam Effendi, 2005 : 2) merumuskan definisi
governance sebagai “the process whereby elements in society wield power and
authority, and influence and enact policies and decitions concerning public life,
economic and social development”. Dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan
dengan proses dimana berbagai unsur dalam masyarakat menggalang
kekuatan dan otoritas, dan mempengaruhi dan mengesahkan kebijakan
dan keputusan tentang kehidupan publik, serta pembangunan ekonomi
dan sosial.11
Sedarmayanti (2003 : 3-6) memaparkan bahwa good governance
merupakan proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam
melaksanakan penyediaan public goods dan service dengan menjunjung
tinggi keinginan atau kehendak rakyat, dan nilai yang dapat meningkatkan
kemapuan rakyat dalam pencapaian tujuan nasional, kemandirian,
pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial secara efektif dan efisien.
UNDP kemudian mengajukan karakteristik good governance, yaitu
participation, rule of law, transparensicy, responsiveness, effectiveness and
efficiency, accountability, dan strategic vision. 12 Partisipasi yang menjadi salah
satu karakteritik dari good governance diyakini sebagai suatu pilihan yang
harus ditempuh untuk menjamin keberlanjutan dari pemerintahan yang
11Effendi, Sofian. 26 Desember 2005. “Membangun Good Governance : Tugas Kita Semua”. http://sofian.staff.ugm.ac.id/artikel/membangun-good-governance.pdf [diakses 20 Desember 2013] 12 Sedarmayanti. 2003. Good Governance (Kepemerintahan yang Baik) dalam Rangka Otonomi Daerah. Bandung : Mandar Jaya. Hal 3-6
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PAUD PASCA PROGRAM PPAUDBATCH I DAN IIA DI KABUPATENKULON PROGO(Studi Komparasi Partisipasi dalam Pelaksanaan Kegiatan PAUD di Desa Hargorejo, Sidomulyo, danKaliagung)NITA ARFIYANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
15
15
demokratis, penyelenggaraan pembangunan yang berorientasi kerakyatan,
dan terciptanya keadilan sosial.
Program PPAUD ini dilaksanakan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan akses layanan pendidikan
bagi anak usia dini dan meningkatkan pengembangan kapasitas anak-anak
dari keluarga miskin secara menyeluruh (holistik) serta mempersiapkan
untuk pendidikan selanjutnya, dalam sistem Program PPAUD yang
berkualitas dan berkelanjutan.13 Program PPAUD ini melayani anak-anak
usia dini dari keluarga miskin & belum terlayani dengan mengembangkan
kapasitas anak secara menyeluruh (holistik) meliputi bidang kesehatan,
gizi dan pendidikannya plus peran serta orangtua.
Untuk mencapai tujuan tersebut Program PPAUD memilih
pendekatan Community Base atau program berbasis masyarakat, artinya
melalui partisipasi aktif masyarakat, mereka akan merencanakan,
melaksanakan, dan mengawasi jalannya program yang mereka bangun
bersama. Tanpa adanya dukungan dari masyarakat, maka kegiatan PAUD
di masyarakat tidak akan berjalan dengan baik atau bahkan terhenti.
Dengan berhentinya kegiatan PAUD di masyarakat maka akan menutup
akses pendidikan bagi anak dari keluarga kurang mampu dan bertolak
belakang dengan Program PPAUD yang dicanangkan oleh pemerintah.
Maka dari itu partisipasi masyarakat dalam pengelolaan PAUD pasca
13 Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, 2011, Pedoman Operasional Layanan PPAUD, Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. hal. 3
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PAUD PASCA PROGRAM PPAUDBATCH I DAN IIA DI KABUPATENKULON PROGO(Studi Komparasi Partisipasi dalam Pelaksanaan Kegiatan PAUD di Desa Hargorejo, Sidomulyo, danKaliagung)NITA ARFIYANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
16
16
Program PPAUD menjadi poin penting untuk keberlanjutan kegiatan
selanjutnya.
Hal inilah yang kemudian menarik peneliti untuk melakukan
penelitian, yaitu tentang partisipasi masyarakat dalam keberlanjutan
program PPAUD. Selama 3 tahun kegiatan PAUD berjalan dengan bantuan
dana yang cukup besar dari pemerintah, kini mereka harus “disapih” dan
hidup mandiri. Kini setelah terjadi perubahan situasi dan kondisi pasca
program PPAUD, mereka dituntut untuk mempertahankan eksistensi
lembaga PAUD dalam rangka memberikan pelayanan pendidikan anak
usia dini di lingkungan sekitarnya. Partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan kegiatan PAUD inilah yang akan dianalisis sebagai
upaya mempertahankan keberlanjutan lembaga PAUD pasca program
PPAUD.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan gambaran latar belakang masalah, maka dihasilkan
pertanyaan penelitian yaitu bagaimana tingkat partisipasi masyarakat
dalam mempertahankan keberlanjutan kegiatan PAUD pasca program
PPAUD Batch I dan IIA di Kabupaten Kulon Progo?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat partisipasi
masyarakat dalam mempertahankan keberlanjutan kegiatan PAUD pasca
program PPAUD Batch I dan IIA di Kabupaten Kulon Progo.
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PAUD PASCA PROGRAM PPAUDBATCH I DAN IIA DI KABUPATENKULON PROGO(Studi Komparasi Partisipasi dalam Pelaksanaan Kegiatan PAUD di Desa Hargorejo, Sidomulyo, danKaliagung)NITA ARFIYANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
17
17
1.4. Manfaat Penelitian
Secara umum, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
memberikan gambaran kondisi PAUD pasca program PPAUD. Sedangkan
secara khusus, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh
gambaran tentang partisipasi masyarakat dalam keberlanjutan kegiatan
PAUD dan menjadi bahan untuk evaluasi lembaga PAUD dalam
menyempurnakan dan meningkatkan kualitas PAUD pada masa datang
melalui partisipasi dari masyarakat.
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PAUD PASCA PROGRAM PPAUDBATCH I DAN IIA DI KABUPATENKULON PROGO(Studi Komparasi Partisipasi dalam Pelaksanaan Kegiatan PAUD di Desa Hargorejo, Sidomulyo, danKaliagung)NITA ARFIYANIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/