Bab 1 Pendahuluan · 2018. 8. 27. · penggabungan usaha tersebut tidak mencapai tujuan finansial...

13
1 Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan adalah unsur esensial bagi keberhasilan dan kehidupan banyak perusahaan. Tanpa pertumbuhan, perusahaan sulit membangkitkan dedikasi (pengabdian) terhadap pencapaian tujuannya. Pertumbuhan suatu perusahaan dapat bersifat internal dan eksternal. Pertumbuhan suatu perusahaan secara internal dan eksternal dapat dilakukan melalui penggabungan atau pembelian (pengambilalihan) beberapa usaha. Dengan penggabungan atau pengambilalihan beberapa usaha, diharapkan perusahaan-perusahaan itu dapat meningkatkan pangsa pasar, diversifikasi usaha, atau meningkatkan integrasi vertikal dari aktivitas operasional yang ada dan sebagainya. Pada dasarnya penggabungan atau pengambilalihan usaha merupakan bentuk penggabungan atau pengambilalihan satu perusahaan dengan atau oleh perusahaan lain dalam rangka mendapatkan pengendalian atas aktiva maupun operasional. Bentuk penggabungan atau pengambilalihan usaha yang sering dilakukan dalam dua dekade terakhir ini adalah merger dan akuisisi, dimana strategi ini di pandang sebagai salah satu cara untuk mencapai beberapa tujuan yang lebih bersifat ekonomis dan jangka panjang (Dharmasetya dan Sulaimin 2009, dalam Meta 2010).

Transcript of Bab 1 Pendahuluan · 2018. 8. 27. · penggabungan usaha tersebut tidak mencapai tujuan finansial...

  • 1

    Bab 1

    Pendahuluan

    1.1 Latar Belakang

    Pertumbuhan adalah unsur esensial bagi

    keberhasilan dan kehidupan banyak perusahaan.

    Tanpa pertumbuhan, perusahaan sulit membangkitkan

    dedikasi (pengabdian) terhadap pencapaian tujuannya.

    Pertumbuhan suatu perusahaan dapat bersifat internal

    dan eksternal. Pertumbuhan suatu perusahaan secara

    internal dan eksternal dapat dilakukan melalui

    penggabungan atau pembelian (pengambilalihan)

    beberapa usaha. Dengan penggabungan atau

    pengambilalihan beberapa usaha, diharapkan

    perusahaan-perusahaan itu dapat meningkatkan

    pangsa pasar, diversifikasi usaha, atau meningkatkan

    integrasi vertikal dari aktivitas operasional yang ada

    dan sebagainya. Pada dasarnya penggabungan atau

    pengambilalihan usaha merupakan bentuk

    penggabungan atau pengambilalihan satu perusahaan

    dengan atau oleh perusahaan lain dalam rangka

    mendapatkan pengendalian atas aktiva maupun

    operasional. Bentuk penggabungan atau

    pengambilalihan usaha yang sering dilakukan dalam

    dua dekade terakhir ini adalah merger dan akuisisi,

    dimana strategi ini di pandang sebagai salah satu cara

    untuk mencapai beberapa tujuan yang lebih bersifat

    ekonomis dan jangka panjang (Dharmasetya dan

    Sulaimin 2009, dalam Meta 2010).

  • 2

    Østergård (2009), menyatakan bahwa

    perkembangan kondisi ekonomi global dan

    perkembangan Produk Domestik Bruto di seluruh

    dunia mempengaruhi aktifitas merger dan akuisisi. Ciri-

    ciri ekonomi yang kuat adalah inflasi yang rendah,

    profitabilitas perusahaan yang tinggi, liberalisasi yang

    berkelanjutan dan kemajuan globalisasi yang membuka

    peluang investasi. Semua karakteristik tersebut

    mendorong aktivitas merger dan akuisisi.Beams dan

    Yusuf (2000) menyatakan bahwa proses merger dan

    akuisisi dilakukan ketika sebuah perusahaan

    mengambil alih semua operasi dari entitas usaha lain

    dan entitas yang diambil alih tersebut

    dibubarkan. Jadi, setelah merger perusahaan yang

    diambil alih dibubarkan, sedangkan perusahaan yang

    mengambil alih tetap beroperasi secara hukum sebagai

    satu badan usaha dan melanjutkan kegiatan

    perusahaan yang diambil alih. Sedangkan definisi

    akuisisi menurut pernyataan Standar Akuntansi

    Keuangan No. 22 tentang penggabungan badan usaha

    adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu

    perusahaan, yaitu pengakuisisi memperoleh kendali

    atas aktiva netto dan operasi perusahaan yang

    diakuisisi, dengan memberikan aktiva tertentu,

    mengakui suatu kewajiban atau dengan mengeluarkan

    saham. Biasanya pihak pengakuisisi memiliki ukuran

    yang lebih besar dibanding dengan pihak yang

    diakuisisi.

    Di Indonesia merger dan akuisisi menunjukkan

    skala peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke

  • 3

    tahun (Moin, 2003). Bagi perusahaan-perusahaan yang

    telah tercatat pada Bursa Efek Indonesia (go public),

    proses merger dan negoisasi dapat dilakukan hanya

    dengan menggunakan saham (Purwani, 2014).

    Baridwan (1992) dalam Hamid (1998) menyatakan

    bahwa merger terjadi bila suatu perusahaan

    mengeluarkan saham untuk ditukarkan dengan

    seluruh saham biasa perusahaan lainnya. Pemegang

    saham perusahaan yang diambil alih ini menjadi

    pemegang saham perusahaan yang mengambil alih,

    dan perusahaan yang diambil alih tidak lagi merupakan

    perusahaan yang berdiri sendiri, tetapi menjadi bagian

    dari perusahaan yang mengambil alih.

    Alasan perusahaan lebih tertarik memilih merger

    dan akuisisi sebagai strateginya daripada pertumbuhan

    internal adalah karena merger dan akuisisi dianggap

    jalan cepat untuk mewujudkan tujuan perusahaan di

    mana perusahaan tidak perlu memulai dari awal suatu

    bisnisbaru. Merger dan akuisisi juga dianggap dapat

    menciptakan sinergi, yaitu nilai keseluruhan

    perusahaan setelah merger dan akuisisi yang lebih

    besar daripada penjumlahan nilai masing-masing

    perusahaan sebelum merger dan akuisisi. Selain itu,

    merger dan akuisisi dapat memberikan banyak

    keuntungan bagi perusahaan antara lain peningkatan

    kemampuan dalampemasaran, riset, skill manajerial,

    transfer teknologi, dan efisiensi berupa penurunan

    biaya produksi (Hitt 2002 dalam Meta 2010).

    Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan

    melakukan merger dan akuisisi biasanya akan tampak

  • 4

    pada kinerja perusahaan dan penampilan finansialnya.

    Pada prinsipnya, perusahaan melakukan merger dan

    akuisisi dengan harapan agar kinerja keuangan

    perusahaan yang bergabung dapat meningkat. Salah

    satu tolok ukur kinerja keuangan perusahaan adalah

    rasio keuangan. Pasca merger dan akuisisi kondisi dan

    posisi keuangan perusahaan mengalami perubahan

    dan hal ini tercermin dalam laporan keuangan

    perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi.

    Untuk menilai bagaimana keberhasilan merger dan

    akuisisi yang dilakukan, dapat dilihat dari kinerja

    perusahaan setelah melakukan merger dan akuisisi

    terutama kinerja keuangan baik bagi perusahaan

    pengakuisisi maupun perusahaan diakuisisi.

    Sedangkan dilihat dari sisi investasi keberhasilan suatu

    perusahaan secara tidak langsung dapat diprediksi dari

    peningkatkan harga sahamnya di bursa saham

    (Novaliza dan Djajanti, 2013).

    Akan tetapi, Sobirin (2001, hlm.39-59)

    menyatakan bahwa merger dan akuisisi (M&A)

    merupakan fenomena bisnis paradoksal. Di satu sisi,

    intensitasnya terus meningkat tetapi di sisi lain tingkat

    kegagalannya juga cukup tinggi. Sobirin (2001, hlm.39-

    59) mencontohkan sejak tahun 1983 penggabungan

    usaha yang terjadi di Amerika, setiap tahunnya

    mencapai angka 2500 lebih. Angka ini belum termasuk

    keterlibatan perusahaan Amerika dalam M&A antar

    negara yang jumlahnya juga meningkat drastis.

    Sedangkan di Indonesia, meski tidak ada angka pasti

    dan kegiatannya pun tidak setinggi negara-negara

  • 5

    maju, juga tidak luput dari peningkatan M&A. Di sisi

    lain, tingkat kegagalan M&A juga relatif tinggi berkisar

    antara lima puluh sampai tujuh puluh persen.

    Termasuk dalam kategori kegagalan M&A misalnya:

    penggabungan usaha tersebut tidak mencapai tujuan

    finansial yang dikehendaki, tidak meningkatkan harga

    saham di pasar bursa serta tidak menciptakan

    sinergitas.

    Beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya

    pun menunjukkan hasil yang beragam. Penelitian yang

    dilakukan oleh Dyaksa (2006) menunjukkan adanya

    perbedaan yang signifikan untuk rasio keuangan EPS,

    NPM, ROE, dan ROA untuk pengujian satu tahun

    sebelum dan satu tahun setelah merger dan akuisisi;

    rasio keuangan ROE untuk pengujian satu tahun

    sebelum dan dua tahun setelah merger dan akuisisi.

    Penelitian ini menunjukkan ada peningkatan kinerja

    keuangan setelah perusahaan melakukan merger dan

    akuisisi.

    Penelitian ini diperkuat oleh penelitian Fairuz

    Angger Wibowo (2012), yang menemukan adanya

    perbedaan yang signifikan dengan menggunakan Laba

    Bersih Margin (NPM), Return On investasi (ROI), Return

    On Equity (ROE), Debt Rasio, Perputaran Total Aktiva

    (TATO), Rasio Lancar (CR) dan Produktif per Saham

    (EPS). Sedangkan, penelitian Sarah & Maksum (2009)

    menemukan bahwa pada perusahaan pengakuisisi

    tidak ada perbedaan kinerja keuangan pada rasio

    Likuiditas, Aktivitas, Leverage dan Profitabilitas. Tetapi

  • 6

    pada perusahaan diakuisisi terdapat perbedaan yang

    signifikan pada rasio Likuiditas dan Aktivitas.

    Hasil penelitian berbeda ditemukan oleh Payamta

    dan Sektiawan (2004) yang meneliti tentang pengaruh

    merger dan akusisi terhadap kinerja perusahaan

    manufaktur selama dua tahun sebelum dan dua tahun

    sesudah merger dan akuisisi, yang diproksikan melalui

    return saham dan rasio keuangan. Hasil penelitian

    menunjukkan tidak adanya perbedaan kinerja yang

    signifikan untuk periode sebelum dan sesudah merger

    dan akuisisi baik dari return saham maupun rasio

    keuangan. Novaliza & Djajanti (2013) dalam

    penelitiannya juga menemukan bahwa tidak ada

    perubahan secara signifikan dari kinerja keuangan

    perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi

    dilihat berdasarkan rasio keuangan untuk periode satu

    tahun sebelum dan empat tahun berturut-turut setelah

    merger dan akuisisi, meskipun terdapat satu rasio

    keuangan yang ada perbedaannya yaitu return on total

    asset, untuk periode perbandingan satu tahun sebelum

    dan empat tahun setelah merger dan akuisisi, akan

    tetapi tidak dapat memberikan cukup bukti bahwa

    merger dan akuisisi dapat meningkatkan kinerja

    ekonomis perusahaan. Penelitian terhadap rasio juga

    diperkuat dengan hasil pengujian terhadap return

    saham perusahaaan.

    Berdasarkan beberapa catatan paradoksal

    terhadap aktifItas merger dan akuisisi bagi

    pertumbuhan perusahaan serta hasil penelitian yang

    beragam antara Dyaksa (2006), Fairuz Angger Wibowo

  • 7

    (2012) dengan Payamta dan Sektiawan (2004) serta

    Novaliza & Djajanti (2013) tentang kinerja keuangan

    perusahaan sebelum dan sesudah melakukan merger

    dan akuisisi, maka penulis tertarik meneliti kembali

    tentang perbedaan kinerja keuangan perusahaan

    pengakuisi yang terdaftar di BEI sebelum dan sesudah

    merger dan akuisisi sejak tahun 2005-2011.

    Merger dan akuisisi pun dapat dibedakan

    berdasarkan aktifitas ekonomi dari jenis perusahaan

    yang bergabung. Ross, dkk (1996) mengklasifikasikan

    menjadi tiga jenis yaitu, akuisisi horisontal (horizontal

    aquisition), akuisisi vertikal (vertical aquisition) dan

    akuisisi konglomerat (conglomerate aquisition).

    Sedangkan Moin (2003) menyatakan bahwa merger

    terbagi atas beberapa jenis, yaitu merger horisontal

    (horizontal merger), merger vertikal (vertical merger), dan

    merger konglomerat (conglomerate merger). Widyastuti

    (2010) menemukan bahwa terdapat perbedaan yang

    signifikanantara perusahaan yang melakukan merger

    konglomerat dengan perusahaan yang melakukan

    merger non-konglomerat.

    Jensen (1996) (dalam

    https://id.scribd.com/doc/115898717/Pengaruh-

    Akuisisi-Konglomerasi-Dan-Non-Konglomerasi, 2010),

    menyatakan bahwa jenis merger dan akuisisi non-

    konglomerat (horisontal dan vertikal) dikatakan lebih

    berhasil jika dibandingkan dengan merger dan akuisisi

    konglomerat yang dinilai kurang berhasil. Hal ini

    dikarenakan mereka tergolong dalam satu jenis industri

    yang sama dan saling menguntungkan. Bertentangan

    https://id.scribd.com/doc/115898717/Pengaruh-Akuisisi-Konglomerasi-Dan-Non-Konglomerasihttps://id.scribd.com/doc/115898717/Pengaruh-Akuisisi-Konglomerasi-Dan-Non-Konglomerasi

  • 8

    dengan itu, Agrawal, Jaffe, & Mandelker (1992) (dalam

    https://id.scribd.com/doc/115898717/Pengaruh-

    Akuisisi-Konglomerasi–Dan-Non-Konglomerasi, 2010),

    menemukan bahwa merger dan akuisisi konglomerat

    dan non-konglomerat setelah lima tahun berjalan

    memberikan imbal hasil yang sama-sama negatif.

    Perusahaan pengakuisisi yang melakukan merger non-

    konglomerat mengalami underperformed, bahkan lebih

    parah daripada yang melakukanmerger konglomerat.

    Penelitian yang lebih spesifik dilakukan penelitian

    yang dilakukan oleh Akhmadi, Immawati dan Lukito

    (2008) menemukan bahwa bank yang melakukan

    merger horizontal dengan bank yang lain memperoleh

    peningkatan keuntungan, dan signifikan. Sedangkan

    penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2007) yang

    menemukan bahwa hanya terdapat tiga rasio keuangan

    dari sebelas rasio keuangan yang menunjukkan adanya

    perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah

    perusahaan manufaktur (jenis usaha yang sama)

    melakukan merger dan akuisisi. Indah (2011)

    menemukan bahwa merger dan akuisisi horisontal

    tidak memberikan pengaruh pada kinerja keuangan

    perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek

    Indonesia (BEI). Hal ini dibuktikan dengan tidak

    adanya perbedaan yang signifikan dalam rasio

    keuangan dua tahun dan satu tahun sebelum serta

    satu tahun sesudah dan dua tahun sesudah peristiwa

    merger dan akuisisi horisontal terjadi. Hasil penelitian

    mengindikasikan bahwa merger dan akuisisi horisontal

    tidak memberikan pengaruh terhadap kinerja keuangan

    https://id.scribd.com/doc/115898717/Pengaruh%20-%20Akuisisi%20-%20Konglomerasi%20–%20Dan%20-%20Non-Konglomerasihttps://id.scribd.com/doc/115898717/Pengaruh%20-%20Akuisisi%20-%20Konglomerasi%20–%20Dan%20-%20Non-Konglomerasi

  • 9

    perusahaan publik dan tidak memberikan sinergi

    keuangan bagi perusahaan maupun pencapaian motif

    ekonomi.

    Perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi

    konglomerat sesungguhnya masih mampu memperoleh

    keuntungan bila pihak manajemen dapat

    mengelolahnya dengan baik. Kumar (2003) dalam

    paparannya menyebutkan bahwa merger konglomerat

    (berbeda jenis usaha industri) antara perusahaan

    American Online (perusahan telekomunikasi) dan Time

    Warner (perusahaan produksi film) menghasilkan

    sinergitas dan meningkatkan keuntungan bagi

    perusahaan tersebut.

    Adanya kontrakdiksi dari penelitian-penelitian

    terdahulu membuat penulis tertarik untuk meneliti

    kembali tentang perbedaan kinerja keuangan

    perusahaan pengakuisisi sebelum dan setelah

    melakukan merger dan akuisisi non-konglomerat dan

    konglomerat.

    Adapun pengambilan sampel dilakukan pada

    semua perusahaan publik yang terdaftar di BEI (Bursa

    Efek Indonesia), yang melakukan merger dan akuisisi

    sejak tahun 2005-2011. Penelitian ini dibatasi pada tiga

    tahun sebelum dan tiga tahun setelah perusahaan

    melakukan merger dan akuisisi sejak tahun 2005

    sampai 2011. Jadi pengamatan yang dilakukan dari

    tahun 2002 sampai dengan tahun 2014. Penelitian ini

    pun menggunakan rasio-rasio keuangan, sehingga

    diharapkan dapat memperoleh hasil yang lebih akurat

    dan spesifik. Sedangkan hal lain menyangkut corporate

  • 10

    action (aksi perusahaan) di luar rasio keuangan tidak

    dibahas dalam penelitian ini.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada

    latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian

    ini adalah :

    1. Apakah ada perbedaan kinerja keuangan yang

    signifikan dari perusahaan pengakuisisi yang

    terdaftar di BEI sebelum dan setelah melakukan

    merger dan akuisisi?

    2. Apakah ada perbedaan kinerja keuangan yang

    signifikan dari perusahaan pengakuisisi yang

    terdaftar di BEI sebelum dan setelah melakukan

    merger dan akuisisi berdasarkan jenis usaha

    horizontal?

    3. Apakah ada perbedaan kinerja keuangan yang

    signifikan dari perusahaan pengakuisisi yang

    terdaftar di BEI sebelum dan setelah melakukan

    merger dan akuisisi berdasarkan jenis usaha

    vertikal?

    4. Apakah ada perbedaan kinerja keuangan yang

    signifikan dari perusahaan pengakuisisi yang

    terdaftar di BEI sebelum dan setelah melakukan

    merger dan akuisisi berdasarkan jenis usaha

    konglomerasi?

  • 11

    1.3 Tujuan Penelitian

    Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka

    yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

    1. Membuktikan bahwa ada perbedaan kinerja

    keuangan yang signifikan dari perusahaan

    pengakuisisi yang terdaftar di BEI sebelum dan

    setelah melakukan merger dan akuisisi?

    2. Membuktikan bahwa ada perbedaan kinerja

    keuangan yang signifikan dari perusahaan

    pengakuisisi yang terdaftar di BEI sebelum dan

    setelah melakukan merger dan akuisisi berdasarkan

    jenis usaha horizontal?

    3. Membuktikan bahwa ada perbedaan kinerja

    keuangan yang signifikan dari perusahaan

    pengakuisisi yang terdaftar di BEI sebelum dan

    setelah melakukan merger dan akuisisi berdasarkan

    jenis usaha vertikal?

    4. Membuktikan ada perbedaan kinerja keuangan

    yang signifikan dari perusahaan pengakuisisi yang

    terdaftar di BEI sebelum dan setelah melakukan

    merger dan akuisisi berdasarkan jenis usaha

    konglomerasi?

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Manfaat Teoritis

    Penelitian ini dilakukan untuk memberikan

    kontribusi dan menjembatani hasil penelitian yang

    sebelumnya tentang perbedaan kinerja keuangan

    perusahaan pengakuisisi yang terdaftar di BEI satu

    tahun sebelum dan setelah melakukan merger dan

  • 12

    akuisisi. Apabila penelitian ini menemukan perbedaan

    kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi sebelum

    dan setelah melakukan merger dan akuisisi maka

    penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

    oleh Dyaksa (2006), Fairuz Angger Wibowo (2012).

    Apabila penelitian ini menemukan tidak ada perbedaan

    kinerja perusahaan pengakuisisi sebelum dan setelah

    melakukan merger dan akuisisi maka penelitian ini

    sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Payamta

    dan Sektiawan (2004) serta Novaliza & Djajanti (2013).

    Apabila penelitian ini menemukan perbedaan

    kinerja perusahaan pengakuisisi sebelum dan sesudah

    melakukan merger dan akuisisi non-konglomerat dan

    konglomerat, maka penelitian ini sejalan dengan

    penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti (2010).

    Apabila penelitian ini menemukan tidak ada perbedaan

    kinerja perusahaan pengakuisisi sebelum dan sesudah

    melakukan merger dan akusisi non-konglomerat dan

    konglomerat maka penelitian ini sejalan dengan

    penelitian yang dilakukan oleh Agrawal,Jaffe,

    &Mandelker (1992).

    1.4.2 Manfaat Praktis

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

    manfaat sebagai bahan informasi bagi para investor di

    Indonesia dalam menyusun strategi berinvestasi,

    sehingga dapat lebih teliti lagi dalam melihat masa

    depan perusahaan yang akan melakukan merger dan

    akuisisi.

  • 13

    1.5 Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan dalam peneltian ini adalah

    sebagai berikut :

    Bab 1 memuat pendahuluan yang meliputi latar

    belakang permasalahan, persoalan penelitian, tujuan

    penelitian, manfaat penelitian serta sistematika

    penulisan.

    Bab 2 menjelaskan tentang telaah teoritis dan

    pengembangan hipotesis yang meliputi merger, akuisisi,

    jenis-jenis merger dan akuisisi, kinerja keuangan,

    kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.

    Bab 3 memuat tentang metode penelitian yang

    meliputi jenis penelitian, satuan pengamatan dan

    satuan analisis, populasi dan sampel, variabel

    penelitian dan paradigma penelitian, pengukuran

    konsep penelitian, jenis data dan teknik pengumpulan

    data dan teknik analisis data.

    Bab 4 menjelaskan tentang paparan tentang hasil

    penelitian dan pembahasan yang meliputi

    Bab 5 berisi kesimpulan dan implikasi penelitian

    Bab 1Pendahuluan1.1 Latar Belakang1.2 Rumusan Masalah1.3 Tujuan Penelitian1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 Manfaat Teoritis1.4.2 Manfaat Praktis

    1.5 Sistematika Penulisan